: Sistem Informasi Penelitian Universitas Kristen Satya Wacana J01713
HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PERAWAT DENGAN
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PASIEN ANAK
Lourista Sahusilawane1, Yulius Yusak Ranimpi1, Desi1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana 1
Kutipan: Lourista Sahusilawane, Yulius Yusak Ranimpi, Desi. (tahun). Effectiveness and
Efficiency of Massage Therapy in Pain Management of Vaginal Delivery. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, x (x)
INFORMASI
ABSTRACT
Latar belakang: Subjective well-being merupakan evaluasi
Korespondensi
[email protected]
individu
terhadap
kesejahteraan
psikologisnya.
Individu
dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis ketika dapat
berfungsi positif secara psikologis. Seorang perawat juga perlu
untuk mencapai psychological well-being yang baik untuk
membantu
Keywords:
Psychological wellbeing perawat,
psychological well
being pasien anak,
subjective well-being,
pasien
mencapai
hal
yang
serupa.
Tujuan: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui
psychological
well-being
perawat
dan
psychological well-being pasien anak serta hubungan antara
psychological well-being perawat dengan psychological wellbeing pasien anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif
dengan
pendekatan
statistik
inferensial
yaitu
analisis
korelasional. Data dikumpulkan dengan cara membagikan
kuesioner kepada perawat dan pasien anak di bangsal anak
Rumah
Sakit
Panti
Wilasa
Citarum,
Semarang.
Hasil: Setelah dilakukan analisis data diketahui bahwa
psychological well-being perawat dan pasien anak berada dalam
kisaran kategori sedang hingga tinggi. Dan tidak terdapat
hubungan antara psychological well-being perawat dengan
psychological well-being pasien anak.
Kesimpulan: Perawat dan pasien anak memiliki psychological
well-being yang baik sehingga perawat dan pasien anak dapat
berfungsi positif secara psikologis.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Abstract
Background: Subjective well-being is an individual evaluation of psychological
well-being. It is said that an individual has psychological well-being when the
individual can be functional well psychologically. A nurse should be have to
attain good psychological well-being to help patiens to obtain similar case.
Objective:The research objective is to knowing psychological well-being of
nurses, knowing psychological well-being of pediatric patients and knowing the
relation between nurses and pediatric patients of psychological well-being.
Method: The research applied quantitative type of inferential statistic method that
is correlational analysis. Collected data by distributing questionnaire to nurses and
pediatric patients in RS. Panti Wilasa Citarum, Semarang.
Result: This research found that psychological well-being of nurses and
psychological well-being of pediatric patients are in the medium to advance range.
There is no relation between nurses and pediatric patients of psychological wellbeing.
Conclusion: Nurses and pediatric patient have good psychological well-being so
that they can be functional well psychologically.
Key Words: Psychological well-being of nurses, psychological well-being of
pediatric patients, subjective well-being.
68
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan di dunia ini
kesejahteraan
dan
kebahagiaan
semaksimal
mungkin
memperoleh
kebahagiaan
kenyamanan
bagi
untuk
dirinya.
Lalu
merupakan sesuatu yang sangat ingin
apakah
dimiliki oleh setiap individu. Sebagai
kebahagiaan
manusia biasa di dalam menjalani
kebahagiaan tersebut dapat memberi
kehidupan
dampak bagi kebahagiaan orang
pastinya
merasakan
kebahagiaan dan juga kesedihan. Jika
sesungguhnya
dan
itu?
makna
Mungkinkah
lain?.
sesuatu yang diinginkan tercapai
Dalam
pandangan
maka akan merasakan kebahagiaan,
kebutuhan
begitupun sebaliknya jika sesuatu
Abraham Maslow, manusia pada
yang diinginkan tidak tercapai maka
dasarnya memiliki lima kebutuhan
yang
adalah
yang bertingkat-tingkat mulai dari
yang
kebutuhan yang paling dasar yaitu
dirasakan berlarut-larut dan tidak
kebutuhan fisiologi sampai pada
bisa diatasi maka akan menimbulkan
kebutuhan aktualisasi diri. Untuk
stres
menuju pada jenjang kebutuhan yang
akan
kesedihan.
dirasakan
Jika
bahkan
kesedihan
depresi,
yang
manusia
teori
tinggi
menurut
selanjutnya akan berpengaruh negatif
lebih
seseorang
harus
terhadap kesehatan mental (Nayana,
memenuhi kebutuhan yang ada di
2013).
tingkat bawahnya. Ketika semua
Setiap individu menghendaki
kebutuhannya terpenuhi dan sudah
kebahagiaan untuk dirinya bahkan
mencapai tahap yang lebih tinggi
sejak
bayi
yaitu aktualisasi diri, maka individu
contohnya ketika merasa lapar dia
tersebut bisa membantu orang lain
akan mencoba untuk mengirimkan
dalam
signal/kode berupa tangisan supaya
(Purwanto, 2006).
bisa
ia
lahir.
membuat
Seorang
ibu/pengasuhnya
memenuhi
Terpenuhinya
memberikan apa yang diinginkannya
seseorang
seperti
bersifat
makanan
atau
kebutuhannya
minuman.
dari
paling
kebutuhan
kebutuhan
dasar
yang
hingga
Contoh tersebut hendak menjelaskan
kebutuhan yang paling tinggi adalah
bahwa setiap individu akan berusaha
salah satu hal mendasar yang mampu
69
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
membuat
seseorang
kesejahteraan.
merasakan
hubungannya dengan individu yang
Kesejahteraan
lain (relation) (Nayana, 2013)
merupakan dambaan setiap manusia
Terdapat
dua
komponen
dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat
dasar dalam subjective well-being,
dikatakan
yaitu:
sebagai
suatu
kondisi
kepuasan
(life
afektif.
Life
ketika seluruh kebutuhan manusia
satisfaction)
terpenuhi.
satisfaction merupakan sisi kognitif
Tingkat
kesejahteraan
dan
hidup
seseorang tentunya perlu dievaluasi
dari
secara
Evaluasi
satisfaction adalah suatu penilaian
kesejahteraan diri seseorang di kenal
reflektif, suatu penilaian dalam diri
dengan istilah subjective well-being
seseorang,
(Krisnawati, 2013).
pengalaman hidup baik atau buruk
berkala.
subjective
well-being.
bagaimana
Life
sesuatu
well-being
berjalan dan terjadi terhadap dirinya.
memiliki pengertian yaitu evaluasi
Menurut Seligman, afek positif dapat
individu
kesejahteraan
dibedakan menjadi afek positif akan
psikologisnya. Subjective well-being
masa lalu, masa sekarang, dan masa
memiliki dua unsur penilaian yaitu
akan datang. Afek positif mengenai
afektif dan kognitif. Bila secara
masa depan mencakup optimisme,
afektif orang tersebut merasa bahagia
harapan, keyakinan dan kepercayaan.
dan
Afek
Subjective
terhadap
secara
kognitif
ia
menilai
positif
masa
sekarang
hidupnya memuaskan maka bisa
mencakup
dikategorikan memiliki subjective
ketenangan,
well-being yang tinggi. Unsur afektif
yang meluap-luap, dan flow (suatu
berkenaan mengenai emosi, suasana
keadaan pikiran yang di dalamnya
hati (mood) dan perasaan (feelings)
kesadaran manusia berada dalam
individu tersebut. Sedangkan unsur
keadaan teratur dan selaras). Afek
kognitif merujuk kepada pemikiran
positif tentang masa lalu adalah
seorang individu terhadap kepuasan
kepuasan,
hidupnya secara menyeluruh dan
kebanggaan, dan kedamaian. Afek
juga secara spesifik atau dalam
negatif termasuk suasana hati dan
bagian-bagian
kehidupan
kegembiraan,
keriangan,
kelegaan,
ekstase,
semangat
kesuksesan,
tertentu,
seperti
emosi yang tidak menyenangkan.
kerjanya
atau
Menurut Diener emosi negatif yang
68
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
paling
sering
adalah
merupakan kondisi penerimaan diri
kemarahan, kesedihan, kecemasan,
(self-acceptance), hubungan positif
kekhawatiran, stress, frustasi, merasa
dengan orang lain (positive relation
malu dan bersalah, serta iri hati
with others), pertumbuhan pribadi
(Nayana, 2013)
(personalgrowth), memiliki tujuan
Menurut
dirasakan
Diener,
Wirtz,
hidup (purpose in life), penguasaan
Biswas-Diener, Tov, Prieto, Choi,
lingkungan (environmental mastery),
dan Oishi 2009, dalam Dewanto,
dan
kesejahteraan terdiri dari tiga hal
Kesejahteraan
yaitu pengalaman positif dan negatif,
disebut
pikiran positif dan negatif, serta
Kesejahteraan
kesejahteraan psikologis atau yang
ditandai
sering disebut dengan Psychological
kebahagiaan, kepuasan hidup dan
Well-Being.
yang
tidak adanya gejala-gejala depresi.
memiliki pengalaman positif negatif
Seseorang dapat dikatakan memiliki
yang lebih banyak dibandingkan
kesejahteraan psikologis ketika dapat
dengan emosi negatifnya akan lebih
berfungsi positif secara psikologis
sejahtera.
(Dewanto, 2015).
Seseorang
Berpikir
positif
dan
mengurangi pikiran negatif adalah
otonomi
(autonomy).
psikologis
dapat
dengan
PWB.
psikologis
dapat
juga
dengan
diperolehnya
Kesejahteraan
hal yang dibutuhkan bagi seseorang
sangat
untuk mencapai kesejahteraan.
kesehatan. Penurunan kesehatan dan
Psychological
dipengaruhi
seseorang
oleh
kondisi
Well-Being
fungsi fisik seseorang menyebabkan
(PWB) mewakili fungsi manusia
penurunan kesejahteraan (Dewanto,
yang optimal. Fungsi tersebut adalah
2015). Penelitian yang dilakukan di
makna dan tujuan hidup, hubungan
kabupaten Sidoarjo menggambarkan
yang
dan
bahwa kondisi fisik yang terganggu
dan
membuat individu terbatas dalam
saling
menguntungkan,
mendukung
keterlibatan
ketertarikan, berkontribusi terhadap
melakukan
kesejahteraan
orang
lain,
berhubungan dengan diri sendiri
kompetensi,
penerimaan
diri,
maupun aktivitas sosial (Aini dan
optimis, dan respek terhadap diri dan
Aisyah, 2013).
orang lain. Kesejahteraan psikologis
69
aktivitas
yang
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Kesejahteraan
dapat
Perawat juga harus menyadari ketika
didukung oleh kesehatan fisik yang
seorang
baik. Apabila kesehatan fisik berada
bingung atau takut, dan mengambil
dalam kondisi buruk, maka akan
langkah
meningkatkan perasaan sedih, patah
menangani emosi tersebut sehingga
semangat terhadap masa depan, serta
tidak
mengalami penurunan kepercayaan
kesehatan pasien, karena dampaknya
diri (Sujana, 2015). Oleh karena itu,
akan berbeda-beda tergantung oleh
setiap
perkembangan
individu
mempunyai
hak
pasien
marah,
yang
depresi,
diperlukan
memperburuk
usia,
untuk
kondisi
pengalaman
untuk memperoleh kesehatan yang
sakit dan dirawat dirumah sakit,
sama
yang
support system, serta keterampilan
penelitian
koping dalam menangani masalah.
dilakukan
Hal ini tentunya akan berdampak
menjelaskan beberapa faktor penting
besar bagi pasien khususnya bagi
dalam pencapaian subjective well-
pasien yang masih berada dalam
being,
masa
melalui
adekuat.
perawatan
Beberapa
terdahulu
yang
salah
telah
satunya
adalah
kesehatan mental (Krisnawati, 2013).
Seorang
ujung
tombak
perawat
dalam
perkembangan yaitu anak
(Yusuf dkk, 2015).
sebagai
Dalam konteks seperti inilah
pelayanan
seorang
perawat
perlu
memiliki
kesehatan, harus optimis membawa
PWB yang baik. Apabila PWB
kenyamanan kepada pasien baik di
seorang perawat baik maka dia bisa
dalam lingkup rumah sakit maupun
membantu pasien, termasuk pasien
di luar dan juga seorang perawat
anak untuk mencapai hal yang
harus memiliki kemampuan untuk
serupa. Tugas pokok perawat ialah
mendorong pasien berpikir positif
membantu
dalam penyembuhan penyakit pasien.
memulihkan kondisi kesehatan yang
Dalam
optimal dan membantu kemandirian
rangka
mengembangkan
kesembuhan
hubungan yang sehat, penting bahwa
pasien.
seorang perawat memahami reaksi
kesejahteraan
emosional
dipengaruhi oleh kualitas kesehatan
manusia,
dan
kesejahteraan psikis adalah kunci
demikian
pasien
yang dimilikinya (Putra, 2014).
untuk memahami hal ini sepenuhnya.
Dengan
pasien,
70
anak
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Pada dasarnya kondisi psikis
kesejahteraan psikologis perawat dan
anak sangat berpengaruh dalam masa
tingkat
tumbuh
pasien anak.
kembangannya.
Apabila
kesejahteraan
psikologis
pasien anak dipengaruhi oleh afek
negatif
dari
perawat
maupun
METODE
lingkungan rumah sakit maka akan
menimbulkan
dampak
Dalam penelitian ini tipe
negatif
penelitian yang digunakan adalah
baginya.
Dampak
negatif
yang
kuantitatif
dengan
dialami
pasien
anak
akan
statistik inferensial yaitu analisis
mempengaruhi proses pengobatan
korelasional.
dan perkembangan, baik secara fisik
kesejahteraan
maupun
perawat
psikisnya.
Kesejahteraan
pendekatan
Pengukuran
tingkat
psikologgis
menggunakan
bagi
kuesioner
psikis pasien anak akan sangat
yang dibuat dan dikembangkan oleh
dipengaruhi oleh peran perawat.
Ryff
Dalam hal ini kesejahteraan psikis
Psychological
seorang
sementara
perawat
diperhatikan
juga
karena
hal
harus
tersebut
(1989)
yaitu
Ryff’s
Well-Being
alat
kesejahteraan
Scales,
ukur
anak
tingkat
menggunakan
memiliki pengaruh yang besar bagi
Emotional and Psychological Well-
kesejahteraan psikis seorang anak
Being
saat
Standardisation
menerima
pelayanan
keperawatan (Yusuf dkk, 2015).
in
Children
of
the
:
The
Stirling
Children‟s Well-Being Scale yang
Dari uraian di atas, penelitian
dikembangkan oleh Dr Ian Liddle
ini dilakukan untuk melihat bahwa
dan Greg Carter. Penelitian ini
apakah
kesejahteraan
psikologis
dilakukan di Rumah Sakit Panti
seorang
perawat
dapat
Wilasa Citarum, Semarang selama
mempengaruhi psikologi pasien anak
kurang lebih 3 bulan. Populasinya
yang dirawat dirumah sakit. Tujuan
adalah sebanyak 16 perawat yang
dilakukannya penelitian ini adalah
bekerja di bangsal perawatan anak
untuk
tingkat
dan juga sebanyak 13 pasien anak
perawat,
yang berusia 8 tahun ke atas di
kesejahteraan psikologis pasien anak,
bangsal tersebut. Sementara untuk
serta
penentuan sampel penelitian, peneliti
mengetahui
kesejahteraan
psikologis
hubungan
antara
tingkat
71
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
menggunakan metode total sampling
Rendah
0
0
yaitu pengambilan seluruh populasi
Sedang
0
0
untuk menjadi riset partisipan. Data
Tinggi
16
100
yang terkumpul kemudian dianalisa
Sangat tinggi
0
0
dan diuji korelasinya menggunakan
Jumlah
16
100
Spearmen
Rho
signifikansi
0,05
dengan
taraf
Tabel di atas menunjukan bahwa
dengan
dasar
kesejahteraan psikologis keseluruhan
pengambilan keputusan yaitu jika p-
partisipan ada pada kategori tinggi.
value > 0,05 maka H0 diterima (tidak
ada
hubungan
yang
Sementara uji statistik per
signifikan).
dimensi
kesejahteraan
psikologis
Namun, apabila p-value < 0,05 maka
didapatkan
H1 ditolak (terdapat hubungan yang
tercantum pada tabel di bawah ini.
signifikan).
Tabel 1.2 Tingkat PWB perawat
hasil
seperti
yang
berdasarkan dimensi PWB
HASIL
Dimensi
Hasil uji statistik tentang PWB
perawat
dan
pasien
anak
serta
dalam bentuk tabel frekuensi dan
presentase.
Psychological
kategori
26,12
Tinggi
Penguasaan
26,81
Tinggi
27,69
Tinggi
31,00
Tinggi
26,62
Tinggi
25,38
Sedang
n atau
kesejahteraan
pertumbuhan
sangat
pribadi
rendah
Hubungan
hingga sangat tinggi baik secara
positif dengan
umum maupun per dimensi. Berikut
orang lain
adalah data mengenai PWB perawat.
Tujuan hidup
Tabel 1.1 Tingkat PWB perawat
si
Mandiri
Pengembanga
psikologis perawat diinterpretasikan
dengan
n
lingkungan
Well-Being
Perawat
Tingkat
Interpreta
Skor
hubungan dari keduanya dipaparkan
1.
Mea
Kategorisasi
Frekuensi
Sangat rendah
0
Penerimaan
Presentase
diri
(%)
0
72
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Berdasarkan
tabel
di
atas,
yang
menunjukkan bahwa PWB perawat
memiliki
kesejahteraan
psikologis yang tinggi.
cenderung tinggi hampir di semua
dimensi
kecuali
pada
dimensi
Diuji
dari
segi
dimensi
Penerimaan Diri yang ada pada
Positive
Emotional
State
dan
kategori sedang.
Positive
Outlook.
Keseluruhan
partisipan ada pada kategori sangat
2.
Psychological
Well-Being
tinggi.
Pasien Anak
Tabel
di
bawah
ini
menunjukan lebih spesifik terkait
Rentang
interpretasi
hasil di atas.
kesejahteraan psikologis anak sama
Tabel 2.2 Tingkat PWB pasien anak
degan pada kesejahteraan psikologis
berdasarkan dimensi PWB
perawat. Yang menjadi pembeda
Dimensi
adalah pada uji statistik per dimensi
Mean
skor
yang hanya meliputi 2 dimensi saja.
Tabel berikut menunjukan PWB
Positive
pasien anak.
emotional
Tabel 2.1. Kondisi psychological
state
well-being pasien anak
Positive
Kategorisasi
Frekuensi
Interpretasi
22,92
Sangat tinggi
23,46
Sangat
outlook
Presentase
Tinggi
(%)
Sangat rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
0
0
Tinggi
1
7,7
Sangat tinggi
12
92,3
Jumlah
13
100
Berdasarkan
menunjukkan
tabel
hampir
di
3. Hubungan antara Psychological
Well-Being
dengan
Psychological Well-Being pasien
anak
Hasil analisis bivariat tentang
hubungan
antara
PWB
perawat
dengan PWB pasien anak ditunjukan
atas,
dalam tabel berikut adalah sebagai
semua
berikut:
partisipan (92.3%) memiliki tingkat
PWB yang sangat tinggi, sementara
hanya 7.7% atau 1 partisipan saja
perawat
73
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Individu yang memiliki nilai
Tabel 3.1 Hasil uji statistik hubungan
yang tinggi dalam aspek penerimaan
antara PWB perawat dan PWB
akan memiliki sikap yang positif
Pasien Anak
dalam menghargai dan menerima
PWB
PWB Perawat
PWB Pasien Anak
1
-,381
Pearson Correlation
Perawat Sig. (2-tailed)
.199
N
16
13
1
PWB
Pearson Correlation
-,381
Pasien
Sig. (2-tailed)
.199
Anak
N
13
16
Berdasarkan hasil uji Spearman Rho
berbagai
aspek
yang
didapatkan nilai signifikan sebesar
dirinya, baik kualitas diri yang baik
0,199 > 0,05 maka H0 diterima dan
maupun buruk. Sebaliknya, individu
H1 ditolak yang artinya bahwa tidak
yang memiliki nilai yang rendah
ada hubungan antara PWB perawat
akan merasa kurang puas terhadap
dengan PWB anak.
dirinya
sendiri,
ada
merasa
pada
kecewa
dengan apa yang telah terjadi pada
kehidupannya, dan berharap menjadi
PEMBAHASAN
1.
Psychological
Well-Being
orang yang berbeda dari dirinya
Perawat
Hasil
sendiri.
hubungan
positif
ini
dengan orang lain merupakan aspek
menunjukkan bahwa PWB perawat
yang menekankan pada pentingnya
termasuk dalam kategori tinggi yang
kehangatan,
hubungan
saling
secara
percaya,
bersahabat
dengan
teoretik
penelitian
Aspek
mengindikasikan
dan
bahwa perawat memiliki penerimaan
orang lain. Aspek mandiri yang
diri yang baik, mampu menciptakan
dimiliki
hubungan yang positif dengan orang
menentukan segala sesuatu seorang
lain, memiliki kemandirian, mampu
diri
melakukan penguasaan lingkungan,
keputusan tanpa tekanan dan campur
memiliki tujuan hidup, dan mampu
tangan dari orang lain. Individu yang
mengembangkan potensi dalam diri.
memiliki
74
dan
oleh
individu
mampu
aspek
dapat
mengambil
penguasaan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
lingkungan
dapat
mengendalikan
individu
memiliki
kepedulian
berbagai aktivitas eksternal yang
terhadap kesejahteraan orang lain,
berbeda di lingkungannya termasuk
dapat menunjukkan empati, serta
mengatur dan mengendalikan situasi
memahami prinsip memberi dan
kehidupan sehari-hari (Nenny, 2015).
menerima dalam hubungan antar
Individu yang memilki aspek tujuan
pribadi.
dalam
menyangkut nasib sendiri, bebas dan
hidupnya
memiliki
rasa
Aspek
mandiri
keterarahan dalam hidup, mampu
memiliki
merasakan arti dari kehidupan saat
mengatur perilaku sendiri. Ciri utama
ini dan masa lalu serta memiliki
dari seorang individu yang memiliki
target yang ingin dicapai dalam
kemandirian yang baik antara lain
hidup.
memiliki
Selanjutnya
aspek
kemampuan
yaitu
ketahanan
untuk
dalam
pertumbuhan pribadi yaitu kebutuhan
menghadapi tekanan sosial, dapat
untuk
diri
mengatur tingkah laku dari dalam
keterbukaan
diri, serta dapat mengevaluasi diri
terhadap pengalaman baru. Aspek-
(Fransisca, 2005). Aspek penguasaan
aspek tersebut akan berkembang
lingkungan
dengan cara yang bervariasi pada
individu untuk memilih, menciptakan
individu dalam upaya untuk dapat
dan
berfungsi secara positif (Malika,
sesuai dengan kondisi psikologisnya
2008).
dalam rangka mengembangkan diri.
mengaktualisasikan
misalnya
dengan
Aspek
penerimaan
diri
yaitu
mengelola
Aspek
tujuan
kemampuan
lingkungan
hidup
agar
merupakan
merupakan salah satu karakter dari
bagian penting dari karakteristik
individu yang mengaktualisasikan
individu
dirinya
Kondisi
dimana
menerima
mereka
dirinya
apa
dapat
adanya,
yang
mental
memungkinkan
memiliki
PWB.
yang
sehat
individu
untuk
memberikan penilaian yang tinggi
menyadari bahwa ia memiliki tujuan
pada individualitas dan keunikan diri
tertentu
sendiri.
dijalaninya
Aspek
hubungan
positif
dalam
hidup
yang
serta
mampu
untuk
dengan orang lain sangatlah penting
memberikan
karena selain membina hubungan
yang hangat dan penuh kepercayaan,
75
makna
pada
kehidupannya.
Selanjutnya
aspek
pertumbuhan
pribadi
yaitu
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
bagaimana
dirinya
individu
berkaitan
memandang
dengan
lalai dalam menjalankan fungsinya
harkat
sebagai
seorang
manusia untuk selalu tumbuh dan
2015).
berkembang.
penelitian
Seseorang
yang
Hal
Samarinda
baik
perawat
perasaan
yang
dengan
mengenai
adanya
pertumbuhan
berkesinambungan
(Dewi,
sejalan
dengan
yang
memiliki pertumbuhan pribadi yang
ditandai
ini
perawat
yang
yang
negatif
dilakukan
menunjukkan
mengalami
tidak
di
hanya
emosi
akan
dalam
menimbulkan bahaya bagi pasien,
dirinya, memandang diri sendiri
namun juga bagi dirinya sendiri
sebagai individu yang selalu tumbuh
(Netty, 2016).
dan berkembang, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman
Seseorang
yang
baru,
menghadirkan emosi positif dalam
dalam
dirinya akan mengatasi emosi negatif
menyadari potensi diri yang dimiliki,
dengan lebih cepat dan tangguh
dapat merasakan peningkatan yang
dalam mengatasi kesulitan. Emosi
terjadi pada diri dan tingkah lakunya
positif tidak hanya mempercepat
setiap waktu, serta dapat berubah
penanganan terhadap emosi negatif
menjadi pribadi yang lebih efektif
namun juga membangun ketahanan
dan
sumber daya pribadi yang lebih lama
memiliki
kemampuan
memiliki
pengetahuan
yang
bertambah ( Meithy, 2017).
(Ayu, 2015). Perawat dengan emosi
Seseorang dapat dikatakan
positifnya akan mampu memberikan
memiliki kesejahteraan psikologis
pelayanan yang baik sesuai dengan
ketika dapat berfungsi positif secara
peran
psikologis.
kenyamanan bagi pasien di rumah
seorang
Begitu
perawat.
juga
dengan
Perawat
yang
berfungsi
begitupun
dengan
secara
sebaliknya
fungsi
negatif
serta
sakit.
memiliki kesejahteraan psikologis
dapat
keperawatannya
Individu yang dapat berfungsi
positif
positif secara psikologis memiliki
perawat
enam dimensi PWB menurut teori
secara
Ryff
yaitu
penerimaan
diri,
psikologis akan membuat perawat
hubungan positif dengan orang lain,
tidak mampu menjalankan tugas dan
kemandirian,
kewajibannya dengan baik bahkan
lingkungan,
76
penguasaan
tujuan
hidup
dan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
pertumbuhan
pribadi.
Dari
hasil
Ketidakpuasan
dirinya
perawat memiliki keenam dimensi
dijalaninya secara cepat atau lambat
PWB dengan nilai yang sedang
akan
hingga tinggi. Dimensi hubungan
mentalnya.
positif
kepribadian
orang
kemandirian,
lain,
penguasaan
lingkungan,
tujuan
yang
mempengaruhi
kesehatan
Dengan
yang
harus
demikian
sehat
secara
psikologis tersebut merupakan salah
dan
satu karakteristik dari penerimaan
pertumbuhan pribadi memiliki nilai
diri yang diperlukan oleh seorang
yang
individu (Irmawati, 2008).
tinggi
penerimaan
hidup
peran
terhadap
penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan
dan
individu
sedangkan
diri
dimensi
memiliki
nilai
sedang ini berarti aspek penerimaan
2.
diri dari perawat sewaktu-waktu baik
Psychological Well-Being pasien
anak.
dan juga tidak.
Anak yang sakit dan harus
Seorang perawat yang harus
dirawat
di
rumah
sakit
akan
selalu berhubungan dengan banyak
berpengaruh kepada kondisi fisik dan
orang
psikologisnya. Penurunan kesehatan
dalam
bidang
kerjanya,
haruslah dapat membentuk sikap-
dan
sikap yang baik demi pekerjaan dan
menyebabkan
penurunan
pelaksanaan tugas-tugasnya. Individu
kesejahteraan.
Kesejahteraan
yang mempunyai kepribadian yang
psikologis lebih dipengaruhi oleh
sehat adalah mereka yang mampu
faktor kesehatan. Kondisi disabilitas
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
atau
Ciri dan karakteristik kepribadian
menjalankan
yang
karena
sehat
diantaranya
individu
fungsi
fisik
seseorang
ketidakmampuan
aktivitas
kesehatan
untuk
sehari-hari
menurun
atau
dapat menerima dirinya dan hidup
fungsi fisik yang berkurang akibat
dengan tanpa perasaan bersalah,
adanya sakit atau penyakit sangat
cemas dan marah. Untuk mencapai
berpengaruh terhadap kesejahteraan
kepribadian yang sehat, individu
psikologis seseorang (Farah dan
harus senang menjalani perannya
Sofia, 2012). Bagi anak saat sakit
dengan
dan
baik
dan
mendapatkan
kepuasan dari perannya tersebut.
dirawat
merupakan
77
di
keadaan
rumah
sakit
yang
krisis
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
sehingga harus beradaptasi dengan
perlindungan dari orang tua namun
lingkungan rumah sakit sehingga
tidak memerlukan selalu ditemani
reaksi anak secara garis besar adalah
oleh orang tuanya karena pada usia
sedih, takut, rasa tidak aman, rasa
ini pasien anak berusaha independen
tidak nyaman, perasaan kehilangan
dan produktif (Naviati, 2011).
dan menyakitkan. Reaksi ini akan
berbeda-beda
berdasarkan
Anak (8-15 tahun) dalam
tahap
tahap
perkembangan
memiliki
tumbuh kembang anak (Naviati,
psychological well-being yang tinggi
2011).
ini
sebab dalam usia ini anak mampu
menunjukan bahwa PWB pasien
melepaskan diri dari orang tua untuk
anak termasuk dalam kategori tinngi
waktu
hingga
mengalihkan perhatiannya dari orang
Hasil
penelitian
sangat
tinggi
yang
yang
tua
dapat
secara
mampu bekerja sama dengan teman
psikologis. PWB sebagai keadaan
sebayanya, dapat tertarik belajar
dimana kesehatan mental seseorang
sesuatu yang baru dan mampu
mengacu pada banyaknya kualitas
nemyelesaikan
kesehatan
diberikan
positif
mental
positif
seperti
orang
mampu
mengindikasikan bahwa pasien anak
berfungsi
kepada
terbatas,
dewasa
tugas-tugas
(Amel,
2015).
yang
PWB
keadaan dapat menyesuaikan diri dan
merupakan
lingkungan sekitarnya. Pasien anak
kesehatan individu sebagai fungsi
dengan kesehatan mental yang positif
kesehatan
dapat menyesuaikan dirinya dengan
Deskripsi individu yang memiliki
lingkungan yang baru di rumah sakit
PWB yang baik adalah individu yang
(Wakidah, 2015).
memiliki penerimaan diri yang baik,
sakit
konsep
lain,
mental
pencapaian
yang
positif.
Anak mulai mengerti kenapa
mampu menciptakan hubungan yang
bisa
positif dengan orang lain, memiliki
terjadi
dan
mampu
memahami bahwa orang tua tidak
kemandirian,
mampu
harus selalu berada di sampingnya.
penguasaan
lingkungan,
Anak mengerti bahwa orang tua akan
tujuan
rutin berkunjung serta memberikan
mengembangkan potensi dalam diri.
dukungan.
Pasien
membutuhkan
rasa
anak
aman
hidup,
Individu
dan
kesejahteraan
78
melakukan
dan
yang
psikologis
memiliki
mampu
mencapai
dapat
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
meningkatkan
kebahagiaan,
penyembuhan
dan
kesehatan mental yang positif, dan
mengembangkan
pertumbuhan
dalam
diri
(Elisa
dan
Yohanes, 2016). Dalam konteks
sakit,
pasien
juga
tugas-tugasnya
mencapai
kesejahteraan
psikologisnya (Silvy, 2015).
dapat
Berdasarkan alat ukur stirling
menyelesaikan tugas-tugasnya dan
yang dipakai untuk mengukur PWB
mengembangkan
kemampuan-
pasien anak dapat dilihat bahwa
kemampuan yang dimilikinya untuk
PWB pasien anak berada dalam
mencapai
kesejahteraan
kategori tinggi hingga sangat tinggi
psikologisnya dengan bantuan dari
dengan masing-masing dimensi yaitu
perawat. Oleh karena itu, perawat
dimensi positive emotional state
hendaknya
profesional
memiliki interpretasi sangat tinggi
asuhan
sedangkan dimensi positive outlook
dalam
anak
mampu
bersikap
memberikan
keperawatan.
memiliki interpretasi tinggi. Emosi
Dalam penelitian di RSUD
AW
Sjahraine
menunjukkan
Samarinda
bahwa
memberikan
positif yang dimiliki oleh individu
asuhan
menandakan
kecerdasan
dalam
emosinya baik sebab kecerdasan
keperawatan
emosi merupakan kemampuan yang
dibutuhkan pelayanan yang baik dari
dimiliki
seorang
mengenali
perawat
bahwa
agar
dapat
oleh
emosi
individu
yang
dalam
muncul,
memberikan kepercayaan diri bagi
mengelolahnya dengan optimal agar
pasien. Pelayanan yang positif dapat
menjadi emosi positif, memotivasi
membuat pasien anak merasa senang
diri sendiri untuk mencapai target
dan nyaman selama dirawat oleh
yang
perawat tersebut dan dapat pula
emosi yang ditunjukkan orang di
mempengaruhi
sekitar
pasien
anak
tingkat
dan
terhadap
Hendriani
2013). Cara pandang yang positif dan
nasehat
berpikir positif merupakan suatu hal
perawat, anjuran dan lainnya yang
yang penting untuk dilakukan karena
dapat membuat pasien anak lebih
dalam
bersemangat
berpikir
mempengaruhi emosi dan tingkah
tercapai
laku menjadi lebih positif juga
positif
pasien
(Eliyanto
peka
anak
menuruti
yaitu
kesehatan
diinginkan,
kata-kata
lagi,
dan
lebih
sehingga
79
berpikir
positif
akan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
sehingga pemikiran positif tersebut
beberapa faktor yaitu lingkungan
dapat memberikan semangat serta
rumah sakit, pengalaman dirawat dan
motivasi
intensitas perawat.
bagi
menjalani
individu
bahkan
dalam
mengatasi
Rumah sakit sebagai fasilitas
permasalahan yang sedang dilaluinya
kesehatan memerlukan lingkungan
(Aji dkk, 2013).
fisik yang sehat untuk mendukung
Individu yang berpikir positif
kegiatan pengguna. Ruang rawat
dapat menghadirkan kebahagiaan,
inap merupakan salah satu bagian
sukacita, kesehatan, serta kesuksesan
penitng di rumah sakit. Lingkungan
dalam setiap situasi dan tindakan.
medis
Apapun yang individu harapkan,
diharapkan menjadi tempat yang
pikiran positif akan mewujudkannya.
mendukung
Berpikir positif juga juga merupakan
pasien. Ruang rawat inap yang
cara
mengakomodasi
pandang
individu
yang
di
ruang
rawat
proses
inap
penyembuhan
pasien
mengedepankan atau meilhat sesuatu
kenyamanan
dan segala apa yang terjadi dalam
fisiologis akan membantu proses
hidupnya sebagai pengalaman yang
pemulihan pasien. Perencanaan dan
sangat berharga. Selain itu berpikir
perancangan
positif juga memiliki efek luar biasa
berbanding lurus dengan kualitas
untuk meningkatkan kesehatan tubuh
layanan medis. fisik rumah sakit
individu (Mutohar, 2015).
yang baik akan memberikan tingkat
kenyamanan
3.
Hubungan antara Psychological
Well-Being
perawat
psikologis
dalam
fisik
yang
rumah
optimal
dan
sakit
bagi
penggunanya (Yetti, 2017).
dengan
Pengalaman bagi anak yang
Psychological Well-Being pasien
sudah pernah dirawat di rumah sakit
anak.
tidak
memberikan
dampak
bagi
hospitalisasi sebab pengalaman anak
Dalam
menunjukkan
hubungan
penelitian
bahwa
antara
ini
tidak
PWB
sebelumnya terhadap proses sakit
ada
dan
perawat
Citarum.
dimungkinkan
terjadi
Hal
di
rumah
sakit
mendapatkan perawatan yang baik
dengan PWB pasien anak di RS Panti
Wilasa
dirawat
dan menyenangkan sehingga anak
ini
akan lebih kooperatif pada tim
karena
80
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
medis. Anak yang pernah mengalami
diharapkan selalu peduli terhadap
perawatan di rumah sakit tentu akan
pasiennya.
menunjukkan reaksi berbeda bila
memandang
dibandingkan dengan anak yang baru
sebagai individu yang sedang sakit
pernah. Anak yang pernah dirawat di
secara fisik atau bio tetapi juga
rumah
memperhatikan
sakit
telah
memiliki
Perawat
pasien
tidak
anak
hanya
kondisi
pengalaman akan kegiatan yang ada
sosial,
di rumah sakit, sedangkan anak yang
Seorang
baru
mungkin
mengembangkan sikap, perilaku dan
mengalami tingkat kecemasan yang
pengetahuannya dalam melakukan
tinggi terhadap efek hospitalisasi
pelayanan (Ernauli, 2014).
pernah
dirawat
spiritual,
mental,
(Siwahyudati, 2017).
Intensitas
perawat
Perilaku
kultural.
harus
dalam
pelayanan
yang
yakni
adalah dengan memberikan rasa
memberikan pelayanan keperawatan
nyaman, perhatian, kasih sayang,
baik berupa pemberian tindakan
peduli,
langsung
memberi dorongan, empati, cinta,
tugasnya
maupun
pendidikan
ditampilkan
selalu
dalam
menjalankan
perawat
dan
oleh
pemeliharaan
perawat
kesehatan,
kesehatan pada anak. Hal ini sejalan
percaya,
dengan penelitian yang dilakukan di
mendukung, memberi sentuhan dan
Rumah
Pusat
siap membantu dan mengunjungi
Fatmawati Jakarta Selatan bahwa
pasien (Ernauli, 2014). Pelayanan
perawat yang sejahtera baik secara
seperti ini akan mendorong pasien
fisik
dalam
Sakit
Umum
maupun
psikologis
akan
melindungi,
perubahan
kehadiran,
aspek
fisik,
memiliki performa kerja yang baik
psikologis, spiritual dan sosial ke
serta mampu produktif bekerja secara
arah yang lebih baik. Peran perawat
maksimal (Meta, 2012). Pekerjaan
yang
yang dilakukan di rumah sakit
tindakan sangatlah penting terhadap
terutama
perkembangan kondisi pasien anak
di
perawatan
termasuk
rawat
pekerjaan
yang
kemampuan
yang
inap
intensif
adalah
dan
sangat
membutuhkan
tindakan
tinggi
kesembuhan
untuk
merawat pasien. Seorang perawat
positif
dalam
memberikan
membantu
yang
terhadap
dilakukan
pasien
anak.
demi
Sikap
perawat yang hangat, bersahabat,
81
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
penuh pengertian dan tegas akan
tidak ada hubungan antara PWB
membantu pasien anak mendapatkan
perawat dengan PWB pasien anak.
pengalaman emosional yang baik di
Tidak
rumah
pengalaman
dikarenakan perawat dan pasien
emosional yang baik yang dimiliki
anak telah berfungsi positif secara
pasien anak akan meminimalkan
psikologis sehingga dapat mencapai
kejadian-kejadian yang berdampak
PWB yang baik.
sakit.
Dari
adanya
hubungan
ini
buruk bagi pasien anak saat di rawat
di rumah sakit dan dapat membantu
SARAN
kesembuhan pasien anak sehingga
dapat
membantu
anak
Penelitian
dalam
meningkatkan PWBnya (Meta, 2012).
ini
memiliki
beberapa
kelemahan
keterbatasan
antara
dan
lain
tidak
diikutkannya variabel-variabel yang
kemungkinan memiliki hubungan
KESIMPULAN
Perawat
kesejahteraan
yang
memiliki
psikologis
dengan PWB pasien anak seperti
dapat
dukungan
orang
tua,
riwayat
berfungsi secara positif begitupun
hospitalisasi
sebaliknya perawat dengan fungsi
sosiodemografi.
negatif
akan
pengisian kuesioner anak dalam
membuat perawat tidak mampu
penelitian ini diwakilkan oleh orang
menjalankan
dan
tua anak sehingga memungkinkan
kewajibannya dengan baik bahkan
terjadi intervensi pada jawaban yang
lalai dalam menjalankan fungsinya
sebenarnya dirasakan anak
secara
psikologis
tugas
sebagai seorang perawat. Begitu
Saran
dan
profil
Selain
bagi
itu,
penelitian
juga dengan pasien anak yang
psychological
memiliki PWB yang baik dapat
selanjutnya agar mengikutsertakan
berfungsi positif secara psikologis
variabel
sehingga
mengantisipasi hal-hal yang dapat
dapat
menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan yang
yang
well-being
lebih
mengganggu variabel penelitian.
baru di rumah sakit.
Melalui
penelitian
ini,
DAFTAR PUSTAKA
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
luas
82
dan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK,
Psikologis Pada Siswa Kelas
Hanik Endang Nihayati, 2015. Buku
XI
Ajar
Jogjakarta.
Keperawatan
Jiwa.
di
Kesehatan
Jakarta
SMK
Muhammadiyah
Skripsi
Selatan:
Fakultas
Pendidikan
Penerbit Salemba Medika.
Universitas
2
Ilmu
Negeri
Jogjakarta.
Aini S. N & Aisyah S. N, 2013.
Dewanto
Psychologicall
Kebersyukuran dan Kesejahteraan
Well
Being
Penyandang Gagal
Ginjal.
W,
2015.
Intervensi
Penyandang
Jurnal
Penelitian
Disabilitas Fisik : Journal of
Psikologi. Program Studi Psikologi,
Profesional Psychology,. Fakultas
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Dakwah IAIN Sunan Ampel
Mada. Volume 1, No.1.
Surabaya, Vol.4 No. 01.
Dewi Y, 2015 Stres Kerja Pada
Aji P. M dkk, 2013. Pengaruh
Perawat Instalasi Gawat Darurat di
Pelatihan Berpikir Positif Terhadap
RSUD Pasar
Depresi Pada
Rebo.
Penderita Diabetes Melitus.
Thesis Profesi Psikologi
Kebijakan
Program
Jurnal
Administrasi
Kesehatan,
Dinas
Kesehatan Provinsi
Pasca
DKI Jakarta.
Sarjana Universitas Katolik
Elisa M & Yohanes K. H, 2016.
Soegijapranata Semarang.
Hubungan Antara Perilaku Prososial
Amel
Dengan
Y,
Psikologi
2015.
Perkembangan
Bayi-Remaja.
Jurnal
Psychological
Fakultas
Pada
Kedokteran
Universitas
Remaja.
Well-Being
Jurnal
Psikologi
Udayana
Andalas..
Universitas Udayana, Vol.3
Ayu M. S, 2015. Hubungan Antara
No.1.
Perilaku
Eliyanto H & Hendriani W, 2013.
Proposial
Dengan
Kesejahteraan
Hubungan
Dengan
83
Kecerdasan
Emosi
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Penerimaan Ibu Terhadap
Ian L, Greg C. Emotional and
Anak Kandung Yang Mengalami
Psychological
Cerebral
Children: The
Palsy.
Pendidikan
Jurnal
dan
Psikologi
Well-Being
Standardisaation
Perkembangan
Stirling
Universitas
of
Children‟s
in
the
Well-Being
Scale. Stirling
Airlangga Surabaya, Vol.2
Council
Educational
No.02.
Psychology Service.
Ernauli, M, 2014. Hubungan Caring
Irmawati, 2008. Hubungan antara
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
konsep
Terkait
melayani pada
Hospitalisasi Anak di Ruang
diri
dengan
perilaku
perawat di Rumah Sakit PKU
Melati RSUD Kota Bekasi. Program
Muhammadiyah
Studi
Semarang.
Ilmu Keperawatan, STIKES
Skripsi
“Roemani”
Fakultas
Psikologi
Medistra Indonesia, Bekasi.
Universitas
Farah P & Sofia R, 2012. Pengaruh
Surakarta.
Konseling
Krisnawati R, 2013. Kesejahteraan
Kebermaknaan
Hidup
Terhadap
Subjektif
Kesejahteraan
Difabel.
Jurnal
Psikologis
(Subjective
Well-Being)
Buruh
Psikosains
Pabrik PT. Laksana Tekhnik
Universitas
Makmur Kabupaten Bogor. Skripsi
Muhammadiyah
Gresik.
Fakultas
Vol.4 No. 2.
Fransisca,
Muhammadiyah
Ilmu Pendidikan Universitas
Ninawati,
2005.
Pendidikan Indonesia.
Gambaran Kesejahteraan Psikologis
Lee,
Pada Dewasa
Validation of the Six-Factor Model
Muda Ditinjau Dari Pola
Attachment.
Jurnal
A
Cross-Cultural
of Psychological
Psikologi
Well-Being.
Universitas
University
of
Hawai‘i at Mānoa Emiko Taniguchi,
Tarumanegara, Jakarta, Vol.3
University
No.1.
H.E.
of Texas at Austin.
84
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Malika A.R, 2008. Psychological
Naviati,
Well-Being Pada Wanita Dewasa
Dukungan Perawat Dengan Tingkat
Muda yang
Kecemasan
Menjadi Istri Kedua. Jurnal
E,
2011.
Hubungan
Orang tua di Ruang Rawat
Psikologi Universitas Indonesia.
Anak RSAB Harapan Kita Jakarta.
Meta N. D. S, 2012. Hubungan
Tesis
Antara
Kecerdasan
Emosional
Fakultas Ilmu Keperawatan,
Dengan Kinerja
Program
Perawat Pada Rumah Sakit
Magister
Ilmu
Keperawatan,
Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Universitas
Selatan.
Indonesia,
Depok.
Fakultas
Psikologi,
Nayana N. F, 2013. Kefungsian
Universitas Gunadarma.
Keluarga dan Subjective Well-being
Meithy, Ranchia, 2017. Gambaran
Pada
Kesejahteraan
Psikologis
Pada
Remaja.
Remaja Laki-
Fakultas
Psikologi,
laki di SMA Negeri Se-DKI
Muhammadiyah
Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling
Malang.
Fakultas
Jurnal
Psikologi
Universitas
Nenny I, 2015. Pengaruh Kepuasan
Ilmu Pendidikan, Universitas
Kerja
Negeri Jakarta.
Terhadap
Well-Being
Karyawan in Pt.
Mutohar M, 2015. Kekuatan Berpikir
Intan
Havea
Industry
Positif Untuk Mencapai Kesembuhan
Medan. Jurnal Psikologi Universitas
(Studi
HKBP
Terhadap
Pasien
Kanker
Nommensen. Vol.1 No.1.
Payudara RS Kariadi Semarang).
Netty D, 2006. Emosi Positif Pada
Skripsi
Perawat di Rumah Sakit Umum
Fakultas
Ushuludin
Daerah
Universitas Islam Negeri Walisongo
Abdoel
Semarang.
Wahab
Sjahraine
Samarinda. Jurnal Ilmiah Universitas
Mulawarman Samarinda.
85
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Purwanto, D. M. B. A, 2006.
DM
tipe
Komunikasi Bisnis: Edisi ketiga.
Menggunakan
Jakarta: Penerbit
Psychotherapy.
Erlangga.
2
Dengan
Group
Positive
Jurnal Intervensi Psikologi.
Putra P, 2014. Hubungan Persepsi
Universitas Islam Indonesia, Vol. 7
Dukungan
No.2.
Organisasi
Dengan
Kesejahteraan
Wakhidah N, 2015. Psychological
Psikologi
Di
Kalangan
Well-Being Pada Caregiver Penyakit
Perawat Di Kota Medan. Skripsi
Terminal
Fakultas
di
Psikologi
Universitas
A,
2014.
Hubungan
Yetti A. E, 2017. Kajian Konsep
Healing
Dengan Kepuasan
Psikologi
Pasien Rawat Inap di Ruang
RSUD
AW
Sjahraine
Terhadap
Ruang Inap di Rumah Sakit. Fakultas
Sains
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
dan Teknologi, Universitas
Politik, Universitas Mulawarman.
Siwahyudati,
2017.
Aisyiyah Yogyakarta.
Hubungan
Hospitalisasi
Dengan
Tingkat
Kecemasan
Anak
Usia
Sekolah di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
Skripsi
Kesehatan,
Fakultas
Ilmu
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sujana R. C, 2015. Peningkatan
Kesejahteraan
Psikologis
Pada
Penderita
Environtment
Ruang Dalam Perancangan
Samarinda.
Frekuensi
Thesis
Malik Ibrahim.
Komunikasi Interpersonal Perawat
Cempaka
Malang.
Universitas Islam Negeri Maulana
Sumatera Utara.
Silvy,
Kota
86
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PASIEN ANAK
Lourista Sahusilawane1, Yulius Yusak Ranimpi1, Desi1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas
Kristen Satya Wacana 1
Kutipan: Lourista Sahusilawane, Yulius Yusak Ranimpi, Desi. (tahun). Effectiveness and
Efficiency of Massage Therapy in Pain Management of Vaginal Delivery. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah, x (x)
INFORMASI
ABSTRACT
Latar belakang: Subjective well-being merupakan evaluasi
Korespondensi
[email protected]
individu
terhadap
kesejahteraan
psikologisnya.
Individu
dikatakan memiliki kesejahteraan psikologis ketika dapat
berfungsi positif secara psikologis. Seorang perawat juga perlu
untuk mencapai psychological well-being yang baik untuk
membantu
Keywords:
Psychological wellbeing perawat,
psychological well
being pasien anak,
subjective well-being,
pasien
mencapai
hal
yang
serupa.
Tujuan: Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk
mengetahui
psychological
well-being
perawat
dan
psychological well-being pasien anak serta hubungan antara
psychological well-being perawat dengan psychological wellbeing pasien anak.
Metode: Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif
dengan
pendekatan
statistik
inferensial
yaitu
analisis
korelasional. Data dikumpulkan dengan cara membagikan
kuesioner kepada perawat dan pasien anak di bangsal anak
Rumah
Sakit
Panti
Wilasa
Citarum,
Semarang.
Hasil: Setelah dilakukan analisis data diketahui bahwa
psychological well-being perawat dan pasien anak berada dalam
kisaran kategori sedang hingga tinggi. Dan tidak terdapat
hubungan antara psychological well-being perawat dengan
psychological well-being pasien anak.
Kesimpulan: Perawat dan pasien anak memiliki psychological
well-being yang baik sehingga perawat dan pasien anak dapat
berfungsi positif secara psikologis.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Abstract
Background: Subjective well-being is an individual evaluation of psychological
well-being. It is said that an individual has psychological well-being when the
individual can be functional well psychologically. A nurse should be have to
attain good psychological well-being to help patiens to obtain similar case.
Objective:The research objective is to knowing psychological well-being of
nurses, knowing psychological well-being of pediatric patients and knowing the
relation between nurses and pediatric patients of psychological well-being.
Method: The research applied quantitative type of inferential statistic method that
is correlational analysis. Collected data by distributing questionnaire to nurses and
pediatric patients in RS. Panti Wilasa Citarum, Semarang.
Result: This research found that psychological well-being of nurses and
psychological well-being of pediatric patients are in the medium to advance range.
There is no relation between nurses and pediatric patients of psychological wellbeing.
Conclusion: Nurses and pediatric patient have good psychological well-being so
that they can be functional well psychologically.
Key Words: Psychological well-being of nurses, psychological well-being of
pediatric patients, subjective well-being.
68
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan di dunia ini
kesejahteraan
dan
kebahagiaan
semaksimal
mungkin
memperoleh
kebahagiaan
kenyamanan
bagi
untuk
dirinya.
Lalu
merupakan sesuatu yang sangat ingin
apakah
dimiliki oleh setiap individu. Sebagai
kebahagiaan
manusia biasa di dalam menjalani
kebahagiaan tersebut dapat memberi
kehidupan
dampak bagi kebahagiaan orang
pastinya
merasakan
kebahagiaan dan juga kesedihan. Jika
sesungguhnya
dan
itu?
makna
Mungkinkah
lain?.
sesuatu yang diinginkan tercapai
Dalam
pandangan
maka akan merasakan kebahagiaan,
kebutuhan
begitupun sebaliknya jika sesuatu
Abraham Maslow, manusia pada
yang diinginkan tidak tercapai maka
dasarnya memiliki lima kebutuhan
yang
adalah
yang bertingkat-tingkat mulai dari
yang
kebutuhan yang paling dasar yaitu
dirasakan berlarut-larut dan tidak
kebutuhan fisiologi sampai pada
bisa diatasi maka akan menimbulkan
kebutuhan aktualisasi diri. Untuk
stres
menuju pada jenjang kebutuhan yang
akan
kesedihan.
dirasakan
Jika
bahkan
kesedihan
depresi,
yang
manusia
teori
tinggi
menurut
selanjutnya akan berpengaruh negatif
lebih
seseorang
harus
terhadap kesehatan mental (Nayana,
memenuhi kebutuhan yang ada di
2013).
tingkat bawahnya. Ketika semua
Setiap individu menghendaki
kebutuhannya terpenuhi dan sudah
kebahagiaan untuk dirinya bahkan
mencapai tahap yang lebih tinggi
sejak
bayi
yaitu aktualisasi diri, maka individu
contohnya ketika merasa lapar dia
tersebut bisa membantu orang lain
akan mencoba untuk mengirimkan
dalam
signal/kode berupa tangisan supaya
(Purwanto, 2006).
bisa
ia
lahir.
membuat
Seorang
ibu/pengasuhnya
memenuhi
Terpenuhinya
memberikan apa yang diinginkannya
seseorang
seperti
bersifat
makanan
atau
kebutuhannya
minuman.
dari
paling
kebutuhan
kebutuhan
dasar
yang
hingga
Contoh tersebut hendak menjelaskan
kebutuhan yang paling tinggi adalah
bahwa setiap individu akan berusaha
salah satu hal mendasar yang mampu
69
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
membuat
seseorang
kesejahteraan.
merasakan
hubungannya dengan individu yang
Kesejahteraan
lain (relation) (Nayana, 2013)
merupakan dambaan setiap manusia
Terdapat
dua
komponen
dalam hidupnya. Kesejahteraan dapat
dasar dalam subjective well-being,
dikatakan
yaitu:
sebagai
suatu
kondisi
kepuasan
(life
afektif.
Life
ketika seluruh kebutuhan manusia
satisfaction)
terpenuhi.
satisfaction merupakan sisi kognitif
Tingkat
kesejahteraan
dan
hidup
seseorang tentunya perlu dievaluasi
dari
secara
Evaluasi
satisfaction adalah suatu penilaian
kesejahteraan diri seseorang di kenal
reflektif, suatu penilaian dalam diri
dengan istilah subjective well-being
seseorang,
(Krisnawati, 2013).
pengalaman hidup baik atau buruk
berkala.
subjective
well-being.
bagaimana
Life
sesuatu
well-being
berjalan dan terjadi terhadap dirinya.
memiliki pengertian yaitu evaluasi
Menurut Seligman, afek positif dapat
individu
kesejahteraan
dibedakan menjadi afek positif akan
psikologisnya. Subjective well-being
masa lalu, masa sekarang, dan masa
memiliki dua unsur penilaian yaitu
akan datang. Afek positif mengenai
afektif dan kognitif. Bila secara
masa depan mencakup optimisme,
afektif orang tersebut merasa bahagia
harapan, keyakinan dan kepercayaan.
dan
Afek
Subjective
terhadap
secara
kognitif
ia
menilai
positif
masa
sekarang
hidupnya memuaskan maka bisa
mencakup
dikategorikan memiliki subjective
ketenangan,
well-being yang tinggi. Unsur afektif
yang meluap-luap, dan flow (suatu
berkenaan mengenai emosi, suasana
keadaan pikiran yang di dalamnya
hati (mood) dan perasaan (feelings)
kesadaran manusia berada dalam
individu tersebut. Sedangkan unsur
keadaan teratur dan selaras). Afek
kognitif merujuk kepada pemikiran
positif tentang masa lalu adalah
seorang individu terhadap kepuasan
kepuasan,
hidupnya secara menyeluruh dan
kebanggaan, dan kedamaian. Afek
juga secara spesifik atau dalam
negatif termasuk suasana hati dan
bagian-bagian
kehidupan
kegembiraan,
keriangan,
kelegaan,
ekstase,
semangat
kesuksesan,
tertentu,
seperti
emosi yang tidak menyenangkan.
kerjanya
atau
Menurut Diener emosi negatif yang
68
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
paling
sering
adalah
merupakan kondisi penerimaan diri
kemarahan, kesedihan, kecemasan,
(self-acceptance), hubungan positif
kekhawatiran, stress, frustasi, merasa
dengan orang lain (positive relation
malu dan bersalah, serta iri hati
with others), pertumbuhan pribadi
(Nayana, 2013)
(personalgrowth), memiliki tujuan
Menurut
dirasakan
Diener,
Wirtz,
hidup (purpose in life), penguasaan
Biswas-Diener, Tov, Prieto, Choi,
lingkungan (environmental mastery),
dan Oishi 2009, dalam Dewanto,
dan
kesejahteraan terdiri dari tiga hal
Kesejahteraan
yaitu pengalaman positif dan negatif,
disebut
pikiran positif dan negatif, serta
Kesejahteraan
kesejahteraan psikologis atau yang
ditandai
sering disebut dengan Psychological
kebahagiaan, kepuasan hidup dan
Well-Being.
yang
tidak adanya gejala-gejala depresi.
memiliki pengalaman positif negatif
Seseorang dapat dikatakan memiliki
yang lebih banyak dibandingkan
kesejahteraan psikologis ketika dapat
dengan emosi negatifnya akan lebih
berfungsi positif secara psikologis
sejahtera.
(Dewanto, 2015).
Seseorang
Berpikir
positif
dan
mengurangi pikiran negatif adalah
otonomi
(autonomy).
psikologis
dapat
dengan
PWB.
psikologis
dapat
juga
dengan
diperolehnya
Kesejahteraan
hal yang dibutuhkan bagi seseorang
sangat
untuk mencapai kesejahteraan.
kesehatan. Penurunan kesehatan dan
Psychological
dipengaruhi
seseorang
oleh
kondisi
Well-Being
fungsi fisik seseorang menyebabkan
(PWB) mewakili fungsi manusia
penurunan kesejahteraan (Dewanto,
yang optimal. Fungsi tersebut adalah
2015). Penelitian yang dilakukan di
makna dan tujuan hidup, hubungan
kabupaten Sidoarjo menggambarkan
yang
dan
bahwa kondisi fisik yang terganggu
dan
membuat individu terbatas dalam
saling
menguntungkan,
mendukung
keterlibatan
ketertarikan, berkontribusi terhadap
melakukan
kesejahteraan
orang
lain,
berhubungan dengan diri sendiri
kompetensi,
penerimaan
diri,
maupun aktivitas sosial (Aini dan
optimis, dan respek terhadap diri dan
Aisyah, 2013).
orang lain. Kesejahteraan psikologis
69
aktivitas
yang
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Kesejahteraan
dapat
Perawat juga harus menyadari ketika
didukung oleh kesehatan fisik yang
seorang
baik. Apabila kesehatan fisik berada
bingung atau takut, dan mengambil
dalam kondisi buruk, maka akan
langkah
meningkatkan perasaan sedih, patah
menangani emosi tersebut sehingga
semangat terhadap masa depan, serta
tidak
mengalami penurunan kepercayaan
kesehatan pasien, karena dampaknya
diri (Sujana, 2015). Oleh karena itu,
akan berbeda-beda tergantung oleh
setiap
perkembangan
individu
mempunyai
hak
pasien
marah,
yang
depresi,
diperlukan
memperburuk
usia,
untuk
kondisi
pengalaman
untuk memperoleh kesehatan yang
sakit dan dirawat dirumah sakit,
sama
yang
support system, serta keterampilan
penelitian
koping dalam menangani masalah.
dilakukan
Hal ini tentunya akan berdampak
menjelaskan beberapa faktor penting
besar bagi pasien khususnya bagi
dalam pencapaian subjective well-
pasien yang masih berada dalam
being,
masa
melalui
adekuat.
perawatan
Beberapa
terdahulu
yang
salah
telah
satunya
adalah
kesehatan mental (Krisnawati, 2013).
Seorang
ujung
tombak
perawat
dalam
perkembangan yaitu anak
(Yusuf dkk, 2015).
sebagai
Dalam konteks seperti inilah
pelayanan
seorang
perawat
perlu
memiliki
kesehatan, harus optimis membawa
PWB yang baik. Apabila PWB
kenyamanan kepada pasien baik di
seorang perawat baik maka dia bisa
dalam lingkup rumah sakit maupun
membantu pasien, termasuk pasien
di luar dan juga seorang perawat
anak untuk mencapai hal yang
harus memiliki kemampuan untuk
serupa. Tugas pokok perawat ialah
mendorong pasien berpikir positif
membantu
dalam penyembuhan penyakit pasien.
memulihkan kondisi kesehatan yang
Dalam
optimal dan membantu kemandirian
rangka
mengembangkan
kesembuhan
hubungan yang sehat, penting bahwa
pasien.
seorang perawat memahami reaksi
kesejahteraan
emosional
dipengaruhi oleh kualitas kesehatan
manusia,
dan
kesejahteraan psikis adalah kunci
demikian
pasien
yang dimilikinya (Putra, 2014).
untuk memahami hal ini sepenuhnya.
Dengan
pasien,
70
anak
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Pada dasarnya kondisi psikis
kesejahteraan psikologis perawat dan
anak sangat berpengaruh dalam masa
tingkat
tumbuh
pasien anak.
kembangannya.
Apabila
kesejahteraan
psikologis
pasien anak dipengaruhi oleh afek
negatif
dari
perawat
maupun
METODE
lingkungan rumah sakit maka akan
menimbulkan
dampak
Dalam penelitian ini tipe
negatif
penelitian yang digunakan adalah
baginya.
Dampak
negatif
yang
kuantitatif
dengan
dialami
pasien
anak
akan
statistik inferensial yaitu analisis
mempengaruhi proses pengobatan
korelasional.
dan perkembangan, baik secara fisik
kesejahteraan
maupun
perawat
psikisnya.
Kesejahteraan
pendekatan
Pengukuran
tingkat
psikologgis
menggunakan
bagi
kuesioner
psikis pasien anak akan sangat
yang dibuat dan dikembangkan oleh
dipengaruhi oleh peran perawat.
Ryff
Dalam hal ini kesejahteraan psikis
Psychological
seorang
sementara
perawat
diperhatikan
juga
karena
hal
harus
tersebut
(1989)
yaitu
Ryff’s
Well-Being
alat
kesejahteraan
Scales,
ukur
anak
tingkat
menggunakan
memiliki pengaruh yang besar bagi
Emotional and Psychological Well-
kesejahteraan psikis seorang anak
Being
saat
Standardisation
menerima
pelayanan
keperawatan (Yusuf dkk, 2015).
in
Children
of
the
:
The
Stirling
Children‟s Well-Being Scale yang
Dari uraian di atas, penelitian
dikembangkan oleh Dr Ian Liddle
ini dilakukan untuk melihat bahwa
dan Greg Carter. Penelitian ini
apakah
kesejahteraan
psikologis
dilakukan di Rumah Sakit Panti
seorang
perawat
dapat
Wilasa Citarum, Semarang selama
mempengaruhi psikologi pasien anak
kurang lebih 3 bulan. Populasinya
yang dirawat dirumah sakit. Tujuan
adalah sebanyak 16 perawat yang
dilakukannya penelitian ini adalah
bekerja di bangsal perawatan anak
untuk
tingkat
dan juga sebanyak 13 pasien anak
perawat,
yang berusia 8 tahun ke atas di
kesejahteraan psikologis pasien anak,
bangsal tersebut. Sementara untuk
serta
penentuan sampel penelitian, peneliti
mengetahui
kesejahteraan
psikologis
hubungan
antara
tingkat
71
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
menggunakan metode total sampling
Rendah
0
0
yaitu pengambilan seluruh populasi
Sedang
0
0
untuk menjadi riset partisipan. Data
Tinggi
16
100
yang terkumpul kemudian dianalisa
Sangat tinggi
0
0
dan diuji korelasinya menggunakan
Jumlah
16
100
Spearmen
Rho
signifikansi
0,05
dengan
taraf
Tabel di atas menunjukan bahwa
dengan
dasar
kesejahteraan psikologis keseluruhan
pengambilan keputusan yaitu jika p-
partisipan ada pada kategori tinggi.
value > 0,05 maka H0 diterima (tidak
ada
hubungan
yang
Sementara uji statistik per
signifikan).
dimensi
kesejahteraan
psikologis
Namun, apabila p-value < 0,05 maka
didapatkan
H1 ditolak (terdapat hubungan yang
tercantum pada tabel di bawah ini.
signifikan).
Tabel 1.2 Tingkat PWB perawat
hasil
seperti
yang
berdasarkan dimensi PWB
HASIL
Dimensi
Hasil uji statistik tentang PWB
perawat
dan
pasien
anak
serta
dalam bentuk tabel frekuensi dan
presentase.
Psychological
kategori
26,12
Tinggi
Penguasaan
26,81
Tinggi
27,69
Tinggi
31,00
Tinggi
26,62
Tinggi
25,38
Sedang
n atau
kesejahteraan
pertumbuhan
sangat
pribadi
rendah
Hubungan
hingga sangat tinggi baik secara
positif dengan
umum maupun per dimensi. Berikut
orang lain
adalah data mengenai PWB perawat.
Tujuan hidup
Tabel 1.1 Tingkat PWB perawat
si
Mandiri
Pengembanga
psikologis perawat diinterpretasikan
dengan
n
lingkungan
Well-Being
Perawat
Tingkat
Interpreta
Skor
hubungan dari keduanya dipaparkan
1.
Mea
Kategorisasi
Frekuensi
Sangat rendah
0
Penerimaan
Presentase
diri
(%)
0
72
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Berdasarkan
tabel
di
atas,
yang
menunjukkan bahwa PWB perawat
memiliki
kesejahteraan
psikologis yang tinggi.
cenderung tinggi hampir di semua
dimensi
kecuali
pada
dimensi
Diuji
dari
segi
dimensi
Penerimaan Diri yang ada pada
Positive
Emotional
State
dan
kategori sedang.
Positive
Outlook.
Keseluruhan
partisipan ada pada kategori sangat
2.
Psychological
Well-Being
tinggi.
Pasien Anak
Tabel
di
bawah
ini
menunjukan lebih spesifik terkait
Rentang
interpretasi
hasil di atas.
kesejahteraan psikologis anak sama
Tabel 2.2 Tingkat PWB pasien anak
degan pada kesejahteraan psikologis
berdasarkan dimensi PWB
perawat. Yang menjadi pembeda
Dimensi
adalah pada uji statistik per dimensi
Mean
skor
yang hanya meliputi 2 dimensi saja.
Tabel berikut menunjukan PWB
Positive
pasien anak.
emotional
Tabel 2.1. Kondisi psychological
state
well-being pasien anak
Positive
Kategorisasi
Frekuensi
Interpretasi
22,92
Sangat tinggi
23,46
Sangat
outlook
Presentase
Tinggi
(%)
Sangat rendah
0
0
Rendah
0
0
Sedang
0
0
Tinggi
1
7,7
Sangat tinggi
12
92,3
Jumlah
13
100
Berdasarkan
menunjukkan
tabel
hampir
di
3. Hubungan antara Psychological
Well-Being
dengan
Psychological Well-Being pasien
anak
Hasil analisis bivariat tentang
hubungan
antara
PWB
perawat
dengan PWB pasien anak ditunjukan
atas,
dalam tabel berikut adalah sebagai
semua
berikut:
partisipan (92.3%) memiliki tingkat
PWB yang sangat tinggi, sementara
hanya 7.7% atau 1 partisipan saja
perawat
73
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Individu yang memiliki nilai
Tabel 3.1 Hasil uji statistik hubungan
yang tinggi dalam aspek penerimaan
antara PWB perawat dan PWB
akan memiliki sikap yang positif
Pasien Anak
dalam menghargai dan menerima
PWB
PWB Perawat
PWB Pasien Anak
1
-,381
Pearson Correlation
Perawat Sig. (2-tailed)
.199
N
16
13
1
PWB
Pearson Correlation
-,381
Pasien
Sig. (2-tailed)
.199
Anak
N
13
16
Berdasarkan hasil uji Spearman Rho
berbagai
aspek
yang
didapatkan nilai signifikan sebesar
dirinya, baik kualitas diri yang baik
0,199 > 0,05 maka H0 diterima dan
maupun buruk. Sebaliknya, individu
H1 ditolak yang artinya bahwa tidak
yang memiliki nilai yang rendah
ada hubungan antara PWB perawat
akan merasa kurang puas terhadap
dengan PWB anak.
dirinya
sendiri,
ada
merasa
pada
kecewa
dengan apa yang telah terjadi pada
kehidupannya, dan berharap menjadi
PEMBAHASAN
1.
Psychological
Well-Being
orang yang berbeda dari dirinya
Perawat
Hasil
sendiri.
hubungan
positif
ini
dengan orang lain merupakan aspek
menunjukkan bahwa PWB perawat
yang menekankan pada pentingnya
termasuk dalam kategori tinggi yang
kehangatan,
hubungan
saling
secara
percaya,
bersahabat
dengan
teoretik
penelitian
Aspek
mengindikasikan
dan
bahwa perawat memiliki penerimaan
orang lain. Aspek mandiri yang
diri yang baik, mampu menciptakan
dimiliki
hubungan yang positif dengan orang
menentukan segala sesuatu seorang
lain, memiliki kemandirian, mampu
diri
melakukan penguasaan lingkungan,
keputusan tanpa tekanan dan campur
memiliki tujuan hidup, dan mampu
tangan dari orang lain. Individu yang
mengembangkan potensi dalam diri.
memiliki
74
dan
oleh
individu
mampu
aspek
dapat
mengambil
penguasaan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
lingkungan
dapat
mengendalikan
individu
memiliki
kepedulian
berbagai aktivitas eksternal yang
terhadap kesejahteraan orang lain,
berbeda di lingkungannya termasuk
dapat menunjukkan empati, serta
mengatur dan mengendalikan situasi
memahami prinsip memberi dan
kehidupan sehari-hari (Nenny, 2015).
menerima dalam hubungan antar
Individu yang memilki aspek tujuan
pribadi.
dalam
menyangkut nasib sendiri, bebas dan
hidupnya
memiliki
rasa
Aspek
mandiri
keterarahan dalam hidup, mampu
memiliki
merasakan arti dari kehidupan saat
mengatur perilaku sendiri. Ciri utama
ini dan masa lalu serta memiliki
dari seorang individu yang memiliki
target yang ingin dicapai dalam
kemandirian yang baik antara lain
hidup.
memiliki
Selanjutnya
aspek
kemampuan
yaitu
ketahanan
untuk
dalam
pertumbuhan pribadi yaitu kebutuhan
menghadapi tekanan sosial, dapat
untuk
diri
mengatur tingkah laku dari dalam
keterbukaan
diri, serta dapat mengevaluasi diri
terhadap pengalaman baru. Aspek-
(Fransisca, 2005). Aspek penguasaan
aspek tersebut akan berkembang
lingkungan
dengan cara yang bervariasi pada
individu untuk memilih, menciptakan
individu dalam upaya untuk dapat
dan
berfungsi secara positif (Malika,
sesuai dengan kondisi psikologisnya
2008).
dalam rangka mengembangkan diri.
mengaktualisasikan
misalnya
dengan
Aspek
penerimaan
diri
yaitu
mengelola
Aspek
tujuan
kemampuan
lingkungan
hidup
agar
merupakan
merupakan salah satu karakter dari
bagian penting dari karakteristik
individu yang mengaktualisasikan
individu
dirinya
Kondisi
dimana
menerima
mereka
dirinya
apa
dapat
adanya,
yang
mental
memungkinkan
memiliki
PWB.
yang
sehat
individu
untuk
memberikan penilaian yang tinggi
menyadari bahwa ia memiliki tujuan
pada individualitas dan keunikan diri
tertentu
sendiri.
dijalaninya
Aspek
hubungan
positif
dalam
hidup
yang
serta
mampu
untuk
dengan orang lain sangatlah penting
memberikan
karena selain membina hubungan
yang hangat dan penuh kepercayaan,
75
makna
pada
kehidupannya.
Selanjutnya
aspek
pertumbuhan
pribadi
yaitu
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
bagaimana
dirinya
individu
berkaitan
memandang
dengan
lalai dalam menjalankan fungsinya
harkat
sebagai
seorang
manusia untuk selalu tumbuh dan
2015).
berkembang.
penelitian
Seseorang
yang
Hal
Samarinda
baik
perawat
perasaan
yang
dengan
mengenai
adanya
pertumbuhan
berkesinambungan
(Dewi,
sejalan
dengan
yang
memiliki pertumbuhan pribadi yang
ditandai
ini
perawat
yang
yang
negatif
dilakukan
menunjukkan
mengalami
tidak
di
hanya
emosi
akan
dalam
menimbulkan bahaya bagi pasien,
dirinya, memandang diri sendiri
namun juga bagi dirinya sendiri
sebagai individu yang selalu tumbuh
(Netty, 2016).
dan berkembang, terbuka terhadap
pengalaman-pengalaman
Seseorang
yang
baru,
menghadirkan emosi positif dalam
dalam
dirinya akan mengatasi emosi negatif
menyadari potensi diri yang dimiliki,
dengan lebih cepat dan tangguh
dapat merasakan peningkatan yang
dalam mengatasi kesulitan. Emosi
terjadi pada diri dan tingkah lakunya
positif tidak hanya mempercepat
setiap waktu, serta dapat berubah
penanganan terhadap emosi negatif
menjadi pribadi yang lebih efektif
namun juga membangun ketahanan
dan
sumber daya pribadi yang lebih lama
memiliki
kemampuan
memiliki
pengetahuan
yang
bertambah ( Meithy, 2017).
(Ayu, 2015). Perawat dengan emosi
Seseorang dapat dikatakan
positifnya akan mampu memberikan
memiliki kesejahteraan psikologis
pelayanan yang baik sesuai dengan
ketika dapat berfungsi positif secara
peran
psikologis.
kenyamanan bagi pasien di rumah
seorang
Begitu
perawat.
juga
dengan
Perawat
yang
berfungsi
begitupun
dengan
secara
sebaliknya
fungsi
negatif
serta
sakit.
memiliki kesejahteraan psikologis
dapat
keperawatannya
Individu yang dapat berfungsi
positif
positif secara psikologis memiliki
perawat
enam dimensi PWB menurut teori
secara
Ryff
yaitu
penerimaan
diri,
psikologis akan membuat perawat
hubungan positif dengan orang lain,
tidak mampu menjalankan tugas dan
kemandirian,
kewajibannya dengan baik bahkan
lingkungan,
76
penguasaan
tujuan
hidup
dan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
pertumbuhan
pribadi.
Dari
hasil
Ketidakpuasan
dirinya
perawat memiliki keenam dimensi
dijalaninya secara cepat atau lambat
PWB dengan nilai yang sedang
akan
hingga tinggi. Dimensi hubungan
mentalnya.
positif
kepribadian
orang
kemandirian,
lain,
penguasaan
lingkungan,
tujuan
yang
mempengaruhi
kesehatan
Dengan
yang
harus
demikian
sehat
secara
psikologis tersebut merupakan salah
dan
satu karakteristik dari penerimaan
pertumbuhan pribadi memiliki nilai
diri yang diperlukan oleh seorang
yang
individu (Irmawati, 2008).
tinggi
penerimaan
hidup
peran
terhadap
penelitian ini menunjukkan bahwa
dengan
dan
individu
sedangkan
diri
dimensi
memiliki
nilai
sedang ini berarti aspek penerimaan
2.
diri dari perawat sewaktu-waktu baik
Psychological Well-Being pasien
anak.
dan juga tidak.
Anak yang sakit dan harus
Seorang perawat yang harus
dirawat
di
rumah
sakit
akan
selalu berhubungan dengan banyak
berpengaruh kepada kondisi fisik dan
orang
psikologisnya. Penurunan kesehatan
dalam
bidang
kerjanya,
haruslah dapat membentuk sikap-
dan
sikap yang baik demi pekerjaan dan
menyebabkan
penurunan
pelaksanaan tugas-tugasnya. Individu
kesejahteraan.
Kesejahteraan
yang mempunyai kepribadian yang
psikologis lebih dipengaruhi oleh
sehat adalah mereka yang mampu
faktor kesehatan. Kondisi disabilitas
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
atau
Ciri dan karakteristik kepribadian
menjalankan
yang
karena
sehat
diantaranya
individu
fungsi
fisik
seseorang
ketidakmampuan
aktivitas
kesehatan
untuk
sehari-hari
menurun
atau
dapat menerima dirinya dan hidup
fungsi fisik yang berkurang akibat
dengan tanpa perasaan bersalah,
adanya sakit atau penyakit sangat
cemas dan marah. Untuk mencapai
berpengaruh terhadap kesejahteraan
kepribadian yang sehat, individu
psikologis seseorang (Farah dan
harus senang menjalani perannya
Sofia, 2012). Bagi anak saat sakit
dengan
dan
baik
dan
mendapatkan
kepuasan dari perannya tersebut.
dirawat
merupakan
77
di
keadaan
rumah
sakit
yang
krisis
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
sehingga harus beradaptasi dengan
perlindungan dari orang tua namun
lingkungan rumah sakit sehingga
tidak memerlukan selalu ditemani
reaksi anak secara garis besar adalah
oleh orang tuanya karena pada usia
sedih, takut, rasa tidak aman, rasa
ini pasien anak berusaha independen
tidak nyaman, perasaan kehilangan
dan produktif (Naviati, 2011).
dan menyakitkan. Reaksi ini akan
berbeda-beda
berdasarkan
Anak (8-15 tahun) dalam
tahap
tahap
perkembangan
memiliki
tumbuh kembang anak (Naviati,
psychological well-being yang tinggi
2011).
ini
sebab dalam usia ini anak mampu
menunjukan bahwa PWB pasien
melepaskan diri dari orang tua untuk
anak termasuk dalam kategori tinngi
waktu
hingga
mengalihkan perhatiannya dari orang
Hasil
penelitian
sangat
tinggi
yang
yang
tua
dapat
secara
mampu bekerja sama dengan teman
psikologis. PWB sebagai keadaan
sebayanya, dapat tertarik belajar
dimana kesehatan mental seseorang
sesuatu yang baru dan mampu
mengacu pada banyaknya kualitas
nemyelesaikan
kesehatan
diberikan
positif
mental
positif
seperti
orang
mampu
mengindikasikan bahwa pasien anak
berfungsi
kepada
terbatas,
dewasa
tugas-tugas
(Amel,
2015).
yang
PWB
keadaan dapat menyesuaikan diri dan
merupakan
lingkungan sekitarnya. Pasien anak
kesehatan individu sebagai fungsi
dengan kesehatan mental yang positif
kesehatan
dapat menyesuaikan dirinya dengan
Deskripsi individu yang memiliki
lingkungan yang baru di rumah sakit
PWB yang baik adalah individu yang
(Wakidah, 2015).
memiliki penerimaan diri yang baik,
sakit
konsep
lain,
mental
pencapaian
yang
positif.
Anak mulai mengerti kenapa
mampu menciptakan hubungan yang
bisa
positif dengan orang lain, memiliki
terjadi
dan
mampu
memahami bahwa orang tua tidak
kemandirian,
mampu
harus selalu berada di sampingnya.
penguasaan
lingkungan,
Anak mengerti bahwa orang tua akan
tujuan
rutin berkunjung serta memberikan
mengembangkan potensi dalam diri.
dukungan.
Pasien
membutuhkan
rasa
anak
aman
hidup,
Individu
dan
kesejahteraan
78
melakukan
dan
yang
psikologis
memiliki
mampu
mencapai
dapat
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
meningkatkan
kebahagiaan,
penyembuhan
dan
kesehatan mental yang positif, dan
mengembangkan
pertumbuhan
dalam
diri
(Elisa
dan
Yohanes, 2016). Dalam konteks
sakit,
pasien
juga
tugas-tugasnya
mencapai
kesejahteraan
psikologisnya (Silvy, 2015).
dapat
Berdasarkan alat ukur stirling
menyelesaikan tugas-tugasnya dan
yang dipakai untuk mengukur PWB
mengembangkan
kemampuan-
pasien anak dapat dilihat bahwa
kemampuan yang dimilikinya untuk
PWB pasien anak berada dalam
mencapai
kesejahteraan
kategori tinggi hingga sangat tinggi
psikologisnya dengan bantuan dari
dengan masing-masing dimensi yaitu
perawat. Oleh karena itu, perawat
dimensi positive emotional state
hendaknya
profesional
memiliki interpretasi sangat tinggi
asuhan
sedangkan dimensi positive outlook
dalam
anak
mampu
bersikap
memberikan
keperawatan.
memiliki interpretasi tinggi. Emosi
Dalam penelitian di RSUD
AW
Sjahraine
menunjukkan
Samarinda
bahwa
memberikan
positif yang dimiliki oleh individu
asuhan
menandakan
kecerdasan
dalam
emosinya baik sebab kecerdasan
keperawatan
emosi merupakan kemampuan yang
dibutuhkan pelayanan yang baik dari
dimiliki
seorang
mengenali
perawat
bahwa
agar
dapat
oleh
emosi
individu
yang
dalam
muncul,
memberikan kepercayaan diri bagi
mengelolahnya dengan optimal agar
pasien. Pelayanan yang positif dapat
menjadi emosi positif, memotivasi
membuat pasien anak merasa senang
diri sendiri untuk mencapai target
dan nyaman selama dirawat oleh
yang
perawat tersebut dan dapat pula
emosi yang ditunjukkan orang di
mempengaruhi
sekitar
pasien
anak
tingkat
dan
terhadap
Hendriani
2013). Cara pandang yang positif dan
nasehat
berpikir positif merupakan suatu hal
perawat, anjuran dan lainnya yang
yang penting untuk dilakukan karena
dapat membuat pasien anak lebih
dalam
bersemangat
berpikir
mempengaruhi emosi dan tingkah
tercapai
laku menjadi lebih positif juga
positif
pasien
(Eliyanto
peka
anak
menuruti
yaitu
kesehatan
diinginkan,
kata-kata
lagi,
dan
lebih
sehingga
79
berpikir
positif
akan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
sehingga pemikiran positif tersebut
beberapa faktor yaitu lingkungan
dapat memberikan semangat serta
rumah sakit, pengalaman dirawat dan
motivasi
intensitas perawat.
bagi
menjalani
individu
bahkan
dalam
mengatasi
Rumah sakit sebagai fasilitas
permasalahan yang sedang dilaluinya
kesehatan memerlukan lingkungan
(Aji dkk, 2013).
fisik yang sehat untuk mendukung
Individu yang berpikir positif
kegiatan pengguna. Ruang rawat
dapat menghadirkan kebahagiaan,
inap merupakan salah satu bagian
sukacita, kesehatan, serta kesuksesan
penitng di rumah sakit. Lingkungan
dalam setiap situasi dan tindakan.
medis
Apapun yang individu harapkan,
diharapkan menjadi tempat yang
pikiran positif akan mewujudkannya.
mendukung
Berpikir positif juga juga merupakan
pasien. Ruang rawat inap yang
cara
mengakomodasi
pandang
individu
yang
di
ruang
rawat
proses
inap
penyembuhan
pasien
mengedepankan atau meilhat sesuatu
kenyamanan
dan segala apa yang terjadi dalam
fisiologis akan membantu proses
hidupnya sebagai pengalaman yang
pemulihan pasien. Perencanaan dan
sangat berharga. Selain itu berpikir
perancangan
positif juga memiliki efek luar biasa
berbanding lurus dengan kualitas
untuk meningkatkan kesehatan tubuh
layanan medis. fisik rumah sakit
individu (Mutohar, 2015).
yang baik akan memberikan tingkat
kenyamanan
3.
Hubungan antara Psychological
Well-Being
perawat
psikologis
dalam
fisik
yang
rumah
optimal
dan
sakit
bagi
penggunanya (Yetti, 2017).
dengan
Pengalaman bagi anak yang
Psychological Well-Being pasien
sudah pernah dirawat di rumah sakit
anak.
tidak
memberikan
dampak
bagi
hospitalisasi sebab pengalaman anak
Dalam
menunjukkan
hubungan
penelitian
bahwa
antara
ini
tidak
PWB
sebelumnya terhadap proses sakit
ada
dan
perawat
Citarum.
dimungkinkan
terjadi
Hal
di
rumah
sakit
mendapatkan perawatan yang baik
dengan PWB pasien anak di RS Panti
Wilasa
dirawat
dan menyenangkan sehingga anak
ini
akan lebih kooperatif pada tim
karena
80
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
medis. Anak yang pernah mengalami
diharapkan selalu peduli terhadap
perawatan di rumah sakit tentu akan
pasiennya.
menunjukkan reaksi berbeda bila
memandang
dibandingkan dengan anak yang baru
sebagai individu yang sedang sakit
pernah. Anak yang pernah dirawat di
secara fisik atau bio tetapi juga
rumah
memperhatikan
sakit
telah
memiliki
Perawat
pasien
tidak
anak
hanya
kondisi
pengalaman akan kegiatan yang ada
sosial,
di rumah sakit, sedangkan anak yang
Seorang
baru
mungkin
mengembangkan sikap, perilaku dan
mengalami tingkat kecemasan yang
pengetahuannya dalam melakukan
tinggi terhadap efek hospitalisasi
pelayanan (Ernauli, 2014).
pernah
dirawat
spiritual,
mental,
(Siwahyudati, 2017).
Intensitas
perawat
Perilaku
kultural.
harus
dalam
pelayanan
yang
yakni
adalah dengan memberikan rasa
memberikan pelayanan keperawatan
nyaman, perhatian, kasih sayang,
baik berupa pemberian tindakan
peduli,
langsung
memberi dorongan, empati, cinta,
tugasnya
maupun
pendidikan
ditampilkan
selalu
dalam
menjalankan
perawat
dan
oleh
pemeliharaan
perawat
kesehatan,
kesehatan pada anak. Hal ini sejalan
percaya,
dengan penelitian yang dilakukan di
mendukung, memberi sentuhan dan
Rumah
Pusat
siap membantu dan mengunjungi
Fatmawati Jakarta Selatan bahwa
pasien (Ernauli, 2014). Pelayanan
perawat yang sejahtera baik secara
seperti ini akan mendorong pasien
fisik
dalam
Sakit
Umum
maupun
psikologis
akan
melindungi,
perubahan
kehadiran,
aspek
fisik,
memiliki performa kerja yang baik
psikologis, spiritual dan sosial ke
serta mampu produktif bekerja secara
arah yang lebih baik. Peran perawat
maksimal (Meta, 2012). Pekerjaan
yang
yang dilakukan di rumah sakit
tindakan sangatlah penting terhadap
terutama
perkembangan kondisi pasien anak
di
perawatan
termasuk
rawat
pekerjaan
yang
kemampuan
yang
inap
intensif
adalah
dan
sangat
membutuhkan
tindakan
tinggi
kesembuhan
untuk
merawat pasien. Seorang perawat
positif
dalam
memberikan
membantu
yang
terhadap
dilakukan
pasien
anak.
demi
Sikap
perawat yang hangat, bersahabat,
81
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
penuh pengertian dan tegas akan
tidak ada hubungan antara PWB
membantu pasien anak mendapatkan
perawat dengan PWB pasien anak.
pengalaman emosional yang baik di
Tidak
rumah
pengalaman
dikarenakan perawat dan pasien
emosional yang baik yang dimiliki
anak telah berfungsi positif secara
pasien anak akan meminimalkan
psikologis sehingga dapat mencapai
kejadian-kejadian yang berdampak
PWB yang baik.
sakit.
Dari
adanya
hubungan
ini
buruk bagi pasien anak saat di rawat
di rumah sakit dan dapat membantu
SARAN
kesembuhan pasien anak sehingga
dapat
membantu
anak
Penelitian
dalam
meningkatkan PWBnya (Meta, 2012).
ini
memiliki
beberapa
kelemahan
keterbatasan
antara
dan
lain
tidak
diikutkannya variabel-variabel yang
kemungkinan memiliki hubungan
KESIMPULAN
Perawat
kesejahteraan
yang
memiliki
psikologis
dengan PWB pasien anak seperti
dapat
dukungan
orang
tua,
riwayat
berfungsi secara positif begitupun
hospitalisasi
sebaliknya perawat dengan fungsi
sosiodemografi.
negatif
akan
pengisian kuesioner anak dalam
membuat perawat tidak mampu
penelitian ini diwakilkan oleh orang
menjalankan
dan
tua anak sehingga memungkinkan
kewajibannya dengan baik bahkan
terjadi intervensi pada jawaban yang
lalai dalam menjalankan fungsinya
sebenarnya dirasakan anak
secara
psikologis
tugas
sebagai seorang perawat. Begitu
Saran
dan
profil
Selain
bagi
itu,
penelitian
juga dengan pasien anak yang
psychological
memiliki PWB yang baik dapat
selanjutnya agar mengikutsertakan
berfungsi positif secara psikologis
variabel
sehingga
mengantisipasi hal-hal yang dapat
dapat
menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan yang
yang
well-being
lebih
mengganggu variabel penelitian.
baru di rumah sakit.
Melalui
penelitian
ini,
DAFTAR PUSTAKA
peneliti dapat menyimpulkan bahwa
luas
82
dan
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK,
Psikologis Pada Siswa Kelas
Hanik Endang Nihayati, 2015. Buku
XI
Ajar
Jogjakarta.
Keperawatan
Jiwa.
di
Kesehatan
Jakarta
SMK
Muhammadiyah
Skripsi
Selatan:
Fakultas
Pendidikan
Penerbit Salemba Medika.
Universitas
2
Ilmu
Negeri
Jogjakarta.
Aini S. N & Aisyah S. N, 2013.
Dewanto
Psychologicall
Kebersyukuran dan Kesejahteraan
Well
Being
Penyandang Gagal
Ginjal.
W,
2015.
Intervensi
Penyandang
Jurnal
Penelitian
Disabilitas Fisik : Journal of
Psikologi. Program Studi Psikologi,
Profesional Psychology,. Fakultas
Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah
Dakwah IAIN Sunan Ampel
Mada. Volume 1, No.1.
Surabaya, Vol.4 No. 01.
Dewi Y, 2015 Stres Kerja Pada
Aji P. M dkk, 2013. Pengaruh
Perawat Instalasi Gawat Darurat di
Pelatihan Berpikir Positif Terhadap
RSUD Pasar
Depresi Pada
Rebo.
Penderita Diabetes Melitus.
Thesis Profesi Psikologi
Kebijakan
Program
Jurnal
Administrasi
Kesehatan,
Dinas
Kesehatan Provinsi
Pasca
DKI Jakarta.
Sarjana Universitas Katolik
Elisa M & Yohanes K. H, 2016.
Soegijapranata Semarang.
Hubungan Antara Perilaku Prososial
Amel
Dengan
Y,
Psikologi
2015.
Perkembangan
Bayi-Remaja.
Jurnal
Psychological
Fakultas
Pada
Kedokteran
Universitas
Remaja.
Well-Being
Jurnal
Psikologi
Udayana
Andalas..
Universitas Udayana, Vol.3
Ayu M. S, 2015. Hubungan Antara
No.1.
Perilaku
Eliyanto H & Hendriani W, 2013.
Proposial
Dengan
Kesejahteraan
Hubungan
Dengan
83
Kecerdasan
Emosi
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Penerimaan Ibu Terhadap
Ian L, Greg C. Emotional and
Anak Kandung Yang Mengalami
Psychological
Cerebral
Children: The
Palsy.
Pendidikan
Jurnal
dan
Psikologi
Well-Being
Standardisaation
Perkembangan
Stirling
Universitas
of
Children‟s
in
the
Well-Being
Scale. Stirling
Airlangga Surabaya, Vol.2
Council
Educational
No.02.
Psychology Service.
Ernauli, M, 2014. Hubungan Caring
Irmawati, 2008. Hubungan antara
Perawat Dengan Tingkat Kecemasan
konsep
Terkait
melayani pada
Hospitalisasi Anak di Ruang
diri
dengan
perilaku
perawat di Rumah Sakit PKU
Melati RSUD Kota Bekasi. Program
Muhammadiyah
Studi
Semarang.
Ilmu Keperawatan, STIKES
Skripsi
“Roemani”
Fakultas
Psikologi
Medistra Indonesia, Bekasi.
Universitas
Farah P & Sofia R, 2012. Pengaruh
Surakarta.
Konseling
Krisnawati R, 2013. Kesejahteraan
Kebermaknaan
Hidup
Terhadap
Subjektif
Kesejahteraan
Difabel.
Jurnal
Psikologis
(Subjective
Well-Being)
Buruh
Psikosains
Pabrik PT. Laksana Tekhnik
Universitas
Makmur Kabupaten Bogor. Skripsi
Muhammadiyah
Gresik.
Fakultas
Vol.4 No. 2.
Fransisca,
Muhammadiyah
Ilmu Pendidikan Universitas
Ninawati,
2005.
Pendidikan Indonesia.
Gambaran Kesejahteraan Psikologis
Lee,
Pada Dewasa
Validation of the Six-Factor Model
Muda Ditinjau Dari Pola
Attachment.
Jurnal
A
Cross-Cultural
of Psychological
Psikologi
Well-Being.
Universitas
University
of
Hawai‘i at Mānoa Emiko Taniguchi,
Tarumanegara, Jakarta, Vol.3
University
No.1.
H.E.
of Texas at Austin.
84
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Malika A.R, 2008. Psychological
Naviati,
Well-Being Pada Wanita Dewasa
Dukungan Perawat Dengan Tingkat
Muda yang
Kecemasan
Menjadi Istri Kedua. Jurnal
E,
2011.
Hubungan
Orang tua di Ruang Rawat
Psikologi Universitas Indonesia.
Anak RSAB Harapan Kita Jakarta.
Meta N. D. S, 2012. Hubungan
Tesis
Antara
Kecerdasan
Emosional
Fakultas Ilmu Keperawatan,
Dengan Kinerja
Program
Perawat Pada Rumah Sakit
Magister
Ilmu
Keperawatan,
Umum Pusat Fatmawati Jakarta
Universitas
Selatan.
Indonesia,
Depok.
Fakultas
Psikologi,
Nayana N. F, 2013. Kefungsian
Universitas Gunadarma.
Keluarga dan Subjective Well-being
Meithy, Ranchia, 2017. Gambaran
Pada
Kesejahteraan
Psikologis
Pada
Remaja.
Remaja Laki-
Fakultas
Psikologi,
laki di SMA Negeri Se-DKI
Muhammadiyah
Jakarta. Jurnal Bimbingan Konseling
Malang.
Fakultas
Jurnal
Psikologi
Universitas
Nenny I, 2015. Pengaruh Kepuasan
Ilmu Pendidikan, Universitas
Kerja
Negeri Jakarta.
Terhadap
Well-Being
Karyawan in Pt.
Mutohar M, 2015. Kekuatan Berpikir
Intan
Havea
Industry
Positif Untuk Mencapai Kesembuhan
Medan. Jurnal Psikologi Universitas
(Studi
HKBP
Terhadap
Pasien
Kanker
Nommensen. Vol.1 No.1.
Payudara RS Kariadi Semarang).
Netty D, 2006. Emosi Positif Pada
Skripsi
Perawat di Rumah Sakit Umum
Fakultas
Ushuludin
Daerah
Universitas Islam Negeri Walisongo
Abdoel
Semarang.
Wahab
Sjahraine
Samarinda. Jurnal Ilmiah Universitas
Mulawarman Samarinda.
85
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2(2) 2017
Purwanto, D. M. B. A, 2006.
DM
tipe
Komunikasi Bisnis: Edisi ketiga.
Menggunakan
Jakarta: Penerbit
Psychotherapy.
Erlangga.
2
Dengan
Group
Positive
Jurnal Intervensi Psikologi.
Putra P, 2014. Hubungan Persepsi
Universitas Islam Indonesia, Vol. 7
Dukungan
No.2.
Organisasi
Dengan
Kesejahteraan
Wakhidah N, 2015. Psychological
Psikologi
Di
Kalangan
Well-Being Pada Caregiver Penyakit
Perawat Di Kota Medan. Skripsi
Terminal
Fakultas
di
Psikologi
Universitas
A,
2014.
Hubungan
Yetti A. E, 2017. Kajian Konsep
Healing
Dengan Kepuasan
Psikologi
Pasien Rawat Inap di Ruang
RSUD
AW
Sjahraine
Terhadap
Ruang Inap di Rumah Sakit. Fakultas
Sains
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
dan Teknologi, Universitas
Politik, Universitas Mulawarman.
Siwahyudati,
2017.
Aisyiyah Yogyakarta.
Hubungan
Hospitalisasi
Dengan
Tingkat
Kecemasan
Anak
Usia
Sekolah di RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten.
Skripsi
Kesehatan,
Fakultas
Ilmu
Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sujana R. C, 2015. Peningkatan
Kesejahteraan
Psikologis
Pada
Penderita
Environtment
Ruang Dalam Perancangan
Samarinda.
Frekuensi
Thesis
Malik Ibrahim.
Komunikasi Interpersonal Perawat
Cempaka
Malang.
Universitas Islam Negeri Maulana
Sumatera Utara.
Silvy,
Kota
86