ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN KASUS BEDAH MAYOR DI RSUD AMBARAWA
ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN FORMULIR PERSETUJUAN TINDAKAN
KEDOKTERAN KASUS BEDAH MAYOR DI RSUD AMBARAWA
Daryanti 1 , Sri Sugiarsi 2 STIKes Mitra Husada Karangan ABSTRACT
Based on the preliminary survey conducted from 10 forms to fill critical reporting there are 6 incomplete form on the
items giving information, the type and content of information. The purpose of this study was to determine the complete-
ness of the application form for approval / denial of medical actions in hospitals Ambarawa surgical case. This type
of research is descriptive and retrospective approach. The population in this study is the form for approval / denial of
medical actions surgical case. The sampling technique is saturated sample of 61 forms. The research instrument was a
checklist. Data collection is unstructured observation and interview. Analysis of the data used is descriptive analysis.
The results showed that the highest incompleteness not being filled patient ’s identity sheet and informed consent on the
birth date item 6 (9.84%), room 6 (9.84%) and sex 26 (42.62%), 28 (45.90 %). The highest incompleteness authentica-
tion item √ sign / initials 6 (9.84%) and the name of 34 patients (54.10%).Incomplete reporting the highest importance
on the information recipient item 40 (65.57%) and the name of the action 15 (24.59%). The highest incompleteness cor-
rect documentation on error correction item 1 (1.64%). It was concluded that the application form for approval / denial
of medical actions in hospitals Ambarawa surgical case known to the incompleteness of the highest critical accounting
for 65.57% on items giving information, the need for coordination between the nurse with a doctor in order to remind
physicians to fill out / write information.Keywords : completeness, consent medicine, surgery Bibliography : 13 (2004 - 2015) ABSTRAK
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan dari 10 formulir untuk pengisian pelaporan penting terdapat 6 formu-
lir yang tidak lengkap pada item pemberian informasi, jenis dan isi informasi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
kelengkapan pengisian formulir persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran kasus bedah di RSUD Ambarawa. Jenis
penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah formulir persetujuan/
penolakan tindakan kedokteran kasus bedah. Teknik pengambilan sampel adalah sampel jenuh sebanyak 61 formu-
lir. Instrumen penelitian adalah checklist. Cara pengumpulan data adalah observasi dan wawancara tidak terstruktur.
Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketidaklengkapan ter-
tinggi tidak terisinya identitas pasien lembar informed dan consent pada item tanggal lahir 6 (9,84%), ruang 6 (9,84%) dan jenis kelamin 26 (42,62%), 28 (45,90%). Ketidaklengkapan tertinggi otentikasi pada item tanda √/ paraf 6 (9,84%)
dan nama pasien 34 (54,10%). Ketidaklengkapan tertinggi pelaporan penting pada item penerima informasi 40 (65,57%)
dan nama tindakan 15 (24,59%). Ketidaklengkapan tertinggi pendokumentasian yang benar pada item pembetulan ke-
salahan 1 (1,64%). Disimpulkan bahwa pengisian formulir persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran kasus bedah di RSUD Ambarawa diketahui ketidaklengkapan tertinggi pada pelaporan penting sebesar 65,57% pada item pemberian informasi, maka perlu adanya koordinasi antara perawat dengan dokter agar selalu mengingatkan dokter untuk mengisi/ menulis informasi.
Kata kunci: kelengkapan, persetujuan tindakan kedokteran, bedah Kepustakaan:13 (2004 – 2015) PENDAHULUAN
Rekam medis menurut Permenkes 269/MenKes/Per/
III/2008 Bab II Pasal 2 adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Tindakan medis harus disertai dengan lembar Informed Consent sebagai bukti bahwa adanya persetujuan dilakukan tindakan. Informed Consent berguna untuk memberikan perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negative, karena prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu resiko ( Permenkes No. 290/ Menkes/ Per/ III/ 2008 Pasal 3).
Informed Consent adalah pernyataan persetujuan tindakan
(consent) atau ijin dari pasien yang diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang cukup tentang tindakan kedokteran. Hal ini sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 tahun 2008.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa permasalahan yang terdapat pada pengisian formulir Informed Consent di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung masih terdapat masalah yaitu formulir yang tidak diisi dengan lengkap, khususnya formulir Informed Consent tindakan bedah pada pasien orthopedi (Herfiyanti,2015). Sedangkan penelitian yang lainnya menyebutkan bahwa kasus bedah orthopedi ditemukan banyaknya lembar Informed Consent yang tidak lengkap, hal ini akan menjadi masalah dikemudian hari apabila pasien tidak memahami penjelasan / informasi yang diberikan doktersebelum dokter melakukan tindakan medis pada pasien tersebut (Pratita, 2013). Pembeda penelitian tersebut dengan penelitian ini terletak pada metode pendekatan yang dilakukan yaitu dengan metode pendekatan retrospektif.
Bedah atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. (Asmara, 2013) Berdasarkan survey pendahuluan di RSUD Ambarawa dalam pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor dari 10 formulir ditemukan 6 formulir yang tidak lengkap pada item pengisian otentikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul
“Analisis Kelengkapan Pengisian Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran Kasus Bedah Mayor di RSUD
Ambarawa”.
METODE
Jenis Penelitian ini adalah diskriptif, Metode pendekatan dalam penelitian ini adalah retrospektif yaitu menganalisis tentang pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor pada indeks tindakan rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun 2016. Populasi dan sampel yang digunakan yaitu sebanyak 61 formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor dan sampel yang digunakan yaitu teknik sampel jenuh. Variabel yang digunakan yaitu kelengkapan. Instrumen dan cara pengumpulan data Check List, cara pengumpulan data observasi dan wawancara tidak terstruktur sedangkan analisis data yaitu deskriptif.
HASIL
1. Hasil Penelitian Analisis Kelengkapan Pengisian Persetujuan Tindakan Kedokteran Lembar Informed Consent Kasus Bedah Mayor
a. Kelengkapan pengisian identifikasi pasien dalam Berdasarkan tabel
4.2 tentang pengisian
formulir persetujuan tindakan identifikasi pasien pada formulir persetujuan
kedokteran kasus bedah mayor periode bulan Maret tindakan kedokteran kasus bedah mayor di Rumah
2016:Sakit Umum Daerah Ambarawa periode bulan Maret tahun 2016 diketahui bahwa persentase
Tabel 4. 1
terisi tertinggi pada item nama, umur dan alamat sejumlah 61 formulir (100%), sedangkan
Pengisian Identifikasi Pasien Pada Formulir
persentase terendah terdapat pada item jenis
Persetujuan Tindakan Kedokteran Lembar kelamin sejumlah 35 formulir (57,38%).
Informed Kasus Bedah Mayor Terisi/ Tidak terisi Tabel 4.3 Item Pengisian No
Pengisian Identifikasi Keluarga Pasien Pada form Terisi Tidak Identifikasi terisi Pasien Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran % % ∑ ∑ Lembar Consent Kasus Bedah Mayor
1 No RM
61 57 93,44 4 6,56
2 Nama
61 57 93,44 4 6,56
Terisi / Tidak Terisi Item
Tanggal
3 Pengisian
61 55 90,16 6 9,84
Tidak Terisi
Lahir
No Identifikasi Form Terisi Keluarga
4 Ruang
61 55 90,16 6 9,84
Pasien ∑ % ∑ %
1 Nama
61 61 100 - - Berdasarkan tabel 4. 1 tentang pengisian pasien identifikasi pasien pada formulir persetujuan
61 61 100 - -
2 Umur tindakan kedokteran kasus bedah mayor di Rumah
3 Jenis
61 33 54,10 28 45,90 Sakit Umum Daerah Ambarawa periode bulan
Kelamin Maret tahun 2016 diketahui bahwa persentase
4 Alamat
61 61 100 - - terisi tertinggi pada item nomor rekam medis dan nama pasien sejumlah 57 formulir (93,44%),
tabel 4.3 tentang pengisian identifikasi pasien Berdasarkan sedangkan persentase terendah terdapat padapada formulir persetujuan tindakan kedokteran item tanggal lahir dan ruang sejumlah 55 formulir kasus bedah mayor di Rumah Sakit Umum (90,15%). Daerah Ambarawa periode bulan Maret tahun 2016 diketahui bahwa persentase terisi
Tabel 4.2
tertinggi pada item nama, umur dan alamat
Pengisian Identifikasi Pasien Pada Formulir
sejumlah 61 formulir (100%), sedangkan
Persetujuan Tindakan Kedokteran Lembar
persentase terendah terdapat pada item jenis
Consent Kasus Bedah Mayor kelamin sejumlah 33 formulir (54,10%).
Item Terisi / Tidak Terisi
b. Kelengkapan pengisian otentikasi dalam Item Tidak Terisi
No Pengisian Form formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus
TerisiIdentifikasi bedah mayor periode bulan Maret 2016: Pasien ∑ % ∑ %
1 Nama
61 61 100 - - pasien
Tabel 4. 4
2 Umur
61 61 100 - -
Pengisian Otentikasi Pada Formulir Persetujuan
3 Jenis
61 35 57,38 26 42,62
Tindakan Kedokteran Lembar Informed Kasus
Kelamin
Bedah Mayor
4
61 61 100 - Alamat -
Terisi / Tidak Terisi
4 TTD
61 60 98,36 1 1,64
No Item
Saksi
Tidak Pengisian Otentikasi Form Terisi
5 Nama
Terisi
61 57 93,44 4 6,56 Saksi RS
∑ % ∑ %
1 T anda √ /
6 TTD
61 58 95,08 3 4,92 Saksi RS
Paraf Penerima 61 55 90,16 6 9,84 Informasi
Berdasarkan tabel 4.5 tentang pengisian otentikasi
2 TTD 61 56 91,80 5 8,20 Dokter pada formulir persetujuan tindakan kedokteran
3 Nama kasus bedah mayor p eriode bulan Maret
Pemberi 61 32 52,46 29 47,54 tahun 2016 diketahui bahwa persentase terisi Informasi tertinggi terdapat pada item tanda tangan saksi
4 TTD sejumlah 60 formulir (98,36%), sedangkan
Penerima 61 59 96,72 2 2,28 Informasi persentase terendah terdapat pada item nama
5 Nama pasien sejumlah 28 formulir (45,90%). Penerima 61 21 34,43 40 65,5 Informasi
c. Kelengkapan pelaporan penting dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus
Berdasarkan tabel 4.4 tentang pengisian otentikasi pada
bedah mayor periode bulan Maret tahun 2016:
formulir persetujuan tindakan kedokteran lembar
informed kasus bedah mayor di Rumah Sakit Umum
Daerah Ambarawa periode bulan Maret tahun 2016 Tabel 4. 6 diketahui bahwa persentase terisi tertinggi terdapat pada
Pengisian Pelaporan Penting Pada Formulir
item tanda tangan penerima informasi sejumlah
Persetujuan Tindakan Kedokteran Lembar
59 formulir (96,72%), sedangkan persentase terendah
Informed Kasus Bedah Mayor
terdapat pada item nama penerima informasi sejumlah 21 formulir (34,43%).
Terisi/ Tidak Terisi Item Tidak No Pelaporan Form Terisi Terisi Penting Tabel 4.5 ∑ % ∑ %
1 Nama 61 57 93,44 4 6,56
Pengisian Otentikasi Pada Formulir Persetujuan
tindakan
Tindakan Kedokteran Lembar Consent Kasus
2 Pemberian
Bedah Mayor
informasi :
a. Dokter 61 48 78,69 13 21,31
Terisi / Tidak Terisi
pelaksana
Item Tidak 61 28 45,90 33 54,10
b.Tanggal / Jam
Terisi No Pengisian Form Terisi Otentikasi
3 Jenis dan Isi
∑ % ∑ % informasi :
1 Nama
61 28 45,90 34 54,10
a. Diagnos is 61 49 80,33 12 19,67 Pasien b.Dasar 61 49 80,33 12 19,67
2 TTD
61 35 57,38 26 42,62 diagnosis Pasien c.Tindaka n 61 46 75,41 15 24,59
3 Nama
61 57 93,44 4 6,56 Saksi d.Indikasi 61 42 68,85 19 31,15 tindakan
Tabel 4. 8
e.Tata cara
61 44 72,13 17 27,87 f.Tujuan
61 43 70,49 18 29,51
Pengisian Pendokumentasian Yang Benar Pada
g.Resiko
61 45 73,77 16 26,23 Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
Lembar Informed kasus Bedah Mayor
h.Komplikasi
61 45 73,77 16 26,23 i.Prognosis
61 43 70,49 18 29,51
Benar /
j.Alternatif 61 24 39,34 37 60,66
Item Tidak Benar
& resiko
Pengisian pen- No Form Tidak dokumentasian Benar Benar
Berdasarkan tabel 4.6 tentang pengisian
yang benar
pelaporan penting pada formulir persetujuan
∑ % ∑ %
tindakan kedokteran kasus bedah mayor di 1 Penulisan jelas 61 100 - - 61 terbaca
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa periode
2 Pembetu lan bulan Maret tahun 2016 diketahui bahwa 61 100 - -
61 kesalaha n persentase terisi tertinggi terdapat pada item nama tindakan sejumlah 57 formulir (93,44%), sedangkan persentase terendah terdapat pada item
Berdasarkan tabel 4.8 tentang pengisian Alternative & resiko sejumlah 24 formulir (39,34%). pendokumentasian yang benar pada formulir
Tabel 4.7
persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Pengisian Pelaporan Penting Pada Formulir
periode bulan Maret tahun 2016 diketahui bahwa
Persetujuan Tindakan Kedokteran Lembar
persentase benar tertinggi terdapat pada item
Consent Kasus Bedah Mayor
penulisan jelas terbaca dan pembetulan kesalahan sejumlah 61 formulir (100%). Pada penelitian ini tidak ada pemberian garis tetap karena semua
Terisi / Tidak Terisi Item item pada formulir informed consent wajjib diisi. Tidak Pengisian Terisi No Form Terisi Pelaporan penting ∑ % ∑ % Tabel 4.9
1 Nama
61 46 75,41 15 24,59
Pengisian Pendokumentasian Yang Benar Pada
Tindakan
Formulir Persetujuan Tindakan Kedokteran
2 Tanggal - -
61 61 100
Lembar Consent Kasus Bedah Mayor
3 Jam
61 52 85,25 9 14,75
Benar/ Tidak Benar Item
Berdasarkan tabel 4.7 tentang pengisian pelaporan Pengisian
Tidak Benar No pendokumen- Form Benar
penting pada formulir persetujuan tindakan
tasian yang
kedokteran kasus bedah mayor di Rumah Sakit
benar ∑ % ∑ %
Umum Daerah Ambarawa periode bulan Maret tahun
1 Penulisan jelas 61 - 61 100 - 2016 diketahui bahwa persentase terisi tertinggi terdapat terbaca pada item tanggal sejumlah 61 formulir (100%),
2 Pembetulan
61 60 98,36 1 1,64 kesalahan sedangkan persentase terendah terdapat pada item nama tindakan sejumlah 46 formulir (75,41%).
Berdasarkan tabel 4. 9 tentang pengisian
d. Kelengkapan pendokumentasian yang
pendokumentasian yang benar kasus bedah di Rumah
benar dalam pengisian formulir persetujuan tindakan
Sakit Umum Daerah Ambarawa periode bulan Maret
kedokteran kasus bedah mayor periode bulan Maret
tahun 2016 diketahui bahwa persentase benar
tahun 2016:
tertinggi terdapat pada item penulisan jelas terbaca sejumlah 61 formulir
(100%), sedangkan persentase terendah terdapat pada item pembetulan kesalahan sejumlah 60 formulir (98,36%). Pada penelitian ini tidak ada pemberian garis tetap karena semua item pada formulir persetujuan tindakan kedokteran wajib diisi.
PEMBAHASAN
1. Kelengkapan identifikasi pasien dalam pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa persentase tertinggi kelengkapan pengisian identitas pasien pada formulir persetujuan tindakan kedokteran terdapat pada item nomor rekam medis dan nama yaitu 57 formulir (93,44%) pada lembar informed dan persentase terendah terdapat pada item tanggal lahir dan ruang 55 formulir (90,16%) penyebab ketidaklengkapan disebabkan karena label pasien tidak ditempelkan pada formulir sehingga informasi identitas pasien seperti nama, nomor rekam medis, tanggal lahir, jenis kelamin, ruang perawatan tidak didapatkan. Sedangkan pada lembar
consent persentase tertinggi terdapat pada item nama,
umur, alamat yaitu 61 formulir (100%) dan persentase terendah pada item jenis kelamin 35 formulir (57,38%). Pengisian identifikasi keluarga pasien diketahui persentase tertinggi terdapat pada item nama pasien dan umur yaitu lengkap 100% dan persentase terendah pada item jenis kelamin 33 formulir (54,10%). Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas assembling dapat diketahui bahwa penyebab ketidaklengkapan ini dipengaruhi karena petugas kurang teliti dalam mengisi pada setiap item dalam formulir.
Dalam prosedur tetap 009/PAB/III/2016 tentang pemberian informed consent (tindakan operasi) menjelaskan bahwa formulir informed consent harus diisikan/ dituliskan identitas pasien. Berdasarkan hasil pengamatan pada formulir persetujuan/ penolakan tindakan kedokterandan wawancara dengan petugas
assembling , kelengkapan identitas pasien pada formulir informed consent sangat penting
karena pengisian identitasi pasien menerangkan kepemilikan informasi rekam medis dan mempunyai aspek hukum yang tinggi untuk rumah sakit apabila terjadi tuntutan dari pihak pasien. Menurut Sudra (2013) menjelaskan bahwa setiap berkas rekam medis wajib mencantumkan identitas, hal ini untuk menghindari apabila formulir lepas dari folder sehingga mudah untuk digabungkan kembali dalam satu folder.
2. Kelengkapan otentikasi dalam pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa persentase tertinggi kelengkapan otentikasi terdapat pada item tanda tangan penerima informasi sebesar 59 formulir (96,72%) dan persentase terendah pada item nama penerima informasi sebanyak 21 formulir (34,43) pada lembar informed, hal ini disebabkan karena kelalaian petugas dan ketidakpatuhan dokter/ perawat dalam mengisi pada setiap item dalam formulir sedangkan pada lembar consent persentase tertinggi terdapat pada item tanda tangan saksi sebesar 59 (96,72%) dan persentase terendah pada item nama pasien 28 formulir ( 45,90%). Dari hasil tersebut diketahui pada item nama pasien memiliki persentase terendah disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk menuliskan nama pada item nama pasien sehingga diwakilkan keluarga pasien untuk mengisinya. Hal ini sesuai dengan Depkes, RI (2008) dalam memberikan persetujuan atau penolakan dapat diwakilkan oleh keluarga pasien. Menurut Sudra (2013) dalam pengisian rekam medis berlaku prinsip bahwa setiap isian harus jelas penanggung jawabnya. Kejelasan penanggung jawab ini diwujudkan dengan pencantuman nama terang (lengkap) dan tanda tangan. Pengisian otentikasi digunakan untuk mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap perawatan yang diberikan kepada pasien. Apabila dalam melaksanakan tindakan medis tidak ada persetujuan dari pihak pasien atau keluarga pasien dan terjadi sesuatu kepada pasien maka pihak pasien berhak memberikan tuntutan akan hal tersebut dan yang bertanggung jawab penuh adalah pihak yang melakukan tindakan tersebut Depkes (2006). Informed
consent tidak diperlukan bagi pasien gawat darurat dalam keadaan tidak sadar dan tidak didampingi oleh keluarga pasien yang berhak memberikan persetujuan/ penolakan tindakan medis (Depkes RI, 2008).
3. Kelengkapan pelaporan penting dalam pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa persentase tertinggi kelengkapan pengisian pelaporan penting pada formulir persetujuan/ penolakan tindakan kedokteran terdapat pada item nama tindakan yaitu 57 formulir (93,44%) pada lembar informed dan persentase terendah pada item alternative & resiko yaitu 24 formulir (39,34) hal ini disebabkan karena kurang kerja sama antara dokter penanggung jawab dengan perawat pendamping untuk menuliskan informasi, sedangkan pada lembar consent persentase tertinggi terdapat pada item tanggal yaitu 61 formulir lengkap 100% karena petugas sudah mengisi item tanggal setiap dilakukan tindakan dan persentase terendah pada item nama tindakan sebesar 46 formulir (75,41%) sebagian pada item tindakan tidak diisi karena sudah dicantumkan pada lembar informed.
Dalam prosedur tetap 009/PAB/III/2016 tentang pemberian informed consent (tindakan operasi) menjelaskan bahwa harus menuliskan nama tindakan, nama dokter pelaksana tindakan, nama pemberi informasi/ pemberi persetujuan, tanggal/ jam pelaksanaan serta menuliskan isi informasi. Menurut Permenkes Nomor 290 tahun 2008 pasal 7 ayat 3 menjelaskan tentang tindakan kedokteran harus diberikan kepada pasien atau keluarganya. Penjelasan yang dimaksud sekurang-kurangnya harus mencakup diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif tindakan lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. Akan tetapi dalam hal ini dokter masih dijumpai tidak mengisi tersebut diatas karena ketidakpatuhan mengisi setiap item dalam formulir tersebut.
4. Kelengkapan pendokumentasian yang benar dalam pengisian formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor. Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa pencatatan jelas terbaca dan pembetulan kesalahan benar 100% pada lembar informed, sedangkan pada lembar consent persentase benar tertinggi pada item penulisan jelas terbaca sebesar 61 formulir benar 100% karena tulisan dapat dibaca dengan jelas oleh petugas. Persentase terendah pada item pembetulan kesalahan yaitu 60 formulir (98,36%) hal ini karena ditemukan kesalahan dalam pembetulan kesalahan yaitu mencoret pada tulisan yang salah tanpa dilakukan pembetulan menurut Sudra (2013) jika terjadi salah tulis maka untuk memperbaikinya tidak boleh menyebabkan tulisan yang salah tersebut hilang atau tak terbaca lagi. Secara umum dianjurkan untuk mencoret satu kali pada tulisan yang salah, menuliskan perbaikannya di atas tulisan yang salah tersebut, dan mencantumkan tanggal serta tanda tangan yang memperbaiki tulisan tersebut. Pembetulan kesalahan ini juga tidak sesuai dengan standar prosedur operasional di RSUD Ambarawa tentang pembetulan penulisan di dokumen rekam medis.
Menurut Sudra (2013) menjelaskan bahwa tulisan harus bisa dibaca kembali dengan selayaknya dan tidak menimbulkan kesulitan atau bias persepsi, serta tinta yang digunakan harus berwarna gelap dan kontras dengan warna kertas agar jelas. Serta sisa area kosong pada baris, kolom, atau halaman rekam medis dianjurkan untuk diisi dengan tanda coretan garis tegak, horizontal, diagonal,atau zig-zag.
SIMPULAN
1. Kelengkapan pengisian identitas pasien formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun 2016 diketahui bahwa persentase tidak lengkap tertinggi terdapat pada item tanggal lahir sebesar 6 (9,84%) dan ruang sebesar 6 (9,84%) pada lembar informed sedangkan pada lembar consent pada item jenis kelamin sebesar 26 (42,62%), 28 (45,90%). 2. kelengkapan pengisian otentikasi formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun 2016 diketahui bahwa persentase tidak lengkap tertinggi terdapat pada item pemberian tanda √/ paraf yaitu 6 (9,84%) pada lembar informed sedangkan pada lembar consent pada item nama pasien sebesar 34 (54,10%). 3. kelengkapan pengisian pelaporan penting formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun 2016 diketahui bahwa persentase tidak lengkap tertinggi terdapat pada item penerima informasi yaitu 40 formulir (65,57%) pada lembar informed. Sedangkan pada lembar consent persentase tidak lengkap tertinggi terdapat pada item nama tindakan yaitu 15 formulir lengkap (24,59%). 4. kelengkapan pengisian pendokumentasian yang benar formulir persetujuan tindakan kedokteran kasus bedah mayor di RSUD Ambarawa Periode Bulan Maret Tahun 2016 diketahui bahwa pencatatan jelas terbaca dan pembetulan kesalahan benar 100% pada lembar informed, sedangkan pada lembar consent persentase tidak lengkap tertinggi pada item pembetulan kesalahan yaitu 1 formulir (1,64%).
Arikunto, S., 2006. Prosedur Penelitian
di Sarana Pelayanan Kesehatan . Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyono P. 2015.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta
Sjamsuhidajat,R.& Jong, W.D. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC Sudra RI. 2013. Rekam Medis. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Ilmiah]. Semarang: Fakultas Kesehatan UDINUS.
Informed Consent Pasien Bedah Ortopedi Di Rs Bhayangkara Semarang Pada Tahun 2013 . [Karya Tulis
Yogyakarta: Pustaka Book Publiser. Pratita, D. 2013. Tinjauan Pelaksanaan Prosedur
Indriyanti, A. 2008. Etika dan Hukum Kesehatan.
Herfiyanti, L. 2015. Kelengkapan Informed Consent Tindakan Bedah Menunjang Akreditasi JCI Standar HPK 6 Pasien Orthopedi. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia . Vol. 3 No. 2 Oktober 2015.
.2014. Pedoman manajemen Informasi Kesehatan
Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kesehatan Di Sarana Pelayanan Kesehatan . Jakarta: UI-Press.
Hatta G. 2010. Pedoman Manajemen Informasi
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran . Jakarta: Depkes RI.
.2008. a. Permenkes RI No. 269/MENKES/PER/III/2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: Depkes RI. .2008. b. Permenkes RI No. 290/MenKes/Per/III/2008
.2006. Pedoman Penyelenggaraan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia Revisi II. Jakarta: Depkes RI.
DAFTAR PUSTAKA
2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 46 ayat 1 . Jakarta: Depkes RI.
Asmara, VA. 2013. Pengertian Bedah. Diakses : 10 Depkes RI. 2004. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun