Kajian Amtsal dalam al Quran (1)

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu keunikan yang ditemukan dalam Al-Qur’an, terletak pada
segi metode pengajaran dan penyampaian pesan-pesannya ke dalam jiwa
manusia. Metode penyampaian pesan-pesan tersebut adalah metode yang paling
singkat, mudah dan jelas. Dalam pada itu, metode pengajaran Al-Qur’an
bermacam-macam pula, satu di antaranya adalah metode penyampaian melalui
ungkapan matsal terhadap hal-hal yang bersifat sangat mendasar dan bersifat
abstrak.
Hal-hal abstrak tersebut diungkapkan melalui perumpamaan yang
bersifat konkret. Metode ini dimaksudkan menjelaskan dan menegaskan makna
pesan yang terkandung di dalamnya.
Dengan menggunakan perumpamaan berbentuk konkret tersebut, para
pendengar dan pembaca Al-Qur’an akan merasakan seolah-olah pesan yang
disampaikan Al-Qur’an itu terlihat secara langsung.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Amtsal dalam Al-Qur’an?
2. Apa saja macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an?
3. Apa unsur-unsur Amtsal?
4. Apa saja ciri spesifik Amtsal?

5. Apa Urgensi dari Amtsal?

1

PEMBAHASAN
A. Pengertian Amtsal
Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal. Kata matsal, mitsl, dan matsil

serupa dengan syabah, syibh dan syabih, baik lafadz maupun maknanya.1
Secara etimologi, kata amtsal adalah bentuk jamak dari mitsl dan matsal
yang berarti serupa atau sama, dapat juga berarti contoh, teladan, peribahasa
atau cerita perumpamaan.2
Secara terminologi, matsal sebagai istilah dalam ilmu sastra yang berarti
suatu ungkapan perkataan yang dihikayatkan dengan maksud menyerupakan
keadaan yang terdapat dalam perkataan itu dengan keadaan sesuatu yang
karenanya perkataan itu diucapkan. Maksudnya, menyerupakan sesuatu,
seseorang atau keadaan dengan apa yang terkandung dalam perkataan itu.3
Makna amtsal secara terminologi dapat ditemukan dalam berbagai
pendapat ulama berikut.4
Menurut Ibnu Qayyim, sebagaimana dikutip oleh Manna’ al-Qattan,

amtsal ialah menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal

hukumnya, mendekatkan sesuatu yang bersifat abstrak dengan yang bersifat
indrawi atau mendekatkan salah satu dari dua hal yang indrawi atas yang lain,
dengan menganggap yang satu sebagai yang lain.
Menurut as-Suyuthi dalam al-Itqan, amtsal ialah mendeskripsikan
makna yang abstrak dengan gambaran yang konkret karena lebih mengesan di
dalam hati, seperti menyerupakan yang samar dengan yang tampak, yang ghaib
dengan yang hadir.5
Kata matsal juga di gunakan untuk menunjukkan arti keadaan dan kisah
yang menakjubkan. Dengan pengertian ini kata matsal ditafsirkan dalam banyak
Al-Qur’an. Misalnya firman Alloh:

Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an; penerjemah: H. Aunur Rofiq El-Mazni,
Lc. Muhammad Ihsan, ed. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm. 353.
2 Al-Munjid fi al-Lughah wa al `Alam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1973), hlm. 747.
3 Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits fi ‘Ulum Al-Qur’an, (Riyad: Mansyurat al-Asr al-Hadits, 1973), hlm.
282.
4 Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, (Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR, 2012), hlm. 40.

5 Jalal ad-Din as-Suyuthi, al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, 1951), juz II, hlm. 131.
1

2

َ َ ْ
َْ
‫مثل الجن الت ع اْتق فيها ْنها م ْن ما غ ْير اسن ْنها م ْن لب ل ْ يتغ َي ْر ط ْعم ْنها م ْن خ ْم ل‬
َ
ْ
َ
ً
َ
‫للشا بي ْنها م ْن عسل مصفى له ْ فيها م ْن كل الثم ا مغف م ْن به ْ كم ْن ه خال في النا سق ا‬
َ
. ْ ‫ما حميما فقطع ْمعا ه‬
َ

“Perumpamaan surga yang di janjikan kepada orang-orang yang bertaqwa
yang di dalamnya terdapat sungai-sungai dan air yang tiada berubah rasa dan

baunya, sungai-sungai dari air susu yang tiada berubah rasanya, sungaisungai dari khamar (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungaisungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Tuhan mereka, sama dengan orang
yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih
sehingga memotong-motong ususnya .”6

Ayat tersebut menggambarkan keadaan dan sifat surga yang sangat
mengagumkan.7

B. Macam-macam Amtsal dalam Al-Qur’an
Di kalangan para ulama terdapat perbedaan tentang macam-macam
amtsal Al-Qur’an, adanya perbedaan tersebut disebabkan banyak dan

beragamnya amtsal dalam al-Qur’an.8
Manna’ Khalil al-Qattan membagi amtsal Al-Qur’an menjadi tiga
macam,9 yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah.
Dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Amtsal Musharrahah, maksudnya sesuatu yang dijelaskan dengan lafadz
matsal atau dengan sesuatu yang menunjukkan tasybih (penyerupaan).
Amtsal ini seperti banyak ditemukan dalam Al-Qur’an, dan berikut ini


beberapa di antaranya :
a. Tentang orang munafik:

6

QS. Muhammad (47): 15.
Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahits, hlm. 282.
8 Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 42.
9 Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hlm. 356.
7

3

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Alloh menghilangkan
cahaya yang menyinari mereka dan membiarkan mereka dalam
kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka
tidaklah mereka akan kembali ke jalan yang benar. Atau seperti yang
ditimpa hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan
kilat...sampai dengan-Sesungguhnya Alloh berkuasa atas segala


sesuatu.”10
Di dalam ayat ini Alloh membuat dua perumpamaan bagi orang
munafiq; matsal yang berkenaan dengan api dalam firman-Nya,”adalah
seperti orang yang menyalakan api,,,” karena di dalam api terdapat
unsur cahaya. Matsal yang lain adalah berkenaan dengan air,”atau
seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit....” karena

di dalam air terdapat materi kehidupan. Dan wahyu yang turun dari
langit pun bermaksud untuk menerangi hati dan menghidupkannya.
Alloh juga menyebutkan kondisi orang munafiq dalam dua keadaan. Di
satu sisi mereka bagaikan orang yang menyalakan api untuk penerangan
dan kemanfaatan. Dalam hal ini mereka memperoleh kemanfaatan
materi dengan sebab masuk Islam. Namun keislaman mereka tidak
memberi pengaruh terhadap hati mereka karena Alloh menghilangkan
cahaya yang ada dalam api itu, “Alloh menghilangkan cahaya yang
menyinari mereka.” Kemudian membiarkan unsur api “membakar”
yang ada padanya. Inilah perumpamaan mereka yang berkenaan dengan
api.
Adapun dalam matsal air, Alloh menyerupakan mereka dengan

keadaan orang ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, guruh dan
kilat, kekuatannya terkuras habis. Lalu ia menyumbat telinga dengan
jari-jemarinya,

sambil

memejamkan

mata

karena

takut

petir

menimpanya. Gambaran ini laksana Al-Qur’an dengan peringatan,
perintah, larangan dan khithabnya bagi mereka seperti petir yang turun
menyambar.


10

QS. Al-Baqarah (2): 17-20.

4

b. Alloh juga menyebutkan dua matsal air dan api, untuk menggambarkan
yang hak dan yang batil.
“Alloh telah menurunkan air (hujan) dari langit, maka mengalirlah air
di lembah-lembah menurut ukurannya, maka arus itu membawa buih
yang mengambang. Dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api
untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti
buih arus itu. Demikianlah Alloh membuat perumpamaan bagi yang
benar dan yang batil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu
yang tidak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada
manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Alloh membuat
perumpamaan-perumpamaan.”11

2. Amtsal Kaminah, yaitu yang di dalamnya tidak disebutkan dengan jelas
lafadz tamtsil, tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik,

dalam redaksinya singkat padat, dan mempunyai pengaruh tersendiri bila
dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya:
a. Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan “Sebaik-baik perkara
adalah yang tidak berlebihan, adil dan seimbang.” Yaitu:
1) Firman Alloh tentang sapi betina: “Sapi betina yang tidak tua dan
tidak muda; pertengahan di antara itu...” (Al-Baqarah: 68)
2) Firman Alloh tentang nafkah: “Dan mereka yang apabila
membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak

pula

kikir,

dan

adalah

(pembelanjaan

itu)


seimbang.”

(Al-Furqan: 67)
3) Firman Alloh mengenai shalat: “Dan janganlah kamu mengeraskan
suaramu dalam shalatmu dan jangan pula merendahkannya, dan

carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Al-Isra: 110)
4) Firman Alloh mengenai infaq: “Dan janganlah kamu jadikan
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan pula terlalu
mengulurkannya.” (Al- Isra: 29)

11

QS. Ar-Ra’d (13): 17.

5

b. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang yang mendengar itu tidak
sama dengan yang menyaksikannya sendiri.” Misalnya firman Alloh

tentang Ibrahim:”Alloh berfirman:Apakah kamu belum percaya?”
Ibrahim menjawab:”Saya telah percaya,akan tetapi agar bertambah
tetap hati saya.”12
c. Ayat yang senada dengan ungkapan “seperti yang telah kamu lakukan,
maka seperti itu kamu akan dibalas.”

d. Ayat yang senada dengan ungkapan “orang mukmin tidak akan masuk
dua kali lubang yang sama.”

3. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan
lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat itu berlaku sebagai matsal.
Seperti:
a. “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (QS. Yusuf: 51)
b. “Tidak ada yang akan bisa menyatakan terjadinya hari itu selain dari

Alloh.” (QS. An-Najm: 58)
c. “Telah diputuskan perkara yang kamu berdua menanyakannya
(kepadaku).” (QS. Yusuf: 41)
d. “Bukankah shubuh itu sudah dekat?” (QS. Hud: 81)
e. “Tiap-tiap khabar berita mempunyai masa yang menentukannya (yang
membuktikan

benarnya

atau

dustanya);

dan

kamu

akan

mengetahuinya.” (QS. Al-An’am: 67)
f.

“Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri.” (QS. Fathir: 43)

g. “Katakanlah;’Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-

masing.” (QS. Al-Isra’: 84)
h. “Boleh kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.” (QS.

Al-Baqarah: 216)
i.

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.”
(QS. Al-Mudatstsir: 38)

j.

“Adakah balasan kebaikan selain dari kebaikan (pula)?” (QS. ArRahman: 60)

12

QS. Al-Baqarah (2): 260.

6

k. “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi
mereka (masing-masing)” (QS. Al-Mukminun: 53)
l.

“Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang
disembah.” (QS. Al-Hajj: 73)

m. “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang

bekerja.” (QS. Ash-Shaffat: 61)
n. “Tidak sama yang buruk dengan yang baik.” (QS. Al-Maidah: 100)
o. “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan

golongan yang banyak dengan izin Alloh.” (QS. Al-Baqarah: 249)
p. “Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah.”

(QS. Al-Hasyr: 14)

Muhammad Jabir al-Fayad mengatakan bahwa secara garis besar ada dua
macam matsal, yaitu:13
1. Al-Amtsal azh-Zhahirah, yaitu matsal yang secara eksplisit menggunakan kata
matsal, baik dalam bentuk tasybih maupun muqaranah,baik dalam ungkapan

yang ringkas dan pendek maupun dalam bentuk uraian cerita yang panjang.
2. Al-Amtsal Al-Kaminah. Matsal ini sebenarnya hampir sama dengan Al-Amtsal
azh-Zhahirah, hanya saja tidak secara eksplisit mencantumkan kata matsal.

Dengan pengertian ini, maka semua kisah dalam Al-Qur’an dapat dipandang
sebagai Amtsal Kaminah.

C. Unsur-unsur Amtsal Al-Qur’an
Adapun unsur-unsurnya menurut balaghah adalah sebagai berikut:14
1. Harus ada musyabbah (yang diserupakan) yaitu, sesuatu yang akan
diserupakan atau diumpamakan.
2. Harus ada musyabbah bih (asal penyerupaan) yaitu, sesuatu yang dijadikan
sebagai tempat untuk menyerupakan.
3. Harus ada wajhu asy-Syabah (segi persamaan) yaitu, arah persamaan antara
kedua hal yang diserupakan tersebut.

13
14

Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 43.
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 57.

7

4. Harus ada adat at-tasybih (kata yang digunakan untuk menyerupakan)
misalnya huruf kaf.
Contohnya:

ْ
ْ ْ
‫ْم اله ْ في سب ْيل ه كمثل ح َب نبتت س ْبع سنابل في كل سنبل مائ ح َب ه‬
. ‫ه اسع عل ْي‬

ْ ‫مثل َال ْين ي ْنفق‬
‫يضاعف ْ ْن يش‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”15

Wajhu Syabah yang terdapat pada ayat ini adalah pertumbuhan yang berlipat-

lipat. Tasybihnya adalah kata matsal. Musyabahnya adalah infaq atau shodaqoh dijalan
Allah, sedangkan musyabbah bihnya adalah benih.

D. Ciri-ciri Spesifik Amtsal dalam Al-Qur’an
Samih Atif Az-Zain mengemukakan bahwa amtsal Al-Qur’an memilki
ciri-ciri spesifik yang menonjol,16 yaitu:
1. Amtsal Al-Qur’an kadang-kadang bersifat haqiqi (menggambarkan
fakta yang sebenarnya), dan kadang-kadang bersifat fardhi
(ilustratif). Contohnya:
17

18

‫كم ْن َمثل في ظلما ب‬

َ
ْ ‫ك الك ي‬
‫ض ب ه للنا ا ْمثله ْ ب‬

Sementara amtsal yang fardhi biasanya diungkapkan dalam bentuk tasybih
(penyerupaan). Contohnya:

15

QS. Al-Baqarah (2): 261.
Mahfudz Masduki, Tafsir Al-Mishbah M. Quraish shihab: Kajian Atas Amtsal Al-Qur’an, hlm. 45.
17 QS. Al-An’am (6): 122.
18 QS. Muhammad (47): 3.

16

8

19

َ
َ
‫مثل ال ْين حمل ا الت ْ ى ث َ ل ْ ي ْحمل ها كمثل الحما ي ْحمل ا ْسفا اب‬

2. Di antara ciri-ciri spesifik amtsal Al-Qur’an adalah qiyas tamtsili.
Contohnya:

ْ َ
َ
ْ
ْ ‫ْين امن ْ ا‬
‫ يح‬,‫ ل َج َسس ْ ا ل يغت ب ْعضك ْ ب ْعضا‬, ‫اجتنب ْ ا كث ْيرا من الظن ا َ ب ْعض الظن اث‬
َ
َ
ْ
ْ ‫ا ْ ي ْأكل ل‬
20‫ اَق ْ ا ه إ ه َ َ اب ح ْي ب‬,‫ح اخ ْي م ْيتا فك هتم ْ ه‬

َ
‫يأيها ال‬

ْ ‫اح ك‬

3. Amtsal Al-Qur’an memiliki dua ciri atau aspek, yaitu yang tersurat
dan yang tersirat.
Matsal yang tersurat adalah matsal yang jelas eksplisit dengan kata
matsal, contohnya:
21

َ
‫مثله ْ كمثل ال‬

ْ
ْ
‫ فل َما ضا ما ح ْ ل ه ه بن ْ ه ْ َ كه ْ في ظلما ل ي ْبص ْ ب‬,‫است ْ ق نا ا‬

Sedangkan matsal yang tersirat ialah yang tidak eksplisit dengan
kata matsal. Contohnya:

ْ
‫لفا‬
‫لبك ع ا ب ْي‬
َ
َ
23‫ليل ْ ا إلفاج ا كفا اب‬
ْ
َ ْ
24‫ل ك ب ْ ا بما ل ْ يح ْيط ْ ا بعلم ب‬
‫ب‬
22

‫لكب‬

4. Kehebatan lain dari amtsal Al-Qur’an adalah bahwa sebagian
ayatnya telah “berlaku di masyarakat sebagai peribahasa yang telah
di kenal, seperti firman Alloh:

ْ

ْ ‫ْالئ ح‬
‫صح‬
26‫كل ح ْ ب بما ل ْيه ْ ف ح ْ ب‬
25‫الحقب‬

5. Spesifikasi lainnya ialah amtsal Al-Qur’an bersifat muthlaqah,
dengan pengertian bersifat menyeluruh dan tidak hanya bersifat
parsial atau sebagian. Contohnya:

QS.Al-Jumu’ah (62): 5.
QS. Al-Hujurat (49): 12.
21 QS. Al-Baqarah (2): 17.
22
QS. Al-Baqarah (2): 68.
23 QS. Nuh (71): 27.
24 QS. Yunus (10): 39.
25 QS. Yusuf (12): 51.
26 QS. Ar-Ruum (30): 32.
19
20

9

ْ
ْ ‫فأ‬
‫صبح هش ْيما َ ْ ه‬

ْ
ْ
َ ‫اض ْب له ْ مثل ْالحي ال ْنيا كما ا ْن ْلن من‬
ْ ‫اختلط ب نبا ا ْل‬
‫السما ف‬
ْ
27‫ال يحب كا ه عل كل ش ئ مقت اب‬

E. Urgensi Amtsal dalam Al-Qur’an
1. Menampilkan sesuatu yang rasional dalam bentuk konkrit yang dapat
dirasakan indra manusia, sehingga akal mudah menerimanya.28 Sebab
pengertian-pengertian abstrak tidak akan tertanam dalam benak kecuali jika
ia dituangkan dalam bentuk indrawi yang dekat dengan pemahaman.
Misalnya Alloh membuat perumpamaan bagi keadaan orang yang
menafkahkan hartanya secara riya’ bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala
sedikit pun dari perbuatannya itu.

ْ
ْ َ
ْ
َ
َ
ْ
ْ
َ
‫اَ الي ْ م‬
‫يا يها ال ين امن ا ل َ ْبطل ا ص قاَك ْ باْن ال كال ينفق مال ئا النا ل يْمن ب‬
ْ
ْ
ْ
ْ
‫عل ش ْ م َما كسب ا…(الي )ب‬
‫اْخ فمثل كمثل صف ا عل ْي َ اب فأصاب ابل فترك صل ا ل يق‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu
dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang
menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di
atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih
(tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka

usahakan…”29
2. Mengungkapkan hakekat-hakekat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan
sesuatu yang tampak.

ْ
ْ
ْ َ
َ
َ
َ
َ
‫ال ين يأكل ال با ل يق م إل كما يق م ال يتخ َبط الش ْيطا من اْس لك بأ َنه ْ قال ا إنما الب ْيع‬
َ ‫اَ ْالب ْيع ح َ م ال با فم ْن جا ه م ْ عظ م ْن ب ف ْانته فل ما سلف ْم ه إل‬
َ ‫م ْثل ال با ح َل‬
‫اَ م ْن عاد‬
َ
ْ ‫فأ لئك‬
. ‫صحاب النا ه ْ فيها خال‬

27

QS. Al-Kahfi (18): 45.
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, hlm. 361.
29 QS. Al-Baqarah (2): 264.
28

10

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila, keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghunipenghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”30

3. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang
padat.
4. Mendorong orang yang diberi matsal untuk berbuat sesuai dengan isi
matsal, jika ia merupakan sesuatu yang disenangi jiwa.

َ ‫ْم اله ْ في سبيل‬
َ ‫اَ كمثل ح َب ْنبت ْت س ْبع سنابل في كل س ْنبل مائ ح َب‬
َ‫ا‬

َ
ْ
‫مثل ال ين ينفق‬

َ ‫يضاعف ْ ْن يشا‬
. ‫اَ اسع علي‬
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa
yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”31

5. Menjauhkan dan menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang
dibenci jiwa. Misalnya tentang larangan bergunjing.

ْ ْ
‫ح ك ْ يأكل ل ْح خي م ْيتا فك ْهتم ه…(الي )ب‬

ْ
‫ل يغت ْ ب ْعضك ْ ب ْعضا يح‬

“…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu mer asa jijik kepadanya….”32

30

QS. Al-Baqarah (2): 275.
QS. Al-Baqarah (2): 261.
32 QS. Al-Hujurat (49): 12.
31

11

6. Untuk memuji orang yang diberi matsal.

‫عل س ق ي ْْج‬

ْ ‫است ْغل ف‬
ْ ‫ْخ ش ْطأه ف ه ف‬
‫است‬

َ
ْ ‫الت ْ ا مثله ْ في ْاْ ْنجيل ك‬
‫لك مثله ْ في‬
َ ْ
‫ال َ ا ليغي به الكفا …(الي )ب‬

“…Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil,
yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman
itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati
orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu’min)…”33

7. Untuk menggambarkan sesuatu yang mempunyai sifat yang dipandang
buruk oleh banyak orang.

ْ ‫ش ْئنا ل ف ْعناه بها لك َن ْخل إل ْال‬
ْ
َ
ْ
َ
‫لك مثل الق ْ م ال ين ك ب ا ب ياَنا…(الي )ب‬

ْ ْ ْ ْ
َ
ْ ْ ْ
‫اَبع ه اه فمثل كمثل الكل إ َ ْحم ْل عل ْي يله ْ َترك‬

ْ‫ل‬
ْ
‫يله‬

“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan
ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami…”34

8. Amtsal lebih berbekas dalam jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat,
lebih kuat dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.

‫ب‬

ْ
َ
َ
َ
‫لق ْ ض ْبنا للنا في ه ا الق ْ ا م ْن كل مثل لعله ْ يت ك‬

“Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur’an ini setiap macam
perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”35

33

QS. Al-Fath (48): 29.
QS. Al-A’raf (7): 176.
35 QS.Az-Zumar (39): 27.

34

12

PENUTUP
Kesimpulan
Dari berbagai penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa:
Amtsal Al-Qur’an adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam bentuk

yang indah dan singkat yang mengena dalam jiwa baik dalam bentuk tasybih maupun
majaz mursal (ungkapan bebas).
Amtsal Al-Qur’an lebih mampu dinalar karena hal-hal yang masih abstrak

diumpamakan dengan nyata dan indah sehingga lebih mengena di hati.
Dari ciri-ciri spesifik sebagaimana dikemukakan di atas, terlihat bahwa makna
amtsal Al-Qur’an demikian luas, yang dapat memunculkan berbagai pemahaman yang

tak terbatas. Inilah yang menyebabkan amtsal Al-Qur’an menjadi kaidah dari berbagai
prinsip kebenaran. Seperti firman Alloh:

ْ
َ
َ
َ
‫لق ْ ض ْبنا للنا في ه ا الق ْ م ْن كل مثل لعله ْ يت ك ْ ب‬
Macam-macam amtsal Al-Qur’an adalah amtsal yang jelas dengan
menggunakan lafazh mitslu atau sesamanya, amtsal yang terselubung tanpa
menggunakan lafazh mitslu dan amtsal yang berupa ungkapan bebas tanpa ada adat
tasybih.

Faedah mempelajari amtsal Al-Qur’an yang terpenting adalah mendorong
manusia untuk melakukan amal ibadah dan mencegahnya melakukan hal-hal yang
dibenci oleh agama serta menggambarkan hal-hal abstrak dengan hal-hal yang nyata
agar pemahamannya semakin mantap dalam hati manusia.. Tujuannya agar manusia
mengambil pelajaran dari Al-Qur’an dengan mengambil hal-hal yang baik dan
menjauhi hal-hal yang buruk demi mendapatkan kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

13

DAFTAR PUSTAKA

Al-Munjid fi al-Lughah wa al `Alam. Beirut: Dar al-Masyriq, 1973.

Al-Qattan, Manna’ Khalil. Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Riyad: Mansyurat alAsr al- Hadits, 1973.
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2006.
As-Suyuthi, Jalal ad-Din, al-Itqan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr,
1951.
Az-Zain, Samih Atif. Mu’jam al-Amtsal fi Al-Qur’an al-Karim. Libanon: Dar
al-Kitab al-Lubnani, 2000.
Dahlan, Abd. Rahman. Kaidah-Kaidah Tafsir . Jakarta: AMZAH, 2010.
Masduki, Mahfudz. Tafsir Al-Mishbah M. Quraish Shihab: Kajian Atas Amtsal
Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

14