Gambaran Faktor yang Mempengaruhi Remaja Merokok di Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri.
Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si
perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Asap rokok merupakan polutan bagi
manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok
menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Di negara industri maju, kini
terdapat kecenderungan berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang,
khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok
(Tandra, 2003).
Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak orang,
bahkan telah menjadi sebuah kebutuhan. Di negara berkembang seperti Indonesia
bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk menjanjikan cita rasa dan
harga tersendiri. Sasaran dari produk itu mencakup semua lapisan masyarakat
baik lapisan masyarakat atas maupun lapisan masyarakat bawah. Konsumen rokok
tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok tidak
pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh
masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan
rumah, kantor, angkutan umum maupun di jalan-jalan (Mulyadi & Uyun, 2007).


Universitas Sumatera Utara

Merokok seringkali dilakukan individu dimulai di sekolah menengah
pertama, bahkan mungkin sebelumnya. Bahkan banyak dijumpai di jalan atau
tempat yang biasanya dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul anak-anak
tingkat sekolah menengah banyak siswa yang merokok. Pada saat anak duduk di
sekolah menengah, kebanyakan para siswa laki-laki di sekolah melakukan
kegiatan merokok karena merokok merupakan sesuatu yang menjadi kegiatan
sosialnya, para siswa mengatakan bahwa merokok merupakan salah satu lambang
pergaulan bagi mereka. Perilaku merokok dikalangan remaja perlu mendapatkan
perhatian lebih, karena dalam rokok terkandung bahaya yang sangat besar bagi
orang yang merokok maupun orang disekitar perokok yang bukan perokok.
Sehingga perlu adanya upaya pencegahan perilaku merokok pada remaja,
khususnya peserta didik di sekolah agar tidak menjadi pecandu rokok karena
merokok dipandang sebagai pintu gerbang menuju penggunaan obat-obatan dan
perilaku kenakalan remaja yang lain seperti penggunaan alkohol, narkoba, absen
di sekolah, tawuran dan kemungkinan putus sekolah (Soegeng , 2007).
Semua orang tahu bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, tetapi
perilaku merokok tidak pernah hilang. Hal yang paling memprihatinkan saat ini

adalah usia mulai merokok yang semakin muda, jika orang pada jaman dahulu
merokok pada usia SMP maka sekarang anak SD juga sudah mulai merokok
walau secara diam-diam. Latar belakang seseorang merokok beraneka ragam,
dikalangan remaja dan pria dewasa perilaku merokok ini dapat terjadi karena
gengsi dan agar disebut jagoan, adapun dikalangan orang tua perilaku merokok
dipengauhi orang-orang di sekitarnya (lingkungan). Alasan-alsan inilah yang

Universitas Sumatera Utara

mengalahkan bahaya-bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan merokok itu sendiri
baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain meskipun orang tersebut mengetahui
bahaya merokok tersebut (Saktyowati, 2010).
Riskesdas (2010) menyatakan penduduk Indonesia kelompok umur 15
tahun ke atas yang dianalisis sebanyak 177.926 responden, dengan rincian lakilaki 86.493 responden (48,6%) dan perempuan sebanyak 91.433 responden
(51,4%), di daerah perkotaan sebanyak 91.057 responden (51,2%) dan pedesaan
sebanyak 86.869 responden (48,8%). Prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas
yang merokok tiap hari secara nasional adalah 28,2%. Prevalensi merokok tiap
hari pada lima provinsi tertinggi ditemukan di provinsi Kalimantan Tengah
(36%), Kepulauan Riau (33,4%), Sumatera Barat (33,1%), NTT (33%), dan
Bengkulu juga (33%), sedangkan untuk Sumatera Utara sendiri sebesar (29,7%)

yang merupakan urutan kesepuluh.
Survei Sosial Ekonomi Badan Pusat Statistik tahun 2001 dan tahun 2004
menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi anak-anak usia 15-19 tahun yang
merokok. Tahun 2001 sebesar 12,7% dan tahun 2004 menjadi 17,3% (Kompas,
2009). Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Global Youth Tobacco Survey
(GYTS) 2006, sekitar 37,3% pelajar pernah merokok dan 30,9% merokok
pertamakali di bawah usia 10 tahun. Prevalensi perokok aktif pada pelajar lakilaki adalah 24,5% dan pada perempuan 2,3% (Tukiran, dkk, 2010).
Prevalensi merokok saat ini lebih tinggi 16 kali pada pria (65,9%)
dibandingkan pada perempuan (4,2%). Jika ditinjau dari tempat tinggal penduduk
yang tinggal dipedesaan prevalensi merokoknya lebih tinggi yaitu (30,8%)

Universitas Sumatera Utara

dibandingkan diperkotaan yang hanya (25,9%), dan yang lebih mencengangkan
lagi prevalensi pertama kali merokok atau menggunakan tembakau pada umur 1519 tahun (43,3%), diikuti pada umur 10-14 tahun (17,5%) dan 20-24 tahun
(17,5%) dan ada juga yang mulai merokok pertama kali umur 5-9 tahun 2,2%
(Riskesdas, 2010).
Penelitian Zahro (2006) mengatakan pengaruh teman sebaya terhadap praktik
merokok sebesar 36,3 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar remaja
mempunyai teman yang mendukung perilaku merokok, sehingga memungkinkan

responden untuk tetap merokok. Kebiasaan merokok orang tua remaja sebesar 52 % ,
kebiasaan merokok orang tua merupakan faktor penguat (reinforcingfactor).
Sehingga kebiasaan orang tua merupakan faktor penguat responden untuk merokok.
Iklan rokok dan perilaku merokok berhubungan secara signifikan dengan
perilaku merokok di kalangan remaja. Remaja berpendapat iklan rokok memiliki
pengaruh yang besar untuk mulai merokok, 29% remaja perokok menyalakan
rokoknya ketika melihat iklan rokok, remaja perokok merasa dirinya lebih percaya
diri dan merasa dirinya keren seperti yang dicitrakan iklan rokok sebanyak 37%
remaja perokok (Ginting, 2011).
Kepribadian memberikan sumbangan yang sangat tinggi terhadap perilaku
merokok remaja sebanyak 40,9%. Hal ini memberikan gambaran bahwa merokok
bagi seorang remaja dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Remaja
meyakini dengan merokok akan mendatangkan efek-efek yang menyenangkan
(Komalasari, 2006).

Universitas Sumatera Utara

Dari latar belakang diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku
merokok sudah dimulai dari seseorang memasuki usia remaja dimana usia remaja
adalah masa dimana seseorang mulai mencari jati dirinya. Sehingga peneliti

tertarik untuk meneliti “gambaran faktor yang mempengaruhi remaja merokok di
kecamatan Sipispis kabupaten Serdang Bedagai”.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian untuk mengetahui gambaran faktor yang
mempengaruhi remaja merokok di kecamatan Sipispis kabupaten Serdang
Bedagai.
1.3. Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi pihak sekolah khususnya guru BP agar selalu mengingatkan
siswanya agar tidak merokok dilingkungan sekolah terutama pada jam
belajar, serta memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar peringatan
tersebut.
1.3.2 Bagi siswa itu sendiri diharapkan agar mulai menambah pengetahuan
lebih banyak lagi tentang kerugian-kerugian yang diakibatkan dari
merokok baik dari segi kesehatan maupun dari segi hal yang lain.
1.3.3 Bagi orang tua remaja hendaknya lebih sering mengawasi dan
mengontrol serta mengingatkan anak untuk tidak salah dalam memilih
teman terlebih lagi jika sebagian besar temanya adalah perokok.

Universitas Sumatera Utara