PRIORITAS PENANGA NAN BANJIR KECAMATAN T ELA NAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 20 12 Skr ipsi

PRIORITAS PENANGA NAN BANJIR KECAMATAN T ELA NAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 20 12

Skr ipsi

Oleh: DIAN ADHETYA ARIF

NIM K540802 6

FAKU LTAS KEGURUAN DAN ILMU PEN DIDIKAN UNIVER SITAS SEBELA S MARET SURAKARTA 2012

PRIORITAS PENANGA NAN BANJIR KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 20 12

Oleh: DIAN ADHETYA ARIF NIM K540802 6

Skr ipsi Ditul is dan di ajukan untuk meme nuhi syarat mendapa tka n gel ar Sarjana Pendidik an Pr ogram Studi Pe ndidikan Geografi Jurusan Pe ndidikan Ilmu Pe ng etahuan Sosial

FAKU LTAS KEGURUAN DAN ILMU PEN DIDIKAN UNIVER SITAS SEBELA S MARET SURAKARTA 2012

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dise tujui untuk diper ta hankan di h ada pan Tim Penguji Skripsi Fakulta s Keguruan dan Ilmu Pendidi kan Universit as S ebe la s Maret.

Persetujuan Pe mb imbing

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Wakino MS.

Pipit Wij ayanti S.Si, M.Sc

NIP. 19521103 197603 1 0 03

NIP. 19761106 200501 2 0 01

PENGESAHA N

Skripsi ini te la h d iperta hankan diha dapan Tim Penguji Skripsi Fak ultas Ke guruan dan Ilmu Pe ndidikan Univer sita s Sebel as Maret dan telah diterima untuk meme nuhi sebaga i persyaratan mendapat gelar Sa rjana Pendidik an.

Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi

Nama Te rang

Tanda Ta ngan

Ketua

: Dra. Inna Prihartini MS.

Sekretaris : Se tya Nugraha S.Si, M .Si

Anggota I : Drs. Wakin o MS .

Anggota II : Pipit Wijayanti S.Si, M .Sc

Disahkan oleh Fakultas Ke guruan dan Ilmu P endid ika n Unive rsitas Sebelas Ma ret Dek an,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hid aya tullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 001

AB STRAK

Dian

Adhet ya

Arif .

PRIORITAS

PENANGANA N

BANJIR

KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMB I TAHUN 2012. S kripsi, Surakarta : Fakult as Ke guruan dan Ilmu Pe ndidi kan, U niversita s Sebelas Maret, Septembe r 2012.

Tuj ua n pene litian ini adalah : (1) menget ahui perseba ra n wilaya h rawan banjir di Kec amatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2012, (2) menget ahui perseba ra n wilayah bahaya b anjir di Kec amatan Telanaipura Kota Jambi ta hun 2012, (3) mengetahui prio ritas pe nanganan Ban ji r di Kec amatan Telanaipura Kota Jambi tahun 2012

Penelitian ini menggu nak an meto de d eskriptif kualitat if denga n unit anal isis berupa satuan med an. Wilayah kajian me ncakup seluruh wilayah Kec amatan Tel an aipura y ang terdiri dari 11 kelurahan. Dat a ya ng digunakan adal ah da ta primer da n sekunder. Teknik pe ngumpulan da ta melalui dokumentasi, observasi, dan wawan cara. Teknik anal isis d ata untuk men getahui pe rsebaran wilayah rawan banjir adal ah pe ngskoran dan overla y terhadap pa rameter yait u : peta penggunaa n lahan, peta kerapatan salu ran drainase, pet a kemiringan lere ng. Sebelum proses overlay, terle bih dahulu dit entukan faktor pe nimbang se tiap paramete r se suai denga n pengaruh terhadap kerawan an ba njir. Pe rseba ra n wilayah bahaya banjir menggun akan tekn ik sko ring dan over lay terhadap para meter yaitu : peta rawan b anjir da n peta pe nggunaan laha n in tensi f. Wilayah penanganan banji r dianalisis dengan teknik skori ng dan overlay terhadap parameter yaitu: p et a bahaya banjir dan peta kep ada tan pe nduduk dasimetr ik.

Hasil penelitia n yang dip ero le h y aitu: (1) Wilaya h kerawana n banjir Kec amatan Telanaipura dibag i dalam 5 kela s kerawanan yaitu kela s tidak rawan meliputi se bagian keci l wila yah Kelurahan Legok. Kelas kuran g rawa n meliputi Keluraha n Legok, Keluraha n Selamat, Keluraha n Telanaipura, Keluraha n Solok Sipin dan Keluraha n Sungai Putri. Kelas rawan se dang terseba r merata di selu ruh wilayah Ke camatan Te lan aipura. kela s rawan terseb ar merat a disel uru h wilayah Kec amatan Tel an aipura. kela s sanga t rawan meliputi Keluraha n Sungai Putri, Keluraha n Pen ye ngat Re ndah, Keluraha n Murni dan Keluraha n Legok. (2) Wilayah bahaya b anjir Kec amatan Te lanaipura di bagi dala m 3 kela s bahaya yaitu kela s tidak bahaya melip uti ha mp ir seluruh wila yah Kecamatan Te lanaipura. kela s bahaya sedang meliputi se luruh Kelurah an dalam ba gian adm inistrasi Ke camatan Telanaipura, kela s bahay a d engan luas meliputi Ke lura ha n Leg ok, K elurahan Penye ngat R enda h, Ke lura han Mur ni, Kelurahan Buluran Kenal i, dan Kel urahan Teluk Ke nali. (3) Prioritas penanganan banjir Kecamatan Te lanaipura t erdiri a ta s

4 kela s prio ritas, semakin rend ah kela s maka penangana n semakin didahulukan. Kelas prio ritas I melipu ti Keluraha n Telanaipura , Kelurahan Simpang IV Sip in, Pematang Sulur, sebagi an be sar Kelurahan Penyengat R en dah , dan Kelurahan Teluk Ke nal i. Kelas prio ritas II melip uti Keluraha n P enye ngat Ren dah bagian utara, Ke lura han Teluk Kena li ba gi an uta ra, Kelurahan Bu luran Ke nal i, Kelurahan Sungai Putri, dan Keluraha n Selamat. Kelas prio ritas III melip uti Keluraha n Solok Sipin, Keluraha n Le gok, dan se bagian K elu rahan Buluran Kenali. Kelas prio ritas

IV meliputi Keluraha n Legok tepatnya ditepi Dana u Sipin, da n Kelurahan Murni.

AB STRACT

Dian Adhetya Arif. FLOOD MANAGEMENT P RIORITY IN TELANAIPURA SUBDISTRICT O F JAMBI CITY IN 2012 . The sis, Su ra karta: Teacher Train ing and Education Faculty. Suraka rta Sebelas Maret Unive rsity, October 2 012.

The objecti ve s of research a re: (1) to fin d out the distribution o f vulnerable-to-floo d are a in Telanaipura Subdistrict of Jambi C ity in 2012, (2) to find out the distribution of flood haz ard area in Telanaipura Subdistrict of Ja mbi City in 2012, and (3) to find out the priority of Flood management in Telanaipura Subdistrict of Jambi City in 2012.

Thi s rese arch used a de scriptive qualitative met hod with terrain unit a s the unit a nalysis. The a rea o f study included en tire a re a of Telan aipura Subdistric t consisted of 11 kelurahans. The data obtain ed included primar y and seco ndary data . Tec hniques of col lecting data u se d were documen tati on, observa tio n, and intervie w. Techni ques of anal yzing da ta used to find out t he distri bution of vulnerable-to-floo d area were scoring an d o verla y with th e fol lowing paramet er s: landuse map, dra inage channel density map, a nd slope de clivity map. Before overlay p rocess, e ach p arameter weighing fa ctor was deter mined fi rst a ccording to the effec t of flood vulnerability. The distributio n of flood haz ard area was anal yzed using scoring and overlay tec hn ique wit h t he fo llowing parameters: floo d vul ne rabilit y map and intensively la nd use map. The flo od ma nage me nt are a was a nalyzed usin g scoring an d ove rlay t echniques with t he following paramet ers: floo d dan ger map and dasi metri c population density map.

The result o f research showe d tha t: (1) The flood vuln era bilit y area o f Telanaipura Subdistrict was divide d in to 5 c lasses: n on -vulnerable class including

a smal l pa rt of Keluraha n Legok are a. Less vulne rable class inc lud ed Kelurahans Legok, Sela mat, Telanaip ura, So lok Sipi n and Sunga i P utri. The moder at e vulnerable class was d istributed ev enly throughout Te lanaip ura Subdistric t ar ea. The vuln erable cl ass was distribu te d e venly throughout Tela nai pura Sub district area . The very vulnera ble class incl ud ed Kelurahans S ungai Putri, Penyengat Ren dah, Murni, and Legok. (2) Th e fl ood haz ard area of Tela naipura Su bdi strict was divi ded into 3 haz ard class: non -haz ard class including nearl y all a re as of Telanaipura Subdistrict. Moderate haz ardous class included al l kel urah ans in administrative area of Tel anaipura. Haz ardous class incl ude d Keluraha ns Legok, Penye ngat R endah, Murni , B uluran K en ali, and Teluk Ke nali. (3) The prio rity of floo d manag emen t in Telanai pura subdistrict consisted o f 3 prio rity cla sse s, the lower the class i s, the more priorit iz ed is t he mana gemen t. Priority class I included Kel ura hans Telan aipura , Sim pa ng IV Sipin , Pemata ng Sul ur, most area s of Kelurahan Pen ye ngat Rendah, a nd Kelurah an Teluk K enali . Priorit y Class II included northern area of Kelurahan Peny en gat Rendah, northe rn a rea of Keluraha n Teluk Ke nali, Ke lu rah an Buluran Kenali, Kelu ra han Sungai Putr i, Keluraha n Legok, Ke lu rahan So lok Sipin and Kel urahan Selama t. Priority C lass II included Ke lu rah an Solok Sipin, Kelu rahan Legok, an d a part o f Kelurahan Buluran Kenali. Priority Cl ass III included Ke lurahan exactly on the e dge of Dan au Sipin and Kelurahan M urni.

MOTTO

- orang yang beriman, Jadikanla h sabar dan shalatmu S eba gai penolongmu, sesungguhnya A llah bese rt a or ang -

(Al-Baq arah: 153)

Berbakti kepada O rang tua , kunci k esu ksesa n d unia dan akhirat

Beran gka t dengan penuh keyaki nan, Berjala n dengan penuh keikhlasa n, Istiqomah dal am mengh ada pi cobaan.

PERSEMBAH AN

Allah SWT yang telah memberikan ridho, k emud ahan, dan k el ancar an sela ma menjalani skripsi ini sampa i selesai.

Junjungan K ita Nabi Muhammad SAW.

Karya in i ku persembahk an Ayah dan Ibu tercin ta terima k asih atas - hentinya diberikan. Teri ma k asih Adek ku tersay ang sudah menjadi tempat berbagi, belajar,

cerita, be rma in, ja lan, da n menj adi teman sahabat .

Bap ak Drs. Waki no MS. dan Ibu Pipi t Wijayant i S.Si, M.Sc yang menjad i Dosen Pemb imbing Sk ripsi saya . Teri ma kasih atas bimbingan, masukan dan arahannya.

Ria Kurniawati, ST. terima kasih sudah melu an gkan waktu untuk selalu mengingatkan, mendukung , me mberi masukan , perhatian, semangat , dan

KATA PENGANTAR

Puji d an syukur k ehadirat All ah SWT at as hidaya h-Nya se hi ngga skripsi ini dapat diselesaika n. Se la ma p en yusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbinga n dan sa ran-saran dari berbag ai pihak . O le h kare nanya, penulis mengucapkan terimakasih k epada :

1. Bap ak Prof. D r. M. Furqon Hidayatullah , M.Pd, selaku Deka n Fakultas Keg urua n d an Ilmu Pendid ik an Universitas Sebela s Ma ret yang telah memberikan ijin penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Bap ak Drs. Syaiful Bachr i, M.Pd, sela ku Ketua Ju rusan Pe ndi dik an Ilmu Penge tahuan Sosial ata s ijin yang diberikan.

3. Bap ak Dr. Ga mal Rindarjono M.Si, sela ku Ketua Program Studi Pendid ikan Geo grafi, Bapa k Drs. Dj ok o S ubandriyo M.Pd selaku Pe laksan a Tugas, d an pembimb ing akad emi k ata s iji n serta motivasinya yan g tela h diberikan .

4. Seluruh dose n Program Studi Pendidikan Ge ografi atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan.

5. Pemerintah Kota Jambi bese rta ja jara n instan si dibawa hnya yang tel ah bersedi a memberikan d ata yan g dib ut uhk an dal am pe nelitian ini.

6. Ibu, Ayah, dan keluarga besar ku atas d oa,dukun gan,dan kasih sa yangnya.

7. Eirlangga, SP atas bimbingan pe nggunaa n Arcg is

8. Arif Andani Hida yat at as atas bantu an penelitiannya

9. Teman-teman pendidi kan Geogr afi 2008

10. Seluruh piha k yang tela h membantu yang tidak dapat pe nulis sebutk an sa tu persat u

Menyadari b anya knya k ek urangan, pe nulis meng harapkan k ritik serta saran a gar skripsi ini lebih se mp urna. Semoga skr ipsi i ni bermanfa at.

Surakarta , Oktob er 2012 Penulis

Dian Adhetya Arif K5408026

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tipologi Daerah Ra wan Banjir ..................................................... 14 Gambar 2. Diagram Kera ngk a Pemi ki ran ....................................................... 22

Gambar 3.

Di agram alur peneliti an ................................................................ . 42 Gambar 4. Diagram Persenta se Lu as Kecamatan Telan aipura ....................... 44

Gambar 5. Wilayah da tara n b anj ir di Kelurahan Pe nyenga t Re ndah.............. 49 Gambar 6. Prose s Terbe ntuknya Da nau Tapal Kuda ...................................... 49

Gambar 7. Ci tra Ikonos Danau Tapal Ku da di Ke lura han Legok ................... 50 Gambar 8. Tipe I klim Lokasi Penelitia n Menurut Koppen............................. 56

Gambar 9. Tipe C ur ah Huj an Lo kasi Penelitian ............................................. 58 Gambar 10. Foto D ae rah Tida k R aw an Banji r (kelas I) ................................... 85 Gambar 11. Foto D ae rah Kura ng Rawa n Banjir (kelas II) ............................... 85

Gambar 12. Foto D ae rah Ra wan Se dang (kelas III) ......................................... 86 Gambar 13. Foto Daerah Rawan Banjir (kelas IV) ........................................... 87

Gambar 14. Foto Daerah Sangat Rawan Banjir (kelas V). ............................... 87

Tabel 26. Klasif ika si dan skoring ke rapatan saluran drainase Kec amatan Telanaipura .................................................................... 74 Tabel 27. Klasifikasi dan S korin g Pengguna an La han Ke camatan Kecama tan Telana ipura Tahun 2012 ............................................... 78 Tabel 28. Klasif ika si dan skoring ke miri ngan lereng Kec amatan Telanaipura .................................................................... 82 Tabel 29. Skor Tertimbang Param ete r Kerawana n Ban jir ............................. 83 Tabel 30. Luas Wilayah Rawa n Banjir Keca ma tan Telan aipura ................... 84 Tabel 31. Klasifikasi dan S koring R aw an Ban ji r ........................................... 91 Tabel 32. Skoring Peng gunaan Lahan I ntensif Kecamat an Te lanaipura ...... 91 Tabel 33. Skor Te rtimba ng Para met er Bahaya B anjir ................................... 94 Tabel 34. Lu as Wilayah Bahaya Ba njir Keca matan Telana ipura .................. 95 Tabel 35. Ke padatan Penduduk dasime trik .................................................... 100 Tabel 36. Klasifika si dan Skoring Kepa da tan Pe ndu duk Das imetrik ............ 101 Tabel 37. Skor Te rtimba ng Para met er Prioritas Penangana n Banj ir ............. 103 Tabel 38. Lu as Wilayah priori ta s pe nanga nan ban jir

Kec amatan Telanaipura .................................................................... 104 Tabel 39. Prioritas pe nanganan banjir Kec amat an Telanaipura..................... 105

DAFTAR PETA

Peta 1. Administrasi Kecam at an Telanaipura .............................................. 45 Peta 2. Geologi Keca matan Te la naipura ...................................................... 47

Peta 3. Topografi Kec amatan Telanaipura ................................................... 65 Peta 4 . Kemiringan Lereng Kec amatan Tela naipu ra ................................... 66

Peta 5 . Satuan Medan Kec amat an Telanaipura ............................................ 72 Peta 6 . Drainase Kecamatan Telanaipura..................................................... 76

Peta 7 . Kerapatan Saluran Ke camat an Telanai pura ..................................... 77 Peta 8. Penggunaan Laha n Kecamatan Tela na ipu ra .................................... 81

Peta 9 . Kerawana n Banjir Keca mat an Te lanaipura ...................................... 88 Peta 10. Pengguna an Lah an In tensi f Ke camatan Te lanaipura ....................... 93 Peta 11. Ba haya Ban ji r Kecamat an Tela naipura ............................................ 97 Peta 12. Ke padatan Penduduk Dasimetrik Kec amatan Telanaipu ra .............. 102 Peta Rekomendasi Prio ritas Pena ngana n Ban ji r Keca mat an Te la naipura ..... 106

DAFTAR LAMPIR AN

Lampiran 1. Tabel Skori ng Rawan Ban ji r Keca matan Te la naipura Tahun 20 12 Lampiran 2. Tabel Skori ng Bahaya Banji r K eca mata n Tela nai pura Tahun 2012 Lampiran 3. Tabel Skori ng Prioritas Pe na ngana n Banjir Ke camat an

Telanaipura Tahun 2012 Lampiran 4. Pedoman Wawan cara

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sela ma ribuan ta hun manusia telah hidup berdampingan dengan alam. Pemanfaata n sumberdaya a la m seba gai baha n pemen uhan kebutuhan manusia t idak dapat dihindari. Berkembangnya ma nusia dipermu kaa n b umi menyebabkan semakin tinggi pula permintaa n aka n sumb erdaya al am. Tingginya kebutuhan akan sumbe rdaya t er sebut menuntun manusia untuk melakuk an eksplorasi dan eksploita si terhadap sumberdaya alam yang dimulai dar i kawasa n potensial terutama di da erah yang subur.

Pengkonsentrasian permukiman pa da kawasan-kawasan potensial mulai terbentuk sejak manusia memiliki pola hidup menetap . Lokasi konsentrasi permukiman dida sarka n p ada loka si yang pote nsial dengan me mpertimbangkan loka si yang subur dan a danya sumbe r air. Kawasan yang dipilih dapat berupa lembah sungai, panta i, dan da taran aluvial lainnya. Sejalan dengan pe rkembangan peradaban maka terjadilah pemusatan pe rmu kiman yan g berkemb ang menjadi perkot aan. Pemil ihan kawasa n p ermukiman di wilayah pot ensial terse but akan di sertai dengan timbu lnya resiko lingkungan yang har us ditanggung manusia yang menetap pada kawasan itu berupa ancama n bencan a ban jir.

Lokasi permukiman yang dekat den gan air me rupakan ci ri khas perkembangan permukiman yang a da di Indonesia. Sebagai contoh ko ta-kota yang berkembang dar i keberadaan se buah sungai yaitu Kota Solo dengan Bengawan Solo, Kota Pale mbang d engan Sungai Musi, dan Kota Jambi dengan Sungai Bata ngh ari. Perkembangan permuki man yang de miki an d i wila ya h Indo nesia sangat rentan untuk timbul bencana.

Hal ini dise babkan w ilayah Indonesia terletak di daerah iklim trop is dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan dengan ciri-ciri adanya peruba han c uaca, suhu, dan arah angin yang ekstrim. Kondisi iklim ini dapat menimbulkan a kibat negati f bagi manusia yaitu terjadinya bencana seperti b anj ir. Seiring den gan berk emba ngn ya Hal ini dise babkan w ilayah Indonesia terletak di daerah iklim trop is dengan dua musim yaitu kemarau dan hujan dengan ciri-ciri adanya peruba han c uaca, suhu, dan arah angin yang ekstrim. Kondisi iklim ini dapat menimbulkan a kibat negati f bagi manusia yaitu terjadinya bencana seperti b anj ir. Seiring den gan berk emba ngn ya

lainnya. Kejadian banjir tersebut menga kibatkan kerugian seperti wilaya h Brebes yang me nga lami kerugian kerusakan lahan sebesa r 11 Ha, Kabupaten Cilacap sebesar 518 Ha, serta Kabupaten Pati yang mengalami keru sa kan laha n seluas 258 Ha. (sumber: dibi.bnpb.go.id).

Banjir ad alah masalah umum yang dih adapi nega ra-negara di dunia, tidak terkecual i nega ra maju seka lipun. Banjir se be narnya merupakan fenome na alam yang

biasa terjadi pada kawasan dat aran banjir (flood pla in) sepanjang sungai. Banjir muncul seba gai bencana ketika me rugikan manusia yang melakukan keg iatan dan bermukim dikawa san tersebut. Me nurut Hasibuan (20 04: 1) Banjir adal ah aliran permukaan yang tidak dapat ditamp ung oleh drainase atau sungai, sehingga mel ebar ke kir i dan ka nan se rta menimbulkan genangan yan g me rugikan manusia. Da er ah rawan ba nj ir adalah kawasan po tensial timbuln ya banjir yang diidenti fikasi dengan frekuensi terjadinya banjir. Fenomena banjir yang terjadi secara mer ata di berbagai wila yah di Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya, pada dasarnya, me rupakan indi ka si yang kuat te rja dinya ketidakse larasan dalam p emanfaatan ruan g yaitu antara aktivitas manusia denga n kepentingan ekonominya d an alam denga n kelestarian lingkungann ya .

Dinas Pekerjaan Umum (2003: 2) menyatakan bahwa penyebab terjad inya bencana banjir sec ara umum dap at dibe da kan men jadi 3 (tiga) hal, y akni: (1) kondisi alam yang bersifat statis, seperti kon disi geografi, topografi , dan kar akte rist ik sungai, (2) peristiwa alam yang be rsifat dinamis, seperti perub ahan iklim (pemana san) global, pasa ng surut, land subsi den ce, sedime ntasi, da n sebagainya, serta (3) aktivitas sosial-ekono mi ma nusia yang sanga t dinamis, sepert i deforestasi (proses pengg undulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaa tan sempadan sungai/saluran un tuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banji r, perilaku masyarak at, ket erbatasan prasarana dan sarana p eng endali banjir dan sebagainya. Sela in faktor faktor tersebut, pemanasan global (global warming) juga merupakan Dinas Pekerjaan Umum (2003: 2) menyatakan bahwa penyebab terjad inya bencana banjir sec ara umum dap at dibe da kan men jadi 3 (tiga) hal, y akni: (1) kondisi alam yang bersifat statis, seperti kon disi geografi, topografi , dan kar akte rist ik sungai, (2) peristiwa alam yang be rsifat dinamis, seperti perub ahan iklim (pemana san) global, pasa ng surut, land subsi den ce, sedime ntasi, da n sebagainya, serta (3) aktivitas sosial-ekono mi ma nusia yang sanga t dinamis, sepert i deforestasi (proses pengg undulan hutan), konversi lahan pada kawasan lindung, pemanfaa tan sempadan sungai/saluran un tuk permukiman, pemanfaatan wilayah retensi banji r, perilaku masyarak at, ket erbatasan prasarana dan sarana p eng endali banjir dan sebagainya. Sela in faktor faktor tersebut, pemanasan global (global warming) juga merupakan

Banjir di kawasan dataran b anjir d an dataran al luvial me rupakan perma sal ahan yang pe nt ing, mengingat konsentrasi pe rmukiman pen dud uk mayoritas

bera da di wilayah ini. Banjir pada dae rah ini akan menimbulka n kerugian ya ng sangat be sar seperti korban jiwa, kerusakan infrastruktu r publik, keru sakan ma teri pribadi penduduk, dan terganggunya roda perekon omia n kota yang pa da akhirnya akan menimbulkan ke rugian dan kesengsaraan b ag i pe nduduk yang terkena bencana.

Kota Jambi merupakan kota yan g berkembang k arena keberadaan Sungai Batangha ri. Muncul dan berkemb angnya Kota Jambi sebagai pusa t permukiman dan kegiatan masyarak at Jambi telah melalui seja rah yang sangat panjang. Be rmula dari didi rikannya sebuah ke rajaan oleh Datuk Orang Kayo H itam di tepi Sungai Batanghari. Lokasi yang dipi lih berkaitan erat dengan fungsi sun gai sebagai pemenuhan ke butuhan akan a ir dan tran spo rtasi. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kota Jambi berkemban g d i lokasi satuan bentuklaha n datara n aluvial yang secara

geomorfologi sangat raw an untuk terl and a ban jir. Daera h yang sering terlanda banjir di Kota Jambi salah satunya a dalah sekitar Danau Sipin yang seca ra administrasi berada di Ke camata n Telanaipura dan dekat pusat p ermu ki man di Kota Jambi . Danau Sip in adalah sebuah danau tapal kuda yang terbentuk ak ibat erosi dan pelurusan sunga i se cara alami. Saat musim hujan datang, kawasan ini sering mengalami banjir da n menggenangi permuki man pendu duk sekitarn ya.

Kecamatan Tela naipura yang me rupakan bagian wilayah a dministrasi Kota Jambi dipilih sebagai lokasi penelitia n kare na Kecama tan Telanaipura merupakan wila yah yang me nga lami banjir dan frekuensinya meningkat da lam satu deka de terakhir. Selain itu , kejadian banjir menimbulkan kerugian bagi masya rakat . Berda sarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan B encana (dibi .bnpb.go.id) pada tahun 2003 banjir terjadi dua kali dalam se tahun dan meni mbul ka n kerugi an berupa kerusakan lahan se lua s 1044 ha, kerusakan fasilita s pendid ika n sebanyak 6 unit sekolah, korban meninggal 5 o rang dan men derita sebanyak 1260 orang, serta Kecamatan Tela naipura yang me rupakan bagian wilayah a dministrasi Kota Jambi dipilih sebagai lokasi penelitia n kare na Kecama tan Telanaipura merupakan wila yah yang me nga lami banjir dan frekuensinya meningkat da lam satu deka de terakhir. Selain itu , kejadian banjir menimbulkan kerugian bagi masya rakat . Berda sarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan B encana (dibi .bnpb.go.id) pada tahun 2003 banjir terjadi dua kali dalam se tahun dan meni mbul ka n kerugi an berupa kerusakan lahan se lua s 1044 ha, kerusakan fasilita s pendid ika n sebanyak 6 unit sekolah, korban meninggal 5 o rang dan men derita sebanyak 1260 orang, serta

lima kali. Pada tahun 2010 banjir telah menggen ang i 4 k elu rahan ya itu Kelu ra han Legok, Kelu rahan Buluran, Kelurahan Teluk Kena li, dan Kelurahan Pe nyengat Rendah. Banjir yang mel and a daerah tersebut t elah menimbulkan dampak negatif yang merugikan. Kelura han Legok me ru pak an wilayah yang mengalami kerugian

sebanyak 662 rumah tergenang b anjir. Se lain itu banjir j uga merusak fasilitas pendi dikan, se rta terganggunya akt ifita s sosial dan ekonomi karena ter genangnya beberapa rua s jalan bahk an ter ganggunya keseh atan masya rak at. Agar dampak yang ditimbulkan akibat banjir tidak semakin melua s, sudah semestinya j ika a nali sis bencana banjir di Keca matan Telan aipura dilakukan. hasil analisis d apat di gunakan sebagai b aha n pertimban gan prioritas penanganan banjir dalam usaha penyelamatan jiwa manusia pada lokasi -loka si tertentu yang dianggap sangat merugik an.

Kerugian yang dialami pendu duk tersebut men ja dik an da erah Kecamata n Telanaipura sebagai dae rah yang ba haya jika fenomena banjir melanda. Oleh karena itu diperlukan ti nd aka n p en ang anan agar kerugian dap at berkurang. Salah sat u upa ya yang dapat dilakukan yaitu penent uan wilayah rawa n ban jir dengan me nggunakan analisis medan . Kejadian banjir berkaitan dengan kondisi medan di suatu wil ayah. Parameter medan yaitu ke lerengan dan ke tinggian. Ba njir akan terjadi dengan kondisi kelerengan yang datar d an keti nggian te mp at yang renda h, kare na lo kasi tersebut merupakan tempat akumulasi air yang datang dari wil ayah lebih t inggi. Penggunaan meda n seb agai unit analisis dalam meng kaji persebara n wilayah rawan dan bahaya banjir akan memuda hka n d alam penyajia n informasi banjir, sela njutnya akan mempemudah dalam penengambil an keputusan penanganan banjir.

Penyajian informa si me nge nai banjir pad a saat ini masih sebatas pada data dalam bentuk angka-angka atau tabel yang belu m dipet akan oleh Dinas Peker jaan Umum (DPU). Penyajian da ta dal am b entuk ini dapat muda h dibaca dan digu nakan oleh pemba ca, namun masih terdapat berbagai kel emahan didala mnya yaitu ti dak Penyajian informa si me nge nai banjir pad a saat ini masih sebatas pada data dalam bentuk angka-angka atau tabel yang belu m dipet akan oleh Dinas Peker jaan Umum (DPU). Penyajian da ta dal am b entuk ini dapat muda h dibaca dan digu nakan oleh pemba ca, namun masih terdapat berbagai kel emahan didala mnya yaitu ti dak

menyajikan data yang menunjuk kan distribusi keruangan atau lokasi mengen ai sifat - sifat pe nting mak a hendaknya info rmasi te rsebut ditunjukka n dal am bentuk peta, kare na melalui peta dapat disa mpaikan informa si keruanga n d an lokasi penyebaran, macam serta ni lai data seca ra t epat dan jelas.

Penyajian data tentang pe rseba ran wila yah banjir ke dala m bentuk p eta tentunya aka n sangat membantu dal am perencanaan dan pengambilan keputusan

ataupun tindakan lebih lanjut terhad ap masalah ba njir ba ik waktu seka rang maupun masa yang a kan datang. K arena melalui pe ta, pema kai peta dapa t dengan mudah membaca da n menan gkap ide dari data dan info rmasi yang disajikan. Peta r awan banjir yang dihasilkan merupakan salah satu aspek pe nting dal am usaha pe ncegahan dan kesia psiagaan dal am menghad api bencana ban jir. Identifika si dae rah rawan banjir akan berguna sebagai bahan a nali sis u ntuk mengetahui wilaya h yang berbahaya bag i keselamatan jiwa penduduk, se lanjutnya dapat ditentukan uruta n prioritas pe nanganan banjir di Kecama tan Telanaipura. kebijakan prioritas penangan an banjir didasarkan pada Un dang-undang Republik Indonesi a Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggu langan Bencana yaitu upaya penanggula ng an dida sarkan pada keselamatan jiwa manusia.

Berda sarkan latar be lakang masalah tersebut , pe nulis te rtarik mengadakan peneli tian dala m rangka pe nyusuna n skripsi dengan judul:

Banji r di Ke camatan Telanaipura Kota Jambi

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan, ter dapat b ebe rapa perma sal ahan yang menjadi foku s penelitian, ya itu :

1. Wilayah Kecamatan Telan aipura Kota Jambi merupakan kawasan yang sering dilanda banjir dalam satu dekade terakhir. Kondisi d emikian akan sangat mengganggu aktivitas masyara ka t Kot a Jambi.

2. Wilayah banjir terjadi d i sekita r Danau Sipin yang me rupakan bagian dari wila ya h administrasi Kecamatan Tel anaipura. Pusat pe merintahan provinsi Jambi juga

berl okasi di wilayah administra si Kecamatan Tel anaipura. Jika terjadi banjir pada loka si ini ma ka akan sangat me nggangu kegiatan p emerintahan.

3. Banyaknya kerugi an yang ditimbulkan akibat ba njir sepe rti korban meninggal, kerusakan infrastruk tur p ublik, dan terganggunya kegiat an p ereko nomi an pendu duk. D ampa k yang ditimbulkan merupakan efek da ri kurangnya kesiapan masyarak at dan peme ri nt ah dalam menga ntisipasi ba njir. Tindakan miti gasi bencana ban jir diperlukan untuk memperkecil ker ugian yang di a lami ole h masyara kat.

C. Perumusan Masalah

Berda sarkan latar be la kan g pen eli tian di atas, ma ka dapat dirumuskan masalah seba gai berikut:

1. Dimana persebaran daerah wila yah banjir di Kecamatan Te lanaipura Kota Jambi tahun 2012?

2. Dimana persebaran daerah wila yah banjir di Kecamatan Te lanaipura Kota Jambi tahun 2012?

3. Bagaimana pri oritas penan ganan Banjir di Kecamatan Telanaipur a Kot a J ambi tahun 2012?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ada lah :

1. Me ngetahui pe rse baran wila yah rawan ba njir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi tah un 2012.

2. Me ngetahui per sebaran wila yah bahaya banjir di Kec amatan Te lanaipura K ota Jambi tah un 2012.

3. Me ngetahui prioritas penanganan Banjir di Keca matan Telanaipura K ot a Jambi tahun 2012.

E. Manfaat Penelitian

Penel itian i ni d iharapka n akan memberikan beberapa manfaat antara la in :

1. Ma nfaat Teoritis Me mberikan sumbanga n pemikiran bagi penelitian dalam k ajian bidang ilmu Geo grafi khususnya untuk pemetaan ba njir, dan prioritas penangan an banjir di Kecamatan Telanaipura Kota Jambi.

2. Ma nfaat Praktis

a. Bagi Penel iti Me mberikan manfaat se bagai tamb ahan ilmu pengetahua n dan la tiha n dalam menerapka n teori yang tel ah dipelaja ri di ban gku perkuliahan. Penelitia n juga bermanfaat dalam meraih gelar sarjana pada Pro gram St udi Pe nd idikan Geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidik an Universita s Sebela s Ma ret Surakarta.

b. Bagi Pemerint ah Kota Output yang dihasilkan adala h peta pe rsebaran wilayah rawan banjir dan peta prioritas penanganan banjir sehingga dapat memberikan gambaran tingkat kere ntana n banjir masa kini dan persebarannya di wila yah Kecamatan Telanaipura tahun 2012, sehingga dapat digunakan seba gai bahan pe rtimba ngan dalam penentuan kebija ka n perencan aan dan p engembangan wila yah, khususnya penentuan skal a priori tas penanganan banjir di kawasa n ini.

F. Batasan Operasional

Batasan operasional dalam pen elit ian ini adalah :

1. Benca na (disast er) adal ah peristiwa atau ran gkaian peristiwa yang mengan cam dan mengganggu kehidupan dan penghid upa n ma syarak at yan g disebabkan, baik oleh faktor alam dan/ ata u faktor nonal am ma upun faktor manusia seh ingga mengakibat kan timbu lnya korban jiwa manusia, kerusakan lin gkun gan, kerugia n hart a benda , dan d ampak psikologis (Unda ng -Undang R epublik Indonesi a Nomor

24 Tahun 2007 tentang Penang gulangan Bencana).

2. Benca na alam (natural disaste r) adalah bencana yang diakiba tkan oleh peristiwa atau serangkai an peristiwa yang diseba bkan oleh alam a nt ara lain berupa gemp a bumi, tsunami, gunung meletu s, banjir, kekeringan, angin topa n, dan tana h longsor (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 t ent an g Penan ggula ngan B enc ana).

3. Rawan bencana adalah kondisi atau karakte ristik ge ologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, buda ya, politik, eko nomi, da n teknologi pada suatu wila yah untuk jangka wak tu terten tu yang mengurangi kema mpua n mence gah , meredam, mencapai ke siap an, dan mengura ngi k emampu an untuk mena nggapi dampak buruk bahaya tertentu (Undang-Undang Republik Indonesi a Nomor 24 Tahun 2007 tentan g Penanggulangan Bencana).

4. Banjir adalah lua pan atau ge nangan da ri sunga i atau badan air lainnya yang disebabkan ole h curah hujan yang b erleb ihan atau sa lju ya ng menc air atau dapa t pula kare na ge lombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran b anjir (Sc hweb, at.al. : 1981 dala m Lili Soemantri 20 08: 3). Banjir juga dide fe nisikan sebagai a lira n atau gen angan air yang menimbulkan ke rugia n eko no mi bahkan menyebabka n kehilanga n jiwa. D ala m istilah te knis banjir ada lah aliran ai r sungai yang mengalir melampa ui kapasitas tampung sungai. Dan deng an de mikian, a liran air sungai tersebut ak an melewati teb ing sung ai dan mengge nangi daerah sekitar. (Hewlet: 1982 dalam Lili Soe ma ntri 2008: 3).

5. Pemetaan banjir merupakan usaha mempresentasikan data yang beru pa angka ata u tulisan tentang distribusi banjir ke dalam b entuk peta agar persebaran datanya dapat langsung diketahui dengan mudah dan cepat.

6. Mitigasi (miti gation) adala h serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pemb angunan fisik maupun penyadaran dan pe ningkata n kemampuan menghadapi anca man bencana. (Undang- Undang Repub lik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 te ntang Penanggulang an Benca na ).

7. Penan ggula ngan bencana ada la h serangkaian upaya yan g mel iputi pe netapa n kebijakan pe mban gunan yang be risiko ti mbulnya bencana, kegia ta n pe ncegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabil ita si . (Unda ng -Undang Re publik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 te ntang Penanggulang an Benca na ).

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Banjir Banjir adalah luapan ata u gena ngan dari sungai atau badan air la inn ya yang disebabkan ole h curah hujan yan g be rle bihan atau salju yang menc air atau dapat pul a kare na gelombang pasang yang membanjiri kebanyakan pada dataran banjir (Sc hweb,at.al.: 1981 da lam Lili Soemantri 2008: 3). Ba njir juga didefenisikan sebagai alira n atau ge nangan air yang menimbulk an kerugia n ekonomi bahkan menyebabka n kehilan ga n jiwa. Dalam istila h teknis ban jir adalah aliran air sungai yang mengal ir me lampaui kapasitas tampung sungai. Dan dengan demiki an, aliran air sungai te rsebut akan mele wati teb ing sungai dan menggenangi dae rah sekitar (Hewlet: 1982 dalam dalam Lili Soeaman tri 2008: 3).

Me nurut Maryono (2005) dalam A gus Joko (2008: 1) Banji r disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu fakt or hujan, fakt or ha ncu rnya retensi Daerah Alira n Sunga i (DAS), faktor kesala ha n perencana an pemban gunan alur sungai , faktor penda ngk ala n sun ga i, dan fak tor kesalahan tata wila yah dan pembangunan sa ra na dan prasarana.

Banjir adalah peri st iwa tergenangn ya suatu tempat akibat meluapn ya air yang melebihi kapasitas pe mb uangan air di tempat t ersebut sehingga menimbulkan

kerugian baik fisik, sosial, dan e konomi (Pusat Mitigasi Bencana ITB, 2009: 3). Banjir juga dapa t d idefinisikan seba gai d ebit ekstrim dari suatu sungai yang melampaui kapasitas pengaliran nya sehi ng ga melu ap da n menggenangi da erah disekitarnya atau sempadan sungai (Abdul, 2006: 1).

Banjir bukan merupakan ha l yang asing bagi manusia tetapi pengertia n banjir sering rancu disamakan dengan genangan. Banjir merupakan fenome na alami ah di data ran ba njir (flood plai n). B anjir me rupakan sat u bahaya alam (natural hazard ) yang terjadi di alam ini dimana air mengge nangi laha n-lahan rendah di

sekitar sung ai sebagai a kibat ke tidakmampu an alur sungai menampung dan mengalirkan air, sehingg a air melua p kelu ar alur melampaui tanggul dan menggenangi daerah sek itarnya seperti dataran banjir dan dataran alluvial (Dibyosaputro, 1998). Banjir yaitu genangan yang di timbulkan oleh me luapnya aliran sungai, sedangkan g enangan adalah tertahannya alira n air permukaan ak ibat

tidak berfungsinya d rainase. Banjir dan genangan terse but sama-sama me landa daerah permukiman penduduk sehingga menimbulkan kerugia n h arta mau pun jiwa. Me nurut Suripin (2004 : 339) Pe nyebab ban jir dapat dibedakan me njadi 3 mac am, yaitu:

a. Banjir kiriman Me rupakan aliran banji r yang datangnya dari daerah h ulu di luar kawasan yang tergenang. Ha l ini te rj adi jik a hujan yan g terjadi d i daerah hulu menimbulkan aliran banjir ya ng melebihi kapasi tas sungainya se hingga t erjadi limpasan di daerah seki tar sungai atau sempa dan sungai. Banjir je nis ini biasanya terjadi secara t iba tiba dan a kan kembali normal apabil a in te nsitas hujan di daerah hulu sudah menurun.

b. Banjir loka l Banjir lokal me rupakan genangan air yang timbul akibat huj an ya ng jatu h di daerah itu sendiri. Hal ini biasanya diseba bkan karena hujan yang te rjadi meleb ihi kapasitas sistem drainase yang ada. Banjir je nis ini banyak ter jadi di daerah perkotaan denga n topografi yang rendah ka rena selain sistem drainase yang kurang berfungsi juga ka ren a diseba bkan banyaknya alih fungsi laha n terbuka menjadi pemuki ma n atau p engguna an lahan perkotaan (urban landuse) seiring perke mbangan kota yang berdampak pada berkurangnya daerah r esapa n air se hingga menyebabkan banjir ketika ter ja di hujan ya ng lebat. Pa da banjir loka l, ketinggi an genangan air antara 0,2-0,7 m dan lama genang an terjadi se cara singkat antara 1-8 j am.

c. Banjir rob Banjir rob merupa kan banjir y ang terjadi bai k aki bat aliran langsung a ir pasang dan/atau air ba lik dari saluran drain ase akiba t terhambat oleh air pasang. Contoh dari banjir rob ad alah ba nj ir yang terja di di kota kota p esisir pantai seperti

Semarang da n Surabaya. Beberapa daerah di Indonesi a mengalami peningkatan jumla h populasi manusia karena ada nya daya 2 pi kat yang dapat me mpengaruhi man usi a untuk pindah dari desa ke kota. Laha n lah an yang seb enarnya untuk daera h preservasi dan konservasi untuk menj aga keseimb angan lingkungan se tempa t, di ambil alih untuk

pemukiman, pabri k-pabrik, industri, dan lainnya (Kodoati e, 2002 dalam Prasetyo 2011: 2)

Sela in itu, menurut Seyhan ( 1977) dalam Prasetyo (2011: 2) bencana alam banjir yang terjadi juga di ten tukan oleh asp ek yang lain, yaitu: 1) aspek meteo rologis-klimatologis terutama karakt eristik cura h hujan yang mampu membentuk badai atau hujan maksimum, 2) karakteristik DA S dari aspek bio- geofisikal ya ng mampu memberikan ciri kha s tipolog i DAS tertentu , 3) a spek sosial

ekono mi masyarakat teruta ma karak teristik budaya yang mampu memicu terjadinya kerusakan laha n D AS, sehingga wi layah DAS ter seb ut tidak mampu lagi berfungsi sebagai pena mpung, penyimpan , dan pe nya lur a ir hujan yang baik. Ketiga aspek tersebut secara garis besa r yang dapat dipakai seb aga i dasar penentua n apakah wila yah DAS a taupun bagian DAS ma na (hulu, te ngah, hilir) termasuk kritis berat ataupun potensial kritis. De nga n kata lain, apakah wila yah DAS ataupun bagian DAS mana yang sudah terma suk k la sifikasi rawan atau san gat rawan banjir. Sehingga sebelum terjad i bencan a banji r di wilayah DAS tersebut sudah diketahui t erl ebih dahul u di wilayah DAS atau di bagian DAS mana yang rawa n/san gat rawan banjir atau kritis/sangat kritis, denga n demikian ada waktu untuk mengantisipasi ataupun berbuat sesuatu sebelum ba njir itu datan g, dan menjad i bencana.

2. Wilayah Rawan Banjir Wilayah adalah sua tu unit ge ografi yang dibatasi oleh krite ria tertentu dan bagian-bagiannya te rgantung secara internal. Wilayah dapat diidentifikasi dengan kesamaan cir i tertentu di dalamnya. Sedan gka n rawan adalah gawa t/buruk (kead aan )

tidak aman, lemah. Wilayah rawan banjir meru pa kan suatu kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengala mi bencana banjir. Faktor- fakt or yang mempengar uh i daerah rawan ban jir ada lah daerah dengan topografi yang relatif datar dan daerah yang memili ki tata ruang yang tidak baik, misalnya tidak mempunyai daerah resapan air hujan.

Daera h-daerah tersebu t banyak dikete muka n di bantara n sungai dan kot a- kota be sar. Menurut Isn ug roh o (20 06) dalam Agus Joko (2008: 4), lokasi rawan banjir dapat dikategorikan menjadi empat tip ol ogi sebaga i beri kut :

a. Daera h Pantai Daera h pantai merupakan daerah yang rawan banjir k are na daerah tersebut merupakan dataran ren dah ya ng ketinggian permukaan tanahnya lebih rendah at au sa ma dengan ket inggi an muka air laut pasang rata-rata (mean sea level) dan tempat bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan penyu mbatan muara. D ae rah pant ai sa nga t rawan ba njir rob misalnya kot a Semarang di pesisir utara Jawa Teng ah

b. Daera h Dataran Banjir (Flood Plain Area) Daera h dataran banjir (Flood plain area) adalah daerah di kanan-kiri sungai yang muka tanahnya san gat l andai dan relatif dat ar, sehingga aliran air menuju sungai sangat la mbat y ang mengakibatkan dae rah tersebut ra wan te rh ada p banjir baik ole h luapa n air sunga i maupun karena huja n lokal. Kawasa n ini umumnya terbentuk d ari endapan lumpur yang sangat subur sehingga me ru pak an daerah peng embanga n sepe rt i perkotaan, pertanian, pe rmukima n dan pusa t kegiatan perekono mian, perdagangan, ind ustri, dan la in lain.

c. Daera h Sempadan Sunga i Daera h ini merupakan kawasan ra wa n banji r, akan te ta pi, di daerah perkotaan ya ng padat penduduk, daerah sempadan sunga i sering dimanfaat ka n oleh manusia seba gai tempat hu nian dan kegiatan usa ha sehingga apabila te rjadi

banjir akan me nimbulkan dampa k bencana yang me mbahayaka n j iwa dan hart a benda .

d. Daera h Cek ungan Daera h cekungan merupak an daerah yang rel atif c ukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawa san tidak terkendali da n sistem dra ina se ya ng kur ang memadai, dapat me nj adi dae ra h rawa n banjir.

Gamb ar 1. Tipologi Dae ra h Rawan Banjir (Isnugroh o, 2006)

3. Bahaya ( Hazard) Bahaya adalah suatu fe nomena alam atau buatan yan g mempunyai potensi mengancam kehid upan ma nusia, kerugian hart a ben da da n k erusa kan l ingkungan. Berda sarkan United Nations-Inte rn ational Stra tegy for Disaster Reduc tion (UN- SDR), baha ya ini dibe dakan men jadi lima kelompok, yaitu :

1. Bahaya bera spek geologi, antara la in: gempa bumi, tsunami , gunung api, dan longsor.

2. Bahaya berasp ek hi dromet erologi, antara la in: banjir, kekeringan, angin topan, dan gelombang pasang.

3. Bahaya bera spek biologi, antara lain: wabah penyakit, hama, dan penyakit tanaman.

4. Bahaya bera spek te knologi, antara lai n: kecelakaan transportasi, ke celak aan industri, dan kegagalan teknologi.

5. Bahaya beraspek l ingkungan, antara lain: kebakaran hutan, kerusakan l ingkunga n, dan pencemaran limba h. (Sumber: Bappenas.go.id)

4. Lahan dan Penggunaan Lahan Lahan adalah suatu lingk ungan f isik terdiri a tas tanah, iklim, reli ef, hidrologi, vegetasi, dan benda-benda ya ng ada d i atasnya yang se lanju tnya semua fakt or-faktor tersebut me mp engaruhi penggunaan lahan. Termasuk di da lamnya juga hasil kegiat an manusia, baik ma sa lampau maupun sekarang (Arsyad, 1989 dalam Anonim 2010: 1).

Penggunaan lahan (land use) dapat di artikan sebagai campur tangan manusia terhadap la han, baik secara mene tap maupun berk ala untuk meme nuh i kebut uhan hidup baik ma terial maupun sp iritual (Arsya d, 1989, dalam Anonim 2010).

Penggunaan lahan dapa t dik elo mpokkan ke d alam dua golonga n besar, yaitu pengg una an lahan pe rtanian dan p eng gunaan lah an bukan pertanian. Penggunaan

lahan pertanian dibedakan secara g aris besar k e dalam macam pengguna an la han berdasarkan penyediaan air dan lahan yang diusah aka n. Berdasarkan hal itu dikenal macam penggunaan lahan seperti saw ah, te galan, kebun , kebun campuran, lalang, perkebunan, dan hutan. Penggunaa n lahan bukan pert anian dapat dibedakan ke d alam pengg una an kota atau desa (pe mukiman), industri, rekrea si, dan sebagainya (Arsya d, 2000 dalam A Sofya n 2010: 3 ).

5. Satuan Me dan Satuan meda n adalah kelas medan yang menunjukan sua tu be ntuklahan atau komplek bentuklahan yang sejenis dalam hubungannya dengan kara kteristik medan dan komponen-kompone n medan yang utama (Van Zuidam 1979). Satuan medan dalam penelitian ini diperoleh de nga n menumpangsusunkan (overlay) parameter fisik berupa peta ketinggia n dan pe ta kemiringan le reng. Seti ap satua n med an dilakukan penge nal an karakteristi k lingkun gan fisik dengan menggunakan data pri mer dan data

16

sekunder. Data-data tersebut meliput i ketinggian tempa t, kemir ingan lereng, da n luas daer ah pada setiap satuan medan. Penulisan satuan meda n dalam pe nel itian ini sebagai berik ut :

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Rahratmoko (2005) telah mengadakan peneli tian mengenai pemetaa n kere ntana n banjir pada kawasan p ermukiman di Kota Yo gyakarta menggunakan citra ikonos-2 dan sistem informasi geografis. Tujua n penelit ian ini adala h menentukan tingka t keren tanan ba njir k ota mend asa rkan pada parame ter fisik lahan yang be rupa kemiringan lereng, saluran drainase, pe ngg una an lahan kota ya ng di ola h dengan menggunakan Sist em Informasi Geografis (SIG).

Teknik yang digunakan adalah pengskora n melalui overlay dari p eta lereng, peta kete ra turan permukima n, peta penggunaa n laha n kota, dan peta ke ra patan saluran.

Hasil dari pe nelitian adalah Peta Kerentanan Banjir Kota ha sil prose s SIG dida patka n 5 klas kerentana n yaitu tidak r entan de nga n luas 0,76 k m 2 (2,35%), kurang re nt an den gan luas 1,62 km 2 (5,02%), rentan sedang de ngan lua s 66,3 2 km 2

(19,57%), re ntan dengan luas 8 ,92 km 2 (27,62%), dan sangat rentan dengan lua s

14,89 km 2 (45,45%). Analisis dilakukan de nga n ca ra membandingkan Peta Keren tanan Ba njir Kota dengan Peta Se baran Banjir Gena ngan dari Dina s Pr asaranan Kota Yogyakarta, dan denga n data hasil pengamatan lapa ngan. Analisis dilakukan untuk me nda patka n dat a ke rentanan banjir ko ta yang lebih akurat .

Asr iningrum dan Gunawan (1998) , dalam peneliti ann ya ya ng berju dul akan Sistem Informasi Geo gra fi (Studi

menggunakan beberapa peta temati k. Metode ya ng digun akan adalah pengskoran,

Satuan Medan

Kemiringan Lereng

(0 3%)

Ketinggian Tempat

(0-20 m)

pembobotan, dan tumpangsusun yang digunakan untuk menentukan zonasi kere ntana n banjir di Daerah Istimew a Yogyakarta (DIY) menggunakan teknik Sistem Informasi Geografi (SIG ). Data yang digu nakan adalah peta k emiringan lereng, pet a ketinggian, p eta geolog i, peta kepadatan pen duduk, peta distribusi curah hujan, dan

peta penggunaan la han. Dari hasil pene litian, daerah pene litia n dikelompok kan menjadi lima tingkat kere nta nan banjir, yaitu tidak rentan, kuran g rentan, cukup rent an, rentan, dan sangat re ntan. Daera h rentan ba njir dijumpai d i daerah Wates dan Bantul ba gian selatan. Daerah tersebut me rupakan dataran a lluvial pan tai. Hubungan antara daerah rentan dengan peta tematik yang digunakan me nunjukkan bahwa

kemiringan lereng, ke ti nggian tempat, dan kondisi ge ologi mempunyai korela si erat denga n daerah rentan banjir.

Agustinus (20 09), melakukan penelitian banjir Kota Sur aka rta de ngan jud ul