PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT(NUMBERED HEADS TOGETHER) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA 3 TAHUN PELAJARAN 20112012 (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 8 Surakarta)

SKRIPSI

Oleh: Aulia Dewi Maharani K1308080

AS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Februari 2013

AYA DA SISWA

2 ta)

commit to user

(NUMBERED HEADS TOGETHER) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA 3 TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 8 Surakarta)

Oleh: Aulia Dewi Maharani K1308080

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Peogram Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Februari 2013

commit to user

commit to user

commit to user

commit to user

Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan

(QS. Al Insyiroh : 5-6)

Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi

orang-orang yang bertaqwa (QS. Hud : 49)

Jangan pernah mengeluh kecuali bersyukur kepada Allah dan milikilah

nyali determinasi” (ayahku)

commit to user

Doa, kerja keras dan mimpi....... Sebuah karya dari kerja keras, doa,mimpi dan dukungan banyak pihak, maka

dengan kerendahan hati, aku persembahkan karya ini bagi :

1. Ibu,ibu ibu.... Izinkan aku mempersembahkan baktiku sebagai seorang anak, doa dan tangisanmu menyertaiku menuju kesuksesan dalam hidupku.

2. Ayah,ayah ayah… Izinkan aku mempersembahkan baktiku sebagai seorang anak, doa dan tangisanmu menyertaiku menuju kesuksesan dalam hidupku.

3. Murid-murid SMA Negeri 8 Surakarta terutama kelas XI IPA 3, ini karya untuk kalian dan ini nama kalian....semua yang kalian berikan kepada saya, saya ukir dalam hati yang terdalam. Karya ini kupersembahkan untuk kalian.

4. Ibu A.D Gayatri kepala sekolah SMA Negeri 8 Surakarta, yang memberi ijin dalam penyusunan skripsi.

5. Bpk Istiyono selaku pembimbing skripsi yang bersedia berbagi pengalaman mengajar dengan penulis serta memberikan kesempatan mengajar di kelas XI IPA 3.

6. Dosen-dosen, Bapak Bambang Sugiarto sebagai pembimbing akademikku, Terimakasih untuk Pak Budi Usodo membantu memudahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

7. Pak Mardjuki dan Pak Dwi Maryono yang senantiasa mengingatkan dan memberi semangat kepada penulis agar segera menyelesaikan penulisan serta telah mengijinkan penulis mengikuti seminar nasional matematika. (pengalaman paling berharga dalam hidup saya).

8. Para observer terimakasih kalian telah meluangkan waktu untuk mengevaluasi pengajaran yang dilakukan oleh penulis.

9. Almamaterku, serta teman-teman Pend.Matematika ’08 semuanya

commit to user

Aulia Dewi Maharani. K1308080. Pendidikan Matematika FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE NUMBERED

HEADS

TOGETHER

SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2011/2012 . Skripsi 2013 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar matematika

pada siswa kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Data penelitian diperoleh melalui observasi dan tes. Tekhnik analisa data adalah dengan analisis deskripstif. Validasi data dari Minat Belajar Matematika dengan menggunakan tekhnik triangulasi.

Hasil penelitian menyimpulkan dengan pelaksanaan tindakan kelas melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pada sub pokok bahasan turunan (differensial) dapat meningkatkan minat belajar matematika dalam pembelajaran matematika. Hal ini didasarkan pada observasi dan hasil tes akhir siklus.

Dari hasil observasi minat belajar pada siklus I diperoleh data yakni rata- rata minat belajar matematika pada siswa sebesar 60,6% dengan prosentase tiap indikator pada minat belajar matematika antara lain: perasaan senang sebesar 75%, kesadaran 57,98%, tanggung jawab sebesar 62%, perhatian sebesar 52,72% dan kesungguhan sebesar 73,3%. Pada siklus II mengalami peningkatan rata-rata prosentase minat belajar matematika sebesar 14,81% menjadi 75,41%, dengan prosentase tiap indikator pada minat belajar matematika antara lain: perasaan senang sebesar 73,25%, kesadaran 70,325%, tanggung jawab sebesar 89,5%, perhatian sebesar 67,325% dan kesungguhan sebesar 76,65%.Dari hasil tes akhir siklus I prosentase ketuntasan belajar sebesar 60% dan pada siklus II prosentase ketuntasan belajar mengalami peningkatan sebesar 28% menjadi 88%.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat me- ningkatkan minat belajar matematika pada siswa kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 pada pembelajaran matematika.

Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minat belajar matematika

dan ketuntasan belajar.

commit to user

Aulia Dewi Maharani.K1308080.Mathematic Education of Sebelas Maret UniversitySurakarta.IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING

TYPE NHT (Numbered Heads Together) AS EFFORTS TO IMPROVE INTEREST OF LEARNING MATHEMATICS IN STUDENTS CLASS XI IPA 3 SMA NEGERI 8 SURAKARTA AT ACADEMIC YEAR 2011/2012.

Thesis 2013. This study aims to improve interest of learning mathematics in student class

XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta at the academic year 2011/2012 through the implementation of model cooperative learning type NHT (Numbered Head Together) on mathematics subject.

This research is a Classroom Action Research which was carried out in 2 cycles. Each cycle consist of four steps: planning, action, observation, and reflection. Subject of the research are students in class XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta at the academic year 2011/2012. The research data obtained through test and observation. The technique of analyzing data is a descriptive analysis technique. Data validation which is used in this research in triangulation technique.

The result of the research describes that the implementation of the classroom action research through the use model cooperative type NHT (Numbered Head Together) on the subject of differential can improve the interest of learning mathematic. This is based on the result of test and observation.

The observation result interest of learning mathematics in the first cycle, average of students mathematics learning interest of 60,6%, with the percentage of each indicator interest of learning mathematic include: happy feeling of 75%, awareness of 57,98%, responsibility of 62%, attention of 52,72% and seriousness of 73,3%. The second cycle increased average interest of learning mathematics percentage by 14,81% to 75,41%, with the percentage of each indicator to mathematics learning interest include: happy feeling of 73,25%, awareness of 70,325%, responsibility of 89,5% and seriousness of 76,65%.The result of test in first circle, percentage complete of students is 60% and second circle percentage complete of students increased until 28% to 88%. While the result of observation from two observer, in the first

Based on these result we can conclude that the use of model cooperative learning type NHT (Numbered Head Together) can increase interest of learning mathematic in class XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta at the academic year 2011/2012.

Kata Kunci: Cooperative learning type NHT, interest of learning mathematics and complete of students.

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang telah memberikan ilmu, inspirasi, dan taufiq kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ”PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN

PELAJARAN 2011/2012”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar sarjana pada program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Pendidikan dan Keguruan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberi ijin dalam proses penyusunan skripsi.

2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Budi Usodo, M.Pd, selaku Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs.Mardjuki, M.Si, selaku pembimbing I, yang selalu memberikan bim- bingan dan pengarahan dalam menyelesaikan penelitian hingga penyusunan skripsi.

commit to user

motivasi, bimbingan dan pengarahan dalam penelitian hingga penyusunan skripsi.

6. Drs. Bambang Sugiyarto, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan dukungan, pengarahan, perhatian dan doa.

7. Dra. A.D Gayatri MM, Kepala Sekolah SMA Negeri 8 Surakarta yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Istiyono S.Pd, guru matematika SMA Negeri 8 Surakarta yang telah

memberi bantuan kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Seluruh siswa kelas XI IPA 3, terimakasih atas kerjasamanya selama penelitian. Karya ini kupersembahkan untuk kalian, ini kalian dan selamanya kalian yang membuat saya menjadi guru yang hebat.

10. Para observer yang telah membantu dalam kegiatan selama penelitian.

11. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan bantuan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Tidak ada yang dapat penulis berikan selain doa semoga amal kebaikan Bapak/Ibu/Saudara mendapat balasan yang sempurna dari Allah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena penulis yakin bahwa kesempurnaan itu hanya milik Allah. Saran dan kritik sangat kami harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

Surakarta,

Februari 2013

Penulis

commit to user

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif........................... 15 Tabel 2.2 Contoh lembar rangkuman tim................................ ........................ 17 Tabel 2.3 Kriteria penghargaan kelompok ....................................................... 17 Tabel 2.4 Cara mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar ................... 18 Tabel 4.1 Jadwal pelajaran matematika kelas XI IPA 3................................... 37 Tabel 4.2 Skor capaian nilai Pra Siklus............................................................ 37 Tabel 4.3 Ketuntasan belajar (Pra Siklus) ........................................................ 38 Tabel 4.4 Prosentase Minat Belajar Matematika (Pra Siklus).......................... 39 Tabel 4.5 Kriteria Peningkatan Nilai Kelompok.............................................. 41 Tabel 4.6 Pemberian Penghargaan Kelompok ................................................. 42 Tabel 4.7 Pemberian Penghargaan Kelompok (Siklus I) ................................ 46 Tabel 4.8 Prosentase Minat Belajar Matematika (Siklus I) ............................ 47 Tabel 4.9 Skor Capaian Nilai Siswa Pra Siklus dan Siklus I ........................... 49 Tabel 4.10 Perbandingan prosentase ketuntasan (Pra Siklus dan Siklus I)...... 50 Tabel 4.11 Pemberian penghargaan kelompok (Siklus II) ............................... 57 Tabel 4.12 Prosentase minat belajar matematika (Siklus II)............................ 58 Tabel 4.13 Perbandingan prosentase minat belajar matematika pada Siswa

(Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II) .................................................. 60 Tabel 4.14 Rentang (Range) prosentase peningkatan minat belajar

matematika pada Siswa (Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II ) .......... 60 Tabel 4.15 Skor capaian nilai pada siswa Pra Siklus,Siklus I dan Siklus II .... 61 Tabel 4.16 Prosentase ketuntasan belajar pada siswa.(Siklus I dan Siklus II). 62

commit to user

Halaman

Gambar 3.1 Siklus penelitian tindakan kelas ................................................... 31 Gambar 3.2 Siklus dalam penelitian tindakan kelas ........................................ 34 Gambar 4.1 Capaian rata-rata nilai peningkatan kelompok

(Pra Siklus dan Siklus I)................................................................ 52 Gambar 4.2 Kenaikan prosentase minat belajar matematika

(Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II) ................................................ 63

commit to user

15. Catatan Lapangan...... ........................................................................ L3

16. Daftar Nilai Awal............................................................................... L3

17. Daftar Pengelompokkan Siswa Siklus I............................................. L3

18. Daftar Kelompok Heterogen Siklus I ................................................ L3

19. Daftar Hadir Siswa Siklus I... ............................................................ L3

20. Daftar Nilai Siswa Siklus I.... ............................................................ L3

21. Penentuan Penghargaan Kelompok Siklus I.. .................................... L3

22. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus I...... ................................................ L3

23. Rekapitulasi Analisis Minat Belajar Matematika Siklus I..... ........... L3

24. Daftar Pengelompokkan Siswa Siklus II....... .................................... L3

25. Daftar Kelompok Heterogen Siklus II.......... .................................... L3

26. Daftar Hadir Siswa Siklus I. ............................................................ L3

27. Daftar Nilai Siswa Siklus II... ............................................................ L3

28. Penentuan Penghargaan Kelompok Siklus II .................................... L3

29. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II..... ................................................ L3

30. Rekapitulasi Analisis Minat Belajar Matematika Siklus II... ........... L3

31. Gambar Kegiatan pelaksanaan pembelajaran .................................... L3

Lampiran 4 (Contoh Hasil Pekerjaan Siswa)

L4

Lampiran 5 Hasil Observasi Lampiran 6 Perizinan

32. Surat Ijin Research/Penelitian

33. Surat Pengantar Ijin Menyusun Skripsi

34. Surat Ijin Menyusun Skripsi

35. Surat Keterangan Selesai Penelitian

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan instrumen yang amat penting bagi setiap bangsa untuk meningkatkan daya saingnya dalam percaturan ekonomi, hukum, budaya dan pertahanan pada tata kehidupan masyarakat dunia global. Sadar akan hal tersebut, negara maju sekalipun selalu membangun dunia pendidikannya tanpa henti-hentinya. Bahkan terdapat kecenderungan yang amat jelas, bahwa negara maju meningkatkan investasinya dalam dunia pendidikan. Semakin intensif melakukan investasi dalam dunia pendidikan, maka akan semakin meningkat daya saing mereka. Hal ini terjadi karena peningkatan daya saing suatu negara memerlukan kualitas sumber daya manusia yang prima.

Matematika merupakan subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan suatu negara di dunia. Negara yang mengabaikan pendidikan matematikanya sebagai prioritas utama akan tertinggal dari segala bidang, dibanding negara lainnya yang memberikan tempat bagi matematika sebagai subyek yang sangat penting.

Bagaimana dengan perkembangan Matematika di Indonesia? Hasil penelitian tim Programme of International Student Assessment (PISA) 2001 menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-9 dari 41 negara pada kategori literature matematika.

Rendahnya prestasi belajar disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor tersebut antara lain: metode pembelajaran yang cenderung Teacher Centered. Suasana belajar yang demikian, menyebabkan kebosanan pada diri siswa dan secara langsung berimbas pada rendahnya minat belajar pada siswa. Rendahnya minat belajar inilah yang semakin memberikan image sulit terhadap mata pelajaran matematika. Minat belajar ini sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika,yang mencangkup perhatian dan kesungguhannya untuk memahami matematika secara baik.

commit to user

berhenti. Berbagai terobosan baru terus dilakukan oleh pemerintah melalui Depdiknas. Upaya itu antara lain dalam pengelolaan sekolah, peningkatan sumber daya tenaga pendidikan, pengembangan/penulisan materi ajar, serta pe- ngembangan paradigma baru dengan metodologi pengajaran.

Realitas di lapangan dalam praktik pada beberapa pembelajaran masih mengabaikan gagasan, konsep dan kemampuan berfikir siswa (Sofan Amri, 2010:4). Guru masih mendominasi pembelajaran yang di kelas, sementara siswa tidak banyak berperan dan terlibat secara pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, ketrampilan serta sikap yang mereka butuhkan.

Pembelajaran matematika di sekolah disarankan menggunakan tipe PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif Menyenangkan) agar siswa gemar matematika. Hal ini diharapkan mampu membangun keaktifan pada diri siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran dengan tipe PAIKEM, siswa terlibat dalam pembelajaran sehingga merasa senang, tumbuh minat belajar yang baik terhadap mata pelajaran matematika. Minat belajar matematika yang baik akan berdampak terhadap prestasi belajar.

Hal ini diperkuat dari observasi di SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012 terdapat fakta bahwa ketuntasan belajar sebesar 40% (ulangan pada pokok bahasan Limit). Rata-rata minat belajar matematika sebesar 35,2%. Hal ini didasarkan pada indikator minat belajar matematika antara lain: perasaan senang sebesar 40%, kesadaran sebesar 20%, tanggung jawab sebesar 36%, perhatian sebesar 44% dan kesungguhan sebesar 36%. Dari hasil observasi selama proses pembelajaran dan hasil observasi lapangan dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa masalah yang ada pada kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta antara lain:

1. Rendahnya minat belajar matematika pada siswa yang berdampak pada motivasi belajar. Hal ini dapat dilihat dari catatan lapangan yakni siswa hanya menjawab mengerti, saat guru usai menerangkan materi.

commit to user

Centered yang belum melibatkan seluruh siswa. Hal ini terlihat pada pembelajaran yang hanya mentranfer ilmu secara langsung yang diberikan guru kepada siswa tanpa memperhatikan suasana belajar dan kondisi siswa.

3. Ketuntasan belajar siswa masih rendah terbukti nilai ulangan pada pokok bahasan limit yakni 40% (nilai di atas KKM).

4. Kurangnya pemantauan guru secara dalam terhadap siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami materi(saat proses pembelajaran berlangsung).

5. Kurangnya penghargaan guru atas kerja keras yang dilakukan siswa sehingga motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika menjadi rendah.

Sehubungan dengan hal di atas, maka peneliti mempunyai beberapa alasan untuk mencari solusi agar dalam pembelajaran matematika dapat berlangsung dengan efektif dan menyenangkan. Peneliti mencoba untuk meningkatkan minat belajar matematika pada siswa yang nantinya akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar yang optimal.

Salah satu alternatif model pembelajaran kooperatif yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan di SMA Negeri 8 Surakarta adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah: banyak menuntut keterlibatan siswa terutama dalam kerja kelompok, pemantauan guru dapat dilakukan secara mendalam terhadap kesulitan yang dialami oleh siswa serta menuntut kesiapan siswa dalam mem- presentasikan jawaban hasil diskusi dari kelompok. Selain itu, tipe NHT (Numbered Head Together) juga dapat menumbuhkan daya saing yang wajar dan positif antar kelompok serta mampu menciptakan suasana belajar yang lebih menarik dan tidak membosankan

Dari beberapa permasalahan dan solusi yang ditawarkan diatas maka peneliti melakukan penelitian yakni penerapan pembelajaran kooperatif tipe

commit to user

pada siswa kelas XI IPA 3 Tahun Pelajaran 2011/2012.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Minat belajar matematika pada siswa yang masih rendah. Hal ini dilihat suasana belajar yang membosankan, sehingga siswa cenderung menerima informasi yang diberikan oleh guru.

2. Prestasi belajar matematika pada siswa yang masih rendah. Hal ini dilihat dari ketuntasan belajar yang belum mencapai KKM yang ditentukan yakni

70.

C. Pembatasan Masalah

Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran koopertif tipe Numbered Head Together (NHT), pada materi turunan (Differensial).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan minat belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), dapat meningkatkan minat belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

commit to user

Numbered Head Together (NHT), dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 8 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) diharapkan mampu memberikan sumbangan konseptual terutama untuk mata pelajaran matematika sebagai studi pembelajaran yang menyenangkan. PTK diharapkan mampu memberi sumbangan substansial kepada lembaga pendidikan formal yakni Sekolah Menengah Atas maupun pada guru pengampu mata pelajaran di sekolah.

1. Secara Teoritis Penelitian ini secara umum diharapkan mampu memberikan sumbangan pada topik pembelajaran matematika, terutama dalam peningkatan minat belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar pada siswa. Pembelajaran yang inovatif dan me- nyenangkan sangat diperlukan agar siswa mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.

2. Secara Praktis Lembaga pendidikan formal yakni Sekolah Menengah Atas dapat memanfaatkan untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas. Secara khusus bagi guru dapat digunakan sebagai alternatif untuk membangkitkan dan mengembangkan komponen kognitif siswa. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar pada mata pelajaran matematika. Bagi peneliti, hal ini bermanfaat sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diterima di bangku perkuliahan yang berupa teori terutama yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Dalam hal ini sebagai calon guru, peneliti belajar menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar yang disesuaikan dengan kondisi lapangan yang ada.

commit to user

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakekat Matematika

Matematika timbul karena pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Ruseffendi (1988:261) menyatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang keteraturan, ilmu tentang struktur yang terorganisasi mulai dari unsur yang tidak didefinisikan ke aksioma atau postulat dan akhirnya ke dalil dan matematika adalah pelayan ilmu. Sedangkan menurut Purwoto (2003:12), matematika adalah pengetahuan deduktif artinya menerima generalisasi yang didasarkan pembuktian secara deduktif dan tidak menerima generalisasi yang didasarkan kepada observasi (induktif). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:723) dikemukakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang bilangan- bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide dan penalaran yang didasarkan atas pembuktian secara deduktif yang digunakan untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Slameto dalam Daryanto (2010: 2), “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Winkel (1996: 53) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan sikap. Muhibbin (2005:68), belajar adalah tahapan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

commit to user

perubahan tingkah laku yang dilakukan seseorang sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan.

b. Prinsip-prinsip Belajar.

Usaha untuk mencapai tujuan belajar memerlukan adanya system lingkungan belajar yang baik, yang terdiri dari tujuan pembelajaran, materi ajar, guru dan siswa yang memiliki peranan serta hubungan sosial tertentu dan sarana prasarana yang tersedia. Menurut Slameto (2003: 27-28) menjelaskan prinsip- prinsip dalam belajar antara lain.

1. Berdasarkan Prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tu- juan instruksional.

b. Belajar harus menimbulkan reinforercement dan motivasi yang kuat untuk siswa mencapai tujuan instruksional.

c. Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d. Belajar perlu adanya interaksi siswa dengan lingkungannya.

2. Sesuai hakekat belajar.

a. Belajar itu proses kontinyu, harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

c. Belajar adalah proses kontingitas (hubungan antara pengertian yang diharapkan dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan.

3. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

a. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang sederhana, sehingga siswa mampu menangkap pengertiannya.

commit to user

dengan tujuan instruksional yang dicapainya.

4. Syarat keberhasilan belajar

a. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

b. Repetisi, dalam proses pembelajaran perlu ulangan berkali-kali agar

pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

c. Perwujudan Perilaku Belajar.

Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :

1. Kebiasaan Menurut Burghardt dalam Muhibbin (2005: 118), kebiasaan ini timbul karena proses penyusunan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Contoh: siswa yang belajar berhitung berkali-kali melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal dengan prosedur yang keliru tetapi menghasilkan jawaban yang benar di-akhir jawaban, akhirnya akan terbiasa melakukan kesalahan tersebut jika diabaikan pada prosedur yang salah.

2. Ketrampilan Menurut Reber dalam Muhibbin (2005: 118), ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

3. Pengamatan Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.

4. Berfikir asosiatif dan daya ingat Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan antara hubungan dan rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosiatif yang benar amat

commit to user

hasil belajar.

5. Berfikir rasional dan kritis Berfikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama bertalian dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berfikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana”(how) dan “mengapa” (why). Berfikir rasional berarti siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis), dan ramalan- ramalan. Berfikir kritis berarti siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.

6. Sikap Menurut Bruno dalam Muhibbin (2005: 119), sikap adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu.

7. Inhibisi Inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.

8. Apresiasi Apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda baik abstrak atau kongkret yang memiliki nilai luhur.

9. Tingkah laku afektif Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti : takut, marah, sedih, dsb.

commit to user

a. Pengertian Prestasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:708) kata prestasi memiliki arti yakni hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Zainal Arifin (1990:3) mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil dari kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi adalah bukti nyata atau hasil yang telah dicapai dari kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal.

b. Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 787), prestasi adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Zainal Arifin (1990: 3) mengemukakan pendapat bahwa "prestasi adalah kemampuan, ketrampilan, dan sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu hal". Sutratinah Tirtonegoro (1984: 43), mengemukakan pendapat bahwa "prestasi adalah penilaian hasil usaha yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu".

Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar yang dicapai siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar yang ditujukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika.

Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (1991 :130), prestasi yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara faktor yang mempengaruhi adalah : faktor internal ( faktor dari dalam siswa), faktor eksternal (faktor dari luar siswa) dan faktor pendekatan belajar (approach to learning).

 Faktor internal Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar meliputi dua aspek

yakni : aspek fisiologis dan aspek psikologis.

commit to user

Aspek fisiologis baik yang bersifat bawaan yang ada dalam diri manusia. Misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan lain sebagainya.

2) Aspek psikologis Aspek psikologis baik yang bersifat bawaan yang ada dalam diri manusia. Aspek-aspek ini meliputi : tingkat kecerdasan /intelegensi siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa, motivasi siswa.

a. Intelegensi siswa.

Pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat Menurut Reber dalam Muhibbin (2005: 113).

b. Sikap siswa

Sikap siswa adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang baik secara positif atau negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajaran yang guru sajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.

c. Bakat siswa.

Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Menurut Chaplin dan Reber dalam Muhibbin (2005: 114).

d. Minat siswa.

Minat (interest) adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu Menurut Reber dalam Muhibbin (2005: 114). Contoh : siswa yang memiliki minat besar terhadap mata pelajaran matematika akan memusatkan perhatian lebih banyak dari pada siswa lainnya.

commit to user

Motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah Menurut Gleitman dan Reber dalam Muhibbin (2005: 115). Motivasi dibedakan menjadi dua antara lain : motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intriksik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan tindakan belajar. Misalnya seorang siswa yang menyenangi suatu materi maka dia akan senatiasa belajar untuk menjadi lebih banyak pengetahuan dalam bidang materi yang diminati. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga nmendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Misalnya guru yang ingin memotivasi belajar siswa dengan memberikan pujian dan hadiah.

 Faktor eksternal Faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

faktor sosial dan faktor non sosial.

1. Faktor sosial, terdiri dari.

a. Lingkungan keluarga

b. Lingkungan sekolah

c. Lingkungan masyarakat

d. Lingkungan kelompok Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah lingkungan keluarga. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga (family management practice) yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegiatan anak, dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi.

2. Faktor non sosial, terdiri dari.

a. Pra sarana belajar siswa di sekolah dan di rumah

b. Sarana belajar siswa di sekolah dan di rumah

commit to user

Menurut J.Bigger dalam Muhibbin (2005: 117) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Siswa ada yang siap belajar pada pagi hari, ada juga yang siap pada sore hari, bahkan tengah malam. Perbedaan antara waktu dan kesiapan belajar inilah yang menimbulkan perbedaan study time preference antara seorang siswa dengan siswa lainnya.  Faktor pendekatan belajar

Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran pada materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu menurut Lawson dalam Muhibbin (2005: 118). Misalkan: seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan pembelajaran analytical akan berpeluang lebih besar untuk meraih prestasi belajar yang bermutu dari pada siswa yang yang terbiasa menggunakan pendekatan surface.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Konsep dasar pembelajaran kooperatif adalah manusia memiliki derajat potensi, latar belakang historis serta harapan masa depan yang berbeda-beda. Belajar tidak hanya berasal dari guru, tetapi juga dengan antar siswa. Siswa dapat saling membantu dalam belajar dan saling mendorong satu sama lain untuk meraih sukses secara akademis dengan tetap memiliki sikap kerjasama namun kompetisi tetap ada.

Inti dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 2008:8) adalah para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang bertujuan untuk menguasai materi yang disampaikan guru. (Slavin, 2008:9) juga menyatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara eksentif atas dasar teori siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep- konsep itu dengan temannya.

commit to user

mengedepankan kerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik, dimana siswa dikelompokkan secara heterogen berdasarkan kemampuan akademis.

Kelebihan-kelebihan dalam Pengelompokan siswa secara heterogen antara lain :

1) Kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung.

2) Dapat meningkatkan hubungan interaksi antar ras, agama, dan jenis kelamin.

3) Kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu siswa yang berkemampuan tinggi berarti guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga siswa.

Slavin dalam Mohammad Nur (2005 : 3-4) menyatakan "Ada tiga konsep utama model pembelajaran tim siswa, yaitu : penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan yang sama untuk berhasil". Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan, antara lain :

a. Saling ketergantungan positif Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberikan tugas berlainan, kemudian bertukar informasi. Dengan cara ini, mau. tidak mau setiap anggota kelompok merasa bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain berhasil.

b. Tanggung jawab Perseorangan Setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggungjawab sendiri agar tugas selanjutnya bisa dilaksanakan. Setiap anggota kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lain.

c. Interaksi Tatap Muka

commit to user

ini adalah menghargai perbedaan dan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompok.

d. Komunikasi Antar Anggota Unsur ini menghendaki agar siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi karena tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Ketrampilan berkomunikasi dalam kelompok juga merupakan proses yang panjang. Proses ini sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan membina perkembangan mental dan emosi para siswa.

e. Evaluasi Proses Belajar Evaluasi dilasanakan untuk mengetahui apakah dalam setiap anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik. Terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif sebagaimana Tabel 2.1 . Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Langkah

Indikator

Aktivitas Guru

dan memotivasi siswa

Guru

menyampaikan tujuan pembelajaran, mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memotivasi siswa.

Langkah 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa.

Langkah 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Guru menginformasikan penge- lompokan siswa.

Langkah 4

Membimbing kelompok belajar

Guru memotivasi serta men- fasilitasi

kerja

siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Langkah 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar

commit to user

Langkah 6

Memberikan penghargaan

Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads

Together)

Salah satu strategi pembelajaran yang dirancang untuk secara aktif terlibat siswa semakin selama pelajaran dan lebih banyak menggabungkan tanya jawab yakni Numbered Heads Together (NHT). Ibrahim (2008 : 145) mengungkapkan bahwa pada tipe NHT ini guru menggunakan struktur 4 langkah yaitu: Langkah 1. Penomoran

Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok yang beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota diberi nomor urut. Langkah 2. Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat bervariasi, amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. Langkah 3. Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban tersebut. Langkah 4. Menjawab

Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor, kemudian siswa yang nomornya sesuai, mengacungkan tangan dan mencoba menjawab pertanyaan itu untuk seluruh kelas. Langkah 5.Penghargaan

Guru memberi penghargaan kepada siswa yang memiliki prestasi belajar terbaik selama proses pembelajaran berlangsung. Pada penelitian ini skematis model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) sebagai berikut. Langkah 1. Persiapan kondisi Kelas. Langkah 2. Informasi tentang model pembelajaran NHT. Langkah 3. Pemberian motivasi belajar. Langkah 4. Menerangkan materi yang berada pada modul.

commit to user

Langkah 6. Membagikan Lembar kerja. Langkah 7. Diskusi kelompok. Langkah 8. Pemanggilan nomor secara acak. Langkah 9. Presentasi. Langkah 10. Membahas hasil diskusi. Langkah 11. Pemberian penghargaan. Langkah 12. Membuat kesimpulan. Langkah 13. Pemberian motivasi belajar.

Untuk menghitung skor tim, guru mencatat poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim kemudian menentukan rata-rata poin tim. Skor tim lebih bergantung pada skor awal. Tabel 2.2 dibawah ini adalah contoh lembar rangkuman tim yang membuat poin kemajuan setiap anggota tim (Slavin, 2008 : 163 )

Tabel 2.2 Contoh Lembar Rangkuman Tim

Anggota Tim

Total Skor Tim

100

Rata-rata Tim

25

Penghargaan

Tim Super

Menurut Slavin (2008 : 160 ), peningkatan skor individu menentukan skor kelompok. Skor kelompok merupakan rata-rata skor peningkatan anggotanya. Kelompok mendapatkan sertifikat atau penghargaan lain berdasarkan kriteria yang ditentukan sebagaimana tabel 2.3:

Tabel 2.3 Kriteria penghargaan kelompok

Rata-rata Tim

Penghargaan

commit to user

5 ≤ ̅ < 15 poin

15 ≤ ̅ ≤ 20 poin

Tim Sangat Baik (great team)

̅ > 20 poin

Tim Super (super team)

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, menurut Muhamad Nur (2005 : 78) adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT menjamin keterlibatan total semua siswa. Pada tipe Numbered Heads Together menekankan siswa untuk saling kerjasama dalam kelompok, sehingga masing-masing siswa memiliki kesiapan dan tanggung jawab terhadap hasil diskusi kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu menjamin keterlibatan total semua siswa.

Pada Tabel 2.4 disajikan mengenai cara mengelompokkan siswa ber- dasarkan hasil tes pada materi sebelumnya (diurutkan dari nilai tertinggi hingga terendah).

Tabel 2.4 Cara Mengelompokkan Siswa dalam Kelompok Belajar

Kriteria

Peringkat

Nama Kelompok

Siswa yang berprestasi tinggi

H Siswa yang berprestasi sedang

10

11

12

13

commit to user

G Siswa yang berprestasi rendah

Minat merupakan suatu kesukaan, kegemaran, atau kesenangan akan sesuatu. Minat akan mengarahkan tindakan seseorang terhadap suatu objek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Definisi minat itu sendiri menurut W.S Winkel (1996 :188), minat diartikan sebagai kecenderungan yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi tersebut. Siswa yang berperasaan senang akan mudah berkonsentrasi dalam belajar. Pada dasarnya konsentrasi merupakan akibat dari perhatian yang sifatnya spontan dan ditimbulkan oleh minat terhadap suatu hal. Jika siswa berminat terhadap suatu pelajaran tertentu, maka ia akan berkonsentrasi terhadap pelajaran itu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Slameto (1995: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh.

Sardirman A.M (1990 :180) mengatakan bahwa minat dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

commit to user

3. Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

4. Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar. Jadi kesimpulannya, minat belajar matematika adalah suatu kecenderungan sikap mengorbankan waktu, tenaga, harta, dan pikiran dengan niat yang tulus tanpa paksaan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus yang disertai dengan rasa untuk memperoleh pengetahuan pada pelajaran matematika.

Dari uraian diatas dapat ditentukan beberapa unsur-unsur penting atau aspek-aspek minat antara lain:

a . Perasaan senang Menurut Carl Safran dalam Muhibbin (2006: 61) mendefinisikan minat sebagai suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberi kepuasan padanya. b.Perhatian

Minat merupakan kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik terhadap bidang tertentu. Menurut Oemar Hamalik (1992: 13) berpendapat bahwa, “Minat menentukan sukses dan gagalnya kegiatan seseorang. Kurangnya minat menyebabkan kurangnya perhatian dan usaha belajar, sehingga menghambat studinya”. c.Kesadaran

Kesadaran merupakan aktivitas psikis yang mampu memusatkan perhatian terhadap objek tertentu dan mampu mengesampingkan hal-hal yang menggangu aktivitas tersebut. Oemar Hamalik (1983: 13) berpendapat bahwa,”Minat merupakan pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada sebuah objek, yang menentukan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan”. d.Tanggung jawab

Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas mampu mengantarkan orang itu menjadi lebih baik dalam belajar dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah ia lakukan. Carl Safran dalam Dewa Ketut Sukardi (1988:

commit to user

kesuksesan”. e.Kesungguhan

Kecenderungan seseorang untuk mencapai tujuan yang yang diinginkan atau memiliki kesungguhan untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Oemar Hamalik (1983: 13) berpendapat bahwa,” kesungguhan sangat menentukan keberhasilan prestasi dari seorang individu”.

G. Penelitian Relevan