ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006-2010

Oleh : RIDWAN NURHADI

F. 0108109

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN 2006-2010

Ridwan Nurhadi F0108109

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan perekonomian di wilayah Kabupaten Klaten sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam perencanaan pembangunan ekonomi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa runtun waktu (time series), yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Klaten dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah 2006-2010. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis Tipologi Klassen, analisis LQ dan analisis DLQ.

Hasil analisis tipologi klassen menunjukkan bahwa yang termasuk ke dalam kategori sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat adalah Sektor Penggalian dan Sektor Jasa-jasa. Menurut penghitungan analisis Location Quation yang tergolong sebagai sektor unggulan adalah Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Sektor Keuangan dan Sektor Jasa-jasa. Analisis Dynamic Location Quotient menunjukkan bahwa sektor perekonomian yang diharapkan tetap menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang adalah sembilan sektor di Kabupaten Klaten yaitu Sektor Pertanian, Sektor Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik dan Air Bersih, Sektor Bangunan, Sektor Perdagangan, Hotel dan restoran, Sektor Angkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan dan Perusahaan dan Sektor Jasa-jasa.

Pemerintah Kabupaten Klaten diharapkan bisa mempertahankan posisi sektor perekonomian yang tergolong dalam kriteria sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat agar sektor yang tergolong dalam kriteria tersebut bisa menciptakan lapangan pekerjaan baru yang dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi pengangguran. Mengingat masih ada sektor perekonomian yang belum menjadi sektor unggulan maka diharapkan pemerintah bisa lebih mendongkrak sektor-sektor tersebut agar lebih optimal.

Kata Kunci : Tipologi Klassen, LQ, DLQ

Setiap waktu yang anda miliki adalah hadiah. Gunakanlah untuk hal hal yang penting. Jangan gunakan untuk berdiam dalam hal hal yang tidak membahagiakan.

Kita semua ada di sini karena alasan khusus. Berhentilah menjadi tahanan dari masa lalu anda, jadilah arsitek untuk masa depan anda.

“All our dreams can come true – if we have the courage to pursue them.” – Walt Disney.

Apapun yang anda tunggu, sedang menunggu anda. Ia takkan muncul hingga anda

melakukan yg perlu dilakukan - - karena hidup tidak terjadi pada anda, tapi terjadi melalui anda.

Keberanian bukan berarti ketiadaan rasa takut, tapi dengan berjalan maju penuh keteguhan mengatasi ketakutan itu.

“Only I can change my life. No one can do it for me”.

(Carol Burnett)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT Skripsi ini penulis persembahkan untuk : Allah SWT

Thanks buat temen2 EP lainnya Ardhan, Ahong, Topik, Bambang, Dita, Ari, Dll. Thanks buat hari- harinya selama 4 tahun di UNS

Thanks buat semuanya yang telah ikut berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini, maaf apabila ada nama yang belum disebut.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT tak henti-hentinya penulis ucapkan atas segala

KLATEN TAHUN 2006-2010 ” ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Wisnu Untoro, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakulyas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

2. Dr. Agustinus Suryantoro, MS selaku pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Supriyono, M.si selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi UNS.

4. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh pegawai dan karyawan di Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

6. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah.

7. Orang tuaku yang aku sayangi.

8. Bubun ndud yang selalu memberi semangat.

9. Pak Man dan Pak Pur yang udah menjaga keamanan parkir motor di FE UNS.

10. Teman – teman angkatan 2008 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret semua jurusan terutama jurusan Ekonomi Pembangunan. Terima kasih atas segala yang diberikan sehingga saya dapat berkembang sampai saat ini. Mohon maaf tidak disebutkan satu per satu, semoga dapat terwakili.

jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Akhir kata penulis berharap agar karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan bagi para pembaca.

Surakarta, November 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

C. Analisis Data dan Pembahasan .................................................. 48

1. Analisis Tipologi Klassen .................................................... 48

2. Analisis Loqation Quotient (LQ) ......................................... 51

3. Analisis Dynamic Location Quotient (DLQ) ....................... 52

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 54

B. Saran .......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010

Tabel 4.2. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ....................................................................... 40 Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ..................................... 41 Tabel 4.4. PDRB Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ADHK Tahun 2000 .................................................................... 42 Tabel 4.6. Penduduk Jawa Tengah Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2006-2010 ....................................................... 45 Tabel 4.4. PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 ADHK Tahun 2000 .................................................................... 47 Tabel 4.8. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Kabupaten Klaten dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2006-2010 ................. 49 Tabel 4.9. Klasifikasi Sektor PDRB Klaten Tahun 2006-2010 Berdasarkan Tipologi Klassen.................................................... 50 Tabel 4.10. Nilai LQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ....................................................................... 51 Tabel 4.11. Nilai DLQ Sektor Perekonomian Kabupaten Klaten Tahun 2006-2010 ....................................................................... 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.5. Peta Provinsi Jawa Tengah .................................................... 44

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita (Arsyad dalam Titisari 2009). Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada peningkatan perekonomian masyarakat, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi dapat mendukung pencapaian tujuan atau mendorong perubahan-perubahan atau pembaharuan bidang kehidupan lainnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Siagian (1984:128) dalam Fachrurrazy (2009) bahwa keterbelakangan utama yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang adalah di bidang ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan, bahkan dapat dikatakan merupakan tuntutan sejarah apabila pembangunan ekonomi mendapat perhatian utama.

Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) dalam Fachrurrazy (2009) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit, Proses pembangunan ekonomi tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi memerlukan berbagai usaha yang konsisten dari berbagai pihak untuk memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi umat manusia. Tujuan pokok pembangunan ekonomi menurut Jhingan (1992:420) dalam Fachrurrazy (2009) ialah untuk membangun peralatan modal dalam skala yang cukup untuk meningkatkan produktivitas di bidang pertanian, pertambangan, perkebunan dan industri. Modal juga diperlukan untuk mendirikan sekolah, rumah sakit,

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada. Pembangunan ekonomi juga membentuk pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999: 108).

Berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka pemerintah memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah, khususnya daerah kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.

Diberlakukannya otonomi daerah mengharuskan Pemerintah Daerah menggali potensi-potensi ekonomi yang ada di wilayahnya agar mampu bersaing dengan daerah lainnya (Titisari, 2009). Disamping itu dengan diberlakukannya otonomi daerah, daerah diberi keleluasaan penuh untuk menggali dan mengolah sumberdaya yang dimiliki di daerah bersangkutan.

Adanya kewenangan dan keleluasaan tersebut daerah mempunyai banyak alternatif dalam mencapi tujuan pembangunan yang ditetapkan.

Pada tabel 1.1 dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Klaten dari tahun 2006 sampai tahun 2010. Pada tahun 2006 PDRB Klaten sebesar 4.253.788,00 juta rupiah, naik menjadi 4.394.688,02 juta rupiah pada tahun 2007, tahun 2008 meningkat menjadi sebesar 4.567.200,96 juta rupiah, meningkat lagi menjadi 4.761.018,67 juta rupiah, dan pada tahun 2010 sebesar 4.843.247,28 juta rupiah. Sektor pertanian juga memberikan kontribusi yang cukup besar. Terlihat dari tahun ke tahun meningkat nilainya, hanya pada tahun 2010 menurun dari 1.045.720,97 pada tahun 2009 menjadi sebesar 949.998,50 pada tahun 2010.

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Klaten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006-2010

(Milliar Rupiah)

Lapangan Usaha

65,30 69,77 Industri Pengolahan

920,43 978,87 Listrik dan Air Bersih

34,37 37,08 Bangunan/Konstruksi

393,59 353,54 Perdagangan, Hotel dan Restoran

1.322,03 1.399,42 Angkutan dan Komunikasi

137,50 144,86 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sumber: BPS Kabupaten Klaten Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul

“Analisis Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Klaten Tahun 2006- 2010”

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas maka dapat dikemukakan beberapa perumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah sektor penggalian dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten merupakan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan Tipologi Klassen?

2. Apakah sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Klaten menjadi sektor unggulan berdasarkan Analisis LQ?

3. Apakah sembilan sektor perekonomian di Kabupaten Klaten masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ?

4. Apakah sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan analisis tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan analisis LQ dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan analisis DLQ di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi sektor penggalian dan sektor jasa-jasa sebagai sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat di Kabupaten Klaten berdasarkan Tipologi Klassen.

2. Mengidentifikasi sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa sebagai sektor 2. Mengidentifikasi sektor pertanian, sektor penggalian, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa sebagai sektor

3. Mengidentifikasi sektor-sektor yang masih menjadi sektor unggulan di Kabupaten Klaten di masa yang akan datang berdasarkan Analisis DLQ.

4. Mengidentifikasi sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat berdasarkan analisis tipologi klassen tergolong dalam sektor unggulan berdasarkan analisis LQ dan masih menjadi sektor unggulan di masa yang akan datang berdasarkan analisis DLQ di Kabupaten Klaten?

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat yang diberikan yaitu :

1. Menambah wawasan serta pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu ekonomi tentang Ekonomi Regional terutama mengenai perencanaan pembangunan daerah yang merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah di daerah serta peningkatan pembangunan daerah yang dapat meningkatkan kemajuan daerah/kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat dipergunakan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten sebagai masukan dan bahan pertimbangan pengambilan kebijakan dalam rangka pengembangan potensi daerahnya.

3. Sebagai sumber informasi untuk para peneliti lain terutama yang tertarik dalam bidang ekonomi regional dengan ruang lingkup dan kajian yang berbeda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu Negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad, 1999:55).

Jadi, pembangunan ekonomi sebagai proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut serta dapat diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama. Dengan cara tersebut dapat diketahui runtutan peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari suatu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya.

Di negara-negara berkembang, perhatian utama terfokus pada masalah pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Keduanya sama-sama penting, namun sulit diwujudkan secara bersama. Pengutamaan yang satu akan menuntut dikorbankannya yang lain. Pembangunan ekonomi mensyaratkan Gross National Product (GNP) yang lebih tinggi, dan untuk itu tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi merupakan pilihan yang harus diambil. Namun yang menjadi masalah bukan hanya soal bagaimana caranya memacu pertumbuhan, tetapi juga siapa melakukan dan berhak menikmati

hasil-hasilnya, kalangan elit kaya yang minoritas atau mayoritas rakyat yang miskin. Selanjutnya perlu dilakukan upaya peninjauan kembali terhadap segenap prioritas pembangunan dari tujuan memaksimalkan laju pertumbuhan GNP menjadi pengutamaan kepentingan masyarakat yang lebih luas dan langsung, seperti pengentasan kemiskinan dan pengurangan kesenjangan pendapatan. Namun terdapat jurang yang lebar antara upaya penijauan kembali prioritas pembangunan dengan pelaksanaannya. Peninjauan kembali strategi pembangunan yang lebih menitikberatkan pada perbaikan nasib golongan miskin akan berhadapan dengan berbagai macam masalah dan kendali politik, kelembagaan dan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan struktur kekuasaan (Todaro, 2000: 177).

2. Pembangunan Ekonomi Regional

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara Pemerintah Daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi dan semakin kecilnya ketimpangan pendapatan antar penduduk, antardaerah dan antar sektor. Akan tetapi pada kenyataanya bahwa pertumbuhan ekonomi tidak selamanya diikuti pemerataan secara memadai (Arifin, 2008).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri

alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk barang dan jasa yang baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan dan pengembangan pasar baru (Arsyad, 1999). Dijelaskan lebih lanjut oleh Kuncoro dalam Wulandari (2010) bahwa pembangunan regional sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus dapat meningkatkan pendapatan per kapita dari penduduk tersebut dan akan meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi. Tujuan pembangunan daerah akan tercapai jika kebijaksanaan utama yang dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Sjafrizal dalam Wulandari, 2010).

Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added) yang tercipta di suatu wilayah (Fachrurrazy, 2009).

3. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah- wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah- wilayah lain melalui arus perpindahan faktor-faktor produksi dan pertukaran komoditas. Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah peningkatan volume variabel ekonomi dari suatu sub sistem spasial suatu bangsa atau negara dan juga dapat diartikan sebagai peningkatan kemakmuran suatu wilayah. Pertumbuhan yang terjadi dapat ditinjau dari peningkatan produksi sejumlah komoditas yang diperoleh suatu wilayah.

Glasson (1977:86) dalam Fachrurrazy (2009) mengemukakan pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu-penentu endogen ataupun eksogen, yaitu faktor-faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar daerah, atau kombinasi dari keduanya. Penentu endogen, meliputi distribusi faktor-faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal sedangkan penentu eksogen adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.

Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam Perhatian terhadap pertumbuhan ekonomi daerah semakin meningkat dalam era otonomi daerah. Hal ini cukup logis, karena dalam era otonomi daerah masing-masing daerah berlomba-lomba meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya, guna meningkatkan kemakmuran masyarakatnya. Oleh karena itu, pembahasan tentang struktur dan faktor penentu pertumbuhan daerah akan sangat penting artinya bagi pemerintah daerah dalam

Menurut Richardson (2001:35) dalam Fachrurrazy (2009) perbedaan pokok antara analisis pertumbuhan perekonomian nasional dan analisis pertumbuhan daerah adalah bahwa yang dititikberatkan dalam analisis tersebut belakangan adalah perpindahan faktor (factors movement). Kemungkinan masuk dan keluarnya arus perpindahan tenaga kerja dan modal menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi regional. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah akan lebih cepat apabila memiliki keuntungan absolute kaya akan sumber daya alam dan memiliki keuntungan komparatif apabila daerah tersebut lebih efisien dari daerah lain dalam melakukan kegiatan produksi dan perdagangan (Sirojuzilam (2008) dalam Fachrurrazy, 2009).

4. Pembangunan Ekonomi Daerah

Para ahli banyak memberikan pengertian mengenai pembangunan ekonomi daerah, diantaranya adalah pembangunan ekonomi daerah diartikan sebagai suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (Arsyad, 1999: 298).

Masalah pokok dalam pembangunan daerah tersebut terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekuasaan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi Masalah pokok dalam pembangunan daerah tersebut terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekuasaan daerah yang bersangkutan dengan menggunakan potensi

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakat harus secara bersama- sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dapat menggunakan sumber daya yang ada, serta dapat menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Perbedaan keadaan daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Peniruan pola pelaksanaan kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan dihasilkan pada suatu daerah, belum tentu dapat memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. Tiga pengertian daerah berdasarkan aspek ekonomi yaitu (Arsyad, 1999: 107- 108): Perbedaan keadaan daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula. Peniruan pola pelaksanaan kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan dihasilkan pada suatu daerah, belum tentu dapat memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun suatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan, dan potensi) daerah yang bersangkutan. Tiga pengertian daerah berdasarkan aspek ekonomi yaitu (Arsyad, 1999: 107- 108):

b. Daerah Nodal adalah suatu daerah yang dianggap sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasi oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi; dan

c. Daerah Perencanaan atau Daerah Administrasi adalah suatu daerah yang ruang ekonomi berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan, dan sebagainya.

Masalah pokok dalam pembangunan ekonomi adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekuasaan daerah yang bersangkutan dengan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah). Ada empat peran yang diambil oleh pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu (Arsyad, 1999:120):

a. Enterpreneur Pemerintah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah daerah bisa mengembangkan suatu usaha sendiri (BUMD). Pemerintah daerah harus dapat mengelola asset dengan lebih baik sehingga secara ekonomis dapat menguntungkan.

b. Koordinator Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi b. Koordinator Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi

c. Fasilitator Pemerintah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini dapat mempercepat proses pembangunan dan prosedur perencanaan serta mangatur penetapan daerah yang lebih baik.

d. Simulator Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus. Hal ini dapat mempengaruhi perusahan-perusahan untuk masuk ke dalam dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada sebelumnya tetap berada di daerah tersebut.

5. Teori Pembangunan Daerah

Para ahli mengemukakan berbegai teori tentang pembangunan daerah antata lain (Arsyad, 1999:115).

a. Teori Ekonomi Neo Klasik Konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equlibrium) dan mobilitas faktor produksi. Sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah akan mencapai modal akan bisa mengalir tanpa restrikasi (pembatasan). Modal akan a. Teori Ekonomi Neo Klasik Konsep pokok dalam pembangunan ekonomi daerah yaitu keseimbangan (equlibrium) dan mobilitas faktor produksi. Sistem perekonomian akan mencapai keseimbangan alamiah akan mencapai modal akan bisa mengalir tanpa restrikasi (pembatasan). Modal akan

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Teori basis ekonomi menyatakan faktor penentu utama dari pertumbuhan ekonomi daerah adalah adanya hubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan Industri- industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja Teori basis ekonomi membagi kegiatan ekonomi kedalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan sektor basis merupakan kegiatan suatu masysrakat yang hasilnya berupa barang dan jasa yang ditujukan untuk ekspor keluar, regional, nasional, dan internasional. Kegiatan sektor non basisn merupakan kegiatan masyarakat yang menghasilnya berupa barang dan jasa yang diperuntukkan bagi masyarakat itu sendiri dalam kawasan kehidupan ekonomi Masyarakat tersebut. (Rachmat Hendayana, 2003:3).

Penekanan terhadap arti penting bantuan (ald) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional merupakan strategi dari pembangunan daerah. Implementasi kebijakaanya mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaanperusahaan yang berorientasi ekspor yang ada yang akan didirikan didaerah tersebut. Ketergantungan yang tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara rasional maupun global merupakan kelemahan dari model ini. Model ini juga berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri Penekanan terhadap arti penting bantuan (ald) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional merupakan strategi dari pembangunan daerah. Implementasi kebijakaanya mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaanperusahaan yang berorientasi ekspor yang ada yang akan didirikan didaerah tersebut. Ketergantungan yang tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara rasional maupun global merupakan kelemahan dari model ini. Model ini juga berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri

c. Teori Lokasi Teori ini mengatakan bahwa lokasi mempengaruhi pertumbuhan daerah khususnya dikaitkan dengan pembangunan kawasan industri. Pemilihan lokasi yang tepat sepertoi memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar lebih dipilih perusahaan karena dapat meminimumkan biaya. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya termurah antara lain bahan baku dengan pasar. Keterbatasan dari teori lokasi ini adalah tehnologi dan komunikasi modern yang telah mengubah siknifikan suatu lokasi tertentu untuk kegiatan produksi dan distribusi barang.

d. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral menganggap bahwa ada hierarki tempat dan disetiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Pembangunan ekonomi di daerah perkotaan maupun pedesaan dapat menerapkan teori ini, misal perlu pembedaan fungsi antara daerah-daerah yang bertentangan (berbatasan). Beberapa daerah yang dapat menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainya hanya sebagai daerah pemukiman.

e. Teori Kausasi Komulatif Teori kausasi menunjukkan daerah sekitar kota semakin buruk. Kekuatan-kekuatan pasar cenderung memperoleh kesenjangan antara daerah-daerah tersebut (maju versus terbelakang). Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibandingkan dengan daerah lainnya.

f. Model Daya Tarik Teori daya tari industri merupakan model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang paling mendasari adalah suatu masyarakat dapat memperbaiki posisi pasarnya tehadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan insentif.

6. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Secara umum, hal penting yang perlu di analisis dalam konteks perencanaa pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah bagaimana perencanaan tersebut di arahkan untuk dapat memberikan akselerasi atau percepatan pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan bagi setiap sektor yang terdapat dalam perekonomian terebut (Tabrani, 2008). Dalam perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah, saat ini perhatian diberikan tidak hanya pada perekonomian wilayah secara umum, namun perhatian yang mendalam perlu juga diberikan kepada upaya untuk melakukan identifikasi sektor unggulan. Sektor unggulan dalam hal ini merupakan sektor basis yang dapat memberikan aliran pendapatan ke dalam perokonomian suatu wilayah (Richardson dalam Tabrani 2008).

Menurut Arsyad dalam Fachrurrazy (2009) fungsi-fungsi perencanaan pembangunan secara umum adalah:

a. Dengan perencanaan, diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan.

b. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

c. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

d. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.

e. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi. Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala wilayah.

7. Pengertian Sektor Unggulan

Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Rachbini (2001) dalam Pratomo (2010) mengemukakan bahwa ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi Rachbini (2001) dalam Pratomo (2010) mengemukakan bahwa ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya. Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

8. Otonomi Daerah

Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri-sendiri sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri-sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan (Kamaluddin, 1992:76).

Diberlakukannya UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti UU RI No. 22 Tahun 1999 dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan Diberlakukannya UU RI No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah sebagai pengganti UU RI No. 22 Tahun 1999 dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Dengan

Potensi maupun keunggulan akibat diberlakukannya UU Otonomi Daerah: (1) Otonomi memungkinkan terlaksananya bottom up planning secara signifikan dan mengikis rantai birokrasi yang dirasakan sangat menghambat pelayanan kepada masyarakat. (2) Memberdayakan partisipasi masyarakat yang lebih besar dalam pelaksanaan pembangunan, sehingga pembangunan akan berjalan sesuai dengan kebutuhannya di daerah. (3) Pengelolaan dan pemecahan masalah pembangunan di daerah dapat lebih bertanggung jawab (4) Terbukanya peluang untuk menggali potensi daerah (5) Mengembangkan ekonomi pedesaan (Titisari, 2009).

9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Wilayah domestik suatu daerah yang meliputi daratan dan lautan yang berada didalam batas-batas geografis daerah tersebut.

Fachrurrazy (2009) menerangkan bahwa PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto Fachrurrazy (2009) menerangkan bahwa PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto

Pada PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar. Produk Domestik Bruto atas dasar harga pasar adalah jumlah nilai tambah bruto yang timbul dari seluruh sektor diwilayah itu (Tarigan 2005 dalam Wulandari 2010).

Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:

1. Pertanian.

2. Pertambangan dan Penggalian.

3. Industri Pengolahan.

4. Listrik, Gas dan Air Bersih.

5. Bangunan/Konstruksi.

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran.

7. Pengangkutan dan Komunikasi.

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan.

9. Jasa-jasa.

10. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi disuatu wilayah ditentukan oleh besarnya kegiatan ekspor diwilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan menjadi kegiatan basis dan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan 2005 dalam Wulandari 2010).

Ricardson (1991) dalam Wulandari (2010) menjelaskan bahwa Teori basis ekonomi merupakan model yang relatif sederhana. Teori ini menyederhanakan suatu perekonomian regional terbagi menjadi dua sektor, sektor pertama adalah sektor basis (sektor ekspor) dan sektor kedua adalah sektor bukan basis (sektor lokal).

B. Penelitian Terdahulu

1. Rahmat Hendayana, Jurnal Informatika Pertanian Vol. 12 Edisi

Desember 2003. “Aplikasi Metode Location Quation (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional”. Penelitian ini menggunakan alat

analisis LQ. Hasil penelitian tersebut adalah metode LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu tehnik untuk mengidentifikasi penyearan komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > 1 dianggap memiliki keunggulan komparatif karena tergolong basis. Komoditas pertanian yang tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan nasional.

2. Dr. Mohammad Abdul Mukhyi, 2007. “Analisis Peranan Subsektor Pertanian Dan Sektor Unggulan Terhadap Pembangunan Kawasan Ekonomi

Propinsi Jawa Barat: Pendekatan Analisis IR IO”. Penelitian ini menggunakan alat analisis Shift Share. Hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa sumbangan terhadap Propinsi Jawa Barat adalah sektor pertanian (sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan), sektor pertambangan dan penggalian, sektor bangunan, dan sektor jasa-jasa. Hasil analisis Location Quotient (LQ) diketahui bahwa Propinsi Jawa Barat mempunyai keunggulan di sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor perdagangan, sedangkan sektor pertanian hanya sub sektor tanaman bahan makanan. Hasil analisis IRIO dapat disimpulkan bahwa multiplier terbesar Propinsi Jawa Barat terdiri atas sub sektor industri kertas dan barang dari cetakan, sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau, sub sektor industri semen, sektor listrik, gas dan air bersih, sub sektor hotel dan restoran, sub sektor angkutan udara, sub sektor angkutan air, sub sektor industri barang dari kayu dan hasil hutan, sektor bangunan.

3. Fachrurrazy, 2009. “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk

PDRB”. Hasil analisis Klassen Tipology menunjukkan sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor pengangkutan

dan komunikasi. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di Kabupaten Aceh Utara. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor dan komunikasi. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di Kabupaten Aceh Utara. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif, yaitu sektor pertanian, sektor

C. Kerangka Pemikiran

Otonomi daerah secara langsung akan dapat mempengaruhi pembangunan daerah Kabupaten Klaten. Pembangunan daerah sendiri dibagi menjadi dua sektor yaitu sektor perekonomian dan sektor nonperekonomian. Sektor perekonomian meliputi sembilan sektor yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air minum, sektor bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa.

Pembangunan daerah yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan suatu daerah harus didasari oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang tepat dari pemerintah daerah. Dalam menentukan kebijakannya, pemerintah harus mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh daerahnya. Pemerintah daerah harus mengetahui peran dan potensi sektor sub sektor perekonomian yang merupakan basis ekonomi serta dapat dikembangkan untuk menompang perekonomian daerah. Sehingga untuk dapat membangun daerah dengan baik, pemerintah Kabupaten Klaten perlu mengetahui sektor/sub sektor perekonomian apa saja yang menjadi sektor basis baik untuk masa sekarang Pembangunan daerah yang dilakukan dalam pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan suatu daerah harus didasari oleh kebijakan-kebijakan pembangunan yang tepat dari pemerintah daerah. Dalam menentukan kebijakannya, pemerintah harus mengetahui kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki oleh daerahnya. Pemerintah daerah harus mengetahui peran dan potensi sektor sub sektor perekonomian yang merupakan basis ekonomi serta dapat dikembangkan untuk menompang perekonomian daerah. Sehingga untuk dapat membangun daerah dengan baik, pemerintah Kabupaten Klaten perlu mengetahui sektor/sub sektor perekonomian apa saja yang menjadi sektor basis baik untuk masa sekarang