Sukarna Wiranta Hariadi Hadisuwarno Widjajanti
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA (Bidang IPS)
~ Edisi Revisi ~
Oleh Sukarna Wiranta, Hariadi Hadisuwarno, dan Widjajanti
Editor: Enny Sudarmonowati/Iroh Siti Zahroh/Anisah/Yoke Pradanatama
Desain Modul: Dewi Salma Prawiradilaga Desain Grafis: Yoke Pradanatama
© Pusbindiklat Peneliti LIPI Kompleks Cibinong Science Center (CSC) Jl. Raya Bogor Km. 46 - Cibinong Kab. Bogor, 16916
Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit
ISBN 978-602-9007-15-2
PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA (BIDANG IPS)
Edisi Revisi
Modul Diklat Jabatan Fungsional Peneliti Tingkat Pertama
Sukarna Wiranta Hariadi Hadisuwarno
Widjajanti
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Pengantar
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, maka Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pembina Jabatan Fungsional Peneliti (JFP) berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi pejabat fungsional peneliti secara nasional.
Pasal 20 Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 3719/D/2004 dan Nomor 60 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa untuk menjamin kualitas profesionalisme dan pelaksanaan JFP, LIPI berkewajiban menyelenggarakan diklat serta menyusun kurikulumnya.
Untuk mengejawantahkan pasal tersebut, LIPI menyusun dan menetapkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/H/2008 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Peneliti Berjenjang. Peraturan tersebut menyatakan bahwa terdapat dua jenjang diklat yang wajib diikuti oleh pejabat peneliti, yaitu Diklat JFP Tingkat Pertama dan Diklat JFP Tingkat Lanjutan.
aspek lainnya dari penyelenggaraan Diklat Berjenjang disusun berdasarkan uraian tugas peneliti, standar kompetensi serta mengakomodasi kebutuhan lembaga penelitian dan pengembangan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Untuk mendukung proses pembelajaran, LIPI menyiapkan modul untuk Diklat JFP Tingkat Pertama dan buku ajar untuk Diklat JFP Tingkat Lanjutan. Modul dan buku ajar ini bersifat standar minimal dan menjadi acuan dalam proses pembelajaran.
Penulisan modul Diklat JFP Tingkat Pertama dirintis sejak tahun 2004. Rintisan dimulai dengan diselenggarakannya Focused
ii
Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Group Discussion (FGD) tentang isi dan materi yang akan disampaikan.
Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Diklat JFP Tingkat Pertama serta penyesuaian dengan peraturan JFP terkini, maka perlu dilakukan revisi terhadap modul yang ada, salah satunya adalah modul Pengolahan dan Analisis Data Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (IPSH).
Untuk penyempurnaan penulisan revisi, modul ini telah diseminarkan secara terbatas dengan mengundang narasumber Ir. M. Arifin, MM. (P2 Kependudukan – LIPI) dan Prof. Dr. Johanis Haba (P2 Kemasyarakatan dan Kebudayaan - LIPI) serta dibahas dan diperkaya pada Training of Trainers (TOT) Fasilitator DJFP Tingkat Pertama oleh Prof. Dr. Yekti Maunati (P2 Sumber Daya Regional - LIPI), Drs. Anas Saidi (P2 Kemasyarakatan dan Kebudayaan - LIPI), dan Dr. Syahrir Ika (BKF - Kemenkeu)
Setelah penulisan modul final, penyuntingan bahasa Setelah penulisan modul selesai, penyuntingan bahasa dilakukan oleh ahli dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.
Secara paralel dilakukan proses pendaftaran International Standard Book Number (ISBN) sehingga modul ini merupakan karya nyata yang dapat digunakan sebagai acuan baik dalam penyampaian materi Diklat JFP Tingkat Pertama maupun sebagai tambahan pengayaan bagi sivitas ilmiah lainnya.
Akhirnya kepada penulis kami sampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya, atas kerja sama dalam menyelesaikan modul ini. Harapan kami, modul ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) peneliti dan memberikan manfaat bagi pengguna.
Jakarta, 11 Februari 2013
Prof. Dr. Lukman Hakim, M.Sc. NIP. 19530923 198203 1 001
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
iii
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
A. DESKRIPSI MATA DIKLAT
Modul Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH) membahas tentang pengolahan dan analisis data secara kuantitatif dan kualitatif, paparannya meliputi penyuntingan baik secara manual maupun komputer, pengodean, pengolahan data, penyajian data dalam tabel dan grafik, analisis data. Selain itu juga disertakan contoh analisis, modus analisis data, analisis umum dan análisis berdasarkan hipotesis kerja .
Mata ajar ini adalah modul lanjutan dari modul Pengantar dan Usulan
Penelitian, Rancangan Penelitian, Sumber dan Koleksi Data. Anda dianjurkan
untuk mengkaji ulang ke tiga modul ini.
Modul Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH) terdiri atas tiga proses belajar (PB), yaitu: 1. PB-Satu : Pengolahan Data; 2. PB-Dua : Penyajian Data; 3. PB-Tiga : Analisis Data.
Setiap proses belajar dan/atau penggalannya diikuti oleh tugas dan/atau latihan serta tindak lanjutnya.
Jangka waktu pembelajaran untuk materi ini adalah sepuluh jam dimana pelaksanaannya mencakup kegiatan tatap muka dengan metoda ceramah, diskusi/tanya jawab selama empat jam.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pendahuluan
Sedangkan latihan pengolahan data dan analisisnya diberikan waktu enam jam .
B. KARAKTERISTIK AKADEMIK 1
Berikut adalah karakteristik akademik peserta. 1. kandidat peneliti; 2. paling rendah berijazah S-1 segala bidang/ilmu; 3. memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik; 4. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar; 5. memiliki program SPSS atau software pengolahan data lainnya pada laptop masing-masing; 6. mampu mengoperasikan perangkat komputer (personal computer) terutama pengolah kata (word processing).
C. MANFAAT
Dengan memahami modul Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH), Anda akan memperoleh masukan berguna, yaitu: 1. pemahaman tentang proses pengolahan data ; 2. pemahaman alur kerja pengolahan data yang dimulai dari penyuntingan data hingga analisis data .
D. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah pembelajaran diharap peserta diklatmampu menguasai hal-hal berikut.
1. Kompetensi Dasar
Peserta diklat diharapkan dapat melaksanakan prosedur pengolahan hingga analisis data dari suatu proses penelitian yang
2 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Anda susun sendiri berdasarkan usulan, rancangan, sumber, dan pengumpulan data dengan panduan modul terkait.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta diklat mampu: a. melaksanakan penyuntingan dan pengodean data ; b. melaksanakan pengolahan data ; c. menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik, dll d. melakukan análisis data kuantitatif dan kualitatif.
E. SARAN-SARAN PEMBELAJARAN
1. Baca dan diskusikan kesulitan belajar dengan anggota tim lain. Catatlah semua pertanyaan dan kesulitan yang timbul sewaktu Anda belajar. Tanyakan segera kepada fasilitator pada kegiatan tatap muka ; 2. Cobalah berlatih sendiri untuk membuat tulisan dengan mengikuti alur proses belajar secara bertahap; 3. Selain modul ini, Anda sebaiknya membaca referensi lainnya yang relevan. Anda juga dapat membaca daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan penyusunan modul ini sebagai informasi tambahan.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Skema PB-Satu
Pengolahan Data
Pengertian
Buku Kode Pemberian
Kode
Data Kuantitatif Data Kualitatif
Tabel/Gambar/Grafik Data kuantitatif dan kualitatif
4 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Penyuntingan data, pengkodean, buku kode, secara manual, melalui komputer, editing, variabel data.
1.1 METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
1.1.1 Metode Penelitian Kuantitatif
Pengolahan data merupakan tahap lanjutan setelah pengumpulan data. Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya jika tidak dianalisis. Teknik pengolahan data sebenarnya dapat dilakukan secara:
manual atau menggunakan komputer.
Akan tetapi sekarang pengolahan data dengan komputer sudah terbiasa dilakukan. Dengan program-program atau perangkat lunak yang canggih, data dapat diolah dan dianalisis lebih cepat. Untuk itu, peneliti dianjurkan agar menggunakan teknik ini untuk melakukan pengolahan dan analisis data. Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk pengelompokan atau kategorisasi, grafik, tabel, maupun bentuk-bentuk lainnya untuk keperluan analisis. Analisis data merupakan bagian
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis, data yang telah dikumpulkan dapat diberi arti sehingga dapat memecahkan masalah penelitian.
Dasar perbedaan pendekatan kualitatif dan kuantitatif adalah mengenai data numerik dan nonnumerik. 2 Penelitian yang menggunanakan pendekatan kuantitatif menggarap data numerik. Pendekatan itu disebut juga pendekatan yang menggunakan cara nomothetic, yaitu “...an approach to explanation in which we seek to identify a few causal factors that generally impact a class of conditions or events. Imagine the two or three key factors that determine which colleges students
chosee proximity, reputation and so forth. 2
Pendekatan ini berkaitan dengan posisi logico empiricism, di mana proses penelitian harus masuk akal dan logis. Pendekatan ini melihat bahwa realitas adalah sesuatu yang empiris sehingga dasar pemikiran ini mempengaruhi metode penelitian yang digunakan.
1.1.2 Metode Penelitian Kualitatif
Pendekatan kualitatif seringkali dilihat sebagai cara alternatif pengolahan data dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif. Pemahaman tersebut ada benarnya dan bahan ini akan mulai dengan paparan pemikiran di belakang pendekatan.
Definisi yang general dibutuhkan untuk membatasi, karena metode ini sangat beragam sesuai dengan subjek penelitian ataupun perspektif penelitian yang dipergunakan.
6 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Qualitative research is a situated activity that locates the observer in the world. It consists of a set of interpretive, material practices that make the world visible. These practices transform the world. They turn the world into series of representations, including field notes, interviews, conversations, photographs, recordings and
memos to the self. 3
Definisi ini memperlihatkan bahwa peneliti, subjek peneliti, dan bahan penelitian merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Peneliti mengangkat hal atau fenomena yang tidak terlihat oleh orang lain dan menunjukkan signifikansi dari fenomena tersebut.
Metode kualitatif berkembang dan berkaitan dengan proses pengenalan tentang yang “lian” (others), menurut Denzin dan Lincoln 3 yang lian adalah orang yang tidak berkulit putih, kurang beradab, bagian dari awak negara jajahan, berkulit gelap. Metode ini dipergunakan untuk peneliti, jurnalis, pelancong yang awalnya mengikuti pergerakan dari kolonialisme di negara- negara dunia ketiga.
metode multidisiplin, transdisiplin, dimana penggunanya disebut sebagai bricoleur, atau orang yang terampil menggunakan berbagai macam perkakas untuk membuat atau membetulkan sesuatu. Hasil pekerjaannya disebut bricolage atau “...that is a pieced-together set of representation that are fitted to the specifics of a complex
Metode kualitatif
adalah
situation”. 2 Gambaran sederhananya adalah semacam selimut dibuat dengan cara kuilt, selimut dari kain perca bermotif yang ditempelkan dan disulam sehingga memperlihatkan gambar yang menarik.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Data kualitatif diperoleh dengan berbagai macam cara. Silverman mengemukakan, 4 berbagai cara mendapatkannya, yaitu yang pertama adalah data yang diperoleh melalui publik seperti data koran, majalah dan lembaga penyiaran lainnya. Yang ke dua, data yang diperoleh orang lain, yang ke tiga adalah data yang diperoleh melalui bantuan orang lain seperti penyelia atau peer group. Bantuan seperti ini selain memperkaya analisis juga menghindari diri peneliti dari mental block atau perasaan tidak mengetahui apa yang harus dikerjakan dari informasi yang sudah dikumpulkan. Yang ke empat adalah analisis data sudah dilakukan sejak awal pengumpulannya. Prosesnya dimulai dengan
membuat transkrip kemudian memadukannya berdasarkan pertanyaan penelitian yang dimiliki. Dalam proses menggarap data, peneliti sudah dapat mempertanyakan konsep dan pendekatan yang digunakannya. Apakah merasa bahwa metode yang digunakan dapat menangkap gambaran yang dikehendaki ataukah dirasa membutuhkan cara lain atau data dukungan lainnya. Peneliti memperhatikan masalah artikulasi dari konsep yang dipergunakan. Peneliti juga sudah mulai memperhatikan definisi atau kata-kata yang
dipergunakan oleh subjek penelitian. Menurut Silverman, 4 dalam proses ini peneliti menanyakan masalah what dan how serta jarang menggunakan kata why karena peneliti melihat dari sisi cara pandang subjek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti juga membahas masalah kesulitan di lapangan, sebagai bagian dari penelitian kualitatif.
8 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Di dalam penelitian kualitatif, berdasarkan sisi-sisi yang dianggap penting, terdapat pembagian seperti di bawah ini. Paparan tentang adanya pendekatan perbedaan di belakang metode penelitian kualitatif adalah salah satu cara untuk memperlihatkan potensi dan kekayaan dari pendekatan ini. Metode penelitian kualitatif juga memiliki perbedaan di antara mereka sendiri. Di bawah ini adalah perbedaan berdasarkan epistomologinya.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Tabel 1.
Tiga Latar Belakang Epistemologi Kualitatif 5 Interpretivism
Social constructivism Menurut
Hermeutics
pendekatan ini Pendekatan ini tidak Social constructivism tindakan manusia memiliki ditujukan
untuk mendasarkan diri makna, dan makna diangkat mengatasi
masalah, pada knowledge atau melalui tindakan sosial. Untuk melainkan
untuk pengetahuan yang memahami tindakan manusia mengetahui proses yang beredar
di sekitar dipergunakan interpretasi atau terjadi di dalam sebuah individu
dan pemahaman
(understanding) pemaknaan. Berbeda masyarakat. Oleh yang biasa disebut verstehen. dari
interpretasivism karena itu pendekatan Cara yang pertama adalah yang
berpendapat ini mengatakan bahwa menyelami
subjective bahwa makna terdapat pengetahuan tersebut conciousness dari aktornya. di dalam masyarakat, dapat dilihat dengan Cara
menggunakan fenomenologi
yang kedua
adalah hermenutik
bahwa kerangka tertentu etnometodologi
dan berpandangan
interpretasi yang disebut sebagai berkembang
yang proses
di sosiologi. adalah pemaknaan. Di pespektif. Penganut Pendekatan
ini ingin dalam proses ini peneliti konstruksi sosial mengangkat kehidupan sehari- dengan
latar melihat bahwa hari
dan bagaimana belakangnya pengetahuan sudah intersubjektivitas berkembang. menyumbang pada hasil ada
dan manusia Dua hal yang digunakan, yaitu pemaknaan.
Karakter adalah bagian dari indexicality
dan reflexivity. individual dan bias, bagi mekanisme yang Indexicality
memperlihatkan pendekatan ini bukanlah membentuk bahwa ujaran memiliki konteks sesuatu
harus pengetahuan tersebut dalam
yang
bahkan serta sedangkan
situasi yang
ada, dihilangkan,
bagi menggunakannya memperlihatkan bahwa ujaran upaya
reflexivity menjadi
dasar
pemaknaan. berdasarkan posisi tersebut memiliki makna pula Peneliti
dalam dan kerangka bagi orang lain. Pendekatan ini menggunakan
pemikiran yang berkembang
dalam kajian pendekatan ini justru dimilikinya. tentang
Pendekatan ini conversation.
interaksi
dan menggunakan
Pendekatan pendekatan ini sebagai menggunakan kata interpretativism
juga upaya menilai prejudices discourse atau wacana berkembang dalam bahasa, di dan pandangan yang untuk
menunjukkan mana
bahasa memainkan dimilikinya. Proses adanya pengetahuan peran besar seperti bahasa interpretasi
adalah tertentu, seperti santun,
bahasa komando, proses dialogis, wacana tentang bahasa
dan perempuan atau keindahan, dan lainnya.
kekuasaan,
bahasa partisipatif
dilakukan
dalam tentang ekosistem.
10 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Metode kualitatif memiliki sejarah yang panjang terutama hubungannya dengan metode kuantitatif. Di bawah ini adalah lima perbedaan kedua penelitian tersebut. Tabel 2. Perbedaan Perspektif Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Kualitatif Penggunaan
Kuantitatif
Realitas berdasarkan pandangan Penggunaan kualitatif dipengaruhi oleh pendekatan
positivisme sudah ada di masyarakat pendekatan positivisme, sehingga metode positivisme
menunggu untuk diangkat atau ini serupa dengan kuantitatif hanya lebih dan post
tidak seketat metode positivisme
ditemukan. Sedangkan
sederhana,
pospositivisme berpandangan bahwa kuantitatif. Penerapannya menggunakan realitas tidak bisa secara langsung
cara-cara yang digunakan oleh kuantitatif. ditemukan, kecuali mendekatinya saja. pospositivisme menggunakan ragam pendekatan untuk mendekatinya. Keduanya menekankan tentang penemuan, verifikasi, dan validitas
Kualitatif melihat, menolak kuantitatif, cara pandang kuantitatif
Menerima Pendekatan
positivisme
dan
positivisme. Ada yang berpendapat bahwa posmoder
berpandangan
bahwa
mereka melakukan penelitian yang metode kualitatif adalah cara lain dalam objektif dan tidak bias, dan tidak
memaparkan data, tetapi kubu yang lebih subjektif.
keras menolak pendekatan positivisme dan kuantitaf mencari cara dan indikator sendiri. Pandangan ini melihat bahwa cara-cara postivisme telah membungkam beragam cara pandang.
kualitatif berusaha mendekati pandangan
Mengangkat Penelitian
perspektif aktor/individual individu
individu memiliki
jarak
karena
menggambarkan secara agregat. Bagi pendekatan kuantitatif, data dan informasi kualitatif; tidak realiable, impresionistik, dan tidak objektif.
Mengkaji Pendekatan kuantitatif mengangkat Menurut Everyday Social World dalam keseharian
Denzin and Lincoln. 2 pendekatan kualitatif Pendekatannya adalah nomotethic
isu yang
mengangkat pandangan individual sebagai (mencari hukum atau keteraturan
bagian dari penelitian tentang keseharian. atau pola tertentu.
Pendekatan
ini mementingkan cara paparan yang ideografis, yaitu cara menggambarkan fenomena masyarakat melalui emik dan kasus-kasus tertentu.
Deskripsi Kuantitatif tidak menyukai detail Kualitatif menyukai detail yang banyak, karena menekankan pada upaya
tetapi tidak berbicara tentang generalisasi generalisasi
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif dapat dilakukan pula melalui empat hal penting seperti di bawah ini. 6
Gambar 1. Perbedaan Penelitian dengan Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif
12 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
1.2 CARA PENGAMBILAN DATA
1.2.1 Data Kuantitatif
1.2.1.1 Pengertian Pada penelitian nomotetik terdapat tiga hubungan
kausalitas, yaitu: 1) semua variabel saling berhubungan,
2) penyebab terjadi terlebih dahulu dibandingkan efeknya, dan 3) variabelnya bukan variabel nonsporius. 2 Artinya tidak ada variabel ke tiga di dalam hubungan antarvariabel yang digambarkan. Sebuah hubungan bersifat necessary dan sufficient. Necessary memperliahtkan bahwa sebuah kondisi perlu ada sebeum terjadinya sebuah efek. Sedangkan sufficient berarti bahwa kondisi tersebut cukup dan mampu
menghasilkan efek tersebut. 2
1.2.1.2 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel secara umum perlu memperhatikan
unit analisa yang dipergunakan. Unit analisis dapat terdiri dari 1) individu; 2) kelompok; 3) organisasi; 4)
interaksi sosial; dan 5) artefak sosial. 2 Unit analisis berbeda dengan agregats yang hendak kita jelaskan. Misalnya penelitian tentang partai politik adalah sebuah agregats dan data diwakili oleh individu yang diwawancara. Unit analisis merupakan unit yang kita observasi.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Kajian dapat dilakukan dengan beberapa bentuk:
Cross sectional, yaitu kajian yang mengamati dan meneliti pada waktu tertentu saja.
Longitudinal – adalah kajian yang menggunakan pengamatan yang dilakukan pada waktu yang
panjang. Kajian longitudinal terdiri dari trends yang melihat perubahan sosial yang terjadi. Kemudian kajian cohort yaitu kajian yang mengikuti sampel yang sama dalam jangka tahun yang berbeda. Kajian panel yang mengamati atau mewawancarai orang yang sama dalam satu proses tertentu, seperti mengikuti sampel yang sama di dalam proses Pemilihan Umum.
1.2.1.3 Metode Penelitian yang Dipergunakan Dalam penelitian kuantitatif , masalah yang akan diteliti harus
Masalah yang diamati menggambarkan konsepsi, sebagai image mental dari apa yang kita bayangkan. Pada proses ini kita melakukan upaya konseptualisasi yang kemudian menghasilkan konsep tertentu. Sebuah konsep diperoleh melalui upaya konstruksi yang diperoleh baik dari lapangan maupun dari bacaan. Setelah menghasilkan konsep maka dilakukan upaya untuk memperoleh indikator dan dimensi. Indikator adalah butir-butir dari apa yang akan kita
dapat
diukur.
Sedangkan dimensi menggambarkan sisi-sisi yang penting dari masalah yang
14 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
kita hadapi, misalnya dimensi kemacetan dapat dilihat dari
angkutan maupun pemborosan
kepentingan
individu,
Dimensi-dimensi ini memperlihatkan bahwa satu masalah tidak hanya dapat dijelaskan dari satu sisi saja.
yang
terjadi.
1.2.2 Data Kualitatif
1.2.2.1 Pengertian Data di alam penelitian kualitatif dapat menggunakan cara yang dipergunakan juga oleh penelitian kuantitatif seperti beberapa cara di bawah ini. Cara pengambilan sampel dipergunakan untuk mendapatkan subjek penelitian yang sesuai atau memenuhi kriteria dari penelitian yang dilakukan. Secara umum data kualitatif terdiri dari sumber data
seperti di bawah ini: 7
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Peneliti dapat menggunakan lebih dari satu cara untuk memaparkan datanya. Peneliti yang ingin komprehensif menggunakan ke tiga-tiganya, tetapi banyak juga yang hanya menggunakan salah satu pendekatan. Penelitian dengan menggunakan teks banyak dilakukan oleh sejarahwan, meskipun ada pula sejarahwan yang menggunakan pendekatan oral histori menggunakan banyak wawancara. Pendekatan teks seperti menganalisis iklan banyak dilakukan oleh feminis untuk memperlihatkan wacana konstruksi perempuan yang hidup di dalam masyarakat.
1.2.2.2 Pengambilan Sampel Pengambilan sampel di sini diartikan sebagai upaya untuk mencari informan atau subjek penelitian. Pendekatan kualitatif banyak menggunakan kata informan dan subjek penelitian untuk memperlihatkan posisinya yang berbeda dari pendekatan kuantitatif. Akan tetapi kata-kata di dalam metode penelitian kuantitatif juga
pendekatan kualitatif. Penggunaan beberapa kata-kata di bawah ini ditujukan untuk mempermudah mencari data Perhatikan bahwa pendekatan kuantitatif menggunakan banyak kata objek penelitian. Sampel di dalam penelitian kualitatif dapat
dipergunakan
oleh
dilakukan dengan cara purposive, quota, snowball. 6
16 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
1.2.2.2.1 Purposive sampling mengambil informan yang terkait dengan pertanyaan penelitian yang kita ajukan, atau dengan konteks teori yang kita pergunakan. Pengambilan sampel ini sangat terbantukan jika kajian terdahulu sudah dilakukan sehingga sudah diketahui pemetaan dari masalah yang kita teliti. 1.2.2.2.2 Quota sampling adalah mengambil informan yang sudah diketahui terlebih dahulu karakteristiknya seperti umur, gender, pekerjaan, dan sebagainya. Karakteristik yang diketahui akan menjadi bagian dari
akan diambil. Yang membedakan antara quota sampling dengan purposive adalah, di dalam cara quota lebih memperlihatkan adanya beberapa kelompok yang ditentukan berdasarkan karakteristik tertentu. 1.2.2.2.3 Pengambilan
sampel
yang
secara snowball menggunakan referensi dari individu atau kelompok yang mengetahui atau yang terlibat di dalam sebuah masalah tertentu. Misalnya pengambilan sampel tentang gerakan perempuan tentunya akan mencari informan dari penggerak kegiatan ini ataupun individu yang menjadi penggerak dari gerakan tersebut.
sampel
Penelitian kualitatif menggunakan studi kasus. Studi kasus adalah upaya untuk memfokuskan hal yang akan
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
diamati dan dilakukan serangkaian upaya untuk menangkap fenomena yang ada. Menurut Emerson dalam
Silverman, 3 membuat empat proses yang perlu dilakukan untuk membuat studi kasus yang baik. Pertama adalah kasus tertentu dan cara termudah untuk mendapatkan data, yang ke dua adalah peneliti menentukan proses yang berlangsung pada kasus tersebut, peneliti melakukan deskripsi yang detail. Ke tiga adalah peneliti memfokuskan pada satu hal yang khusus yang dipilih oleh peneliti untuk membuat deskripsi yang lebih mendalam, dan ke empat adalah peneliti mencoba melakukan komparasi dengan kasus lainnnya.
1.2.2.3 Metode Penelitian yang Dipergunakan 1.2.2.3.1 Participant Observation Partisipasi terlibat adalah sebuah proses penelitian dimana peneliti mencoba menyelami kehidupan subjek penelitian. Peneliti menjalani kehidupan subjek penelitiannya untuk menangkap sisi pandangan dari informannya. 1.2.2.3.2 In depth interview In depth interview adalah tanya jawab yang terfokus pada satu atau beberapa item tertentu saja. Tujuan dari metode ini adalah untuk menggambarkan fenomena yang khusus proses. Di dalam tanya jawab harus diperhatikan bahwa pertanyaan
bersifat
netral bukan yang
18 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
mengarahkan. Perhatian ini penting supaya apa yang dipaparkan adalah pandangan dari subjek penelitian dan bukan pikiran penelitinya. Selain itu peneliti harus menjalin raport yang baik, raport dalam hal ini adalah hubungan yang baik sehingga subjek penelitian percaya dan mau berbagi cerita dengan peneliti. Pada tanya jawab peneliti perlu melakukan probing atau upaya membuat tema yang didikusikan menjadi semakin dalam dan menarik. Peneliti perlu mem-probing jika subjek penelitian terlihat tidak memahami pertanyaan, terlihat bosan dan tidak tertarik dengan tema penelitian yang dilakukan. 1.2.2.3.3 Focus Group Discussion (FGD) FGD adalah metode melalui pembicaraan berkelompok guna mencari informasi. Kelompok sebaiknya bersifat homogen dan tidak terlalu besar antara delapan s.d. sepuluh orang. Karakter ini dibutuhkan untuk memberi kesempatan pada semua yang terlibat untuk berkontribusi di dalam pembicaraan yang ada. Dengan kelompok yang besar dan heterogen, partisipan akan cenderung untuk diam dan pasif. FGD menggunakan moderator
berfungsi melakukan melontarkan pertanyaan dan membuat diskusi berlangsung dengan baik. Walaupun proses FGD
yang
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
menggunakan alat perekam, tetapi dibutuhkan notulis yang mencatat alur tanya jawab yang berlangsung.
FGD perlu mempertimbangkan
Pelaksana
karakter subjek yang diikutsertakan, apakah dapat berkontribusi karena ahli dalam isu yang bersangkutan, apakah individu tersebut cenderung pendiam atau bahkan cenderung sangat aktif. 1.2.2.3.4 Analisis Dokumen atau Analisis Teks 4, 8 Teks dalam penelitian kualitatif dipergunakan untuk menggambarkan situasi sosial yang ada. Teks menunjukkan bagaimana subjek penelitian menggunakannya untuk berbagai macam hal seperti upaya untuk memahami masalah atau situasi sosial, atau menjelaskan peristiwa di dalam masyarakat. Misalnya iklan tidak hanya alat memasarkan
akan tetapi juga menunjukkan nilai yang hidup di masyarakat, iklan mobil sport selalu menampilkan perempuan cantik dan menarik. Artinya pemilik dari mobil sport adalah laki-laki yang mampu menarik perempuan cantik. Teks yang sama jika dilihat dari
produk
kepentingan perempuan memperlihatkan
posisi
bagaimana kecantikkan perempuan diidentikkan dengan kebutuhan laki- laki.
20 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Penelitian kualitatif terutama yang memiliki latar belakang konstruktivisme menggunakan kata-kata di dalam teks untuk menunjukkan bagaimana subjek penelitian atau masyarakat yang diteliti memaknai kehidupannya, seperti halnya iklan di atas. 1.2.2.3.5 Data Visual Data visual dapat terdiri dari foto, video, gambar, iklan, tanda lalu lintas, grafiti, dan sebagainya. Penggunaan dan cara membahasakan data visual dipengaruhi oleh pertanyaan penelitian yang dimiliki. Ada penelitian kualitatif yang memang menggunakan data visual sebagai data utama dari penelitiannya, seperti lukisan. Dengan demikian proses yang dilakukan oleh penelitinya adalah melakukan deskripsi dari lukisan yang diamatinya dan kemudian melakukan interpretasi melalui kategori yang dilakukannya. Di dalam penelitian kualitatif hubungan antara peneliti dengan subjek yang ditelitinya sangat dekat, bahkan dapat bekerja sama untuk merumuskan pertanyaan penelitian atau dalam pengambilan data. Oleh karena itu peneliti kualitatif harus sensitif dan memiliki empati terhadap subjek atau isu yang ditelitinya. Hubungan yang baik antara peneliti dengan
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
subjek penelitiannya akan menghasilkan kajian yang baik pula. 1.2.2.3.6 Informed consent
Peneliti perlu memperhatikan informed consent, 5 atau persetujuan dari subjek peneliti atau informan tentang isu yang diteliti atau dikaji. Informed consent adalah sebuah keharusan di dalam penelitian berjenis kualitatif. Subjek penelitian harus mengetahui bahwa mereka terlibat di dalam penelitian, dan bagaimana
keterlibatan mereka. 6
Informed consent menjadi tataran penelitian kualitatif, karena isu yang diteliti seringkali merupakan isu yang kontroversial atau sensitif, sehingga subjek penelitian perlu mengetahui kegiatan apa yang dilakukan dan tujuan dari kegiatan tersebut. Informed consent dapat berbentuk tertulis ataupun sebuah pernyataan. Di dalam penelitian kualitatif pernyataan ini diucapkan pada awal melakukan penelitian, dan untuk kelompok rentan seperti anak-anak dibutuhkan informed consent dari pengasuh atau orang tuanya. Tentu saja di dalam isu yang sangat sulit bentuk informed consent dapat beradaptasi dengan situasi yang ada, yang menjadi dasar adalah etika penelitian. Hal yang harus ada di
22 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
dalam aturan ini adalah paparan tentang tujuan penelitian, harapan terhadap partisipasi subjek penelitian, risiko, dan keuntungan dari penelitian bagi sang subjek. Partisipasi ini bersifat suka rela tanpa pemaksaan sehingga orang bisa memutus partisipasinya
yang bersangkutan menghendakinya, kerahasiaan akan diperhatikan. Peneliti menginformasikan adanya kontak di komunitas yang bersangkutan sehingga jika ada pertanyaan yang muncul dapat menjawabnya.
jika
1.3 PENYUNTINGAN DATA
Sebelum data diolah perlu dilakukan pemeriksaaan awal atau penyuntingan (editing) terlebih dahulu, baik terhadap data kuantitatif maupun kualitatif. Sebaiknya daftar pertanyaan untuk penelitian beserta jawabannya harus diperiksa dan diperbaiki terlebih dahulu oleh peneliti guna menjaga kualitas data.
Berikut kiat-kiat yang sebaiknya Anda ikuti jika akan menyunting data!
Beberapa pertanyaan yang perlu diperhatikan dan dijawab dalam menyunting data, di antaranya:
1.3.1 Apakah data sudah lengkap dan sempurna? Hal ini berarti bahwa semua kolom atau pertanyaan harus ada jawabannya. Jawaban atau catatan yang kosong harus dilengkapi dalam menyunting data.
1.3.2 Apakah data sudah jelas tulisannya untuk dapat dibaca?
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Jawaban responden harus dapat dibaca baik huruf maupun angka-angka sehingga keragu-raguan dapat dihilangkan.
1.3.3 Apakah semua catatan sudah dapat dipahami? Pekerjaan mengedit termasuk mengubah singkatan maupun kependekan menjadi kata-kata atau kalimat yang penuh. Catatan atau singkatan mungkin hanya dapat dimengerti oleh pengumpul data tetapi belum tentu dimengerti oleh pembuat kode.
1.3.4 Apakah semua data sudah konsisten? Menyunting berarti memeriksa apakah jawaban responden
sudah konsisten. Misalnya jawaban antara umur responden yang masih berumur 23 tahun tetapi mempunyai anak kandung yang berumur 18 tahun. Apakah ada kesalahan mencatat atau ada kesalahpahaman responden dalam menjawab pertanyaan.
1.3.5 Apakah ada jawaban yang tidak sesuai? Peneliti perlu memeriksa jawaban yang tidak cocok dengan pertanyaan. Jika terdapat banyak jawaban dari pertanyaan yang tidak sesuai, maka daftar pertanyaan perlu diperbaiki dan harus diklasifikasikan dalam satu kelompok. Jika hanya beberapa yang tidak cocok mungkin merupakan kesalahan pencacah dan perlu diperbaiki.
Ingatlah bahwa Anda tidak diperkenankan untuk mengganti atau mengubah jawaban, angka atau pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan
membuat data itu sesuai, konsisten, dan cocok untuk maksud tertentu. Mengganti data orisinil demi mencocokkan dengan sesuatu keinginan
peneliti berarti melanggar prinsip -prinsip kejujuran intelektual.
24 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
1.4 PEMBERIAN KODE
Data kuantitatif yang telah dikumpulkan dapat berupa angka-angka ataupun jawaban kategori. Untuk memudahkan pengolahan dan analisis maka jawaban-jawaban tersebut perlu diberi kode. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengolahan dengan komputer. Memberi kode adalah menaruh kode berupa angka pada tiap jawaban.
Pengolahan data kualitatif juga dapat dilakukan dengan memberi kode. Data hasil wawancara, observasi, dokumen, foto, transkrip yang banyak sekali jumlahnya setelah dibaca dan dipelajari dan ditelaah, langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dengan cara melakukan abstraksi. Abstraksi dilakukan dengan membuat rangkuman dan menyusun dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikategorisasikan dan dibuat koding.
Pemberian kode untuk data penelitian bukan pekerjaan mudah. Anda harus berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan ini!
1.4.1 Teknik Pengodean
Pemberian kode dapat dilakukan dengan melihat jenis pertanyaan dan jawaban. Pemberian kode disesuaikan dengan jenis jawaban. Perhatikan uraian berikut!
1.4.1.1 Jawaban berupa angka. Pertanyaan tentang umur, pendapatan, dsb. dari responden jawabannya pasti berupa angka-angka. Jadi
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
jawaban untuk pertanyaan tersebut berupa kode angka jawaban itu sendiri. Misalnya: Jawaban
Kode Umur
56 Pendapatan : Rp 750 000
56 tahun
750000 Jika jawaban dalam interval angka, maka angka-angka tersebut perlu diberi kode tersendiri: Umur antara 0 – 15 tahun
kode 1
Umur 16 – 30 tahun
kode 2
1.4.1.2 Jawaban pertanyaan tertutup. Pertanyaan tertutup mempunyai jawaban yang sudah tersedia, dan pencacah atau responden tinggal memberi tanda cek sesuai dengan jawaban yang tersedia. Sebagai contoh:
Jawaban Kode Ya
1 Tidak Tidak tahu
9 -------------------------------------------------- Sangat setuju
5 Setuju
4 Netral
3 Tidak setuju
2 Sangat tidak setuju
1.4.1.3 Jawaban pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang variasi jawabannya belum ditentukan dan responden diberi
26 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
kebebasan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Jadi variasi jawabannya akan banyak. Variasi jawaban dikelompokkan ke dalam beberapa kategori dan perlu diketahui sebanyak mungkin variasi jawabannya. Perlu diperhatikan dalam membuat kategori dan kode jawaban, yaitu:
1.4.1.3.1 Kategori jawaban harus tegas perbedaannya sehingga tidak ada tumpang tindih (overlapping) antara jawaban yang satu dengan yang lain.
1.4.1.3.2 Persentase jawaban “lain-lain” atau “lainnya” harus kecil.
Sebagai contoh adalah “Alasan tidak minum pil KB” Jawaban
Kode Suami pergi
1 Mengganggu kesehatan
2 Sedang haid
3 Lainnya
1.4.1.4 Jawaban Pertanyaan Semiterbuka Pertanyaan semiterbuka adalah pertanyaan yang sebagian jawabannya sudah ditentukan, tetapi masih ada kemungkinan bagi responden untuk memberikan jawaban lain. Biasanya jawaban yang ditentukan sudah mencakup sebagian besar alternatif jawaban yang tersedia, tetapi ada jawaban lain yang tidak dapat diberi satu kode karena meliputi jawaban yang berbeda. Untuk
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
itu perlu disediakan beberapa kode baru, sebagai contoh: Cara KB yang Bapak/Ibu lakukan?
Jawaban
Jenis kontrasepsi Kode IUD
5 Susuk KB
6 Lain-lain (Sebutkan..................)
7 Lain-lain misalnya adalah: Sanggama terputus
8 (kode tambahan) Pantang berkala
9 (kode tambahan)
1.4.2 Buku Kode
Untuk memudahkan pemberian kode digunakan buku kode sebagai pedoman untuk memindahkan kode jawaban responden dan kuesioner ke lembaran kode, kartu tabulasi, ataupun ke tempat yang telah tersedia dalam kuesioner. Buku kode juga digunakan sebagai pedoman oleh peneliti untuk mengidentifikasi semua variabel dalam penelitian yang akan dipakai dalam analisis dan membaca tabulasi data.
1.4.2.1 Struktur Buku kode terdiri atas beberapa hal, yaitu:
1.4.2.1.1 Nomor halaman kuesioner. Halaman kuesioner ini merupakan keterangan yang memuat pertanyaan yang akan diberi kode dapat diketahui dengan cepat.
28 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
1.4.2.1.2 Nomor pertanyaan, merupakan urutan nomor seluruh pertanyaan di dalam kuesioner. 1.4.2.1.3 Nomor Variabel. Kolom ini diperlukan karena nomor variabel tidak selalu sama dengan nomor pertanyaan. Pemberian nomor dimulai dari nomor identitas responden sampai dengan pertanyaan terakhir. Pada umumnya tiap pertanyaan merupakan satu variabel, tetapi dapat juga lebih dari satu variabel. Contoh: Jumlah anak masih hidup.
No. variabel Nama variabel
20 Jumlah semua anak masih hidup
21 Bertempat tinggal dalam rumah tangga ini
21 Bertempat tinggal diluar rumah tangga ini
1.4.2.1.4 Nama Variabel dan Kode Jawaban. Nama Variabel adalah judul variabel, dibuat singkat dan jelas. Nama dan nomor variabel akan digunakan dalam pengolahan data. Kode jawaban berupa angka yang mewakili jawaban responden. Contoh: Nama Variabel dan Kode Jawaban:
Nomor
Variabel
1 Identitas responden
2 Umur
3 Pendidikan terakhir Variabel 3, yaitu pendidikan terakhir yang ditamatkan diberi kode jawaban sebagai berikut.
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Jawaban Kode Tidak pernah sekolah Sekolah Dasar Tidak Tamat
1 Sekolah Dasar Tamat
6 Sekolah Lanjutan Pertama Tamat
9 Sekolah Lanjutan Atas Tamat
12 1.4.2.1.5 Kolom. Pada kolom ini mengandung keterangan
lokasi masing-masing variabel dalam lembaran kode. Untuk data yang diolah dengan komputer jumlah kolom ini penting karena dapat dipakai untuk mengetahui jumlah kolom yang digunakan. Sebagai contoh adalah umur responden terletak pada kolom 8-9. Dalam lembaran kode yang sudah berisi data pada kolom 8-9 berarti data umur responden.
1.4.2.1.6 Format. Format adalah aturan yang menentukan lokasi jenis kode, jumlah digit, kode jawaban, dan
letak desimal. Sebagai contoh adalah bagian dari kuesioner di
bawah ini: UMUR, PENDAPATAN, DAN PERKAWINAN
Tanggal kelahiran: Tahun 1953 Bulan Juni 5
4–5 6-7
Umur sekarang: 26 tahun
8-9 30 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
Pendapatan per bulan: Rp800.700
10 11 12 -- 15
Tabel 3. Buku kode untuk pengolahan dengan komputer
Halaman No.
Kues Pertany. Variabel Nama Variabel dan Kode Kolom Format
No.
1 1 2 TAHUN LAHIR
4-5 2.0
62 1962 77 Tidak tahu/Lupa 1 1 1 BULAN LAHIR
tahu/Lupa 2.0
UMUR SEKARANG
15 15 tahun
- 49 49 tahun 77 Tidak tahu
4.1 PENDAPATAN/BULAN (RIBUAN)
10- 15
0041 Rp 4 100,00 0192 Rp 19 200,00
8007 Rp 800 700,00
Contoh kuesioner dan buku kode menjelaskan sebagai berikut. Tahun dan bulan lahir
kolom 4-5 dan 6-7 Umur responden
kolom 8-9 Pendapatan per bulan
kolom 10-15
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
Penjelasan Format 1.0 berarti variabel tersebut dikode
dengan satu angka tanpa angka di belakang koma. Format 2.0 berarti variabel tersebut dikode dengan dua angka tanpa angka dibelakang koma. Format 4.1 untuk pendapatan setiap bulan berarti variabel tersebut terdiri atas empat digit dengan satu angka di belakang koma Pendapatan per bulan (dalam ribuan) Rp19.200,00 dikode dalam ribuan, maka kodenya adalah 0192 Pendapatan Rp800.700,00 maka kodenya adalah 8007.
Selain teknik tadi di atas, perhatikan saran-saran berikut. 1.4.2.1.6.1 Kode jawaban perlu dipertimbangkan apakah
hanya merupakan simbol atau skor. Contoh: Apakah saudara setuju penggunaan sterilisasi
untuk cara KB? Jawaban: SETUJU 1 TIDAK SETUJU 2
Apabila kode jawaban hanya sebagai simbol maka jawaban SETUJU diberi kode 1 dan jawaban TIDAK SETUJU diberi kode 2. Angka-
32 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
angka ini hanya sebagai simbol yang tidak mempunyai nilai. Jika jawaban digunakan untuk penyusunan skala atau indeks, maka kode yang diberikan adalah: SETUJU
2 1.4.2.1.6.2 Konsistensi kode juga perlu diperhatikan. Bila
1 TIDAK SETUJU
SETUJU diberi kode 1 dan TIDAK SETUJU diberi kode 2, maka kode jawaban tersebut lain sebaiknya berlaku untuk jawaban YA dan TIDAK, PERNAH dan TIDAK PERNAH, MEMAKAI dan TIDAK MEMAKAI.
1.4.2.1.6.3 Jawaban tertentu yang sudah ditetapkan kodenya akan memudahkan pengolahan data. Contoh:
66 (2 digit) Tidak tahu
Tidak ada jawaban
6 (1 digit)
7 77 Lain-lain
8 88 Tidak berlaku (n/a)
9 99 Kode-kode tersebut tidak mutlak dan dapat dipakai jika belum digunakan untuk kategori jawaban lainnya.
Apabila semua data sudah terkumpul dan sudah selesai diedit lapangan, yaitu memeriksa jawaban responden apakah sudah sesuai dengan maksud
pertanyaan,
kemudian tahap
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
selanjutnya adalah mengkode data berdasarkan buku kode yang telah disusun. Semua data dari kuesioner dipindahkan ke lembaran kode menggunakan petunjuk yang terdapat dalam buku kode. Kode dapat diletakkan pada dua tempat. Ke dua pilihan penempatan kode tersebut adalah:
Menjadi Satu dengan Kuesioner.
Untuk memudahkan pengolahan maka tempat kode disiapkan pada tepi kanan lembaran kuesioner. Setiap pertanyaan disiapkan kotak-kotak yang menunjukkan pada kotak yang mana jawaban pertanyaan harus dikode. Kotak-kotak yang disediakan harus sesuai dengan jumlah angka (digit) kode untuk setiap jawaban pertanyaan. Misalnya umur responden yang diperkirakan di bawah seratus tahun (00 – 99) disediakan dua kolom atau kotak untuk mengisi dua angka. Apabila
terbuka, untuk mengatasi jawaban yang bervariasi (lebih dari satu digit) disediakan dua kolom atau lebih.
pertanyaan
memudahkan dalam menyunting data perlu dibatasi sampai 80
Untuk
34 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
kolom sesuai dengan banyaknya kolom yang dapat ditampilkan dalam layar monitor.
Terpisah dari Kuesioner
Data dari kuesioner dipindahkan kedalam lembaran kode. Lembaran kode dapat terdiri dari 25 baris dan 80 kolom. Apabila data responden tidak lebih dari 80 kolom maka setiap lembaran kode dapat memuat 25 responden,
masing-masing responden menempati satu baris. Apabila setiap responden memerlukan lebih dari 80 kolom misalnya 200 kolom maka setiap responden memuat tiga baris.
dimana
Pemberian kode dapat dilakukan dengan dua cara:
1. mulai baris kedua dan selanjutnya pada lembaran yang sama, atau
2. mulai baris yang sama pada lembaran kode yang kedua, dan seterusnya.
Secara umum tugas seorang pemberi kode adalah:
membaca pertanyaan dalam kuesioner; memperhatikan jawaban yang diberikan oleh responden;
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
melihat pedoman dalam buku kode mengenai kode jawaban yang sudah
ditentukan; untuk pertanyaan terbuka, pemberi kode
harus menafsirkan jawaban responden untuk memilih kode yang tepat; memberi kode untuk jawaban yang sudah jelas pada kolom atau kotak tertentu di lembaran kode; apabila ada kesulitan dalam menentukan kode jawaban yang tepat, perlu diberi catatan dan ditanyakan kepada pengawas; gunakan peralatan untuk memberi kode
seperti pensil 2B , karet penghapus, peruncing pensil, dan lain-lain.
1.5 PENGOLAHAN DATA
Setelah menyusun buku kode dan memberi kode data, peneliti siap mengolah data. Ada beberapa tahap yang perlu dikerjakan oleh peneliti dalam pengolahan data. Berikut rincian tahapan tersebut.
1.5.1 Field Note 4 Catatan lapangan adalah tulisan yang dilakukan peneliti
ketika berhadapan dengan subjek penelitian atau memperhatikan lapangan dimana dia mengadakan penelitian. Catatan lapangan merupakan reaksi yang
36 Modul DJFP. Tingkat Pertama
Pengolahan dan Analisis Data (Bidang IPSH)
dituliskan oleh peneliti ketika menghadapi lapangan, sehingga sulit untuk diulang kembali. Di alam penulisan terdapat dua hal yang menjadi patokan, yang pertama adalah melakukan catatan secara e- dan konsisten serta yang ke dua memperhatikan kerangka penelitian yang dipergunakan. Yang terakhir ini berhubungan dengan metode penelitian yang dipergunakan. Penelitian yang menggunakan perspektif gender tentunya akan lebih fokus pada pilahan gender yang dapat dilakukan dalam tahapan penelitian. Banyak peneliti – tanpa menyadari bahwa cara dia membuat catatan ternyata dipengaruhi oleh perspektif yang dipelajarinya. Akan tetapi, ada dua hal yang selalu menjadi perhatian, yang pertama adalah menuliskan apa yang kita dengar dan lihat dan yang kedua adalah perilaku yang muncul baik dari peneliti berupa reaksi terhadap tindakan atau ucapan yang dibuat oleh subjek penelitian, - cara subjek penelitian memperlakukan peneliti.
Menurut Silverman, 4 enam hal - - untuk - catatan lapangan yang baik. Pertama adalah mendeskripsikan perilaku -dan tujuan dari perilaku tersebut. Ke dua adalah bagaimana masyarakat mencapai tujuan mereka dan dengan cara seperti apa. Ke tiga adalah bagaimana anggota masyarakat menyikapi dan memahami tindakan yang mereka lakukan, ke lima asumsi apa yang mereka miliki yang melandasi tindakan mereka. Dari sisi peneliti terdapat dua hal yang - adalah apa yang dipahami oleh peneliti dan apa yang
Pusbindiklat Peneliti - LIPI
Pengolahan Data
dipelajari olehnya dan yang terakhir adalah kesimpulan apa yang - dibuat oleh peneliti. Silverman menyatakan, 4 bahwa catatan lapangan tidak hanya satu tetapi ada beberapa, yaitu:
Catatan lapangan yang dibuat ketika melakukan penelitian lapangan, catatan ini ringkas.
Catatan lapangan yang dibuat setelah peneliti sampai di tempat tinggalnya, catatan ini lebih luas dan panjang.
Jurnal proses penelitian yang berisi masalah-masalah yang dihadapi di lapangan dan pikiran-pikiran apa yang
muncul di lapangan. Catatan tentang analisis dan interpretasi yang muncul.
1.5.2 Memasukkan Data ke Dalam Berkas (File) Data