BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Padi - Pemanfaatan Adsorben Jerami Padi Yang Diaktivasi Dengan Hcl Untuk Menyerap Logam Zn (Ii) Dari Limbah Elektroplatting

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jerami Padi
Tanaman padi memiliki batang yang beruas-ruas. Panjang batang tergantung pada
jenisnya. Pada jenis unggul biasanya berbatang pendek atau lebih pendek daripada
jenis lokal, sedangkan jenis padi yang tumbuh di tanah rawa dapat lebih panjang lagi,
yaitu antara 1-2 meter. Biasanya setelah panen hasil, batang padi tidak dipergunakan
lagi dan dibuang begitu saja sehingga menjadi kumpulan jerami padi yang tidak
berguna lagi. Jerami tersebut kebanyakan terdiri dari batang padi, tetapi ada juga
terdapat ujung daunnya.

Setelah padi dipanen, bulir padi atau gabah dipisahkan dari jerami padi.
Perbandingannya yang dapat diperoleh antara gabah dan jerami tergantung dari
varietas padi biasanya adalah 1: 1 atau 1: 1.25.

Jerami adalah tanaman padi yang telah diambil bulirnya (gabahnya) sehingga
tinggal batang dan daunnya yang merupakan limbah pertanian terbesar. Jerami
sebagai limbah pertanian sering menjadi permasalahan bagi petani sehingga sering
dibakar untuk mengatasi masalah tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia, jerami

diangkut seluruhnya untuk pakan ternak, pembuatan kertas dan lain-lain
(Mediastika, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2.1.1. Sifat Jerami Padi
Jerami padi terdiri atas daun, pelepah daun, dan ruas atau buku. Ketiga unsur ini
relatif kuat karena mengandung silika, dan selulosa yang tinggi dan pelapukannya
memerlukan waktu yang lama. Namun, apabila jerami padi diberi perlakuan tertentu
akan mempercepat terjadinya perubahan strukturnya (Kohar dan Setyaningrum,
2007). Kandungan dari Jerami Padi ialah lignoselulosa yang terdiri dari tiga
komponen fraksi serat yaitu selulosa 32,1%, hemiselulosa 24%, dan lignin 18%.
Disamping itu juga jerami padi mengandung silika (Howard,2003). Menurut Reddy
dan Yang (2006) bahwa komposisi dari jerami padi terdiri dari 40% selulosa, 30%
hemiselulosa, 15% silika dan 15% lignin.

2.1.2. Jerami Padi sebagai Penyerap Logam Berat dalam Air
Logam berat dalam air merupakan bahan pencemar yang membahayakan kesehatan
manusia dan ternak bila terkonsumsi atau terkena kulit. Dengan semakin tinginya
peluang tercemarnya air (air minum ataupun air mandi) maka perlu upaya mencegah

penemaran dan membersihkan air yang sudah tercemari. Bahan yang relatif murah
dan mudah digunakan untuk mengeliminasi atau mengurangi pencemaran logam
berat dalam air adalah sekam dan jerami padi. Sekam dan jerami padi diolah dengan
NaOH 1%, 2%, 3%, 4%. Perlakuan jerami padi dengan NaOH 2% dengan waktu
perendaman 1 jam menunjukkan aktivitas penyerapan Cd yang paling tinggi. Sekam
padi pada umumnya menunjukkan aktivitas penyerapan yang lebih rendah
dibandingkan dengan jerami, baik untuk Cd maupun Pb. Persentase terserap tertinggi
untuk Pb didapat dari konsentrasi jerami padi 3% dan 4% dan didiamkan selama 4
jam (Kohar dan Setyaningrum, 1999).

2.2. Selulosa
Komponen utama penyusun jaringan dinding sel tumbuhan pada umumnya adalah
selulosa. Selulosa adalah polimer alam berupa zat karbohidrat (polisakarida) yang
mempunyai serat warna putih, tidak dapat larut dalam air dan pelarut organik.

Universitas Sumatera Utara

Selulosa mempunyai rumus molekul 2(C6H10O5)n, dengan n adalah derajat
polimerisasi.


Panjang

suatu

rangkaian

selulosa

tergantung

pada

derajat

polimerisasinya. Semakin panjang suatu rangkaian selulosa, maka rangkaian selulosa
tersebut mempunyai serat yang lebih kuat, lebih tahan terhadap pengaruh bahan
kimia, cahaya, dan mikroorganisme.
Selulosa dapat dibedakan menjadi:
a. α Selulosa
Selulosa untuk jenis ini tidak dapat larut dalam larutan NaOH dengan kadar 17,5%

pada suhu 20ºC dan merupakan bentuk sesunguhnya yang telah dikenal sebagai
selulosa.
b. ß Selulosa
jenis dari selulosa ini mudah larut dalam larutan NaOH yang mempunyai kadar
17,5% pada suhu 20ºC dan tidak akan mengendap bila larutan tersebut berubah
menjadi larutan yang memiliki suasana asam.
c. ɤ Selulosa
untuk selulosa jenis ini mudah larut dalam larutan NAOH yang mempunyai kadar
17,5% pada suhu 20ºC tidak akan terbentuk endapan setelah larutan tersebut
dinetralkan.

Alpha selulosa sangat menentukan sifat tahanan kertas, semakin banyak kadar
alpha selulosanya menunjukkan semakin tahan lama kertas tersebut. Dan memiliki
sifat hidrofilik yang lebih besar pada gamma dan beta selulosa daripada alpha
selulosanya (Fengel dan Wegner, 1995).

2.2.1. Sifat-Sifat Selulosa
Sifat-sifat selulosa terdiri dari sifat fisika dan sifat kimia. Selulosa dengan rantai
panjang mempunyai sifat fisik yang lebih kuat, lebih tahan lama terhadap degradasi
yang disebabkan oleh pengaruh panas, bahan kimia maupun pengaruh biologis. Sifat

fisika dari selulosa yang penting adalah panjang, lebar dan tebal molekulnya. Sifat
fisik lain dari selulosa adalah:

Universitas Sumatera Utara

a. Dapat terdegradasi oleh hidrolisa, oksidasi, fotokimia maupun secara mekanis
sehingga berat molekulnya menurun.
b. Tidak larut dalam air maupun pelarut organik, tetapi sebagian larut dalam larutan
alkali.
c. Alam keadaan kering, selulosa bersifat higroskopis, keras dan rapuh. Bila selulosa
cukup banyak mengandung air maka akan bersifat lunak. Jadi fungsi air disini
adalah sebagai pelunak.
d. Selulosa dalam Kristal mempunyai kekuatan lebih baik jika dibandingkan dengan
amorfnya (Fengel dan Wengner, 1995).

2.3. Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari bentuk asal
kekeadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal pada kondisi
yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masuknya bahan-bahan pencemar atau
polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang

berbahaya bagi organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang
kemudian menjadi pemicu terjadinya pencemaran (Palar, 2004).

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi perubahanperubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi dengan bentuk
asalnya. Perubahan yang terjadi itu memberikan dampak yang buruk terhadap
organisme yang sudah ada. Dan pada tingkat lanjut dalam arti jika lingkungan sudah
tercemar dalam tingkat tinggi, dapat membunuh bahkan memusnahkan satu atau lebih
jenis organisme. Jadi pencemaran lingkungan adalah terjadinya perubahan dalam
tatanan lingkungan dari bentuk asli kearah yang lebih buruk (Palar, 2004).

Perkembangan ekonomi di Indonesia menitik beratkan pada pembangunan di
sektor industri. Di satu sisi pembangunan akan meningkatkan kualitas hidup manusia
dengan meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain, pembangunan juga bisa

Universitas Sumatera Utara

menurunkan kesehatan masyarakat dikarenakan pencemaran yang berasal dari limbah
industri (Widowati, 2008).

Proses industri pada akhirnya akan menghasilkan limbah baik dalam bentuk

padat maupun cair. Limbah dikatakan berbahaya jika menimbulkan dampak yang
negatif bagi kesehatan manusia. Logam berat pada limbah industri dapat berasal dari
bahan baku maupun dari bahan pendukung pada proses industri.

Pencemaran yang disebabkan oleh buangan industri baik dalam bentuk unsur
maupun persenyawaan logam berat merupakan toksik yang mempunyai daya racun
yang sangat tinggi. Polutan ini akan mencemari lingkungan, baik melalui udara,
tanah, dan air (Palar, 2004).

Pencemaran air terjadi apabila substansi kondisi (termasuk panas)
menurunkan kualitas badan air sehingga air tidak dapat memenuhi kualitas standar
atau tidak dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Pencemaran logam berat yang ada
di lingkungan tanah, air udara dengan suatu mekanisme masuk kedalam mahluk
hidup. Logam berat yang masuk kedalam tubuh manusia akan melakukan interaksi
antara lain dengan enzim, protein, DNA, serta metabolit lainnya. Adanya logam berat
dalam tubuh jelas akan berpengaruh terhadap tubuh. Bila jumlahnya berlebih, maka
akan berbahaya bagi tubuh. Pencemaran logam berat ke lingkungan dilalui dari air.
Pencemaran air terjadi pada sumber-sumber air danau, sungai, laut dan air tanah yang
disebabkan oleh aktifitas manusia. Air dikatakan tercemar jika tidak dapat digunakan
sesuai dengan fungsinya. Pencemaran ini dapat disebabkan oleh limbah industri,

perumahan, pertanian, rumah tangga. Polutan industri antara lain polutan organik dan
polutan anorganik, sisa bahan bakar dan tumpahan minyak tanah merupakan sumber
pencemaran air terutama air tanah. Polutan dalam air mencakup unsur-unsur kimia,
pathogen, dan perubahan sifat fisika dan kimia dalam air. Banyak unsur kimia
merupakan racun yang mencemari air. Pencemaran air merupakan masalah regional
maupun lingkungan global dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta

Universitas Sumatera Utara

penggunaan lahan tanah atau daratan. Pencemaran air terdiri dari bermacam-macam
jenis, dan pengaruhnya terhadap lingkungan dan mahluk hidup. Salah satu penyebab
pencemaran air adalah keberadaan bahan kimia anorganik seperti Pb, Cd, Hg dalam
kadar yang tinggi menyebabkan air tidak enak untuk dikonsumsi. Pencemaran logam
berat diperairan banyak bersumber dari pertambangan, peleburan logam, dan jenis
industri lainnya. Logam berat biasanya ditemukan sangat sedikit sekali dalam air
secara alamiah yaitu kurang dari 1µg/L. Untuk menentukan kualitas air tehadap
konsentrasi logam dalam air, agak sulit karena erat hubungannya dengan partikel
tersuspensi yang terlarut didalamnya. Konsentrasi logam toksik seperti Cd, Pb, Hg,
dan As dalam perairan secara alamiah sangat kecil (Masduki, 2004).


2.4. Toksisitas Logam Berat
Logam berat mempunyai kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya
terletak pada pengaruh yang dihasilkan oleh logam berat ini jika berikatan atau masuk
ke dalam tubuh organisme hidup, sehingga akan menimbulkan pengaruh-pengaruh
buruk terhadap fungsi fisiologis tubuh.

Kerja utama logam adalah menghambat kerja enzim. Efek ini timbul akibat
interaksi antara logam dengan gugus S-H pada enzim. Fungsi enzim juga dapat
terhambat oleh logam toksik melalui penggusuran kofaktor logam yang penting dari
enzim (Frank, 1994).

Umumnya, efek toksik logam merupakan akibat dari reaksi antara logam dan
komponen intrasel. Setelah masuk kedalam sel, logam dapat mempengaruhi berbagai
organel seperti retikulum endoplasma yang mengandung berbagai jenis enzim.
Logam-logam toksik ini akan merusak struktur dari enzim dan menghambat
metabolismenya (Frank, 1994).

Universitas Sumatera Utara

2.5. Limbah Elektroplating

Elektroplating adalah pelapisan logam dengan menggunakan teknik elektrokimia atau
elektrolisa. Secara teknis elektroplating disebut juga sebagai pelapis listrik, yaitu
proses pengendapan logam dalam ion logam yang dialirkan oleh arus listriksearah
melalui elektroda dalam larutan elektrolit dari kutub anoda ke kutub katoda. Logam
yang akan dilapisi biasanya berbentuk produk logam, atau disebut juga sebagai benda
kerja. Dalam praktek, benda kerja atau produk logam yang akan dilapis dihubungkan
dengan katoda. Selama arus listrik searah mengalir dari anoda ke katoda maka ion
logam dalam larutan elektrolit akan menuju ke katoda dan terkumpul pada benda
kerja. Dengan proses tersebut benda kerja atau produk logam akan dilapisi dengan
logam yang dikehendaki. Umumnya produk logam bisa dilapisi dengan menggunakan
emas, nikel, tembaga, seng, kuningan, perak, krom atau logam lainnya. Produk
industri yang membutuhkan pelapisan logam antara lain adalah peralatan rumah
tangga yang terbuat dari besi, kuningan, dan aluminium. Biasanya produk seperti
meja, kursi, sendok makan dan alat dapur lainnya dilapisi dengan menggunakan
logam nikel dan krom. Tujuannya agar produk yang dihasilkan tahan korosi, lebih
memperhalus permukaan, atau untuk tujuan khusus seperti meningkatkan daya hantar
listrik atau panas dan meningkatkan mutu penampilannya.(Anonim, 2002)

Limbah industri elektroplating berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dan hasil dari proses pelapisan. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah

bahan beracun sehingga limbah yang dihasilkan berbahaya bagi kesehatan manusia
baik yang terlibat langsung dengan kegiatan industri maupun yang di sekitar
perusahaan.
Jenis Limbah Dan Bahayanya
1. Limbah Asam
Asam dapat menyebabkan luka pada kulit, selaput lendir, selaput mata
dan saluran pernapasan.

Universitas Sumatera Utara

2. Limbah Basa
Bahan-bahan basa seperti amonium hidroksida, potassium hidroksida,
sodium
hidroksida, sodium sianida, sodium karbonat, sodium pryophospat,
sodium silikat dan trisodium phispat tidak begitubahaya bagi sistem
saluran pernafasan, tetapi dapat mengiritasi kulit.
3. Limbah Garam dan Senyawa lainnya
Sianida sangat beracun, dan dapat mematikan bila tertelan. Menyebabkan
iritasi kerongkongan, pusing-pusing, mabuk, mual, lemah dan sakit
kepala dan bahkan berhenti bernafas (Anonim, 2002)

2.6. Zink (Zn)
2.6.1.Sifat Fisika Zink
Zink merupakan salah satu unsure kimia dengan simbol Zn, nomor atom 30 dan
menempati tempat pertama pada golongan XII unsur transisi di dalam tabel periodik
unsur. Secara kimia, zink memiliki sifat yang mirip dengan magnesium (Mg) karena
memiliki ukuran atom yang hamper sama dengan bilangan oksidasi +2. Zink
memiliki warna putih kebiru-biruan, berkilau, dan bersifat diamagnetik. Logam ini
cukup mudah untuk di tempa, dan dapat dilihat pada suhu 110-150°C. zink melebur
pada suhu 410°C dan mendidih pada 906°C. dibandingkan dengan logam-logam
lainnya, zink memiliki titik lebur dan titik didih yang terendah diantara semua logamlogam transisi. Produksi terbesar zink ada di Australia, Kanada, Peru, dan Amerika
(Vogel, 1991).

Zink sedikit kurang padat daripada besi dan berstruktur Kristal heksagonal.
Hal ini menyebabkan mutu komersial Zn tidak berkilau. Logam ini keras dan rapuh
pada berbagai suhu, namun menjadi dapat ditempa antara 100 sampai 150°C, diatas
210°C, logam ini kembali menjadi rapuh dan dapat dihancurkan menjadi bubuk
dengan cara memukul logam tersebut. Pada umumnya, zink berada di alam dalam
bentuk persenyawaan sulfida yaitu zink sulfida (ZnS) (Vogel,1991).

Universitas Sumatera Utara

Zink digunakan secara luas untuk menyepuh logam-logam lain dengan listrik
seperti besi untuk menghindari karatan. Zink sulfida digunakan dalam membuat
tombol bercahaya, sinar x, kaca-kaca TV, dan bola-bola lampu (Vogel,1991).

2.6.2. Sifat Kimia Zink
Sifat kimiawi zink mirip dengan logam-logam transisi periode pertama seperti nikel
dan tembaga. Zink bersifat diamagnetik dan berwarna putih kebiru-biruan. Jari-jari
ion zink dan magnesium juga hamper identik. Oleh karenanya, garam kedua senyawa
ini akan memiliki struktur Kristal yang sama. Pada kasus ini jari-jari ion merupakan
faktor penentu, sifat-sifat kimiawi keduanya akan sangat mirip. Zink cenderung
membentuk ikatan kovalen berderajat tinggi. Zink juga akan membentuk senyawa
kompleks dengan kebanyakan berkoordinasi 4 ataupun 6 walaupun koordinasi 5 juga
diketahui ada (Shriver, 1999).
Zink memiliki konfigurasi elektron [Ar]3d104S2 dan merupakan unsure
golongan 12 tabel periodik. Zink cukup reaktif dan merupakan reduktor kuat.
Permukaan logam zink murni akan dengan cepat mengusam, membentuk lapisan zink
karbonat, Zn5(OH)6CO3, dan akan bereaksi dengan karbon dioksida. Lapisan ini
membantu mencegah reaksi lebih lanjut dengan udara dan air. Zink bereaksi dengan
asam, basa dan non-logam lainnya. Zink yang sangat murni hanya akan bereaksi
secara lambat dengan air yang ada dan akan melepaskan gas hidrogen (Shriver,
1999).

Zink akan larut dengan natrium hidroksida membentuk endapan seperti gelatin yang
putih. Endapan larut dlam asam:
Zn2+(aq) + 2NaOH(l)

Zn(OH)2(s)

Dengan larutan amoniak terbentuk endapan putih
Zn2+(aq) + 2NH3(s) + 2H2O(l)

Zn(OH)2(s) + 2NH4(aq)

Universitas Sumatera Utara

Dengan larutan amonium sulfida terbentuk endapan putih
Zn2+(aq) + S2-(aq)

ZnS(s)

Dengan asam sulfat pekat panas, zink akan melepaskan belerang dioksida
Zn2+ (aq) + 2H2SO4(l)

2Zn2+(aq) + SO2(g) + SO4(aq)
+ 2H2O(l)

Pelarutan akan terjadi dalam asam nitrat yang encer dan tidak ada gas yang
dilepaskan:
4Zn(s) + 10 H+(aq) + NO3(aq)

4Zn2+(aq)+ NH4(aq) + 3H2O(aq)

Dengan bertambah pekatnya konsentrasi asam nitrat, akan terbentuk dinitrogen
oksida (N2O), nitrogen oksida (NO):

4Zn(s) + 10 H+(aq) + 2NO3(aq)
3Zn(s) + 8 HNO3(l)

4Zn2+(aq)+ N2O(g) + 5H2O(l)

3Zn2+(aq)+ 2NO(g) + 6NO3(aq) + 4H2O(l)

2.6.3. Fungsi Dari Zink
Zink banyak digunakan pada pelapisan baja dan besi untuk mencegah korosi dan juga
sebagai bahan pembuatan alloy. Sedangkan pada industri pengolahan bijih emas, zink
dalam bentuk serbuk digunakan pada proses sementasi emas atau prespitasi yang
dikenal sebagai proses Merill-Crowe (Sudarsono, 2003).

Zink merupakan unsur yang sangat penting untuk pertumbuhan manusia.
Metabolisme sel dipengaruhi dan ditentukan oleh zink. Zink berperan dalam fungsi
syaraf dan reproduksi. Zink juga berperan dalam menstabilisasi sruktur protein.
Selain itu, zink juga dibutuhkan dalam sintesis DNA, replika DNA, transkripsi RNA,
pertumbuhan dan aktivitas sel, pertumbuhan dan perkembangan normal selama hamil,
masa pertumbuhan anak dan pertumbuhan remaja, menjaga kesehatan kulit dan daya
tahan terhadap infeksi, serta merupakan aktifator enzim dan juga berperan dalam
metabolisme karbohidrat dan energi (Widowati, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Zink merupakan unsur esensial dan mempunyai banyak fungsi, namum dalam
dosis tinggi zink dapat berbahaya dan bersifat toksik. Dalam keadaan sebagai ion,
zink bebas memiliki toksisitas tinggi. Absorpsi zink berlebih mampu mengakibatkan
defisiensi dan gangguan metabolisme mineral lain seperti penurunan kadar Cu,
pengubahan Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar high density
lipoprotein (HDL). Konsumsi seng sebesar 2 g atau lebih akan menyebabkan mual,
muntah, dan demam (Widowati, 2008).

2.7. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses dimana komponen pindah dari fase satu ke fase
lainnya dengan melintasi beberapa pembatas. Atau perpindahan zat dari pelarut
menuju penyerap (LaGrega, et al., 2001). Menurut Benjamin (2002), adsorpsi adalah
akumulasi dari suatu substansi pada atau di dekat permukaan. Substansi yang terserap
disebut dengan adsorbat, sedangkan bahan yang menyerap disebut dengan adsorben.
Perpindahan bahan organik atau anorganik pada sisi permukaan adsorben terjadi
dalam empat proses yaitu transpor bulk fluid, film transport, difusi intrapartikel,
physical attachment.

2.7.1. Pembagian Adsorpsi
a. Adsorpsi Fisika
Dalam adsorpsi fisika, melibatkan gaya van der waals yang menyebabkan molekul
adsorbat terikat secara lemah dengan permukaan adsorben, dan proses ini
berlangsung cepat dan bersifat reversible (Madan dan Tuli, 2007). Proses adsorpsi
fisika terjadi tanpa memerlukan energi aktivasi (energi untuk bereaksi), sehingga
proses tersebut membentuk banyak lapisan (multilayer) pada permukaan adsorben.
Kecepatan difusi dari adsorbat terhadap permukaan adsorben dan tidak tergantung
dari sisi spesifik adsorben (Selwood, 1962).

Universitas Sumatera Utara

b. Adsorpsi Kimia
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya reaksi kimia antara molekul-molekul adsorbat
dengan permukaan adsorben dan berlangsung lambat, bersifat irreversibel dan hanya
membentuk satu lapisan (monolayer) (Madan dan Tuli, 2007). Adsorpsi kimia
(chemisorptions) selalu disertai dengan pertukaran electron pada adsorben dan
tergantung terhadap temperatur ( Selwood, 1962).

2.7.2. Faktor yang mempengaruhi adsorpsi
Menurut Al-Anber (2011), beberapa faktor yang mempengaruhi adsorpsi yakni:
-

Luas Permukaan adsorben, semakin luas area permukaan adsorben, maka
kapasitas adsorpsinya juga semakin meningkat.

-

Ukuran partikel adsorben, semakin kecil ukuran partikel adsorben maka
akan memperlambat difusi internal.

-

Waktu kontak, semakin lama waktu kontak maka proses adsorpsi semakin
baik.

-

Kelarutan adsorbat dalam air atau limbah, adsorbat yang kurang larut
dalam limbah akan semakin mudah untuk diserap oleh adsorben.

-

Afinitas pelarut terhadap adsorben, jika permukaan adsorben bersifat
kurang polar, maka substansi yang kurang polar akan lebih mudah
diadsorpsi.

-

Ukuran molekul adsorbat dan ukuran pori adsorben, molekul adsorbat
yang berukuran besar jika masuk kedalam pori adsorben yang ukuran
lebih kecil, maka akan menurunkan kapasitas adsorpsi.

-

Kemampuan ionisasi adsorbat

-

pH, ionisasi adsorbat tergantung pada pH, sehingga dapat mempengaruhi
adsorpsi.

-

Efek konsentrasi awal adsorbat, dengan konsentrasi tinggi, kemampuan
adsorpsi lebih sedikit, hal ini berhubungan dengan proses kompetitif difusi
adsorbat terhadap pori adsorben yang tersedia.

Universitas Sumatera Utara

-

Keefektifan adsorben, adsorpsi akan semakin efektif jika adsorben yang
digunakan semakin banyak.
Total zat yang teradsorpsi adsorben disebut dengan densitas adsorbsi,

dengan simbol q. Densitas adsorpsi dapat berupa masa zat yang terserap per luas area
(mg/m2) atau per masa adsorben (mg/g) (Benjamin, 2002)

2.8. Spektrometri FT-IR (Fourier Transform Infrared)
Bila sinar inframerah dilewatkan melalui cuplikan senyawa organik, sejumlah
frekuensi diserap sedang frekuensi yang lain diteruskan/ditransmitasikan tanpa
diserap. Jika kita menggambar antara persen absorbansi atau persen transmitansi
lawan frekuensi maka akan dihasilkan suatu spectrum inframerah.

Spektrum inframerah dari alkana rantai panjang (parafin cair atau nujol)
menunjukkan pita serapan pada daerah sekitar 3000 cm-1 dan 1400 cm-1, sedangkan
frekuensi lainnya tidak berinteraksi dengan cuplikan dan sebagai akibat hamper
semuanya diteruskan.

Molekul-molekul alkana hanya menyerap sinar inframerah pada frekuensi
tertentu jika didalam molekul ada transisi tenaga yang besar yaitu sebesar

.

Transisi yang terjadi didalam serapan inframerah berkaitan dengan perubahanperubahan vibrasi didalam molekul, sebagai contoh pita didekat 3000 cm-1 (9,3 x 1013
Hz) mempunyai frekuensi yang tepat sama dengan ikatan C-H yang mengalami
vibrasi stretching/ rentangan. Itulah sebabnya pita serapan dekat 3000 cm-1 disebut
serapan C-H stretching, biasanya dinyatakan dengan C-H str.
Pita-pita sekitar 1400 cm-1 sesuai dengan frekuensi vibrasi bending dari ikatan-ikatan
C-H dan disebut serapan-serapan C-H bending. Sering vibrasi-vibrasi bending
dinyatakan sebagai deformasi, sehingga pita-pita deformasi C-H dapat diberi tanda
sebagai C-H def. Itulah sebabnya spektroskopi inframerah disebut spektroskopi
vibrasi. Ikatan – ikatan yang berbeda (C-C, C=C, C-O, C=O, O-H, N-H, dsb)
mempunyai frekuensi vibrasi yang berbeda dan kita dapat mendeteksi adanya ikatan –

Universitas Sumatera Utara

ikatan tersebut dalam molekul organik dengan mengidentifikasi frekuensi-frekuensi
karakteristiknya sebagai pita serapan dalam spectrum inframerah. Dalam spektrum
inframerah suatu aldehid berada dalam pita serapan 2800 cm-1 dan O-H dalam pita
serapan antara 3000- 3500 cm-1(Sastrohamidjojo, 1985).

Spektrofotometri infra merah merupakan suatu metode yang mengamati
interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada daerah panjang
gelombang 0,75 – 1000 µm atau paada bilangan gelombang 13.000 – 10 cm-1. Radiasi
elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James Clark Maxwell, yang
menyatakan bahwa cahaya secara fisis merupakan gelombang elektromagnetik,
artinya mempunyai vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling tegak
lurus dengan arah rambatan. Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang
elektromagnetik

dengan

rentang

panjang

gelombang

tertentu.

Spektrum

elektromagnetik merupakan kumpulan spektrum dari berbagai panjang gelombang.
Berdasarkan pembagian panjang gelombang sinar inframerah dibagi atas tiga daerah,
yaitu:
a. Daerah inframerah dekat
b. Daerah inframerah pertengahan
c. Daerah inframerah jauh.
Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut, daerah panjang
gelombang yang digunakan spektrofotometer infra merah adalah pada daerah infra
merah pertengahan, yaitu pada panjang gelombang 2,5-50µm atau pada bilangan
gelombang 4000-200 cm-1. Dasar spektroskopi infra merah dikemukakan oleh Hooke
dan didasarkan atas senyawa yang terdiri dari dua atom atau diatom yang
digambarkan dengan dua buah bola yang saling terikat oleh pegas (Silverstain, 2000).

2.9. Spektrofotometri Serapan Atom
Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garisgaris hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan
atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun

Universitas Sumatera Utara

1955. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik
atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu,
kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau atomic
absorption spectroskopi. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi
rendah (Khopkar, 2002).

2.9.1. Prinsip dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang
mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap
dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan
dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kuantitatif logamlogam dengan menggunakan SSA (Vogel, 1992).

2.9.2. Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom Nyala Berkas Tunggal
Sebuah instrumen serapan atom berisi komponen dasar yang sama sebagai instrumen
yang dirancnag untuk pengukuran penyerapan molekul. Sumber, wadah sampel
(disini, sebuah reservoir api), pemilih panjang gelombang, dan detektor/ sistem
pembacaan. Kedua instrument tunggal dan ganda yang ditawarkan oleh berbagai
produsen. Kisaran kecanggihan dan biaya keduanya substansi (Skoog, A, D, 1991).

Adapun instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom Nyala Berkas Tunggal
dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : (Underwood,A.,I, 1986).

1

7

3

2

4

5

6

9

8

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.8.2. Bagan Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Keterangan :
1. Tabung Katoda berongga
2. Nyala (Unit pengatoman analit)
3. Monokromator
4. Detektor
5. Penguat arus (amplifier)
6. Sistem read-out
7. Bahan bakar
8. Sampel
9. Oksigen

a. Tabung Katoda Berongga
Sebagai sumber cahaya radiasi digunakan lampu katoda berongga (hallow cathode
lamp) yang merupakan sumber sinar, mengeluarkan radiasi dengan frekuensi yang
sesuai dengan unsur yang dianalisis. Di dalam tungku penguapan larutan sampel yang
masuk akan dipecah menjadi tetesan-tetesan halus dan akan disemburkan dalam nyala
untuk diatomkan (Khopkar, 2002).

b. Nyala
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi
bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Konsentrasi atom-atom
dalam bentuk gas dalam nyala, baik dalam keadaan dasar maupun keadaan tereksitasi,
dipengaruhi oleh komposisi nyala (Vogel, 1992).

Kombinasi bahan bakar senyawa oksidator paling umum adalah asetilena dan
udara, yang menghasilkan suhu nyala bahan bakar 2400-2700 K. Kombinasi bahan
bakar senyawa oksidasi yang lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1. Suhu Nyala Maksimum
Bahan Bakar
Asetilena
Asetilena
Asetilena
Hidrogen
Hidrogen
Sianogen
Sumber : Harris, 1978

Oksidan
Udara
Nitrogen dioksida (NO2)
Oksigen
Udara
Oksigen
Oksigen

Temperatur (K)
2400-2700
2900-3100
3300-3400
2300-2400
2800-3000
4800

c. Monokromator
Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk memisahkan
garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang diapancarkan oleh sumber
radiasi (Braun, 1982).

Monokromator yang dipakai harus mampu memberikan resolusi yang terbaik.
Ada dua bentuk monokromator yang dipakai pada spektrofotometri adsorpsi serapan
atom yaitu monokromator celah dan kisi difraksi (Mulja, 1995).

d. Detektor
Detektor pada spektrofotometri adsorpsi serapan atom berfungsi mengubah intensitas
radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometri serapan atom yang
umum dipakai sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton
(PMT = Photo Multiplier Tube detector) (Mulja, 1995).

e. Penguat Arus
Penguat arus (amplifier) hanya mampu menguatkan arus bolaak-balik (AC).
Sedangkan arus searah (DC) sama sekali tidak diamplifikasikan (Mulja, 2005).

Universitas Sumatera Utara

f. Read Out
Read out merupakan sistem pencatatan hasil. Hasil pembacaaan dapt berupa angka
atau berupa kurva dari suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau
intensitas emisi (Braun, 1982).

Read out dapat berupa galvanometer sederhana, voltmeter digital, atau
potensiometer perekam pena tinta, untuk laboratorium dengan beban yang berat,
keluaran penguat dapat didigitalkan dan diproses dengan computer
(Underwood, 1986).

2.9.3. Gangguan-gangguan Spektrofotometri Serapan Atom
Gangguan-gangguan (interference) pada spektrofotometri serapan atom adalah
peristiwa-peristiwa yang menyebabkan pembacaan absorbansi unsur yang dianalisis
menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan konsentrasinya
dalam sampel (Gandjar dan Rohman, 2008). Secara luas dapat dikategorikan menjadi
dua kelompok, yakni interferensi sifat absorpsi (Khopkar, 1985).
Interferensi spektral disebabkan karena timpang asuh absorpsi antara spesies
pengganggu dan spesies yang diukur. Interferensi kimia disebabkan adanya reaksi
kimia selama atomisasi, sehingga mengubah sifat absorpsi (Khopkar, 1985).

Contoh gangguan kimia adalah terdapatnya senyawa yang sukar diuraikan
dengan nyala api, dengan adanya senyawa ini maka akan mengurangi jumlah atom
netral yang terdapat dalam nyala (Gandjar dan Rohman, 2008).

2.9.4. Aplikasi Spektrofotometri Serapan Atom
Spektrofotometri serapan atom berguna dalam penentuan sejumlah besar logam,
terutama pada tingkat rendah. Secara luas digunakan untuk dalam bidang-bidang
seperti air dan analisis farmasi dan metalurgi. Kondisi yang tepat diperlukan untuk

Universitas Sumatera Utara

penentuan diberikan cukup kritis, dan siap untuk melakukan metode penelitian yang
panjang, ini penting untuk mendapatkan petunjuk khusus. Instrument utama produsen
menyediakan pedoman luas termasuk prosedur untuk semua logam biasa dalam
berbagai matriks (Ewing, 1982).

Teknik ini juga diterapkan pada penetapan 60 unsur, dan teknik ini merupakan
alat utama dalam pengkajian yang meliputi logam runutan dalam lingkungan dan
dalam sampel biologis. Teknik ini juga berguna dalam kasus-kasus dimana logam itu
berada pada kadar yang cukup di dalam sampel itu, tetapi hanya tersedia sedikit
sampel dalam analisis (Underwood, 1986).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Keanekaragaman Makrozoobentos Di Perairan Sungai Asahan Sumatera Utara

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cacing Tanah - Analisis Fosfor pada Cacing Tanah (Megascolex sp. dan Fridericia sp.) Secara Spektrofotometri Sinar Tampak

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktualisasi Diri 2.1.1. Pengertian Aktualisasi Diri - Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Penghargaan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pt. Perkebunan Nusantara Iv (Persero) Medan

1 4 18

I. IDENTITAS RESPONDEN No. Identitas Keterangan - Pengaruh Stress dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Pemuda Medan

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja - Pengaruh Stress dan Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT Bank Tabungan Negara Cabang Pemuda Medan

1 31 15

I. IDENTITAS RESPONDEN No. Identitas Keterangan - Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Penghargaan Terhadap Prestasi Kerja Perawat Rsu Bunda Thamrin Medan

0 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktualisasi Diri 2.1.1 Pengertian Aktualisasi Diri - Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Penghargaan Terhadap Prestasi Kerja Perawat Rsu Bunda Thamrin Medan

1 5 24

KATA PENGANTAR - Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Penghargaan Terhadap Prestasi Kerja Perawat Rsu Bunda Thamrin Medan

0 22 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran - Pengaruh Lokasi, Harga Dan Fasilitas Terhadap Loyalitas Konsumen Doorsmeer Anugrah Jaya Motor

0 0 20

KATA PENGANTAR - Pengaruh Lokasi, Harga Dan Fasilitas Terhadap Loyalitas Konsumen Doorsmeer Anugrah Jaya Motor

0 0 16