Sebuah Pandangan tentang Teknologi Informasi di Indonesia

2008
Sebuah Pandangan tentang
TeknoIogi Informasi di
Indonesia
Tugas Model dan sistem Informasi

Disusun oleh:

HAIRUDDIN
NIM : 08/2675391/PPA/2662

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN INFORMASI
(MMI)
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008

Sebuah Pandangan tentang Teknologi Informasi
di Indonesia
Tak perlu dipertanyakan lagi, Teknologi Informasi telah memberi warna
dalam sendi-sendi kehidupan manusia. Terlepas segala perdebatan

tentang penting atau tidaknya Teknologi Informasi bagi kita, sulit
disangkal bahwa perkembangan teknologi yang satu ini mampu
memberikan perubahan yang cukup dahsyat. Tidak bisa dipungkiri
pula memang, Teknologi Informasi yang merupakan hasil sebuah
evolusi teknologi, mau tidak mau harus diakui telah menciptakan tidak
saja sebuah kecepatan, tapi percepatan dalam pola hidup manusia.
Terlalu banyak contoh yang membuat kita tidak dapat menyangkal
pentingnya Teknologi Informasi. Tidak usah bicara tentang negara
adidaya Amerika, atau kelompotan negara Eropa dan Jepang. Sebuah
negara seperti India yang mungkin tingkat ekonominya tidak jauh
berbeda dengan Indonesia mampu memberikan devisa yang sangat
besar. Lihat saja raksasa software Microsoft, yang mayoritas pembuat
softwarenya banyak dikuasai oleh orang-orang India.
Teknologi Informasi membuat kita dapat belajar dan mendapatkan apa
yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dari siapa saja. The
world in your fngertip, itulah flosof Teknologi Informasi. Jika reformasi
berbicara
tentang
transparansi,
Teknologi

Informasi
telah
membuktikannya. Kalau sekarang kita ditakutkan oleh kesiapan kita
terhadap kondisi globalisasi, yang menuntut sebuah standarisasi,
Teknologi Informasi memberikan peluang-peluang tersebut.
Teknologi Informasi mampu membuat ulang atau membuat balik
manusia. Sebagaimana sudah terjadi sejak lama, Teknologi Informasi
berpengaruh jauh lebih besar dari sekadar fungsi pendukung dan
pembantu. Kehadiran barang-barang seperti komputer kecil, internet,
telepon seluler dan sejenisnya, telah merubah banyak sekali
kehidupan.
Dulu, ketika pengaruh Teknologi Informasi belum dahsyat, orang muda
belajar ke orang tua. Dalam dunia yang Teknologi Informasi intensive,
berlaku hukum terbalik : ‘orang tua belajar dari anak muda’. Atau
sebut saja dunia kerja (termasuk pemerintahan) yang dulu indentik
dengan absensi. Sekarang, ada banyak sekali eksekutif yang bisa
menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat dan lebih efektif, tanpa perlu
hadir dan mengabsenkan diri di kantor. Dunia pendidikan juga
berubah, tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau akan ada
virtual university.


Kegiatan berbisnis apa lagi, sekarang memang masih di persimpangan
jalan antara ekonomi baru dan ekonomi lama. Sudah menjadi ciri
Teknologi Informasi sejak awal, perubahan agak lambat di awal, tetapi
begitu perubahan datang, ia lebih cepat dan dahsyat dari air bah
manapun. Kegiatan pemerintahan juga tidak luput dari pengaruh
Teknologi Informasi. Sudah menjadi rahasia umum, kalau sejumlah
negara yang fundamen ekonominya keropos, kemudian dipermainkan
spekulan uang, hanya melalui sejumlah tekanan di key board
komputer. Sayapun tidak kaget jika Jepang atau Amerika lebih
mengetahui potnsi kekayaan alam yang kita miliki daripada kita sendiri
sebagai pemiliknya.
Begitu pula halnya dalam sektor pemerintahan. Pemerintah
sebenarnya tidak dapat menolak kehadiran teknologi ini. Justru
sebenarnya penerintah akan dapat banyak terbantukan.Sayangnya,
saat ini Indonesia masih belum sampai ditahap itu. Ada beberapa
paradigma yang saat ini masih berkembang di Indonesia tentang
Teknologi Informasi :
1. Teknologi Informasi merupakan teknologi yang sangat
membutuhkan dana. Ditengah keterpurukan ekonomi Indonesia,

Teknologi Informasi sebenarnya masih menjadi anak tiri.
2. Investasi pengembangan Teknologi Informasi masih dianggap
belum seimbang dengan hasil dan manfaat yang diterima.
3. Indonesia masih memiliki banyak masalah besar yang perlu
penanganan serius.
Pendapat ini bisa dianggap benar, bisa juga kurang tepat. Tidak selalu
pengembangan Teknologi Informasi itu mahal. Seorang Onno W Purbo,
pakar Teknologi Informasi kita yang notabene bermain Teknologi
Informasi setiap harinya, ternyata hanya menghabiskan uang Rp.
300.000,- setiap bulannya untuk koneksi Internet. Jadi, hal ini hanya
masalah pemahaman kita tentang apa dan bagaimana Teknologi
Informasi itu, perencanaan yang matang tentang prioritas mana yang
lebih dahulu dibutuhkan, apa yang dibutuhkan masyarakat, dan
disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki.
Dan point penting berikutnya, adalah adanya dukungan policy yang
kuat dari pucuk pimpinan pemerintahan. Perlu disadari, bahwa dalam
implementasi Teknologi Informasi, ketiga komponen tersebut ;
perencanaan yang matang, pemahaman dan pendidikan serta
pelatihan SDM tentang Teknologi Informasi serta dukungan policy yang
kuat untuk menerapkan Teknologi Informasi harus dijalankan secara

simultan. Bayangkan jika sebuah layanan yang baik telah dibuat, tapi
SDM-yang menjalankannya tidak mengerti. Atau karena pimpinan tidak
memberikan policy yang kuat, sehingga walaupun SDM-nya sudah

dilatih, tetapi ilmunya tidak diterapkan, tentu saja tidak akan
memberikan hasil yang maksimal.
Memanfaatkan Teknologi Informasi khususnya internet dapat
dianalogikan seperti petani yang mencangkul kebun, Bertani di dunia
maya untuk menggali informasi guna pembelajaran berbagai hal, yang
diharapkan dengan informasi yang telah diperoleh akan diterapkan
untuk melatih ketrampilan, bila ketrampilan sudah diperoleh tentunya
akan meningkatkan produktiftas yang pada gilirannya akan dapat
meningkatkan pendapatan sehingga bisa mengatasi kemiskinan.
Teknologi informasi dan komunikasi akan mempercepat borderless
world (dunia tanpa batas) Kemajuan-kemajuan dalam teknologi dan
informasi akan mendorong ketanpabatasan dalam ( informasi, industri,
investasi & individual customers ). Akan terjadi tarikmenarik dalam 4 I
ini antara kepentingan dari diri sendiri, kepentingan nasional dan
kepentingan pihak-pihak lain dalam dunia global, kita harus benarbenar menyadari pentingnya teknologi informasi dan komunikasi untuk
menjaga kepentingan kita dan masyarakat Indonesia dalam tarik

menarik 4 I dalam dunia yang terglobalkan, Teknologi Informasi telah
memberi warna dalam sendi-sendi kehidupan manusia itu sendiri.
Teknologi Informasi membuat kita dapat belajar dan mendapatkan apa
yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dari siapa
saja.Teknologi
Informasi
merupakan
teknologi
yang
sangat
membutuhkan dana,Ditengah keterpurukan ekonomi Indonesia,
Teknologi Informasi sebenarnya masih menjadi anak tiri! Investasi
pengembangan Teknologi Informasi masih dianggap belum seimbang
dengan hasil dan manfaat yang diterima. Indonesia masih memiliki
banyak masalah besar yang perlu penanganan serius. saya berharap
pemerintah indonesia benar - benar menanganinya dengan serius
demi kemajuan bangsa ini dan seluruh rakyatnya.
Diluar komunitas bisnis, sepertinya Teknologi Informasi masih sebatas
sebuah komoditas dan eforia. Akibatnya teknologi ini dipertanyakan
manfaatnya. Seharusnya dalam sebuah investasi Teknologi Informasi

untuk Indonesia biaya paling mahal seharusnya dialokasikan untuk
peningkatan kualitas SDM. Apapun alasannya, nyawa sebuah teknologi
tetap pada penggunanya. Disinilah faktor pendidikan dan pelatihan
menjadi sangat penting.
Tulisan ini bukan sebuah pendapat pesimistis, tapi lebih kepada
sebuah harapan agar kita dapat mempelajari dari realita yang ada.
Akhir kata, saya ingin mengutip sebuah tulisan yang sangat berkesan
bagi saya dari sebuah tulisan seorang konsultan publik Gede Prana,
yang pernah disampaikan dalam sebuah pelatihan bagi High Level

Management perusahaan-perusahaan besar sekelas Citibank dan
Pertamina. Tulisan inipun saya dapatkan dari internet.
“…. Lebih dari sekadar lari kurang kencang, bahasa-bahasa yang
dihadirkan Teknologi Informasi juga teramat berbeda. Siapa saja yang
sekarang ini tidak memiliki alamat e-mail, entah ia tinggal di London
atau di Jakarta, serupa dengan monyet yang tinggal dan hidup di
tengah hutan. Saya yang membawa note book kemana-mana saja
sudah ditertawakan sebagai menggendong monyet ke mana-mana.
Sebab, sebagian teman sudah ditemani personal digital assistant.
Digabung menjadi satu, tidak berlebihan kalau saya katakan, bahwa

teknologi sedang membuat balik kita semua. Bila betul pengandaian ‘If
you give peanut, you get monkey’, maka siapa saja yang pelit
mengeluarkan uang di sektor Teknologi Informasi, atau malas belajar
Teknologi Informasi, maka secara tidak langsung sedang membuat diri
jadi monyet. Bagaimana tidak jadi monyet, kalau orang lain lari
kencang menunggangi kendaraan Teknologi Informasi yang berjalan
cepat, sementara kita masih berjalan lambat dengan kendaraan lama.
Oleh karena alasan terakhirlah, saya sering mengemukakan bahwa the
future belongs to the friends of technology. Pilihannya memang agak
sulit, bersahabat dengan teknologi, atau membuat diri jadi ‘monyet’.
Terserah Anda. Seorang sahabat secara setengah bercanda
mengomentari ide ini dengan : ‘Ah ini sih cerita monyet yang baru
keluar dari hutan !’. Kalau saya monyet baru keluar dari hutan, lantas
Anda yang membaca tulisan ini sampai habis jadi apa ? “