Pemanfaatan Tepung Daun Apu-Apu (Pistia stratiotes) dalam Ransum Terhadap Kadar HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein)Darah Itik Peking

TINJAUAN PUSTAKA
Apu-apu (Pistia stratiotes)
Apu-apu (Pistia stratiotes) yaitu tanaman air yang dianggap gulma oleh
sebagian besar petani. Produksi biomassa bahan kering tanaman apu-apu
mencapai 16,1 ton BK/ha/tahun. Tanaman air apu-apu juga merupakan tanaman
air yang disukai unggas dan ikan (Sutama, 2005).
Disadari bahwa kapu-kapu atau apu-apu (Pistia stratiotes) merupakan
bahan baku pakan lokal dengan serat, nilai nutrien dan produksi biomassa bahan
kering yang cukup tinggi yaitu 16,1 ton BK/ha/tahun (Reddy dan Debusk, 1985).
Tanaman ini, dapat berpotensi sebagai bahan penyusun pakan, karena
berdasarkan berat kering mengandung BETN 37,0%, protein kasar 19,5%, kadar
abu

25,6%,

lemak

kasar 1,3% dan

mengandung serat


kasar

11,7%

(Diler et al., 2007).
Menurut Adi (2008) mengemukakan bahwa tanaman kayu apu atau
apu-apu memiliki batang, daunnya tungggal dengan roset akar yang bentuk solet
dengan ujung membulat dan pangkal runcing yang memiliki tepi berlekuk,
memiliki panjang 2-10 cm dan lebar 2-6 cm serta pada pertulangan sejajar
bewarna hijau kebiruan. Kandungan yang terdapat pada tanaman apu-apu ini yaitu
flavonoid dan polifenol.
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder
yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman (Rajalakshmi dan S.
Narasimhan, 1985). Flavonoid termasuk dalam golongan senyawa phenolik
dengan struktur kimia C6-C3-C6 (White dan Y. Xing, 1951; Madhavi et al., 1985;
Maslarova, 2001). Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu

Universitas Sumatera Utara

cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung

oksigen dan bentuk teroksidasi cincin ini dijadikan dasar pembagian flavonoid ke
dalam sub-sub kelompoknya. Sistem penomoran digunakan untuk membedakan
posisi karbon di sekitar molekulnya (Cook dan S. Samman, 1996).
Berbagai jenis senyawa, kandungan dan aktivitas antioksidatif flavonoid
sebagai salah satu kelompok antioksidan alami yang terdapat pada sereal, sayursayuran dan buah, telah banyak dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai
antioksidan dengan cara mendonasikan atom hidrogennya atau melalui
kemampuannya mengkelat logam, berada dalam bentuk glukosida (mengandung
rantai samping glukosa) atau dalam bentuk bebas yang disebut aglikon (Cuppett et
al.,1954).
Flavonoid adalah substansi yang mengandung senyawa polifenolikyang
berasal dari tumbuh-tumbuhan (herbal). Flavonoid merupakanantioksidan yang
potensialuntuk menangkal radikal bebas.Fungsiflavonoid sebagai antioksidan
yang kuat sehingga dimanfaatkan sebagaipencegah kanker maupun pengobatan
kanker (Miryanti dkk., 2011).Mekanisme kerja flavonoid sebagai pencegah
kanker yaitu antara laininaktivasi karsinogen, antiproliferasi, dan penghambatan
siklus sel(Subroto, 2008).
Flavonoid mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat yangmerupakan
pendonor hidrogen yang sangat baik. Flavonoid mempunyaiaktivitas antioksidan
lebih baik daripada vitamin C (asam askorbat)vitamin E (tokoferol) yang
merupakan antioksidan mayor dalam tubuh(Prakash dan Gupta, 2009). Kelompok

hidroksil yang dimiliki flavonoidtidak muncul saat reaksi redoks kimia, tetapi

Universitas Sumatera Utara

sangat berperan dalammendonorkan atau menerima hidrogen. Flavonoid juga
berikatan denganlogam-logam seperti besi dan tembaga, kemudian menghambat
pembentukan radikal bebas melalui katalis logam tersebut (besi dan tembaga).
Peran-peran krusial yang dimiliki flavonoid ini menunjukkanbahwa flavonoid
mempunyai aktivitas antioksidan yang kuat (Prakash danGupta, 2009).
Mekanisme kerja flavonoid ini dapat dilihat pada Gambar 1di bawah ini.

Gambar 1. Mekanisme kerja flavonoid menghambat pembentukan radikalbebas
melalui katalis logam (Men+ adalah perubahan dari ion besi sepertiFe2+ dan
Cu2+) (Prakash dan Gupta, 2009).
Tanaman air apu-apu diklasifikasikan sebagai berikut:Kingdom : Plantae,
Divisi : Magnoliopita, Kelas : Lilioptida, Ordo : Arales, Famili : Araceae, Genus :
Pistia, Spesies : Pistia stratiotes(Plantamor, 2008).

Gambar 2. Apu-apu (Pistia stratiotes)


Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Kandungan nutrisi pada tepung daun apu-apu (Pistia stratiotes)
Nutrisi
Kandungan
Energy Metabolis (Kkal/kg)
3584b
Protein Kasar (%)
17,35a
Lemak Kasar (%)
1,31a
Serat Kasar (%)
14,62b
Abu (%)
20,38b
Bahan Kering (%)
88,66a
Sumber :a Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak (2016)
b
Laboratorium Loka Penelitian Kambing Putih Sei Putih (2016)


Sutama (2005) menunjukkan bahwa pemberian daun apu-apu sampai 30%
dalam ransum menurunkan LDL serum dan total kolesterol daging, di samping
meningkatkan HDL serum. Daun apu-apumemiliki kesamaan dengan Salvinia
molesta pada kandungan serat kasar.
Di dunia kedokteran, senyawa sinamaldehid yang merupakan turunan dari
senyawa fenol tersebut diketahui memiliki sifat anti-agregasi platelet dan sebagai
vasodilator secara in vitro. Selain itu, senyawa antioksidan lain seperti tanin dan
flavanoid juga diharapkan dapat menurunkan kolesterol dengan cara melindungi
LDL dari proses oksidasi sehingga dapat mencegah aterosklerosis (Azima, 2004).

Potensi Tanaman Apu-apu (Pistia stratiotes) Sebagai Bahan Pakan Ternak
Kayu apu (Pistia stratiotes L.) merupakan salah satu jenis gulma air yang
mempunyai potensi untuk dijadikan campuran pakan pada ransum itik. Kayu apu
mengandung serat, nilai nutrien, dan produksi biomassa bahan kering yang cukup
tinggi sebesar 16,1 ton BK/ha/tahun (Reddy dan Debusk, 1985).
Penggunaan kayuapu dapat meningkatkan serat dan menurunkan energi
metabolis ransum. Kandungan serat ransum yang tinggi ini mampu menurunkan
lemak sebesar 25g dalam 100g pada daging ayam kampung (Cahyono, 2001).
Selain itu, herba kayu apu mengandung senyawa kimia penting yaitu flavonoid


Universitas Sumatera Utara

yang dikenal sebagai senyawa anti-kolesterol (Depkes, 2009) dan proteinnya yang
tinggi sebesar 16,7 % (Kasselman, 1995).

Itik Peking
Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami
perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik
peking dapat dipelihara dilingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah
beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya dipelihara secara
intensif dengan dilengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996).
Dilihat dari warna bulu itik peking umumnya putih, tetapi ada juga yang
berwarna krem dengan kaki dan paruh yang berwarna jingga. Matanya agak gelap
dan berwarna kebiruan dengan posisi yang tenggelam karena bagian pipi relative
lebih menonjol(Srigandono, 1998).
Itik peking merupakan tipe pedaging yang popular disebut green duck. Itik
ini mempunyai kepala besar juga bundar, paruhnya lebar dan pendek, paruhnya
berwarna kuning akan tetapi ada yang berwarna putih, leher gemuk pendek dan
tegak,dada besar, bundar membusung, kaki pendek berwarnakekuning-kuningan,

sayap pendek dan kuat, warna bulunya putih dan pada jantan ada jambul di kepala
(Samosir, 1994).
Tujuan pokok pemeliharaan itik pedaging adalah untuk menghasilkan
daging bagi konsumsi manusia.Itik pedaging adalah itik yang mampu tumbuh
cepat dan dapat mengubah pakan secara efisien menjadi daging yang bernial gizi
tinggi.Disamping itu itik pedaging harus memiliki konfirmasi dan struktur
perdagingan yang baik (Srigandono, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan Nutrisi Itik Peking
Bahan pakan itik pedaging adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur
gizi seperti energi, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air.Bahan pakan
untuk itik biasanya jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya
yang menjadi sumber energi.(Wahyu, 1992).
Tabel 2. Kebutuhan gizi itik peking pada berbagai umur*
Gizi
Starter
Grower
(0-2 minggu)

(2-7 minggu)
Protein kasar (%)
22
16
Energi (kkal EM/kg)
2.900
3.000
Metionin (%)
0,40
0,30
Lisin (%)
0,90
0,65
Ca (%)
0,65
0,60
P tersedia (%)
0,40
0,30


Bibit
15
2.900
0,27
0,60
2,75


Sumber : *NRC (1994)

Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk anak ayam,
kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya
diberikan agak basah, Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat
bahan ransum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah
sehingga becek (Anggorodi, 1995).
Kadar Lemak Itik Peking
Itik Peking memiliki persentase lemak yang cukup tinggi dibandingkan
dengan jenis itik yang lain yaitu 36,2%, kandungan lemak yang tinggi merupakan
salah


satu

kendala

bagi

konsumen

yang

memiliki

kadar

kolesterol

tinggi(Abdelsamie dan Farrel, 1985 dalam Srigandono, 2000).
Kesukaan sebagian konsumen akan daging itikmasih terbatas. Konsumen
lebih banyak memilihdaging ayam, walaupun daging itik memiliki kandungan
protein tinggi dan tidak berbeda jauhdengan ayam. Hal ini didukung oleh Junet al.

(1996)dan Kimet al. (2006), menyatakan bahwa kadar proteindaging itik berkisar

Universitas Sumatera Utara

antara

18,6–20,1%

dankandungan

lemak

berkisar

antara

2,7–

6,8%.MenurutSrigandono (1997) dan Kimet al. (2006) komposisiprotein daging
itik tidak berbeda jauh biladibandingkan dengan daging ayam, yakni
sebesar20,8% dan daging ayam sebesar 21,4–22,6%,sedangkan kandungan lemak
itik dua kali lebih tinggidari daging ayam (8,2 vs 4,8%).
Salah satu penentu kadar lemak dalam daging dan darah ternak adalah
pakan, semakin tinggi kadar lemak pada produk asal hewani semakin besar kadar
kolesterolnya. Untuk menurunkan kadar kolesterol pada daging dan darah,
diantaranya adalah serat kasar. Serat kasar dapat dijumpai pada tumbuhan pakupakuan

akuatik

yang

mengapung

di

permukaan

air

yaitu

Azolla microphylla.Azolla microphylla merupakan tanaman air yang memiliki
kandungan serat kasar yang cukup tinggi yaitu 13 %, lemak 7,5 %, gula terlarut
2,5% dan protein mencapai 31, 25% (Kusumanto, 2008).
Konsumsi

serat

kasar

berhubungan

dengan

penurunan

absorbsi

kolesterol,fermentasi dan pelepasan asam empedu (Tensiska, 2008). Penelitian
yang dilakukan oleh Fisher dan Griminger (1986) dan Huseini et al (1976)
mendapatkan hasil bahwa serat kasar dapat menurunkan kadar kololesterol darah.

Kolesterol
Kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan untuk
mengatur proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah tinggi
bisa menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan berdampak pada
penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Kolesterol (C27H45OH) (Yun.:chole : empedu, stereos : padat) adalah zat
alamiah dengan sifat fisik seperti lemak tetatpi berumus steroida, seperti senyawa
alamiah lain (Melia, 2014).
Kolesterol memiliki peranan penting, yaitu fungsi kerja hormon, pelarut
vitamin A, D, E, K, unsur pokok berbagai membran biologi dan mendukung
pertumbuhan kecercadasan anak-anak. Disamping manfaatnya, kolesterol dikenal
sebagai penyebab utama terjadinya pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh
darah terutama jantung, akibat proses tersebut pada saluran pembuluh darah,
khususnya pembuluh darah koroner bisa menyebabkan pecahnya pembuluh darah
otak sehingga menyebabkan stroke (Dalimartha, 2002).
Kolesterol memiliki 2 gugus metil yang terikat pada rantai C-13 dan C-10
dengan ikatan 5 ikatan rangkap. Rantai cabang hidrokarbon terikat pada atom C17, sedangkan gugus hidroksil terdapat pada atom C-3. Koleterol memiliki fungsi
alkohol dan juga membentuk ester dengan asam lemak (ester sterol), sehingga
termasuk ke dalam senyawa yang paling hidrofobik di antara semua lipid di
dalam tubuh (Wijaya et al., 2013).
Salah satu faktor yang mempengaruhi kolesterol darah adalah kandungan
seratkasar ransum karena serat kasar akan mengikat asam empedu di saluran
pencernaankemudian dikeluarkan bersama dengan feses. Kondisi ini akan
mengurangi lemak yang terserap ke dalam tubuh serta menurunkan sintesis asam
empedu dari kolestrol.Akibatnya kolestrol total dalam tubuh akan berkurang.
Asam empedu disintesa darikolestrol dan berperan sebagai agen pengemulsi yang
mempersiapkan triasilgliserolransum sebelum dihidrolisis enzim lipase pankreas
dalam proses pencernaan(McDonald et al., 2002).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Struktur Kimia Kolesterol

Transpor Kolesterol
Lemak (fat) yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis oleh hati
dan jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai jaringan dan organ untuk
digunakan dan disimpan. Lipid plasma terdiri dari triasilgliserol (16%), fosfolipid
(30%), kolesterol (14%), ester kolesterol (36%) dan asam lemak bebas (4%).
Lipid diangkut didalam plasma sebagai lipoprotein (Gambar 3). Empat kelompok
utama lipoprotein penting yaitu : kilomikron, VLDL, LDL dan HDL. Kilomikron
mengangkut lipid yang dihasilkan dari pencernaan dan penyerapan, VLDL
mengangkut triasilgliserol dari hati, LDL menyalurkan kolesterol ke jaringan, dan
HDL membawa kolesterol ke jaringan dan mengembalikannya ke hati untuk
diekskresikan dalam proses yang dikenal sebagai transpor kolesterol terbalik
(reverse cholesterol transport) (Murray et al. 2003).

Lipoprotein
Kolesterol bersifat tidak larut di dalam air sehingga memerlukan suatu alat
transportasi agar bisa beredar dalam darah, yaitu apoprotein yang merupakan
salah satu jenis protein. Kolesterol membentuk kompleksitas dengan apoprotein

Universitas Sumatera Utara

dan membentuk ikatan yang disebut sebagai lipoprotein yang merupakan jenis
lipid plasma yang bersifat hidrofobik (Wijaya et al., 2013).
Berdasarkan ikatan lipoprotein, kolesterol terbagi menjadi dua golongan
utama. High Density Lipoprotein (HDL) adalah jenis kolesterol yang bersifat baik
yang

berfungsi

membawa

kolesterol

bebas

dari

dalam

endotel

dan

mengirimkannya ke pembuluh darah perifer lalu diekskresikan dari dalam tubuh
lewat empedu, dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer dapat
berkurang. Low Density Lipoprotein (LDL) adalah jenis kolesterol yang bersifat
jahat yang menyebar kepembuluh darah dan jaringan tubuh karena efeknya yang
arterogenik

(mudah

melekat

pada

dinding

pembuluh

darah)

sehingga

menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan darah (Anwar, 2014).

HDL(High Density Lipoprotein)
HDL(High Density Lipoprotein)merupakan lipoprotein yang mengandung
Apo-A, yang memiliki efek anti-aterogenik, sehingga disebut kolesterol yang
bersifat baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam
endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah untuk kemudian diesterifikasi
menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester mengalami perpindahan dari HDL ke
VLDL sehingga kolesterol dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam
empedu(Lichtentein dan Jones, 2001).
Menurut Murray et al. (1996) High Density Lipoprotein sering disebut
kolesterol “baik” karena merupakan lipoprotein yang mengangkut lipid dari
perifer menuju ke hepar. Molekul HDL yang relatif kecil dibanding lipoprotein
lain, HDL dapat melewati sel endotel vaskular dan masuk ke dalam intima untuk
mengangkut kembali kolesterol yang terkumpul dalam makrofag, disamping itu

Universitas Sumatera Utara

HDL juga mempunyai sifat antioksidan sehingga dapat mencegah terjadinya
oksidasi LDL.
Kolesterol

HDL

bersifat

protektif,

berfungsi

membawa

kelebihankolesterol ke hati untuk diproses dan diekskresikan bersama cairan
empedu(Barter, 2005). Rendahnya kadar HDL dalam darah dihubungkan
denganpeningkatan resiko penyakit jantung koroner (PJK) karena kadar HDL
yangrendah akan memacu munculnya proses atherogenik (pembentukan plak
didinding

pembuluh

darah

arteri)

(Pinzon

&

Asanti,

2010).

Studi

epidemiologismenunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 mg/dL kadar kolesterol
HDLmenurunkan risiko PJK 2% pada laki-laki dan 3% pada perempuan dan
haltersebut tidak dipengaruhi oleh kolesterol LDL (Kostner, 2002).

LDL(Low Density Lipoprotein)
LDL (Low Density Lipoprotein) merupakan lipoprotein yang mengangkut
kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh
darah. LDL sering disebut kolesterol yang bersifat jahat karena efeknya yang
aterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat
menyebabkan

penumpukan

lemak

dan

penyempitan

pembuluh

darah

(aterosklerosis). Kadar LDL dalam darah sangat tergantung dari lemak yang
dikonsumsi, semakin banyak lemak yang dikonsumsi, semakin menumpuk pula
LDL, karena LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut (Lichtentein
dan Jones, 2001).
Sofro (2000) melaporkan bahwa kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh
genetic, umur, dan pakan yang dikonsumsi. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh
manusia atau hewan dapat mempengaruhi kadar LDL darah(Montgomery et al.,

Universitas Sumatera Utara

1993). Kolesterol yang terdapat pada LDL dalam darah juga dipengaruhi oleh
keturunan dan kandungan asam lemak dalam pakan yang dikonsumsi (Murray et
al., 1995).
Dewasa ini kesadaran masyarakat akan kesehatan semakin tinggi.
Masyarakat membutuhkan bahan pangan asal hewani khususnya unggas dengan
kandungan rendah lemak seperti kolesterol. Sacher et al., (2004) mengemukakan
bahwa kolesterol terdapat di dalam darah bersama dengan trigliserida, fosfolipid
dan apoprotein membentuk lipoprotein. Lipoprotein di dalam darah, yaitu
kilomikron,

Very

Low

Density

Lipoprotein(VLDL),

Low

Density

Lipoprotein(LDL) dan High Density Lipoprotein(HDL).
Pemecahan lemak pakan akan menjadi asam lemak, monogliserida, fosfat,
kolesterol bebas dan bahan penyusun lain dari lemak yang terbentuk dari proses
pencernaan kemudian diserap ke dalam sel mukosa intestin, bersama-sama dengan
protein kemudian diseksresikan dalam bentuk kilomikron. Mukosa intestin juga
membentuk beberapa lipoprotein berkepadatan atau berat jenis sangat rendah
(VLDL) dan berkepadatan tinggi (HDL). VLDL memasuki darah dikonversikan
menjadi LDL dengan jalan menghilangkan trigliserida dan protein dengan bantuan
lipase protein (Linder, 1992).
Flavonoid

merupakan

antioksidan

dalam

darah,

yang

berfungsi

menurunkan kadar kolestrol darah yang didasari oleh cara kerja flavonoid sebagai
senyawa antioksidan yang menahan vitamin E dan betacarotene pada partikel
LDL sehingga mengurangi oksidasi dariLDL (Soeharto, 2004; Andriani, 2007).
Cara kerja flavonoid mengurangi oksidasi dari LDL dapat dilihat pada Gambar 4
dibawah ini :

Universitas Sumatera Utara

FLAVONOIDS

Blood Pressure
Oxidative stress

Anti-Oxidants

Platelet reactivity and
Aggregation

Inflammation

Endhotelialdysfunction

LDL Oxidation

Atheroprotection

Atherosclorosis
Gambar 4. Mekanisme Kerja Flavonoid Mengurangi Oksidasi LDL (Low Density
Lipoprotein) (Rodella dan Ravero, 2013).

Biosintesa Kolesterol Dalam Tubuh Itik
Deposisi kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,
antara lain genetik, nutrien, obat-obatan dan bakteri. Secara genetik, itik memiliki
kemampuan fisiologis yang lebih tinggi untuk mensintesis kolesterol dan
trigeliserida didalam tubuh (Wijaya et al., 2013).
Ngili (2009) melaporkan bahwa biosintesis kolesteol diregulasi oleh
umpan balik (feed back) kolesterol dan trigliserida pakan yang dikonsumsi, bila
konsumsi pakan kaya lemak maka kolesterol intrasel menurun dalam hati dengan
menurunkan aktivitas HMG KoA reduktase sehingga biosintesis kolesterol
ditekan. Sebaliknya, pakan rendah lemak akan menstimulasi biosintesis
kolesterol. LDL berperan dalam pengiriman kolesterol dari hati keseluruh jaringan

Universitas Sumatera Utara

tubuh.Martin et al. (1992) mengatakan bahwa Low Density Lipoprotein (LDL)
merupakan lipoprotein yang paling berperan dalam pengangkutan kolesterol.
Hirawati (2014) menyatakan bahwa, kandungan kolesterol didalam darah
sebesar 5% berasal dari kolesterol yang terdapat dalam bahan pakan dan 80%
berasal dari kolesterol yang disentesa oleh hati. Oleh karena itu tinggi dan
rendahnya kolesterol dalam tubuh dipengaruhi oleh kecepatan biosintesis
kolesterol didalam tubuh.
Armstrong (1995) menyatakan bahwa secara garis besar, biosintesa
kolesterol terjadi melibatkan sintesa-sintesa mevalonat, isoprotein dan skulen.
Pada sintesa mevalonat, hasil sintesis dan kondensasi acetyl-CoA dikatalisis oleh
hydroxymethylglutary-CoA
digunakan

untuk

sintesa

dan
dan

menghasilkan
isomeriasi

mevalonat.
isopentenyl

Mevalonat

pyrophosphate

dandimethylallylphyrophosphate yang berkondensasi untuk membentuk geranyl
pyrophosphate yang kemudian ditransfer ke isopentenyl pyrophospate untuk
mensintesis farnesyl pyrophosphate yang kemudian oleh sintase presqualence
direduksi menjadi molekul squalence simestris yang selanjutnya diubah menjadi
suatu konfigurasi steroidal tetrasiklik yang menghasilkan lanosterol sampai
terbentuk cholesterol.

Universitas Sumatera Utara

(a)
(b)
Gambar 5. Proses-proses yang terjadi dalam biosintesa kolesterol; (a) HMG-COA
sampai terbentuk farnesyl-pyrophosphate, (b) farnesyl-prophosphate sampai
terbentuk kolesterol (Ottaway and Apps, 1984).

Universitas Sumatera Utara