Peran JICA Dalam Proyek Pembangunan Mass

Tugas Mata Kuliah Politik Kerjasama dan Bantuan Luar
Negeri

“Peran JICA Dalam Proyek Pembangunan Mass
Rapid Transit di Jakarta“

Oleh :
Beni Setiadi (115120400111035)
Dwi Ratna (0911240007)
Gigih Taufan (115120407111042)
Intan Maharani (115120400111002)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Politik
Kerjasama dan Bantuan Luar Negeri dengan pembahasan Project MRT Jakarta dan Peran
JICA.
Makalah ini disajikan sesuai dengan ketentuan agar memudahkan pemahaman para
pembaca terhadap isi dari makalah. Makalah ini dirangkum dari berbagai sumber yang

berkaitan dengan pembahasan tersebut diatas. Dengan adanya makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat dan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini,
maka dari itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih
kepada para pembaca dan segala pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini.

Malang, 18 November 2013
Hormat kami,

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak awal tahun 2013 hingga menjelang penghujungnya, rumor tentang
pembangunan MRT (Mass Rapid Transit) sudah santer terdengar. Seakan trauma, banyak
pro dan kontra tentang wacana ini. Para pengamat dan masyarakat yang awam takut
program pembangunan ini mandeg seperti monorel dalam rezim sebelumnya.
Disisi lain pembangunan MRT ini mendesak untuk dilaksanakan mengingat

tingkat kepadatan penduduk di Jakarta terus naik, tingkat mobilitas migrasi pun makin
tinggi, namun tingkat pembangunan jalan sebagai sarana lalu lintas hampir stagnan.
Ketakutan akan kemungkinan kemacetan permanen ditanggapi serius oleh pemerintah
mengingat Jakarta sebagai Ibukota Indonesia dan pusat kegiatan ekonomi Indonesia.
Banyak pula yang kurang paham tentang bagaimana program ini berjalan serta
dari mana dana yang digunakan untuk melaksanakan program ini. Atas dasar tersebut di
atas, kami mengangkat topik bahasan Project MRT Jakarta dan Peran JICA.
1.2 Rumusan Masalah
Apa itu MRT?
Apa latar belakang program MRT?
Bagaimana Rancangan Proyek MRT Oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta?
Bagaimana Implementasi Bantuan dan Proporsi Keterlibatan JICA Pada Proyek MRT di
Jakarta?
Apa motif Bantuan JICA dalam Program Pembangunan MRT JABODETABEK?
1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini selain untuk memenuhi tugas kelompok dalam
mata kuliah Politik Kerjasama dan Bantuan Luar Negeri, juga untuk menambah
pengetahuan, apa itu MRT serta programnya dan kaitannya dengan lembaga JICA.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian MRT
MRT singkatan dari Mass Rapid Transit, yang secara harfiah berarti moda
transportasi yang dapat membawa sejumlah besar penumpang secara cepat. MRT dibagi
dalam dua jenis:
 Berdasarkan bentuk fisik dibedakan menjadi BRT (Bus Rapid Transit), LRT (Light
Rail Transit) yang merupakan kereta listrik, dioperasikan menggunakan gerbong KA
sesingkat monorel dan Heavy Rail Transit yang memiliki kapasitas besar seperti yang
ada di Jabodetabek saat ini.
 Berdasarkan Area Layanandibagi menjadi Metro yang lingkupnya hanya dalam
perkotaan dan Commuter Rail yang merupakan bentuk MRT untuk mengangkut
penumpang dari pinggiran kota ke kota dan membawa mereka kembali ke zona
penyangga (pinggiran kota).
Jenis MRT yang akan dibangun oleh PT MRT Jakarta adalah berbasis rel MRT
tipe Heavy Rail Transit.1
2.2 Latar belakang MRT
Pembangunan MRT didasari oleh beberapa pertimbangan, tak hanya untuk jangka
pendek namun untuk jangka panjang. Berikut beberapa pertimbangan yang mendasari
pembangunan MRT di JABODETABEK:
 Estimasi total kemacetan lalu lintas di Jakarta : Pertumbuhan jalan di Jakarta saat ini

kurang dari 1 persen per tahun dan sehari-hari setidaknya lebih 1.000 mobil baru turun
ke jalan Jakarta (Jakarta Dishub DKI data ) . Studi yang dilakukan oleh Japan
International Corporation Agency ( JICA ) pada 2004 menyebutkan bahwa jika tidak
ada perbaikan pada sistem transportasi di Jakarta , diperkirakan bahwa lalu lintas
Jakarta akan secara total macet pada tahun 2020 (Studi pada Integrated Transportation
Master Plan , SITRAMP II ) .

1

http://www.jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=64&Itemid=102&lang=en diakses 18 November 2013

Table 1.1 Grafik Kepadatan Penduduk di JABODETABEK

 Kerugian ekonomi akibat kemacetan lalu lintas di Jakarta berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Yayasan Pelangi pada 2005 diperkirakan Rp 12,8 triliun / tahun
yang meliputi nilai waktu , biaya bahan bakar , dan biaya kesehatan . Sementara
berdasarkan SITRAMP II 2004 menunjukkan bahwa jika sampai tahun 2020 tidak ada
perbaikan yang dilakukan pada sistem transportasi maka kerugian ekonomi
diperkirakan akan mencapai Rp65 triliun / tahun .

 Polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan bermotor berkontribusi 80 persen dari
polusi di Jakarta . MRT Jakarta sendiri didukung oleh listrik sehingga tidak
menghasilkan emisi CO2 ke kota .
Berdasarkan studi ini , jelas bahwa DKI Jakarta sangat membutuhkan angkutan
massal yang lebih andal seperti MRT yang dapat menjadi solusi transportasi alternatif
bagi masyarakat dan juga ramah lingkungan .
Membangun sistem jaringan MRT bukanlah semata-mata urusan ekonomi dan
kelayakan keuangan, tetapi lebih dari itu , membangun MRT mencerminkan visi sebuah

kota. Kehidupan kota dan kegiatan ekonomi tergantung pada seberapa mudah warga
perjalanan / mobilitas dan seberapa sering mereka dapat melakukan itu ke berbagai
tujuan di kota . Tujuan utama dalam membangun sistem MRT adalah memberikan
kesempatan kepada warga untuk meningkatkan bepergian / mobilitas mereka kualitas
dan kuantitas lebih dapat diandalkan , dapat dipercaya , aman , nyaman , terjangkau dan
lebih ekonomis .2
Program pembangunan MRT merupakan turunan dari MPA (Master Plan Study
for Establishing Metropolitan Priority Area for Investment and Industry) 3 yang
selanjutnya diimplementasikan menjadi MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025)4


yang dikelola oleh KP3EI (Komite

Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia)5. Latar belakang
terbetuknya badan serta program ini adalah mengimplementasikan Undang- Undang
Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 20052025, maka visi Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia adalah
“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.
Melalui langkah MP3EI, percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi akan
menempatkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025 dengan pendapatan per
kapita yang berkisar antara USD 14.250-USD 15.500 dengan nilai total perekonomian
(PDB) berkisar antara USD 4,0-4,5 triliun. Untuk mewujudkannya diperlukan
pertumbuhan ekonomi riil sebesar 6,4-7,5 persen pada periode 2011-2014, dan sekitar
8,0-9,0 persen pada periode 2015-2025. Pertumbuhan ekonomi tersebut akan dibarengi
oleh penurunan inflasi dari sebesar 6,5 persen pada periode 2011-2014 menjadi 3,0
persen pada 2025. Kombinasi pertumbuhan dan inflasi seperti itu mencerminkan
karakteristik negara maju.

2

http://www.jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=65&Itemid=104&lang=en diakses 18 November 2013

3
http://www.jica.go.jp/english/news/press/2011/110707.html diakses 18 November 2013
4
http://www.kp3ei.go.id/in/main_ind/content2/49/57 diakses tanggal 18 November 2013
5
ibid

Table 1.2 Latar belakang MP3EI

2.3 Rancangan Proyek MRT Oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Mengingat bahwa masalah kemacetan di Jakarta yang sudah terlalu pelik, maka
Pemprov DKI Jakarta merencanakan pembangunan sebuah moda transportasi yang
terintegrasi dengan moda angkutan lainnya yang mampu mengangkut banyak
penumpang yang disebut Mass Rapid Transit atau MRT dengan skema Heavy Rail
Transit yang direncanakan mampu untuk mereduksi serta mengurai kemacetan ibukota.
Oleh karena itu proyek ini secara utuh dikelola oleh Pemprov DKI Jakarta dengan
mendirikan apa yang disebut dengan PT MRT Jakarta pada 17 Juni 2008 dengan atas
rekomendasi serta berkoordinasi dengan JICA dan membuat mekanisme satu pintu
pengorganisasian dalam penyelesaian proyek MRT ini. Secara Menyeluruh dari semua
rencana proyek MRT disemua koridor mecapai 144 Milyar Yen dengan dana pinjaman

sebesar 120 Milyar Yen dan sisanya akan menggunakan dana APBD DKI Jakarta.
Kemudian untuk pembayaran kredit dari JICA tersebut, pemerintah pusat dan pemerintah

provinsi menyepakati proporsi sebesar 42% bagi pemerintah pusat dan 58% pemerintah
provinsi.
Sejarah awal dari pembangunan proyek MRT ini sudah ada sebagai wacana dari
tahun 2002 terkait dengan The Study on Integrated Trasnportation Master Plan for
Jabodetabek Phase II. Serta pada tahun 2004 Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan
Kementerian Perhubungan menyepakati MoU tentang pengembangan MRT dengan
prioritas Koridor Lebak Bulus - Bunderan HI yang kemudian pada tahun 2005 dibuat
suatu bentuk studi oleh tim dari Special Assistance for Project Formation (SAPROF)
dari JBIC hasil dari kesepakatan antara pemerintah RI dan JBIC. Kemudian pada tanggal
28 November 2006 disetujui peminjaman dari pemerintah RI kepada JBIC sebesar 1,869
Milyar Yen sebagai dana untuk Engineering Services dari bagian atas Loan Agreement
tahap 1. Kemudian di tahun 2008 dibentuk suatu BUMD yang secara khusus mengatur
terkait MRT yakni PT MRT Jakarta atas rekomendasi dari JICA yang disertai dengan
pengiriman tenaga ahli guna melaksanakan feasibility study. Kemudian di tahun 2009
Loan Agreement tahap 2 senilai 48,15 Milyar Yen sebagai bagian kedua dari total
pinjaman untuk Proyek MRT6.
MRT yang berbasis rel rencananya akan membentang sejauh 110.8 Km yang

terbagi atas Koridor Selatan- Utara (Lebak Bulus – Kampung Bandan 23.8 Km), Koridor
Timur-Barat sepanjang 87 Km. Hal ini dipilih karena berdasarkan pertimbangan jalur
perekonomian yang sangat pesat untuk masa kini dan masa depan.
Pembangunan Koridor Selatan – Utara rencananya akan dilakukan dalam dua
tahap, yakni:
 Tahap 1: Pembangunan Lebak Bulus – Bunderan HI sepanjang 15,7 Km
ditargetkan mulai beroperasi secara efektif pada tahun 2016 dan proyek tersebut
hingga kini telah mencapai proses pembangunan fisik yang dimulai tahun 2012
 Tahap 2: Pembangunan yang melanjutkan jalur dari Bunderan HI – Kampung
Bandan sejauh 8.1 Km dan ditargetkan mulai beroperasi pada 2018 mendatang.
 Koridor Timur – Barat hingga saat ini sedang dalam tahap studi kelayakan dan
ditargetkan sudah beroperasi pakung lambat pada 2027
Ilustrasi proyek MRT:
6

Jakartamrt.com/webmrt/index.php?option=com_content&view=article&id=51<emid=94&lang=id

Source: jakartamrt.com
Saat ini tahap pertama dari proyek tersebut sudah dilakukan pembangunan fisik
dari tahun 2012 yang fokus pengerjaannya pada Koridor Selatan – Utara sepanjang

Lebak Bulus hingga Bunderan HI. Sebagai gambaran umum terkait proyek MRT koridor
1, berikut detail skemanya proyek tersebut:

Source: jakartamrt.com
Koridor 1 tahap 1 MRT akan membentang sepanjang 15,7 Km dari Lebak Bulus
hingga Bunderan HI. Kemudian akan ada 13 stasiun pemberhentian dengan jarak
masing-masing stasiun berkisar antara 0,5-2 Km dengan perkiraan waktu tempuh 30
menit. Dari 13 stasiun tersebut, terdapat 7 stasiun layang dan enam stasiun bawah tanah.
Tujuh stasiun laying yakni Lebak Bulus, Fatmawati, Cipete Raya, Haji Nawi, Blok A,
Blok M, serta Sisingamangaraja. Sedangkan untuk enam stasiun bawah tanah

diantaranya terdapat Bunderan HI, Dukuh Atas, Setia Budi, Bendungan Hilir, Istoram
dan Senayan yang ditargetkan selesai pada 2016 mendatang. Kemudian pembangunan
tahap kedua akan menyambung darui pembangunan sebelumnya yakni dari Bunderan HI
ke Kampung Bandan yang ditargetkan rampung pada 2018. Dan yang terakhir akan
dibangun pula Koridor Timur – Barat yang diperkirakan selesai pada 2024.
Dalam pengerjaannya, perusahaan kontraktor dalam negeri atau operator lokal
yakni BUMN yang bergerak di sektor kosntruksi, Wika yang juga bekerja sama dengan
Kementerian Pekerjaan Umum. Hal ini dikarenakan syarat peminjaman dari JICA tidak
mengharuskan perusahaan kontraktor dari Jepang sebagai operator utama pembangunan

proyek MRT di Jakarta.
Selain itu, dalam proses eksekusi proyek, kemudian diadakan rapat tender untuk proyek
layang MRT Jakarta yang terbagi atas paket proyek CP 101 dan CP 102 dan pada
akhirnya dimenangkan oleh gabungan perusahaan kontraktor Jepang dan Indonesia
yaitu Konsorsium Tokyu – WIKA serta Konsorsium Obayashi-Shimizu – Jaya
Konstruksi7. Kemudian beberapa paket proyek lainnya dimenangkan oleh
perusahaan konstruksi Jepang. Seperti diketahui kosntruksi proyek MRT Jakarta
terdapat delapan paket dimulai dari Paket Konstruksi Layang (Surface Section)
yaitu CP 101, CP 102, CP 103. Kemudian untuk Paket Konstruksi Bawah Tanah
(Underground) terdiri atas CP 104, CP 105, dan CP 106. Selain itu dua paket
selanjutnya yakni CP 107 dan CP 108 merupakan paket proyek Railway System &
Trackwork dan Rolling Stock.
2.4 Implementasi Bantuan dan Proporsi Keterlibatan JICA Pada Proyek MRT di
Jakarta
Dalam proyek pembangunan Mass Rapid Transit di Jakarta, JICA sebagai mitra
kerjasama utama dari Pemerintah RI yang merupakan gabungan antara pemerintah pusat
dan pemerintah provinsi DKI, berandil besar dalam proyek tersebut yang mencakup
sector transportasi dan mendanai sebesar 120 Milyar Yen yang akan dibagi kedalam
beberapa bagian pemberian dana pinjaman (Loan Agreement) yang kemudian
pembayaran dalam jangka waktu 40 tahun dengan bunga 0,4% per tahun lewat JBIC atau
Japan Bank for International Cooperation. Target dari pemasaran atas proyek ini adalah
7

finance.detik.com/read/2013/09/23/163841/4/wika-dan-jaya-konstruksi-cs-jadi-pemenang-proyek-rutelayang-mrt-jakarta

guna mengalihkan masyarakat agar mau menggunakan transportasi umum sehingga
jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi di jalanan Jakarta dapat berkurang. Terkait
dengan bantuan tersebut, Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahja
Purnama atau Ahok menyatakan bahwa merasa diuntungkan dengan pemberian kredit
lunak selama 40 tahun dan dalam pengerjaannya, perusahaan kontraktor lokal
diperbolehkan untuk mengerjakan proyek tersebut
Hal tersebut sebagai tindak lajut dari hasil penelitian yang dilakukan oleh JICA di
tahun 2004 tentang Study on Integrated Transportation Master Plan II (SITRAMP II)
yang menghasilkan kesimpulan bahwa apabila tidak ada peningkatan perbaikan dalam
sistem transportasi ibukota Jakarta guna mengurai kemacetan, maka diprediksi bahwa
pada tahun 2020 Jakarta akan mengalami kemacetan total yang permanent serta kan
mengalami kerugian ekonomi mencapai 65 triliun rupiah per tahun8. Selain itu juga
belum lagi ditambah dampak polusi udara yang berkontribusi 80% dari pencemaran
udara akibat dari emisi gas buang kendaraan bermotor.
Maka JICA berkomitmen dengan pemerintah RI selaku operator dalam proyek
MRT tersebut untuk memberikan kredit lunak. Selain itu JICA juga berperan besar dalam
keberlangsungan proyek tersebut dalah hal bantuan teknis atau technology transfer
sesuai dengan pernyataan dari Chief Representative JICA Indonesia yakni Kohara
Motofumi yang menyatakan bahwa siap untuk berkomitmen lebih dalam membantu
memberikan jasa konsultan serta manajemen dalam pembangunan MRT di Jakarta9.
JICA telah ikut andil sejak tahun 2004 ketika mereka melakukan sebuah riset
terkait masalah kemacetan di Jakarta, sehingga ketika masa;ah sudah dipetakan, solusi
yang

dibuat

oleh

Pemprov

DKI

Jakarta

atas

kerjasama

dengan

JICA

mengimplementasikan proyek MRT. Pemberian dana pinjaman hingga bantuan taknis
langsung diberikan melalui organisasi-organisasi kerjasama dari Jepang sesuai dengan
spesifikasi taknis bantuan sehingga menempatkan JICA sebagai payung besar dari semua
instrument bantuan terkait proyek MRT di Jakarta ini. Sebagai contoh, salah satu afilisasi
dari JICA adalah JBIC atau Japan Bank for International Cooperation dalam sector
pendaan, selain itu juga ada JMEC atau Japan Market Expansion Competition sebagai
regulator dari perusahaan kontraktor Jepang yang ingin ikut ambil bagian dalam

8
9

Jakartamrt.com/webmrt/index.php?option=com_content&view=article&id=51<emid=94&lang=id
www.ivestor.co.id/home/pemprov-dki-ajak-jica-terlibat-dalam-proyek-mrt/51996

pengerjaan proyek MRT ini. Seperti Konsorsium Tokyu yang ikut andil dalam proyek ini
juga tidak lepas dari peran JMEC.
Hal terpenting tentu saja dari sektor pendanaan. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, bahwa Indonesia dalah hal ini pemerintah pusat dan pemerintah provinsi
menerima dana pinjaman dari JICA secara teknisnya, dana tersebut hingga saat ini telah
42% diterima dalam keberlangsungan proyek MRT tersebut. Dana tersebut diterima oleh
Kementerian Keuangan kemudian dana tersebut dihibahkan pada pemerintah provinsi
yang selajutnya diperuntukkan bagi PT MRT Jakarta sebagai badan BUMD yang
mengatur proyek MRT di Jakarta yang diatur dalam kontrak tertentu dan kemudian
membayar pada para operator lokal maupun asing dalam tahap eksekusi pengerjaan
proyek.
Dalam hal pengawasan, proyek MRT ini diawasi langsung dalam fungsi
pelaporan pada JICA selaku badan yang memberikan dana pinjaman oleh pemerintah RI
yang didalamnya terdapat koordinasi antara pemerintah pusat dan juga pemerintah
provinsi. Selain itu JICA melalui badan atau lembaga lainnya juga turut serta dalam
pembangunan teknis proyek yang dikontrol oleh JMEC.
Berikut ilustrasi skema aliran dana proyek MRT:

Source: jakartamrt.com

Maka proporsi dari bantuan yang diberikan oleh JICA tidak hanya sebagai pemberi
kredit lunak saja, melainkan juga transfer teknologi yang kemudian diaplikasikan
pada proyek MRT. Selain itu, JICA juga membantu dalam maintenance terkait
proyek hingga dalam kurun waktu tertentu sampai pada proyek MRT yang terakhir.
Sehingga dalam keseluruhannya, proyek MRT ini dapat dikerjakan dan ditargetkan
rampung secara menyeluruh hingga lebih dari 40% merupakan andil dari JICA
pada proyek MRT di Jakarta ini.
2.5 Motif Bantuan JICA dalam Program Pembangunan MRT JABODETABEK
Menurut Lancaster, bentuk bantuan dalam JICA mengalami transisi dari yang
sangat mengikat menjadi lebih longgar. Longgar dimaksudkan hanya bantuan berupa
pinjaman yang nantinya akan bersifat mengikat antara Negara donor dan

Negara

resipien. Transisi tersebut dimaksudkan untuk menghilangkan kesan “commercial

orientation” dari bantuan Jepang. Namun hal ini menyebabkan banyak protes dalam
intern Jepang, terlebih dari pihak swasta dan bisnis. Hal tersebut yang menjadi dasar
mulau banyaknya NGO di bidang bantuan luar negeri, baik yang bersifat sosial maupun
bisnis. Konsep NGO inilah yang diadaptasi oleh JICA dan mengakibatkan JICA menjadi
organisasi independent.
Pembangunan MRT JABODETABEK menggandeng JICA sebagai partner kerja
mereka. JICA mencairkan 200 milyar Yen atau setara dengan 20 triliun rupiah dengan
jangka waktu pembayaran 40 tahun. Diharapkan dengan bentuan pinjaman ini
pembangunan MRT tidak mandeg ditengah jalan seperti monorel. 10 Selain bantuan tunai,
pemerintah Indonesia juga meminta JICA lebih lanjut terlibat dalam jasa konsultan dan
manajemennya. 11
Melihat bantuan JICA yang berupa pinjaman berjangka serta tenaga penunjang,
diprediksi membuat proyek MRT bersifat terikat dengan JICA dalam jangka panjang.
Selain jangka bayar yang selama 40 tahun serta tenaga penunjang untuk manajemen
jangka panjang membuat jalinan kerjasama pemerintah Indonesia dengan JICA
berkelanjutan. Bisa jadi, setelah pembangunan MRT selesai, untuk masalah perawatan
serta manajemen MRT Indonesia, memerlukan tenaga ahli khusus dari Jepang.
Solusi yang bisa digunakan untuk memutus ketergantungan ini adalah dengan
bekerjasama kembali dengan JICA namun dalam bidang peningkatan skill masyarakat
menengah ke bawah yang juga menjadi program unggulan JICA. Hal ini diharapkan
akan menekan tingkat ketergantungan negara Indonesia akan bantuan secara hutang atau
teknis dari Jepang sehingga jika ada masalah pada teknologi Jepang, dapat diatasi oleh
Negara Indonesia sendiri.

10

http://www.merdeka.com/jakarta/ahok-cicilan-40-tahun-dari-jica-untuk-proyek-mrtmenguntungkan.html diakses 18 November 2013
11
http://www.suarapembaruan.com/home/soal-mrt-pemprov-dki-jakarta-lanjutkan-kerja-sama-denganjica/30977 diakses 18 November 2013

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah, program pembangunan MRT dirasa penting
karena JABODETABEK merupakan pusat kegiatan pemerintahan dan ekonomi. Program
pembangunan ini diproyeksikan selesai pada tahun 2020 dengan bantuan dana dan teknis
dari Jepang melalui JICA. Proyeksi ketergantungan pada Negara Jepang paska selesainya
program pembangunan MRT bisa diminimalisir dengan kerjasama lagi dengan JICA
terkait peningkatan skill masyarakat menengah ke bawah di Indonesia.

REFFERENCE
http://www.jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=64&Itemid=102&lang=en diakses 18 November
2013
http://www.jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=65&Itemid=104&lang=en diakses 18 November
2013
http://www.jica.go.jp/english/news/press/2011/110707.html diakses 18 November 2013
http://www.kp3ei.go.id/in/main_ind/content2/49/57 diakses tanggal 18 November 2013
Jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=51<emid=94&lang=id
finance.detik.com/read/2013/09/23/163841/4/wika-dan-jaya-konstruksi-cs-jadipemenang-proyek-rute-layang-mrt-jakarta
Jakartamrt.com/webmrt/index.php?
option=com_content&view=article&id=51<emid=94&lang=id
www.ivestor.co.id/home/pemprov-dki-ajak-jica-terlibat-dalam-proyek-mrt/51996
http://www.merdeka.com/jakarta/ahok-cicilan-40-tahun-dari-jica-untuk-proyek-mrtmenguntungkan.html diakses 18 November 2013
http://www.suarapembaruan.com/home/soal-mrt-pemprov-dki-jakarta-lanjutkan-kerjasama-dengan-jica/30977 diakses 18 November 2013
Landcaster, Carol. 2007. Foreign Aid (Diplomacy, Development, and Domestic Politics).
London : The University of Chicago Press.