Efektivitas Pemberian Glucomannan Dengan Dan Tanpa Agar-agar Pada Pengobatan Anak Dengan Konstipasi Fungsional

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Konstipasi merupakan gejala berbagai penyakit saluran cerna pada anak dan sering
menimbulkan masalah kesehatan fisik dan mental yang cukup serius.1 Konstipasi
terjadi sebagai kegagalan kolon mengeluarkan isi lumen atau adanya peningkatan
tahanan luar oleh karena disfungsi pelvis dan anorektal yang menyebabkan
kesulitan untuk defekasi.2
Konstipasi merupakan masalah kesehatan pada anak yang masih cukup
tinggi dan merupakan 3% kunjungan pasien ke dokter anak umum dan 15% sampai
25% kunjungan ke konsultan gastroenterologi anak.3-5 Sebagian besar konstipasi
pada anak (lebih 90%) adalah fungsional tanpa ada kelainan yang bersifat organik
dan 40% diantaranya diawali sejak usia 1 sampai 4 tahun, hanya 5% sampai 10%
yang mempunyai kelainan penyebab organik.3,6
Penelitian di Itali melaporkan prevalensi konstipasi pada populasi anak sekitar
0.3% sampai 8% dan riwayat keluarga mengalami konstipasi dijumpai 28% sampai
50% pada anak dengan konstipasi.7 Penelitian di Inggris melaporkan prevalensi
konstipasi fungsional pada anak sekitar 4% sampai 36% dan insiden tertinggi terjadi

pada saat usia toilet training yaitu sekitar 2 sampai 3 tahun, pada usia dibawah 5
tahun insidensi sama dijumpai pada kedua jenis kelamin, usia diatas 13 tahun lebih
sering pada jenis kelamin perempuan.4,5 Sementara sebuah penelitian di Amerika
melaporkan sekitar 34% anak di Inggris usia 4 sampai 11 tahun pernah mengalami
konstipasi.5
Penyebab konstipasi fungsional bersifat multifaktor. Ada beberapa faktor
predisposisi yang dapat mempengaruhi konstipasi fungsional seperti faktor herediter,

Universitas Sumatera Utara

kebiasaan makan yang kurang tepat seperti bentuk diet yang kurang karbohidrat dan
selulosa, faktor psikologis dan latihan toilet yang tidak sesuai, gangguan hormon dan
dysbakteriosis usus dimana tinja yang kering dan keras menyebabkan lingkungan
internal normal pada usus besar terganggu sehingga berpengaruh pada motilitas
usus.5,8-10
Prinsip penanganan konstipasi fungsional adalah menentukan adanya
akumulasi feses (fecal impaction), evakuasi feses (disimpaction), pencegahan
berulangnya akumulasi feses dan menjaga pola defekasi menjadi teratur dengan
terapi rumatan oral, edukasi kepada orang tua dan evaluasi hasil terapi.3
Diet tinggi serat memiliki efek meningkatkan retensi air pada feses dan

sebagai substrat bagi pertumbuhan bakteri komensal sehingga bersifat prebiotik dan
membantu memperlunak tinja dan menormalkan frekuensi BAB.1,3 Diet serat alami
berasal dari tumbuhan yang terdiri dari polisakarida dan oligosakarida yang dalam
proses pemecahan di saluran pencernaan memerlukan enzim. Serat terbagi atas
yang water soluble dan water insoluble..11
Glucomannan merupakan serat nabati yang berasal dari akar tanaman
Elephant yam atau lebih dikenal degan Amorphophallus konjac dan dianggap
sebagai pencahar karena bersifat water soluble, pembentuk massal, glucomannan
menjadi pengobatan yang efektif untuk konstipasi dan terbukti sebagai laksansia bila
digunakan dengan dosis 100 mg/kg berat badan/hari atau 3 sampai 4 gram setiap
hari.12-17
Glucomannan telah dipertimbangkan oleh United State Food and Drug
Administration (UFDA) sebagai bahan makanan yang terdaftar.12 Penelitian di Itali
melaporkan pemberian glucomannan pada anak konstipasi usia 5 sampai 10 tahun
terbukti efektif sebagai terapi konstipasi.14 Penelitian di Medan melaporkan

Universitas Sumatera Utara

pemberian glucomannan selama 4 minggu pada anak konstipasi fungsional
meningkatkan frekuenasi BAB dan terdapat perbedaan konsistesi tinja dibandingkan

sebelum pemberian glucomannan.18
Agar-agar dikenal dengan berbagai sebutan seperti agar, gum agar, bactoagar, bengal gelatin, japan agar, kanten dan caragennan.19,20 Agar-agar merupakan
serat alamiah yang berasal dari rumput laut (seaweed) jenis alga merah (Red algae)
golongan Rhodophyta dan telah lama digunakan sebagai bahan tambahan dalam
berbagai produk makanan, kosmetik, media kultur bakteri, sumber serat alamiah dan
sebagai laksatif atau pencahar pada kasus konstipasi.19
Agar-agar merupakan serat sintetis yang larut dalam air (water soluble).14,19
Agar-agar bila larut dalam air akan menambah volume tinja dan meningkatkan kadar
air pada tinja sehingga menambah massa tinja dan disaat yang sama terjadi
fermentasi tinja oleh bakteri disaluran cerna yang dapat memberi dampak laksatif
(pencahar).20,21

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut : apakah ada perbedaan pemberian glucomannan dengan dan tanpa agaragar pada pengobatan konstipasi fungsional pada anak.

1.3.


Hipotesis

Pengobatan menggunakan glucomannan dengan agar-agar memiliki perbedaan
dalam meningkatkan frekuensi BAB dan mengatur perubahan konsistensi tinja pada
anak dengan konstipasi fungsional.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1.

Tujuan Umum

Untuk menentukan perbedaan pemberian glucomannan saja dibandingkan
dengan pemberian glucomanan dengan agar-agar pada pengobatan konstipasi
fungsional pada anak.
1.4.2 Tujuan Khusus



Mengetahui perbedaan pemberian glucomannan saja dalam meningkatkan
frekuensi BAB pada pengobatan anak dengan konstipasi fungsional.



Mengetahui perbedaan pemberian glucomannan dengan agar-agar dalam
meningkatkan frekuensi BAB pada pengobatan anak dengan konstipasi
fungsional.



Mengetahui perbedaan pemberian glucomannan saja dibandingkan
pemberian glucomannan dengan agar-agar dalam mengatur perubahan
konsistensi tinja pada pengobatan anak dengan konstipasi fungsional.

1.5. Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik/ilmiah
Meningkatkan

pengetahuan


peneliti

dalam

hal

pengobatan

konstipasi

fungsional pada anak.
2. Di bidang pelayanan masyarakat
Peningkatan pemberian serat sebagai terapi awal pada pengobatan konstipasi
fungsional pada anak.
3. Di bidang pengembangan penelitian
Dapat dijadikan sumbangan pemikiran dalam penelitian tentang pengelolaan
konstipasi fungsional pada anak.

Universitas Sumatera Utara