PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DA

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS
SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
BERBANTUAN SOFTWARE CABRI 3D
Hedi Budiman
Mahasiswa Pendidikan Matematika, SPs UPI Bandung
hedibuds@gmail.com

A. Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Latar belakang dari penelitian ini adalah


Anderson (2004) menyatakan bila berpikir kritis dikembangkan, seseorang akan cenderung untuk
mencari kebenaran, berpikir terbuka dan toleran terhadap ide-ide baru, dapat menganalisis
masalah dengan baik, berpikir secara sistematis, penuh rasa ingin tahu, dewasa dalam berpikir,
dan dapat berpikir kritis secara mandiri.



Menurut Learning and Teaching Scotland

(LTS, 2004) bila kemampuan berpikir kreatif


berkembang pada seseorang, maka akan mengasilkan banyak ide, membuat banyak kaitan,
mempunyai banyak perspektif terhadap suatu hal, membuat dan melakukan imajinasi, dan peduli
akan hasil.


Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang
melibatkan aktivitas siswa yang dominan, sedangkan peranan guru lebih sebagai fasilitator.



Thomas (Roh, 2003) yang mengatakan karena pembelajaran berbasis masalah ini dimulai dengan
sebuah masalah yang harus dipecahkan, maka siswa diarahkan untuk memiliki kemampuan
berpikir kritis dan kreatif.



Menurut Kusumah (2007) karena konsep-konsep dan keterampilan tingkat tinggi yang memiliki
keterkaitan antara satu unsur dan satu unsur lainnya sulit diajarkan melalui buku semata, maka
pembelajaran matematika akan lebih cepat jika dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas

dikenalkan pada komputer yang didayagunakan secara efektif.



Software Cabri 3D merupakan software komputer yang dapat menampilkan variasi bentuk
geometri dimensi tiga, memberi fasilitas untuk melakukan eksplorasi, investigasi, interpretasi dan
memecahkan masalah matematika dengan cukup interaktif (Oldknow and Tetlow, 2008).



Mithalal (2009) yang melakukan penelitian pada siswa grade 10 di Prancis, menyatakan bahwa
dengan Cabri 3D, siswa bisa melihat bentuk dimensi tiga dari berbagai posisi dan bisa lebih
mudah untuk memunculkan daya visual siswa serta memungkinkan untuk mengkonstruksi bentuk
ruang sehingga bisa berpengaruh pada penalaran matematis siswa.
Tujuan utama dari penelitian pada materi geometri dimensi tiga ini adalah mengkaji peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran
berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran
konvensional, keterkaitan antara kemampuan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis, dan
sikap siswa terhadap pembelajaran ini.

B.

Metode Penelitian
Variabel pada penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D

sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis sebagai variabel terikat.
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X sekolah SMA Negeri di Kabupaten Bandung
Barat. Sampel yang dipilih adalah salah satu SMA Negeri kelas X yang termasuk tingkat sedang.
Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik ”Sampling Purposive” (Sugiyono, 2008:
124). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan non-tes. Instrumen tes
berupa soal kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kreatif matematis yang berbentuk
uraian sedangkan untuk instrumen non-tes berupa skala sikap tentang pendapat siswa terhadap
pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan program Cabri 3D selama proses
pembelajaran.
Skala sikap yang digunakan adalah Skala Likert yang terdiri dari 25 butir pernyataan dengan
empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju
(STS). Skala sikap ini diberikan kepada siswa pada kelas eksperimen yang digunakan untuk
mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis masalah
berbantuan program Cabri 3D yang diberikan. Untuk menganalisis respon siswa pada angket
digunakan dua jenis skor respon yang dibandingkan yaitu, skor respon siswa yang diberikan melalui

angket dan skor respon netral. Jika skor subjek lebih besar dari pada jumlah skor netral, maka subyek
tersebut mempunyai sikap positif, begitupun sebaliknya. Penskoran respon pada tiap pernyataan

dinyatakan secara tidak seragam, yaitu dengan berdasarkan sebaran respon siswa pada suatu butir
pernyatan (Anwar, 2003).
C. Hasil dan Pembahasan
Data yang diperoleh dan dianalisis dalam penelitian ini berupa skor hasil pretes, postes, skor gain
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa, serta data angket skala sikap siswa.
1. Kemampuan Awal Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa.

Tabel 1 menunjukkan sebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama, rata-rata
hasil pretes kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol tidak ada
perbedaan, kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas ekperimen dan kontrol memiliki selisih
sebesar 0,63 atau 3,96%. Perbedaan tersebut perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui skor pretes
pada kedua kelas berbeda secara signifikan. Sebelum dilakukan uji perbedaan rata-rata, perlu uji
normalitas dan uji homogenitas skor pretes siswa
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas menggunakan SPSS 17.0 pada taraf signifikansi α =
0,05 menunjukkan data skor hasil pretes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis kelas
eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians homogen. Sedangkan hasil uji

perbedaan rata-rata pretes kelas eksperimen dan kontrol untuk kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis menunjukkan untuk menerima H 0, artinya tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir
kritis matematis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Kemampuan awal siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah sama.
2. Kemampuan Akhir Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
Rata-rata skor hasil postes kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis pada kelas ekperimen
lebih baik daripada kelas kontrol. Selisih rata-rata skor kemampuan berpikir kritis matematis antara
kelas ekperimen dan kelas kontrol adalah 2,03 atau 17,78%, sedangkan selisih pada kemampuan
berpikir kreatif adalah 3,20 atau 20%.

Hasil uji perbedaan rata-rata postes kelas eksperimen dan kontrol untuk kemampuan berpikir
kritis dan kreatif matematis menunjukkan untuk menolak H 0, artinya terdapat terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol.
3. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis Siswa
Hasil uji normalitas dan homogenitas menunjukkan data gain ternormalisasi kemampuan berpikir
kritis matematis kelas berdistribusi normal dan homogen. Uji perbedaan gain ternormalisasi
kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa pada kedua kelas.

Tabel 9 menunjukkan H0 ditolak, artinya peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematis siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D lebih

baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran konvensional. Dari soal tes kemampuan berpikir
kritis matematis yang diberikan kepada kelas eksperimen berdasarkan indikator yang ditetapkan,
memperlihatkan peningkatan dari rata-rata skor gain yang dicapai untuk ketiga indikator termasuk
kategori sedang. Sedangkan untuk kelas kontrol, dari ketiga indikator soal tes kemampuan berpikir
kritis matematis yang diberikan, peningkatan dari rata-rata skor gain pada kategori sedang dan rendah.

Peningkatan rendah ini pada kemampuan siswa membuktikan penyelesaian matematika,
sedangkan peningkatan sedang pada kemampuan siswa membuat pola dalam penyelesaian masalah
untuk kategori yang lebih luas dan menemukan strategi untuk memecahkan masalah.

Pada penerapan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D di
kelas eksperimen, perkembangan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada indikator
keluwesan dan keaslian lebih baik daripada indikator kelancaran dan elaborasi. Pada kelas kontrol
menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kreatif berkategori tinggi pada indikator keaslian,
berkategori sedang pada kelancaran dan berkategori rendah pada indikator kelancaran dan elaborasi.
Secara umum peningkatan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa melalui pendekatan

pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang
mendapat pembelajaran konvensional.
4. Skala Sikap

Pemberian skala sikap kepada siswa dalam penelitian ini berdasarkan sikap afektif yang bertujuan
untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika secara umum, sikap siswa terhadap
pembelajaran berbasis masalah, sikap siswa terhadap pembelajaran berbantuan software Cabri 3D, dan
sikap siswa terhadap berpikir kritis dan kreatif matematis. Skala sikap ini terdiri dari 25 pernyataan
yang terbagi atas 14 pernyataan positif dan 11 pernyataan negatif.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan :

1. Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang mendapat pendekatan pembelajaran
berbasis masalah berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran
konvensional.
2. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pendekatan
pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3Dlebih baik daripada siswa yang mendapat
pembelajaran konvensional.
3. Terdapat hubungan positif yang cukup signifikan antara kemampuan berpikir kritis dan kreatif
matematik siswa pada pembelajaran berbasis masalah berbantuan software Cabri 3D. Hal ini
menunjukkan bahwa peringkat yang diperoleh siswa pada kemampuan berpikir kritis matematis
dengan peringkat yang diperoleh dalam kemampuan berpikir kreatif matematis hampir sama.
4. Sikap siswa terhadap pembelajaran geometri dimensi tiga dengan pendekatan pembelajaran

berbasis masalah berbantuan Cabri 3Dterhadap soal-soal berpikir kritis dan kreatif matematis
sangat positif. Skor sikap siswa lebih besar dari skor netralnya. Selain itu, pada umumnya siswa
menyatakan bahwa melalui pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan software Cabri 3D,
pelajaran matematika dirasa menyenangkan, merasa ada tantangan sehingga ide-ide jadi
berkembang, kreativitas muncul dalam upaya mencari penyelesaian dan dapat mengungkapkan
pendapatnya dalam diskusi