TUGAS 2 PSIKOLOGI belajar nda

SOFIAH
017460914
Satu setengah tahun terakhir ini, jagat tanah air dikejutkan dengan fenomena batu akik yang
melesat cepat. Tahun lalu, salah satu kata kunci yang PALING banyak dicari di Google
adalah kata “batu akik”.
Delapan tahun lalu kita juga pernah menikmati kehebohan yang mirip, dengan judul bunga
gelombang cinta. Sepotong gelombang cinta yang amat menggetarkan, sehingga bisa terjual
dengan harga Rp 15 juta per pohon.
Para pakar ilmu financial psychology menyebtu fenomena itu sebagai “financial mania”.
Sekeping fenomena yang bisa membuat kita semua tenggelam dalam “kegoblokan kolekfif”.
Mari kita selami perilaku irasional ini dengan secangkir cappucino hangat.
Sejatinya, fenomena financial mania ini sudah berusia ratusan tahun, terjadi di semua negara
dunia. Dulu ada kehebohan tulip mania di Belanda (terjadi sekitar 400 tahun silam).
Lalu, yang lebih modern ada yang disebut dengan technology stocks mania di berbagai bursa
saham dunia pada tahun 2000an. Pernah juga terjadi property mania di USA sebelum mereka
crash pada tahun 2008.
Para ahli ilmu financial psychology atau financial behavior menyebut fenomena financial
mania itu dengan istilah “irrational exuberance”.
Irrational exuberance adalah saat ribuan atau bahkan jutaan orang berbondong-bondong
membeli sesuatu karena dorongan emosi kolektif. Yang acap tidak rasional.
Eforia masal kadang membentuk kegilaan. Saat eforia yang bercampur kegilaan ini meledak,

maka harga produk yang dibeli – entah saham, bunga gelombang cinta atau batu akik – bisa
melesat puluhan atau bahkan ratusan kali lipat.
Kenapa irrational exuberance mudah terjadi? Karena manusia itu pada dasarnya amat mudah
untuk latah. Mudah meniru perilaku kerumunan. Herd behavior.
Saat demam kebun emas, semua ikut-ikutan. Saat demam batu akik, semua menyerbu. Saat
demam saham teknologi, semua latah. Ini semua adalah contoh tipikal perilaku kerumunan,
herd behavior.
Pelan-pelan, eforia masal itu biasanya menjadi bubble yang kemudian pecah. Gelombang
kegilaan kolektif itu mendadak meletus, dan seketika semua harga berjatuhan. Irrational
exuberance berubah menjadi tangisan masal yang sudah terlambat.
Fenomena financial mania itu adalah contoh nyata dari premis dasar ilmu financial
psychology : bahwa manusia itu sering bersikap tidak rasional.

Premis ilmu psikologi keuangan itu mau membantah teori ekonomi klasik yang sangat
percaya dengan rasionalitas manusia. Ekonom-ekonom klasik selalu mengandalkan asumsi
bahwa manusia itu selalu bersikap rasional dalam financial/economi decision making.
Namun para ahli psikologi keuangan (financial behavior) menulis : kepercayaan bahwa
manusia itu rasional dalam financial/ecnomic decision making adalah ilusi.
Didalam, ilmu financial psychology atau sering disebut juga behavioral economics baru
muncul di era tahun 80-an. Pioner ilmu financial psychology adalah Daniel Kahneman,

psikolog pertama dan satu-satunya yang pernah memenangkan hadiah nobel ekonomi pada
tahun 2002.
Apa pelajaran dari batu akik mania atau financial mania ini? Hati-hati dengan bahaya laten
irasionalitas yang mengendap dalam jiwa kita.
Sebegitu konsistennya manusia melakukan hal-hal yang irasional, Daniel Ariely sampai
menulis buku berjudul Predictably Irrational (sebuah buku yang amat memukau tentang
ilmu psikologi keuangan).
Fenomena batu akik atau gelombang cinta atau kebun emas juga memberi pesan : betapa
mudahnya kita tergelincir dalam herding behavior, perilaku kerumunan yang suka latah.
Emosi dan eforia masal membuat kita semua mudah terjebak dalam “irrational exuberance”.
Ramai-ramai menjadi goblok. Kegoblokan kolektif.
Saat kita dihadapkan pada fenomena orang yang ramai berbondong-bondong memburu
sesuatu, kita mesti sadar mungkin ada benih irasionalitas disana.
Sebab perilaku yang dilakukan orang kebanyakan bukan berarti yang paling benar. Janganjangan mereka sedang beramai-ramai menuju kegoblokan massal.