IMPLEMENTASI UU NO 7 TAHUN 2017 TERHADAP KEDUDUKAN DAN KINERJA PANITIA PENGAWAS PEMILU KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA Herry Febriadi Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Amuntai Jalan Kuripan Murung Sari 54 Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan Email: herryv

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

IMPLEMENTASI UU NO 7 TAHUN 2017 TERHADAP KEDUDUKAN DAN
KINERJA PANITIA PENGAWAS PEMILU
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Herry Febriadi
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Amuntai
Jalan Kuripan Murung Sari 54 Kab. Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan
Email: herryvida98@gmail.com
Abstract
With the enactment of Law No. 7 of 2017 concerning the amendment of Law Number 10 Year
2016 related to supervision namely that the Provincial Election Supervisory Body (Bawaslu)
receives, examines and decides the violation of the Electoral administration within a period of
14 (fourteen) days In this case Law No. 7 of 2017 there is no direct mention of the position of
the Supervisory Committee of Voters which must be the same position with the Provincial
Bawaslu but at the time in the district in practice there is an imbalance between the position
of the Supervisory Committee of the Voters with KPUD.Then in terms of duties and functions ,
The Supervisory Committee of Voters seemed to only supervise, in the stage of following up
the more important role of the Regional General Election Commission (KPUD), this is not in

line with Law No. 7 Year 2017.For this Researchers expect the amendment of Law No. 07 of
2017 about the position And the function of the Supervisory Committee (Panwaslih) in the
Regency / City to change adhoc status becomes permanent. Researchers also expect
additional budget related to general election supervision so that later can be formed Regional
Election Supervisory Board of Regency / City level.
Keywords: Position, Function, Adhoc, Permanent.
Abstrak
Dengan berlakunya Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang perubahan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2016 yang terkait dengan pengawasan yaitu Bahwa Bawaslu (Badan
Pengawas Pemilu) Provinsi menerima,memeriksa,dan memutus pelanggaran administrasi
Pemilihan dalam jangka waktu paling lama14 (empat belas) hari kerja. Dalam hal ini UU No
7 Tahun 2017 tidak ada menyinggung langsung kedudukan Panitia Pengawas Pemilu yang
harus nya sama kedudukannya dengan Bawaslu Provinsi namun pada saat di kabupaten pada
prakteknya terjadi ketidakseimbangan antara kedudukan Panitia Pengawas Pemilu dengan
KPUD. Kemudian dalam hal tugas dan fungsi,Panitia Pengawas Pemilih seakan-akan hanya
mengawasi, pada tahap menindaklanjuti yang lebih berperan yaitu Komisi Pemilu Umum
Daerah (KPUD),hal ini tidak sejalan dengan UU No 7 Tahun 2017. Untuk hal ini Peneliti
mengharapkan adanya amandemen UU No 7 tahun 2017 tentang kedudukan dan fungsi
Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) di Kabupaten/Kota untuk merubah status adhoc menjadi
permanen .Peneliti juga berharap adanya tambahan anggaran terkait dengan pengawasan

pemilu umum sehingga nantinya bisa dibentuk Badan Pengawas Pemilu daerah tingkat
Kabupaten/Kota.
Kata Kunci: Kedudukan, Fungsi, Adhoc, Permanen.

43

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

publik juga dukungan penuh dari DPD RI

PENDAHULUAN
Implementasi

di

yang memang sejak awal mendukung

Indonesia salah satunya di wujudkan dalam


Pemilihan Kepala Daerah secara langsung

penyelesaian Pemilihan Kepala Daerah

akhirnya

secara langsung. Pada awalnya sistem

kembali menetapkan mekanisme pilkada

Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia

secara langsung melalui undang - undang

adalah melalui mekanisme pemilihan 3

no 10 tahun 2016 dan yang terbaru

(tiga) orang calon oleh DPRD kemudian


Undang-Undang

diajukan

pemilihan

Undang-undang terakhir juga menetapkan

Gubernur kepada Menteri Dalam Negeri

Pemilihan Kepala Daerah secara langsung

untuk Pemilihan Bupati Dan Wali Kota,

dilaksanakan secara serentak sehingga

setelah itu barulah ditunjuk Kepala Daerah

diharapkan dapat menghasilkan efisiensi


yang baru. Selanjutnya sistem Pemilihan di

dalam penyelenggaraannya.1

kepada

demokrasi

Presiden

DPRD berdasarkan UU Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintah Daerah.
Sejalan dengan penguatan

pembuat

Sistem




undang

undang

no 7 tahun 2017.

pemilihan

merupakan

bentuk

demokrasi

di

langsung ini

dari


perwujudan

Indonesia,

dimana

demokrasi melalui amandemen UUD 1945,

masyarakat dilibatkan langsung dalam

pada Tahun 2014 sistem pemilihan ini

Pemilihan Umum. Masyarakat yang sudah

kembali berubah dari sistem pemilihan

memenuhi

melalui DPRD menjadi sistem pemilihan


memberikan suaranya untuk pemilihan

langsung berdasarkan undang - undang

Kepala

nomor

DPRD Provinsi dan Kabupaten

32

tahun

2004

tentang

syarat


dapat

Negara/Presiden,

DPR,

berhak

DPD,
melalui

Pemerintahan Daerah. Pemilihan Kepala

pencoblosan Di TPS. Tradisi berpikir

Daerah secara langsung menandai satu

bebas atau kebebasan berpikir itu pada


babak demokrasi deliberative yang meretas

gilirannya

ke

penguatan

kembangnya prinsip-prinsip kemerdekaan

otonomi daerah. Hanya saja, melalui

berserika dan berorganisasi serta berhak

undang - undang nomor 22 Tahun 2014

memberikan suaranya.2 Namun dalam

daerah


sejalan

dengan

memengaruhi

tumbuh

tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan
Walikota sistem pemilihan langsung ini
sempat dikoreksi lalu dikembalikan kepada
mekanisme pemilihan di DPRD, meski
kemudian karena protes dan desakan

1

Amirudin dan Zaini Bisri, Pilkada
Langsung Problem dan Prospek, Pustaka Pelajar,
2006, hlm. 16
2
Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan
Berserikat, Pembubara Partai Politik, dan
Mahkamah Konstitusi, Konpress, Jakarta, 2005,
hlm. 46.

44

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

prakteknya

ternyata

banyak

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

sekali

Pengawas Pemilu yang dulunya status

permasalahan yang ditimbulkan dari sistem

adhoc

Pemilhan umum secara langsung, sebut

pemilu di Kabupaten Hulu Sungai Utara

saja praktik politik uang, kecurangan pada

berubah menjadi tetap/permanen.

dalam mengawal, mengawasi

saat perhitungan suara, politisasi birokrasi
khususnya

oleh

petahana

(Incumbent)

RUMUSAN MASALAH
Dari fenomena tersebut penulis

keberpihakan oknum PNS kepada salah
satu

calon

Kepala

horizontal

Daerah,

pemanfaatan

konflik
fasilitas

Pemerintah dan lain sebagainya. Dan yang
tidak kalah menariknya adalah tingginya
angka golput, seperti yang terjadi dengan
Pemilihan Gubernur DKI pada Tahun
2012, dimana golput mencapai lebih dari

tertarik untuk meneliti dan menganalisis
lebih lanjut terhadap Implementasi payung
hukum mengenai pemilukada itu sendiri
khususnya di Kabupaten Hulu Sungai
Utara, dengan rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Faktor -faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi

35 persen dan menduduki peringkat kedua

Sepertinya

Hulu Sungai Utara?

permasalahanyang

terjadi

pada

2. Bagaimanakah kedudukan panitia
pengawas

penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
secara

langsung

ini

tidak

2017

tersebut

melainkan

bukan

pemilunya

pemilihnya,karena

objek

sasaran nya adalah pemilih bukan sistem
pemilunya.Selain itu masyarakat pada
umumnya
dan

tugas

mempertanyakan
fungsi

kedudukan

(kinerja)

fungsi

dengan

lembaga

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian

beberapa masukan dari masyarakat dan
pemerintah bahwa yang diawasi dari

dan

penyelenggara lainya?

dalam hal ini ada perubahan nama dari

panitia pengawas pemilih,dikarenakan ada

tugas

dalam

sesuai dengan UU No 7 Tahun

khususnya kabupaten hulu sungai utara

panitia pengawas pemilu diganti dengan

pemilu

menjalankan

pernah

habisnya.dan yang terjadi di kabupaten

panitia

panitia

pengawas pemilu di Kabupaten

jika dikonversi suaranya.

permasalahan

kinerja

Jenis

penelitian

ini

adalah

penelitian Kuantitatif merupakan metode
yang

lebih

pengukuran

menekankan
secara

pada

obyektif

aspek

terhadap

fenomena social.untuk dapat melakukan
pengukuran,

setiap

fenomena

sosial

dijabarkan kedalam beberapa komponen

Panitia

45

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

masalah, variabel dan indikator. Setiap

peraturan

variabel yang ditentukan diukur dengan

maupun data-data statistic yang

memberikan simbol –simbol angka yang

berkaitan dengan topik penelitian.

berbeda–beda

kategori

Teknik penarikan sample dalam

informasi yang berkaitan dengan variabel

penelitian ini mengambil sampel sebesar

tersebut. Dengan menggunakan simbol –

10 % dari jumlah 219 desa adalah 21 Desa

simbol angka tersebut, tekhnik perhitungan

dari 10 kecamatan yang ada di kabupaten

secara

Hulu Sungai Utara dan anggota Panwaslih

sesuai

dengan

Kuantitatif

dapat

dapat

menghasilkan

sehingga

dilakukan
suatu

perundang-undangan

HSU serta Anggota KPU HSU 2017 yang

kesimpulan yang berlaku umum di dalam

menjadi

sample

sekaligus

suatu parameter.

responden dalam penelitian ini.

menjadi

Mengacu pada tujuan penelitian ini

Untuk memperoleh data primer dan

yakni untuk mengetahui kedudukan dan

data sekunder yang dibutuhkan dalam

fungsi

penelitian ini maka ada beberapa tekhnik

Panitia

Pengawas

Pemilih

Kabupaten Hulu Sungai Utara dalam

yang di

perspektif administrasi dan hukum, maka

Kkuesioner dan wawancara.
Sesuai

metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode Penelitian Kuantitatif.
Sumber

data

dalam

penelitian

gunakan

penelitian,maka

yaitu dokumentasi,

dengan
analisis

tujuan
data

yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

dapat

analisis kuantitatif deskriptif bertujuan

diperoleh.3 Adapun yang menjadi sumber

unutk memberikan deskripsi mengenai

data dalam penelitian ini adalah:

subjek penelitian berdasarkan data dari

adalah

subjek

1. Responden
merespon

dimana

yaitu

data

yang

variable yang diperoleh dari kelompok

menjawab

subjek yang diteliti dengan menggunakan

orang

dan

pertanyaan-pertanyaan peneliti baik

teknik

yang tertulis maupun lisan.

tingkat kepuasaan baik yang dipersepsi

2. Informan yaitu orang memberikan
,informasi

tentang

pokok

yang

terdapat

pada

instansi pemerintah baik berupa

Ibid.

mengetahui

maupun yang diharapkan dari Kedudukan
dan Fungsi Panwaslih itu sendiri.

ini terdapat juga variabel yang biasa
digunakan yaitu:
1. Variabel

3

untuk

Dalam konsep definisi operasional

permasalahan yang diteliti.
3. Dokumen

wawancara,

(independen

dan

dependen);

46

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

2. Definisi Konseptual;

demokrasi yang akan mentolerir berbagai

3. Indicator yang digunakan;

kelemahan

4. Alat ukur yang dijalankan;

dapat mengancam kehidupan demokratis

5. Penilaian alat ukur

itu sendiri.

dan

peluang-peluang

yang

Pemilu dapat dikatakan demokratis
jika memenuhi beberapa prasyarat dasar.

PEMBAHASAN
yang

Dapat

Tidak seperti pada masa rezim orde baru

Kinerja

Panitia

dimana pemilu seringkali disebut sebagai

Pengawas Pemilih di Kabupaten Hulu

demokrasi seolah-olah Pemilu yang sedang

Sungai Utara

berlangsung

Faktor-faktor
Mempengaruhi

sekarang

sebagai

pemilu

Pemilu merupakan satu –satunya

reformasi

prosedur demokrasi yang melegitimasi

tegaknya

kewenangan dan tindakan para wakil

demokratis. Setidak-tidaknya, ada 5 (lima)

rakyat untuk melakukan tindakan tertentu.

parameter universal dalam menentukan

Pemilu adalah mekanisme sirkulasi dan

kadar demokratis atau tidaknya pemilu

regenarasi kekuasaan.Pemilu juga satu-

tersebut,yaitu:

satunya

cara

untuk

menggantikan

harus

mampu

prinsip-prinsip

menjamin

pemilu

yang

1. Universalitas (Universality)

kekuasaan lama tanpa melalui kekerasaan

Karena

(chaos) dan kudeta. Melalui pemilu rakyat

merupakan

dapat menentukan sikap politiknya untuk

pemilu yang demokratis juga harus

tetap percaya pada pemerintah lama, atau

dapat

mengganti dengan pemerintahan yang

artinya konsep, system, prosedur,

baru.

perangkat dan pelaksanaan pemilu
Pemilu merupakan sarana penting

dalam

mempromosikan

dan

meminta

akuntabilitas dari para pejabat publik,
melalui pemilu diharapkan proses politik
yang berlangsung akan melahirkan suatu
pemerintahan baru yang sah, demokratis
dan benar-benar mewakili kepentingan
masyarakat pemilih, oleh karena itu pemilu
yang baru saja berakhir tahun 2017 tadi

harus

nilai-nilai
nilai

diukur

demokrasi

universal,maka

secara

mengikuti

universal,

kaedah-kaedah

demokrasi universal itu sendiri.
2. Kesetaraan (Equality)
Pemilu

yang demokratis

harus

mampu menjamin kesetaraan antara
masing-masing

kontestan

berkompetisi.Salah

satu

untuk
unsure

penting yang akan mengganjal
prinsip

kesetaraan

ini

adalah

tidak dapat lagi disebut sebagai eksperimen

47

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dan

Segala hal yang terkait dengan

kekuatan sumberdaya yang dimiliki

aktivitas pemilu harus berlandaskan

kontestan

Secara

prinsip transparansi, baik KPU,

politik

peserta pemilu maupun Pengawas

besar dengan partai politik kecil

Pemilu Transparansi ini terkait

yang baru lahir tentunnya memiliki

dengan dua hal ,yakni kinerja dan

kesenjangan

penggunaan

timpangnnya

kekuasaan

pemilu.

sederhana,antara

partai

sumberdaya

yang

sumberdaya

.KPU

lebar, Oleh karena itu ,regulasi

harus dapat meyakinkan public dan

pemiilu

peserta

seharunnya

dapat

pemilu

bahwa

mereka

meminimilasir terjadinya political

adalah lembaga independen yang

inequality.

akan menjadi pelaksana pemilu
yang

3. Kebebasan (Freedom)

pemilih

harus

pemantau

bebas

tidak

berpihak

Pengawas
pemilu

juga

dan
harus

mampu menempatkan diri pada

menentukan sikap politiknya tanpa

posisi

adanya tekanan, intimidasi, imingiming pemberian hadiah

dan

(imparsial).

Dalam pemilu yang demokratis,
para

adil

yang

netral

dan

tidak

memihak pada salah satu peserta

tertentu

pemilu.Sementara peserta pemilu

yang akan mempengaruhi pilihan

harus dapat menjelaskan kepada

mereka.jika hal demikian terjadi

public darimana.berapa dan siapa

dalam pelaksanaan pemilu maka

yang

pelakunya harus diancam dengan

menjadi

membiayai

sanksi pidana pemilu yang berat.

donator

aktifitas

untuk

kampanye

pemilu mereka.
4. Kerahasiaan (Secrecy)
Apapun

piilihan

politik

diambil oleh pemilih, tidak boleh
diketahui oleh pihak manapun,
bahkan

oleh

pemilihan.Kerahasiaan

panitia
sebagai

suatu prinsip sangat terkait dengan
kebebasan

Kemudian terkait dengan Fungsi

yang

seseorang

memilih.

dalam

dan Peran Pengawas Pemilu di berbagai
negara di dunia sebetulnya pelaksanaan
pemilu

yang

demokratis

tidak

mengharuskan adanya lembaga yang kita
kenal sekarang dengan sebutan Badan
Pengawas Pemilu untuk tingkat nasional
dan Panitia Pengawas Pemilu untuk tingkat
Kabupaten/kota

untuk

menjamin

5. Transparansi (Transparency)

48

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

pelaksanaan pemilu yang jujur dan adil.

kinerja individu dipengaruhi oleh enam

Bahkan dalam praktek pemilu di Negara-

faktor:

negara

yang

sudah

berpengalaman

1. Harapan Mengenai Imbalan;

melaksanakan pemilu yang demokratis,

2. Dorongan;

keberadaan Lembaga Pengawas Pemilu

3. Kemampuan,Kebutuhan,dan Sifat;

tidak dibutuhkan Namun para perancang

4. Persepsi terhadap tugas;

undang-undang pemilu sejak Orde baru

5. Imbalan internal dan eksternal,dan;

sampai sekarang menghendaki Lembaga

6. Persepsi tentang tingkat imbalan

Pengawas Pemillu eksis, karena posisi

dan kepuasaan kerja.

maupun peran nya dinilai strategis dalam

Panitia Pengawas Pemilihan Umum

upaya pengawasan pelaksanaan pemilu

Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu

sesuai aturan perundang-undangan yang

ternyata masih berjalan dengan terbitnya

berlaku terutama menegakkan asas pemilu

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011

yang Luber dan Jurdil.

tentang Penyelenggara Pemilu.

Kerangka dasar teori yaitu dalam
mencapai

sebuah

seorang

aparatur

kinerja
harus

yang

baik,

memiliki

Secara
Pemilu

kelembagaan

dikuatkan

dibentuknya

kembali

lembaga

tetap

pengawas
dengan
Pengawas

kemampuan dalam mengatur waktu agar

Pemilu di tingkat Provinsi dengan nama

dapat berjalan sesuai yang diharapkan.4

Badan

Pendapat lain tentang kinerja, seperti yang

(Bawaslu Provinsi). Selain itu pada bagian

dikemukakan oleh Widodo mengatakan

kesekretariatan Bawaslu juga didukung

bahwa kinerja yaitu melakukan suatu

oleh unit kesekretariatan eselon I dengan

kegiatan dan menyempurnakanya sesuai

nomenklatur Sekretariat Jenderal Bawaslu.

dengan tanggung jawabnya dengan hasil

Selain itu pada konteks kewenangan, selain

yang diharapkan.

kewenangan sebagaimana diatur dalam

Untuk mengukur kinerja dan fungsi

Pengawas

Pemilu

Provinsi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007,

dari Panwaslih maka peneliti factor-faktor

Bawaslu

kinerja, menurut Donnelly, Gibson, dan

Nomor 15 Tahun 2011 juga memiliki

Ivancevich dalam buku karangan Lijan

kewenangan untuk menangani sengketa

Poltak Sinambela, mengemukakan bahwa

Pemilu. Adapun kedudukan, susunan, dan

berdasarkan

keanggotaan Panwaslu
4

Miriam Budiardjo, Partisipasi dan Partai
Politik, Garamedia, Jakarta, 1982, hlm. 52.

Undang-Undang

Kabupaten/Kota

yang mempunyai tugas pokok melakukan
pengawasan

terhadap

tahapan

49

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

penyelenggaraan
kerjanya

pemilu,

masing-masing,

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

di

wilayah

Kedudukan Panitia Pengawas Pemilu

baik

Pemilu

dalam Menjalankan Tugas dan Fungsi

anggota DPR, DPD dan DPRD, Pemilu

Sesuai dengan UU No. 7 Tahun 2017

Presiden dan Wakil Presiden serta Pemilu

Dalam melaksanakan tugas dan

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

wewenangnya Panitia Pengawas Pemilu

Panwaslu Kabupaten/Kota bersifat adhoc,

berkewajiban sebagai berikut:

dibentuk paling lambat satu bulan sebelum

1. Panitia Pengawas Pemilu bersikap

tahapan pertama penyelenggaraan dimulai

tidak

dan berakhir paling lambat dua bulan

menjalankan

setelah seluruh tahapan penyelenggaraan

wewenangnya.

Pemilu selesai. Panwaslu Kabupaten/Kota

diskriminatif

dalam

tugas

2. Melakukan

dan

pembinaan

dan

berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.

pengawasan terhadap pelaksanaan

Anggota

tugas

Panwaslu

Kabupaten/Kota

sebanyak tiga orang, terdiri dari kalangan
profesional yang mempunyai kemampuan

pengawas

pemilu

pada

tingkat bawahnya.
3. Menerima

dan

menindaklanjuti

dalam melakukan pengawasan, dan tidak

laporan yang berkaitan dengan

menjadi anggota Partai Politik. Dalam

dugaan

adanya

komposisi

terhadap

pelaksanaan

anggota

Kabupaten/Kota
keterwakilan
kurangnya

harus

Panwaslu
memperhatikan

perempuan
30%

Masing-masing

(tiga

puluh

anggota

sekurang-

pelanggaran
peraturan

perundang-undangan

mengenai

pemilu.

persen).

4. Menyampaikan hasil pengawasan

Panwaslu

kepada Bawaslu provinsi sesuai

Kabupaten/Kota, mempunyai hak suara

dengan

yang sama. Panwaslu Kabupaten/Kota

periodi

terdiri dari seorang ketua merangkap

kebutuhan.

tahapan

pemilu

dan/atau

secara

berdasarkan

anggota dan anggota. Ketua Panwaslu

5. Meyampaikan temuan dan laporan

Kabupaten/Kota dipilih dari dan oleh

kepada bawaslu Provinsi berkaitan

anggota Panwaslu Kabupaten/Kota sendiri.

dengan adanya dugaan pelanggaran
yang dilakukan oleh anggota KPU
Kabupaten/Kota
mengakibatkan
pelanggaran

yang
adannya
tahapan

dugaan
pemilu

ditingkat kabupaten kota.

50

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

Dalam
wewenang
pemilu,

menjalankan

mengawasi

apa

yang

tugas

setiap

dilakukan

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

dan

tahapan
Panitia

telah memengaruhi terpilih tidaknya yang
bersangkutan

kedalam

jabatan

yang

diperebutkan melalui pemilu tersebut.5

Pengawas Pemilu (Panwaslu) sebetulnya

Jika dalam hal menangani kasus-

tidak jauh berbeda dengan apa yang

kasus pelanggaran administrasi, Panwaslu

dilakukan pemantau pemilu atau pengamat

bertambah kekuatanya, tidak demikian

pemilu,

halnya dalan hal penanganan kasus-kasus

yakni

sama-sama

menghimbau,

dan

terdapat

yang

hal

mengkritik,

memproses

apabila

menyimpang

pidana.dalam hal

ini

menurut

hemat

dari

peneliti Panwaslu masih berkerja sama

undang-undang. Namun terkait dengan

dengan institusi terkait misal dengan

penanganan

dugaan

kepolisian dan kejaksaan, menurut peneliti

pelanggaran pemilu, maka disini terdapat

hal ini lah membuat panwaslu menjadi

perbedaan

karena

lemah dan tidak independent lagi. Dengan

pengawas pemilu menjadi satu-satunya

memperhatikan kelemahan ini panwaslu

lembaga yang berhak menerima laporan,

disamping harus meningkatkan kapasitas

dengan kata lain Panwaslu merupakan

dan kemampuannya juga harus benar-

satu-satunya

benar dapat bertindak secara professional.

kasus-kasus

yang

fundamental,

pintu

masuk

untuk

penyampaian laporan pelanggaran pemilu.

Selain itu faktor lain menjadi

Selain itu pula Panwaslu juga satu-satunya

kendala dalam pelaksanaan fungsi dan

lembaga yang mempunyai kewenangan

pengawasan pemilu adalah kendala waktu,

untuk melakukan kajian terhadap laporan

dilain

atau temuan dugaan pelanggaran pemilu

membatasi waktu laporan pelanggaran

untuk memastikan apakah hal tersebut

pemilu

benar-benar

penyelenggaraan

dalam

mengandung

menjalankan

pelanggaran,

undang-undang

pada

setiap
pemilu

juga

tahapan
disampaikan

terkait

paling lama tiga (tiga) hari sejak terjadinya

pelanggaran, salah satu objek nya yaitu

pelanggaran pemilu. Mengenai pembatasan

penyelengara (KPU), pihak yang menjadi

waktu

termohon dalam perkara perselisihan hasil

memberi

pemilu. KPU sebagai pihak penyelenggara

penanganan tindak pidana pemilu tetapi

pemilihan

dilain

umum

konstitusi

pihak

itulah

yang

telah

tersebut

memang

kepastian

pihak

baik

hukum

pengawas

pemilu

untuk
dalam

akan

menetapkan hasil pemilihan umum yang
dianggap merugikan hak konstitusional
peserta pemilu, karena secara langsung

5

Soerdarsono,
Mahkamah
Konstitusi
Sebagai Pengawal Demokrasi, Jakarta, 2006, hlm.
33.

51

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

mengalami kesulitan jika saksi yang harus
di

klarifikasi

bertempat

tinggal

3. Mengusahakan kelengkapan sarana

jauh

prasarana

yang

masih

kurang

terutama di pedesaan. Kendala tersebut

dengan menjalin kerjasama dengan

coba diatasi oleh Bawaslu RI bersama

pihak-pihak yang terkait seperti

dengan Jaksa Agung RI dan Kepala

penyelenggara pemilu dan tokoh

Kepolisian RI dengan membuat MoU

masyarakat.

tentang Sentra Gakkumdu. Secara umum
dapat

dikatakan

Gakkumdu

cukup

keberadaan

Sentra

berhasil

dalam

melaksanakan penegakkan hukum secara
sinergis antara Bawaslu ,Kepolisian,dan
Kejaksaan

yang

jenggalnya

ditingkat

kabupaten yaitu Panwaslih ikut dalam
Gakkumdu.oleh

karena

menginginkan

adanya

itu

peneliti

amandemen

mengenai PKPU No 11 tahun 2016 dan
UU N0 10 Tahun 2016 yang dirubah
menjadi UU NO 7 Tahun 2017 salah
satunya

terkait

dengan

perubahan

kedudukan dan fungsi Panitia Pengawas
Pemilu.
Panitia

Pengawas

Pemilu

kabupaten Hulu Sungai Utara perlu juga
memperhatikan

pelayanan

terhadap

masyarakat mengenai pengawasan:
1. Mengevaluasi kinerja pelayanan
selesai

pemilukada

dengan

melibatkan seluruh komponen.
2. Kedepan Pemerintah Pusat dalam
hal ini memberikan usulan kepada
DPR RI untuk dapat memperkuat
lagi

pengawasan

di

Bawaslu

DAFTAR PUSTAKA
Buku
Amirudin dan Zaini Bisri, 2006. Pilkada
Langsung Problem dan Prospek,
Penerbit Pustaka Pelajar, Jakarta.
Agus Dwiyanto, dkk, 2008, Reformasi
Birokrasi Publik di Indonesia,
Pusat Studi Kependudukan dan
kebijakan,Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Ahmad Nadir, 2005, Pilkada Langsung
dan Masa Depan Demokrasi di
Indonesia, Penerbit Averroes Press,
Malang.
Bagir Manan, 2003, DPR, DPD, MPR
dalam UUD1945 yang baru, FH
UII Press, Jakarta.
Donni Edwin, 2005, Pilkada Langsung:
Demokratisasi Daerah dan Mitos
Good Governance, Partnership,
Jakarta.
Joko Prihatmoko, 2005, Pemilihan Kepala
Daerah Langsung Filosofi Sistem
dan Problem Penerapan di
Indonesia,
Pustaka
Pelajar,
Jogyakarta.
Jimly Asshiddiqie, 2005, Kemerdekaan
Berserikat, Pembubaran Partai
Politik, dan mahkamah Konstitusi,
Pusat StudiHukum Tata Negara UI.

Kabupaten.

52

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

Koirudin, 2004, Partai Politik dan Agenda
Transisi Demokrasi, Pustaka Fajar,
Jogyakarta.

Topo

Laporan Penelitian Tim PDN P3DI, 2010,
Pemilihan Umum Kepala Daerah
Bupati/Walikota Di Provinsi Riau,
Setjen DPR-RI.

Umar Husien, 1999, Riset Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi, Edisi
Revisi
dan
perluasan,
PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Leo Agustino, 2005, Politik dan Otonomi
Daerah, Untirta Press, Banten.

Peraturan Perundang-undangan

Mahfud M, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar
Demokrasi,
Gama
Media,
Jogyakarta.
Miriam Budiardjo, 1982, Partisipasi dan
Partai Politik, Garamedia, Jakarta.
Modul

Pengawasan,
2009,
Badan
Pengawas Pemilu - Indonesia
Corruption Watch, Jakarta

Nurdin Rachamad K Dwi Susilo, Tri
Sulistyaningsih, 2006, Kebijakan
Elitis Politik Indonesia, Penerbit
Pustaka Pelajar - Fisip UMM,
Malang.
Pedoman Pengawasan Pemilu 2016-2017
Bawaslu RI, Jakarta
Ramlan Subakti dkk, 2008, Perekayaan
Sistem Pemilihan Umum Untuk
Pembangunan
Tata
Politik
Demokratis,
Patnership
for
Governance Reform Indonesia,
Jakarta.
Soerdarsono, 2006, Mahkamah Konstitusi
Sebagai Pengawal demokrasi,
Jakarta.
Sigit Putranto dan Kusomowidagdo, 1981,
Sistem Pemilihan Umum Universal
dan Parohial, Prisma.

Santoso, 2006, Tindak Pidana
Pemilu, Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007
tentang Penyelenggaraan Pemilu.
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016
tentang perubahan kedua atas
Undang-Undang nomor 1 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 tahun 2014
tentang
Pemilihan
Gubernur,
Bupati dan Walikota menjadi
Undang-Undang.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum.
Internet
http://www.google.co.id/International
IDEA, 2000. Demokrasi dan
Konflik YangMengakar: Sejumlah
Pilihan Untuk Negosiator, Seri
Buku Pegangan InternasionalIDEA,
Jakarta./diakses tanggal 8 Mei
2017.
http://www.bawaslu.go.id/berita/35/tahun/
2017/bulan/57/tanggal/21/id/1504/,
diakses tanggal 7 Mei 2017.

53

Al’Adl, Volume X Nomor 1, Januari 2018

ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124

54

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25