BAB V Perencanaan dan Pengembangan Produk

  

Perencanaan dan

Pengembangan Produk

Dosen :

Somadi, SE., MM., MT. Definisi

Produk adalah hasil dari pengembangan

suatu strategi bisnis.

Karakteristik Produk Barang

  Jasa

  Berwujud, memiliki sifat fisik tertentu Tidak berwujud, dan tidak memiliki sifat fisik Dapat disimpan

  Tidak dapat disimpan Proses produksinya banyak menggunakan mesin

  Proses produksinya lebih banyak menggunakan faktor manusia Proses produksi dan konsumsi tidak berlangsung dalam waktu yang sama

  Proses produksi dan konsumsi berlangsung di waktu yang sama Kontak dengan konsumen rendah Kontak dengan konsumen/pengguna jasa tinggi Kualitas produk objektif, karena ada ukuran-ukurannya

  Kualitas produk bersifat subjektif, diantara pengguna jasa Atribut, seperti harga, kemasan, dll,lebih jelas.

  Atribut produk seringkali tidak jelas.

  Pasar lebih mudah diperluas (lebih luas) Pasar sulit diperluas (lebih bersifat lokal)

  Pertanyaan pertama yang biasanya muncul dalam aktivitas manajemen operasi

  1. Bagian penelitian dan pengembangan

  2. Konsultan pemasaran yang bekerja untuk perusahaan.

  3. Tenaga penjual.

  4. Peran aktif dari seluruh pihak yang ada dalam perusahaan.

  1. Produk apa yang akan diproduksi / dihasilkan ? Sumber Ide / Gagasan Pengembangan Produk

  b. Sumber eksternal 1. Kecenderungan pasar.

  2. Produk yang dikeluarkan oleh pesaing.

  3. Masukan/komplain dari pelanggan.

  4. Hasil Peramalan. Pertanyaan ???

  2. Pada tahap apa pengembangan produk sebaiknya dilakukan? Volume Penjualan

  Dewasa/Kematangan Penurunan Pertumbuhan Perkenalan

  Waktu Siklus Hidup Produk Alternatif Pengembangan Produk Mengembangkan produk Modifikasi produk yang yang benar-benar baru sudah ada (Paling sulit = ?) Penambahan produk Mengembangkan produk yang telah ada lokal yang belum ada (Diversifikasi Produk ) Meniru produk yang sudah ada di pasar

Tahap-Tahap Pengembangan Produk

  Identifikasi produk yang telah ada (produk lama ) Mencari dan menggali ide-ide tentang produk baru Menyaring ide-ide yang ada Menganalisis masing-masing ide yang telah tersaring

  Menentukan ide yang paling mungkin dikembangkan Melaksanakan pengembangan ide produk baru tersebut Membuat sampel dan menguji produk baru

  Menguji produk baru di pasar ( Tes pemasaran ) Memproduksi dan memasarkan produk baru tersebut dalam arti yang sesungguhnya Melakukan pelayanan purna jual

Tahap-Tahap Pengembangan Produk Menurut Heizer dan Render

   Ide dari banyak sumber.  Apakah perusahaan mampu melaksanakan ide?  Persyaratan pelanggan untuk memenangkan pesanan.

   Spesifikasi fungsional : Bagaimana produk akan berfungsi.  Spesifikasi produk : Bagaimana produk akan dibuat.  Peninjauan Desain : Apakah spesifikasi produk ini merupakan cara

terbaik untuk memenuhi keinginan

pelanggan?

   Pengujian pasar. Apakah produk memenuhi harapan pelanggan?  Perkenalkan ke pasar  Evaluasi (berhasil)

  Cakupan kerja tim pengemb angan produk

  Cakupan kerja tim desain dan rekayasa

Peluang Produk Baru

  1. Memahami pelanggan merupakan permasalahan utama dalam pengembangan produk baru.

  2. Perubahan ekonomis menyebabkan meningkatnya tingkat

kemakmuran pada jangka panjang, tetapi siklus ekonomis dan

harga berubah pada jangka pendek.

  3. Perubahan sosiologis dan demografis dapat muncul pada beberapa faktor seperti berkurangnya ukuran keluarga.

  4. Perubahan teknologi yang membuat segalanya mungkin.

  5. Perubahan politik/peraturan menghasilkan perjanjian perdagangan baru, tarif yang baru, dan juga persyaratan kontrak yang baru dengan pemerintah.

  6. Perubahan lain dapat muncul melalui kebiasaan pasar, standar profesional, pemasok dan distributor.

  Pengembangan Produk  Quality Function Deployment (QFD) adalah proses menetapkan permintaan pelanggan (“keinginan” pelanggan) dan menterjemahkan keinginan pelanggan ke dalam atribut (“cara’) yang dapat dipahami dan dilaksanakan oleh setiap bagian fungsional.

   Rumah kualitas (Quality House) adalah bagian dari

proses penyebaran fungsi kualitas yang menggunakan

matriks perencanaan untuk menghubungkan “keinginan” pelanggan dengan “bagaimana” perusahaan akan memenuhi “keinginan” ini.

Pengembangan Produk

  Untuk membuat rumah kualitas, dilakukan 6 langkah dasar sebagai berikut : Kenali keinginan pelanggan. (Apa yang diinginkan pelanggan dalam

  • produk ini). Kenali bagaimana produk/jasa akan memuaskan keinginan
  • pelanggan. (Kenali karakteristik khusus, keistimewaan, atau atribut produk, dan tunjukan bagaimana produk akan memuaskan pelanggan). Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan
  • dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan tersebut.

    Kenali hubungan antara sejumlah bagaimana pada perusahaan.

  • Buat tingkat kepentingan.
  • Evaluasi produk pesaing.
  • Tentukan atribut teknis yang diinginan, prestasi perusahaan, dan

  • prestasi pesaing terhadap atribut ini.

Membangun Rumah Kualitas

  Contoh : Great Cameras, Inc. Mengingkan sebuah metodologi yang memperkuat kemampuannya untuk memenuhi keinginan pelanggan terhadap kamera digital baru.

  Pertanyaan : Gunakan rumah kualitas QFD.

Membangun Rumah Kualitas

  1. Melalui penelitian pasar yang luas, perusahaan menetapkan keinginan pelanggan. Keinginan itu ditunjukkan pada bagian kiri rumah kualitas.

  2. Tim pengembangan produk menetapkan bagaimana organisasi akan menejemahkan keinginan pelanggan itu dalam desain produk dan target atribut proses. Sejumlah bagaimana ini dimasukan dalam bagian atas rumah kualitas.

  3. Tim produk mengevaluasi setiap keinginan pelanggan terhadap sekumpulan bagaimana yang telah dikemukakan. Dalam matriks hubungan dalam rumah kualitas, tim mengevaluasi seberapa baik desainnya dapat memenuhi kebutuhan pelanggan.

  4. Dalam atap rumah kualitas, tim pengembangan produk mengembangkan hubungan antar atributnya.

  5. Tim mengembangkan tingkat kepentingan untuk atribut desainnya pada baris paling bawah dalam tabel. Hal ini dilakukan dengan memberikan nilai (5 untuk tinggi, 3 untuk sedang, 1 untuk rendah) pada setiap kotak dalam matriks hubungan kemudian mengalikan setiap nilai ini dengan tingkat kepentingan pelanggan. Nilai-nilai dalam baris “tingkat kepentingan kita” memberikan sebuah tingkatan bagaimana meneruskan desain produk dan prosesnya dengan yang nilainya tertinggi sebagai hal yang terpenting bagi keberhasilan suatu produk.

Membangun Rumah Kualitas 6. Rumah kualitas juga digunakan untuk mengevaluasi para pesaing

  Seberapa baik para pesaing memenuhi kebutuhan pelanggan. Dua kolom di sisi kanan memperlihatkan bagaimana penelitian pasar berpendapat mengenai seberapa baik pesaing A dan B memenuhi keinginan pelanggan (Baik, sedang, dan jelek). Produk dari perusahaan lain, bahkan produk yang diajukan dapat ditambahkan di samping perusahaan B.

  7. Tim menentukan atribut teknis dan mengevaluasi seberapa baik perusaaahn dan pesaingnya menunjukkan atribut ini. Disinilah tim memutuskan atribut-atribut teknis yang penting.

  Membangun

Rumah

Kualitas

Permasalahan Desain Produk

  1. Desain Yang Tangguh (robust design). Desain yang dapat

diproduksi sesuai persyaratan, bahkan dengan adanya kondisi

proses produksi yang tidak sempurna.

  2. Desain Moduler (moduller design). Desain dimana bagian atau

komponen dari suatu produk dibagi-bagi menjadi modul-modul

yang dapat dipertukar dan diganti dengan mudah.

  3. Computer-Aided Design (CAD). Penggunaan komputer secara interaktif untuk mengembangkan dan mendokumentasikan produk.

  4. Produksi dibantu komputer. (Computer-Aided Manufacturing

(CAM)). Penggunaan teknologi informasi untuk mengendalikan

mesin.

  5. Teknologi Virtual Reality. Bentuk komunikasi visual dimana citra- citra digunakan sebagai pengganti dari benda aslinya, tetapi masih

memungkinkan pengguna untuk meresposnya secara interaktif.

  6. Analisis Nilai (Value Analysis). Suatu tinjauan atas produk yang berhasil yang dilakukan selama proses produksi.

  7. Desain Yang Ramah Lingkungan. Bentuk yang mengedepankan

  Penerapan Pohon Keputusan

Pada Desain Produk

  Pohon keputusan dapat digunakan untuk membuat keputusan produk baru dan untuk beragam permasalahan manajemen lainnya.

  Pohon keputusan sangat bermanfaat terutama saat terdapat serentetan keputusan dan beragam hasil yang mengakibatkan keputusan selanjutnya yang diikuti hasil yang lain.

  Penerapan Pohon Keputusan

Pada Desain Produk

  Untuk membentuk sebuah pohon keputusan digunakan prosedur sebagai berikut :

  1. Pastikan semua alternatif yang mungkin dan keadaan sudah dimasukkan ke pohon, termasuk alternatif untuk “tidak melakukan apa apa”

  2. Pengembalian hasil (payoff) dimasukan pada akhir setiap cabang yang bersesuaian.

  3. Tujuannya adalah menetapkan nilai ekspektasi dari setiap tindakan yang ada.

Contoh

  Silicon, Inc., merupakan sebuah produsen semikonduktor sedang meneliti kemungkinan memproduksi dan memasarkan sebuah mikroprosesor. Untuk menjalankan proyek ini, dibutuhkan sebuah sistem CAD yang canggih atau mempekerjakan dan melatih beberapa insinyur tambahan. Pasar untuk produk ini bisa jadi baik, bisa jadi tidak baik. Silicon, Inc tentu juga memiliki pilihan untuk tidak mengembangkan produk baru sama sekali.

  Dengan penerimaan yang baik oleh pasar, penjualan akan mencapai 25.000 prosesor dengan harga $100. Dengan penerimaan pasar yang tidak baik, penjualan hanya akan mencapai 8.000 prosesor seharga $100. Harga peralatan CAD $500.000, tetapi merekrut dan melatih tiga insinyur baru hanya membutuhkan biaya $375.000. Walaupun demikian, biaya produksi akan turun dari $50 per buah saat diproduksi tanpa CAD, dari $40 dengan adanya CAD. Kemungkinan mikroprosesor baru diterima dengan baik oleh pasar adalah 0,40. sementara kemungkinan penerimaan yang tidak baik adalah 0,60. Pertanyaan : Gunakan sebuah pohon keputusan yang sesuai untuk Silicon, Inc. yang memiliki bahan-bahan dasar; pilihan keputusan, kemungkinan, dan pengambilan hasil

Jawaban

  Pada gambar berikut terlihat sebuah pohon keputusan dengan tiga cabang dimana satu cabang menjelaskan satu keputusan. Tentukan kemungkinan pengembalian hasil untuk setiap cabang, kemudian hitung EMV secara berturut- turut. EMV (expected monetary values) telah dilingkari pada setiap langkah di pohon keputusan. Untuk cabang teratas : EMV (membeli sistem CAD) = (0,4) ($.1.000.000) + (0,6) (-$20.000)

  = $ 388.000 Nilai ini mewakili hasil yang akan terjadi jika Silicon, Inc membeli CAD. Nilai yang diharapkan dengan merekrut dan melatih insinyur baru pada cabang kedua adalah sbb : EMV (merekrut/melatih insinyur) = (0,4) ($.875.000) + (0,6)($25.000)

  = $ 365.000 Karena cabang teratas mempunyai EMV tertinggi (EMV $388.000 dibandingkan $365.000 dibandingkan $0), maka cabang ini menjelaskan keputusan yang terbaik. Manajemen sebaiknya membeli sistem CAD.

  Jawaban

Contoh

  Sarah King, presiden King Electonics, Inc. Mempunyai dua pilihan desain untuk lini produk CRT (tabung sinar katoda) baru yang beresolusi tinggi untuk stasiun kerja CAD-nya. Ramalan penjualan selama siklus hidup CRT adalah 100.000 unit.

  Piliahn desain A memiliki kemungkinan sebesar 0,90 untuk menghasilkan 59 CRT yang baik per 100 unit produk dan kemungkinan sebesar 0,10 untuk menghasilkan 64 CRT yang baik per 100 unit produk. Biaya desain ini adalah $1.000.000.

  Pilihan desain B memiliki kemungkinan sebesar 0,80 untuk menghasilkan 64 CRT yang baik per 100 unit produk, dan kemungkinan sebesar 0,20 untuk menghasilkan 59 CRT yang baik per 100 unit produk. Biaya desain ini adalah $1.350.000.

  Baik buruknya setiap CRT akan membutuhkan modal $75. setiap CRT yang baik akan dijual seharga $150. CRT yang buruk akan dihancurkan dan tidak memiliki nilai sisa. Asumsi, disini kita mengabaikan biaya pembuangan pada permasalahan ini.

Jawaban

  Solusi : Kita menggambarkan pohon keputusan untuk mewakili dua keputusan dan kemungkinan yang terkait dengan setiap keputusan. Kemudian, kita menetapkan tingkat pengembalian yang berkaitan dengan setiap cabang. Pohon yang dihasilkan digambarkan sebagai berikut.

  Untuk desain A. EMV (desain A) = (0,9)($350.000) + (0,1)($1.100.000) = $425.000 Untuk (desain B) = (0,8)($750.000) + (0,2)($0) = $600.000

Jadi, tingkat pengembalian tertinggi adalah desain B dengan nilai $600.000.

  Jawaban Pertanyaan ???

  a. Menggunakan pendekatan mikroekonomi

  b. Dengan menggunakan pendekatan BEP

  c. Menggunakan Pendekatan Forecasting (Peramalan)

Contoh Penerapannya Dalam Konsep Ekonomi:

  

Pada umumnya bila suatu komoditas dikenakan pajak penjualan maka

harga yang diterima konsumen akan menjadi lebih mahal (tinggi)

daripada harga sebelum komoditas tersebut terkena pajak.

  Jika fungsi penawaran barang dari produsen adalah P=f(Q),

maka kalau pemerintah mengenakan pajak penjualan sebesar Rp T,-

per unit barang yang ditawarkan produsen tersebut, maka fungsi

penawaran (fungsi harga) produsen tersebut menjadi: P =f(Q) + T dimana P = harga/ unit; Q =jumlah yang ditawarkan dan T = pajak penjualan per unit barang

  Bila produsen tidak dikenakan pajak penjualan maka titik

  • keseimbangan pasar terjadi di Eo dengan jumlah dan harga sebesar Qo dan Po. Bila produsen tersebut dikenakan pajak penjualan Rp T,-/unit maka
  • 1

  titik keseimbangan sekarang di E dengan jumlah dan harga

  1

  1 sekarang sebesar Q dan P .

  Adanya pajak penjualan

  • tersebut telah menaikkan

  1 harga jual dari Po ke P sehingga Q keseimbangan berkurang dari Qo menjadi Q

  1.

Contoh:

  1. Pasar barang X memiliki fungsi permintaan dan penawaran pasar sebagai berikut: Fungsi Permintaan (Dd) : P = 28 – 1,6Q Fungsi Penawaran (Ss) : 2P = 1,6Q + 8 atau P = 4 + 0,8Q Maka harga keseimbangan pasar dan jumlah keseimbangan pasar dapat dicari sebagai berikut: Permintaan = Penawaran

  28 – 1,6Q = 4 + 0,8Q 28 – 4 = 2,4Q Q = 10

  Pada Q = 10 maka P = 28 – 1,6 (10) = 12 Jadi pada kondisi keseimbangan pasar barang X memiliki tingkat harga keseimbangan Rp 12,- per unit dan jumlah keseimbangannya 10 unit.

  Sekarang bila produsen barang X tersebut dikenai pajak penjualan sebesar Rp

  2,40 perunitnya maka fungsi penawaran setelah pajak berubah menjadi:

  P = 0,8Q + 4 + 2,40 atau P = 6,40 + 0,8Q maka keseimbangan pasar barang X setelah pajak adalah : Permintaan = Penawaran atau 28 – 1,6Q = 0,8Q + 6,40

  21,60 = 2,4Q Q = 9 dan P = 13,6

  

Setelah produsen tersebut dikenai pajak penjualan maka harga keseimbangan pasar naik dari Rp 12 jadi Rp 13,6; sementara jumlah keseimbangan turun dari 10 unit menjadi 9 unit. Konsumen menanggung beban pajak penjualan sebanyak : = kenaikan harga X jmlhbarang stlh pajak = (13,6 – 12)x9 = Rp 14,40. Pajak yang diterima pemerintah dari produsen: adalah = pajak penjualan X jmlh brg stlh pjk = Rp 2,40 x 9 = Rp 21,60. Jadi sebenarnya beban pajak yang ditanggung produsen adalah: Rp (21,60 – 14,40) = Rp 7,20. Bila produsen diberi subsidi penjualan oleh pemerintah maka

kemampuan efektif dari produsen tersebut dalam melakukan penawaran

barang yang dijualnya akan meningkat. Oleh karena itu harga barang bersubsidi akan lebih murah daripada barang yang tidak bersubsidi.

  Jika fungsi penawaran produsen: P = a + mQ dan bila pemerintah memberi subsidi penjualan Rp s,- per unit barang yang ditawarkan Maka fungsi penawaran produsen setelah subsidi adi: P= a + mQ-s dimana P = harga/ unit; Q = jumlah barang yg ditawarkan s = subsidi per unit barang

  Contoh:

  Pasar barang X memiliki fungsi permintaan dan penawaran pasar sebagai berikut: Fungsi Permintaan (Dd) : P = 28 – 1,6Q Fungsi Penawaran (Ss) : 2P = 1,6Q + 8 atau P = 4 + 0,8Q Bila produsen barang tersebut diberikan subsidi oleh pemerintah sebesar Rp 1,20 maka fungsi penawaran setelah subsidi adalah : P = f(Q) – S atau P = 0,8Q + 4 – 1,20. Maka keseimbangan pasar setelah adanya subsidi adalah: Permintaan = Penawaran 28 – 1,6Q = 0,8Q + 4 – 1,20 sehingga diperoleh Q = 10,5 dan P = 11,2.

  Jadi setelah adanya subsidi penjualan kepada produsen X sebesar Rp 1,20 perunit X yang dijual maka harga keseimbangan sekarang turun dari Rp 12,- perunit menjadi Rp 11,2,- dan kuantitas keseimbangan naik dari 10 unit menjadi 10,5 unit.

  2) Sebuah produk mempunyai fungsi biaya : TC = a + mQ Dimana: a = TFC dan m = AVC, sehingga TC = TFC + AVC(Q)

  Jika biaya tetap (TFC) sebesar Rp 6000 dan biaya variabel perunitnya (AVC) sebesar Rp 20,- maka fungsi biaya totalnya (TC ) menjadi: TC = 6000 + 20Q Bila produk tersebut dijual seharga Rp 40,- perunitnya maka kondisi Break Even perusahaan tercapai pada saat:

  TR = TC dimana: TR = P.Q

  40Q = 6000 + 20Q

  40Q – 20Q = 6000

  20 Q = 6000 maka Q = 300 Sekarang bila biaya variabel perunitnya naik Rp 5,- maka fungsi biaya totalnya (TC ) adalah : TC’ = 6000 + (20 + 5)Q atau TC = 6000 + 25Q.

  Kondisi break even setelah adanya kenaikan biaya variabel adalah: TR = TC’

  40Q = 6000 + 25Q

  40Q – 25Q = 6000

  15Q = 6000 maka Q = 400

  

Jadi kenaikan biaya variabel perunit sebesar Rp 5,- pada harga jual

yang tetap Rp 40,-, maka untuk mencapai kondisi break even perusahaan harus memproduksi jumlah output lebih banyak atau jumlah produksi harus ditingkatkan dari 300 menjadi 400 unit.