UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ESKTRAK DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra, L.) TERHADAP BAKTERI
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI ESKTRAK DAUN KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra, L.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli dan Salmonella thypii
Muhamad Taswin ABSTRAK Penelitian Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra, L.) terhadap Escherichia coli dan Salmonella thypi dilakukan untuk membuktikan adanya aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadendra, L.) terhadap Escherichiacoli dan Salmonella thypi, untuk mengetahui pada konsentrasi berapa ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadendra, L.) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella thypi, untuk membandingkan daya hambat ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadendra, L.) dengan Kloramfenikol sebagai kontrol positif. Tanaman daun kayu putih terdapat kandungan kimia yaitu minyak atsiri, terdiri dari sineol 50%-65%, alfa-terpineol,valeral dehida dan benzaldehida. Pada tanaman daun kayu putih memiliki aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Salmonella thypi, pada konsentrasi10% b/v, 40% b/v, 70% b/v adalah masing-masing 16 mm dan pada konsentrasi 100% b/v adalah 18 mm tergolong kategori kuat, pada bakteri Salmonella thypi pada konsentrasi 10%b/v, 40% b/v, 70%b/v dan 100% b/v adalah masing-masing 22 mm, 24 mm, 28 mm dan 28 mm tergolong kategori sangat kuat. Daya hambat antibakteri Salmonella thypi lebih besar dibandingkan dengan daya hambat ekstrak daun kayu putih.
Kata kunci : daun kayu putih (Melaleuca leucadendra, L.), Escherichia coli, Salmonella thypi, aktivitas antibakteri, uji daya hambat.
PENDAHULUAN Latar Belakang
Sebagai negara berkembang Indonesia belum begitu baik dalam mengelola lingkungan, yang berakibat masih banyak masyarakat yang menderita diare terutama pada anak-anak. Diare yang ditangani dengan tidak tepat dapat berakibat fatal. Diare adalah keadaan tinja mangandung lebih banyak air dibandingkan yang normal, sering disebut mencret atau tinja seperti air atau buang air besar encer tiga kali sehari atau lebih dalam sehari.
(WHO,1995) Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812 pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam yang dianalisa dari tahun 1995 s/d 2001 penyebab terbanyak adalah Vibrio cholerae , diikuti dengan Shigella sp, Salmonella sp,
Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan Salmonella paratyphi A.
Sedangkan tingginya kejadian diare di negara Barat oleh karena
foodborne infections dan waterborne
infections disebabkan bakteri
Salmonella sp, Campylobacter jejuni, Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic Escherichia coli
(Umar, dkk. USU : 2004).
Di dalam masyarakat secara tradisonal tumbuhan kayu putih biasa digunakan untuk mengobati diare dengan cara meminum daun kayu putih (Titin, 2008). Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai manfaat daun kayu putih untuk mengobati rhinitis dan mengatasi demam (Lutony, 1994). Kandungan kimia yang terdapat daun tumbuhan kayu putih adalah minyak atsiri, terdiri dari sineol 50%-65%, Alfa- terpineol, valeraldehida dan benzaldehida. Minyak atsiri bagi tumbuhan bermanfaat menarik serangga, sedangkan bagi manusia minyak atsiri dapat digunakan sebagai antibakteri dan anti kapang. (djamal,rusdi ,2010). Selain itu minyak atsiri menurut Adi dan Sastra tahun 2008, Uji Minyak dari Rimpang Lengkuas memiliki daya hambat terhadap bakteri E.coli dan
S.aureus.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik membuktikan secara ilmiah penggunaan tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra, L) yang digunakan oleh masyarakat dalam mengobati diare, maka peneliti melakukan penelitian untuk mengujikan aktivitas antibakteri ekstrak tumbuhan kayu putih (Melaleuca leucadendra, L) terhadap bakteri diare yaitu bakteri
Escherichia coli dan Salmonella thypi dengan berbagai konsentrasi.
METODE PENELITIAN Alat-alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi pisau, timbangan, botol maserasi, kertas saring, seperangkat alat destilasi, alat destilasi vakum, corong, pinset, gelas ukur, jangka sorong, jarum ose, bunsen, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, kertas cakram, cawan petri, autoclave, pipet ukur, Dry Head Oven (DHO). Sebagai kontrol positif digunakan kloramfenikol dan sebagai kontrol negatif digunakan etanol 96%. Kemudian seluruh cakram diletakkan diatas permukaan agar sambil sedikit ditekan. Kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam, setelah itu dilakukan pengamatan dan pengukuran terhadap zona hambat
leucadendra, L) dengan berbagai konsentrasi dan dikering anginkan.
Bahan
dan biarkan mengering. Kemudian kertas cakram dicelupkan kedalam ekstrak daun kayu putih (Melaleuca
Escherichia coli dan Salmonella thypi ditorehkan pada media Muller Hilton Agar (MHA) secara merata
Media agar Muller Hilton Agar (MHA) dituangkan kedalam cawan Petri masing-masing 10 ml dan biarkan memadat sebagai lapisan dasar. Setelah itu suspensi bakteri
Uji Daya Hambat Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra, L)
C, kemudian tambahkan biakkan murni bakteri sebanyak 10
Media Muller Hilton Agar (MHA) yang telah dibuat diambil sebanyak 150 ml dan dipanaskan pada suhu 37 C
Pembuatan Suspensi Escherichia coli dan Salmonella thypi.
dalam 1 liter aquadest, ukur pH sampai 7,4 kemudian sterilkan dalam autoclave pada suhu 121 C selama 15 menit, lalu masukkan kedalam cawan Petri steril dengan ketebalan 3-4 mm, kemudian sterilkan kembali dengan autoclave selama 15 menit.
beef infusion, bacto camino acid, starch, dan bacto agar dilarutkan
Pembuatan Media Muller Hilton Agar (MHA)
- – 40
Ekstrak kental yang didapat kemudian dilarutkan dengan etanol 96% hingga diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 100 % b/v, selanjutnya dilakukan pengenceran kembali untuk mendapatkan kosentrasi 10% b/v, 40% b/v, 70% b/v, 100% b/v.
Simplisia yang telah dikeringkan sebanyak 1000 gram, dimasukkan kedalam botol maserasi kemudian tambahkan etanol 96% hingga seluruh simplisia terendam. Lalu botol ditutup rapat simpan ditempat gelap terlindung dari cahaya sambil sering dikocok (± 6 kali sehari). Maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% sebanyak 2 kali pengulangan sampai bening. Setelah lima hari simplisia lalu disaring sehingga diperoleh maserat daun. Maserat yang didapat selanjutnya dipekatkan dengan destilasi vakum pada suhu rendah hingga diperoleh ekstrak kental (Farmakope Indonesia Edisi III,1979).
Ekstraksi Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra, L.)
Bahan tanaman berupa daun kayu putih segar yang telah dicuci bersih, dirajang halus lalu dikeringkan pada pemanasan matahari secara tidak langsung, setelah simplisia kering ditimbang sebanyak 1000 gram.
Penyiapan Bahan Simplisia
Salmonella thypi, Etanol 96%, Cakram antibiotik Kloramfenikol.
bakteri Escherichia coli dan
leucadendra, L), Media Muller Hinton Agar (MHA), Biakkan
Daun kayu putih (Melaleuca
Bahan
- – bahan yang terdiri dari
- – 50 ose kedalam media tersebut.
Escherichia coli dan Salmonella thypi
dengan menggunakan jangka sorong.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Cara pengolahan dan analisis data yaitu dengan cara melakukan pengukuran diameter daerah hambatan ekstrak yang dibandingkandengan standar teori yang akan disajikan dalam bentuk table data.
30 Kontrol (-) Konsentrasi Escherichia coli Salmonella thypi
Maserasi yang dilakukan sebanyak dua kali penyarian sampai bening, cairan penyari yang digunakan adalah etanol karena bersifat netral dan dapat melarutkan banyak senyawa aktif yang terkandung dalam tumbuhan (Voight, 1995). Setelah itu hasil penyarian tadi dipekatkan dengan menggunakan destilasi vakum untuk mendapatkan maserat dan diperoleh maserat sebanyak 55 gram.
Pada penelitian ini menggunakan ekstrak daun kayu putih (melaleuca leucadeudra L) yang masih segar, kemudian dirajang halus untuk mempermudah cairan penyari menarik zat aktif. Kemudian dikeringanginkan selanjutnya diambil sebanyak 1000 gram. Metode penyarian yang digunakan adalah maserasi karena merupakan metode yang paling sederhana dengan peralatan yang mudah diperolah dan dikerjakan serta terhindar dari pemanasan langsung aktif yang terdapat dalam tanaman tersebut (Voight, 1995).
30 Kontrol (-) Keterangan : Kontrol (+) : Kloramfenikol; Kontrol (-) : Etanol 96%
28
28 Kontrol (+)
18
28 100%
16
24 70%
16
22 40%
16
10%
28
Hasil penelitian Aktivitas Antibakteri Daun kayu putih (melaleuca leucadeudra L) terhadap bakteri Escherichia coli dan
Cara Pengolahan dan Analisis Data
18
28 100%
16
24 70%
16
22 40%
16
10%
) terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella thypi Konsentrasi Escherichia coli Salmonella thypi
Tabel 1. Hasil penelitian Aktivitas Antibakteri Daun kayu putih (melaleuca
leucadeudra Lselama 1x24 jam dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
salmonella thypi setelah diinkubasi
28 Kontrol (+) Penetapan diameter hambat antibakreri menggunakan metode cakram, metode cakram merupakan metode yang paling sederhana dalam pengerjaan dan mudah untuk melihat zona hambat antibakterinya. Sebagai mikroba uji digunakan bakteri
Escherichia coli dan salmonella thypi yang disuspensi pada media Muller Hinton Agar (MHA)
Salmonella thypi. Sedangkan ethanol
Escherichia coli . Pada konsentrasi
Berdasarkan tabel hasil penelitian ekstrak daun kayu putih (Melaleuca leucadeudra L) menunjukkan pada bakteri
kontrol negatif.
Escherichia coli dan Salmonella thypi bukan dikarenakan pelarut dari
ekstrak daun kayu putih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Salmonella thypi . Hal ini membuktikkan bahwa
96% sebagai kontrol negatif tidak menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri
terhadap bakteri Salmonella thypi sebesar 30mm yang menunjukkan bahwa antibiotik Kloramfenikol yang digunakan tergolong sensitif terhadap bakteri Escherichia coli dan
sehingga bakteri dapat berkembangbiak dengan baik, sebagai pencadang larutan antibakteri digunakan kertas cakram (paper disk). Kertas cakram dapat menyerap secara homogen sesuai dengan daya serap kertas cakram tersebut. Pengujian dilakukan pada konsentrasi 10% b/v, 40% b/v, 70% b/v dan 100% b/v dan chlorampfenicol sebanyak 50 mcg sebagai kontrol positif dan etanol sebagai kontrol negatif yang bertujuan untuk mengetahui apakah pelarut yang digunakan memberikan efek anti bakteri atau tidak.
Escherichia coli sebesar 28 mm dan
Kloramfenikol sebagai kontrol positif menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri
pada konsentrasi 10% b/v, 40% b/v, 70% b/v, 100% b/v. menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan terbentuknya zona bening disekitar cakram dengan rata- rata diameter zona hambat sebesar 16 mm; 16 mm; 16 mm; dan 18 mm. dan pada bakteri salmonella thypi Aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu putih (melaleuca leucadeudra L) pada konsentrasi 10% b/v, 40% b/v, 70% b/v, 100% b/v terdapat aktivitas antibakteri mempunyai rata- rata diameter zona hambat sebesar 22 mm; 24 mm; 28 mm; 28mm.
coli
pertumbuhan bakteri Escherichia
leucadeudra L) terhadap
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca leucadeudra L) memberikan efek antibakteri terhadap bakteri , hal ini dapat dilihat dari terbentuknya diameter zona bening Escherichia coli dan salmonella thypi di sekitar cakram. Aktivitas antibakteri ekstrak etanol daun kayu putih (melaleuca
Dari hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak daun kayu putih (melaleuca leucadeudra L) terhadap bakteri Escherichia coli dan Salmonella thypi setelah diinkubasi selama 1x24 jam menunjukkan bahwa dari masing-masing konsentrasi menunjukkan adanya aktivitas antibakteri yang terlihat dari diameter zona bening yang terbentuk disekitar cakram.
10% menunjukan daya hambat 16 mm bearti kategori kekuatannya kuat, pada konsentrasi 40% menunjukan daya hambat 16 mm bearti kategori kekuatannya kuat, pada konsentrasi 70 % menunjukan daya hambat 16 mm bearti kategori kekuatannya kuat, pada konsentrasi 100 % menunjukan daya hambat 18 mm bearti kategori kekuatannya kuat, sedangakan daya hambat pada kontrol positif (Kloramfenikol) didapat 28 mm kategori kekuatannya sangat kuat.
Dan pada tabel hasil penelitian ekstrak daun kayu putih (Melaleuca
10% b/v , 40% b/v dan 70% b/v adalah masing-masing 16 mm dan pada konsentrasi 100% adalah 28 mm.
Escherichia coli dan Salmonella thypi .
Untuk lebih memantapkan hasil penelitian disarankan agar pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengukuran nilai KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) dan nilai KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) ekstrak daun kayu putih terhadap bakteri
Saran 1.
besar dibandingkan dengan daya hambat ekstrak daun kayu putih.
Salmonella thypi 30 mm lebih
sedangkan terhadap bakteri
Escherichia coli adalah 28 mm
4. Daya hambat yang dihasilkan chloramfenicol sebagai kontrol positif terhadap bakteri
10% b/v, 40% b/v, 70% b/v dan 100% b/v adalah masing-masing 22 mm, 24 mm, 28 mm dan 28 mm.
Salmonella thypi pada konsentrasi
L) memiliki aktivitas anti bakteri terhadap pertumbuhan bakteri
leucadendra,
3. Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca
Escherichia coli pada konsentrasi
leucadeudra L) menunjukkan pada
2. Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca leucadendra, L) memiliki aktivitas anti bakteri terhadap pertumbuhan bakteri
Escherichia coli dan Salmonella thypi .
L) memiliki aktivitas anti bakteri terhadap pertumbuhan bakteri
leucadendra,
Ekstrak Daun Kayu Putih (Melaleuca
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1.
Kesimpulan
pustaka dan pengalaman di masyarakat kandungan didalam daun kayu putih memiliki khasiat sebagai penyembuhan penyakit diare (Titin, 2008). Sebelumnya telah dilakukan penelitian mengenai manfaat daun kayu putih untuk mengobati rhinitis dan mengatasi demam (Lutony, 1994). KESIMPULAN DAN SARAN
Escherichia coli. Berdasarkan
bandingkan dengan bakteri
Salmonella thypi lebih baik di
Dari hasil di atas menunjukan bahwa zona hambat bakteri
bakteri Salmonella thypi . Pada konsentrasi 10% menunjukan daya hambat 22 mm bearti kategori kekuatannya sangat kuat, pada konsentrasi 40% menunjukan daya hambat 24 mm bearti kategori kekuatannya sangat kuat, pada konsentrasi 70 % menunjukan daya hambat 28 mm bearti kategori kekuatannya sangat kuat, pada konsentrasi 100 % menunjukan daya hambat 28 mm bearti kategori kekuatannya sangat kuat, sedangkan daya hambat pada kontrol positif (Kloramfenikol) didapat daya hambat 30 mm kategori kekuatannya sangat kuat
2. Disarankan kepada masyarakat yang mempunyai tanaman kayu putih (Melaleuca leucadendra, L) dapat memanfaatkan tanaman ini sebagai salah satu obat untuk pengobatan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Obat kloramfenikol
Prinsip-Prinsip Dasar Isolasi dan Identifikasi.
Padang: universitas Baiturrahmah, 2012. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III .
Heinrich, Michael, dkk. 2009.
Farmakognosi dan Fitoterapi (fundemental of Pharmacognosy and Phytotherapy).
Buku kedokteran EGC. Jakarta. Indofarma. 2009. Informasi
(http://www.dechacare.com,) diakses 13 Januari 2014 Katzung,Bertram
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.
G. 1997 .Farmakologi Dasar dan
Klinik (Basic and Clinical Pharmacology). Buku
kedokteran EGC. Jakarta. Michael,J dan E.C.S Chain.1986.
Dasar-Dasar Mikrobiologi II .
Penerbit UI. Jakarta . Muhlisah, fauziah. 1999. Tanaman Obat Keluarga.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Djamal, Rusjdi. Kimia Bahan Alam
Adam, S. 1992. Dasar-dasar
Mikrobiologi Parasitologi untuk Perawat. Buku
Salemba Medika,Jakarta. Dalimartha,S.2008, Atlas Tumbuhan
Kedokteran EGC. Jakarta. Anonim, 2006, Pencegahan Diare, http://www.mediacastore.co m, diakses 11 Januari 2014. Anonim, 2007, Ecsherichia Coli, http://www.wikipedia.com, diakses 4 Januari 2014. Balai Jaringan Informasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Balai
IPTEKnet)
diakses
2 februari 2014. Brooks,Geo F, dkk. 2005.
Mikrobiologi kedokteran (Medical Mikrobiologi) .
Obat Indonesia .Trubus Agri Widya. Jakarta.
Farmakope Indonesia Edisi
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Informasi Obat Nasional Indonesia .
Departement Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.
Departement Kesehatan RI.1995.
Farmakope Indonesia Edisi
IV . Derektorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, Indonesia.
Departement Kesehatan RI.1995.
IV . Derektorat Jenderal
.
Rulam =detailnews&kode=971&tbl. html) diakses 2 Januari 2014. Volk and Wheeler. 1993. Basic Microbiology. Erlangga.
Jakarta. Santoso, Budi. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. PT.
Agromedia Pustaka. Depok. Schimtz, Gery,dkk. 2009.
Farmakologi dan toksikologi .
Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Suririnah, 2008, Diare Mendadak
dan Penangannya ,
http://www.infoibu.com, diakses 1 februari 2014. Tampubolon, Oswald. 1995.
Tumbuhan Obat . Bhratara.
Jakarta. Wattimena, J.R. dkk. 1991.
Farmakodinamika dan Terapi Antibiotika. Universitas
Gajah mada. Yogyakarta. Wikipedia (http/www.salmonella thypi.com) diakses 12 Januari
2014 Yuniarti, Titin. 2008. Ensklopedia Tanaman Obat Tradisional.
Media Pressindo. Jakarta.