Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi dikenal secara luas sebagai penyakit kardiovaskular dimana
penderita memiliki tekanan darah diatas normal. Penyakit ini diperkirakan telah
menyebabkan peningkatan angka morbiditas secara global sebesar 4,5 %, dan
prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju
(Depkes, 2006). The Seventh Joint National Committee On Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) menyatakan bahwa

hipertensi merupakan kondisi tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik
≥90 mmHg berdasarkan rata – rata pengukuran 2 kali atau lebih. Hipertensi
diklasifikasi menjadi 3 kelompok yaitu prehipertensi, hipertensi derajat I, dan
hipertensi derajat II.
Menurut World Health Organization (WHO) prevalensi hipertensi setiap
tahun makin meningkat. Pada tahun 2000 sekitar 972 juta orang atau 26,4%
penduduk diseluruh dunia menderita hipertensi. Sebanyak 333 juta atau 34,26%
berada di negara maju dan 639 juta atau 65,74% berada di negara berkembang
termasuk di Indonesia.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013 tercatat mencapai 25,8% dari populasi penduduk Indonesia pada usia

18 tahun ke atas, dan dari jumlah tersebut 60% penderita hipertensi akan
menderita stroke, sementara sisanya akan mengalami gangguan jantung, gagal
ginjal dan kebutaan.

1
Universitas Sumatera Utara

Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit degeneratif.
Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur
(Depkes, 2006). Bagi pasien hipertensi yang berusia antara 40 – 70 tahun, jika
terjadi peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg atau tekanan darah
diastolik sebesar 10 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
(Kusmana, 2009).
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi dapat menyerang berbagai target
organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta ginjal.
Komplikasi hipertensi menyebabkan kualitas hidup penderita menjadi rendah dan
kemungkinan terburuknya adalah kematian (Prasetyorini, 2012).
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa

penyebab kerusakan organ – organ tersebut merupakan efek langsung, sedangkan
efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap reseptor angiotensin
II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain (Yogiantoro, 2009). Jika terjadi
gangguan pada reseptor angotensin II maka akan menimbulkan vasokonstriksi
yang mengakibatkan meningkatnya tekanan darah. Stress oksidatif dapat
menyebabkan peradangan pembuluh darah dan penurunan nitrit oksidase sehingga
tekanan darah meningkat.
Jika seseorang mengalami tekanan darah yang tinggi dan tidak terkontrol
dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan pembuluh darah ginjal
menyempit sehingga fungsi ginjal terganggu, dan akan lebih cepat mengalami
kemunduran jika terjadi hipertensi berat (Wilson, 2006). Hipertensi merupakan

2
Universitas Sumatera Utara

salah satu faktor pemicu terjadinya penyakit ginjal akut serta penyakit ginjal
kronis (Chronic Kidney Disease/CKD) karena menyebabkan kerusakan pembuluh
darah dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk memfiltrasi
darah dengan baik sehingga terjadi penumpukan cairan (Guyton dan Hall, 2006).
Penumpukan cairan dalam sirkulasi menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal

ini terjadi karena orang yang mengalami gangguan fungsi ginjal tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.
Tindakan yang dilakukan untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
memfiltrasi darah pada pasien gagal ginjal adalah hemodialisis. Hemodialisis
dapat membantu penderita dengan mempermudah kerja ginjal. Hemodialisis
membantu penderita mengekskresi zat-zat sisa, garam, dan cairan yang berlebih
agar tidak terakumulasi dalam sirkulasi tubuh. Proses hemodialisis akan
meregulasi tekanan darah pasien (NKF, 2007).
Hemodialisis dilakukan pada pasien gagal ginjal akut yang memerlukan
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
penyakit ginjal stadium terminal yang memerlukan terapi jangka panjang atau
terapi permanen. Hemodialisis memerlukan sebuah mesin dialisa dan sebuah filter
khusus yang dinamakan dializer (suatu membran semipermeabel) yang digunakan
untuk membersihkan darah dengan cara darah dikeluarkan dari tubuh penderita
dan masuk dalam mesin di luar tubuh (NKF, 2007).
Bentuk kerusakan yang paling sering dijumpai adalah interstitial nephritis
dan glomerulonephritis. Penderita dengan ginjal yang tidak berfungsi normal
dapat menjadi lebih peka terhadap beberapa obat, bahkan jika eliminasinya tidak


3
Universitas Sumatera Utara

terganggu. Penggunaan obat – obatan tertentu dapat menyebabkan gangguan
terhadap fungsi ginjal diantaranya adalah penggunaan obat-obat antihipertensi,
antibiotik, dan AINS pada penderita gagal ginjal. Obat ini penggunaannya perlu
diperhatikan karena dapat menyebabkan nefrotoksisitas pada ginjal (Kenward dan
Tan, 2003).
Tujuan dari pengobatan hipertensi pada penyakit gagal ginjal kronik
adalah untuk menurunkan tekanan darah, menurunkan resiko terjadinya Cardio
Vaskular Disease (CVD) pada pasien hipertensi dan memperlambat progresi

penyakit ginjal pada pasien dengan atau tanpa hipertensi (NKF, 2007). Obat
antihipertensi mempunyai jalur eliminasi melalui ginjal. Pada kondisi gagal ginjal,
obat antihipertensi dapat menyebabkan penumpukan pada ginjal sehingga bisa
memperburuk fungsi ginjal, oleh karena itu diperlukan perhatian dan penanganan
yang khusus terutama pemilihan obat antihipertensi yang aman bagi ginjal. Obatobat golongan ACE inhibitor (Angiostensin-Converting Enzyme) dan ARB
(Angiotensin II Receptor Blocker ) atau kombinasi keduanya dapat menurunkan
tekanan darah dan mengurangi tekanan intraglomerular (Saseen dan Maclaughlin,
2008).

Evaluasi penggunaan obat antihipertensi bertujuan untuk menjamin
penggunaan obat yang rasional pada penderita hipertensi. Penggunaan obat yang
rasional sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan terapi (Suyono dan
Lyswanti, 2008).
Peresepan untuk penderita dengan gagal ginjal memerlukan pengetahuan
mengenai fungsi hati dan ginjal penderita, riwayat pengobatan, metabolisme dan
aktivitas obat, lama kerja obat, serta cara ekskresinya. Perubahan dosis obat yang

4
Universitas Sumatera Utara

sering dijumpai adalah penurunan dosis atau perpanjangan interval pemberian
obat atau gabungan keduanya (Kenward dan Tan, 2003).
Keberadaan apoteker memiliki peran yang penting dalam pelaksanaan
Pharmaceutical Care yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan

menyelesaikan masalah terkait obat. Pola pelayanan ini dilakukan dengan
pemantauan terapi obat yang bertujuan mengoptimalkan penggunaan obat secara
rasional (efektif, aman, bermutu dan terjangkau) serta memastikan ketepatan
pemberian dosis obat pada pasien (Menkes RI, 2014).

Banyaknya jumlah penderita hipertensi dengan gangguan ginjal serta
risiko kesalahan dalam pemilihan obat untuk terapi hipertensi dengan gagal ginjal
sering kali terjadi, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
dan mengevaluasi kejadian ketidaktepatan pemilihan dan dosis obat untuk terapi
penyakit hipertensi dengan gagal ginjal sehingga dapat memperburuk kondisi dan
kualitas hidup pasien.

1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan obat antihipertensi dengan
gagal ginjal kronik di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan
Oktober – Desember 2015. Dalam hal ini yang merupakan variabel bebas
(independent variable) adalah seluruh data rekam medik pasien hipertensi
meliputi usia, jenis kelamin, bentuk sediaan, jenis obat, golongan obat dan
golongan antihipertensi sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah
profil penggunaan obat antihipertensi.

5
Universitas Sumatera Utara

Adapun selengkapnya mengenai gambaran kerangka pikir penelitian dapat

dilihat pada Gambar 1.1
Parameter Pengamatan

Variabel Pengamatan

Karakteristik Pasien

Profil penggunaan obat

- Usia

antihipertensi

- Jenis Kelamin
Rasionalitas Penggunaan
Data Penggunaan Obat

Antihipertensi

- Golongan Obat Antihipertensi


- Sesuai

- Jenis Obat Antihipertensi

- Tidak Sesuai

- Dosis Obat Antihipertensi
- Kombinasi Obat Lain
Gambar 1.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian Evaluasi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi yang Menjalani
Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida
Kota Medan

1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. bagaimana karakteristik pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis di
Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan ?
b. apa golongan antihipertensi yang paling banyak diberikan kepada pasien

hipertensi yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan
Hipertensi Rasyida Kota Medan?
c. apakah regimen dosis obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien
hipertensi yang menjalani hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan
Hipertensi Rasyida Kota Medan sudah sesuai dengan JNC VIII?

6
Universitas Sumatera Utara

d. apakah ada interaksi obat antihipertensi dengan obat lain yang dapat
menurunkan efektivitas obat antihipertensi?
1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. karakteristik pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis meliputi jenis
kelamin dan usia.
b. penggunaan obat antihipertensi tergolong baik pada peresepan pasien
hipertensi yang menjalani hemodialisis.
b. regimen dosis antihipertensi yang diberikan kepada pasien hipertensi yang
menjalani hemodialisis sudah sesuai dengan acuan.

c. terdapat interaksi antihipertensi dengan obat lain yang dapat menurunkan
efektivitas antihipertensi.
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan hipotesis penelitian di atas, maka tujuan dalam penetian ini
adalah untuk mengetahui:
a. karakteristik pasien hipertensi yang menjalani hemodialisis.
b. golongan obat antihipertensi pada pasien hipertensi yang menjalani
hemodialisis
c. rasionalitas dosis obat antihipertensi pada pasien hipertensi yang menjalani
hemodialisis.
d. interaksi obat antihipertensi dengan obat lain yang mempengaruhi hasil terapi.

7
Universitas Sumatera Utara

1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
a. dapat menjadi informasi dalam menentukan strategi terapi hipertensi pada
pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis.

b. menjadi bahan evaluasi dan masukan dalam peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan kefarmasian di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida
Kota Medan
c. dapat menjadi gambaran seputar masalah terapi obat yang terjadi dari penyakit
hipertensi dengan gagal ginjal kronik

8
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

1 42 67

Hubungan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Sensitivitas Pengecapan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

3 100 81

Hubungan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis Terhadap Sensitivitas Pengecapan di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan

0 0 15

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

0 0 15

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

0 0 2

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

0 0 18

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

0 0 4

Evaluasi Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis di Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Kota Medan

1 1 25

Kebutuhan Perawatan Periodontal Pasien Penyakit Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis Di Klinik Spesialis Ginjal Dan Hipertensi Rasyida Medan

0 3 18

KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI KLINIK SPESIALIS GINJAL DAN HIPERTENSI RASYIDA MEDAN

0 1 14