Ekstrak Biji Melinjo (GNETUM GNEMON L.) Penurun Hiperglikemik pada Tikus Putih Jantan ( RATTUS NOVERGICUS ) yang Diinduksi Sukrosa Sonlimar

  

EKSTRAK BIJI MELINJO (GNETUM GNEMON L.) PENURUN HIPERGLIKEMIK PADA

TIKUS PUTIH JANTAN ( RATTUS NOVERGICUS ) YANG DIINDUKSI SUKROSA

Sonlimar Mangunsong

Poltekkes Kemenkes Palembang

  

ABSTRAK

Latar Belakang : Melinjo mengandung beberapa senyawa stilben seperti trans-

  resveratrol (3,5,4’- tryhydroxy-trans-stilbene) , gnetin C, gnetin L, gnemoside A, gnemoside C, dan gnemoside D yang mampu menghambat enzim lipase dan alfa-amylase. Dalam penelitian tentang infusa biji melinjo pada dosis 25%- 50% mampu menurunkan kadar gula darah. Dalam studi klinis menunjukkan bahwa stilben bermanfaat pada penyakit diabetes dan kardiovaskular.

  

Metode : Penelitian eksperimental yang dilakukan di laboraturium menggunakan hewan percobaan tikus

  putih jantan sebanyak 24-30 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok I (kontrol normal), kelompok II (kontrol negatif), kelompok III (kontrol positif), kelompok IV (ekstrak dosis 80 mg/200 g BB) kelompok V (ekstrak dosis 160 mg/200 g BB) dan kelompok VI (ekstrak dosis 240 mg/200 g BB ). Penginduksi larutan Sukrosa, Hiperglikemia > 140mg/dL

  

Hasil : Dari hasil uji statitstik pada semua kelompok menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, lalu di

  uji paired sample t-test yang menunjukkan bahwa kenaikan kadar gula darah sebelum maupun sesudah induksi memberikan perbedaan yang bermakna. Kemudian hasil uji one way anova pada dosis 160 mg/200 g BB) dan dosis 240 mg/200 g BB dengan kontrol negatif (sukrosa) menunjukkan perbedaan yang bermakna sedangkan perbandingan antara kelompok ekstrak dosis (80 mg/200 g BB, 160 mg/200 g BB dan 240 mg/200 g BB) dengan kontrol positif (glibenklamid) hasilnya tidak ada perbedaan yang bermakna.

  

Kesimpulan : ekstrak dosis 160 mg- 240 mg/200 gr BB mampu menurunkan kadar gula darah tikus putih

jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi sukrosa.

  Kata Kunci: Melinjo; Hiperglikemik; Sukrosa; Rattus Norvegicus.

  PENDAHULUAN

  stilbene) , gnetin C, gnetin L, gnemoside A, gnemoside C, dan gnemoside D yang mampu

  Bahan biji melinjo yang digunakan diambil dari Pasar Induk Palembang. Untuk sampel biji melinjo dipilih, dicuci sampai bersih dikeringkan, dirajang dan langsung dicampurkan dengan larutan pelarut. Sampel di maserasi 5 hari dengan larutan etanol kemudian disaring hingga diperoleh filtrat. Filtrat pelarut tersebut kemudian diuapkan dengan menggunakan vakum evaporator. Setelah diperoleh ekstrak y a n g a g a k pe k a t

  Pembuatan Ekstrak

  Biji melinjo, Etanol 96%, Pellet tikus, Aqua destilata Na CMC 1% Sukrosa Glibenklamid, Glukosa, Glibenkalimid

  Penelitian ini eksperimen dilaksanakan di laboratorium Farmakologi; Farmakognosi Poltekkes Kemenkes dan Laboratorium Kesehatan Palembang Tahun 2014

  Dalam penelitian sebelumnya tentang uji efek farmakologi infusa biji melinjo sebagai antihiperglikemia pada mencit yang diinduksi dextrose monohidrat 40%,. Pada penelitian ini tikus dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing diberi beban sukrosa monohidrat 40%. Kelompok I kontrol negatif (CMC Na 1%), kelompok II Kontrol positif (Glibenklamid), Kontrol III (infusa biji melinjo 25% b/v), dan kelompok IV( infusa biji melinjo 50% b/v. Mengingat Penelitian tersebut, maka dari itu peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Efek Ekstrak Biji Melinjo (Gnetum gnemon L) Sebagai Anti Hiperglikemik Pada Tikus Putih Jantan ( Rattus novergicus ) Yang Diinduksi Sukrosa”. Hal ini yang membedakan dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan infusa melinjo, penginduksi dextrose monohidrat, hewan uji yang digunakan, serta kelompok perlakuan dari jam-0 sampai jam-24.

  pada aktivitas trionase, biosintesis melanin dan dibeberapa angionesis. Selain itu, studi klinis menunjukkan bahwa stilbenoid bermanfaat pada penyakit diabetes dan kardiovaskular.

  Gnetum gnemon L. seperti efek penghambatan

  Hasil penelitian stilbenoid ditemukan bertanggung jawab atas efek farmakologis dari

  menghambat enzim lipase dan alfa-amylase.

  (3,5,4’-tryhydroxy-trans-

  Gaya hidup dan pola makan yang dijalani sehari- hari telah menjadi perhatian utama kesehatan manusia. Kebiasaan seperti merokok, minum alkohol, tak pernah berolahraga, lebih banyak duduk, dan makan tanpa memperhatikan kelayakan gizinya dalam jumlah yang berlebihan bisa mengundang berbagai penyakit salah satunya diabetes mellitus. Diabetes merupakan salah satu penyakit kronis yang dapat dikendalikan, yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula da. Salah satu hormon yang bertanggung jawab untuk mengontrol kadar gula darah yaitu insulin ( Katzung, 2002).

  trans-resveratrol

  Penggunaan secara empiris ini dibuktikan dengan penelitian infusa biji melinjo yang dilakukan oleh dengan dosis sebagai penurun kadar glukosa darah pada mencit hiperglikemik yaitu 25 % dan 50%. Hal ini karenakan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, dan polifenol. Mekanisme polifenol mampu mengurangi stress oksidatif sehingga dapat mengurangi resistennsi insulin dan menghambat sel β pankreas . Menurut penelitian (Kato et al.. 2009) biji melinjo mengandung 9-11% protein, 16,4 % lemak, 58% pati, fenol atau flavonoid dan resveratrol (polifenol). Ekstrak biji melinjo mengandung 6 macam senyawa stilbenoid yaitu

  sering disebut king of vegetable (Sunarjono, 2013). Masyarakat Jepang mengkonsumsi biji melinjo dengan cara mencampur kedalam teh dan menyeduh biji yang sudah halus dengan air panas (Hosoda, 2013).

  gnemon L.). Melinjo ( Gnetum gnemon L.)

  Banyak masyarakat telah menggunakan obat-obat modern, dua diantaranya yaitu glibenklamid dan metformin . Namun, penggunaan obat herbal pun telah digunakan sejak lama juga oleh masyarakat tanaman yang digunakan masyarakat yaitu melinjo (Gnetum

  diperkirakan hidup dengan penyakit diabetes, ini sama dengan 153 (135-188) juta orang. Lebih dari setengah yaitu 52,1% dari jumlah tersebut tidak terdiagnosis, 61,6% hidup di kota dan 90,2% hidup di negara berpenghasilan rendah atau menengah. Indonesia merupakan salah satu bagian dari kawasan Pasifik Barat yang mempunyai prevalensi 6,2% (5,4-6,7%) orang berusia 20-79 yang diperkirakan hidup dengan penyakit diabetes yang setara dengan 10 ribu (8,7-10,8) ribu orang.

  (8,2-11,4%) orang berusia 20-79 yang

  Kawasan Pasifik Barat meningkat menjadi 9,3 %

  Federation atlas Seventh Edition (IDF, 2014) di

  Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan glukosa darah yang tinggi merupakan faktor resiko tertinggi ketiga untuk kematian dini. Menurut International Diabetes

METODE PENELITIAN

ALAT DAN BAHAN

  /

  ): g ekstrak etanol + larutan CMC 1% sebanyak 1 ml.

  4.Setiap hewan diberi sediaan uji sesuai kelompoknya secara oral selama 14 hari.

  3.Setelah larutan sukrosa 30 mg/g BB selama 7 hari maka dilakukan pre test, satu hewan uji tiap kelompok ditentukan kadar glukosa darah samapi > 140mg/dL

  2.Hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok yang masing masing terdiri atas 4 ekor.

  1.Hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama kurang lebih 12 jam sebelum percobaan, diberi air minum sepuasnya tetap diberikan.

  e. Sukrosa 30 mg/200 gr BB 1 mL Oral PROSEDUR :

  ): ekstrak etanol + larutan CMC 1% sebanyak 1 ml.

  v

  di l a nj ut k a n d e n g a n menguapkan diatas penangas air hingga ekstrak menjadi kental, dan diperoleh ekstrak kental(Depkes, 1986).

  b

  (

  d. Konsentrasi 0.09 mg /20 g BB Glibenklamid

  v

  Penelitian ini menggunakan hewan percobaan tikus putih jantan sebanyak 30 ekor dengan range berat 170-210 gram. Tikus dibagi 6 kelompok yang dimasukkan ke dalam kandang, dimana setiap tikus menempati satu kandang dan diadaptasikan selama satu minggu agar tikus terbiasa dengan lingkungan laboraturium. Sebelum perlakuan tikus dipuasakan dahulu selama 12 jam kemudian dilakukan pengecekan kadar glukosa awal tiap tikus pada setiap kelompok. Selanjutnya diinduksi sukrosa secara intraperitonial dengan dosis 150mg/BB. Setelah itu Kadar glukosa darah dipantau hingga mencapai >140 mg/dL. Setelah kadar glukosa darah tikus >140 mg/dL diberikanlah glibenklamid 0,09/200 g BB pada Kontrol Positif, dan suspensi ekstrak dosis 80 mg/200 g BB pada kelompok IV, dosis 160 mg/200 g BB pada kelompok V dan dosis 240 mg/200 g BB pada kelompok VI. Berikut adalah hasil pengukuran kadar gula darah tikus Kadar Gula Darah ditentukan dengan alat Gluko- DR pada hari ke-0, 4, 8, 12 dan 14. Pengambilan darah dilakukan dengan memotong sedikit ujung ekor tikus dengan menggunakan pisau bedah yang telah disterilkan dengan etanol 70%. Setelah itu data dicatat dan diolah menggunakan analisa statistik. Berikut adalah grafik penurunan kadar gula darah tikus setiap kelompok :Gambar 1.

  /

  c. Konsentrasi 240 mg /200 Gram BB % ( b

  ) : ekstrak etanol + larutan CMC 1% sebanyak 1 ml.

  v

  /

  b. Konsentrasi 160 mg/200G BB % ( b

  ): 0,1 g ekstrak etanol + larutan CMC 1% sebanyak 1 ml.

  v

  /

  a. Konsentrasi 80mg/200 g BB ( b

  Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji dibuat sebagai berikut:

  Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji

  5.Pengambilan sampel darah dilakukan pada hari ke

  • – 0 -4-8-12 .

  Analisis Data

  Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak teradap penurunan kadar gula darah maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan t test antar variable dilanjutkan uji one way anova dengan computer statistik. Dan untuk melihat perlakuan mana yang memberikan pengaruh dilanjutkan dengan uji

  Duncan .

  Penelitian ini menggunakan bahan baku biji melinjo yang didapatkan dari Pasar Induk Jakabaring Palembang. Biji Melinjo segar yang sudah dikupas kulit luarnya sebanyak 2 kg dirajang halus dan dikeringkan dengan cara dianginkan selama 24 jam dan didapatkan simplisia kering sebanyak 1,10 kg. Kemudian dimaserasi selama 5 hari dengan menggunakan etanol 96%. Maserat kemudian di destilasi vakum selama 5 jam dan menghasilkan ekstrak sebanyak ±93,0 gram, sehingga diperoleh rendemen sebesar 8,1%. Rendemen pada penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu memiliki rendemen 12%. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan waktu maserasi yaitu selama 7 hari dan juga dilakukannya remaserasi dengan waktu dan perlakuan yang sama. Hasil pemeriksaan organoleptis ekstrak biji melinjo memiliki persamaan dengan penelitian sebelumnya yaitu berwana jingga kecoklatan, memiliki rasa pahit pekat, bau yang khas dan sifatnya lengket seperti madu atau cairan berbahan gula.

  6.Sampel darah diperiksa kadar gula darah

  Sebelumnya diuji normalitas data menggunakan

  Shapiro-Wilk kemudian diuji pre test dan post test menggunakan Paired Sample T-test

HASIL DAN PEMBAHASAN

  kemudian dihitung persentase kadar glukosa (pn). Persentase kadar glukosa darah pada waktu tertentu digunakan untuk menghitung luas

  Dari hasil statistik One Way ANOVA pada kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada dosis 160 mg/ 200 g BB dan dosis 240 mg/ 200 g BB dengan kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan

  Pada hasil uji normalitas menggunakan

  didapatkan bahwa pada kontrol normal memliki kestabilan kadar gula darah sebab tidak diberi perlakuan sedangkan pada kelompok negatif menujukkan penurunan gula darah yang tidak nyata karena perlakuan ini hanya digunakan sebagai plasebo. Na CMC tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar gula darah karena tidak dicernakan dan tidak diabsorsi (Delgado, 1982). Penurunan gula darah pada kontrol negatif ini disebabkan karena adanya penggunaan glukosa oleh tikus dalam pembentukkan energi dan terjadinya absorbsi glukosa ke dalam sel yang disimpan sebagai gula cadangan dan juga disebabkan stress dalam pemberian perlakuan yang meningkatkan hormon epineprin (Murray, 1999). Dapat dilihat bahwa dosis 3 memiliki jangkauan luas kurva yang lebih sempit sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis 3 baik untuk penurunan kadar gula darah

  0-14

  . Kemudian pada rata-rata AUC

  14

  0-

  gula darah. Dari hasil didapatkan bahwa pengukuran kadar gula darah kelompok normal tidak memiliki perbedaan (p>0,05) yang berarti kadar gula darah kelompok normal tidak mengalami kenaikan. Untuk kelompok negatif, positif dan ketiga dosis ekstrak didapatkan ada perbedaan (p>0,05) yang berarti kadar gula darah mengalami kenaikan yang diakibatkan adanya penginduksian sukrosa. Kemudian hasil nilai Pn digunakan untuk mengitung nilai AUC

  test untuk mengetahui tingkat kenaikan kadar

  ≤ 126 mg/dL (Masharani, 2010). Setelah penginduksian didapatkan keadaan diabetes ≥140 mg/dL. Lalu dilakukan uji Paired Sample t-

  data >0,05 maka dapat dinyatakan bahwa kadar gula darah pertikus terdistribusi normal. Rentang kadar gula darah normal pada saat puasa yaitu

  Shapiro-Wilk didapatkan bahwa nilai p seluruh

  ≥140 mg/dL. Lalu kadar gula darah akan diperiksa secara berkala hingga didapat keadaan diabetes. Masing-masing kelompok dibeli perlakuan yang berbeda dan diperiksa kadar gula darahnya pada hari 0,4 ,8 ,12 dan 14.

  ≤ 126 mg/dL (Masharani, 2010). Setelah penginduksian sukrosa didapat keadaan diabetes dengan kadar gula darah

  Hal ini menunjukkan bahwa kadar gula darah awal masih memenuhi rentang kadar gula darah normal pada saat puasa yaitu

  • untuk merangsang sekresi insulin.

  Hubungan antara glbenklamid dengan penginduksi sukrosa adalah ketika sukrosa merusak sel β pankreas sehingga menyebabkan berkurangnya granula pembawa insulin dan mengakibatkan sekresi insulin menurun. Sukrosa sendiri hanya merusak sel β pankreas yang sebenarnya dapat diperbaiki kembali sehingga untuk penyembuhannya dapat dipilih obat glibenklamid yang merupakan antidiabetika oral yang cukup popular pada hewan coba yang telah diinduksi oleh sukrosa (Szkuldelski, 2001). Dapat dilihat bahwa pada lampiran 5 bahwa kadar gula darah awal tikus rata-rata sebelum induksi sukrosa berkisar antara 86-120 mg/dL.

  L.) yaitu dapat mer angsang sel β pankreas untuk membuka kanal Ca

  gnemon

  Sebelum pengambilan darah, tikus dipuasakan selama ±12 jam, kemudian dilakukan penginduksian dengan menggunakan sukrosa dengan dosis 30 mg/200 g BB tikus. Pada penelitian ini menggunakan pembanding yaitu obat glibenklamid yang merupakan golongan sulfonilurea. Glibenklamid ini dipilih karena merupakan salah satu obat antidiabetika oral yang merupakan obat pilihan pertama untuk untuk diabetes. Obat ini juga efektif untuk menurunkan kadar glukosa darah pada hewan coba. Glibenklamid bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang sekresi insulin dari sel- sel β di pulau langerhans. Selain itu, obat pembanding glibenklamid ini dipilih karena mekanisme kerjanya sama dengan kandungan resveratrol pada biji melinjo (Gnetum

  Penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih jantan sebanyak 30 ekor yang dibagi menjadi 6 kelompok yang diadaptasikan selama satu minggu, lalu diinduksi sukrosa kecuali kelompok 1. Kelompok 1 merupakan kontrol normal dan kelompok 2 merupakan kontrol negatif, kedua kelompok ini tidak diberi perlakuan. Kelompok 3 adalah kontrol Positif yang diberi perlakuan dengan glibenklamid 0,09/200 g BB sebagai pembanding. Kelompok 4 merupakan kelompok dosis ekstrak biji melinjo dosis 80 mg/200 g BB tikus, lalu kelompok 3 merupakan kelompok dosis ekstrak biji melinjo dosis 160 mg/200 BB g tikus dan kelompok 6 merupakan kelompok dosis ekstrak biji melinjo dosis 240 mg/200 g BB tikus.

  tiap perlakuan menunjukkan jumlah kadar gula darah selama 14 hari dan disajikan dalam bentuk grafik. Gambar 2.

  0-14

  daerah dibawah kurva (AUC). Nilai AUC

  • sehingga keluarnya ion Ca

  1 penurunan kadar gula darah oleh ekstrak biji (Brasnyó et al., 2011). melinjo dibandingkan dengan kontrol negatif. Kelompok sediaan uji dalam menurunkan Namun pada dosis 80 mg/200 g BB dengan kadar gula darah diketahui dari perhitungan kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang Persentase Penurunan Kadar Gula Darah tidak bermakna (p>0,05) hal ini menunjukkan (%PKGD) dengan menggunakan AUC pada

  0-14

  bahwa kemampuan penurunan kadar gula darah tabel. Dari persentase tersebut Dosis 1 mampu oleh ekstrak biji melinjo sama dengan kontrol menurunkan kadar gula darah sebanyak 9,2%. negatif. Pada dosis 2 mampu menurunkan kadar gula

  Sedangkan perbandingan antara darah sebanyak 13% dan pada dosis 3 mampu kelompok perlakuan ekstrak biji melinjo dengan menurunkan kadar gula darah sebanyak 15,3%. kontrol positif menunjukkan hasil yang sama Pada kontrol positif yaitu glibenklamid mampu yaitu tidak adanya perbedaan (p>0,05). Hal ini menurunkan kadar gula darah sebanyak 13,4%. berarti kemampuan penurunan kadar gula darah Pada dosis 3 yang memiliki persentase 15,3% oleh ketiga dosis ekstrak sama dengan dibandingkan kontrol positif dengan persentase glibenklamid. 13,4%, hal ini menunjukkan bahwa dosis 3 (240

  Dalam penelitian ini penurunan kadar mg/200 gr BB) memiliki kemampuan lebih gula darah pada tikus putih jantan (Rattus tinggi dibandingkan kontrol positif

  novergicus ) disebabkan oleh adanya zat aktif (glibenklamid).

  yang terkandung di dalam biji melinjo (Gnetum Dengan demikian dosis ekstrak 106

  

gnemon L.) yaitu resveratrol. Efek dari mg/200 gr BB dan 240 mg/200 gr BB mampu

  resveratrol ini mampu menurunkan stress menurunkan kadar gula darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi sukrosa. oksidatif sehingga dapat merangsang sel β pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin

  Tabel 1. Tabel Rata-Rata Kadar Gula Darah Tikus hari ke 0/4/8/12/14 Kadar Gula Darah (mg/dL) KGD Perlakuan KGD No Berat (gr) sebelum KGD Hari Hari Hari Hari Hari induksi

  Diabetes ke-0 ke-4 ke-8 ke-12 ke-14 Sukrosa ≥140

  1 Kontrol Normal

  96 109 115 87 125 113 < 120

  2 Kontrol Negatif

  117 170 162 167 158 164 ≥140

  3 Kontrol Positif

  108 168 150 137 119 114 <140

  4 Dosis 1

  107 159 139 138 135 122 <140

  5 Dosis 2

  101 162 136 131 130 121 < 140

  6. Dosis 3

  102 169 140 134 125 119 <140

  1

  

Gambar 1. Grafik Rata-Rata Penurunan Kadar Gula Darah Darah

Tabel 2. Rata-Rata Persentase Kadar Glukosa Darah Terhadap Waktu Perlakuan Awal hari ke 4 hari ke 8 hari ke 12 hari ke 14

  87

  75

  80

  84

  75 Dosis 3 100

  81

  82

  84

  77 Dosis 2 100

  86

  88

  Kontrol Normal 100 117 96 111 118

  69 Dosis 1 100

  72

  83

  90

  97 Kontrol Positif 100

  94

  99

  96

  Kontrol Negatif 100

  71 Gambar 2. Grafik Hubungan Rata-Rata Pn Perkelompok Tiap Waktu

  Tabel 3. Rata-rata AUC 0-14 tiap kelompok Kelompok Perlakuan AUC 0-14 rata-rata ±SD

  Kontrol Normal 1501.4 ± 165.85 Kontrol Negatif 1358.1 ± 95.10

  Kontrol Positif 1176.61 ± 118.20 Dosis 1 1233.48 ± 94.09 Dosis 2 1181.90 ± 64.54 Dosis 3 1150.85 ± 86.00

  Tabel 4. Rata-rata persentase Penurunan Kadar Gula Darah (%PKGD) Kelompok %PKGD DOSIS 1

%PKGD

DOSIS 2

  %PKGD DOSIS 3 %PKGD POSITIF

  Rata-rata 9.2 % 13 % 15.3 % 13.4 %

  KESIMPULAN

  Ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon L.) mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang diinduksi sukrosa.Kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus novergicus) yang mengalami penurunan terdapat pada dosis 160 mg/200 g BB penurunan sebanyak 13% dan dosis 240 mg/200 g BB sebanyak 15,3% yang dibandingkan dengan kontrol negatif.

DAFTAR PUSTAKA

  Brasnyó, P., Molnár, G. A., Mohás, M., Markó, L., Laczy, B., Cseh, J., Wittmann, I. 2011.

  Resveratrol improves insulin sensitivity, reduces oxidative stress and activates the Akt pathway in type 2 diabetic patients. British

  Journal of Nutrition, 106(3), 383

  2001. Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi 2. Jakarta: Widya Medika. Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis edisi 5. Jakarta: Erlangga. Otat, H., Akishita, M., Tanit, H., Terafuji, T.,

  Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mycek, M. J., Harvey, R. A., & Chamoe, P. C.

  th Ed.

  Rodwell, VW. 1999. Biokimia Harper 24

  2012. Biokimia Harper. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Murray, R. K., Granner, DK., Mayes PK,

  Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W.

  Ed.) (49th ed.). McGraw Hill. . Muchtadi, D. 2012. Pangan Fungsional dan Senyawa Bioaktif. Bandung: Alfabeta.

  and Treatment 49th Edition Lange Current Series . (M. A. J McPhee, Stephen , Papadakis,

  • –389 Delgado, J. (1982). Karbohidrat, Buku Teks

  Gnetum gnemon L ) Seed Extract Decreases Serum Uric Acid Level in Nonobese Japanes MalesA Randomsize Controlled Study . 1-8

  Academy press. Masharani, U. 2010. Current Medical Diagnosis

  Mori, A., Ikuta, T., et al. 2013. Melinjo (

  Katzung, B. G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika. Konno, H., Kanai, Y., Katagiri, M., Watanabe, T.,

  Stilbenoid isolated from seeds of melinjo (Gnetum gnemon L.) and their biological activity. Fukui: Food Chem.

  Goodman and Gilman's. 2006. The Pharmalogical Basic of Theraupetic. Kato, E., Tokunaga, Y., & Sakan, F. 2009.

  Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

  Gibney, Michael J., Margetts, Barrie M., Kearney, John M., Arab Lenore. 2009. Gizi

  . Terjemahan Fattah. Semarang: A.M IKIP Semarang Press.

  Wilson dan Gisvold,Kimia Farmasi dan Medisinal Organik I

  Ogawat, S., Lijimat, K., et al. 2013. trans-

  Resveratrol in Gnetum gnemon Protect against Oxidative-Stress-Induced Endothelial Senescence. Natural Product . Journal of Natural Products.

  Schmitz, G., Lepper, H., & Heidrich, M. 2009.

  Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

  Smith, J., & Mangkowidjojo, S. 1998.

  Laurence, D., & Bacharach, A. 1964. Evaluation of Drug Activites Pharmacometic.

  Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan

  Hewan Coba di Daerah Tropis Tikus Laboraturium ( Rattus novergicus ). UI Press.

  Suherman, S. K. 2007. Farmakologi dan Terapi

  edisi

5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.

  Sunanto, H. 1991. Budidaya Melinjo dan Usaha

  Produksi Emping Melinjo. Yogyakarta: Kanisius.

  Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur.

  Jakarta: Penebar Swadaya. Szkudelski, T. 2001. The Mechanism of Alloksan

  and Streptozotocin Action In B Cells ot the Rat Pankreas.

  Tjay, T. H., & Rahardja, K. 2010. Obat-obat penting. Jakarta: Elex Media Komputindo. Tjitrosoepomo. 2002. Taksonomi Tumbuhan

  (Spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University.

  gnemon L.) Dengan Metode Granulasi Basah Dan Uji Kestabilan Fisiknya. Voight. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi

  Edisi V . Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

  Wijoyo, P. m. 2011. Rahasia Penyembuhan Bogor: Bee Media Diabetes Secara Alami. AGRO

Dokumen yang terkait

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN SEBAGAI PENUNJANG KEPUTUSAN MANAJEMEN ( STUDI KASUS DI PT MULYA )

0 0 19

FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGKA KEJADIAN ISPA PADA BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS SIMPANG PERIUK KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2015 Susmini, SKM,M.Kes, Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Faktor Faktor yang memp

0 0 12

HUBUNGAN PHBS TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN LUBUK AMAN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS TAHUN 2013 Ns. YUNIKE ,S.Kep.M.Kes Dosen Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Hubungan PHBS terhadap Kejadian Diare pada

0 0 15

Faktor faktor yang berhubungan dengan status gizi balita di wilyaha kerja Puskesmas Tanjung Agung Gunardi Pome,S.Ag,. M.Kes

1 2 12

Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013. Gunardi Pome. Febri Triana P

0 0 11

Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lebih Rendah di RSUD Dr.Ibnu Soetowo Baturaja Suparno 2014

0 0 9

Hubungan antara Sanitasi dasar dengan kejadian diare pada balita di desa Lubuk Batang Lama Kecamatan Lubuk Batang Asmawi

1 0 14

EFEK ANTIJAMUR DAUN KAPUK ( Ceiba petandra) TERHADAP JAMUR Candida Albicans SECARA IN VITRO Sonlimar Mangunsong Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Efek Antijamur Daun Kapuk (Ceiba petandra) terhadap Jamur Candida Albicans secara In Vitro Sonlimar

0 0 6

Pemanfaatan Ekstrak Buah Stroberi ( Fragaria nilgerrensis Schlect) sebagai Sediaan Hand and Body Lotion dan Uji Kestabilan Fisiknya Ratnaningsih

0 0 8

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella thypi Muhamad Taswin

3 11 7