ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS

F0108015

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul :

ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

Diajukan Oleh :

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS F0108015

Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Pada Tanggal 19 September 2012

Surakarta, 19 September 2012

Pembimbing,

Dr. J.J Sarungu, MS NIP. 19510701 198010 1001

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990-2010

Diajukan Oleh :

MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS F0108015

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 6 Oktober 2012

Susunan Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Evi Gravitiani, M.Si sebagai Ketua (.......................................) NIP. 197306052009122001

2. Dr. J.J Sarungu, M.S. sebagai Pembing (.......................................) NIP. 1951107011980101001

3. Malik Cahyadin, S.E, M.Si sebagai Anggota (.......................................) NIP. 198107292008121002

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillahirrobil’alamin , puji syukur kepada Allah azza wa jalla yang

telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Ketimpangan dan Faktor yang Mempengaruhi Investasi di Indonesia Tahun 1990-2010”.

Investasi merupakan hal yang penting dalam pembangunan perekonomian suatu negara sebab tingkat investasi yang tinggi menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mampu meningkatkan tingkat kemakmuran masyarakat.Peningkatan jumlah investasi banyak dipengaruhi oleh faktor ekonomi maupun faktor non ekonomi. Faktor ekonomi dapat dilihat melalui variabel-variabel makro seperti variabel inflasi, tingkat suku bunga kredit investasi, dan kurs rupiah. Analisis ini akan diestimasi dengan pendekatan Error Correction Model (ECM).

Pertumbuhan investasi yang tinggi haruslah disertai dengan pemerataan investasi sehingga pemerataan pembangunan ekonomi dapat tercapai. Pemerataan pembangunan yang baik mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang baik pula. Rata atau timpangnya investasi dapat dihitung melalui Indeks Entropi Theil.

Penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan di dalamnya seperti jumlah data yang terbatas sehingga periode penelitian yang yang diajukan juga terbatas. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk meningkatkan kualitas penelitian kedepannya.

semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada pihak-pihak berikut ini :

1. Dr. J.J Sarungu, MS selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan arahan dan memberikan banyak masukan berarti dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Wisnu Untoro, MS Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Izza Mafruhah, S.E, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku dosen pembimbing akademik penulis.

5. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan pelayanan kepada penulis.

Surakarta, 2012

Penulis

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto ADHK 2000 Tahun 2010 ................................................................ 6 Tabel 3.1 Kriteria Pengujian Akar Unit ADF ................................................ 40 Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Derajat Integrasi ........................................... 41 Tabel 3.3 Kriteria Pengujian Kointegrasi ........................................................ 41 Tabel 4.1 Laju Inflasi di Indonesia Tahun 1990-2010 ..................................... 57

Tabel 4.2 Suku Bunga Kredit Investasi di Indonesia Tahun 1990-2010 ... 51 Tabel 4.3 Nilai Kurs (Rp/US$) di Indonesia Tahun 1990-2010 ................. 60 Tabel 4.4 Hasil Analisis Ketimpangan Investasi Menurut Wilayah

di Indonesia Tahun 2006-2010 .................................................. 62 Tabel 4.5 Hasil Uji Akar Unit (in level) .........................................................

Tabel 4.6 Hasil Uji Derajat Integrasi (in first difference) ...............................

Tabel 4.7 Hasil Regresi Kointegrasi dengan OLS ...........................................

Tabel 4.8 Hasil Uji Akar Unit terhadap E (Residual) ......................................

Tabel 4.9 Hasil Estimasi ECM (Jangka Pendek) ............................................

Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ..................................................................

Tabel 4.11 Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas ............................................................

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Permintaan Investasi Agregat di Indonesia Tahun 1990-2010 ..........................................................................

Gambar 1.2 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan ...............................

Gambar 1.3 Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Penawaran ................................

3 Gambar 2.1 Peran Pembentukan Modal sebagai Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 16

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual ................................................... 33 Gambar 3.1 Analisis Time Series dengan Pendekatan ECM ........................... 39 Gambar 3.2 Langkah-langkah Penurunan ECM .......................................... 43 Gambar 3.3 Statistik d Durbin-Watson ........................................................ 52 Gambar 4.1 Uji Normalitas Jarque-Bera .......................................................... 70

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A. ANALISIS TINGKAT KETIMPANGAN INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 2006-2010 .......... II

1. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi di Indonesia ......................... III

2. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi dalam Wilayah Pulau dan Kepulauan di Indonesia ................................................................. VIII

3. Hasil Indeks Entropi Theil Antarprovinsi dalam Wilayah Kawasan di Indonesia ........................................................................... XIII

4. Hasil Indeks Entropi Theil Antarpulau dan Kepulauan di Indonesia ..... XVIII

5. Hasil Indeks Entropi Theil Antarkawasan di Indonesia ........................ XIX

LAMPIRAN B. ANALISIS PENGARUH VARIABEL INFLASI, SUKU

BUNGA KREDIT INVESTASI, DAN KURS (RP/US$) TERHADAP INVESTASI DI INDONESIA TAHUN 1990- 2010 ................................................................................ XXI

1. Data Variabel Independen dan Dependen ........................................... XI

2. Hasil Uji Akar Unit ............................................................................. XXIII

3. Hasil Uji Derajat Integrasi ................................................................... XXVI

4. Hasil Uji Kointegrasi Engle-Granger ................................................... XXX

5. Hasil Estimasi ECM ............................................................................... XXXI

6. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... XXXII

ABSTRAK ANALISIS KETIMPANGAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI INDONESIA PERIODE TAHUN 1990-2010 MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS

F0108015 Dosen Pembimbing : Dr. J.J Sarungu, MS

Penelitian ini bertujuan untuk : a) mengetahui pola penyebaran investasi di Indonesia tahun 2006-2010, dan b) mengetahui faktor yang mempengaruhi investasi di Indonesia tahun 1990-2010. Penelitian ini menggunakan data pembentukan modal tetap domestik bruto menurut provinsi, jumlah penduduk menurut provinsi, pembentukan modal tetap bruto, inflasi, suku bunga kredit investasi, dan kurs. Perolehan data melalui publikasi publik statistik Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik yang dihitung melalui Indeks Entropi Theil dan Error Correction Model (ECM).

Hasil analisis menunjukkan bahwa : a) pola penyebaran investasi di Indonesia selama periode penelitian masih belum rata yang ditandai dengan pola penyebaran investasi yang cenderung memusat , b) variabel suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang, variabel inflasi berpengaruh negatif dan signifikan dalam jangka panjang, variabel kurs berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka panjang.

Pengembangan investasi sebaiknya diarahkan secara merata ke seluruh wilayah dan menciptakan iklim investasi yang sehat. Pemerintah juga sebaiknya berusaha menjaga kestabilan suku bunga kredit investasi di Indonesia.

Kata Kunci : Investasi, Ketimpangan, Indeks Entropi Theil, Error Correction Model (ECM)

ABSTRACT ANALYSIS OF INVESTMENT IMBALANCES AND FACTORS INFLUENCING INVESTMENT IN 1990-2010 MAHARSI ENDAH KUSUMANINGTIAS

F0108015

This research has a purpose: a) determine the pattern of spread of investment in Indonesia in 2006-2010 and b) determine the factors that influence investment in Indonesia in 1990-2010. This study uses data gross domestic fixed capital formation by province, the number of population by province, gross fixed capital formation, inflation, investment lending rates, and the exchange rate. Data obtained by public publications BI and BPS calculated by Theil Entropy Index and Error Correction Model (ECM)

The analysis showed that: a) the pattern of spread of investment in Indonesia is likely to mean that focuses on several areas during the study period and b) variable interest rate affect investment negatively and significantly to the amount of investment in the short and long term, the inflation variable is negative and significant effect on the amount of investment in the short term and variable rate has a positive and significant impact on the amount of investment in the short term.

Development investment should be directed evenly across the region and creating a healthy investment climate. The government also should tried to maintain a stable rate of investment credit in Indonesia.

Keywords : Investment, Imbalance, Theil Entropy Index, Error Correction Models (ECM)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Ahli ekonomi mendefinisikan investasi sebagai dana yang dikeluarkan untuk membeli barang modal dan peralatan produksi baik untuk mengganti atau untuk menambah barang modal yang akan digunakan guna memproduksi barang dan jasa di masa yang akan datang (Sadono, 2006 : 366).

Kebanyakan negara berkembang mengalami kekurangan modal untuk investasi karena tingkat pendapatan yang masih rendah. Tingkat pendapatan yang rendah menjadikan kesempatan menabung kecil karena sebagian besar pendapatan digunakan utntuk konsumsi (Zulkarnain, 1989 : 51).

Indonesia sebagai negara berkembang memerlukan investasi sebagai dana pembiayaan pembangunan karena masih terbatasnya sumber dana tabungan dalam negeri (Rahadian, 2003 : 14).“Negara berkembang rata- rata memiliki jumlah tabungan dan investasi sebesar 2 – 6 persen dari pendapatan nasionalnya, sedangkan negara maju memiliki tabungan dan investasi rata-rata sebesar 10 – 20 persen dari pendapatan nasionalnya” (Irawan, 1993).

Sumber : BPS, PDB menurut penggunaannya

Gambar 1.1 Perkembangan Investasi Agregat di Indonesia (miliar rupiah) Tahun 1990-2010

Perkembangan investasi agregat di Indonesia terus menunjukkan peningkatan selama 20 tahun terakhir ini. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih banyak memerlukan investasi untuk meningkatkan produktivitas ekonominya.

Harvey Leibenstein dalam Jhingan (1988 : 43) mengungkapkan teori tesisnya tentang negara berkembang yang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) karena kekurangan modal, pasar yang tidak sempurna, dan keterbelakangan ekonomi sehingga menjadikan mereka tetap berada di tingkat pendapatan rendah.

Sumber : Jhingan (1988 :43) Gambar 2.1

Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Permintaan

Tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan tingkat permintaan menjadi rendah sehingga investasi rendah. Tingkat investasi yang rendah menyebabkan produktivitas rendah.

Sumber : Jhingan (1988 : 43)

Gambar 1.2

Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Penawaran Lingkaran Setan Dilihat dari Sisi Penawaran

Faisal dan Haris (2009 : 7) menjelaskan bahwa tingkat investasi yang rendah menjadikan kegiatan produksi nasional akan ikut turun yang mengakibatkan output nasional ikut merosot. Output nasional yang terus- menerus turun akan menjadikan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan ikut merosot baik dalam angka persentase pertumbuhannya sendiri maupun dalam segi kualitasnya.

Teori pertumbuhan ekonomi Harrord-Domar menunjukkan investasi memiliki korelasi positif dengan laju pertumbuhan ekonomi. Wilayah yang memiliki daya serap investasi yang tinggi memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cenderung tinggi dan wilayah yang memiliki daya serap investasi yang rendah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cenderung rendah pula.

Dumairy (1996 : 136) menjelaskan cara melihat perkembangan investasi melalui tiga hal berikut :

1. Melihat kontribusi pembentukan modal tetap bruto dalam konteks permintaan agregat, yaitu melihat sumbangan variabel I (investasi yang dilakukan oleh swasta maupun pemerintah) dalam persamaan pendapatan nasional Y = C + I + G + (X-M).

2. Mengamati data investasi yang dilakukan oleh pihak swasta saja (PMDN dan PMA).

perbankan.

Jumlah investasi yang bertambah banyak akan meningkatkan total pengeluaran nasional yang berarti daya beli dan daya saing nasional akan ikut meningkat sehingga meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi. Faktor investasi bersama-sama dengan faktor pengeluaran pemerintah dan faktor ekspor netto mempunyai peran untuk memperkuat sistem perekonomian.

Peningkatan jumlah investasi dapat memunculkan ketimpangan investasi. Ketidakmerataan penyebaran investasi terjadi baik secara sektoral maupun regional. Sektor industri pengolahan menempati urutan pertama proporsi investasi asing dan domestik terbanyak pada tahun 1967- 1995 (Dumairy, 1996 : 144).

Ketimpangan regional yang terjadi membawa pengaruh sebagai berikut :

1. Memperburuk keadaan-keadaan ekonomi bagi daerah miskin yang disebut backwash effect (efek mencuci daerah belakang)

2. Mendorong daerah miskin menjadi lebih maju yang disebut dengan spread effects (efek menyebar) atau trickle-down effects (efek menetes ke bawah).

Pembentukan Modal Tetap Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010

Lokasi

PMTDB (miliar rupiah)

I. SUMATERA

Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Bengkulu Lampung

II. JAWA

DKI Jakarta Jawa Barat

Banten Jawa Tengah

DI Yogyakarta

Jawa Timur

III. BALI

NUSA

TENGGARA

Bali Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat

IV. KALIMANTAN

Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur

V. SULAWESI

Sulawesi Utara Gorontalo Sulawesi Tengah

Sulawesi Selatan

Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara

VI. MALUKU

Maluku Maluku Utara

VII. PAPUA

Papua Papua Barat

INDONESIA

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Ketimpangan dan Faktor yang Mempengaruhi Investasi di IndonesiaTahun 1990-2010”.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dapat diajukan berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pola penyebaran investasi di Indonesia tahun 2006-2010?

2. Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap investasi di Indonesia tahun 1990-2010?

3. Bagaimana pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap investasi di Indonesia tahun 1990-2010?

4. Bagaimana pengaruh kurs terhadap investasi di Indonesia tahun 1990- 2010?

Tujuan penelitian yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui ketimpangan investasi di Indonesia tahun 2006-2010.

2. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap investasi di Indonesia tahun 1990-2010.

3. Mengetahui pengaruh suku bunga kredit investasi terhadap investasi di Indonesia tahun 1990-2010.

4. Mengetahui pengaruh kurs terhadap investasi di Indonesia tahun 1990-2010.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Bagi Masyarakat Umum

Penelitian ini mampu memberikan informasi tentang investasi secara umum kepada masyarakat luas dan para pengusaha tentang kebijakan- kebijakan apa saja yang berpengaruh terhadap investasi.

2. Bagi Pemerintah dan Instansi Terkait Penelitian ini mampu memberikan pertimbangan dalam rangka mengoptimalkan mekanisme kebijakan dalam mendukung investasi.

3. Bagi Dunia Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi mahasiswa atau peneliti lain sebagai bahan referensi dalam penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORITIS

1. Ketimpangan

Ketimpangan

regional menunjukkan

perbedaan tingkat pembangunan dan tingkat kesejahteraan antar wilayah. Profesor Myrdal dalam Jhingan (1988 : 270) menjelaskan ketimpangan regional mempunyai kaitan erat dengan sistem kapitalis yang dikendalikan oleh motif laba. Motif laba mendorong berkembangnya pembangunan terpusat di wilayah-wilayah yang memiliki harapan laba tinggi, sedangkan wilayah-wilayah lain terlantar. Perbedaan harapan laba ini disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam, keadaan demografis, keadaan politik, dan keadaan birokrasimasing-masing daerah.

Profesor Myrdal lebih lanjut menjelaskan sebab utama terjadinya ketimpangan regional karena kuatnya dampak balik melalui hal-hal sebagai berikut (Jhingan , 1988):

a. Adanya dampak balik migrasi, yaitu daerah yang memiliki kegiatan ekonomi berkembang akan menarik orang-orang muda dan aktif untuk pindah sehingga cenderung menguntungkan daerah tersebut.

b. Perpindahan modal cenderung memusat di wilayah maju.

wilayah maju melalui daya saing. Kegiatan ekonomi yang memusat di suatu daerah tertentu sedangkan di daerah lain mengalami ketertinggalan akan menyebabkan ketidakmerataan antar wilayah.

Mrydal (Arsyad, 1999 : 129) membagi pengaruh ekspansi ekonomi ini menjadi dua hal :

a. Backwash effects yaitu pengaruh merugikan akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh suatu daerah tertentu karena tenaga kerja dan modal yang ada akan pindah ke daerah yang melakukan ekspansi tersebut.

b. Spread effects yaitu pengaruh yang menguntungkan bagi daerah lain akibat ekspansi ekonomi yang dilakukan oleh daerah tertentu.

Hirschman ( Arsyad, 1999:129) juga membagi perbedaan antara daerah miskin dan kaya menjadi dua bagian :

a. Trickling down effects yaitu proses penetesan ke bawah sebagai dampak yang baik karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin menyempit.

b. Polarization effects yaitu proses pengkutuban sebagai dampak yang buruk karena perbedaan antara daerah kaya dan miskin semakin jauh.

a. Pengertian Investasi

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 mendefinisikan investasi sebagai “bentuk kegiatan menanam modal baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia” (BKPM, 2010 : 4).

Investasi adalah “aliran yang meningkatkan persediaan modal, merupakan tambahan modal baru pada simpanan modal perusahaan” (Case & Fair, 2006:270).

Paul M. Johson dalam Rachbini (2009:11) mendefinisikan : “Investasi sebagai seluruh pendapatan yang dibelanjakan oleh

perusahaan atau lembaga pemerintah untuk barang-barang modal yang akan digunakan dalam aktivitas produksi. Agregat investasi dalam perekonomian suatu negara merupakan jumlah total pembelanjaan guna menjaga atau meningkatkan cadangan barang- barang tertentu yang tidak dikonsumsi segera. Barang-barang tersebut digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang berbeda dan akan didistribukasikan ke pihak-pihak lain”.

Dumairy (1996: 136) mengartikan pembentukan modal tetap bruto yang mencakup :

“Pengadaan, pembuatan atau pembelian barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru ataupun bekas dari luar negeri. Barang modal yang dibeli atau dibuat sendiri adalah barang tahan lama atau peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan mempunyai umur pemakaian selama satu tahun atau lebih. Sedangkan bruto mencerminkan bahwa penghitungan pembentukan modal belum dikurangi dengan penyusutan barang modal”.

“Pembentukan modal yaitu mengarahkan sebagian kegiatannya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan “Pembentukan modal yaitu mengarahkan sebagian kegiatannya untuk pembuatan barang modal, alat-alat dan perlengkapan, mesin dan fasilitas pengangkutan, pabrik dan peralatannya. Pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional, dan pendapatan

Dr. Singer mendefinisikan pembentukan modal terdiri dari “barang-barang yang nampak seperti pabrik, alat-alat, dan mesin maupun barang-barang yang tidak nampak seperti pendidikan bermutu tinggi, kesehatan, tradisi ilmiah dan penelitian”. Kuznets juga memberikan pendapat yang sama tentang pembentukan modal, yaitu

“Mencakup biaya konstruksi, peralatan, persediaan dalam negeri, pembiayaan pendidikan, rekreasi, dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan produktivitas lebih pada individu serta semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi untuk meningkatkan moral penduduk yang bekerja” (Jhingan, 1988:419).

Dumairy (1996 : 136) menjelaskan tentang pembentukan modal tetap bruto secara rinci terdiri dari :

1) Barang baru maupun bekas yang dapat diproduksi kembali, mempunyai umur satu tahun atau lebih yang tidak digunakan untuk keperluan militer.

2) Dana perubahan atau penambahan barang modal untuk memperpanjang umur atau meningkatkan produktivitas barang modal.

3) Pengeluaran atas reklame tanah dan perbaikannya, pengembangan dan perluasan perkebunan, pertambangan, hutan, lahan pertanian , dan perikanan.

4) Penambahan ternak yang dipelihara untuk diambil tenaga,

susu, bulu, dan pembibitan ternak potong.

sebagai berikut :

1) Investasi perusahaan swasta Pengusaha melakukan investasi berupa pendirian bangunan industri, pembelian mesin-mesin dan peralatan produksi, pembelian bahan mentah yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari produksi yang akan mereka lakukan di masa depan.

2) Pengeluaran untuk mendirikan tempat tinggal Pembangunan rumah memiliki sifat yang mendekati peralatan produksi yaitu memakan waktu lama sebelum nilainya susut dan secara terus-menerus menghasilkan jasa.

3) Perubahan dalam inventaris perusahaan Stok barang simpanan perusahaan meliputi bahan mentah, barang setengah jadi, dan barang yang siap dijual di pasaran tetapi masih disimpan oleh perusahaan.

4) Investasi yang dilakukan oleh pemerintah Pemerintah melakukan investasi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti pembuatan jalan raya, rumah sakit, sekolah dan sebagainya.

b. Faktor Pendorong dan Penghambat Investasi

BKPM (2010), Dumairy (1996), dan Jhingan (1988) menganalisis beberapa faktor yang dapat mendorong dan menghambat investasi sebagai berikut ini : BKPM (2010), Dumairy (1996), dan Jhingan (1988) menganalisis beberapa faktor yang dapat mendorong dan menghambat investasi sebagai berikut ini :

b) Kelembagaan dan keleluasaan peran daerah yang kuat sesuai prinsip otonomi daerah dan desentralisasi.

c) Fasilitias menarik bagi investor, seperti imigrasi yang lancar agar proses mobilisasi tenaga kerja dan modal berjalan lancar, .

d) Fasilitas fiskal seperti pembebasan atau pengurangan pajak bagi usaha yang memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi.

e) Ramalan perekonomian di masa depan yang baik

f) Perubahan dan perkembangan teknologi.

g) Keuntungan perusahaan yang besar.

h) Pencitraan yang baik bagi negara atau daerah tujuan investor.

2) Faktor penghambat investasi antara lain :

a) Ketidakstabilan sosial dan masalah keamanan di tingkat

pusat maupun daerah.

b) Kondisi infrastruktur yang tidak memadai seperti sarana transportasi, listrik, air, dan lain-lain.

c) Ketidakstabilan mata uang atau nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.

d) Fungsi kelembagaan investasi dan birokrasi yang rumit.

Jhingan (1988 : 85) menjabarkan ada dua macam faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan ekonomi suatu negara, yaitu faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor ekonomi seperti sumber daya manusia, modal, usaha, dan teknologi sedangkan faktor non ekonomi seperti lembaga sosial,budaya, kondisi politik, dan nilai-nilai moral suatu bangsa. Modal yang dimaksud adalah investasi dalam bentuk barang-barang modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan nasional yang mencerminkan permintaan efektif dan menciptakan efisiensi produktif bagi produksi di masa yang akan datang (Jhingan, 1988 : 88).

Jhingan (1988 : 88) mengilustrasikan pembentukan modal sebagai kunci utama pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

Sumber : Jhingan (1988 : 88)

Gambar 2.1 Peran Pembentukan Modal sebagai Kunci Utama Pertumbuhan Ekonomi

Evsey Domar (Massachusetts Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University) dalam Jhingan (1988) mengemukakan teorinya tentang hubungan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi yaitu adanya dampak permintaan dan dampak penawaran invetasi. Investasi menciptakan pendapatan (dampak permintaan) dan memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan meningkatkan stok modal (dampak penawaran). Laju pendapatan dan output nasional harus meningkat sama ketika kapasitas produktif modal meningkat supaya tidak terjadi kelebihan kapasitas (menganggur).

Pembentukan modal mempunyai andil penting di dalam pembangunan ekonomi. Jhingan (1988) menjabarkan beberapa peran penting investasi peralatan modal dalam pembangunan ekonomi sebagai berikut :

1) Pembentukan modal meningkatkan produktivitas baik di bidang pertanian, perkebunan, pertambangan, dan industri.

2) Investasi peralatan modal meningkatkan kesempatan kerja karena tercapainya ekonomi produksi skala luas dan meningkatkan spesialisasi.

3) Pembentukan modal menciptakan perluasan pasar.

4) Pembentukan modal menciptakan pembangunan ekonomi dengan jumlah penduduk yang meningkat.

5) Pembentukan modal mengatasi permasalahan pokok dalam neraca pembayaran karena mengurangi barang-barang impor.

6) Tercapainya swasembada negara dan mengurangi beban utang luar negeri dengan mengurangi kebutuhan modal asing.

7) Pembentukan modal memperbesar penawaran barang-barang, mengendalikan inflasi, dan menciptakan kestabilan ekonomi.

8) Pembentukan modal membantu memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat.

Peningkatan laju pembentukan modal menaikkan jumlah output nasional yang pada akhirnya menaikkan laju dan tingkat pendapatan nasional.

a. Pengertian Inflasi

“Inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk naik secara umum dan terus-menerus” (Boediono, 2001:155). Kenaikan harga dari satu jenis barang, kenaikan harga karena musiman atau menjelang hari-hari besar, dan kenaikan harga-harga barang yang diatur secara sengaja oleh pemerintah bukanlah termasuk ke dalam inflasi.

Penyusunan inflasi bertujuan untuk memperoleh indikator yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga sebagai informasi dasar dalam pengambilan keputusan baik di tingkat ekonomi mikro maupun makro dan dalam kebijakan fiskal maupun moneter.

BPS (2009) menghitung indikator inflasi melalui :

1) Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

Rumus penghitungan inflasi :

INF : Inflasi pada waktu (bulan atau tahun) t dalam persen

: Indeks harga konsumen pada periode t

: Indeks harga konsumen pada periode sebelumnya

2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yaitu harga transaksi yang terjadi antara penjual atau pedagang besar pertama 2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) yaitu harga transaksi yang terjadi antara penjual atau pedagang besar pertama

3) Deflator Produk Domestik Bruto yaitu menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu negara. Deflator PDB dihitung dengan cara membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.

: Laju inflasi pada tahun t : Indeks harga konsumen periode t

: Indeks harga konsumen periode sebelumnya

b. Macam – macam Inflasi

Inflasi dapat digolongkan tergantung dari tujuan kita menggolongkannya. Pertama, berdasarkan parah tidaknya inflasi dapat digolongkan menjadi 4 macam :

1) Inflasi ringan (di bawah 10% dalam setahun)

2) Inflasi sedang (antara 10 % - 30 % dalam setahun)

3) Inflasi berat (antara 30 % – 100% dalam setahun)

4) Hiperinflasi (diatas 100% dalam setahun) Kedua , inflasi berdasarkan sebab musababnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Demand inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat.

ongkos produksi. Ketiga , inflasi berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru atau karena gagal panen.

2) Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri karena terjadi inflasi di luar negeri atau negara-negara mitra dagang.

c. Teori Inflasi

Boediono (1982) menjelaskan tentang konsep teori inflasi sebagai berikut ini :

1) Teori Kuantitas Teori kuantitas menyoroti terjadinya proses inflasi karena

penambahan jumlah uang beredar dan harapan masyarakat di masa datang terhadap inflasi.

2) Teori Keynes

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonominya.

3) Teori Strukturalis Teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena kenaikan ongkos produksi barang-barang dan kenaikan harga bahan makanan karena produksi bahan makanan tidak mampu 3) Teori Strukturalis Teori strukturalis menjelaskan bahwa inflasi terjadi karena kenaikan ongkos produksi barang-barang dan kenaikan harga bahan makanan karena produksi bahan makanan tidak mampu

4. Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk pinjaman tersebut dan biasanya dinyatakan dalam persentase per tahun. Suku bunga adalah harga yang harus dibayar peminjam (debitur) kepada pihak yang meminjamkan (kreditur) untuk pemakaian sumber daya selama interval tertentu.

Suku bunga dapat dibedakan menjadi suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah suku bunga yang dilaporkan tanpa koreksi terhadap dampak-dampak inflasi dan suku bunga riil adalah suku bunga yang dikoreksi terhadap dampak-dampak inflasi.

Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan untuk membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Sadono (2006 : 123) menjelaskan investor hanya akan melakukan investasi jika tingkat pengembalian modal lebih besar atau sama dari bunga yang harus dibayarkan.

Penurunan tingkat bunga riil akan mengurangi biaya modal yang menyebabkan jumlah laba dan insentif meningkat sehinnga dapat mengakumulasi lebih banyak modal lagi. Kenaikan tingkat bunga riil akan menaikkan biaya modal sehingga akan mengurangi pembentukan modal.

(2010 : 153) menjelaskan empat faktor yang mempengaruhi suku bunga, yaitu peluang produksi, saat mengkonsumsi yang dikehendaki, risiko, dan inflasi.

Perubahan

dari bunga

pengembalian

pinjaman juga mempengaruhi arus kas perusahaan. Suku bunga pinjaman yang naik akan mengurangi laba perusahaan karena laba akan teralokasikan untuk menutup bunga pinjaman dan menjadikan investor enggan melakukan investasi. Suku bunga pinjaman yang rendah akan menaikkan laba perusahaan karena laba yang seharusnya dialokasikan pada bunga pinjaman akan berkurang sehingga investor akan tertarik untuk melakukan investasi.

5. Nilai Nukar

a. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar mata uang suatu negara menunjukkan nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. “Nilai tukar mata uang asing adalah berapa banyak jumlah mata uang domestik yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata uang asing” (Sadono, 2006:397).

Nilai tukar dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

1) Nilai tukar nominal Nilai tukar nominal adalah nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing.

Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif, yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar

Penentuan nilai tukar sistem mengambang ditentukan oleh permintaan dan penawaran valuta asing di pasar bebas. Permintaan terhadap valuta asing yang meningkat akan menurunkan nilai mata uang domestik dan penawaran terhadap valuta asing yang meningkat akan menaikkan nilai mata uang domestik.

Sadono (2006 : 402) menjelaskan beberapa faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar mata uang sebagai berikut :

1) Perubahan dalam cita rasa masyarakat

Cita rasa masyarakat secara tidak langsung mempengaruhi jumlah barang ekpor dan impor melalui kualitas barang dalam negeri. Kualitas barang dalam negeri yang baik akan mengurangi jumlah impor dan menaikkan ekspor.

2) Perubahan harga barang ekspor dan impor Kenaikan harga barang ekspor/impor akan mengurangi jumlah ekpor/impor dan penurunan harga barang ekspor/impor akan menaikkan jumlah barang ekpor/impor.

3) Inflasi Inflasi cenderung menaikkan jumlah barang impor dan menurunkan jumlah barang ekspor.

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri dan nilai mata uang domestik akan turun. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi menyebabkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri dan nilai mata uang domestik akan naik.

5) Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat berasal dari perkembangan ekpor dan impor. Perkembangan ekspor menyebabkan permintaan terhadap valuta asing meningkat dan perkembangan impor menyebabkan penawaran terhadap valuta asing meningkat.

c. Sistem Nilai Tukar

Corden (2002) dalam Mugi Rahardjo (2009) menjelaskan beberapa sistem nilai tukar yang berlaku, yaitu :

1) Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate) Sistem nilai tukar yang menetapkan nilai tertentu pada nilai tukarnya melalui devaluasi devaluasi (menurunkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing) atau revaluasi (menaikkan nilai mata uang domestik terhadap mata uang asing) yang dilakukan oleh bank sentral.

exchange rate ) Nilai tukar bergerak sesuai kekuatan permintaan dan penawaran pasar. Nilai tukar menguat apabila terjadi kelebihan penawaran di atas permintaan dan akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan di atas penawaran.

3) Sistem nilai tukar mengambang murni (purefloating exchange rate ) Bank sentral menetapkan atasan suatu kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut intervention band (batas pita intervensi). Nilai tukar ditentukan berdasarkan mekanisme pasar sepanjang berada di dalam batasan pita intervensi tersebut.

4) Sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (fixed but adjustable rate ) Pemerintah dan bank sentral menetapkan nilai tukar dan mempertahankannya melalui intervensi langsung di pasar valuta asing atau mengarahkan pasar untuk menjual dan membeli valuta asing dengan harga tetap.

5) Currency Board System (CBS) Currency Board System memiliki tiga ciri utama yakni :

a) Suatu negara secara eksplisit menyatakan komitmennya untuk menjaga nilai mata uangnya dengan mata uang negara lain dengan nilai tukar yang tetap.

dengan cadangan devisa.

c) Tidak terdapat kebijakan pembatasan devisa.

6) Flexible Peg

Sistem nilai tukar ini memberikan respon terhadap kekuatan pasar atau perubahan fundamental.Bank sentral menetapkan besarnya (peg) nilai tukar mata uang lokal terhadap mata uang asing dalam jangka waktu yang pendek.

7) Target Zone

Nilai tukar dibiarkan mengambang dalam target daerah tertentu yang mempunyai batas bawah dan batas atas. Bank sentral memiliki komitmen untuk mencegah agar nilai tukar tidak keluar dari batas atas dan batas bawah yang telah ditetapkan.

8) Active Crawling Peg

Pemerintah atau bank sentral menetapkan nilai tukar pada tingkat tertentu dan melakukan penyesuaian berdasarkan perkembangan indikator-indikator ekonomi tertentu dalam waktu berkala.

9) Passive Crawling Peg

Nilai tukar nominal pada suatu waktu tertentu disesuaikan sejalan dengan perkembangan inflasi pada masa lain atau inflasi saat ini dan inflasi negara mitra dagang dan negara pesaing utama.

1. Penelitian oleh Bambang Setiaji tahun 1997

Penelitian ini bertujuan mengkaji perilaku investasi agregat atas variabel-variabel suku bunga nominal, PDB dan pengeluaran pemerintah (Gex) tahun 1960-1994. Model dasar penelitian menggunakan model dasar investasi neoklasik yang diperluas dengan sudut pandang Keynesian dan diuji melalui pendekatan Error Correction Model .

Hasil estimasi ECM memperlihatkan adanya hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara variabel investasi dengan variabel suku bunga, PDB, dan pengeluaran pemerintah. Hasil estimasi ECM dalam jangka pendek memperlihatkan variabel PDB memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap investasi, variabel suku bunga memiliki hubungan yang negatif namun pengaruhnya tidak begitu nyata terhadap investasi, dan variabel pengeluaran pemerintah (Gex) memiliki hubungan yang positif namun tidak signifikan.

Hasil uji asumsi klasik memperlihatkan data terkena asumsi heteroskedastisitas dan tidak terpenuhinya linieritas maka walaupun estimasi masih dapat diterima, daya prediksinya menjadi kurang tepat.

2. Penelitian oleh Susilawati tahun 2002

Penelitian ini membahas pengaruh kebijakan fiskal yaitu kebijakan mengenai pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan modal tetap di Indonesia serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan modal tetap tersebut.

BPS, BI, dan IMF selama periode waktu tahun 1984-1998 dengan menggunakan harga konstan tahun 1990dan menggunakan model penyesuaian stok atau penyesuaian parsial (partial adjusment model / PAM). Penelitian ini menggunakan variabel suku bunga nominal, pengeluaran pemerintah, kurs (Rp/US$), dan pendapatan nasional luar negeri (Amerika Serikat).

Hasil estimasi fungsi pembentukan modal tetap bruto memperlihatkan bahwa variabel kebijakan fiskal (pengeluaran pemerintah) mempunyai pengaruh positif dan sangat nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf siginifikansi 5%, variabel tingkat bunga mempunyai pengaruh negatif dan sangat nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 1%, variabel kurs mempunyai pengaruh positif (dengan asumsi ceteris paribus) terhadap pembentukan modal tetap bruto pada taraf signifikansi 10%, variabel pendapatan luar negeri tidak berpengaruh terhadap pembentukan modal tetap bruto, dan variabel pembentukan modal tetap bruto tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap pembentukan modal tetap bruto sekarang pada taraf signifikansi 5%, ceteris paribus .

Hasil uji asumsi klasik terdapat pelanggaran asumsi klasik yaitu gejala multikolinieritas, namun tidak terlalu tinggi.

Penelitian ini menganalis pola penyebaran investasi selama tahun 1985-1995 secara regional dengan menggunakan teknik analisis Koefisien Entropi Theil dan Koefisien Deviasi Logaritmik Rata-Rata. Penelitian ini menggunakan data pembentukan modal tetap domestik bruto menurut provinsi di Indonesia.

Penelitian ini menganalisis pola penyebaran investasi per kapita antarprovinsi di Indonesia, pola penyebaran investasi per kapita antarprovinsi dalam wilayah di Indonesia, dan pola penyebaran investasi per kapita antarwilayah di Indonesia.

Hasil analisis penelitian ini menunjukkan hasil :

a. Pola penyebaran investasi antarprovinsi mula-mula cenderung

memusat kemudian berubah menyebar.

b. Pola penyebaran investasi untuk Pulau Jawa cenderung semakin memusat, Pulau Sulawesi mula-mula menyebar kemudian cenderung memusat sedangkan untuk pulau lainnya mula-mula memusat kemudian cenderung menyebar.

c. Pola penyebaran investasi antarprovinsi di Kawasan Indonesia Barat cenderung memusat kemudian menyebar sedangkan Kawasan Indonesia Timur cenderung menyebar kemudian memusat.

d. Pola penyebaran investasi antarprovinsi dengan atau tanpa kepemilikan sumber daya alam-energi mineral mula-mula memusat kemudian cenderung menyebar.

Penelitian ini menganalisis variabel-variabel makro ekonomi yang mempengaruhi pembentukan modal tetap bruto di Indonesia periode 1990-2007. Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode penelitian pergerakan pembentukan modal tetap bruto mengalami pergerakan yang fluktuatif yang berarti pembentukan modal tetap bruto cukup rentan dengan gejolak perekonomian negara

Penelitian ini menggunakan analisis data time series dengan memfokuskan pada pendekatan kointegrasi dan pembentukan Error Correction Model (ECM).

Hasil uji kointegrasi Johansen menunjukkan bahwa variabel indeks produksi dan jumlah uang beredar dalam jangka panjang mempunyai hubungan yang positif terhadap pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto, sedangkan variabel suku bunga kredit investasi riil dan selisih suku bunga SBI dengan Federal Reserve (FED) fund rate mempunyai hubungan yang negatif dengan pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto.

Hasil analisis ECM menunjukkan pengaruh jangka pendek antara variabel-variabel ekonomi makro dengan pembentukan modal tetap bruto. Variabel suku bunga kredit investasi mempunyai pengaruh paling signifikan pada hampir setiap time lag.

tahun 2011

Penelitian ini menganalisis penyebaran dan perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) di Indonesia selama periode 2002-2008 dengan metode kepustakaan (desk research).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola penyebaran PMA dan PMDN menurut wilayah pulau belum merata dan bahkan sangat timpang karena masih dominan berada di Pulau Jawa, khususnya Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat.

C. KERANGKA KONSEPTUAL PEMIKIRAN

Investasi memiliki peran dalam meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, dan tingkat kemakmuran masyarakat. Sadono (2006 : 367) memberikan penjelasan tentang peran investasi dalam perekonomian suatu negara yaitu : investasi menambah jumlah barang modal yang berarti meningkatkan produktivitas kegiatan ekonomi, peningkatan investasi akan meningkatkan pendapatan nasional yang diikuti dengan bertambahnya kesempatan kerja, dan peningkatan investasi memberikan dampak pada perkembangan teknologi.

Indah dan Didit (2005) menjelaskan pengadaan investasi mampu meningkatkan produksi dan pendapatan nasional yang berarti meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi sangat bergantung pada tenaga kerja dan kapital, sedangkan penambahan kapital diperoleh melalui pengadaan investasi.

ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi dapat melalui variabel- variabel makro seperti tingkat inflasi, suku bunga kredit investasi, dan nilai kurs

Ahli ekonomi menekankan faktor-faktor yang mempengaruhi investasi adalah suku bunga, ekspetasi mengenai kegiatan ekonomi di masa depan, dan kemajuan teknologi (Sadono, 2006 : 106).

Pengaruh Tingkat Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum dan berlangsung terus menerus. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengurangi jumlah investasi sebab harga barang-barang yang naik cenderung menaikkan biaya modal.

Pengaruh Tingkat Suku BungaKredit Investasi

Suku bunga kredit investasi memiliki hubungan yang negatif dengan investasi. Tingkat suku bunga kredit investasi yang rendah akan meningkatkan gairah investor untuk melakukan investasikarena semakin tinggi prospek mendapatkan keuntungan. Tingkat suku bunga kredit investasi yang tinggi akan membuat investor enggan untuk melakukan investasi karena mengurangi keuntungan. Investor cenderung memilih menyimpan dananya dalam bentuk tabungan atau deposito (Sadono, 2006 : 106 dan Mankiw, 2007 : 481).

Pengaruh Kurs

Kurs memiliki hubungan yang positif terhadap investasi.Tingkat nilai tukar yang rendah akan mengurangi jumlah investasi dan tingkat nilai Kurs memiliki hubungan yang positif terhadap investasi.Tingkat nilai tukar yang rendah akan mengurangi jumlah investasi dan tingkat nilai

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan di atas, secara ringkas dapat digambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Konseptual

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pola penyebaran investasi di Indonesia belum rata selama periode penelitian.

2. Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap investasi di Indonesia.

3. Tingkat suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif terhadap investasi di Indonesia.

4. Nilai kurs (Rp/US$) berpengaruh positif terhadap investasi di Indonesia.

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif melalui studi literatur dengan analisis data sekunder yang bertujuan untuk :

1. Menganalisis tingkat ketimpangan investasidi Indonesia tahun 2006- 2010.

2. Menganalisis pengaruh variabel inflasi, suku bunga kredit investasi, dan kurs terhadap jumlah investasi di Indonesia periode tahun 1990- 2010.

B. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

1. Tingkat Ketimpangan Investasi di Indonesia

a. “Ketimpangan adalah ketidakseimbangan pertumbuhan antar sektor primer, sekunder, tersier atau sektor sosial di suatu negara, distrik, atau tempat dimana peristiwa itu terjadi baik di negara maju atau berkembang, negara pertanian atau industri, negara besar atau kecil yang memiliki wilayah maju atau tertinggal” (Murty dalam Siswanto, 2011).

Nilai ketimpangan berkisar antara 0 sampai dengan 1. Angka ketimpangan yang semakin tinggi menunjukkan pola penyebaran investasi yang cenderung memusat (semakin timpang).

b. Investasi per kapita diperoleh dari pembentukan modal tetap domestik regional bruto provinsi i atas dasar harga konstan tahun 2000 dibagi dengan jumlah pertengahan penduduk provinsi i. Investasi per kapita dihitung dalam satuan miliar rupiah.

(Rp/US$) terhadap Investasi di Indonesia