Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori
2.1.1

Pengertian Konsep Diri
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah “konsep” memiliki

arti gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk
memahami sesuatu. Istilah “diri” berarti bagian-bagian dari individu yang
terpisah dari yang lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran
seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri
(KBBI, 2008).
Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan
serta keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya
dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart
dan Sudeen,1998: 121). Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari
makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi kepribadian berusaha
menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri sehingga terdapat beberapa

pengertian.
Burns (1993: 187) mengemukakan konsep diri adalah suatu
gambaran campuran dari yang dipikirkan orang lain mengenai diri
individu.Konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri
individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan orang lain
9

Universitas Sumatera Utara

pada diri individu. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri
yang dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat,
penilaian, atau evaluasi dari orang lain yang mengenal dirinya. Individu
akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari
orang lain mengenai dirinya. Sebaliknya, individu akan tidak tahu
bagaimana ia dihadapan orang lain tanpa ada informasi atau masukan dari
lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak
langsung, individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri
sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya
atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik
atau tidak (Mulyana, 2000).

Desmita (2008: 53), mengemukakan konsep diri didefenisikan
secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang,
perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya meliputi kemampuan,
karakter maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan
penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu
cenderung berfikir akan berhasil maka hal ini merupakan kekuatan atau
dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya,
jika individu berfikir akan gagal, maka hal ini sama saja sudah
mempersiapkan pintu kegagalan bagi dirinya.
Konsep diri merupakan faktor yang menentukan antarpribadi,
karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungkin sesuai dengan
konsep dirinya. Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang
10

Universitas Sumatera Utara

tentang dirinya yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Konsep diri bukan merupakan
faktor bawaan melainkan berkembang dari pengalaman yang terusmenerus dan terdiferensiasi. Dasar dari konsep diri individu ditanamkan
pada saat dini kehidupan anak yang menjadi dasar yang mempengaruhi

tingkah lakunya di kemudian hari (Agustiani, 2009: 138).
Centi (1993:9) mengemukakan konsep diri tidak lain tidak bukan
adalah gagasan tentang diri sendiri. Konsep diri terdiri dari bagaimana
individu melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana individu merasa
tentang diri sendiri, dan bagaimana individu menginginkan diri sendiri
menjadi manusia sebagaimana individu harapkan.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga
pada akhirnya akan tercapai kesehatan mental.
2.1.2 Jenis-Jenis Konsep Diri
Menurut Calhoun dan Acocella (1990), dalam perkembangannya
konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.
1. Konsep Diri Positif
Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu
dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep
diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki
konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang
11


Universitas Sumatera Utara

sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi
terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa
adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang
tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki
kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan di
depannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.
Coopersmith (2007: 98) mengemukakan karakteristik dengan
konsep diri positif, yaitu bebas mengemukakan pendapat, cenderung
memiliki

motivasi

tinggi

untuk

mencapai


prestasi,

mampu

mengaktualisasikan potensinya dan mampu menyelaraskan diri dengan
lingkungannya. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan
Brooks dan Emmert yang menyatakan bahwa individu yang memiliki
konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu (Rakhmat, 2007: 105):
1. Individu yakin akan kemampuannya mengatasi masalah
2. Merasa setara dengan orang lain
3. Menerima pujian tanpa rasa malu
4. Menyadari bahwa setiap individu mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat
5. Individu

mampu

memperbaiki


diri

karena

individu

sanggup

mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenangi dan
berusaha mengubahnya

12

Universitas Sumatera Utara

Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis,
percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu,
juga terhadap kegagalan yang dialami. Kegagalan tidak dipandang sebagai
akhir segalanya, namun dijadikan sebagai penemuan dan pelajaran
berharga untuk melangkah kedepan. Individu yang memiliki konsep diri

positif akan mampu menghargai dirinya sendiri dan melihat hal-hal yang
positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa yang akan datang.
2.Konsep Diri Negatif
Coopersmith mengemukakan beberapa karakteristik, yaitu mempunyai
perasaan tidak aman kurang menerima dirinya sendiri dan biasanya
memiliki harga diri yang rendah. Fitts (dalam Yanti, 2008), menyebutkan
ciri-ciri individu yang mempunyai konsep diri rendah adalah:
a. Tidak menyukai dan menghormati diri sendiri
b. Memiliki gambaran yang tidak pasti terhadap dirinya,
c. Sulit mendefinisikan diri sendiri dan mudah terpengaruh oleh
bujukan dari luar
d. Tidak memiliki pertahanan psikologis yang dapat membantu
menjaga tingkat harga dirinya
e. Mempunyai banyak persepsi yang saling berkonflik
f. Merasa aneh dan asing terhadap diri sendiri sehingga sulit bergaul
g. Mengalami kecemasan yang tinggi, serta sering mengalami
pengalaman negatif dan tidak dapat mengambil manfaat dari
pengalaman tersebut
13


Universitas Sumatera Utara

Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (1976:42-43) ada
empat tanda orang yang memiliki konsep diri negatif (Rakhmat, 2007:
105):
a. Peka pada kritik. Orang ini sangat tidak tahan terhadap kritik yang
diterimanya, dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang
ini,koreksi seringkali dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan
harga dirinya.
b.

Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpurapura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian, segala macam embelembel yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya.

c. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain. Ia merasa tidak
diperhatikan. Ia tidak akan pernah mempersalahkan dirinya, tetapi
akan menganggap dirinya sebagai korban dari sistem sosial yang
tidak beres.
d. Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan oran lain dalam membuat

prestasi.
2.1.3 Dimensi Konsep Diri
Fitts (1971) membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu
(Agustiani, 2006: 139-142):

14

Universitas Sumatera Utara

1. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal
frame reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap
dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terdiri dari
tiga bentuk:
1.1 Diri identitas (identity self)
Bagian diri ini meruakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan, “Siapakah saya?” Dalam pertanyaan
tersebut tercakup label-label dan simbol-simbol yang diberikan kepada
diri oleh individu yang bersangkutan. Kemudian dengan bertambahnya
usia dan interaksi dengan lingkungannya, pengetahuan individu

tentangdirinya juga bertambah, sehingga individu dapat melengkapi
keterangan tentang dirinya dengan hal-hal yang lebih kompleks.
1.2 Diri Pelaku (behavioral self)
Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya,
yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh
diri”. Bagian ini berkaitan erat dengan diri identitas. Diri yang kuat
akan menunjukkan adanya keserasian antara diri identitas dengan diri
pelakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima, baik diri
sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan dari keduanya
dapat dilihat pada diri sebagai penilai.

15

Universitas Sumatera Utara

1.3 Diri Penerima/Penilai (judging self)
Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan
evaluator. Kedudukannya adalah sebagai perantara (mediator) antara
diri identitas dan diri pelaku. Diri penilai menentukan kepuasan
seseorang akan dirinya atau seberapa jauh seseorang menerima dirinya.

Kepuasan diri yang rendah akan menimbulkan harga diri yang rendah
pula dan akan mengembangkan ketidakpercayaan yang mendasar pada
dirinya. Sebaliknya, bagi individu yang memiliki kepuasan diri yang
tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis, sehingga lebih memungkinkan
individu bersikap lebih konstruktif.
2. Dimensi Eksternal
Pada dimensi eksternal, individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luar
dirinya. Dimensi yang dikemukakan oleh Fitts adalah dimensi eksternal
yang bersifat umum bagi semua orang dan dibedakan atas lima bentuk,
yaitu :
2.1 Diri Fisik (physical self)
Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya
secara fisik, terlihat dari persepsi seseorang mengenai kesehatan
dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan
keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

16

Universitas Sumatera Utara

2.2 Diri Etika-moral (moral-ethical self)
Persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan
nilai moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai
hubungan dengan Tuhan, kepuasaan seseorang akan kehidupan
keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi
batasan baik dan buruk.
2.3 Diri Pribadi (personal self)
Perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini
tidak dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain,
tetapi dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap
pribadinya atau sejauh mana individi merasa dirinya sebagai pribadi
yang tepat.
2.4 Diri Keluarga (family self)
Diri keluarga menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam
kedudukannya sebagai anggota keluarga. Seberapa jauh seseorang
merasa memadai terhadap dirinya sebagai anggota keluarga, terhadap
peran maupun fungsi yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu
keluarga.
2.5 Diri Sosial (social self)
Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya
dengan orang lain maupun lingkungan sekitarnya.

17

Universitas Sumatera Utara

2.1.4 Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk dalam suatu proses
yang cukup lama, membutuhkan pengalaman untuk mengatasi berbagai
kemungkinan, mengalami proses pematangan sikap, penemuan falsafah
dan rencana hidup yang mantap. Hal ini sesuatu yang dikemukakan Sobur
(2003 :63) yang menyebutkan : “Konsep diri terbentuk dalam waktu yang
relatif lama dan pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa reaksi yang
tidak biasa dari seseorang dapat mengubah konsep diri”
Menurut Sobur (2003:78)konsep diri terbentuk apabila individu memiliki:
1. Persepsi diri dan citra diri yang positif konstruktif
2. Pandangan yang menyeluruh tentang dirinya, baik kemampuan dalam
berwirausaha dan kelemahan fisik nya dalam berwirausaha
3. Ketahanan menghadapi berbagai kemungkinan, baik ancaman,
hambatan, dan kegagalan
4. Falsafah dan rencana hidup yang mantap
2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen (1998: 257) ada beberapa faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan konsep diri terdiri dari :
1. Teori perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara
bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya
dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan diri
yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan
18

Universitas Sumatera Utara

eksplorasi lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan
tubuh,

nama

panggilan,

pangalaman

budaya

dan

hubungan

interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang dinilai oleh diri
sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan merealisasi
potensi yang nyata.
2. Orang yang terpenting atau yang terdekat
Konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara
pandangan diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain
terhadap diri, anak sangat dipengaruhi orang yang dekat, remaja
dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh orang
dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan
sosialisasi.
3. Persepsi diri sendiri
Persepsi individu terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta persepsi
individu terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri
dapat dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif.
Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif
yang dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Sedangkan konsep diri

yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang terganggu.

19

Universitas Sumatera Utara

2.2

Teori Pembelajaran Kewirausahaan
2.2.1

Pengertian Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan
kemampuan, daya reaksi, dan aspek lain yang ada pada individu. Menurut
Gagne, Barliner, dan Hilgrad (Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, 2012:
6), “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena
pengalaman”.
Pendapat tersebut sejalan dengan Sugihartono, dkk (2007: 74)
menyatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan
kemampuan bereaksi relatif permanen atau menetap karena adanya
interaksi individu dengan lingkungannya”.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dengan indikator pada perubahan tingkah laku karena adanya interaksi
antara individu dengan lingkungannya.
2.2.2

Pengertian Kewirausahaan
Menurut Zimmerer Wirausaha adalah orang yang mampu

menciptakan bisnis baru, dan orang yang biasanya langsung berhadapan
dengan resiko mampu mengidentifikasikan dalam mencapai keberhasilan.
20

Universitas Sumatera Utara

Wirausaha mampu mengidentifikasikan berbagai kesepakatan, dan
mencurahkan seluruh sumber daya yang ia miliki untuk mengubah
kesempatan itu suatu yang menguntungkan. kewirausahaan adalah hasil
dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan
keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar (Suryana,
2001:2). Seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang.
Pengertian wirausaha disini menekankan pada setiap orang yang memulai
sesuatu bisnis yang baru (Alma, 2011:24)
Secara sederhana arti kewirausahaan (entrepreneur) adalah orang
yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam
berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil risiko artinya bermental
mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas
sekalipun dalam kondisi tidak pasti ( Kasmir, 2010:16)
2.2.3

Pengertian Pembelajaran Kewirausahaan
Pembelajaran kewirausahaan terdiri dari kata pembelajaran dan

kewirausahaan. Kata pembelajaran berasal dari kata dasar belajar seperti
yang sudah dibahas diatas mengenai pengertian belajar oleh beberapa
ahli, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dengan indikator pada
perubahan tingkah laku karena adanya interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Proses tersebut disebut dengan pembelajaran yang berarti
suatu perbuatan yang membuat orang untuk belajar.

21

Universitas Sumatera Utara

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan peserta
didik dengan kegiatan belajar mengajar. Menurut Hamzah B. Uno (2008:
2), “pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik
yang secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pengajaran yang diinginkan”. Pada pembelajaran, peserta didik tidak
hanya belajar berinteraksi dengan pendidik sebagai salah satu sumber
belajar, tetapi juga berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang
digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah upaya yang sengaja dilakukan olehpendidik
untuk membelajarkan dan mengatur lingkungan belajar peserta didik
sehingga terjadi proses belajar. Sedangkan kata kewirausahaan seperti
yang sudah dibahas pada kajian teori mengenai kewirausahaan oleh
beberapa ahli, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan
peluang.
Berdasarkan pengertian pembelajaran dan kewirausahaan yang
sudah dijelaskan diatas, maka diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
kewirausahaan merupakan upaya yang sengaja dilakukan oleh pendidik
untuk membelajarkan peserta didik tentang kewirausahaan agar mereka
mengetahui kiat-kiat kewirausahaan dengan baik, sehingga dapat
22

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
diperlukan untuk menciptakan suatu peluang usaha.
2.2.4

Tujuan Pembelajaran Kewirausahaan
Pemberian pembelajaran kewirausahaan memiliki tujuan agar

dapat:
1. Menumbuhkan motivasi berusaha di kalangan mahasiswa
2. Membangun sikap mental wirausaha yakni percaya diri, sadar akan
jati dirinya bermotivasi untuk meraih suatu cita-cita, pantang
menyerah,

mampu bekerja keras, kreatif,

inovatif, berani

mengambil resiko dengan perhitungan, berperilaku pemimpin dan
memiliki visi ke depan, tanggap terhadap saran dan kritik, memiliki
kemampuan empati dan keterampilan sosial
3. Meningkatkan kecakapan dan keterampilan para mahasiswa
khususnya sense of business
4. Menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan
tinggi
5. Menciptakan unit bisnis baru yang berbasis ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni
6. Membangun jejaring bisnis antar pelaku bisnis, khususnya antara
wirausaha pemula dan pengusaha yang sudah mapan.

23

Universitas Sumatera Utara

2.2.5

Komponen Pembelajaran Kewirausahaan
Pelaksanaan pembelajaran merupakan hasil integrasi dari beberapa

komponen yang memiliki fungsi tersendiri dengan maksud agar
pembelajaran dapat berjalan. Komponen pembelajaran adalah penentu
dari keberhasilan proses pembelajaran. Komponen-komponen tersebut
merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan
pembelajaran.
Berikut penjelasan Rusman (2012: 119) tentang komponenkomponen pembelajaran, yaitu:
1. Tujuan. Tujuan pembelajaran meliputi tujuan umum yang
meliputi: standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan
tujuan pembelajaran khusus, yaitu berupa indikator pembelajaran.
Tujuan pembelajaran ini dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan, kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia
serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
2. Sumber Pembelajaran, yaitu segala sesuatu yang ada di luar diri
individu mahasiswa yang bisa digunakan untuk membuat atau
memudahkan terjadinya proses belajar, apapun bentuknya, apapun
bendanya, asal biasdigunakan untuk memudahkan proses belajar,
maka benda itu bisa dikatakan sebagai sumber belajar, sumber
belajar bisa dalam bentuk buku, lingkungan, surat kabar, digital
konten, dan sumber informasi lainnya.
24

Universitas Sumatera Utara

3. Strategi Pembelajaran, suatu cara yang digunakan pendidik untuk
menyampaikan informasi atau materi pembelajaran, dan kegiatan
yang mendukung penyelesaian tujuan pembelajaran. Strategi
pembelajaran pada hakikatnya merupakan penerapan prinsippirnsip

psikologi

dan

prinsip-prinsip

pendidikan

bagi

perkembangan mahasiswa.
4. Media Pembelajaran, yaitu berupa software dan hardware untuk
membantu proses interaksi pendidik dengan mahasiswa dan
interaksi mahasiswa dengan lingkungan belajar dan sebagai alat
bantu bagi pendidik untuk menunjang penggunaan metode
pembelajaran yang digunakan oleh pendidik.
5. Evaluasi Pembelajaran, merupakan alat indikator untuk menilai
pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan serta menilai
proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan. Evaluasi
bukan hanya sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan
insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu
secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tujuan yang
jelas.
Komponen-komponen tersebut tidak dapat dipisahkan karena pada
proses pembelajaran tujuan dari pembelajaran tersebut harus jelas dan
terarah yang didukung oleh sumber belajar yang digunakan selama
pembelajaran. Agar penyampaian materi pembelajaran tersampaikan

25

Universitas Sumatera Utara

dengan baik, maka diperlukan strategi yang mendukung penyelesaian dari
tujuan pembelajaran.
Tujuan dari pembelajaran kewirausahaan tertuang dalam kompetensi
kewirausahaan pada mata pelajaran kewirausahaan. Sedangkan sumber
belajar kewirausahaan bisa didapatkan dari buku-buku yang berkaitan
dengan kewirausahaan serta sumber-sumber lainnya yang relevan dengan
pembelajaran kewirausahaan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut,
dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran kewirausahaan adalah
tujuan pembelajaran, sumber belajar, strategi, media, dan evaluasi
pembelajaran.

2.3

Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur
2.3.1

Pengertian Minat
Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003:57) minat adalah

“Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang
beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan terusmenerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland
yang dikutip oleh Djaali (2007:122) mengatakan bahwa “Minat adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.
Pengertian minat wirausaha sendiri menurut yanto dalam Chisters
(2010) adalah kemampuan untuk memberikan diri dalam memenuhi
kebutuhan hidup memajuhkan usaha untuk memberanikan diri dalam

26

Universitas Sumatera Utara

mempenuhi kebutuhan hidup memajuhkan usaha atau menciptakan usaha
baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri.
Sedangkan santoso (1993) mendefinisikan minat wirausaha adalah
gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesautu terhadap
minat berwirausaha dengan perasaan senang karena membawa manfaat
bagi dirinya. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan
kepada suatu hal dan beraktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
dasarnya adalah penerimaan akan adanya suatu hubungan antara diri
sendiri dengan yang ada diluar diri.semakin kuat dan dekat hubungan
tersebut maka semakin besar minat (Slameto 2003:180)
Menurut Fuadi, dalam Putra (2012:3) minat berwirausaha adalah
keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau
berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi,
serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan.
Dari pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan minat
berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan dan kesediaan bekerja keras
atau berkemuan keras untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dan
menciptakan usaha baru tanpa merasa takut dengan resiko yang akan
terjadi serta senantiasa belajar dari kegagalan dalam hal berwirausaha.
2.3.2

Pengertian Young Entrepreneur
Young entrepreneur

yaitu orang-orang muda

yang mulai

mengambil bagian dalam memulai bisnis (Zimmerer, 2008 : 26).Menurut
27

Universitas Sumatera Utara

Hurlock (Hutagalung, 2010 : 9) menyatakan bahwa usia 18 tahun sampai
40 tahun adalah usia dewasa awal, dimana masa itu merupakan masa yang
terkait dengan tugas perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan
pekerjaan. Ketika seseorang masuk dalam usia dewasa awal yang memiliki
tugas pokok yaitu memilih bidang pekerjaan yang cocok dengan bakat,
minat serta faktor psikologis yang dimilikinya. Masih banyak orang
dewasa muda yang bingung dengan pilihan karirnya, situasi seperti ini
sering terjadi pada entrepreneur. Hurlock menyebutkan masa dewasa awal
adalah masa coba-coba untuk berkarir.
Penelitian yang dilakukan oleh College (Zimmerer, 2008 : 26)
menemukan bahwa Generasi X (mereka yang lahir antara tahun 19651981) tiga kali lebih mungkin meluncurkan bisnis dibandingkan mereka
yang berada dalam kelompok umur lainnya. Anggota generasi ini
menangani sekitar 80% dari seluruh bisnis awal, sehingga mereka menjadi
generasi yang paling memiliki jiwa kewirausahaan tinggi dalam sejarah.
Tidak ada kemunduran yang terjadi ketika generasi ini menegangkan otototot kewirausahaannya. Generasi X ini mungkin lebih tepat disebut
sebagai Generasi Entrepreneur.
2.3.3

Komponen Minat Berwirausaha

Menurut Sumarwan (2003:147) pengukuran minat terhadap pekerjaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan struktur
pembentukkan minat berperilaku yaitu :

28

Universitas Sumatera Utara

1. Komponen Kognitif
Komponen kognitif adalah pengetahuan dan persepsi yang diperoleh
melalui pengalaman dengan suatu obyek, sikap dan informasi dari
berbagai sumber (Schiffman dan Kanuk,1994). Pengetahuan dan persepsi
biasanya berbentuk kepercayaan dan kepercayaan yang maksudnya adalah
adanya rasa percaya bahwa suatu obyek sikap mempunyai berbagai atribut
dan perilaku yang spesifik.
2. Komponen Afektif
Komponen afektif memnggambarkan perasaan dan emosi seseorang
terhadap obyek. Perasaan dan sikap seseorang merupakan evaluasi
menyeluruh terhadap obyek sikap. Komponen afektif disinimenunjukkan
penilaian langsung dan umum terhadap suatu obyek (Sciffman dan
Kanuk,1994). Perasaan dan emosi seseorang terutama ditujukan kepada
obyek secara keseluruhan, bukan perasaan dan emosi kepada atributatribut yang dimiliki oleh suatu obyek. Perasaan dan emosi digambarkan
dengan ungkapan dua sifat yang berbeda guna mengevaluasi obyek
3. Komponen Konatif
Komponen konatif menunjukkan tindakan seseorang atau kecenderungan
perilaku terhadap suatu obyek (Engel,et.al,1993).Dari teori tersebut, maka
dalam penelitian ini pengukuran minat dilakukan dengan indikator yaitu
komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif.

29

Universitas Sumatera Utara

2.3.4

Faktor-Faktor MinatDalam Berwirausaha
Minat berkaitan erat dengan perhatian. Oleh karena itu, minat

merupakan suatu hal yang sangat menentukan dalam setiap usaha, maka
minat perlu ditumbuh kembangkan pada diri setiap mahasiswa. Minat
tidak dibawa sejak lahir, namun minat tumbuh dan berkembang sesuai
dengan faktor yang mempengaruhinya. Secara garis besar ada tiga faktor
yang mempengaruhi minat yaitu :
1. Faktor fisik
Kondisi fisik individu sangat berperan dalam menentukan minat,
misalnya saja individu memilih berwirausaha, maka kondisi fisiknya harus
benar-benar kuat karena berwirausaha adalah pekerjaan yang penuh
dengan tantangan. Faktor fisik merupakan pendukung utama setiap
aktivitas yang dilakukan individu.
2. Faktor psikis
Faktor psikis yang mempengaruhi minat yaitu :
a. Motif
Motif adalah dorongan yang akan datang dari dalam diri manusia untuk
berbuat sesuatu. Bimo Walgito (2003:149), motif diartikan sebagai suatu
kekuatan yang terdapat dalam diri organism yang menyebabkan organism
itu bertindak atau berbuat. Dorongan ini tertuju kepada suatu tujuan
tertentu.

30

Universitas Sumatera Utara

b. Perhatian
Bimo Walgito (2003:56) mendefinisikan perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
suatu atau kelompok obyek. Perhatian akan menimbulkan minat seseorang
jika subyek mengalami keterlibatan dalam obyek.
c. Perasaan
Perasaan senang akan menimbulkan minat yang akandiperkuat adanya
sikap positif sebab perasaan senang merupakan suatu keadaan jiwa akibat
adanya peristiwa yang datang pada subyek bersangkutan. W.S.Winkel
(2011:30)

mendefinisikan

perasaan

adalah

aktivitas

psikis

yang

didalamnya subyek menghayati nilai-nilai suatu obyek.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi minat yaitu:
a.Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan peletak dasar bagi pola tingkah laku, karakter,
intelegensi, bakat, minat dan potensi anak yang dimilliki untuk dapat
berkembang secara optimal. Dengan demikian, keluarga merupakan faktor
yang paling penting bagi tumbuh dan berkembangnya potensi yang
dimiliki anak. Lingkungan keluarga merupakan satu kesatuan antara ayah,
ibu, anak dan keluarga lainnya. Keluarga mempunyai peranan penting
dalam mempersiapkan anak untuk mencapai masa depan yang baik bagi
diri sendiri, keluarga dan masyarakat.

31

Universitas Sumatera Utara

b. Lingkungan Universitas
Universitas

merupakan

lingkungan

yang

sangat

potensial

untuk

mendorong mahasiswa dalam perkembangan minat, misalnya di
lingkungan Universitas memberi motivasi kepada mahasiswanya untuk
mandiri
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan lingkungan ketiga yang turut mempengaruhi
perkembangan minat. Misalnya lingkungan yang mayoritas berwirausaha,
maka kemungkinan besar individu yang ada dilingkungan tersebut juga
akan berminat terhadap wirausaha.
Sementara itu faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha
menurut Stewart et al., dalam Kortanti (2013:2) adalah:
1. Faktor Internal
Artinya minat berasal dari dalam diri wirausahawan, yaitu dapat berupa
sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu tersebut
untuk berwirausaha.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausaha yang dapat berupa
unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan
dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain.
Menurut Alma, dalam Putra (2012:3) menyatakan terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha, yaitu:

32

Universitas Sumatera Utara

1. Personal
Berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian seseorang. Seorang wirausaha
adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat
tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.
2. Sociological
Berkaitan dengan hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya.
Hubungan keluarga dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status
sosial. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah
masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu orang tua yang
memiliki usaha sendiri anaknya akan cenderung menjadi wirausaha juga.
3. Environmental
Berkaitan dengan hubungan antar lingkungan. Faktor yang berasal dari
lingkungan diantaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu
dipengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah.
Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari tiga indikator
utama (Hattab, 2014:5) yaitu:
1. Personal Attitude (Sikap pribadi)
Sikap pribadi merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu
perilaku. Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa
perilaku tersebut akan membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak
diinginkan. Individu yang memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu
perilaku akan memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan
tersebut.
33

Universitas Sumatera Utara

2. Subjective Norms (Norma-norma subjektif)
Keyakinan atau persepsi seseorang mengenai pengaruh sosial atau harapan
orang-orang di sekitarnya mengenai apa yang harus dan tidak harus
dilakukan. Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok
sosialnya, maka ia akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai
dengan kelompoknya.
3. Perceived behavioural control (Kontrol perilaku yang dirasakan)
Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor
faktor yang menghalangi perilaku individu. Dengan kata lain, kontrol
perilaku merupakan keyakinan mengenai keberadaan hal-hal yang mampu
mendukung ataupun menghambat perilakunya tersebut. Kontrol perilaku
ini sangat penting ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam
kondisi lemah.

2.4

Penelitian Terdahulu

Nama
Peneliti
Defani
Sembiring
(2015)

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Variabel
Judul Penelitian
Penelitian
Pengaruh Konsep Variabel
Diri,
independen:
Pembelajaran
Konsep Diri,
Kewirausahaan
Pembelajaran
dan Lingkungan
Kewirausahaan,
Keluarga terhadap Lingkungan
Minat
Keluarga.
Berwirausaha
Variabel dependen

Hasil Penelitian
Terdapat pengaruh yang
signifikan secara
bersama-sama antara
Konsep Diri,
Pembelajaran
Kewirausahaan,
dan Lingkungan
Keluarga,terhadap Minat

34

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1
pada Mahasiswa
Minat
prodi Manajemen Berwirausaha
Fakultas Ekonomi
dan bisnis
Universitas
Sumatera Utara
Tyas
Rupiasih
(2015)

Berwirausaha.

Peran
Pembelajaran
Kewirausahaan
dalam
Meningkatkan
Minat Siswa
Kompetensi
Keahlian
Administrasi
Perkantoran SMK
Negeri 1
Yogyakarta
Impact of
Entrepreneurship
Education on
Entrepreneurial
Intentions
ofUniversity
Students in Egypt

Variabel
independen:
Pembelajaran
Kewirausahaan
Variabel dependen:
Minat
Berwirausaha.

Peran Pembelajaran
Kewirausahaan
Berpengaruh Positif
Dalam Meningkatkan
Minat Berwirausaha.

Variabel
independen:
Pendidikan
Kewirausahan
Variabel dependen:
Minat
Berwirausaha.

Pendidikan
Kewirausahaan
Berpengaruh Positif
terhadap Minat
Berwirausaha

Setianingsih Implementasi
(2010)
mata kuliah
Kewirausahaan
terhadap Minat
Berwirausaha
pada Mahasiswa
Pascasarjana
Univeristas
Jember
Fitriani
Pengaruh Konsep
Tobing
Diri, Prestasi
(2010)
Belajar
Matakuliah
Kewirausahaan,
dan Lingkungan
Keluarga
Terhadap Minat

Variabel
independen:
Pemahaman,
Penerapan,
Variabel dependen:
Minat
Berwirausaha

Terdapat hasil yang
secara bersama-sama
berpengaruh positif dan
signifikan antara
Pemahaman,
Penerapan,Terhadap
Minat Berwirausaha.

Variabel
independen:
Konsep Diri,
Prestasi Belajar
Matakuliah
Kewirausahaan,
Lingkungan
Keluarga.

Terdapat hasil yang
positif dan signifikan
antara Konsep Diri,
Prestasi Belajar
Matakuliah
Kewirausahaan, dan
Lingkungan Keluarga
Terhadap Minat

Hala W.
Hattab
(2014)

35

Universitas Sumatera Utara

Berwirausaha
pada Mahasiswa
Politeknik Negeri
Medan Jurusan
Akuntansi
Program Studi
Perbankan dan
Keuangan.

2.5

Variabel dependen:
Minat
Berwirausaha.

Berwirausaha.

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan secara teoritis hubungan antar variabel

yang diteliti. Hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah
dideskripsikan akan dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan
sintesa tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan
variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiyono,
2005:49).
Konsep diri adalah berkaitan dengan ide, pikiran, kepercayaan serta
keyakinan yang diketahui dan dipahami oleh individu tentang dirinya dan
mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan
Sudeen,1998). Konsep diri merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
pengintegrasian kepribadian, memotivasi tingkah laku sehingga pada akhirnya
akan tercapai kesehatan mental. Konsep diri dapat didefinisikan sebagai gambaran
yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu melihat
dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan diri, bagaimana
individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta
bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

36

Universitas Sumatera Utara

Dalam perkembangannya konsep diri terbagi menjadi dua yaitu konsep
diri positif merupakan lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu
kebanggan yang besar tentang diri, dan konsep diri negatif sendiri merupakan
pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri atau pandangan tentang dirinya
sendiri terlalu stabil dan teratur. Konsep diri yang dimiliki seseorang terbentuk
dalam suatu proses yang cukup lama, membutuhkan pengalaman untuk mengatasi
berbagai kemungkinan, mengalami proses pematangan sikap, penemuan falsafah
dan rencana hidup yang mantap. Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri yaitu teori perkembangan , orang yang terpenting atau
terdekat dan presepsi diri sendiri.
Pembelajaran kewirausahaanmerupakan upaya yang sengaja dilakukan
oleh pendidik untuk membelajarkan peserta didik tentang kewirausahaan agar
mereka mengetahui kiat-kiat kewirausahaan dengan baik, sehingga dapat
meningkatkan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan
untuk menciptakan suatu peluang usaha.Pemberian pembelajaran kewirausahaan
memiliki tujuan agar dapat: menumbuhkan motivasi,membangun sikap mental
wirausaha, meningkatkan kecakapan dan keterampilan, menumbuhkan wirausahawirausaha baru yang berpendidikan tinggi, menciptakan unit bisnis baru, serta
membangun jejaring bisnis antar pelaku bisnis. Adapun komponen pembelajaran
kewirausahaan yaitu tujuan pembelajaran, sumber belajar, strategi, media, dan
evaluasi pembelajaran.

37

Universitas Sumatera Utara

Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaanuntuk
bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk
memenuhi kebutuhan hidupnyatanpa merasa takut dengan resiko yang akan
terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan. Ada dua faktor yang
mempengaruhi minat dalam berwirausaha yaitu faktor inernal yaitu dan eksternal
serta terdapat tiga indikator utama menentukan minat berwirausaha yaituPersonal
Attitude (Sikap pribadi) , Subjective Norms (Norma-norma subjektif) , Perceived
behavioural control (Kontrol perilaku yang dirasakan).
Berdasarkan penelitian Sembiring menyatakan bahwa variabel Konsep diri
berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha. Sehingga apabila
konsep diri dinaikkan maka minat usaha akan meningkat (Sembiring , 2015:70)
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari menyatakan bahwa
pembelajaran

kewirausahaan

dapat

meningkatkan

ilmu

pengetahuan,

mengembangan keterampilan, membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku, serta
memotivasi

seseorang

untuk

berwirausaha

(Lestari,

2012:113).

Melalui

pembelajaran kewirausahaan, seorang siswa akan mendapatkan pengetahuan
mengenai manfaat berwirausaha bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya,
membangun sikap dan mental wirausaha, meningkatkan keterampilan dan
membangun relasi dengan orang-orang baru. Hal ini berarti pembelajaran
kewirausahaan berpengaruh secara positif terhadap minat berwirausaha sehingga
mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir.
Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
konsep diri dan pembelajaran kewirausahaan terhadap minat untuk menjadi young
38

Universitas Sumatera Utara

entrepreneur. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka kerangka
konseptual untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

Konsep Diri
(X1)
Minat Untuk
Menjadi Young
Enterpreneur
(Y)

Pembelajaran
Kewirausahaan

.

(X2)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual

2.6

Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Supranto (2003 : 327) adalah “pernyataan tentang

sesuatu yang untuk sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan yang
akan diteliti sebagai jawaban sementara dari suatu masalah”.
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
dipaparkan, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
“Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan BerpengaruhTerhadap
Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur”.

39

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsep Diri, Pembelajaran Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga terhadap Minat Berwirausaha pada Mahasiswa prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU tahun 2011

0 69 113

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

2 8 137

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

1 4 109

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 10

Pengetahuan dan Keterampilan Kewirausahaan Terhadap Motivasi Mahasiswa untuk Menjadi Young Entrepreneur (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi USU)

0 0 2

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 11

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 2

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 8

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 3

Pengaruh Konsep Diri dan Pembelajaran Kewirausahaan Terhadap Minat Untuk Menjadi Young Entrepreneur Pada Mahasiswa Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

0 0 15