Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk

(1)

RESPON MASYARAKAT KECAMATAN PARMAKSIAN

KABUPATEN TOBA SAMOSIR TERHADAP KEHADIRAN

PT. TOBA PULP LESTARI Tbk.

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Disusun oleh : Ramot Siburian

050902040

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Ramot Siburian

NIM : 050902040

ABSTRAK

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 108 halaman, 55 tabel, 1 lampiran serta 23 kepustakaan.

Kehadiran suatu perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Perusahaan sebagai suatu sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Perusahaan memerlukan kemitraan timbal balik dengan institusi lain. Selain mengejar keuntungan ekonomi, perusahaan juga memerlukan alam sebagai sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Udang-Undang Nomor 40 Pasal 74 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan tersebut. PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan kehadirannya kembali tentunya juga mempunyai tanggung jawab sosial di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari.

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan menggambarkan respon masyarakat kecamatan Parmaksian terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 100 kepala keluarga yang ditarik melalui teknik penarikan sampel cluster random sampling, terdistribusi dari 5 desa yang dianggap mewakili dari 10 desa. Data penelitian yang diperoleh melalui penyebaran angket dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, dimana pengukuran sikap, persepsi, dan partisipasi dilakukan dengan menggunakan skala likert.

Hasil analisa data menyimpulkan bahwa, masyarakat yang diwakili responden memberikan respon dalam bentuk sikap yang netral terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, dengan nilai 0,12. Kemudian respon dalam bentuk persepsi adalah netral dengan nilai -0,16. Begitu juga dengan respon dalam bentuk partisipasi adalah netral dengan nilai 0,07. Dengan demikian kesimpulan keseluruhan analisa data berdasarkan respon sikap, persepsi dan partisipasi respon masyarakat adalah netral dengan nilai 0,11.


(3)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Ramot Siburian

NIM : 050902040

ABSTRACT

District Community Response Against Parmaksian Toba Samosir presence of PT. Toba Pulp Lestari Tbk. This thesis consists of 6 chapters, 108 pages, 55 tables, 1 appendix and 23 libraries.

The presence of a firm in the community can provide a positive and negative aspects. Enterprise as a system, in sustainability and the balance can not stand alone. The company requires a reciprocal partnership with other institutions. In addition to the pursuit of economic profit, the company also requires its processed nature as resource and other stakeholders to achieve its objectives. By using the approach of corporate social responsibility is not only economic benefit, but also social benefits. Shrimp-Article 74 of Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company, among others, aims to achieve sustainable economic development in order to improve the quality of life and environment for the benefit of the company. PT. Toba Pulp Lestari Tbk with his presence again of course also have a social responsibility in District Toba Samosir Parmaksian. This study aims to determine the response of the community district Toba Samosir Parmaksian to the presence of PT. Toba Pulp Lestari.

This type of research is descriptive research, aims to describe the community's response to the presence of sub Parmaksian PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The number of samples that were included in this study were 100 families drawn through random cluster sampling technique of sampling, distributed from 5 villages are considered representative of the 10 villages. The research data obtained through the dissemination of the questionnaire were analyzed using descriptive analysis techniques, where the measurement of attitudes, perceptions, and participation is done by using a Likert scale.

The results of data analysis concluded that, the people who represented the respondents gave a response in the form of a neutral attitude towards the presence of PT. Toba Pulp Lestari, with a value of 0.12. Then the response in the form of perception is neutral with a value of -0.16. So also with the response in the form of participation is neutral with value of 0.07. Thus the overall conclusion of data analysis based on the response attitudes, perceptions and participation of the public response is neutral with value of 0.11.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas Rahmat dan karunia Tuhan Yang Maha Kuasa Penulis ucapkan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini dengan baik, yang berjudul: Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar Sarjana Sosial pada Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, Penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan, untuk itu membuka diri untuk saran dan kritik yang dapat membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Hairani Siregar S.sos, M.sp, selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Matias Siagian, Msi, Ph.D, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi pengarahan, saran dan kritik kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

4. Bapak Slamat Manurung selaku Kepala Camat Parmaksian dan bapak-bapak Kepala Desa di Kecamatan Parmaksian yang telah banyak membantu saya selama proses penelitian di Parmaksian.

5. Buat Bapak T. Siburian dan Mama J Br Sianturi yang kusayangi yang telah membesarkanku, mendidik, dan memberikan motivasi. “Mauliate da Among dohot Inong di tangiang muna i”. Buat kakak-kak Masta, Betesda dan adik-adikku terimakasih untuk dukungannya selama ini kalian sudah sangat sabar kepadaku. Buat semua keluarga yang telah mendukungku selalu, Tulang, Nantulang, Pak Tua yang sangat aku segani yang selalu memberikan ku arahan selama aku tinggal di rumah Pak Tua, Alm Mak Tua yang telah memberikan ku banyak sekali nasehat akan arti kasih sayang orang tua, terima kasih banyak Mak Tua doa ku selalu bersamamu. 6. Buat teman-teman ku KOMA (kessos ‘05) yang sudah terlebih dahulu

menyelesaikan kuliahnya. Maaf aku sedikit terlambat. Buat kawan kawan 06, 07, 08, dan anak kessos yang memberikannku dukungan dan semangat, Terima kasih banyak.

7. Buat orang-orang yang tidak tersebutkan namanya yang sudah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, saya ucapkan terima kasih dan sukses buat kalian semua.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna


(6)

menyempurnakannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Isi Hal ABSTRAK ...

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN. ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. ... 13

2.1. Respon ... 13

2.2. Masyarakat ... 16

2.2.1. Masyarakat ... 16

2.2.2. Masyarakat dan Macamnya ... 18

2.3. Kesejahteraan Sosial ... 19

2.3.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial ... 19

2.3.2. Konsep Resiudal dan Institusional ... 20

2.3.3 Kesejahteraan Sosial ... 22

2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) ... 23

2.4.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 23

2.4.2. Sejarah Kemunculan Corporate Social Responsibility di Indonesia ... 24


(8)

2.4.3. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan ... 27

2.4.3. Pelaksanaan Program Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia ... 30

2.5. Multipler Effect (Efek Pengganda) ... 35

2.6. Kerangka Pemikiran ... 37

2.7. Defenisi Konsep ... 39

2.8. Defenisi Operasional ... 40

BAB III. METODE PENELITIAN. ... 41

3.1. Tipe Penelitian... 41

3.2. Lokasi Penelitian ... 41

3.3. Populasi dan Sampel ... 41

3.3.1. Populasi ... 41

3.3.2. Sampel ... 42

3.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 44

3.5. Tehnik Analisa Data ... 44

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. ... 47

4.1. Kondisi Kecamatan Parmaksian ... 47

4.2. Potensi Sumber Daya Alam ... 48

4.3. Keadaan Penduduk ... 49

4.3.1. Jumlah Penduduk ... 49

4.4. Sarana dan Prasarana ... 50

4.4.1. Pendidikan ... 50

4.4.2. Rumah Ibadah ... 52

BAB V. ANALISIS DATA. ... 53

5.1. Karakteristik Identitas Responden ... 53

5.2. Sikap ... 56

5.3. Persepsi ... 89


(9)

5.5. Analisis Data Kuantitatif Responden Terhadap Kehadiran

PT. Toba Pulp Lestari ... 96

5.5.1. Sikap Responden Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari ... 97

5.5.2. Persepsi Responden Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari ... 99

5.5.3. Partisipasi Responden Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari ... 101

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN. ... 103

6.1. Kesimpulan ... 103

6.2. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA. ... 105 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR BAGAN

No. Bagan Hal


(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Hal

1. Tabel 2 Metamorfosis Program Pemberdayaan ... 29

2. Tabel 3 Jumlah Penduduk Kecamatan Parmaksian ... 42

3. Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk ... 50

4. Tabel 4.2 Jumlah Sekolah ... 51

5. Tabel 4.3 Jumlah Rumah Ibadah Menurut Desa dan Jenisnya ... 52

6. Tabel 5.1. Usia Responden ... 53

7. Tabel 5.2. Jenis Kelamin ... 54

8. Tabel 5.3. Penghasilan ... 54

9. Tabel 5.4. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 55

7. Tabel 5.5. Pendidikan ... 56

8. Tabel 5.6. Distribusi responden berdasarkan Perhatian TPL terhadap kondisi Ekonomi Masyarakat ... 57

9. Tabel 5.7. Distribusi responden berdasarkan pernahkah PT. TPL memberikan bantuan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat ... 58

10. Tabel 5.8. Distribusi responden berdasarkan frekuensi bantuan yang diberikan PT. TPL ... 59

11. Tabel 5.9. Distribusi Responden berdasarkan proses mendapatkan bantuan ... 59

12. Tabel 5.10. Pemahaman Masyarakat terhadap Informasi yang Diberikan Dalam Sosialisasi Program Jamkesmas oleh Puskesmas Batu VI ... 67

13. Tabel 5.11. Sikap Dokter atau Petugas Puskesmas Lain Dalam Melayani Pasien Jamkesmas ... 72

14. Tabel 5.12. Penilaian Responden Terhadap Kesigapan Dokter atau Perawat ... 73

15. Tabel 5.13. Penilaian Responden Terhadap Kemampuan Dokter dalam Menjelaskan Kondisi Penyakit Pasien ... 74


(12)

16. Tabel 5.14. Penilaian Responden Terhadap Kualitas Obat yang Diberikan oleh

Puskesmas Batu VI ... 75 17. Tabel 5.15. Penilaian Responden Terhadap Baiktidaknya Fasilitas yang

Tersedia di

Puskesmas Batu VI ... 76 18. Tabel 5.16. Penilaian Responden Terhadap Kebersihan Puskesmas Batu VI ... 77

19. Tabel 5.17. Tingkat Kepuasan Responden Terhadap Pelayanan Kesehatan yang

Diberikan oleh Puskesmas Batu VI ... 77 20. Tabel 5.18. Kehadiran Masyarakat dalam Sosialisasi Program Jamkesmas

yang

Dilaksanakan Puskesmas Batu VI... 78 21. Tabel 5.19. Frekuensi Menggunakan Kartu Jamkesmas di Puskesmas Batu VI ... 79


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL Nama : Ramot Siburian

NIM : 050902040

ABSTRAK

Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir Terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 108 halaman, 55 tabel, 1 lampiran serta 23 kepustakaan.

Kehadiran suatu perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Perusahaan sebagai suatu sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Perusahaan memerlukan kemitraan timbal balik dengan institusi lain. Selain mengejar keuntungan ekonomi, perusahaan juga memerlukan alam sebagai sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Udang-Undang Nomor 40 Pasal 74 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas antara lain bertujuan mewujudkan pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat bagi perseroan tersebut. PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan kehadirannya kembali tentunya juga mempunyai tanggung jawab sosial di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari.

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan menggambarkan respon masyarakat kecamatan Parmaksian terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 100 kepala keluarga yang ditarik melalui teknik penarikan sampel cluster random sampling, terdistribusi dari 5 desa yang dianggap mewakili dari 10 desa. Data penelitian yang diperoleh melalui penyebaran angket dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, dimana pengukuran sikap, persepsi, dan partisipasi dilakukan dengan menggunakan skala likert.

Hasil analisa data menyimpulkan bahwa, masyarakat yang diwakili responden memberikan respon dalam bentuk sikap yang netral terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari, dengan nilai 0,12. Kemudian respon dalam bentuk persepsi adalah netral dengan nilai -0,16. Begitu juga dengan respon dalam bentuk partisipasi adalah netral dengan nilai 0,07. Dengan demikian kesimpulan keseluruhan analisa data berdasarkan respon sikap, persepsi dan partisipasi respon masyarakat adalah netral dengan nilai 0,11.


(14)

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE Name : Ramot Siburian

NIM : 050902040

ABSTRACT

District Community Response Against Parmaksian Toba Samosir presence of PT. Toba Pulp Lestari Tbk. This thesis consists of 6 chapters, 108 pages, 55 tables, 1 appendix and 23 libraries.

The presence of a firm in the community can provide a positive and negative aspects. Enterprise as a system, in sustainability and the balance can not stand alone. The company requires a reciprocal partnership with other institutions. In addition to the pursuit of economic profit, the company also requires its processed nature as resource and other stakeholders to achieve its objectives. By using the approach of corporate social responsibility is not only economic benefit, but also social benefits. Shrimp-Article 74 of Law Number 40 Year 2007 regarding Limited Liability Company, among others, aims to achieve sustainable economic development in order to improve the quality of life and environment for the benefit of the company. PT. Toba Pulp Lestari Tbk with his presence again of course also have a social responsibility in District Toba Samosir Parmaksian. This study aims to determine the response of the community district Toba Samosir Parmaksian to the presence of PT. Toba Pulp Lestari.

This type of research is descriptive research, aims to describe the community's response to the presence of sub Parmaksian PT. Toba Pulp Lestari Tbk. The number of samples that were included in this study were 100 families drawn through random cluster sampling technique of sampling, distributed from 5 villages are considered representative of the 10 villages. The research data obtained through the dissemination of the questionnaire were analyzed using descriptive analysis techniques, where the measurement of attitudes, perceptions, and participation is done by using a Likert scale.

The results of data analysis concluded that, the people who represented the respondents gave a response in the form of a neutral attitude towards the presence of PT. Toba Pulp Lestari, with a value of 0.12. Then the response in the form of perception is neutral with a value of -0.16. So also with the response in the form of participation is neutral with value of 0.07. Thus the overall conclusion of data analysis based on the response attitudes, perceptions and participation of the public response is neutral with value of 0.11.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perusahaan sebagai sebuah sistem, dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak bisa berdiri sendiri. Perusahaan memerlukan kemitraan timbal balik dengan institusi lain. Selain mengejar keuntungan ekonomi, perusahaan juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Dengan menggunakan pendekatan tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial.

Sering sekali perusahaan-perusahaan besar tidak mampu menjalankan tanggung jawab sosialnya di tengah tengah masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan berdiri, sehingga mengakibatkan masyarakat memberikan respon yang negatif karena merasa dirugikan dengan kehadiran perusahaan. Konflik yang terjadi antara warga kecamatan Leupung, Aceh Besar, dengan PT.Semen Andalas Indonesia terjadi karena ketidakpuasan warga Leupung terhadap PT.Semen Andalas Indonesia yang belum mampu mengakomodir keinginan warga dan juga dinilai melanggar kesepakatan bersama.

Aktivitas PT.Semen Andalas Indonesia Lhoknga 18 Desember 2007 yang lalu lumpuh akibat ruas jalan menuju pabrik semen itu diblokir oleh ratusan warga setempat. Pemblokiran itu dilakukan karena PT.Semen Andalas Indonesia dinilai melanggar kesepakatan mengenai penerimaan karyawan putra daerah. Massa yang datang memblokir ruas jalan menuju PT Semen Andalas Indonesia serta melarang


(16)

setiap karyawan memasuki area pabrik. Larangan itu mengakibatkan aktivitas pabrik semen yang berjarak 17 km dari kota Banda Aceh lumpuh. Selain memblokir jalan, warga juga menyebarkan selebaran dan poster berisikan desakan kepada PT.Semen Andalas Indonesia untuk menepati janji mengenai penerimaan putra daerah sebagai karyawan perusahaan. Konflik berakhir dengan kesepakatan PT. Semen Andalas Indonesia bersedia menganggarkan dana sebesar Rp.3 Milyar per tahun untuk program pengembangan masyarakat di dua kecamatan tersebut. Kehadiran perusahaan haruslah mampu memberikan dampak yang baik kepada masyarakat, kepedulian perusahaan terhadap masyarakat tidak hanya sebatas pemberdayaan masyarakat yang terbatas hanya pada satu aspek saja, tetapi juga perusahaan ikut serta dalam menyukseskan pembangunan daerah, termasuk memberdayakan tenaga kerja lokal.

PT. Arutmin dan PT. Adaro Indonesia memunculkan berbagai konflik lahan dengan masyarakat, baik para pemilik lahan maupun masyarakat pemanfaat kawasan/lahan tersebut. Perusahaan dengan arogan menggusur lahan-lahan masyarakat sebelum adanya kesepakatan bersama antara masyarakat pemilik dan pengguna lahan dengan perusahaan mengenai pembebasan lahan. Pembebasan tanah masyarakat yang terkena areal tambang sangat tidak adil dengan hasil yang mereka tambang berupa kandungan batubara. Belum lagi muncul konflik horizontal antara masyarakat karena klaim perebutan lahan akibat ketidakberesan perusaahaan dalam proses pembebasan lahan tersebut.

Sejak dibukanya areal tambang, masyarakat lokal berharap bisa mendapatkan pekerjaan terutama para pemuda dan kaum laki-lakinya. Mereka


(17)

merasakan perusahaan bersikap tidak adil karena mayoritas karyawan perusahaan berasal dari luar daerah Kalimantan Selatan. Kalau pun ada penerimaan tenaga kerja lokal, itu pun mesti didahului dengan aksi tuntutan dari masyarakat dan hanya menempati posisi sebagai satpam/wakar, cheker, tenaga survai dan sedikit sekali sebagai operator apalagi staf kantor dan manajemen. Padahal dalam ketentuan AMDAL dikatakan perusahaan sebagian besar akan merekrut tenaga kerja lokal.

Di beberapa lokasi ikatan kekerabatan di antara warga terlihat merenggang. Sebagai contoh terjadinya kecemburuan sosial khususnya yang berkaitan dengan permasalahan koperasi masyarakat yang keberadaannya di fasilitasi oleh perusahaan seperti PT. Arutmin melalui program Community Development (CD) dan persoalan rekruitmen tenaga kerja lokal sebagai satpam dan cheker.

Konflik lahan tidak hanya terjadi antara perusahaan pertambangan dengan masyarakat tetapi juga terjadi dengan perusahaan sektor lainnya seperti perkebunan kelapa sawit dan HPH/HTI. Hal ini diakibatkan oleh buruknya koordinasi antar sektor (instansi) di pemerintah. Tumpang tindih lahan ini mencerminkan betapa buruknya penataan ruang oleh pemerintah dan jelas berdampak pada semakin tidak tertata dan terkelolanya lingkungan secara baik dan benar.

Masyarakat yang sebelumnya merasa dirugikan dan tidak mendapatkan keuntungan dari adanya eksploitasi pertambangan ini di beberapa daerah membuat portal-portal untuk melakukan pungutan bagi para penambang yang menggunakan jalan umum untuk angkutan batubara. Portal atau pos pungutan tersebut ada yang


(18)

dikelola oleh desa (melalui aparat desa atau kesepakan kampung) dan ada juga yang dikelola oleh kelompok tertentu. Tidak jarang hal ini menimbulkan konflik antara para sopir angkutan batubara dengan para penarik pungutan tersebut.

Terjadinya pergeseran sosial dan budaya masyarakat. Dulunya petani pemilik dan sekarang menjadi buruh pekerja di perusahaan. Pergeseran pola hidup yang lebih konsumtif, penggunaan narkotika dan minuman keras oleh para anak remaja dan adanya praktek prostitusi, dan lain sebagainya sebagai akibat dari adanya perusahaan pertambangan batubara yang telah mengabaikan hak, nilai-nilai dan budaya masyarakat lokal.

Lubang-lubang besar yang tidak mungkin ditutup kembali apalagi dilakukan reklamasi telah mengakibatkan terjadinya kubangan air dengan kandungan asam yang sangat tinggi. Hasil penelitian Bapedalda Tabalong (2001) menyebutkan bahwa air yang berada pada lubang bekas galian batubara tersebut mengandung beberapa unsur kimia, yaitu : Fe, Mn, SO4, Hg dan Pb. Seperti kita ketahui Fe dan Mn bersifat racun bagi tanaman dan mengakibatkan tanaman tidak dapat berkembang dengan baik. SO4 merupakan zat asam yang berpengaruh terhadap pH tanah dan tingkat kesuburan tanah. Sedangkan Hg dan Pb adalah logam berat yang bisa menimbulkan penyakit kulit pada manusia. Selain air kubangan, limbah yang dihasilkan dari proses pencucian juga mencemari tanah dan mematikan berbagai jenis tumbuhan yang hidup diatasnya.

Konflik yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan diharapkan dapat diredam. Forum Ekonomi Dunia melalui Global Governance Initiative telah menggelar World Business Council for Sustainability Development di New York


(19)

pada 2005. Salah satu deklarasi penting, disepakati bahwa CSR jadi wujud komitmen dunia usaha untuk membantu PBB merealisasikan Millenium Development Goals (MDGs). Tujuan utama MDGs mengurangi separuh kemiskinan dan kelaparan di tahun 2015. Sebab, seiring dengan pertumbuhan dunia bisnis, mengapa kemiskinan malah bertambah. Istilah CSR, pertama kali dalam tulisan Sosial Responsibility of the Businessman tahun 1953.

Konsep ini digagas Howard Rothmann Bowen dalam menjawab “Keresahan dunia bisnis”. Karena tanpa CSR perusahaan bisa menjadi imej buruk bagi pengusahaan yang telanjur tertuduh sebagai pemburu uang yang tak peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Melalui CSR, perusahaan tidak lagi perlu diusik “perasaan bersalah”. Tidak lagi terkesan kurang peduli terhadap kemiskinan dan warga lokal karena adanya kegiatan perusahaan baik secara langsung ataupun tidak.

Dalam implementasinya, kewajiban CSR ternyata masih ada beberapa hal harus dikaji ulang. Pertama, wujud CSR kebanyakan cuma santunan, cepat tanggap atau respek. Padahal tuntutan responsibility tidaklah sesederhana itu. Responsibility yang arti harfiahnya tanggung jawab, yang hukum wajib. Tanggung jawab muncul sebelumnya ada apa-apa dengan perusahaan. Dalam menanganinya, tentu beda antara tanggung jawab dan sekadar kegiatan sosial.

Kegiatannya CSR dalam pengertiannya menjadi berbeda ketika kegiatan CSR tidak muncul karena dorongan tanggung jawab sosial, tetapi khawatir melanggar UU. Memang mungkin kita akan melihat banyak wilayah yang menjadi maju dan berkembang, tetapi itu dalam jangka pendek. Dampak jangka panjangnya akan menurunkan daya saing usaha. Jika pemerintah memaksa nanti


(20)

akan lebih sulit menarik masuknya investor-investor baru, baik berasal dari dalam negeri maupun investor asing. Benar pendapat yang mengatakan bahwa kewajiban CSR rancu dengan beban pajak yang dibayar perusahaan.

Dalam hal ini PT.Toba Pulp Lestari Tbk yang semula memproses bubur kayu (Pulp) dan rayon dengan nama PT. Inti Indorayon Utama, juga telah mengakibatkan terjadinya konflik antara masyarakat dengan perusahaan PT. Inti Indorayon Utama Tbk yang didirikan pada tahun 1983. Pengoperasiannya didasarkan atas Surat Keputusan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia/Ketua BPPT dengan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. SK/681/M/BPP/XI/1986 dan No.Kep-43/MNKLH/11/1986 tanggal13 november 1986. Produksi pertama terlaksana pada tahun 1989 untuk pulp dan tahun 1993 untuk rayon.

Sejak persiapan pendiriannya hingga berproduksi PT. Inti Indorayon Utama kerap kali mendapat protes dan perlawanan dari masyarakat setempat,karena mereka merasa kehadiran PT. Inti Indorayon Utama Tbk menimbulkan pencemaran udara yang mengakibatkan kerusakan atap seng rumah dan menimbulkan bau tak sedap, dan berbagai macam penyakit. Disamping itu pencemaran mengakibatkan kemunculan penyakit kulit dan mengurangi produktivitas perikanan. Hampir seluruh masyarakat Siruar yang berpenduduk sekitar 300 kk menderita penyakit gatal-gatal yang diduga akibat dari pencemaran PT. Toba Pulp Lestari. Sungguh Ironis, karena beberapa hari yang lalu mendapat peringkat hijau dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Peringkat hijau


(21)

merupakan peringkat terbaik bagi setiap perusahaan yang mengelola lingkungan dengan baik. Dalam dialog saya dengan pihak manajemen perusahaan yang diwakili Leo Hutabarat tidak mengakui bahwa pihak PT.TPL sebagai sumber penyebabnya

Secara kronologis protes masyarakat setempat dapat diuraikan secara rinci berikuti ini :

1. Juni-Agustus 1987 : Perlawanan penduduk yang pertama kali, wakil wakil penduduk desa Sianipar I dan II serta Simanombak mengajukan protes kepada PT. IIU mengenai longsor yang menutupi sawah mereka. Longsor akibat pembuatan jalan di hutan simare yang kurang memenuhi syarat. Seluas 15 ha sawah milik 43 kk tertimbun.

2. 7 Oktober 1987 : Korban tewas pertama 15 orang, Longsor kedua menimpa desa Natumingka Kecamatan Habinsaran, 16 km dari longsor pertama, 15 orang tewas.

3. 9 Agustus 1988 : Penampungan air limbah (aerated lgoon) jebol ketika diadakan uji produksi. Diperkirakan sejuta meter kubik limbah mencemari Sungai Asahan.

4. 15 Desember 1989 : 16 penduduk Sugapa, Kecamatan Silaen ditangkap karena mencabuti patok PT. IIU di lahan mereka seluas 52 ha.

5. 5 November 1993 : Boiler meledak, klorin bocor, pabrik ditutup. Penduduk merusak rumah karyawan pabrik, 125 rumah rusak, 5 mobil pikap, 5 sepeda motor, satu mini market, satu stasiun radio (Bona Pasogit), dan satu traktor dibakar. Penduduk tutup jalan konvoi truk PT. IIU.


(22)

6. 2 Maret 1994 : Lagi lagi aerated lagon jebol. Asahan tercemar dan banyak ikan mati. Meskipun demikian penduduk tidak tampak marah.

7. 20-27 April 1998 : Penelitian FKM UI atas pencemaran di Porsea. Bekerja sama dengan Walhi. Hasilnya “ resiko penyakit kulit buat ibu 7x dan 2-5x balita, saluran pernafasan 3x buat ibu dan 2x buat balita, saluran pencernaan 6x buat ibu dan 6x juga buat balita, mata 2-3x, mual mual 6x, syaraf 2x. 8. 9 Juni 1998 : Gubernur Sumut hentikan operasi PT. IIU setelah penduduk

sekitar pabrik bersama ribuan mahasiswa di Medan unjuk rasa ke kantor DPRD dan Gubernur. Berlaku sampai ada keputusan lebih lanjut.

9. 22 November 1998 : Bentrok ABRI- penduduk, Panuju luka parah. Unjuk rasa di depan pabrik, tentara menembak. Ir Panuju Manurung tertembak di paha, lalu lari. Ia tertangkap tentara dan diserahkan kepada karyawan pabrik. Truk- truk PT. IIU dibakar (25), mobil (4), dan sepeda motor (7) dibakar. Sebanyak 23 rumah penduduk yang disangka mendukung PT. IIU dirusak. 10. 23 November 1998 : Bentrok massal. Sekitar 10.000 penduduk bentrok

dengan ABRI, polisi menggunakan gas air mata. Sebanyak 79 orang ditahan. 11. 16 Maret 1999 : 4 karyawan PT. IIU hilang. Konon diculik oleh penduduk. 3

meninggal dan satu lagi dirawat. Satu bukan karyawan tetapi kerabat karyawan.

Sejak 13 Maret 1999 dihentikan sementara kegiatan operasionalnya sambil mencari upaya pemecahan yang komprehensif dari penolakan masyarakat disekitar pabrik, pihak manajemen terus melakukan pendekatan terhadap masyarakat sekitar, khususnya tokoh-tokoh masyarakat. Dalam hal ini pihak manajemen mengemukakan janjinya yaitu memperkenalkan teknologi ramah


(23)

lingkungan dan melakukan program pemberdayaan masyarakat atau community development sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

Tahun 2003 akhirnya PT. Toba Pulp Lestari beroperasi kembali. Pengoperasian kembali fasilitas pulp tersebut sejalan dengan penegasan yang disampaikan oleh Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Perdagangan dan Perindustrian Republik Indonesia, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia,Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia dan Menteri Kehutanan RepublikIndonesia,kepada perusahaan tanggal 22 januari 2003 yang kemudian lebih ditegaskan lagi dengan adanya surat dari Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 72.HK.03.33.2003 tertanggal 29 januari 2003.

Dalam pengoperasian kembali PT. Toba Pulp Lestari Tbk didahului dengan sosialisasi perusahaan kepada segenap masyarakat yang terkait dengan keberadaan perusahaan. Sosialisasi tersebut berupa penyulihan bahwa keberadaan perusahaan sekarang telah berbeda dengan keberadaan perusahaan sebelumnya. Perusahaan dengan nama PT.TPL,Tbk datang dengan membawa paradigma baru yang saling menguntungkan antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah. Adapun performa paradigma baru tersebut adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan. 2. Pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan 3. Tanggung jawab sosial kemasyarakatan antara lain :

a. Mengutamakan putra daerah setempat menjadi karyawan dan menduduki jabatan yang tersedia dengan persyaratan keahlian setiap jenjang


(24)

b. Melakukan kerjasama kemitraan bisnis dengan masyarakat lokal

c. Menyisihkan dana konstribusi sosial untuk pengembangan masyarakat sebesar 1% dari net sales per tahun.

4. Menerima lembaga independen untuk mengawasi pelaksanaan paradigma baru perusahaan

Sehingga dengan keempat jenis program paradigma baru perusahaan diharapkan berkelanjutan hubungan baik antara perusahaan, masyarakat dan pemerintah dapat dijaga bahkan ditingkatkan lagi.

Berdasarkan informasi yang dikemukakan sebelumnya peneliti tertarik mengkaji hal ini lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul “Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir terhadap

kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk”.

1.2. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“ Bagaimana respon masyarakat kecamatan Parmaksian Kabupaten

Toba Samosir terhadap kehadiran PT Toba Pulp Lestari Tbk .“

1.3. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Mengetahui respon masyarakat kecamatan Parmaksian Kabupaten


(25)

1.4 Manfaat penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka diharapkan agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain :

a. Secara subyektif, sebagai suatu sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis dan metodologis penulis dalam menyusun berbagai kajian literatur untuk menjadikan suatu wacana baru dalam memperkaya khazanah kognitif. b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi baik secara langsung atau tidak bagi kepustakaan Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

c. Sebagai bahan referensi pengembangan teori model CSR.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, sumber dan teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.


(26)

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum mengenai lokasi, dimana peneliti melakukan penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Berisi tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya.

BAB VI : PENUTUP

Berisikan kesimpulan dan saran


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Respon

Respon pada hakekatnya merupakan tingkah laku balas jasa atau juga sikap yang menjadi tingkah laku kuat, yang juga merupakan proses pengorganisasian rangsang, dimana rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang rangsang proksimal. Sementara itu respon juga dapat diartikan sebagai tingkah laku balas atau sikap yang telah berwujud, baik itu pra pemahaman yang mendetail, penilaian, pengaruh atau penolakan, suka atau tidak suka serta pemanfaatan pada suatu fenomena tertentu (Wirawan, 1987: 35).

Respon pada prosesnya didahului oleh sikap seseorang, karena sikap merupakan kecenderungan atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku kalau ia menghadapi suatu rangsangan tertentu. Jadi berbicara mengenai respon tidak terlepas pembahasannya dengan sikap. Dengan melihat sikap seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu maka akan diketahui bagaimana respon mereka terhadap kondisi tersebut.

Louis Thurstone mendefenisikan sikap sebagai berikut :

“ Jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, pra pemahaman yang mendetail, ide ide, rasa takut, ancaman dan keryakinan tentang suatu hal yang khusus”(Muller, 1991: 3).

Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa cara pengungkapan sikap dapat melalui :


(28)

1. Pengaruh atau penolakan. 2. Penilaian.

3. Suka atau tidak suka.

4. Kepositifan dan kenegatifan suatu objek psikologis.

Respon juga diartikan sebagai suatu proses pengorganisasian rangsang dimana rangsangan-rangsangan proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsangan-rangsangan proksimal tersebut (Adi, 1994: 105).

Namun demikian terdapat dua jenis variabel yang mempengaruhi respon yakni :

1. Variabel Struktural yakni faktor faktor yang terkandung dalam rangsangan fisik dan ioropsiolog.

2. Variabel Fungsional yaitu faktor faktor yang terdapat dalam diri si pengamat misalnya kebutuhan suasana hati,pengalaman masa lalu (Wirawan; 1987: 47)

Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon seseorang yakni

1. Diri orang yang bersangkutan apalagi seseorang melihat dan berusaha memberikan interprestasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang turut terpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, melihat, penyaluran dan harapannya.

2. Sasaran respon tersebut, sasaran itu berupa orang,benda atau peristiwa. Sifat sifat sasaran itu biasanya berpengaruh terhadap respon orang yang melihatnya. Dengan kata lain gerakan, suara, ukuran, tindak


(29)

tanduk dan ciri ciri lain dari sasaran respon turut mentukan cara pandang seseorang.

3. Faktor situasi, respon dapat dilihat secara kartekstual yang berarti dalam situasi mana respon itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalampembentukan atau tanggapan seseorang (Wirawan, 1987: 35).

Pada dasarnya ada tiga macam bentuk respon yakni

1. Respon masa lalu, yang disebut sebagai respon (tanggapan) ingatan. 2. Respon masa sekarang,yang disebut respon (tanggapan) imajinatif. 3. Respon masa mendatang, yang disebut respon (tanggapan) antisipatif. Berarti dalam hal ini respon atau tanggapan dinyatakan sebagai reaksi stimulus dengan membangun kesan pribadi yang berorientasi pada pengamatan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Respon tidak lahir begitu saja tetapi melalui proses pengambilan keputusan, terhadap empat tahapan proses pengambilan respon yakni :

1. Kategori primitif, yakni objek atau peristiwa yang diamati dan diisolasi berdasarkan ciri ciri khusus.

2. Mencari tanda, si pengamat secara tepat memeriksa lingkungan untuk mencari informasi tambahan yang mungkin hanya melakukan kategorisasi yang tepat.

3. Konfirmasi, yakni terjadinya setelah objek mendapatkan penggolongan sementara.

4. Konfirmasi tuntas, dimana pencaharian tanda-tanda diakhiri dan respon mulai muncul.


(30)

Respon seseorang terhadap suatu objek akan dipengaruhi juga oleh sejauh mana pemahaman terhadap objek respon tersebut. Sesuatu objek respon yang belum jelas atau belum nampak sama sekali tidak mungkin akan memberikan makna, sehingga apalagi objek tersebut sesuai dengan apa yang pernah dirasakan.

2.2 Masyarakat.

2.2.1. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah Inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat :

a.Menurut Sumarjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

b. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

c.Menurut Ralph Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya : a. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik


(31)

b. Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia. Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.

Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi melalui perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yang terjadi secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.

Dalam mempertahankan kehidupannnya masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :

a. Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen

b. Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.


(32)

2.2.2. Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah suatu kesatuan yang berubah hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota anggotanya, baik dengan paksa ataupun suka rela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum yang telah ditetapkan oleh negara, dengan suka rela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama.

Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

1. Masyarakat paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam

a. Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya, suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang pasti masih sederhana sekali kebudayaannya.

b. Masyarakat kultur, terdiri karena kepentingan dunia atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain korupsi perekonomian, korupsi gereja dan sebagainya.


(33)

2.3. Kesejahteraan Sosial

2.3.1. Defenisi Kesejahteraan Sosial

Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai.

Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial. W.A Friedlander mendefenisikan :

“ Kesejahteraan sosial adalah system yang terorganisir dari usaha usaha dan lembaga lembaga sosial yang ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standart hidup dan kesehatan yang memuaskan serta mencapai relasi perseorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Friedlander, dalam Muhidin, 1984, 1-2).

Defenisi di atas menjelaskan :

1. Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu system atau “organized system” yang berintikan lembaga lembaga dan pelayanan sosial.


(34)

2. Tujuan sistem tersebut adalah mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi relasi sosial dengan lingkungannya. 3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan

“kemampuan individu” baik dalam menentaskan masalahnya maupun memenuhi kebutuhannya.

Dalam Kamus Ilmu Kesejahteraan Sosial disebutkan : “Kesejahteraan Sosial merupakan keadaan sejahtera yang meliputi keadaan jasmania, rohaniah dan sosial tertentu saja. Bonnum Commune atau kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan yang menyangkut keseluruhan syarat, sosial yang memungkinkan dan mempermudah manusia dalam memperkembangkan kepribadiannya secara sempurna” (Suparlan, 1983;53).

Sementara itu Skidmore (dalam Wibawa, 1982:13) sebagaimana dikutip menuturkan : “ Kesejahteraan Sosial dalam arti luas meliputi keadaan yang baik untuk kepentingan orang banyak yang mencukupi kebutuhan fisik, mental, emosional, dan ekonominya”.

2.3.2. Konsep Residual dan Institusional.

Wilensky dan Lebeaux (1965) membagi dua konsep kesejahteraan sosial yaitu :

1. Konsep Residual. 2. Konsep Institusional.

Konsep residual didasarkan pada anggapan bahwa di dalam masyarakat ada dua saluran alamiah, dan melalui kedua saluran itulah kebutuhan-kebutuhan


(35)

individu dapat terpenuhi, yaitu keluarga dan ekonomi pasar. Kedua saluran tersebut merupakan “structure of supply” yang biasanya dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia lain. Akan tetapi kedua saluran tersebut tidak selamanya berfungsi secara memadai. Hal itu disebabkan oleh gangguan dalam fungsi keluarga dan ekonomi pasar atau karena individu itu sendiri tidak dapat memanfaatkan “saluran-saluran” tersebut karena adanya hambatan-hambatan seperti sakit, usia tua dan hambatan-hambatan lainya. Dalam keadaan yang demikian, maka suatu mekanisme ketiga struktur kesejahteraan sosial perlu memainkan peranan secara aktif untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Konsep institusional didasarkan pada pandangan bahwa kehidupan masyarakat modern sangat kompleks, sehingga tidak setiap individu dapat memenuhi semua kebutuhannya, baik melalui keluarga maupun lingkungan kerja dan hal itu dianggap sebagai suatu kondisi yang normal. Oleh karena itu kesejahteraan dianggap sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan yang sangat diperlukan dalam kehidupan masyarakat modern.

Walaupun kedua konsep di atas kelihatannya bertentangan satu sama lain, dalam prakteknya dapat dilaksanakan secara bersama-sama. Konsep manapun yang ditekankan dalam praktek, tidak ada satu pun dari konsep tersebut yang terjadi dalam keadaan vakum, setiap konsep lahir sebagai refleksi dari kondisi sosial dan kebudayaan masyarakat pada saat tertentu. Dengan kata lain, kondisi sosial dan budaya masyarakat sangat menentukan corak konsep yang paling sesuai untuk dilaksanakan.


(36)

2.3.3. Kesejahteraan Sosial

Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut :

“Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.”.

Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial tersebut dilaksanakan berbagai upaya, program dan kegiatan yang disebut “Usaha Kesejahteraan Sosial” baik yang dilaksanakan pemerintah maupun masyarakat. UU No.11 Tahun 2009 dalam pasal 4, juga menjelaskan secara tegas tugas serta tanggung jawab pemerintah di bidang kesejahteraan sosial, yang meliputi :

1. Menetapkan garis kebijaksanaan di bidang kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial masyarakat. 3. Mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan usaha-usaha kesejahteraan

sosial (Depsos, 2009).

Untuk melaksanakan ketiga tugas pokok tersebut maka pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha di bidang kesejahteraan sosial sebagai berikut : 1. Bantuan sosial kepada warga masyarakat yang kehilangan peranan sosial

karena berbagai macam bencana (sosial maupun alamiah) atau akibat-akibat lain.

2. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial. 3. Bimbingan, pembinaan dan rehabilitasi sosial. 4. Pengembangan dan penyuluhan sosial dan


(37)

5. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan khusus untuk membentuk tenaga-tenaga ahli dan keahlian di bidang kesejahteraan sosial

2.4. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial Responsibility)

2.4.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.

Perusahaan mengejar laba memang sudah menjadi wataknya. Tetapi jika kemudian perusahaan juga ikut melibatkan diri dalam suatu gerakan mencerdaskan bangsa melalui pemberian bantuan beasiswa, bukan berarti berarti mereka sedang tidak butuh laba. Perusahaan tersebut justru sedang mengejar laba yang sebenarnya, yang bukan sekedar selisih positif antara modal usaha dengan hasil usahanya, tetapi citra positif di mata publik yang bisa menjamin eksistensi dan kelangsungan usahanya. Laba semacam inilah yang belum dipahami para pemilik perusahaan dan pengelolanya. Jika diibaratkan seperti orang yang bersedekah, maka tidak akan ada perusahaan yang menjadi bangkrut karena bersedekah. Oleh karena itu patut didukung upaya-upaya dari dunia usaha yang melakukan “sedekah” melalui apa yang dinamakan tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR).

Tidak ada pengertian tunggal mengenai konsep tanggung jawab sosial tersebut. Akan tetapi setidaknya bisa diartikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan merupakan komitmen dari dunia usaha untuk menyumbang bagi pembangunan yang berkelanjutan, melalui bekerja dengan kalangan pekerjanya serta perwakilannya, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup sehingga tidak hanya menguntungkan bagi kepentingan bisnis mereka tetapi juga kepentingan pembangunan.


(38)

Bentuk-bentuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan sangat beragam, dari bentuknya yang paling sederhana seperti kegiatan kariatif yang sekedar memberikan bantuan uang atau barang, hingga pada program yang kompherensif yang ditujukan kepada suatu komunitas atau masyarakat. Program tersebut biasanya memakan waktu relative lama atau tahunan. Selain itu tanggung jawab sosial perusahaan juga bisa dimulai secara internal yang hanya mencakup karyawan beserta keluarganya seperti fasilitas kerja di atas standar, ruang perawatan bayi, beasiswa kepada anak anak karyawan, hingga yang bersifat eksternal yang ditujukan kepada komunitas atau masyarakat luas.

2.4.2. Sejarah Kemunculan Corporate Sosial Responbility di Indonesia

Pembangunan nasional yang sistematis dan terencana di Indonesia bermula sejak Orde Baru, yang dikenal dengan Pembangunan Lima Tahun (Pelita), berlaku sejak 1 april 1969. Di awal pembangunan, prioritas utama adalah stabilitas nasional, yang kemudian diikuti oleh pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Namun sejak Pelita II(1 April 1974) sehingga pemerintahan Orde Baru (1998) pembangunan ekonomi dijadikan sebagai indikator keberjayaan pembangunan nasional.

Akibat nyata penempatan pembangunan ekonomi sebagai indicator keberjayaan pembangunan nasional adalah kurang diperhatikannya masalah- masalah yang yang berkenaan dengan persekitaran maupun masalah-masalah sosial. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah ruah dimanfaatkan bahkan dieksploitasi sebesar besarnya untuk melaksanakn pembangunan, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.


(39)

Eksploitasi yang luar biasa atas sumber daya alam menjadikan pelaku pelaku pembangunan tidak memperhatikan kaidah-kaidah pemeliharaan. Pada umumnya pelaku ekonomi sering menyepelekan masalah-masalah yang ada dan yang bakal ada. Pelaku ekonomi sering sekali lupa dengan kepentingan masyarakat sekitar. Sebagai contoh, bagi merelka pemegang Hak Pengelolaan Hutan (HPH) hutan identik dengan “satuan meter kabik kayu” yang dapat dijual, yang kemudian masuk pada wilayah hitungan berapa laba yang diperoleh dan berapa pula devisa negara yang dihasilkan. Pelaku ekonomi maupun pemerintah lupa atas fungsi hutan yang berkenaan dengan kepentingan masyarakat sekitar.

Kondisi diatas tercipta juga karena lemahnya penegakan hukum dan belum diimplementasikannya prinsip Good Governance secara baik. Banyaknya persoalan menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan pada tahun 1987 masih mengambang.

Oleh karena itu para pelaku ekonomi dan pemerintah dituntut melakukan pergeseran dalam memandang eksistensi pembangunan melalui paradigma holistic-integrative. Melalui paradigma tersebut pembangunan bukan lagi hanya dipandang dari sudut pertumbuhan ekonomi, melainkan juga dari sudut daya sokong masyarakat sekitar terhadap keberlangsungan hidup manusia di masa mendatang.

Harus diakui, bahwa hingga masa kini belum ada liberatur yang menguraikan secara khas tentang sejarah corporate sosial responsibility di Indonesia. Liberatur yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam melakukan kajian sejarah kemunculan CSR di Indonesia berasal dari dua sumber atau dua


(40)

arah, yakni berkembang dalam masyarakat setempat dan dipengaruhi oleh perkembangan konsep corporate sosial responsibility di berbagai negara.

Pencemaran dan kerusakan lingkungan yang diakibatkan eksploitasi yang berlebihan terhadap sumber daya alam tanpa memperhatikan kesan yang ditimbulkan ternyata bertentangan dengan budaya masyarakat setempat. Kesadaran akan kondisi tersebut kemudian memunculkan dorongan pada pelaku ekonomi agar lebih memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan pemeliharaan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat dengan maksud menggantikan peluang melakukan aktifitas ekonomi yang hilang akibat kehadiran perusahaan tersebut. Oleh karena itu muncullah kelakuan kedermawanan perusahaan, yakni memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat setempat. Beberapa program tanggung jawab sosial perusahaan yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (Porter dan Kramer, 2004).

Dalam kaitan itulah, penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dipandang sebagai sebuah keharusan. Tanggung jawab sosial perusahaan bukan saja sebagai tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian dari kebijakan bisnis. Maka, bisnis tidak hanya mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung kesedaran terhadap lingkungan sekitar.

Angka rata-rata perusahaan yang memberikan dana bagi kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta per kegiatan. Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana tanggung


(41)

jawab sosial perusahaan pada tahun 1998 mencapai 21.51 miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah (Saidi dan Abidin, 2004:64). Apa yang memotivasi perusahaan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan? Penjelasan berikut menggambarkan tiga tahap atau paradigma yang berbeda.

1. Tahap pertama adalah Corporate charity, dorongan amal berdasarkan keagamaan.

2. Tahap kedua corporate philantrophy, dorongan kemanusian yang biasanya bersumber dari norma dan etika universal untuk menolong sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial.

3. Tahap ketiga adalah corporate Citizenship, yaitu motivasi kewargaan demi meujudkan keadilan sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial (Saidi dan Abidin, 2004:69).

2.4.3. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan

Pemberdayaan masyarakat atau community development merupakan sebuah aktualisasi dari tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih bermakna dari sekedar aktivitas charity ataupun dimensi tanggung jawab sosial perusahaan lainnya: community relation. Hal ini disebabkan karena dalam pelaksanaan community development, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan berkelanjutan. Dalam perwujudan Good Corporate Governance (GCC) maka


(42)

Good corporate Governance merupakan komitmen dunia usaha untuk mewujudkannya.

Dalam aktualisasi GCC, maka kontribusi dunia usaha turut untuk serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat harus mengalami metamorfosis dari aktivitas yang bersifat charity menjadi aktivitas yang lebih menekankan kepada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan. Metamorfosis tersebut pernah diungkapkan Zaidi (2003) dalam ambadar (2008), secara detail dalam tabel berikut ini.


(43)

Tabel 2

Paradigma Charity Philanthropy Good Corporate Citizenship Motivasi Agama, tradisi,

adaptasi

Norma, etika dan hkum universal Pencerahan diri dan rekonsiliasi dengan keterlibatan sosial

Misi Mengatasi

masalah setempat Mencari dan mengatasi akar masalah Memberikan kontribusi bagi masyarakat Pengelolaan Jangka pendek

mengatasi maslah sesaat Terencana, terorganoisir dan terprogram Terinternalisasi dalam kebijakan perusahaan Pengorganisasian Kepanitiaan Yayasan/dana

abadi/profesionalitas Keterlibatan baik dana maupun sumber dana lainnya Penerima manfaat

Orang miskin Masyarakat luas Masyarakat luas dan perusahaan Kontribusi Hibah sosial Hibah pembangunan Hibah (sosial

dan

penbangunan serta keterlibatan sosial)

Inspirasi Kewajiban Kepentingan bersama Sumber: Za’im Zaidi (2003) dalam ambadar (2008)

Dari tabel diatas 1.1 dapat dilihat terdapat hal penting yang membedakan antara aktivitas charity dengan philanthropy antara lain bahwa dalam aktivitas philanthropy aktivitas lebih didorong oleh norma dan etioka hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban, selain itu inspirasi aktivitas adalah untuk


(44)

memenuhi kepentingan bersama semua pihak, baik perusahaan maupun komunitas.

Dengan demikian tampak bahwa community development merupakan pelaksanaan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan. Khususnya di Indonesia, pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan memang tampaknya lebih cocok dengan program pemberdayaan masyarakat. Diharapkan dengan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan yang bernafaskan community development dapat mencapai tujuan strategis perusahaan. Disamping untuk mencapai profit optimum juga dapat bermanfaat bagi komunitas.

2.4.4. Pelaksanaan Program Corporate Sosial Responsibility (CSR) di

Indonesia

Terkait dengan pelaksanaan program CSR maka perusahaan-perusahaan yang melakukan praktik bisnisnya di Indonesia dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Perusahaan yang sudah menempatkan program corporate sosial responsibilty pada strategi inti dan jantung bisnisnya. CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kepentingan perusahaan.

2. Perusahaan yang menilai Program CSR akan memberi dampak positif terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya.

3. Perusahaan peringkat merah yang mulai melaksanakan program CSR, dimana pelaksanaannya masih dipandang sebagai komponen biaya yang mengurangi laba perusahaan.


(45)

4. Perusahaan peringkat hitam, dimana kegiatannya degeneratif, mengutamakan kepentingan bisnis, tidak peduli aspek lingkungan dan aspek sosial disekitarnya.

Beberapa ketentuan hukum yang mengatur mengenai pelaksanaan corporate sosial responsibility adalah :

1. Keputusan Presiden No. 90 Tahun 1995 tentang “Perlakuan Pajak Penghasilan atas Bantuan yang diberikan bagi Pembinaan Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I”

Pasal 2 butir 1 :

“Wajib pajak badan maupun orang pribadi dapat membantu sampai dengan setinggi tingginya 2 persen dari laba atau penghasilan setelah Pajak Pengahasilan yang diperolehnya dalam satu tahun pajak bagi pembinaan Keluarga Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I”

2. Keputusan Presiden No. 92 tahun 1996, diubah menjadi :

“Wajib pajak badan maupun orang pribadi wajib memberikan bantuan bagi pembinaan keluarga prasejahtera dan keluarga Sejahtera sebesar 2 persen dari laba atau penghasilan setelah pajak Penghasilan dalam satu tahun pajak.

3. Undang- Undang No. 9 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara : Pasal 2: Maksud dan tujuan pendirian Badan Usaha Milik Negara adalah Butir e: Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.


(46)

Mengikat Badan Usaha Milik Negara untuk menyelenggarakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan.(PKBL).

5. Surat Edaran Menteri Badan Usaha Milik Negara No. SE-433/MBU/2003: Setiap Badan Usaha Milik Negara diisyaratkan membentuk unit tersendiri yang bertugas secara khusus mengurusi PKBL.

6. Undang Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal Pasal 15 butir b:

“ Setiap penanaman modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”

Pasal 17:

“Penanaman modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui wajib mengalokasikan dana secara bertahap bagi pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan.

Pasal 34:

“ Badan Usaha atau Usaha perseorangan yang tidak memenuhi kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial akan dikenakan sanksi administratif”.

7. Undang Undang No. 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas: Ayat 1:

“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan ytanggung jawab sosial perusahaan”.


(47)

Ayat 2:

Tanggung jawab sosial dan perusahaan merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungakan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperjhatikan kepatuhan dan kewajaran”.

Ayat 3:

Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan ketentuan peraturan perundang –undangan.

Beberapa perusahaan di Indonesia yang telah melakukan progran corporate sosial responsibility di berbagai bidang adalah :

Bidang Pendidikan

1. PT Austindo Nusantara Jaya

Pusat kreatif di SD Percobaan Mangunan, Yokyakarta. Program Pelatihan dan Pengembangan Untuk Guru dan Administrasi Sekolah.

2. Citi Bank

Program Citi Bank Peka Pendidikan. Program Citi bank Peka ini dilakukan dalam bentuk capacity building, manejemen keuangan, lembaga pendanaan, dan mekanisme sukarelawan.

3. PT. Kaltim Prima Coal

Program “Global Learning of the Business Enterprise with Prestasi Junior Indonesia”. Pemberian-beasiswa kepada beberapa pelajar di Sangatta, Kutai barat, Kalimantan Timur.


(48)

4. McKinsey & Company

Business Plan ometition”.: Kompetisi Perencanaan Bisnis Bagi pelajar Indonesia.Harvard McKinsey seminar: mengadakan seminar setiap 4 bulan sekali dengan topik yang berbeda. Pengemabangan Pendidikan bagi anak usia dini di TPA Bantar Gebang.

5. Shell Companies In Indonesia Program anak asuh SD-SMA Bidang Lingkungan :

1. Bitish Petroleum Indonesia

Konsultasi publik pada pembuatan AMDAL(analisa mengenai pencemaran lingkungan) Proyek Pengembangan gas kepodang di laut jawa.

2. McKinsey & Company Konservasi Laut di Bali. 3. PT.Unilever Indonesia Tbk

Program Kali Bersih Sungai Brantas Bidang Kesehatan

1. PT.Avon Indonesia

Avon Breats Cander Crusade : Sosialisasi pencegahan kanker payudara. 2. McKinsey & Company

Program Donor Darah. 3. PT.Rio Tinto Indonesia

Program pemeriksaan penyakit TBC di beberapa wilayah di Kutai Barat, Kalimantan Timur.


(49)

4. PT.Roche Indonesia

Program Desa Sehat 203, “Pilot Project di Desa Cisalak, Depok. 5. PT.Unilever Indonesia

Program Pendidikan Kesehatan Masyarakat, seperti pemeriksaan gigi gratis, program pemeliharaan gigi, kampanye kebersihan tangan, promosi pemberian ASI bersama UNICEF, kampanye keluarga berencana bersama BKKBN, serta revitalisasi Posyandu (Pos Pelayanan terpadu).

(Kuntari dan Khairina, dalam Kompas, 2007).

2.5. Multiplier Effect (Efek Pengganda)

Teori ini menyatakan bahwa suatu kegiatan akan dapat memacu timbulnya kegiatan lain (Glasson, 1990). Teori ini hamper sama dengan teori Trickling down tetapi lebih memacu pada bentuk kegiatan, sedangkan teori Trickling down effect lebih memacu pada ruang. Berdasarkan teori ini dapat dijelaskan bahwa dengan adanya kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk di Kabupaten Toba Samosir Porsea akan memacu timbulnya aktifitas lain terhadap masyarakat di Kecamatan Parmaksian.

Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk ini memang banyak menimbulkan aktivitas-aktivitas yang lain terhadap masyarakat. Aktivitas-aktivitas yang timbul antara lain adalah :

1. Munculnya Perdagangan dan dunia bisnis yang baru seperti : a. Meningkatnya jumlahnya rumah makan.


(50)

c. Munculnya tempat – tempat hiburan seperti café, bahkan tempat tempat prostitusi.

d. Meningkatnya jumlah wartel.

e. Meningkatnya jumlah counter HP ataupun kios isi pulsa. f. Munculnya doorsmer kereta maupun mobil.

g. Meningkatnya jumlah warung. 2. Peningkatan Lapangan Kerja.

Peningkatan lapangan kerja yang terjadi maksudnya dengan banyaknya usaha- usaha yang dikembangkan, secara otomatis akan diperlukan karyawan atau tenaga kerja untuk menjalankan usaha tersebut. Secara tidak langsung munculnya usaha dan bisnis berhubungan dengan peningkatan lapangan kerja.

3. Peningkatan Jasa Akomodasi dan Transportasi.

Jumlah kendaraan bermotor semakin meningkat semenjak kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk, mulai dari jumlah sepeda motor maupun mobil. Selain dipakai untuk kegiatan pribadi, banyak juga masyarakat yang menyediakan kendaraan bermotornya untuk kegiatan jasa baik akomodasi dan transportasi. Ada yang menjadikan sepeda motornya ojek dan ada yang merubah mobilnya menjadi angkot. Mengingat bahwa semakin meningkatnya aktivitas masyarakat maka diperlukan peningkatan jumlah transportasi sebagai factor pendukung terhadap kegiatan dan aktivitasa masyarakat.


(51)

2.6. Kerangka Pemikiran

Dengan beroperasinya lagi PT. Toba Pulp Lestari pada tahun 2003 tentunya akan memberikan dampak bagi masyarakat sekitar. Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk dengan paradigma baru diharapkan dapat memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. PT.Toba Pulp Lestari dalam aktifitas produksinya telah mempersiapkan paradigma baru, adapun paradigma baru itu adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan Teknologi yang ramah terhadap lingkungan. 2. Penglolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan.

3. Pelaksanaan Tanggung jawab Sosial (Corporate Sosial Responsibility) yaitu:

1. Mengutamakan masyarakat sekitar sebagai pekerja dan menduduki jabatan yang ada.

2. Melakukan pembagian bisnis dengan masyarakat sekitar.

3. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk community development sebesar 1% net sales per tahun.

4. Menerima lembaga independen untuk mengawal pelaksanaan paradigma baru tersebut.

Dengan adanya corporate sosial responsibility yang dibawa oleh PT. Toba Pulp Lestari Tbk, bagaimanakah respon masyarakat dapat digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut ;


(52)

BAGAN I

KERANGKA PEMIKIRAN

PT. TPL Tbk

C S R

1. Mengutamakan masyarakat sekitar sebagai pekerja dan menduduki jabatan yang ada

2. Melakukan pembagian bisnis dengan masyarakat sekitar

3. Menyisihkan dana kontribusi sosial untuk

community development sebesar 1% net sales per tahun

MASYARAKAT KEC. PARMAKSIAN

1. Peningkatan Sumber Pendapatan 2. Peningkatan Lapangan Kerja 3. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Sikap Persepsi Partisipasi


(53)

2.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian sosial. (Singarimbun,1989: 33). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat menghamburkan tujuan peneltian.

Penelitian ini untuk mengetahui respon masyarakat kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk, oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian maka merumuskan dan mendefenisikan istilah-istilah yang digunakan secara mendasar agar tercipta suatu persamaan persepsi dan tidak muncul salah pengertian.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep sebagai berikut:

1. Respon adalah “jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, pemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal yang khusus” (Muller,1991: 3).

2. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

3. PT.TPL Tbk bukanlah suatu lembaga yang khusus bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi PT.TPL Tbk adalah sebuah lembaga komersil yang berkewajiban berpartisipasi memperbaiki


(54)

kondisi sosial dan kesejahteraan masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan.

4. Tanggung jawab sosial perusahaan (corporate sosial responsibility) merupakan komitmen dunia usaha untuk menyumbangkan dana bagi pembangunan yang berkelanjutan, melalui bekerja dengan kalangan pekerjanya serta perwakilannya, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk memperbaiki kualitas hidup sehingga tidak hanya menguntungkan bagi kepentingan bisnis mereka tetapi juga kepentingan pembangunan.

2.7. Defenisi operasional.

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variable (Singarimbun,1989: 33). Dengan defenisi operasional dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang akan diukur dan dianalisa dalam variabel yang ada.

Untuk memberikan kemudahan dalam memahami variabel dalam penelitian ini maka dapat diukur melalui indikator-indikator atas dasar respon masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk maka yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sikap masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Meliputi penilaian, penolakan atau penerimaan serta suka atau tidak suka.

2. Persepsi masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari Tbk. meliputi pengetahuan masyarakat tentang PT. Toba Pulp Lestari.

3. Partisipasi masyarakat dapat diukur melalui keterlibatan masyarakat dengan program yang dilaksanakan PT. Toba Pulp Lestari Tbk.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe penelitian

Tipe penilitian ini adalah deskriptif yaitu suatu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1998: 73).

3.2 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir, yang terdiri dari 10 desa. Sebagai kecamatan yang baru berdiri dan merupakan Kecamatan yang paling dekat dengan lokasi berdirinya PT. Toba Pulp Lestari Tbk, maka penulis tertarik untuk menjadikan Kecamatan Parmaksian sebagai lokasi penelitian untuk mengetahui bagaiman respon masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari,Tbk dengan paradigma barunya.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1998:20).


(56)

Berdasarkan pendapat di atas yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kecamatan Parmaksian yang terdiri dari 10 desa yang berjumlah 11.088 jiwa dan terdiri dari 2601 kk.

Tabel 3

Jumlah penduduk Kecamatan Parmaksian

NO NAMA DESA

JUMLAH KK

JUMLAH

JIWA

LK PR LK PR

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tangga Batu I Tangga Batu II Pangombusan Lbn. Sitorus Bjr. Ganjang Bius Gu Barat Jonggi Manulus Lbn. Huala Dolok Nauli Siantar Utara Jumlah 300 122 593 129 217 344 92 177 58 217 2249 23 21 36 35 35 24 70 73 35 352 648 283 1213 324 480 1069 226 435 480 480 5458 672 289 1441 350 539 781 217 428 533 533 5630

Sumber Data : Monografi Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir 2008

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi,1998: 144). Dalam penelitian ini teknik


(57)

teknik pengambilan sampel secara random atas dasar himpunan 10 desa yang ada dipilih 5 desa untuk menetukan sampel sebanyak 100 KK. Dengan perincian sebagai berikut.

1. Desa Tangga Batu I = 300 KK 2. Desa Tangga Batu II = 145 KK 3. Desa Pangombusan = 614 KK 4. Desa Siantar Utara = 252 KK 5. Desa Lbn. Sitorus = 166 KK Jumlah = 1477 KK.

1. Desa Tangga Batu I : 1477

300

x 100 = 20 KK

2. Desa Tangga Batu II : 1477

145

x 100 = 9,81 = 10 KK

3. Desa Pangombusan : 1477

614

x 100 = 41,57 = 42 KK

4. Desa Siantar Utara : 1477

252

x 100 = 17,06 = 17 KK

5. Desa Lbn. Sitorus : 1477

166

x 100 = 11,23 = 11 KK


(58)

3.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

1.Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data atau informan yang menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, surat kabar, majalah, yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti.

2.Studi Lapangan

Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. a.Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek peneltian.

b.Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang delaksanakan dengan menyebarkan angket kepada masyarakat.

c.Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara bertatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

3.5 Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dalam bentuk statistik deskriptif yaitu dengan menggunakan Skala Likert dengan cara memeriksa data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya untuk disusun dalam bentuk tabel serta selanjutnya dijelaskan secara kualitatif. Alasan menggunakan Skala Likert adalah agar dapat memberikan gambaran yang lebih


(59)

jelas tentang respon masyarakat sehingga mendapatkan suatu ukuran positif, netral, atau negatif.

Pemberian skor data kategori sikap dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak setuju (negatif) adalah -1 b. Skor kurang setuju (netral) adalah 0 c. Skor setuju (positif) adalah 1

Pemberian skor data kategori persepsi dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak tahu (negatif) adalah -1 b. Skor kurang tahu (netral) adalah 0 c. Skor tahu (positif) adalah 1

Pemberian skor data kategori partisipasi dilakukan mulai dari respon negatif menuju respon yang positif, yakni:

a. Skor tidak pernah (negatif) adalah -1

b. Skor jarang (netral) adalah 0

c. Skor pemah (positif) adalah 1

Adapun langkah-langkah analisa data yang dilakukan adalah :

a. Pengkodingan, yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya.

b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisa serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.


(60)

c. Tabulasi, yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban dan skor dari masalah yang diteliti.

Sebelum menentukan klasifikasi persepsi, sikap dan partisipasi, maka

i = K

L H

i = 3

) 1 ( 1− − =

3 2

i = interval kelas H = nilai tertinggi L = nilai terendah K = banyak kelas

Maka untuk menentukan kategori respon positif atau negatif dengan adanya nilai batasan sebagai berikut:

Respon dengan nilai -1 sampai dengan -0,33 = respon negatif Respon dengan nilai -0,33 sampai dengan 0,33 = respon netral Respon dengan nilai 0,33 sampai dengan 1 = respon positif


(61)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1. Kondisi Kecamatan Parmaksian

Kecamatan Parmaksian merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Porsea. Melihat kondisi masyarakat dan lambatnya pembangunan di wilayah tersebut maka pemerintah daerah mengadakan pemekaran di kecamatan porsea. Kecamatan Parmaksian diresmikan pada tanggal 7 Agustus 2008 dengan tujuan mempercepat pembangunan dan pelayanan bagi masyarakat sesuai dengan Peraturan Daerah No 8/2008.

Kecamatan Parmaksian terdiri dari 10 desa, Desa Tangga Batu I, Tangga Batu II, Pangombusan, Lbn Sitorus, Bjr Ganjang, Bius Gu Barat, Jonggi Manulus, Lbn Huala, Dolok Nauli dan Siantar Utara, dengan Kepala Camat Slamat Manurung. Penduduk di kecamatan ini berjumlah, 2601 KK yang tersebar di seluruh desa, dengan mayoritas masyarakatnya yang bersuku Batak Toba. Penduduk setempat umumnya hidup dari hasil pertanian meskipun ada juga yang bekerja di PT. Toba Pulp Lestari Tbk dan PT. INALUM.

Dengan kondisi dimana di kecamatan inilah dua perusahaan raksasa berdiri PT. INALUM dan PT. Toba Pulp Lestari Tbk berdiri maka wilayah ini sangatlah rentan terkena dampak negatif dari kegiatan produksi perusahaan tersebut. Tidak sedikit jumlah kasus penyakit gatal-gatal dan gangguan pernafasan yang dialami penduduk setempat akibat polusi dan bau tak sedap yang disebabkan oleh kegiatan PT. Toba Pulp Lestari Tbk. Seperti yang terjadi di desa Siantar Utara, meskipun PT. Toba Pulp Lestari Tbk telah menyediakan pusat kesehatan di


(62)

kecamatan ini namun tetap saja tidaklah mampu mengurangi dampak negatif dari kegiatan produksi oleh perusahaan raksasa ini.

Kecamatan Parmaksian ini terletak pada ketinggian 800 – 2.500 meter dari permukaan laut. Kecamatan ini terdiri dari 10 desa yaitu Desa Tangga Batu I dan II, Desa Pangombusan, Desa Lumban Sitorus, Desa Banjar Ganjang, Desa Siantar Utara, Desa Jonggi Manulus, Desa Lumban Huala, Desa Dolok Nauli dan Desa Bius Gubarat. Batas wilayah kecamatan siantar narumonda adalah :

Sebelah Utara : Kecamatan Bonatua Lunasi Sebelah Selatan : Kecamatan Silimbat

Sebelah Barat : Kecamatan Janji Matogu dan Uluan Sebelah Timur : Kecamatan Pintu Pohan Meranti

Dari 10 desa yang ada, wilayah terluas adalah desa Bius Bugarat, sementara desa dengan luas terkecil adalah Desa Siruar. Luas Kecamatan Siantar Narumonda kira-kira ± 20,20 Km².

4.2. Potensi Sumber Daya Alam.

Seperti halnya kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Toba Samosir, Kecamatan Parmaksian juga masyarakatnya sebagian besar hidup sebagai petani. Dengan kondisi wilayah yang dikelilingi oleh pegunungan dan dialiri sungai Asahan, maka tidak heran jika mayoritas penduduknya hidup dari hasil pertanian dan perikanan. Dengan adanya aliran sungai sehingga memudahkan sistem pengairan sawah serta digunakan untuk memelihara ikan.

Ini memberi arti bahwa ada beberapa hektar sawah dilakukan penanaman lebih dari 1 kali. Tanaman selain padi yang diupayakan adalah tanaman palawija,


(63)

yaitu : tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar dan kacang tanah. Dari keempat jenis tanaman palawija tersebut, tanaman jagung memiliki luas tanam tertinggi, yaitu 42 Ha dengan produksi 210 ton, kemudian ubi kayu 19 Ha dengan produksi 22 ton dan ubi jalar serta kacang tanah masing-masing 3 Ha, akan tetapi produksi ubi kayu 44 ton sedangkan kacang tanah 5,4 ton. Hasil dari sektor pertanian tidak hanya dari sub sektor tanaman padi dan palawija, masyarakat di Kecamatan Parmaksian juga mengupayakan dari peternakan dan perikanan air tawar.

4.3. Keadaan Penduduk.

4.3.1.Jumlah Penduduk.

Jumlah penduduk di kecamatan Parmaksian 11088 jiwa terdiri dari 5458 jiwa laki laki dan 5630 jiwa perempuan. Dan terdiri dari 2601 rumah tangga dari 10 desa. Rata-rata tingkat hunian per rumah tangga di kecamatan Parmaksian adalah 4 orang. Berdasarkan kelompok umur penduduk di kecamatan Parmaksian, penduduk paling banyak berada pada usia muda (10-14 tahun), yaitu 759 jiwa atau 13,46 %. Sedangkan pada kelompok umur lanjut usia (65 tahun ke atas) hanya berkisar 410 jiwa atau 7,27 % dari total penduduk kecamatan Parmaksian.

Distribusi penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk untuk desa/sampel disajikan dalam tabel 4.1 berikut :


(1)

Sikap positif : 30 x 1 = 30 Sikap netral : 47 x 0 = 0 Sikap negatif : 23 x -1 = -23

= 7/100

= 0,07 ( partisipasi Netral karena berada diantara -0,33 sampai dengan 0,33)


(2)

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian terhadap Kehadiran PT. Toba Pulp Lestari dapat dilihat dari tiga variabel yaitu sikap, persepsi, dan partisipasi

1. Sikap

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa responden memiliki sikap yang netral terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari dengan nilai 0,12. Pengukuran sikap dilihat dari tanggapan responden yang biasa saja dengan kehadiran PT. Toba Pulp Lestari di daerah tersebut.

2. Persepsi

Berdasarkan hasil analisis data, dapat juga dilihat persepsi masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari yang netral dengan nilai -0,16. Pengukuran persepsi dilihat dari pengetahuan dan pemahaman responden terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari.

3. Partisipasi

Sedangkan hasil analisis data menunjukkan partisipasi yang netral juga dengan nilai 0,07. Pengukuran ini dilihat dari keterlibatan responden terhadap pelaksanaan program oleh PT. Toba Pulp Lestari.


(3)

4. Secarah menyeluruh

Berdasarkan hasil dari ketiga variabel diatas dapat dilihat nilai rata-rata respon masyarakat terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari adalah netral dengan nilai 0,11 (berada diantara -0,33 sampai dengan 0,33). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “Respon Masyarakat Kecamatan Parmaksian Kabupaten Toba Samosir terhadap kehadiran PT. Toba Pulp Lestari” adalah netral.

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada Pihak PT. Toba Pulp Lestari agar lebih memperhatikan kelestarian lingkungan dan kondisi masyarakat dan tidak hanya semata mata hanya untuk kepentingan perusahaan. Kiranya pihak PT. Toba Pulp Lestari kedepannya diharapkan dapat lebih bijaksana dalam menjalankan kegiatan produksi perusahaan.

2. Kepada pemerintah setempat agar juga turut memperhatikan serta mengawasi kegiatan PT. Toba Pulp Lestari dan program-program yang dilaksanakan sehingga kehadiran PT. Toba Pulp Lestari dapat membawa dampak positif terhadap peningkatan kondisi taraf kehidupan masyarakat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rukminto. 1994. Pekerjaan Sosial dan Ilmu Kesejahteraan Sosial, Jakarta: P.T. Rajawali,

Ambadar, Jackie. 2008. Corporate Sosial Responsibility dalam Praktek di Indonesia. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Arikunto S. 1985. Prosedure Penelitian. Jakarta: Bina Aksara Ever, Dieter Hans. 1985. Sosiologi Perkotaan. Jakarta: LP3ES

Faisal Sanafian. 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar-Dasar dan Aplikasi. Yokyakarta: Asih Asuh

Depsos.2009. Undang-Undang R.I No.11 tentang Kesejahteraan Sosial

FISIP USU dan ILO IPEC. 2003. Rapid Assesment Child Labour in Off Shore Fishing. Jakarta.

Gerungan. 1991. Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Glasson, John. 1990. Pengantar Perencanaan Regional (An Introduction to Regional Planing). terjemahan Paul Sitohang. Jakarta. FE-UI

Gunawan, Yusuf. 1992. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Gramedia. Koentjaraningrat. 1985. Masalah-Masalah Pembangunan. Bunga Rampai. Antropologi

Terapan. Jakarta: LP3ES

Manning, Chris dan TN Effendi. 1985. Urbanisasi Pengangguran dan Sektor Informal di Kota Jakarta. Jakarta: Gramedia

Muhidin, Syarif. 1984. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: STKS

Muller J. Daniel. 1991. Mengukur Sikap Sosial, diterjemahkan oleh Edi Soewardi Karta Widjaya. Jakarta: Bumi Aksara

Nawawi, Hadari. 1998. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada university Press

Porter, Michael E. dan Mark .R. Kramer. 2004. The Competitive Advantage of Corporate Phiilantrophy, New York.


(5)

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1987. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang Singarimbun, Nasri. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3S

Sumarnonugroho, T. 1991. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta: Graha Widya

Suparlan, Y.B. 1983. Kamus Istilah Kesejahteraan Sosial. Yokyakarta: Pustaka Pengarang

Wilensky, Harold L. 1965. The Problems and Prospects of the Welfare State dalam Industrial Society and Social Welfare. New York: The Free Press


(6)

Sumber Lain :

- Kompas, 25 September 2003 - Kompas, 17 April 2001 - Kompas, 22 Mei 2001 - Kompas,3 februari 2007 - Suara Karya, 26 April 2004

-

- Waspada, 11 Juni 2003

-

- Majalah Kalingga, Volume V Tahun 1995 - Bali Post Perspektif, 26 Maret 1997

-

- Kompas, 29 April 2003 - Penelitian Irwanto, 1991

- Penelitian Tjandraningsih, 1995

- http://www.serambinews.com/news/pt-sai-csr-dan-kearifan-lokal - http://www.jatam.org/content/view/672/21/

- http://www.balebengong.net/kabar-anyar/2009/03/31/corporate-sosial-responsibility- harus-berkelanjutan.html

- http://poltak.simanjuntak.or.id/2008/08/15/tragedi-kemanusiaan-di-siruar-porsea-sumatera-utara/