Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Remaja
2.1.1. Definisi Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja merupakan masa peralihan
antara masa anak-anak yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu
antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu masa menjelang
dewasa muda. Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat
defenisi tentang remaja yaitu:
1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefenisikan remaja adalah
bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun dan umur 12-20 tahun
anak laki- laki.
2. Menurut undang-undang No. 4 tahun 1979 mengenai kesejahteraan anak,
remaja adalah yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
3. Menurut undang-undang perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah
mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat
tinggal.
4. Menurut undang-undang perkawinan No.1 tahun 1979, anak dianggap
sudah remaja apabila cukup matang, yaitu umur 16 tahun untuk
perempuan dan 19 tahun untuk anak-anak laki-laki.
5. Menurut dinas kesehatan anak dianggap sudah remaja apabila anak sudah

berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus sekolah menengah.

Universitas Sumatera Utara

6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun.
Remaja adalah mereka yang berusia 10-20 tahun, dan ditandai dengan
perubahan dalam bentuk dan ukuran tubuh, fungsi tubuh, psikologi dan
aspek fungsional. Dari segi umur remaja dapat dibagi menjadi remaja
awal/early

adolescence

10-13

tahun,

remaja

menengah/middle


adolescence 14-16 tahun dan remaja akhir/late adolescence 17-20 tahun
( Depkes RI, 2005).
2.1.2. Klasifikasi Remaja
Menurut Blos (1962, dalam Sarwono, 2005, dalam Tanjung, 2006) ada tiga
tahap perkembangan remaja dalam rangka penyesuaian diri menuju kedewasaan,
yaitu :
a. Remaja Awal (early adolescence)
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran akan perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiridan dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan
jenis dan mudah terangsang secara eritotis. Kepakaan yang berlebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan remaja awal
ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004,
dalam Tanjung, 2006) menyebutkan tahap ini berlangsung pada usia sekitar 12-14
tahun.
b. Remaja Madya (middle adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Remaja senang
kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu

Universitas Sumatera Utara


mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena
ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau
sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Tahap ini
menurut Ficht (1982) berlangsung pada usia sekitar 15-17 tahun atau 18 tahun
untuk pria (dalam Kasfi, 2004 ).
c. Remaja Akhir (late adolescence)
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
a. Minat yang makin yakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain
dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c. Tentukan identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentis (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbagan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya “private self” dan
masyarakat umum. Ficht (1982, dalam Kasfi, 2004) mengatakan
bahwa tahap remaja akhir (late adolescence) terjadi sekitar usia 18-21
tahun.

2.1.3. Perubahan-perubahan pada remaja
Menurut Mc Ghie (1996, dalam Tanjung, 2004) masa remaja pada
hakekatnya perubahan-perubahan fisik, mental, maupun social.

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1. Perubahan fisik
Perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja.
Perubahan perubahan fisik pada remaja perempuan yaitu pertumbuhan tulangtulang (badan menjadi tinggi anggota-anggota badan menjadi panjang),
perumbuhan payudara, tumbuh bulu halus dikemaluan, mencapai pertumbuhan
ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, haid, dan tumbuhnya bulu-bulu
ketiak. Sedangkan perubahan fisik pada anak laki-laki, yaitu pertumbuhan tulangtulang, testis membesar, tumbuh bulu dikemaluan, perubahan suara, ejakulasi
(keluarnya air mani), pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap
tahunnya, tumbuhnya kumis dan jenggot, serta tumbuhnya bulu-bulu di dada
(Muss, 1968 dalam Sarwono, 2005 dalam Tanjung, 2006).
Diantara perubahan-perubahan fisik tersebut, yang terbesar pengaruhnya
pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh, yaitu menjadi
semakin panajng dan tinggi. Perubahan-perubahan fisik itu menyebabkan
kecanggungan bagi remaja karena mereka harus menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yag terjadi pada dirinya Sarwono (2005, dalam Tanjung,

2006).
2.1.3.2. Perubahan mental
Perubahan mental utama pada masa remaja adalah dalam bidang
perkembangan intelektual. Remaja mulai mau berfikir lebih abstrak dan
kemauannya mempelajari hal-hal yang abru mencapai puncaknya dan akan
menurun pada masa dewasa. Aspek-aspek perkembangan intelektual ini
membantu menjelaskan beberapa ciri khas perilaku remaja. Kemampuan

Universitas Sumatera Utara

penalaran baru dalam konterks yang lebih luas ini membawa remaja pada
pemikiran yang tidak berkesudahan tentang hal-hal abstrak serta ideologi-ideologi
baru. Sikap terhadap orangtua mungkin berubah dengan timbulnya kemampuan
baru untuk mempertanyakan jalan pikiran mereka serta kesadaran bahwa
kebijaksanaan tidak selalu datang dengan bertambahnya umur. Karena
mendapatkan bahwa sumber-sumber otoritas yang telah lama dianutnya ternyata
tidak sekokoh yang diharapkan, sehingga remaja cenderung mencari figur otoritas
baru, sering dengan yang lebih dekat dengan tingkat usianya sendiri. Hal ini
menjelaskan sikap memberontak dan sulit diatur dari remaja yang terus menerus
menolak semua sumber otoritas dewasa. Walaupun hal ini merupaakn masa sulit

bagi orang dewasa yang merasa tidak lagi dihormati seperti dulu, namun masa ini
merupakan bagian penting dan sehat dari perkembangan yang membatu remaja
menemukan identitasnya sendiri.
2.1.3.4. Ciri-ciri perkembangan remaja.
Dalam lingkungan sosial tertentu, masa remaja bagi pria merupakan saat
diperolehnya kebebasan. Sementara untuk remaja wanita merupakan saat
mulainya segala pembata mulainya segala bentuk pembatasan (Nasution, 2007)
Menurut ciri perkembangannya masa remaja dibagi menjadi tiga periode:
1)

Masa Remaja Awal ( 10-12 tahun), ciri khasnya :
Lebih dekat

dengan teman sebaya,

ingin bebas,

lebih

banyak


memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
2)

Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), ciri khasnya :

Universitas Sumatera Utara

Mencari identitas diri. Timbulnya keinginan untuk kencan. Punya rasa
cinta yang mendalam. Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak. Berkhayal
tentang aktivitas seks.
3)

Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), ciri khasnya :
Pengungkapan kebebasan diri. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya.

Punya citra jasmani diri. Dapat mewujudkan rasa cinta. Mampu berfikir abstrak.
2.2. Tugas Perkembangan Remaja
Tugas-tugas perkembangan (development tasks) yakni tugas-tugas/kewajiban
yang harus dilalui oleh setiap individu itu sendiri. Dari sejak di kandungan, bayi,

anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan
tugas itu. Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan
menentukan perkembangan kepribadiannya. Seorang individu yang mampu
menjalani dengan baik, maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga, dan
optimis menghadapi masa depannya. Sebaliknya mereka yang gagal akan
merasakan bahwa dirinya adalah orang yag tidak mampu, gagal, kecewa, putusasa, ragu-ragu, rendah diri, dan pesimis menghadapi masa depannya (Dariyo,
2004).
Kozier

(1987

dalam

Hutahaean,

2006)

memaparkan

tugas-tugas


perkembangan remaja melipiti:
1. Memperluas hubungan antara pribadi dan komunikasi yang lebih dewasa.
2. Memperoleh peranan sosial.
3. Menerima perubahan fisik tubuh dan menggunakannya dengan efektif.
4. Memperoleh kebebasan dan kemampuan mandiri.

Universitas Sumatera Utara

5. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan mandiri.
6. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.
7. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.
8. Membentuk sistem nilai-nilai.
Menurut Erikson 1963 (dalam hutahaean, 2006), tugas perkembangan
remaja adalah antara menemukan identitas diri dan kebingungan akan identitas
yang meliputi :
1.

Menerima perubahan tubuh dan bentuk dan fungsi hubungan dengan
orang lain dalam seksual dan kematangan fisik.


2.

Mencapai hubungan sosial yang memuaskan sebagai laki-laki dan
perempuan dan mengakui perbedaan dan persamaan dengan orang lain.

3.

Menjalin hubungan baru yang lebih dewasa dengan kelompok dan lawan
jenis.

4.

Persiapan akan pekerjaan dan kemandirian

5.

Tanggungjawab sebagai makhluk sosial.

6.


Mengembangkan ide, nilai sebagai

2.2.1. Jenis-jenis Tugas Perkembangan Remaja.
Tugas-tugas perkembanga remaja, menurut Havighurst (dalam Dariyo,
2004, Helms dan Turner, 1995; Suardiman, 1987; Thornburg, 1982), ada beberapa
yaitu sebagai berikut :
a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis. Diketahui
bahwa

perubahan

fisiologis

yang

dialami

oleh

individu,

mempengaruhi pola perilakunya. Disatu sisi, ia harus dapat memenuhi

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi hal itu
pasti akan melanggar norma-norma sosial, padahal dari sisi
penampilan fisik, remaja sudah seperti orang dewasa. Oleh karena
itulah, remaja menghadapi dilema. Dengan demikian, dirinya dituntut
untuk menyesuaikan diri dengan baik.
b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun wanita.
Dalam hal ini, seorang remaja diharapkan dapat bergaul dan menjalin
dengan individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan
atas saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang
lainnya.
c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tua dan orang
dewasa lain. Ketika menginjak remaja, individu memiliki hubungan
pergaulan yang lebih luas, dibandingkan dengan masa anak-anak
sebelumnya yaitu selain dari teman-teman tetangga, teman sekolah,
tetapi juga dari orang dewasa lainnya.
d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung
jawab. Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja
berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal
maupun

non-formal

agar

memiliki

taraf

ilmu

penegtahuan,

keterampilan/ keahlian yang frofesional.
e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis. Tujuan
utama individu melakukan persiapan diri denagn menguasai ilmu dan
keahlian tersebut, ialah untuk dapat bekerja sesuai dengan bidang

Universitas Sumatera Utara

keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat
menghidupi dirinya sendiri maupun keluarganya nanti.
2.3. Rokok
2.3.1. Definisi Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah dan bahan-bahan tambahan lainnya, seperti cengkih. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lain (Saktyowati, 2010).
Saktyowati (2010), rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk
kotak atau kemasan kertas yang dapat dimasukkan dengan mudah kedalam
kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusan-bungkusan tersebut juga
umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung.
Latar belakang perilaku merokok beraneka ragam. Dikalangan remaja dan
pria dewasa, perilaku merokok disebabkan gengsi dan agar disebut jagoan.
Adapun dikalangan orang tua, perilaku merokok disebabkan oleh stres dan
ketagihan. Perilaku merokok umumnya juga dipengaruhi oleh orang-orang
disekitar (lingkungan). Alasan-alasan ini mengalahkan bahaya yang ditimbulkan
dari kebiasaan merokok itu sendiri, baik bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun
lingkungan mekipun si perokok mengetahui bahaya tersebut (Saktyowati, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Prinsip perilaku merokok pada umumnya adalah memasukkan bahan yang
berasal dari dedaunan (tembakau) yang mengandung zat tertentu (khususnya
nikotin) sebagai tindakan untuk memperoleh kenikmatan. Sedangkan tingkah laku
merokok adalah tingkah laku yang membahayakan kesehatan, baik bagi perokok
sendiri maupun bagi orang lain yang kebetulan menghisap rokok tersebut
(Pribadi, 1990 dalam Mulyadi, 2007).
2.3.2. Bahan Kimia Dalam Rokok
(Saktyowati, 2010) mengatakan tanpa kita sadari, satu batang rokok yang
kurang lebih hanya seukuran pensil sepuluh senti meter itu, ternyata seperti
sebuah pabrik berjalan yang menghasilkan bahan kimia berbahaya. Satu batang
rokok yang di bakar mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia yang diantaranya
bersifat oksik (beracun) dan 43 diantarnya pemicu kanker (karsinogenik). Zat
kimia tersebut adalah:
1. Akrolein
Merupakan suatu zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehid. Zat ini
mengandung kadar alkohol. Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
2. Karbon Monoksida
Karbon Monoksida merupakan sejenis gas yang tidak berbau dan tidak
berwarna. Gas ini dihasilkan oleh pembakaran yang tidak sempurna dari
unsur zat arang atau karbon. Zat ini sangat beracun karena mudah terikat
hemoglobin daripada oksigen.
3. Nikotin

Universitas Sumatera Utara

Nikotin adalah cairan berminyak yang tidak berwarna dan dapat
membuat rasa perih. Nikotin ini menghalangi rasa lapar. Itu sebabnya
seseorang bisa merasakan tidak lapar karena merokok. Selain itu, nikotin
merupakan salah satu jenis obat perangsang serta membuat pemakainya
kecanduan. Ia merangsang otak supaya siperokok merasa cerdas pada
awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.
4. Amonia
Amonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang.
Begitu kerasnya racun yang ada pada amoniak sehingga jika masuk ke
dalam tubuh walaupun dalam jumlah yang sedikit akan mengakibatkan
seseorang pingsan atau koma.
5. Fenol
Fenol merupakan campuran dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
(penyaringan) beberapa zat organik, seperti kayu dan arang. Zat ini
beracun dan membahayakan karena terikat dengan protein dan
menghalangikerja enzim di dalam tubuh.
6. Formaldehid
Formaldehid ialah sejenis gas tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Gas ini tergolong sebagai pengawet dan pembasmi hama. Gas ini juga
sangat beracun terhadap semua organisme yang hidup. Bahan kimia ini
banyak digunakan untuk mengawetkan mayat. Dan yang terakir
7. Tar

Universitas Sumatera Utara

Tar ialah sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam dan
digunakan untuk mengaspal jalan raya. Tar terdapat dalam rokok. Zat ini
bersifat lengket dan mudah menempel pada paru-paru. Apabila zat
tersebut sihisap maka akan mengakibatkan kanker pau-paru.
8. Metanol
Metanol ialah sejenis cairan ringan yang mudah menguap dan mudah
terbakar. Meminum atau menghisap metanol dapat mengakibatkan
kebutaan dan bahkan kematian.
2.4. Perilaku merokok pada remaja
2.4.1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoadmojo, 2003
dalam Tanjung, 2006)
2.4.2. Perilaku merokok
Mu’tadin (2002, dalam Tanjung, 2006) mengkategorikan perilaku merokok
individu atas ringan, sedang, berat dan sangat betar, yaitu:
1. Perokok ringan bila menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan
selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
2. Perokok sedang, bila menghabiskan rokok 11-21 batang dengan
selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi.

Universitas Sumatera Utara

3. Perokok berat, bila merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan
selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit setelah
bangun pagi.
4. Perokok sangat berat, bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31
batang perhari dan selang merokok lima menit setelah bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Tanjung, 2006) ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah :
1. Pertama, tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif, yaitu
dengan merokok seseorang merasakan penambahan rasa yang
positif. Dalam hal ini, dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut:
a. Meningkatkan kenikmatan, yaitu perilaku merokok hanya untuk
menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat,
misalnya merokok sesuda minum kopi atau makan.
b. Menyenangkan perasaan, yaitu perilaku merokok hanya
dilakukan sekedar untuk menyenangka perasaan.
c. Kenikmatan saat memegang rokok, yaitu perilaku untuk
mendapatka kenikmatan yang diperoleh dengan memegang
rokok. Perilaku merokok ini biasanya terjadi pada perokok pipa.
Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa
dengan tembakau, sedangkan untuk menghisapnya hanya
dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Selain itu ada juga
perokok yang lebih senang berlama-lama untuk memainkan

Universitas Sumatera Utara

rokoknya dengan jari-jarinya sebelum ia menyalakan rokok
tersebt dengan api.
2. Kedua, tipe perokok yang yang dipengaruhi perasaan negatif.
Banyak orang yang menggunakan rokok untuk mengurangi
perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok
dianggap penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan
tiak enak terjadi sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak
enak.
3. Ketiga, tipe perokok yanga adiktif. Oleh Green (dalam Pychological
Factor

in

smoking,

1978

dalam Tanjung,

2006)

disebut

pcychological addction. Mereka yang sudah adiksi Kn menambah
dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang
dihisapnya berkurang.
4. Keempat, tipe perokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka
menggunakan

rokok

sama

sekali

bukan

karena

untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah
menjadi kebiasaan rutin. Merokok menjadi perilaku yang otomatis
terjadi, yang seringkali tanpa dipikirkan dan tidak disadari karena
tubuh telah terkondisi.
Tipe perokok yang dipengaruhi perasaan positif, menurut Green (dalam
dalam Pychological Factor in smoking,1978 dalam Tanjung, 2006) menambahkan
ada tiga subtype, yaitu pleasure relaxation, stimulation to pick them up, pleasure
of handling the cigarette.

Universitas Sumatera Utara

− Pertama, pleasure relaxation perilaku merokok hanya untuk
menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat.
− Kedua, stimulation to pick them up,yaitu perilaku merokok hanya
dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
− Ketiga, pleasure of handling the cigarette, yaitu kenikmatan yang
diperoleh dengan memegang rokok. Tipe ini sangat spesifik pada
perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk
mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk menghisapnya
hanya dibutuhkan waktu beberapa menit saja. Atau perokok lebih
senang berlama-lama untuk memainkan rokoknya dengan jarijarinya lama sebelum ia nyalakan dengan api.
2.4.3. Dampak Merokok Pada Remaja
Merokok untuk pertumbuhan remaja memang memiliki segudang bahaya
bagi kesehatannya, bahaya merokok bagi pelajar yang paling ditakutkan adalah
dalam hal kesehatan jasmani. Kita semua tahu ada ribuan zat beracun yang
terkandung dari dalam rokok. Dari semua bahan berbaya tersebut, kita pasti bisa
terkena penyakit apa saja. seperti kanker, gangguan pernafasan kronis, stroke,
penyakit jantung, gangguan fungsi seksual, bronchitis, batuk dan masih banyak
lagi penyakit yang diakibatkan karena merokok (Atkinson, 2009).
Efek penyakit yang ditimbulkan oleh perokok aktif memang tidak
langsung dirasakan pada saat itu juga, tapi biasanya penyakit akibat merokok
dirasakan kerika sudah dewasa atau tua. Bagi pelajar wanita yang nekat merokok,

Universitas Sumatera Utara

jangan heran apabila ketika sudah dewasa akan selalu mengalami keguguran
bahkan melahirkan bayi cacat. Adapun dampak merokok terhadapat sosial dan
kejiwaan seorang perokok. Walau banyak remaja yang selalu beranggapan bahwa
merokok adalah tindakan yang keren, gaul banyak pula yang memandang sinis
terhadap para perokok. Pelajar yang merokok bisa saja dijauhi oleh banyak teman
karena kebiasaan buruknya ini. Peristiwa seperti ini tentu akan mempengaruhi
kejiwaan seorang pelajar. Ia bisa saja menjadi tidak percaya diri, merasa
dikucilkan atau malah akan menjadi pemarah dan pemberontak. Seorang perokok
juga mempunyai masalah pada keuangan mereka dengan adanya kebiasaan remaja
merokok, banyak hal yang dapat dilakukan oleh remaja untuk mendapatkan uang
agar tetap bisa merokok. salah satu diantaranya adalah membohongi orangtua
untuk mendapatkan uang dengan berbagai alasan kebutuhan sekolah. Rokok
hanyalah sebagaian kecil dari problematika remaja zaman sekarang, mungkin ada
baiknya orangtua dan keluarga yang lebih memperhatikan setiap tingkah laku dan
kegelisahan hati remaja ini, jangan sampai mereka menjadi hancur dan terjerumus
ke hal yang merugikan masa depannya (Santrock, 2007).
2.4.4. Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja
Saktyowati (2010) mengatakan bahwa usia paling rawan seseorang
untuk memulai merokok adalah usia remaja (10-19 tahun). Hal itu disebabkan
usia remaja merupakan peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini,
umumnya remaja suka mencoba-coba hal yang baru, meskipun belum tahu
akibatnya. Adapun hal-hal yang dapat menyabakan seseorang merokok adalah
sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

1. Pengaruh Orang tua
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.
Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah
melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke
duniawi, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya
dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari,
selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang
terdapat di duniawi dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak
dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah
dan orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan remaja dan sebagai
penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan
pemikirannya dikemudian dapat terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya
di permulaan hidup remaja. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan
yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan remaja. Sejak seorang remaja
lahir, orang tuanyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu remaja
meniru perangai orang tuanya. Kunci pertama dalam mengarahkan pendidikan dan
membentuk mental remaja terletak pada peranan orang tuanya (Komalasari, 2006)
Mulyadi (2007) menyatakan hal yang paling kuat pengaruhnya adalah jika
orang tua sendiri menjadi contoh, yaitu sebagai perokok berat maka anak-anaknya
sangat memungkinkan untuk mencontohnya. Remaja akan lebih cepat berperilaku
sebagai perokok jika ibu atau ayah sebagai perokok berat.
Saktyowati (2010) mengatakan salah satu temuannya tentang remaja
perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak

Universitas Sumatera Utara

bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang
bahagia. Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal
dengan satu orang tua (single parent).
2. Pengaruh teman.
Teman adalah tempat memperoleh informasi yang tidak terdapat didalam
keluarga, tempat menambah kemampuan dan temapat kedua setelah keluarga
yang mengarahkan dirinya menuju perilaku yang baik serta memberikan masukan
koreksi terhadap kekurangan yang dimilikinya, tentu saja akan membawa dampak
positif bagi remaja yang bersangkutan. Remaja memilki kecenderungan bahwa
teman sebaya adalah tempat untuk belajar bebas dari orang dewasa, belajar
menyesuaikan diri dengan standar kelompok, belajar berbagi rasa, bersikap
sportif, belajar, menerima dan melaksanakan tanggung jawab. Belajar berperilaku
sosial yang baik dan belajar bekerjasama (Santrock, 2007).
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka
semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai
sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan
remaja nonperokok (Saktyowati, 2010).

Universitas Sumatera Utara

3. Faktor Kepribadian
Saktyowati (2010) mengatakan orang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa,
membebaskan diri dari kebosanan.Namun satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial.
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih
mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah.
4.Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa elektronik yang menampilkangambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour (kemewahan), membuat
remaja serong terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada di dalam iklan
tersebut. Penelitian WHO juga menyebutkan bahwa iklan rokok secara tidak
langsung mendorong para remaja untuk bereksperimen dengan tembakau dan
mencoba rokok. WHO juga menyatakan sudah terbukti bahwa larangan
menyeluruh terhadap iklan produk tembakau mengurangi konsumsi tembakau
(Saktyowati, 2010).
Iklan merupakan suatu media untuk menyampaikan informasi kepada
masyarakat

terhadap

suatu

produk

dan

iklan

memiliki

fungsi

untuk

menyampaikan informasi, membujuk, atau untuk mengingatkan masyarakat
terhadap produk rokok dengan melihat iklan yang ada di televisi dan media
massa, remaja mulai mengenal dan mencoba untuk merokok karena gencarnya
iklan rokok yang beredar di masyarakat, ditambah dengan adanya image yang

Universitas Sumatera Utara

dibentuk oleh iklan rokok sehingga terlihat seakan orang yang merokok adalah
orang yang sukses dan tangguh yang dapat melalui rintangan apapun. Iklan,
promosi, ataupun sponsor merupakan kegiatan yang dilakukan oleh para produsen
rokok untuk mempermudah produsen rokok dalam mempengaruhi remaja dan
anak-anak. Pengaruh iklan sangat mempengaruhi dalam kehidupan remaja.
Terkadang remaja yang menjadi perokok pemula tersebut akibat melihat iklan
rokok di lingkungan mereka, karena remaja belum mengerti benar mengenai
bahaya yang disebabkan oleh rokok ataupun penyakit yang dapat timbul karena
rokok, sehingga orang tua dapat memberi pemahaman terhadap anak-anaknya
tentang merokok (Arini, 2011).

Universitas Sumatera Utara