Karakteristik Penderita TB Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU RELAPSE YANG BEROBAT DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4)
MEDAN TAHUN 2000-2007 SKRIPSI
Oleh :
MEIRTHA YOLANDA SITEPU NIM 061000304
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(2)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU RELAPSE YANG BEROBAT DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4)
MEDAN TAHUN 2000-2007
S K R I P S I
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
MEIRTHA YOLANDA SITEPU NIM. 061000304
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2009
(3)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi Dengan Judul
KARAKTERISTIK PENDERITA TB PARU RELAPSE YANG BEROBAT DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU (BP4)
MEDAN TAHUN 2000-2007
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :
Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 13 Januari 2009
Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima
Tim Penguji
Ketua Penguji Penguji I
MEIRTHA YOLANDA SITEPU NIM. 061000304
Prof.dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH drh. Rasmaliah, M.Kes
NIP : 132 084 988 NIP : 390 009 523
Penguji II Penguji III
dr. Achsan Harahap, MPH Drs. Jemadi, M.Kes
NIP : 130 318 031 NIP : 131 996 168 Medan, Februari 2009
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Dekan,
dr. Ria Masniari Lubis, Msi
(4)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) Paru masih menjadi masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab utama kematian. Tahun 2002 dilaporkan jumlah penderita TB Paru Bacil Tahan Asam/BTA+ di Indonesia dari jumlah penduduk 236.355.303 terdapat 581.847 penderita dengan proporsi sebesar (0,24%). Angka ini menunjukkan Indonesia di peringkat ke tiga setelah India dan Cina.
Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4 )Medan tahun 2000-2007, dilakukan penelitian deskriptif dengan desain Case Series dan dilanjutkan analisa statistik Chi-Square. Populasi dan Sampel adalah 111 data penderita TB Paru (total sampling).
Trend penderita TB Paru Relapse tahun 2000-2007 cenderung menurun dengan persamaan garis y = 26.46-2,80x. Proporsi penderita TB Paru Relapse tahun 2000 (23,4%), umur 15-55 (92,8%), jenis kelamin laki-laki (68,9%), agama Islam (23,1%), suku Jawa (44,1), pendidikan SLTP/Sederajat (36,0%), pekerjaan wiraswasta (47,7%), status perkawinan kawin (70,3%),PMO keluarga (87,4%), kepatuhan berobat patuh (79,3%), konversi sputum tahap intensif (81,5 %), konversi sputum tahap lanjutan (87,0), tempat berobat terdahulu puskesmas (70,3%),Hasil akhir pengobatan sembuh/pengobatan lengkap (75,7%).
Tidak ada perbedaan proporsi umur, jenis kelamin, PMO berdasarkan hasil akhir pengobatan. Ada perbedaan proporsi tahap pengobatan intensif ,tahap pengobatan lanjutan, kepatuhan berobat, Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan hasil akhir pengobatan.Tidak ada perbedaan proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan kepatuhan berobat.
Kepada pihak Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan agar melakukan penyuluhan kepada penderita dan Pengawas Menelan Obat (PMO) supaya penderita dapat menjalani pengobatan secara teratur sampai sembuh
(5)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Meirtha Yolanda Sitepu
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 September 1985
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Jl. Gaperta Ujung Gg Bakti NO 33 Medan
Riwayat Pendidikan
Tahun 1991 – 1997 : SD Tunas Kartika I Medan
Tahun 1997 – 2000 : SLTP Negeri 18 Medan
Tahun 2001 – 2003 : SMU Khatolik Budi Murni 1 Medan
Tahun 2003 – 2006 : Akademi Kebidanan Deli Husada Deli Tua
(6)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
”Karakteristik Penderita TB Paru Relapse Yang Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ”. Skripsi ini adalah salah
satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH, selaku ketua Departemen
Epidemiologi FKM USU dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran, dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Ibu drh. Rasmaliah, Mkes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
(7)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
4. Bapak dr. Achsan Harahap, MPH, selaku Dosen Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak
memberikan sumbangan pikiran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. 6. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Epidemiologi FKM USU Medan.
7. Bapak dr. H. Adlan N. Lufti S.Sp.P, Selaku Kepala Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP.4) yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian ini. 8. Terima kasih kepada Papa Drs. SM.Sitepu, MHum, mama Dra. M.Sembiring,
MPd, serta adik-adikku Melinda dan Michi yang paling kusayangi yang selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.
9. Teman-temanku : Mey, Bang Agus, Alin, Bang Alvian, Kak Imel, Bang Dedy, Bang Budi dan seluruh rekan peminatan epidemiologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih buat motivasi dan kebersamaannya.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan dapat dijadikan acuan bagi penelitiaan selanjutnya. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa menyertai kita semua. Amin.
Medan, Januari 2009
Penulis
(8)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Riwayat Hidup Penulis ... iii
Kata Pengantar ... iv
Daftar Isi ... vi
Daftar Tabel ... ix
Daftar Gambar ... xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan Umum ... 4
1.3.1. Tujuan Umum ... 4
1.3.2. Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Tuberkulosis Paru Relapse ... 7
2.2. Etiologi ... 7
2.3. Patogenesis ... 7
2.3.1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya TB Paru Relapse ... 8
2.4. Klasifikasi Tuberkulosis ... 8
2.4.1. Tuberkulosis Paru ... 8
2.4.2. Tuberkulosis Ekstra Paru ... 9
2.5. Gejala Tuberkulosis Paru ... 10
2.5.1. Gejala Sistemik ... 10
2.5.2. Gejala Respiratorik ... 10
2.6. Diagnosa Tuberkulosis Paru ... 11
2.6.1. Pemeriksaan Bakteriologis ... 11
2.6.2. Pemeriksaan Radiologis ... 12
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium ... 12
2.6.4. Pemeriksaan Uji Tuberkulin ... 13
(9)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
2.7.1. Tahap Pengobatan ... 13
2.7.2. Kategori Pengobatan ... 14
2.7.3. Hasil Akhir Pengobatan ... 15
2.7.4. Pengawas Menelan Obat (PMO) ... 16
2.8. Epidemiologi Tuberkulosis Paru Relapse ... 17
2.8.1. Distribusi Penderita Tubrekulosis Paru Relapse ... 17
2.8.2. Faktor Determinan Tuberkulosis Paru Relapse ... 18
2.9. Pencegahan Tuberkulosis Paru ... 22
2.9.1. Pencegahan Pertama ... 22
2.9.2. Pencegahan Kedua ... 23
2.9.3. Pencegahan Ketiga ... 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 24
3.2. Defenisi Operasional ... 24
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 28
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 28
4.2.1. Lokasi Penelitian ... 28
4.2.2. Waktu Penelitian ... 28
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
4.3.1. Populasi ... 28
4.3.2. Sampel ... 28
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 29
4.5. Teknik Analisa Data ... 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 30
5.2. Tenaga Kesehatan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan ... 30
5.3. Distribusi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tahun ... 31
5.4. Sosiodemografi Penderita TB Paru Relapse ... 32
5.4.1. Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita TB Paru Relapse 34 5.4.2. Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Relapse ... 35
5.4.3. Konversi Sputum Tahap Intensif dan Lanjutan Penderita TB Paru Relapse ... 35
5.4.4. Tempat Berobat Terdahulu Penderita TB Paru ... 36
5.4.5. Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse ... 37
5.5. Analisa Statistik ... 38
5.5.1. Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil akhir Pengobatan ... 38 5.5.2. Proporsi Konversi Sputum Tahap Lanjutan Berdasarkan
(10)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Hasil Akhir Pengobatan ... 39
5.5.3. Proporsi Umur Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 40
5.5.4. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan 41 5.5.5. Proporsi Kepatuhan Berobat Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 42
5.5.6. Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO) Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 43
5.5.7. Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO) Berdasarkan Kepatuhan Pengobatan ... BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Penderita TB Paru Relapse dan Kecendurungan Berdasarkan Tahun ... 45
6.2. Sosiodemografi Penderita TB Paru Relapse ... 46
6.2.1. Umur ... 46
6.2.2. Jenis Kelamin ... 47
6.2.3. Agama ... 48
6.2.4. Suku ... 49
6.2.5. Pendidikan ... 50
6.2.6. Pekerjaan ... 51
6.2.7. Status Perkawinan ... 52
6.2.8. Pengawas Menelan Obat (PMO) ... 53
6.2.9. Kepatuhan Berobat ... 54
6.2.10. Konversi Sputum ... 55
6.2.11. Tempat Berobat Terdahulu ... 56
6.2.12. Hasil Akhir Pengobatan ... 57
6.3. Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 58
6.4. Konversi Sputum Tahap Lanjutan Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 59
6.5. Umur Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 60
6.6. Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 61
6.7. Kepatuhan Berobat Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 62
6.8. Pengawas Menelan Obat (PMO) Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan ... 63
6.9. Pengawas Menelan Obat (PMO) Berdasarkan Kepatuhan Berobat 65 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 67
7.2. Saran ... 68
(11)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009 LAMPIRAN
Master Data Print Out SPSS
Surat Survei Pendahuluan Survei Selesai Penelitian
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kesehatan di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 30 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Tahun Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 31 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Sosiodemografi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 32 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Pengawas Menelan Obat (PMO) di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 34 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 35 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Konversi Sputum Tahap Intensif dan Lanjutan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun
2000-2007 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Tempat Berobat Terdahulu di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 37 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan
Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit
(12)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 38 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Konversi Sputum Tahap Lanjutan
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 39
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun
2000-2007 ... 40 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir
Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai
Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun
2000-2007 ... 41 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Kepatuhan Berobat Berdasarkan Hasil
Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 42 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 43 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Berdasarkan Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan
(13)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 6.1. Diagram Bar dan Garis Distribusi Proporsi Penderita TB Paru
Relapse Berdasarkan Tahun di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 45 Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Umur di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 46 Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Jenis Kelamin di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 47 Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Agama di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 48 Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Suku di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 49 Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Pendidikan di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 50 Gambar 6.7. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Pekerjaan di Balai Pengobatan Penyakit
(14)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.8. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Status Perkawinan di Balai Pengobatan Penyakit
Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 52 Gambar 6.9. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Pengawas Menelan Obat (PMO) Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun
2000-2007 ... 53 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Kepatuhan Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 54 Gambar 6.11. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Konversi Sputum Tahap Intensif dan Lanjutan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 55 Gambar 6.12. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Tempat Berobat Terdahulu Di Balai Pengobatan
Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 56 Gambar 6.13. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 57 Gambar 6.14. Diagram Bar Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 58 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Konversi Sputum Tahap Lanjutan
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru –Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 59 Gambar 6.16. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Hasil Akhir
Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 60 Gambar 6.17. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir
Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 61
(15)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Kepatuhan Berobat Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 62 Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 63 Gambar 6.20. Diagram Bar Proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO)
Berdasarkan Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 ... 65
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia. Adapun salah satu pokok program pembangunan kesehatan tersebut adalah program pemberantasan penyakit menular dan imunisasi yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian dari penyakit menular serta mengurangi dampak sosial akibat penyakit agar tidak menjadi masalah kesehatan.1
Dewasa ini banyak penyakit menular yang telah mampu diatasi bahkan ada yang telah dibasmi berkat kemajuan teknologi, akan tetapi masalah penyakit menular masih tetap dirasakan oleh sebagian besar penduduk negara berkembang salah satunya adalah penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru).2
(16)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit menular yang telah di kenal lebih dari satu abad yang lalu, yakni sejak diketemukannya kuman penyebab TB Paru oleh Robert Koch tahun 1882 di Berlin, namun sampai saat ini penyakit TB Paru masih merupakan masalah kesehatan baik di Indonesia maupun di dunia dan merupakan penyebab utama kematian.3,4
Tuberkulosis Paru (TB Paru) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut World Health Organisation (WHO) insiden TB Paru berkisar 8 juta penduduk di seluruh dunia per tahun dan hampir 3 juta orang meninggal akibat TB Paru setiap tahun (WHO 1993).5
Data WHO tahun 1996, menunjukkan bahwa Insidence Rate (IR) TB Paru di beberapa negara ASEAN seperti Malaysia sebesar 62,7 per 100.000 penduduk, Filipina sebesar 400,5 per 100.000 penduduk, Singapura sebesar 25,6 per 100.000 penduduk, Thailand sebesar 67,1 per 100.000 penduduk sedangkan di Indonesia sebesar 67,7 per 100.000 penduduk. Angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 1996 penyakit TB Paru tertinggi di Filipina.6
Pada tahun 1999, WHO menyatakan bahwa Prevalensi TB Paru di Indonesia sekitar 715.000, di mana proporsi Basil Tahan Asam/BTA+ dengan Prevalence Rate (PR) 240 per 100.000 penduduk dan Cause Spesifik Death Rate (CSDR) TB Paru 17,5 per 100.000 penduduk per tahun dengan Case Fatality Rate (CFR) 24,5 %.7
Pada tahun 2002 di laporkan jumlah penderita TB Paru Bacil Tahan
Asam/BTA+ di India dari 1.140.455.260 penduduk terdapat 1.820.369 orang
penderita dengan proporsi sebesar (0,16%), di China dari 1.326.526.462 penduduk 1
(17)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
terdapat sebanyak 1.447.947 orang penderita dengan proporsi sebesar (0,11%), dan di Indonesia dari jumlah penduduk 236.355.303 terdapat 581.847 penderita dengan proporsi sebesar (0,24%). Angka ini menunjukkan Indonesia di peringkat ke-3 dunia dalam jumlah kasus TB Paru setelah India dan China.8
Menurut Surkesnas tahun 2004 menyatakan Indonesia Timur adalah kawasan paling banyak penderita TB Paru BTA+, dengan Prevalence Rate sebesar 189 per 100.000 penduduk, sedangkan Prevalence Rate Nasional 186 per 100.000 penduduk. Bila secara regional, maka Prevalence Rate untuk Jawa-Bali sebesar 67 per 100.000,
Insidence Rate sebesar 63 per 100.000 penduduk sedangkan Sumatera Prevalence Rate sebesar 160 per 100.000 penduduk.9
Pada tahun 2000 di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dilaporkan dari jumlah penduduk 3.343.651 terdapat 38 kasus penderita TB Paru Relapse. Sedangkan di Propinsi Jawa Timur dengan jumlah penduduk 36.294.280 terdapat 409 kasus penderita TB Paru Relapse.10,11
Berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006 tercatat dari 18.955 jumlah penderita TB Paru terdapat 215 (1,13%) jumlah penderita TB Paru Relapse, sedangkan jumlah penderita TB Paru Relapse tertinggi di seluruh Kabupaten/Kota terdapat di Kabupaten Simalungun yaitu dari 953 jumlah penderita TB Paru terdapat 25 orang jumlah penderita TB Paru Relapse dengan proporsi sebesar (11,63%).12
Dari data yang ada di Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2006 tercatat di seluruh Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Medan jumlah penderita TB Paru
(18)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
sebanyak 2.769 orang, dan proporsi yang dinyatakan kambuh (relapse) sebesar 16 orang (0,57%).13
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara yang menyelenggarakan upaya kesehatan paru serta mengatasi masalah kesehatan paru masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam satu wilayah kerja. Jumlah penderita TB Paru Relapse berdasarkan data Rekam Medik di BP4 Medan tahun 2000-2007 yaitu pada tahun 2000 sebanyak 26 orang (23,4%), pada tahun 2001 mengalami penurunan sebanyak 21 orang (18,9%), tahun 2002 sebanyak 18 orang (16,2%), tahun 2003 menurun sebanyak 15 orang (13,5%), tahun 2004 sebanyak 9 orang (8,1%), pada tahun 2005 mengalami penurunan menjadi 4 orang (3,6%), tahun 2006 mengalami peningkatan menjadi 13 orang (11,7%), dan pada tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 5 orang (4,5%), sehingga di peroleh data penderita TB Paru Relapse tahun 2000-2007 sebanyak 111 orang. Berdasarkan uraian diatas terjadinya kasus kambuh (relapse) pada Penderita TB Paru yang menjalani pengobatan ulang (retreatment) di BP4 Medan disebabkan oleh karena pengobatan yang tidak teratur serta kombinasi obat yang dapat menimbulkan terjadinya resistensi (Drug resistance tuberkulosis /DR-TB) dan (Multi
drug resistence/MDR-TB).14
Penelitian yang dilakukan Zulkarnain (2005) menemukan, bahwa penderita TB Paru dengan kasus kambuh (relapse) yang resisten terhadap kuman
(19)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
penderita TB Paru relapse terdapat 10 orang (90,9%) yang mengalami DR-TB dan 1 orang (9,10%) yang mengalami MDR-TB.15
Berdasarkan latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 Medan tahun 2000-2007.
1.2.Perumusan Masalah
Belum diketahuinya karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 Medan tahun 2000-2007.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kecenderungan penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) Medan dari tahun 2000-2007. b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, dan status perkawinan).
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan pengawas menelan obat (PMO).
(20)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan tempat berobat terdahulu.
e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan hasil akhir pengobatan.
f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan konversi sputum tahap intensif dan lanjutan.
g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan kepatuhan berobat
h. Untuk mengetahui perbedaan konversi sputum tahap intensif berdasarkan distribusi proporsi hasil akhir pengobatan.
i. Untuk mengetahui perbedaan konversi sputum tahap lanjutan berdasarkan distribusi proporsi hasil akhir pengobatan
j. Untuk mengetahui perbedaan umur berdasarkan distribusi proporsi hasil akhir pengobatan
k. Untuk mengetahui perbedaan jenis kelamin berdasarkan distribusi proporsi hasil akhir pengobatan.
l. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi kepatuhan berobat berdasarkan hasil akhir pengobatan.
m. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan hasil akhir pengobatan.
n. Untuk mengetahui perbedaan distribusi proporsi Pengawas Menelan Obat (PMO) berdasarkan kepatuhan berobat.
(21)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pihak Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan dalam program pencegahan dan penanggulangan TB Paru Relapse
1.4.2. Sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
1.4.3. Sebagai bahan referensi dan masukan bagi pihak yang membutuhkan dan yang ingin melanjutkan penelitian tentang tuberkulosis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Tuberkulosis Paru Relapse
Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis), yang sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sedangkan Tuberkulosis Paru Relapse adalah penderita TB Paru yang sebelumnya
(22)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
mendapatkan pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh kemudian datang kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak Basil Tahan Asam/BTA+.15
2.2. Etiologi
TB Paru Relapse disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang panjangnya 1-4 µ m dan lebarnya antara 0,3-0,6 µ m. Kuman akan tumbuh optimal pada suhu sekitar 37º C dengan tingkat PH optimal pada 6,4-7,0.16
Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup berhari-hari sampai berbulan-bulan di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.15
2.3. Patogenesis
Sumber Penularan adalah penderita TB BTA+ yang dapat menularkan kepada orang yang berada disekitarnya atau disekelilingnya terutama kontak erat dengan penderita. Pada waktu batuk atau bersin penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet nuklei. Partikel yang mengandung kuman ini dapat bertahan di udara bebas selama 1-2 jam, tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang baik dan kelembaban. Dalam suasana yang lembab dan gelap, kuman dapat bertahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.17
Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh manusia kuman tersebut dapat
(23)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.18
2.3.1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya TB Paru Relapse :
a. Harus ada infeksi
b. Jumlah basil sebagai penyebab infeksi harus cukup. c. Virulensi yang tinggi dari basil tuberkulosis.
d. Daya tahan tubuh yang menurun memungkinkan basil berkembang biak dan keadaan ini menyebabkan timbulnya kembali penyakit TB Paru.
e. Perilaku kebiasaan merokok dan meminum alkohol. f. Pengobatan yang terlalu pendek
g. Kemungkinan resistensi obat.16,19
2.4. Klasifikasi Tuberkulosis 2.4.1. Tuberkulosis Paru
TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil 3 kali pemeriksaan dahak, radiologis atau kultur Mycobacterium tuberkulosis. TB ini dibagi atas :
a. Tuberkulosis Paru BTA Positif
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) hasilnya BTA positif.
(24)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
ii. Satu spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif.
b. Tuberkulosis Paru BTA Negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif. TB Paru BTA negatif rontgen positif di bagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas dan keadaan umum penderita buruk.
2.4.2. Tuberkulosis Ekstra Paru
TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium, kelenjar limfe, tulang, persedian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain). TB Ekstra Paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu:
a. TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar adrenal.
b. TB Ekstra Paru Berat
Misalnya : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleoritis eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kencing dan alat kelamin.15
(25)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Keluhan yang dirasakan penderita TB Paru dapat bermacam-macam atau malah tanpa keluhan sama sekali. Gejala klinik TB Paru dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu : gejala sistemik dan gejala respiratorik.
2.5.1. Gejala Sistemik a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari TB Paru, biasanya timbul pada sore dan malam hari disertai keringat mirip demam influenza yang segera mereda. Demam dapat hilang timbul dan makin lama makin panjang masa serangannya. Demam dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40º- 41ºC.
b. Malaise
Karena TB Paru bersifat radang menahun maka dapat terjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus haid.
2.5.2. Gejala Respiratorik a. Batuk
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkus, selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat bersifat mukoid atau purulen.
(26)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009 b. Batuk Darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Batuk darah tidak selalu timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, dapat juga terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkus.
c. Sesak Nafas
Gejala ini di temukan pada penyakit yang lanjut dengan kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tidak pernah didapat.
d. Nyeri Dada
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan yang terdapat di pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik.8,16
2.6. Diagnosa TB Paru
Penetapan diagnosis TB Paru hampir sama pada semua tingkatan umur. Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan diagnosis TB Paru adalah sebagai berikut:
2.6.1. Pemeriksaan Bakteriologis
Tanda pasti penderita TB Paru ditetapkan dengan pemeriksaan kultur yang membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu. Pemeriksaan dahak 3 kali, identik dengan pemeriksaan kultur pemeriksaan dahak ini lebih cepat dan lebih murah. Pemeriksaan tersebut berupa pemeriksaan mikroskopis dari dahak yang telah dibuat sediaan hapus dan diwarnai secara Ziehl Neelsen. Bila kuman BTA dijumpai 2 kali dari 3 kali pemeriksaan penderita disebut penderita BTA+ menular. Jumlah kuman yang ditemukan merupakan informasi yang sangat penting karena berhubungan dengan
(27)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
derajat penularan penderita maupun dengan beratnya penyakit. Sebagian di Negara-negara berkembang, pemeriksaan dahak secara mikroskopik merupakan satu-satunya cara dimana diagnosis TB Paru dapat dipastikan.3
Pencatatan hasil pembacaan berdasarkan skala IUATLD (International Union
Against Tuberculosis and Lung Disease) tahun 2000 adalah sebagai berikut:
1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif 2. Ditemuka n 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, hasilnya meragukan 3. Ditemuka n 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+) 4. Ditemuka n 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+)
5.
Ditemukan > 10 BTA dalam I lapang pandang disebut +++ atau (3+)15
2.6.2. Pemeriksaan Radiologis (Foto Rontgen)
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Pemeriksaan ini memang membutuhkan biaya lebih dibandingkan pemeriksaan sputum. Pemeriksaan khusus yang kadang-kadang juga diperlukan adalah bronkografi yakni untuk melihat kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh TB. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila penderita akan menjalani pembedahan paru.16,17,20
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium a. Darah
Pemeriksaan darah kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang-kadang meragukan. Pada saat TB aktif, akan didapatkan jumlah leukosit yang sedikit
(28)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke kiri. Jumlah limfosit masih dibawah normal.
b. Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Sputum yang baik untuk di periksa adalah sputum yang kental dan purulen (mucopurulen) berwarna hijau kekuning-kuningan dengan volume 3-5 ml tiap pengambilan. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya ada satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut dengan foto rontgen.
2.6.4. Pemeriksaan Uji Tuberkulin
Uji tuberkulin dilakukan dengan cara Mantoux test. Tuberkulin yang dipakai yaitu Purifeid Protein Derivativa (PPD). Test tuberkulin positif jika indurasi > 10 mm, pembacaannya dilakukan setelah penyuntikan yaitu 48-72 jam.3 Test Mantoux dengan 0,1 ml protein murni turunan tuberkulin di suntikkan intradermal ke permukaan volar lengan bawah (sehingga terbentuk gelembung).19
2.7. Pengobatan TB Paru
2.7.1. Tahap Pengobatan
Obat anti tuberkulosis diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat dalam jumlah yang cukup dan dosis yang tepat selama 6-8 bulan supaya semua kuman dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu :
(29)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahap awal penderita minum obat setiap hari dengan pengawasan langsung oleh PMO.Hal ini untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap rifampisin. Bila tahap intensif dilakukan dengan benar maka penderita menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
b. Tahap Lanjutan
Pada tahap ini penderita mendapat obat dalam jangka waktu yang lebih lama dan jenis obat yang lebih sedikit untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
2.7.2. Kategori Pengobatan
WHO dan IUATLD (International Union Againts Tuberculosis and Lung
Diseases) merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu : a. Kategori – 1(2HRZE/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H), Rimfampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri Isoniazid (H) dan Rifampisin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
i. Penderita baru TB Paru BTA positif.
ii. Penderita TB Paru BTA negatif Rontgen positif yang “Sakit Berat”. iii. Penderita TB Ekstra Paru Berat.
b. Kategori – 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan
(30)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Streptomisin setiap hari, lanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Ethambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk :
i. Penderita kambuh (relaps). ii. Penderita Gagal (failure).
iii. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default).
c. Kategori – 3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap 2 bulan (2HRZ) diteruskan dengan tahap terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu (4H3R3). Obat ini diberikan untuk :
i. Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan.
ii. Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe (limfadenitis), pleuritis eksudative unilateral, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal.
d. OAT Sisipan (HRZE)
Bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan kategori 1 atau kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih tetap BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE) setiap hari selama 1 bulan.
2.7.3. Hasil Akhir Pengobatan
(31)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
a. Sembuh adalah penderita BTA positif yang telah menyelesaikan
pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan ulang dahak pada dua kali yang berurutan hasilnya BTA negatif.
b. Pengobatan lengkap yaitu penderita yang telah menyelesaikan
penggobatannya secara lengkap tetapi tidak ada hasil pemeriksaan dahak ulang.
c. Meninggal adalah penderita yang dalam masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun.
d. Gagal adalah penderita BTA positif pada akhir pengobatan dengan sisipan, pada akhir bulan ke 5 (kategori 1) dan akhir penggobatan.
e. Default (Drop out) adalah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan
berturut-turut atau lebih sebelum penggobatan selesai.
f.
Pindah adalah penderita yang berobat pindah ke kabupaten / kota lain.3,21,22
2.7.4. Pengawas Menelan Obat (PMO)
Salah satu dari komponan DOTS adalah penggobatan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO). Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan seorang PMO.
a. Persyaratan PMO
i. Dipercaya dan disetujui oleh petugas kesehatan maupun penderita. ii. Tinggal dekat dengan penderita.
iii. Membantu penderita dengan sukarela.
(32)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009 b. Tugas-tugas PMO
i. Melakukan pengawasan minum obat.
ii. Memberikan dorongan agar penderita berobat secara teratur. iii. Mengingatkan jadwal pemeriksaan ulang dahak.
iv. Memastikan penderita benar-benar meminum obat.
v. Mengenali efek samping obat dan menasehati penderita agar tetap mau menelan obat.
vi. Merujuk penderita bila efek samping semakin berat.
vii.Melakukan kunjungan rumah dan menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksakan dahak bila ditemui gejala TB Paru.23
2.8. Epidemiologi TB Paru Relapse
2.8.1. Distribusi Frekuensi Penderita TB Paru Relapse a. Orang
Resiko Penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-2%. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi TB Paru, hanya 10% dari yang terinfeksi akan menjadi penderita TB Paru.22
(33)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Penelitian yang dilakukan oleh Gea (2005) menemukan, bahwa penderita TB Paru di Puskesmas Gunungsitoli tahun 2005-2007 yang paling banyak adalah laki-laki yaitu 334 orang (63,6%).24
b. Tempat
Data WHO menunjukkan bahwa Indonesia adalah penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ketiga di dunia. Sekitar 40% beban tuberkulosis didunia terjadi dinegara Asia Tenggara yang tergabung dalam koordinasi WHO yaitu SEARO (South
East Asia Regional Office). SEARO meliputi Negara Bangladesh, India, Indonesia,
Myanmar, Nepal, Srilanka, Thailand, dan Pakistan.25,26
Berdasarkan data cakupan program TB di Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2006, tercatat prevalensi TB Paru Relapse sebanyak 215 orang, sedangkan Kabupaten/Kota di Sumatera Utara yang paling banyak kasus TB Paru
Relapse yaitu Simalungun sebanyak 25 orang.12 c. Waktu
Di Indonesia penyakit tuberkulosis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 tuberkulosis merupakan salah satu dari lima penyebab kematian utama di Indonesia.27
Penelitian yang dilakukan oleh Karolina (2007) menemukan, bahwa Penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Kabanjahe pada tahun 2001 sebanyak 50 orang. Tahun 2002 sebanyak 76 orang.Tahun 2003 sebanyak 52 orang. Tahun 2004 sebanyak 92 orang dan pada tahun 2005 sebanyak 98 orang. Hal ini menunjukkan
(34)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
bahwa penyakit tuberkulosis paru tidak dipengaruhi oleh waktu, karena terjadinya peningkatan kasus penderita TB Paru dari tahun ke tahun. 28
2.8.2. Faktor Determinan TB Paru Relapse a. Host
i. Umur
TB Paru dapat terjadi pada semua golongan umur, baik pada bayi atau anak-anak, orang dewasa maupun manula. Beberapa penelitian menunjukkan kecenderungan penderita TB terdapat pada kelompok umur produktif (15-55 tahun). Penelitian Suryanto, A (2001) di Rumah Sakit Umum Pusat Kariadi Semarang pada periode bulan Juli-Desember 1998 menemukan 347 penderita TB Paru dengan kasus kambuh (relapse) sebanyak 9 orang (9,4%) berumur 15-55 tahun.29
ii. Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih sering terkena TB Paru dibandingkan perempuan. Hal ini terjadi karena laki-laki memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan terpapar lebih besar pada laki. Selain itu kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol pada laki-laki dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena TB Paru.19,25
Data cakupan TB di Sumatera Utara tahun 2006, tercatat bahwa penderita TB Paru Relapse yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 163 orang (75,8%).12
(35)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Faktor lingkungan kerja mempengaruhi seseorang untuk terserang suatu penyakit atau tidak. Seseorang yang bekerja pada lingkungan kerja yang buruk seperti supir, tukang becak, orang yang sering terpapar debu, polusi asap, dan lain-lain lebih gampang untuk terkena penyakit TB Paru dibandingkan dengan orang yang sehari-hari bekerja di kantor.26,30
iv. Sosial Ekonomi
Masyarakat dari golongan sosial ekonomi lemah lebih sering terinfeksi TB Paru. Keadaan kemiskinan mengarah kepada perumahan yang terlampau padat dan kondisi kerja yang buruk serta terjadinya malnutrisi yaitu gizi kurang yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga dapat memudahkan terjadinya infeksi penyakit menular.31,32
v. Gizi
Orang yang mudah tertular kuman TB Paru adalah mereka yang kekurangan gizi dan kondisi fisiknya lemah.17 Keadaan malnutrisi (kekurangan kalori, protein, dan zat besi) akan mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga akan menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB Paru. Faktor ini sangat penting kepada masyarakat di Negara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.30
(36)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Merokok tembakau dan minum banyak alkohol merupakan faktor-faktor penting yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, selain itu obat-obatan kotikosteroid dan imunosupresan juga dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Mereka yang merokok 3-4 kali lebih sering terinfeksi TB Paru dari pada yang tidak merokok. Selain itu kebiasaan merokok juga meningkatkan angka kematian akibat TB Paru sebesar 2,8 kali.31
vii.Penyakit lain
Pada negara-negara dengan prevalensi TB yang tinggi, seperti Indonesia maka setidaknya 50% atau lebih para penduduk dewasanya telah terinfeksi kuman TB Paru dan di dalam tubuhnya terdapat kuman TB dalam keadaan dormant. Mereka tidak menjadi sakit karena daya tahan tubuh yang baik. Bila daya tahan tubuh menurun atau rusak karena AIDS, maka penyakit TB Paru akan muncul. Kecepatan perkembangan TB Paru menginfeksi lebih cepat dan mudah pada orang yang terkena AIDS.16
b. Agent
Penyebab TB Paru adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 µ m dan tebal 0,3-0,6 µm. Spesies yang dapat menginfeksi manusia adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii, dan Mycobacterium intrasellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(37)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
(lipid). Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lemak serta gangguan kimia dan fisik.33
Sifat kuman ini adalah aerob, mudah mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80ºC, 20 menit pada suhu 60ºC atau pasteurisasi), mudah mati dengan sinar matahari, tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar yang lembab. Kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. 16,33
c. Environment
i. Padat Penghuni
Perumahan yang terlalu padat penghuninya dalam suatu ruangan dapat memudahkan terjadinya penularan penyakit terhadap penghuni yang lainnya terutama tuberkulosis. Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan mengakibatkan overcrowded.34
ii. Ventilasi
Ventilasi rumah berfungsi untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah tetap segar dan dalam kelembaban yang optimum serta membebaskan udara ruangan dari bakteri patogen. Untuk luas ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
iii. Kelembaban
Kelembaban merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen (bakteri penyebab penyakit) untuk pertumbuhannya. Kelembaban udara yang memenuhi syarat rumah sehat yaitu 50%-75%.
(38)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009 iv. Temperatur
Keadaan temperature ruangan yang nyaman tergantung kepada ukuran ventilasi. Ventilasi yang baik akan menghasilkan udara yang nyaman yaitu 18ºC-20ºC.35,36
v. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan, terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. 34,35
2.9. Pencegahan Tuberkulosis Paru 2.9.1. Pencegahan Pertama
a. Kebersihan lingkungan
i. Mengurangi tingkat kepadatan penduduk/penghuni rumah/overcrowding. ii. Ventilasi harus baik
iii. Pendidikan kesehatan berupa : penyuluhan kepada masyarakat akan akibat yang ditimbulkan bila meludah disembarangan tempat.
b. Meningkatkan daya tahan tubuh
i. Makan makanan yang mengandung 4 sehat 5 sempurna/makanan seimbang ii. Tidur teratur dan cukup serta olah raga di udara yang segar
iii. Peningkatan kekebalan tubuh dengan vaksinasi BCG
(39)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
a. Penemuan kasus (Case finding) yaitu menemukan kasus atau penderita TB Paru baik secara aktif yaitu mencari penderita TB Paru di masyarakat maupun secara pasif menunggu penderita TB Paru yang dating ke fasilitas kesehatan.
b. Memberikan pengobatan yang adekuat dengan hasil pemeriksaan sputum.
c. Sterilisasi sputum dengan cara menjemur kasur, seprai, pakaian di bawah sinar matahari langsung.
2.9.3. Pencegahan Ketiga
a. Memperpanjang sistem pengobatan yang diberikan.
b. Memberikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein, karena penurunan berat badan.15,16
BAB 3
(40)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009 3.1. Kerangka Konsep
Penderita TB Paru Relapse
1. Sosiodemografi a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Agama
d. Suku e. Pendidikan f. Pekerjaan
g. Status perkawinan 2. Pengawas Menelan Obat (PMO) 3. Kepatuhan berobat
4. Konversi sputum
5. Tempat berobat terdahulu 6. Hasil akhir pengobatan
3.2. Defenisi Operasional
3.2.1. Penderita TB Paru Relapse adalah penderita TB Paru yang sebelumnya pernah mendapatkan pengobatan tuberkulosis atau pengobatan lengkap, kemudian datang kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak (BTA+/Basil Tahan Asam) sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status di BP4 Medan 3.2.2. Umur adalah usia penderita TB Paru Relapse saat berobat sesuai dengan yang
tercatat pada kartu status yaitu: 12 1.15 – 55 tahun (usia produktif) 2. > 55 tahun (usia non produktif)
(41)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.3. Jenis Kelamin adalah ciri khas (organ reproduksi) yang dimiliki penderita sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yang dibedakan atas:
1. Laki-laki 2. Perempuan
3.2.4. Agama adalah keyakinan yang dimiliki oleh penderita sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dibagi atas:
1. Islam
2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Hindu
5. Budha
3.2.5. Suku adalah ras atau etnik yang melekat pada diri penderita sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas:
1. Melayu 2. Jawa 3. Batak 4. Mandailing 5. Aceh 6. Nias 7. Karo
3.2.6. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh penderita sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas: 1. Tidak sekolah/tidak tamat SD
2. SD/sederajat 3. SLTP/Sederajat 4. SLTA/Sederajat 5. Akademi/PT
3.2.7. Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari diluar rumah sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas:
(42)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
1. PNS/TNI/POLRI/Pensiunan 2. Wiraswasta
3. Petani,supir,tukang 4. Ibu rumah tangga 5. Pelajar/Mahasiswa
3.2.8. Status Perkawinan adalah identitas seseorang tentang kehidupan perkawinan sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, yaitu:
1. Kawin
2. Belum kawin
3.2.9. PMO adalah orang yang ditunjuk oleh petugas kesehatan sebagai pengawas penderita agar menelan obatnya secara teratur setiap hari, dengan kategori: 1. Petugas kesehatan
2. Keluarga (suami/istri,orang tua,anak,saudara,cucu)
3.2.10.Kepatuhan Berobat adalah ketaatan penderita dalam keteraturan meminum obat secara terus-menerus sampai akhir pengobatan yang tercatat pada kartu status, dengan kategori:
1. Patuh (aktif mengambil obat sesuai dengan tanggal perjanjian) 2. Tidak Patuh (lebih dari 2 kali tidak pernah mengambil obat)
3.2.11.Konversi Sputum Tahap Intensif adalah perubahan hasil pemeriksaan sputum penderita TB Paru Relapse dari BTA positif menjadi negatif 1 minggu sebelum selesai tahap pengobatan intensif, dengan kategori:
1. Ada konversi 2. Tidak konversi
(43)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
3.2.12.Konversi Sputum Tahap Lanjutan adalah perubahan hasil pemeriksaan sputum penderita TB Paru Relapse dari BTA positif menjadi negatif sebelum akhir tahap pengobatan lanjutan, dengan kategori:
1.Ada konversi 2.Tidak konversi
3.2.13.Tempat Berobat terdahulu adalah lokasi di mana penderita sebelumnya pernah berobat, dengan kategori:
1. RSU (Rumah Sakit Umum) 2. Puskesmas
3. BP4 4. Lain-lain
3.2.14.Hasil Akhir Pengobatan adalah hasil akhir dari pengobatan TB Paru Relapse sesuai dengan yang tercatat dalam kartu status, dikelompokkan atas:
1. Sembuh
2. Pengobatan lengkap 3. Meninggal
4. Gagal
5. Defaulted/drop out 6. Pindah
(44)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan menggunakan desain
Case Series.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) Medan. Pemilihan lokasi ini didasari atas pertimbangan bahwa BP4 Medan merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara dan belum pernah dilakukan penelitian tentang Karakteristik Penderita TB Paru Relapse.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei 2008 – Desember 2008, dengan kegiatan sebagai berikut : melakukan survei awal, konsul proposal, seminar proposal, perbaikan proposal, kumpul data, analisa data, penulisan skripsi, ujian skripsi, dan perbaikan skripsi.
(45)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
4.3.1. Populasi adalah semua data penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 Medan tahun 2000-2007 yaitu sebanyak 111 orang.
4.3.2. Sampel adalah semua data penderita TB Paru Relapse yang berobat di BP4 Medan tahun 2000- 2007, dimana besar sampel adalah sama dengan jumlah populasi (Total Sampling). Selama penelitian 3 Penderita TB Paru Relapse tidak di ikutkan karena meninggal sebelum akhir pengobatan tahap intensif.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah yang sebelumnya diperoleh dari pencatatan petugas BP4 Medan yang terdapat dalam kartu status penderita TB Paru Relapse, kemudian data dicatat dan ditabulasi.
4.5. Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical Product and Service Solution) kemudian dianalisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square dan Anova. Hasilnya disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, tabulasi silang, grafik garis, diagram pie dan diagram bar.
(46)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
BAB 5
HASIL PENELITIAN
5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara yang memberikan pelayanan kesehatan paru kepada masyarakat secara menyeluruh dan terpadu dalam satu wilayah kerja. Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) ini terletak di Jalan Asrama dengan luas wilayah kerja adalah 71.680,68 Km2 yang meliputi Propinsi Sumatera Utara atau sesuai dengan kewenangan dan kedudukan yang di berikan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara.14
5.2. Tenaga Kesehatan Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan
Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Tenaga Kesehatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2007
(47)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1 Dokter Spesialis Paru 2
2 Dokter Umum 6
3 SPK 16
4 AKPER 8
5 AKBID/Bidan 2
6 APRO/Penata Rontgen 5
7 Petugas Lab 5
8 ATEM/Tenaga Elekto Medik 2
9 Apoteker 6
10 Petugas Gizi 2
11 SKM 1
12 Non Medis 18
Total 73
Sumber : Profil BP4 Medan Tahun 2007
Tabel 5.1. dapat dilihat bahwa jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan sebanyak 73 orang, paling banyak adalah tenaga non medis sebanyak 18 orang dan paling sedikit adalah sarjana kesehatan masyarakat (SKM) sebanyak 1 orang.
5.3. Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tahun
Hasil Penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tahun Yang Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Tahun f Proporsi (%)
1 2000 26 23,4
2 2001 21 19,0
3 2002 18 16,2
4 2003 15 13,5
5 2004 9 8,1
6 2005 4 3,6
(48)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
7 2006 13 11,7
8 2007 5 4,5
Total 111 100
Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan pada tahun 2000 sebanyak 26 orang (23,4%), kemudian menurun pada tahun 2001 sebanyak 21 orang (19,0%), menurun lagi pada tahun 2002 sebanyak 18 orang (16,2%), kemudian menurun kembali pada tahun 2003 sebanyak 15 orang (13,5%), dan menurun lagi pada tahun 2004 sebanyak 9 orang (8,1%), menurun kembali pada tahun 2005 sebanyak 4 orang (3,6%), kemudian terjadi peningkatan pada tahun 2006 sebanyak 13 orang (11,7%), dan menurun kembali pada tahun 2007 sebanyak 5 orang (4,5%).
Berdasarkan metode Least Squares dengan rumus y = a + bx, didapat trend frekuensi penderita TB Paru Relapse tahun 2000-2007 dengan persamaan garis lurus y = 26,464-2,7976x yang menunjukkan adanya penurunan.
5.4. Sosiodemografi Penderita TB Paru Relapse
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut :
Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Sosiodemografi di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Sosiodemografi f Proporsi (%)
1 Umur
15-55 tahun > 55 tahun
103 8
92,8 7,2
(49)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Total 111 100
2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 72 39 64,9 35,1
Total 111 100
3 Agama Islam Kristen Khatolik Kristen Protestan 70 13 28 63,1 11,7 25,2
Total 111 100
4 Suku Melayu Jawa Batak Mandailing Nias Karo 7 49 35 9 3 8 6,3 44,1 31,5 8,1 2,7 7,3
Total 111 100
5 Pendidikan
Tidak Sekolah/Tidak tamat SD SD/Sederajat SLTP/Sederajat SLTA/Sederajat Akademik/PT 5 18 40 37 11 4,5 16,2 36,0 33,3 10
Total 111 100
6 Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI/Pensiunan Wiraswasta
Petani,supir,tukang Ibu Rumah Tangga Pelajar/Mahasiswa 3 53 26 18 11 2,7 47,7 23,4 16,2 10
Total 111 100
7 Status Perkawinan Kawin Belum Kawin 78 33 70,3 29,7
Total 111 100
Dari tabel 5.3. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse berdasarkan sosiodemografi yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
(50)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
(BP4) Medan tahun 2000-2007 yaitu menurut kelompok umur paling banyak adalah pada umur produktif (15-55 tahun) sebanyak 103 orang (92,8%) sedangkan yang paling sedikit adalah pada kelompok umur > 55 tahun sebanyak 8 orang (7,2%).
Menurut jenis kelamin paling banyak terdapat pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 72 orang (64,9%) dan perempuan sebanyak 39 orang (35,1%).
Menurut agama paling banyak adalah agama Islam sebanyak 70 orang (63,1%) dan paling sedikit adalah agama Kristen Khatolik sebanyak 13 orang (11,7%).
Menurut suku paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 49 orang (44,1%) dan paling sedikit adalah suku Nias sebanyak 3 orang (2,7%).
Menurut tingkat pendidikan paling banyak adalah tingkat pendidikan SLTP/Sederajat sebanyak 40 orang (36,0%) dan paling sedikit adalah yang tidak sekolah/Tidak tamat SD sebanyak 5 orang (4,5%).
Menurut pekerjaan paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 53 orang (47,7%) sedangkan paling sedikit adalah PNS/TNI/POLRI/Pensiunan sebanyak 3 orang (2,7%).
Menurut status perkawinan paling banyak memiliki status kawin sebanyak 78 orang (70,3%) sedangkan paling sedikit memiliki status belum kawin sebanyak 33 orang (29,7%).
5.4.1. Pengawas Menelan Obat (PMO) Penderita TB Paru Relapse
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007,
(51)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
diperoleh distribusi berdasarkan pengawas menelan obat (PMO) adalah sebagai berikut :
Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Pengawas Menelan Obat (PMO) di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Pengawas Menelan Obat
(PMO) f Proporsi (%)
1 2 Petugas Kesehatan Keluarga 14 97 12,6 87,4
Total 111 100
Tabel 5.4. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 berdasarkan Pengawas Menelan Obat (PMO) paling banyak adalah Pengawas Menelan Obat (PMO) keluarga sebanyak 97 orang (87,4%) dan yang paling sedikit adalah Pengawas Menelan Obat (PMO) petugas kesehatan sebanyak 14 orang (12,6%).
5.4.2. Kepatuhan Berobat Penderita TB Paru Relapse
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan kepatuhan berobat adalah sebagai berikut :
Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Kepatuhan Berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007
No Kepatuhan Berobat f Proporsi (%)
1 2 Patuh Tidak Patuh 88 23 79,3 20,7
(52)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.5. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 berdasarkan kepatuhan berobat paling banyak yang patuh yaitu sebanyak 88 orang (79,3%) dan paling sedikit yang tidak patuh yaitu sebanyak 23 orang (20,7%).
5.4.3. Konversi Sputum Pada Tahap Intensif dan Tahap Lanjutan Penderita TB Paru Relapse
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan konversi sputum pada tahap intensif dan tahap lanjutan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Konversi Sputum Tahap Intensif dan Lanjutan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Konversi Sputum f Proporsi (%)
1 Tahap Intensif Konversi Tidak Konversi
88 20
81,5 18,5
Total 108 100
2 Tahap Lanjutan Konversi Tidak Konversi
94 14
87,0 13,0
Total 108 100
Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa dari 111 penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 berdasarkan konversi sputum hanya terdapat 108 orang yang berada pada tahap intensif dan lanjutan, dimana 3 orang penderita yang meninggal disebabkan oleh
(53)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
karena penyakit DM (Diabetes Melitus) dan gagal ginjal sehingga penderita yang meninggal tidak sampai menyelesaikan tahap pengobatan intensifnya.
Proporsi penderita TB Paru Relapse yang mengalami konversi pada tahap intensif sebanyak 88 orang (81,5%) dan yang tidak mengalami konversi sebanyak 20 orang (18,0%) sedangkan pada tahap lanjutan penderita yang mengalami konversi sebanyak 94 orang (87,0%) dan yang tidak mengalami konversi sebanyak 14 orang 13,0%.
5.4.4. Tempat Berobat Terdahulu Penderita TB Paru Relapse
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan tempat berobat dahulu adalah sebagai berikut :
Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Tempat Berobat Terdahulu di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Tempat Berobat Terdahulu f %
1 RSU 12 10,8
2 Puskesmas 78 70,3
3 BP4 21 18,9
Total 111 100
Tabel 5.7. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 berdasarkan tempat berobat terdahulu paling banyak dari puskesmas sebanyak 78 orang (70,3%). Dan yang paling sedikit dari RSU sebanyak 12 orang (10,8%).
(54)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Hasil penelitian tentang karakteristik penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007, diperoleh distribusi berdasarkan hasil akhir pengobatan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita TB Paru Relapse Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Hasil Akhir Pengobatan f %
1 Sembuh/Pengobatan Lengkap 84 75,7
2 Defaulted/DO atau Gagal 24 21,6
3 Meninggal 3 2,7
Total 111 100
Tabel 5.8. dapat dilihat bahwa proporsi penderita TB Paru Relapse yang berobat di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 berdasarkan hasil akhir pengobatan terbanyak adalah penderita yang sembuh/pengobatan lengkap sebanyak 84 orang (75,7%), penderita yang defaulted/DO atau gagal sebanyak 24 orang (21,6%). Dan yang meninggal sebanyak 3 orang (2,7%) yang tidak sampai menyelesaikan tahap pengobatan intensifnya, dimana 1 orang penderita yang meninggal disebabkan oleh karena penyakit DM (Diabetes Melitus), sedangkan 2 orang lainnya disebabkan oleh karena penyakit gagal ginjal.
5.5. Analisa Statistik
5.5.1. Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan
(55)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan hasil analisa statistik proporsi konversi sputum tahap intensif berdasarkan hasil akhir pengobatan penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Konversi Sputum Tahap Intensif Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Hasil Akhir Pengobatan
Konversi Sputum Tahap
Intensif Total
Konversi Tidak Konversi
f % f % f %
1 Sembuh/Pengobatan lengkap 84 100 0 0 84 100
2 Defaulted/DO atau Gagal 4 16,7 20 83,3 24 100
2
=85,909 df = 1 p = 0,000
Tabel 5.9. dapat dilihat bahwa dari 84 orang penderita TB Paru Relapse yang sembuh/pengobatan lengkap semuanya 100% mengalami konversi pada tahap intensif. Sedangkan dari 24 orang penderita yang defaulted/DO atau gagal sebanyak 4 orang (16,7%) mengalami konversi pada tahap intensif dan yang tidak mengalami konversi sebanyak 20 orang (83,3%).
Berdasarkan hasil analisa statistik uji Exact Fisher’s diperoleh nilai (p<0,05), berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi konversi sputum tahap intensif berdasarkan hasil akhir pengobatan.
5.5.2. Proporsi Konversi Sputum Tahap Lanjutan Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan
Berdasarkan hasil analisa statistik proporsi konversi sputum tahap lanjutan berdasarkan hasil akhir pengobatan penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007 adalah sebagai berikut :
(56)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Konversi Sputum Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Hasil Akhir Pengobatan
Konversi Sputum Tahap
Lanjutan Total
Konversi Tidak Konversi
f % f % f %
1 Sembuh/Pengobatan lengkap 84 100 0 0 84 100
2 Defaulted/DO atau Gagal 10 41,7 14 58,3 24 100
2
=56,298 df = 1 p = 0,000
Dari tabel 5.10. dapat dilihat bahwa dari 84 orang penderita TB Paru Relapse yang sembuh/pengobatan lengkap semuanya 100% mengalami konversi pada tahap lanjutan. Sedangkan dari 24 orang penderita yang defaulted/DO atau gagal sebanyak 10 orang (41,7%) yang mengalami konversi pada tahap lanjutan dan yang tidak mengalami konversi sebanyak 14 orang (58,3%).
Berdasarkan hasil analisa statistik uji Exact Fisher’s diperoleh nilai (p<0,05), berarti dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi konversi sputum tahap lanjutan berdasarkan hasil akhir pengobatan.
5.5.3. Proporsi Umur Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan
Berdasarkan hasil analisa statistik proporsi umur berdasarkan hasil akhir pengobatan penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Hasil Akhir Pengobatan
Umur
15-55 tahun > 55 tahun Total
(57)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
1 Sembuh/Pengobatan lengkap 78 92,9 6 7,1 84 100
2 Defaulted/DO atau Gagal 22 91,7 2 8,3 24 100
2
= 0,039 df = 1 p = 1,000
Tabel 5.11. dapat dilihat bahwa dari 84 orang penderita TB Paru Relapse yang sembuh/pengobatan lengkap sebanyak 78 orang (92,9%) pada umur 15-55 tahun dan 6 orang (7,1%) pada umur > 55 tahun. Sedangkan dari 24 orang penderita TB Paru Relapse yang mengalami defaulted/DO atau gagal sebanyak 22 orang (91,7%) pada umur 15-55 tahun dan 2 orang (8,3%) pada umur >55 tahun.
Berdasarkan hasil analisa statistik uji Exact Fisher’s diperoleh nilai (p>0,05), berarti dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi konversi sputum tahap lanjutan berdasarkan hasil akhir pengobatan.
5.5.4. Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan
Berdasarkan hasil analisa statistik proporsi jenis kelamin berdasarkan hasil akhir pengobatan penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan tahun 2000-2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Hasil Akhir Pengobatan Penderita TB Paru Relapse di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (BP4) Medan Tahun 2000-2007
No Hasil Akhir Pengobatan Jenis Kelamin
(1)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Crosstabs
Ca se P rocessi ng S um mary
108 97.3% 3 2.7% 111 100.0%
HA SIL AKHIR PE NGOBA TAN *
KE PATUHAN B EROBA T
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
HASIL AKHIR PENGOBATAN * KEPATUHAN BEROBAT Crosstabulation
84 0 84
66.9 17.1 84.0
100.0% .0% 100.0%
97.7% .0% 77.8%
77.8% .0% 77.8%
2 22 24
19.1 4.9 24.0
8.3% 91.7% 100.0%
2.3% 100.0% 22.2%
1.9% 20.4% 22.2%
86 22 108
86.0 22.0 108.0
79.6% 20.4% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
79.6% 20.4% 100.0%
Count
Expected Count % within HASIL AKHIR PENGOBATAN % within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total Count
Expected Count % within HASIL AKHIR PENGOBATAN % within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total Count
Expected Count % within HASIL AKHIR PENGOBATAN % within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total SEMBUH/PENGOBATAN LENGKAP DEFAULTED/DO ATAU GAGAL HASIL AKHIR PENGOBATAN Total
PATUH TIDAK PATUH
KEPATUHAN BEROBAT
(2)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Chi-Square Tests
96.698b 1 .000 .000 .000
91.129 1 .000
95.419 1 .000 .000 .000
.000 .000
95.802c 1 .000 .000 .000 .000
108 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.89. b.
The standardized statistic is 9.788. c.
(3)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Case Processing Summary
108 97.3% 3 2.7% 111 100.0%
HASIL AKHIR
PENGOBATAN * PMO
N Percent N Percent N Percent
Valid Missing Total
Cases
HASIL AKHIR PENGOBATAN * PMO Crosstabulation
11 73 84
9.3 74.7 84.0
13.1% 86.9% 100.0%
91.7% 76.0% 77.8%
10.2% 67.6% 77.8%
1 23 24
2.7 21.3 24.0
4.2% 95.8% 100.0%
8.3% 24.0% 22.2%
.9% 21.3% 22.2%
12 96 108
12.0 96.0 108.0
11.1% 88.9% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
11.1% 88.9% 100.0%
Count
Ex pec ted Count % within HASIL AK HIR PE NGOBA TAN % within P MO % of Total Count
Ex pec ted Count % within HASIL AK HIR PE NGOBA TAN % within P MO % of Total Count
Ex pec ted Count % within HASIL AK HIR PE NGOBA TAN % within P MO % of Total SE MB UH/P ENGOB ATA N
LE NGK AP
DE FAULTE D/DO A TAU GA GA L
HA SIL AKHIR PE NGOBA TAN
Total
PE TUGAS
KE SEHATAN KE LUA RGA PMO
(4)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Chi-Square Tests
1.507b 1 .220 .293 .200
.738 1 .390
1.817 1 .178 .293 .200
.293 .200
1.493c 1 .222 .293 .200 .160
108 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona
Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability
Computed only for a 2x2 table a.
1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.67. b.
The standardized statistic is 1.222. c.
(5)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.
USU Repository © 2009
Crosstabs
Case Processing Summary
111 100.0% 0 .0% 111 100.0%
PMO * KEPATUHAN BEROBAT
N Percent N Percent N Percent
Valid Mis sing Total
Cases
PMO * KEPATUHAN BEROBAT Crosstabulation
12 2 14
11.1 2.9 14.0
85.7% 14.3% 100.0%
13.6% 8.7% 12.6%
10.8% 1.8% 12.6%
76 21 97
76.9 20.1 97.0
78.4% 21.6% 100.0%
86.4% 91.3% 87.4%
68.5% 18.9% 87.4%
88 23 111
88.0 23.0 111.0
79.3% 20.7% 100.0%
100.0% 100.0% 100.0%
79.3% 20.7% 100.0%
Count
Expected Count % within PMO
% within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total Count
Expected Count % within PMO
% within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total Count
Expected Count % within PMO
% within KEPATUHAN BEROBAT
% of Total PETUGAS KESEHATAN
KELUARGA PMO
Total
PATUH TIDAK PATUH
KEPATUHAN BEROBAT
(6)
Meirta Yolanda Sitepu : Karakteristik Penderita Tb Paru Relapse Yang Berobat Di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru (Bp4) Medan Tahun 2000-2007, 2009.