Analisis Fakto-faktor yang Mempengaruhi Penderita Tuberkulosis (TB) Paru di Kota Medan Tahun 2005-2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan infeksi

bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat menyebar melalui droplet
orang yang terinfeksi basil TB. Bersama dengan malaria dan HIV/AIDS,
tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi
komitmen global dalam MDGs (Dinkes Kota Medan, 2016). Menurut World
Health Organization (WHO) pada tahun 1993 menyatakan bahwa TB merupakan

suatu problema kesehatan masyarakat yang sangat penting dan serius diseluruh
dunia dan merupakan penyakit yang menyebabkan kedaruratan global ( global
Emergency) (Depkes RI, 2002).

Penyakit TB menimbulkan kerugian sosial-ekonomi yang luar biasa
dikarenakan pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu pengobatan jangka
panjang yang harus diikuti dengan manajemen kasus dan tatalaksana pengobatan

yang baik (Kementrian Kesehatan RI, 2007). TB paru dipertimbangkan sebagai
penyakit sosial, yang membutuhkan pengendalian terhadap sosial, ekonomi dan
intervensi lingkungan.
Tuberkulosis merupakan target ke-6 Millennium Development Goals
(MDGs) pada tahun 2015 yaitu dalam tujuan mengendalikan dan menurunkan
penyakit HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya termasuk penyakit
tuberkulosis. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2015-2019 menetapkan sasaran pembangunan kesehatan yang menetapkan target

Universitas Sumatera Utara

penurununan TB paru di tahun 2019 dengan prevalensi sebanyak 245 per 100.000
penduduk.
Indonesia merupakan negara yang menjadi cerminan kasus TB dan salah
satu penentu peta TB di dunia. Angka penderita TB di Indonesia tiap tahunnya
belum mengalami penurunan yang bermakna. Pada tahun 2012 World Health
Organization (WHO) melaporkan Indonesia dengan peringkat keempat jumlah

penderita TB sebesar 321.000 orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus
insiden pada tahun 2012 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Indonesia dan

Pakistan (WHO, 2012). Pada tahun 2014 World Health Organization (WHO)
melaporkan Indonesia peringkat kedua setelah India dengan penderita TB terbesar
di dunia dengan jumlah kasus sebesar 10% Indonesia dan 23% India dari total
jumlah pasien TB di dunia (WHO, 2015).
Prevalensi TB paru berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah
penduduk, dengan kata lain rata-rata tiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat
400 orang yang didiagnosis kasus TB paru oleh tenaga kesehatan. Menurut
provinsi, prevalensi TB paru tertinggi berdasarkan diagnosis yaitu Jawa Barat
sebesar 0,7%, DKI Jakarta dan Papua masing-masing sebesar 0,6%. Sedangkan
Provinsi Riau, Lampung, dan Bali merupakan provinsi dengan prevalensi TB paru
terendah berdasarkan diagnosis yaitu masing-masing sebesar 0,1%. Hasil
Riskesdas 2013 tersebut tidak berbeda dengan Riskesdas 2007 yang menghasilkan
angka prevalensi TB paru 0,4% (Riskesdas, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan jumlah penduduk tahun 2010, Sumatera Utara menempati
urutan ketujuh nasional dengan jumlah TB paru tertinggi di Indonesia. Dimana
pada tahun 2010 ditemukan jumlah penderita TB paru di Sumatera Utara
sebanyak 104.992 orang. Pada tahun 2012, diperhitungkan sasaran penemuan

kasus baru TB Paru BTA (+) di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 21.145
kasus, dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA+ yaitu 17.459 kasus
atau 82,57%. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun
2011 yaitu 76,57% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2016).
Di Kota Medan penemuan jumlah kasus TB paru mengalami fluktuasi.
Kota Medan merupakan yang terbesar jumlah penderita TB paru bila
dibandingkan dengan jumlah penduduk dari tiap kabupaten atau kota lainnya.
Penemuan jumlah keseluruhan kasus TB paru di Kota Medan pada tahun 2013
yaitu sebesar 6056 jumlah kasus dan jumlah BTA + adalah 3096 orang,
mengalami penurunan di tahun 2014 yaitu sebesar 5863 kasus dan 2015 yaitu
sebesar 5843 kasus (Dinkes Kota Medan, 2016).
Dalam buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis tahun 2014,
dijelaskan bahwa yang menjadi penyebab utama meningkatnya beban masalah TB
paru ada 8 penyebab, diantaranya adalah kemiskinan pada berbagai kelompok
masyarakat, pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi dengan disparits yang
terlalu lebar, beban determinan sosial yang masih berat seperti angka
pengangguran; tingkat pendidikan; pendapatan perkapita yang masih rendah yang
berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB, kegagalan program TB,
perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan


Universitas Sumatera Utara

struktur umur kependudukan, besarnya masalah kesehatan lain yang bisa
mempengaruhi tingginya beban TB seperti gizi buruk dan diabetes, dampak
pandemik HIV/AIDS didunia yang akan menyebabkan terjadinya koinfeksi HIV
yang beresiko terhadap kejadian TB secara signifikan, kekebalan ganda kuman
TB terhadap obat anti TB (multidrug resistance = MDR). Dalam penelitian
Hiswani (2009), menetapkan beberapa faktor yang mempengaruhi terpaparnya
seseorang terhadap penyakit TB seperti status sosial ekonomi (kepadatan hunian,
lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat kerja ), status gizi, umur,
jenis kelamin, dan faktor toksis.
Determinan sosial adalah faktor yang penting dan berpengaruh terhadap
kejadian TB paru, karena secara langsung maupun tidak langsung faktor resiko
akan mempengaruhi kesehatan seseorang. Peningkatan kasus TB paru dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kondisi fisik
lingkungan rumah. Kondisi fisik lingkungan rumah juga menjadi faktor yang
memegang peranan penting terhadap penularan dan perkembangbiakan bakteri TB
paru. Rumah yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan akan kerap terkait
dengan masalah-masalah kesehatan yang berbasis lingkungan, dimana masalahmasalah yang berbasis lingkungan masih saja menjadi masalah dan penyebab
utama kematian yang ada di Indonesia.

Hasil penelitian Fahreza (2012) dengan judul “hubungan antara kualitas
fisik rumah dan kejadian tuberkulosis paru dengan BTA+ di Balai Kesehatan Paru
Masyarakat Semarang”, ditemukan hasil analisis statistik yang didapati nilai
p