Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara Chapter III VI

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1

Kerangka Konsep
Kerangka konsep dibuat untuk memperlihatkan pengaruh antara masing-

masing variabel dalam suatu penelitian. Adapun kerangka konsep dari penelitian
ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Independen

Moderating

Dependen

Komitmen
Organisasi (X1)
Motivasi (X2)
Kecermatan
Profesional (X3)
Kinerja APIP


Kepatuhan pada
Kode Etik (X4)

(Y)

Struktur Audit (X5)
Keahlian (X6)
Independensi (X7)

Reward
(Z)

Gaya
Kepemimpinan (X8)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparat pengawasan
intern pemerintah (APIP) baik serempak maupun parsial yang disebut variabel
independen yaitu komitmen organisasi, motivasi, kecermatan profesional,

kepatuhan pada kode etik, struktur audit, keahlian, independensi dan gaya

Universitas Sumatera Utara

kepemimpinan sedangkan kinerja aparat pengawasan intern pemerintah sebagai
variabel dependen. Disamping itu peneliti akan menguji variabel reward mampu
memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Kinerja APIP adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yaitu terlaksananya
kegiatan/program, dan ketepatan waktu dalam menyampaikan laporan hasil
pemeriksaan, terlaksananya jumlah hari, pemeriksaan dilakukan sesuai dengan
standar umum APIP, serta penyelesaian tindak lanjut hasil pemeriksaan yang
diberikan kepada APIP serta bertanggung jawab dalam melaksanakannya.
Hubungan antara variabel tersebut diuraikan sebagai berikut:
1.

Hubungan Komitmen Organisasi dengan Kinerja APIP
Komitmen sama sekali tidak ada hubungannya dengan bakat, kepintaran

atau talenta. Dengan komitmen yang tinggi berarti seorang individu memihak
pada pekerjaan tertentu, sementara komitmen organisasi yang tinggi berarti

memihak organisasi yang merekrut individu tersebut. APIP harus memiliki
komitmen terhadap kerjanya, sebab komitmen kerja tersebut akan menimbulkan
rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi APIP terhadap organisasi. Jika APIP
merasa jiwanya terikat dengan nilai-nilai organisasi yang ada maka APIP akan
merasa senang dalam bekerja sehingga kinerjanya akan meningkat. Menurut
Robbin (1998) komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seorang
karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginanya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Hal ini sesuai dengan
penelitian menurut Yuskar, et.al. (2011) bahwa komitmen organisasi berpengaruh

Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik big four di
Indonesia.
2.

Hubungan Motivasi dengan Kinerja APIP
APIP harus memiliki motivasi dalam bekerja, baik motivasi yang berasal

dari diri sendiri, teman kerja, maupun dari pimpinan sehingga akan meningkatkan

kinerja. Menurut Wibowo (2007) motivasi merupakan dorongan terhadap
serangkaian proses perilaku manusia pada pencapaian tujuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian menurut Dalmy (2009) bahwa motivasi berpengaruh signifikan
terhadap kinerja auditor Inspektorat Provinsi Jambi.
3.

Hubungan Kecermatan Profesional dengan Kinerja APIP
APIP harus memiliki kecermatan profesional dalam melaksanakan

pekerjaannya yang

dapat meningkatkan kinerja. Menurut Peraturan Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/03/2008
menyatakan APIP harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat
dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut Febriansyah, et.al. (2013)
bahwa kecermatan professional berpengaruh positif, dan signifikan terhadap
kinerja auditor Inspektorat Provinsi Bengkulu.
4.


Hubungan Kepatuhan pada Kode Etik dengan Kinerja APIP
APIP harus memiliki kepatuhan terhadap kode etik, serta mematuhi

peraturan perundang-undangan yang berlaku sesuai dengan kode etik organisasi
baik terhadap auditee maupun masyarakat yang akan mempengaruhi terhadap
kinerja APIP. Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Universitas Sumatera Utara

Nomor 4 Tahun 2008 ditetapkannya kode etik APIP adalah tersedianya pedoman
perilaku bagi auditor dalam menjalankan profesinya dan bagi atasan auditor APIP
dalam mengevaluasi perilaku auditor. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh
Gustati (2011) menyatakan bahwa kepatuhan pada kode etik berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sumatera Barat.
5.

Hubungan Struktur Audit dengan Kinerja APIP
Struktur audit harus dimiliki oleh APIP yang meliputi sifat, keluasan, dan


waktu audit, dan struktur audit harus menentukan secara rinci prosedur audit yang
diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Pendekatan struktur audit adalah sebuah
pendekatan sistematis terhadap auditing yang dikarakteristikkan oleh langkahlangkah penentuan audit, prosedur rangkaian logis, keputusan, dokumentasi, dan
menggunakan sekumpulan alat-alat dan kebijakan audit yang komprehensif dan
terintegrasi untuk membantu auditor melakukan audit (Hanif, 2013). Hal ini
sesuai dengan penelitian oleh Hanif (2013) bahwa struktur audit berpengaruh
signifikan terhadap kinerja auditor pada kantor akuntan publik Jawa Timur.
6.

Hubungan Keahlian dengan Kinerja APIP
Keahlian harus dimiliki oleh APIP yang dapat meningkatkan kinerja.

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008

menyatakan

bahwa

APIP


harus

mempunyai

pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya. Hal ini sesuai dengan penelitian menurut
Wulandari, et.al. (2011) bahwa keahlian berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor auditor BPKP Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

7.

Hubungan Independensi dengan Kinerja APIP
Independensi merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh

seorang APIP dalam melaksanakan pemeriksaan. Seorang APIP yang mempunyai
independensi yang tinggi akan dapat mempengaruhi kinerjanya. Sejalan dengan
pengertian independensi adalah kemauan dan kemampuan para auditor untuk

senantiasa mempertahankan sikap yang bebas atau tidak terikat oleh kepentingan
manapun dan tekanan dari pihak siapapun, termasuk kepentingannya sendiri,
dalam menentukan putusan yang tepat pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil audit (Pusdiklatwas BPKP, 2007) serta menurut penelitian Wati,
et.al. (2010) bahwasanya independensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
auditor BPKP Perwakilan Bengkulu.
8.

Hubungan Gaya Kepemimpinan dengan Kinerja APIP
Pemimpin adalah pemain utama yang menentukan berhasil tidaknya

kinerja APIP. Pemimpin dapat memberikan pengaruh dalam menanamkan disiplin
kerja bagi APIP. Gaya kepemimpinan dapat mempengaruhi kreatifitas kinerja
APIP dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Efendi (1992) mendefenisikan
bahwa gaya kepemimpinan adalah cara seseorang pemimpin melaksanakan
kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengontrol
pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai
tujuan. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Trisnaningsih (2007) bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor pada Kantor
Akuntan Publik Jawa Timur.


Universitas Sumatera Utara

9.

Hubungan Reward dengan Kinerja APIP
Berbagai penghargaan yang diberikan kepada APIP yang meningkatkan

kinerjanya Reward adalah jumlah pembayaran yang diterima dan tingkat
kesesuaian antara pembayaran tersebut dengan pekerjaan yang dilakukan
(Suwarto, M.S, F.X, 2011). Reward yang diberikan berupa material yaitu
tambahan tunjangan daerah kepada APIP sehinga dapat meningkatkan kinerja.
3.2.

Hipotesis
Menurut Sugiyono (2014) hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan tersebut sebelumnya
telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Jadi hipotesis merupakan
jawaban sementara karena masih harus diuji dan dibuktikan kebenarannya.

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. komitmen organisasi, motivasi, kecermatan profesional, kepatuhan pada kode
etik, struktur audit, keahlian, independensi, gaya kepemimpinan, secara
serempak dan parsial berpengaruh terhadap kinerja aparat pengawasan intern
pemerintah pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara;
2. reward mampu memoderasi hubungan antara komitmen organisasi, motivasi,
kecermatan profesional, kepatuhan pada kode etik, struktur audit, keahlian,
independensi, gaya kepemimpinan dengan kinerja aparat pengawasan intern
pemerintah pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1

Jenis Penelitian
Berdasarkan metodenya, penelitian ini temasuk penelitian survey, yaitu


penelitian yang dilakukan dalam populasi besar maupun kecil sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis
maupun psikologis (Kerlinger dalam Daulay, 2010). Penelitian survey adalah
yang bertujuan untuk memperoleh data yang terjadi pada masa lalu atau saat ini
tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel, dan
menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari sampel
yang diambil dari populasi tertentu, teknik pengumpulan data dengan pengamatan
(wawancara atau kuesioner) yang tidak mendalam, dan hasil penelitian cenderung
digeneralisasikan (Sugiyono, 2014).

4.2

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

jalan Sisingamangaraja No. 100 Tarutung. Waktu Penelitian adalah Februari 2016
sampai dengan Agustus 2016 dengan jadwal penelitian yang tercantum pada
Lampiran 1.

4.3

Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap berupa orang, kejadian,

atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada dalam suatu
wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang terkait dengan masalah

Universitas Sumatera Utara

penelitian (Erlina, 2008), sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah atau
karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang harus dapat mewakili populasi
tersebut (Sugiyono, 2014).
Populasi penelitian ini adalah seluruh APIP Inspektorat Kabupaten
Tapanuli Utara yang berjumlah 50 (lima puluh) orang dan seluruh populasi
dijadikan sampel. Pada Tabel 4.1 Daftar populasi dan sampel penelitian disajikan
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Jabatan
Inspektur
Sekretaris
Inspektur Pembantu Wilayah I
Inspektur Pembantu Wilayah II
Inspektur Pembantu Wilayah III
Inspektur Pembantu Wilayah IV
Kasubag Kepegawaian
Kasubag Perencanaan
Kasubbag Evaluasi dan Pelaporan
Auditor
P2UPD
Staf
Jumlah

Jumlah Orang
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
20
18
50

Sumber : Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara
4.4

Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif

berupa data kuesioner. Menurut Sugiyono (2014) bahwa sumber primer adalah
sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Umar (2009) menyatakan bahwa data primer adalah data yang diperoleh dari
sumber pertama yakni dari individu atau perseorangan melalui wawancara atau

Universitas Sumatera Utara

pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Kuesioner untuk
pengumpulan data diantar sendiri oleh peneliti sebanyak 50 kuesioner dan
ditunggu selama 14 hari.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sample jenuh
(sensus) karena semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Sampling
jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2014). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah melalui kuesioner. Menurut Sugiyono (2014), kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data dimana partisipan/responden mengisi pertanyaan atau
pernyataan tertulis. Setelah diisi dengan lengkap oleh responden, dikembalikan
kepada peneliti.

4.5

Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai

dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel. Variabel
penelitian dalam penelitian ini adalah variabel independen, dependen, dan
moderating. Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat dan variabel dependen (variabel terikat)
merupakan variabel yang menjadi perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006).
Menurut Lubis (2012), variabel moderating berfungsi untuk mempengaruhi
hubungan langsung baik memperkuat maupun memperlemah antara variabel
independen dengan dependen.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran variabel dalam penelitian ini dengan menggunakan skala
interval, yaitu skala pengukuran yang mengungkapkan kategori, peringkat dan
jarak konstruk yang diukur tetapi tidak menggunakan angka nol sebagai titik awal
perhitungan dan bukan merupakan angka absolut (Erlina dan Mulyani, 2007).
Skala ini menggunakan 5 angka penilaian yaitu dengan skor 1 sampai 5, yaitu
skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju), skor 2 (TS = Tidak Setuju), skor 3 (RR =
Ragu-Ragu), skor 4 (S= Setuju), dan skor 5 (SS = Sangat Setuju), yang akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Komitmen Organisasi (X1)
Komitmen organisasi adalah sebagai suatu keadaan dimana seorang karyawan
memihak organisasi tertentu serta tujuan-tujuan dan keinginanya untuk
mempertahankan keanggotaan dalam organisasi tersebut. Pengukuran variabel ini
memakai alat kuesioner sebanyak 6 butir pernyataan. Kuesioner merupakan
modifikasi dari instrumen kuesioner yang dibuat oleh Dalmy (2009) dan Siregar
(2012).
2.

Motivasi (X2)
Motivasi adalah dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia

untuk pencapaian tujuan. Pengukuran variabel ini memakai alat kuesioner
sebanyak 6 butir pernyataan. Kuesioner merupakan modifikasi dari instrumen
kuesioner yang dibuat oleh Dalmy (2009) dan Siregar (2012).
3.

Kecermatan Profesional (X3)
Kecermatan profesional dalam penelitian ini adalah APIP harus menggunakan

keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional care) dan

Universitas Sumatera Utara

secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan. Pengukuran variabel ini
memakai alat kuesioner sebanyak 4 butir pernyataan. Kuesioner merupakan
modifikasi instrumen kuesioner yang dibuat oleh Lubis (2009) dan berdasarkan
Peraturan

Menteri

Negara

Pendayagunaan

Aparatur

Negara

Nomor

Per/05/M.Pan/03/2008 tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah.
4.

Kepatuhan pada Kode Etik (X4)
APIP harus mematuhi kode etik yang telah ditetapkan. Pelaksanaan audit

harus mengacu pada standar audit dan wajib mematuhi kode etik yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari standar audit. Kode etik APIP adalah
tersedianya pedoman perilaku bagi auditor dalam menjalankan profesinya dan
bagi atasan auditor APIP dalam mengevaluasi perilaku auditor. Pengukuran
variabel ini memakai alat kuesioner sebanyak 5 butir pernyataan. Kuesioner
merupakan modifikasi instrumen kuesioner yang dibuat oleh Lubis (2009) serta
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
Per/04/M.Pan/2008 tentang kode etik APIP.
5. Struktur Audit (X5)
Pendekatan struktur audit adalah sebuah pendekatan sistematis terhadap
auditing yang dikarakteristikkan oleh langkah-langkah penentuan audit, prosedur
rangkaian logis, keputusan, dokumentasi, dan menggunakan sekumpulan alat-alat
dan kebijakan audit yang komprehensif dan terintegrasi untuk membantu auditor
melakukan audit. Pengukuran variabel ini memakai alat kuesioner sebanyak 4
butir pernyataan. Kuesioner merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner yang
dibuat oleh Hanif (2013).

Universitas Sumatera Utara

6.

Keahlian (X6)
Keahlian setiap pemeriksa, yaitu mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan

kompetensi lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan tanggung jawabnya.
Pengukuran variabel ini memakai alat kuesioner sebanyak 5 butir pernyataan.
Kuesioner merupakan modifikasi instrumen kuesioner berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/05/M.Pan/03/2008
tentang Standar Audit Aparat Pengawas Intern Pemerintah dan instrumen
kuesioner yang dibuat oleh Lubis (2009).
7.

Independensi (X7)
Independensi dalam penelitian ini adalah kemauan dan kemampuan para

auditor untuk senantiasa mempertahankan sikap yang bebas atau tidak terikat oleh
kepentingan manapun, dan tekanan dari pihak siapapun, termasuk kepentingannya
sendiri, dalam menentukan putusan yang tepat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil audit. Pengukuran variabel ini memakai alat
kuesioner sebanyak 5 butir pernyataan. Kuesioner merupakan modifikasi
instrumen kuesioner yang dibuat oleh Lubis (2009) dan berdasarkan Peraturan
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/05/M.Pan/03/2008
tentang Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
8.

Gaya Kepemimpinan (X8)
Gaya

kepemimpinan

adalah

cara

seorang

pemimpin

melaksanakan

kegiatannya dalam upaya membimbing, memandu, mengarahkan, dan mengontrol
pikiran, perasaan, atau perilaku seseorang atau sejumlah orang untuk mencapai
tujuan. Pengukuran variabel ini memakai alat kuesioner sebanyak 7 butir

Universitas Sumatera Utara

pernyataan. Kuesioner merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner yang dibuat
oleh Trisnaningsih (2007).
9. Reward (Z)
Reward adalah jumlah pembayaran yang diterima dan tingkat kesesuaian

antara pembayaran tersebut dengan pekerjaan yang dilakukan. Dalam organisasi
ada istilah insentif, yang merupakan suatu penghargaan dalam bentuk material
atau non- material yang diberikan oleh pihak pimpinan organisasi kepada
karyawan agar mereka bekerja dengan menjadikan modal motivasi yang tinggi
dan berprestasi dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Reward dalam
penelitian ini sebagai variabel moderating. Pengukuran variabel ini memakai alat
kuesioner sebanyak 5 butir pernyataan. Kuesioner merupakan adaptasi dari
instrumen kuesioner yang dibuat oleh Dalmy (2009).
10. Kinerja APIP (Y)
Kinerja APIP adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja APIP dapat dilihat dengan dibuatnya
program kerja pengawasan tahunan (PKPT), program kerja pemeriksaan (PKP),
pembuatan naskah hasil pemeriksaan dan kertas kerja pemeriksaan (NHP dan
KKP), jumlah hari pemeriksaan, ketepatan pembuatan laporan, penyajian tindak
lanjut hasil pemeriksaan, serta sanksi keterlambatan pembuatan laporan.
Pengukuran variabel ini memakai alat kuesioner sebanyak 7 butir pernyataan.
Kuesioner merupakan modifikasi dari instrumen kuesioner yang dibuat oleh
Mulyono dan Lubis (2009).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Nama Variabel

Definisi Variabel Penelitian

Kinerja APIP (Y)Hasil kerja secara kualitas dan
kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai
dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.

Personil APIP memihak organisasi
Komitmen
Organisasi (X1) tertentu serta tujuan-tujuan dan
keinginanya untuk mempertahankan
keanggotaan
dalam
organisasi
tersebut.

Indikator

Skala

Variabel ini diukur dengan 7
Interval
pernyataan meliputi kualitas
dan kuantitas sebagai berikut.
1. pembuatan program kerja
pengawasan
tahunan
(PKPT);
2. jumlah hari pemeriksaan;
3. pembuatan program kerja
pemeriksaan (PKP);
4. ketepatan
waktu
menyiapkan laporan;
5. sanksi
keterlambatan
pembuatan laporan;
6. pembuatan KKP dan NHP;
7. penyajian tindak lanjut hasil
pemeriksaan.
(Modifikasi dari Lubis, 2009
dan Mulyono, 2009)
Variabel ini diukur dengan 6 Interval
pernyataan sebagai berikut.
jawab
1. bertanggung
terhadap Inspektorat Kab.
Tapanuli Utara;
2. kebanggaan melaksanakan
pemeriksaan;
3. senang
menghabiskan
waktu karier di Inspektorat
Kab. Tapanuli Utara;
4. Inspektorat Kab. Tap Utara
sesuai perannya mempunyai
arti yang besar;
5. kepedulian dengan setiap
permasalahan;
6. bersedia untuk bekerja
secara ekstra.
(Modifikasi Dalmy, 2009 dan
Siregar, 2012)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 lanjutan
Motivasi (X2)

Dorongan terhadap serangkaian
proses perilaku manusia pada
pencapaian tujuan.

Kecermatan
Profesional
(X3)

APIP harus menggunakan keahlian
profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan
secara hati-hati (prudent) dalam
setiap penugasan.

Variabel ini diukur dengan 6 Interval
pernyataan sebagai berikut.
pemeriksaan
1. proses
dijalankan dengan sungguhsungguh
untuk
meningkatkan kinerja;
2. menikmati tantangan pada
setiap pemeriksaan;
3. disiplin dalam pemeriksaan;
4. senang
dihargai
dan
dihormati karena prestasi
kerja;
5. memiliki
kepuasaan
tersendiri
jika
dapat
menyelesaikan suatu tugas
dan pekerjaan yang sulit;
6. kondisi kerja yang baik
dalam kelompok.
(Modifikasi Dalmy, 2009 dan
Siregar, 2012)
Variabel ini diukur dengan 4 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. menggunakan
keahlian
profesionalnya
dengan
cermat dan seksama;
2. kecermatan
profesional
digunakan
untuk
menentukan
formulasi
tujuan audit, penentuan
ruang
lingkup
audit,
evaluasi risiko audit;
3. menggunakan kecermatan
profesional secara hati-hati;
4. menerapkan pertimbangan
profesional.
(Modifikasi
dari
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/05/M.PAN/03.2008
tentang Standar Umum APIP
serta Lubis, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 lanjutan
Kepatuhan pada Tersedianya pedoman perilaku bagi
dalam
menjalankan
Kode Etik (X4) auditor
profesinya dan bagi atasan auditor
APIP dalam mengevaluasi perilaku
auditor.

Strukur Audit
(X5)

Langkah-langkah penentuan audit,
prosedur rangkaian logis, keputusan,
dokumentasi, dan menggunakan
sekumpulan alat-alat dan kebijakan
audit yang komprehensif dan
terintegrasi untuk membantu auditor
melakukan audit.

Keahlian
(X6)

Keahlian
yaitu
mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan
kompetensi
lainnya
yang
diperlukan untuk melaksanakan
tanggung jawabnya.

Variabel ini diukur dengan 5 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. taat peraturan;
2. sikap dan perilaku sesuai
dengan kode etik terhadap
organisasi intern;
3. sikap dan perilaku sesuai
dengan kode etik terhadap
auditee;
4. sikap dan perilaku sesuai
dengan kode etik terhadap
masyarakat;
5. peraturan
dijadikan
sebagai
acuan
dalam
membuat laporan hasil
pemeriksaan.
(Modifikasi
dari
Menteri
Pendayagunaan
Aparatur
Negara No. 4 tahun 2008
tentang Kode Etik APIP serta
Lubis, 2009)
Variabel ini diukur dengan 4 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. APIP memiliki struktur
audit;
2. struktur audit meliputi sifat,
keluasan, dan waktu audit;
3. mengikuti keputusan yang
ditetapkan;
4. menggunakan sekumpulan
alat dan kebijakan audit
yang komprehensif dan
terintegrasi.
(Adopsi Hanif, 2013)
Variabel ini diukur dengan 5 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. tingkat pendidikan APIP
minimal S1;
2. APIP memiliki keahlian
dan mengikuti pelatihan;
3. APIP memilki sertifikasi
JFA dan P2UPD;
4. APIP
mampu
berkomunikasi
dengan
auditee;
5. menggunakan tenaga ahli
tertentu.
(Modifikasi dari Peraturan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008
tentang Standar Umum APIP
serta Lubis, 2009)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 lanjutan
Independensi
(X7)

Sikap yang bebas atau tidak terikat
oleh kepentingan manapun dan
tekanan dari pihak siapapun,
termasuk kepentingannya sendiri,
dalam menentukan putusan yang
tepat pada tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil
audit.

Cara
seseorang
pimpinan
Gaya
melaksanakan
kegiatannya
dalam
Kepemimpinan
upaya
membimbing,
memandu,
(X8)
mengarahkan,
dan
mengontrol
pikiran, perasaan, atau perilaku
seseorang atau sejumlah orang untuk
mencapai tujuan.

Variabel ini diukur dengan 5 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. penyusunan program audit
bebas dari intervensi;
2. penyusunan program audit
bebas dari campur tangan
pimpinan
3. pemeriksaan bebas dari
usaha-usaha
objek
pemeriksaan;
4. APIP harus bekerja sama
dengan auditee;
5. pelaporan bebas dari usaha
pihak tertentu terhadap
laporan hasil pemeriksaan.
(Modifikasi dari Peraturan
Menteri
Negara
Pendayagunaan
Aparatur
Negara
Nomor
PER/05/M.PAN/03/2008
tentang Standar Umum APIP
serta Lubis, 2009)
Variabel ini diukur dengan 7 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. saling
percaya
antara
atasan, bawahan dan rekan
seprofesi;
2. pimpinan
menghargai
gagasan bawahan;
3. komunikasi antara atasan,
bawahan
dan
rekan
seprofesi sangat terbuka;
4. pimpinan
mampu
berkomunikasi
dengan
bawahan;
5. pimpinan
selalu
memberikan
arahan
kepada bawahan;
6. pimpinan
selalu
menekankan
pekerjaan
dengan memfokuskan pada
tujuan dan hasil;
7. hubungan kerja selalu
harmonis.
(Adaptasi dari Trisnaningsih,
2007)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2 lanjutan
Reward (Z)

4.6

Tambahan tunjangan daerah yang
diberikan kepada APIP atas dasar
untuk dapat meningkatkan kinerja
guna mencapai keunggulan yang
kompetitif.

Variabel ini diukur dengan 5 Interval
pernyataan sebagai berikut.
1. reward/imbalan/insentif
berupa yang diberikan bagi
APIP yang menjalankan
proses pemeriksaan telah
sesuai dengan beban kerja;
2. reward/imbalan/insentif
yang diberikan bagi APIP
dalam proses audit telah
sesuai dengan tanggung
jawab kerja;
3. APIP
merasa
senang
dengan
reward
yang
diterima;
4. reward/imbalan/insentif
dijadikan
sebagai
pengabdian;
5. pemberian reward dapat
meningkatkan kinerja.
(Adaptasi dari Dalmy, 2009)

Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah

regresi linier berganda yang bertujuan menganalisis, baik secara serempak
maupun secara parsial seberapa besar pengaruh komitmen organisasi, motivasi,
kecermatan profesional, kepatuhan pada kode etik, struktur audit, keahlian,
independensi, gaya kepemimpinan, reward sebagai variabel moderating terhadap
kinerja APIP. Pengolahan data menggunakan program Statistical Package for
Social Science (SPSS).

4.6.1 Uji Kualitas Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas berupa konsistensi dan
akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian. Jenis pengujian
berupa uji validitas dan reliabilitas sebagai berikut.

Universitas Sumatera Utara

1. uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner.
Juga untuk mengetahui, dan mengukur apakah pernyataan dalam kuesioner
valid atau tidak, disusun dengan akurat atau tidak sehingga mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner tersebut. Jika r hitung untuk tiap
butir pernyataan yang dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total
Correlation (Korelasi Product Moment dari Karl Pearson) lebih besar dari r
tabel, dan nilai positif, butir atau pernyataan tersebut dikatakan valid (Ghozali,
2013). Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan
r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah
sampel (Ghozali, 2013);
2. uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran
tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap gejala yang sama
dengan menggunakan alat pengukuran yang sama (Erlina, 2008). Teknik
statistik yang digunakan untuk pengujian tersebut dengan koefisien cronbach’s
alpha setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan SPSS. Suatu
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha > 0,70
(Ghozali, 2013).

4.6.2 Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran secara umum profil
dari sampel. Penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari ratarata, deviasi standar, minimum, dan maksimum (Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

4.6.3 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi
regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas,
gejala multikolonieritas, (Rusiadi, et.al., 2014). Model regresi akan dapat
dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika memenuhi persyaratan BLUE (best
linear unbiased estimator). Dengan kata lain, uji asumsi klasik yang dilakukan
akan menjamin bahwa model regresi yang dipergunakan memiliki ketepatan
dalam pengukuran, tidak bias dan konsisten.
Penelitian ini melakukan beberapa uji asumsi klasik. Berikut ini adalah
uraian mengenai uji asumsi klasik.
1.

Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
bebas, dan variabel terikat keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak (Ghozali, 2013). Model regresi yang baik hendaknya terdistribusi
normal atau mendekati normal. Sebaiknya data yang digunakan dalam
penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013).
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data
akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya
(Ghozali, 2013). Cara untuk menguji normalitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan
normalitas distribusi residual. “Jika sig atau p-value > 0,05 maka data
terdistribusi normal (Ghozali, 2013).

Universitas Sumatera Utara

1. nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data adalah tidak
normal;
2. nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data adalah
normal.
2.

Uji multikolonieritas
Uji multikolonieritas adalah kolerasi sempurna (100%) di antara variabel
yang digunakan dalam model. Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
bebas. Jika variabel independen saling berkolerasi, variabel-variabel ini tidak
ortogonal. Variabel ortogonal adalah independen yang nilai korelasi antar
sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali 2013). Untuk
mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalahan
multikolonieritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation Factor (VIF).
Pedoman pengambilan keputusan pada pengujian ini sebagai berikut.
1. jika variance inflation faktor (VIF) > 10 maka artinya terdapat persoalan
multikolonieritas di antara variabel bebas;
2. jika variance inflation faktor (VIF) < 10 maka artinya tidak terdapat
persoalan multikolonieritas di antara variabel bebas. VIF = 1/Tolerance,
jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
Selain itu, deteksi terhadap multikolonieritas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai

Universitas Sumatera Utara

pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
3.

Uji heteroskedastisitas
Menurut Umar (2008) bahwa uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat
apakah dalam model regresi tidak terjadi ketidaksamaan variabel dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain. Ghozali, 2013 menyatakan bahwa uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi
terdapat perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.

Model

regresi

yang

baik

heteroskedastisitas.

Cara

untuk

mendeteksi

adalah
ada

tidak
atau

terjadi
tidaknya

heteroskedastisitas sebagai berikut.
1. Analisis Grafik
Grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan
sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah
distandardized. Dasar analisis (Ghozali, 2013):
a. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas;

Universitas Sumatera Utara

b. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas, dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Analisis Statistik yaitu Uji Glejser
Uji ini mengusulkan untuk meregress nilai absolut residual terhadap
variabel independen, dengan kriteria probabilitas signifikansi diatas
tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2013).

4.6.4

Model Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan delapan variabel independen, dan satu variabel

moderating. Hipotesis pertama untuk menguji apakah komitmen organisasi,
motivasi, kecermatan profesional, kepatuhan pada kode etik, struktur audit,
keahlian, independensi, gaya kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja aparat
pengawasan intern pemerintah (APIP) dengan menggunakan model regresi
multivariat. Selanjutnya untuk hipotesis kedua dilakukan dengan pengujian model
residual yang bertujuan untuk menguji apakah reward mampu memoderasi
hubungan antara komitmen organisasi, motivasi, kecermatan profesional,
kepatuhan pada kode etik, struktur audit, keahlian, independensi, gaya
kepemimpinan dengan kinerja aparat pengawasan intern pemerintah (APIP).

4.6.4.1 Pengujian Hipotesis Pertama
Pengujian hipotesis pada penelitian ini dengan menggunakan variabel
komitmen organisasi, motivasi, kecermatan profesional, kepatuhan pada kode
etik, struktur audit, keahlian, independensi, gaya kepemimpinan terhadap kinerja
APIP. Model regresi yang digunakan adalah model regresi multivariat yang

Universitas Sumatera Utara

bertujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah:
Model I :
Y = α + βı Xı + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7+ β8 X8 + e
Keterangan :
Y
α
βı, β2,… β8

X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
e

= Kinerja APIP
= Konstanta
= Koefisien Regresi
= Komitmen Organisasi
= Motivasi
= Kecermatan Profesional
= Kepatuhan pada Kode Etik
= Struktur Audit
= Keahlian
= Independensi
= Gaya Kepemimpinan
= Error

Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%. Untuk
menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dilakukan 3
(tiga) pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara:
4.6.4.1.1 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi merupakan suatu analisis yang digunakan
untuk mengetahui kekuatan variabel lain diluar variabel independen yang diteliti
didalam menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada di
antara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang mendekati satu berarti variabelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksikan variasi variabel dependen, jika nilai R2 semakin kecil atau
mendekati nol, artinya variabel-variabel independen hampir tidak memberikan

Universitas Sumatera Utara

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Terdapat kelemahan dalam pemakaian koefisien determinasi yaitu bias terhadap
jumlah variabel independen yang dipakai pada model. Beberapa peneliti
memberikan saran untuk menggunakan nilai Adjusted R2 ketika melakukan
evaluasi mana model regresi terbaik. Berbeda dengan R2, nilai Adjusted R2
memiliki fluaktasi/naik atau turun jika satu variabel independen ditambahkan pada
model (Ghozali, 2013).
4.6.4.1.2 Uji Signifikansi Serempak (Uji Statistik F)
Menguji secara serempak melalui uji signifikansi serempak (uji statistik F)
yaitu untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen secara serempak. Hipotesis untuk uji statistik F pada penelitian ini
dinyatakan sebagai berikut:
1. Ho : β = 0
artinya: komitmen organisasi (X1), motivasi (X2), kecermatan profesional (X3),
kepatuhan pada kode etik (X4), struktur audit (X5), keahlian (X6), independensi
(X7), gaya kepemimpinan (X8) secara serempak tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja APIP (Y).
2. Ha : β ≠ 0
artinya: komitmen organisasi (X1), motivasi (X2), kecermatan profesional (X3),
kepatuhan pada kode etik (X4), struktur audit (X5), keahlian (X6), independensi
(X7), gaya kepemimpinan (X8) secara serempak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja APIP (Y).

Universitas Sumatera Utara

Dalam penelitian ini digunakan derajat keyakinan 95%, atau signifikansi
dibawah 5%, serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel,
dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut.
a. jika F hitung > F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ha diterima dan
Ho ditolak;
b. jika F hitung < F tabel dengan tingkat signifikan 5%, maka Ha ditolak dan
Ho diterima.

4.6.4.1.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel
independen secara individual dalam menerangkan variabel terikat. Uji statistik t
digunakan untuk menguji sebarapa jauh pengaruh dari variabel independen secara
parsial terhadap variabel dependen atau untuk melihat variabel apa yang
memberikan pengaruh dominan diantara variabel yang ada. Adapun langkahlangkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah dengan melihat nilai
signifikan, apabila nilai sig α < 0,05, dapat disimpulkan variabel independen
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen atau hipotesis
diterima. Begitu juga sebaliknya apabila nilai sig α > 0,05, dapat disimpulkan
variabel independen secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen atau hipotesis ditolak (Ghozali, 2013). Hipotesis untuk uji statistik t
adalah sebagai berikut:
Ho : β = 0, komitmen organisasi (X1), motivasi (X2), kecermatan profesional (X3),
kepatuhan pada kode etik (X4), struktur audit (X5), keahlian (X6),

Universitas Sumatera Utara

independensi (X7), gaya kepemimpinan (X8) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP (Y).
Ha : β ≠ 0, komitmen organisasi (X1), motivasi (X2), kecermatan profesional (X3),
kepatuhan pada kode etik (X4), struktur audit (X5), keahlian (X6),
independensi (X7), gaya kepemimpinan (X8) secara parsial berpengaruh

signifikan terhadap kinerja APIP (Y).
Dalam penelitian ini digunakan derajat keyakinan 95% atau signifikansi
dibawah 5%. Untuk mencari t tabel dengan df = n-k dengan menggunakan tabel
statistik. Nilai t tabel dapat dilihat dengan menggunakan tabel t. Dengan kaidah
pengambilan keputusan sebagai berikut.
1. jika t hitung < t tabel, maka Ha ditolak dan Ho diterima (tidak berpengaruh).
Terima Ho, jika koefisien t hitung signifikan pada taraf lebih besar dari 5%
(lihat taraf signifikansi pada output coefficient);
2. jika t hitung > t tabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (berpengaruh).
Tolak Ho, jika koefisien t hitung signifikan pada taraf lebih kecil atau sama
dengan 5% (lihat taraf signifikansi pada output coefficient).

4.6.4.2 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua menggunakan variabel moderating, yaitu
reward yang memoderasi hubungan antara variabel independen dengan kinerja
APIP. Dalam penelitian ini digunakan metode uji residual agar tidak terjadi
multikolonieritas (Ghozali, 2013).
Uji residual dapat menunjukkan apakah suatu variabel dapat dikatakan
sebagai variabel moderating, jika suatu variabel dilakukan uji residual dengan

Universitas Sumatera Utara

hasil nilai koefisien signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan dan
bernilai negatif maka variabel ini dapat dijadikan sebagai variabel moderating
(Ghozali, 2013). Untuk dapat mengetahui pengaruhnya dilakukan persamaan
regresi dengan 2 (dua) tahap sebagai berikut:
Tahap I:
Seluruh variabel independen harus diregresikan dengan variabel
moderating. Agar diketahui pengaruhnya, sehingga persamaan regresi dengan
model berikut ini:
Z = α + βı Xı + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + β6 X6 + β7 X7 + β8 X8 + e
Tahap II:
Angka residual dari hasil persamaan tahap pertama akan ditransformasikan
untuk menghasilkan nilai absolut residual. Nilai absolut tersebut akan diregresikan
dengan variabel dependen yaitu Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP) sehingga akan menghasilkan persamaan berikut:
| e | = α + β1 Y
Keterangan :
Z
Y
α
βı-β8
β9

X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
e
│e│

= Reward
= Kinerja APIP
= Konstanta
= Koefisien Regresi Variabel Bebas
= Koefisien Regresi Variabel Moderating
= Komitmen Organisasi
= Motivasi
= Kecermatan Profesional
= Kepatuhan pada Kode Etik
= Struktur Audit
= Keahlian
= Independensi
=GayaKepemimpinan
= Error
= Absolut Error term

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1

Deskripsi Data Penelitian

5.1.1

Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian adalah kantor Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

yang beralamat di Jalan Sisingamangaraja No 100, Tarutung. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh aparat pengawasan intern
pemerintah yang berjumlah 50 (lima puluh) orang. Pada penelitian ini peneliti
menyebar kuesioner sebanyak 50 (lima puluh) orang dan seluruh kuesioner yang
disebarkan kembali, sehingga seluruh kuesioner dijadikan sampel dalam
penelitian ini. Adapun distribusi pengembalian kuesioner sebagai berikut :
Tabel 5.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan

Jumlah

Persentase

Kuesioner yang dikirim

50

100%

Ditunggu 3 hari kemudian

50

100%

Kuesioner tidak kembali

0

0%

Kuesioner cacat/rusak

0

0%

Kuesiner yang baik dan layak dapat diuji

50

100%

Sumber : Hasil Penelitian 2016 (Data Diolah)
5.1.2

Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik responden terdiri dari jenis

kelamin, pendidikan akhir, jabatan, golongan, lama bekerja dan diklat. Tabel 5.2
menyajikan ringkasan karakteristik responden.
Tabel 5.2 Karakteristik Responden
Nomor
I
1

Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Laki-Laki

Frekuensi
30

Persentase (%)
60%

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5.2 lanjutan
2
II
1
2
3
4
III
1
2
3
4
5
6
7
IV
;1
2
3
V
1
2
3
4
5
VII
1
2
3
4
5

Perempuan
20
Tingkat Pendidikan
S2
2
S1
43
D3
1
SMA
4
Jabatan
Inspektur
1
Sekretaris
1
Irban
4
Kasubbag
3
P2UPD
11
Auditor
2
Staf
28
Golongan
IV
10
III
37
II
3
Lama Bekerja
Diatas 20
17
16-20
6
11-15
11
6-10
10
1-5
6
Kursus/Diklat/Bimbingan teknis (Bimtek)
Sangat Sering
5
Sering
6
Pernah
26
Minim Sekali
9
Tidak Pernah
4

40
4%
86%
2%
8%
2%
2%
8%
6%
22%
4%
56%
20
74
6
34
12
22
20
12
10
12
52
18
8

Sumber : Hasil Penelitian, 2016 (Data Diolah)
Berdasarkan tabel 5.2, jumlah jenis kelamin responden dalam penelitian
didominasi oleh responden yang berjenis kelamin laki-laki, hal ini dapat dilihat
bahwa hanya 20 orang atau 40 % dari responden yang berjenis kelamin
perempuan, dan sebanyak 30 orang atau 60% yang berjenis kelamin laki-laki.
Untuk tingkat pendidikan jumlah responden dalam penelitian didominasi oleh
responden yang memiliki pendidikan relatif tinggi yaitu tingkat pendidikan S1,
hal ini dapat dilihat bahwa hanya 2 orang atau 4 % dari responden yang memiliki
tingkat pendidikan S2, sebanyak 43 orang atau 86% memiliki tingkat pendidikan
S1, sebanyak 1 orang atau 2% memiliki tingkat pendidikan D3, dan 4 orang atau
8% memiliki tingkat pendidikan SMA.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan jabatan responden, hal ini dapat dilihat bahwa hanya 1 orang
atau 2% dari responden yang berjabatan sebagai inspektur, sebanyak 1 orang atau
2% yang berjabatan sebagai sekretaris, sebanyak 4 orang atau 8% yang berjabatan
sebagai inspektur pembantu wilayah, sebanyak 3 orang atau 6% yang berjabatan
sebagai kasubbag, sebanyak 11 orang atau 22% yang berjabatan sebagai
Pengawasan Penyelenggaraan Urusan Pemerintah Daerah (P2UPD), sebanyak 2
orang atau 4% yang berjabatan sebagai auditor, dan sebanyak 28 orang atau 56%
yang berjabatan sebagai staf. Berdasarkan golongan responden didominasi oleh
golongan III. Dari jumlah 50 responden sebanyak 37 orang atau 74% memiliki
golongan III, sebanyak 10 orang atau 20% memiliki golongan IV, dan sisanya
sebanyak 3 orang atau 6% memiliki golongan II.
Berdasarkan lama bekerja responden didominasi oleh responden yang
telah memiliki masa kerja diatas 20 tahun yaitu sebanyak 17 orang atau 34 % dan
lama bekerja 16-20 tahun yaitu sebanyak 6 orang atau 12%. Lama bekerja 11-15
tahun sebanyak 11 orang atau 22% sedangkan lama bekerja 6-10 tahun sebanyak
10 orang atau 10% dan lama bekerja 1-5 tahun sebanyak 6 orang atau 12%.
Berdasarkan kursus/diklat/bimtek bidang pemeriksaan untuk APIP, adalah
responden yang ‘sangat sering’ mengikuti kursus/diklat/bimtek sebanyak 5 orang
atau 10%. Responden yang ‘sering’ mengikuti kursus/diklat/bimtek sebanyak 6
orang atau 12%. Responden yang ‘pernah’ mengikuti kursus/diklat/bimtek
sebanyak 26 orang atau 52%. Responden yang ‘minim sekali’ mengikuti
kursus/diklat/bimtek sebanyak 9 orang atau 18%. Sedangkan responden yang
tidak pernah’ mengikuti kursus/diklat/bimtek sebanyak 4 orang atau 18%.

Universitas Sumatera Utara

5.2

Statistik Deskriptif
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

dari kuesioner yang dibagikan kepada responden yaitu aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP) pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah kinerja aparat pengawasan intern pemerintah.
Sedangkan variabel independen yaitu komitmen organisasi, motivasi, kecermatan
profesional, kepatuhan pada kode etik, struktur audit, keahlian, independensi,
gaya kepemimpinan, serta reward sebagai variabel moderating. Jumlah responden
pada penelitian ini berjumlah 50 orang yaitu seluruh aparat pengawasan intern
pemerintah (APIP).
Pada tabel 5.3 di bawah ini menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum,
nilai rata-rata dan standar deviasi dari setiap variabel pada penelitian ini.
Tabel 5.3 Statistik Deskriptif
Variabel

N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Komitmen Organisasi

50

3,33

4,83

4,07

,31133

Motivasi

50

3,67

4,83

4,17

,33104

Kecematan Profesional

50

3,50

5,00

4,33

,42140

Kepatuhan pada Kode Etik

50

3,60

5,00

4,38

,36867

Struktur Audit

50

2,00

4,75

3,91

,50409

Keahlian

50

3,00

4,60

4,03

,34133

Independensi

50

3,60

5,00

4,48

,39795

Gaya Kepemimpinan

50

3,43

5,00

4,16

,38422

Reward

50

3,40

4,60

4,09

,27177

50

4,14

5,00

4,58

,33066

Kinerja Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP)
Valid N (listwise)

50

Sumber : Hasil Penelitian 2016 (Data Diolah)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan hasil tabulasi data pada 50 kuesioner yang telah
dikumpulkan, maka dapat dijelaskan jawaban responden terhadap pernyataan
yang terdapat pada kuesioner penelitian. Pada variabel komitmen organisasi nilai
rata-rata 4,07 menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban
mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, jawaban responden terendah 3,33
mendekati nilai 3,00 dengan kategori netral dan jawaban tertinggi 4,83 mendekati
nilai 5,00 dengan kategori sangat setuju. Pada variabel motivasi nilai rata-rata
4,17 menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai
4,00 dengan kategori setuju, jawaban responden terendah 3,67 mendekati nilai
4,00 dengan kategori setuju dan jawaban tertinggi nilai 4,83 mendekati nilai 5,00
dengan kategori sangat setuju. Hal ini berarti bahwa responden telah memiliki
komitmen organisasi dan motivasi yang cukup baik dalam melaksanakan
pemeriksaan.
Pada variabel kecermatan profesional nilai rata-rata 4,33 menunjukkan
bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan
kategori setuju, jawaban responden terendah 3,50 menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuj,u dan
jawaban tertinggi 5,00 kategori sangat setuju. Pada variabel kepatuhan pada kode
etik nilai rata-rata 4,38 menunjukkan bahwa responden cenderung memilih
jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, jawaban responden terendah
nilai 3,60 mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, dan jawaban tertinggi nilai
5,00 dengan kategori sangat setuju. Hal ini berarti bahwa responden telah

Universitas Sumatera Utara

memiliki kecermatan profesional, dan kepatuhan pada kode etik yang cukup baik
dalam melaksanakan pemeriksaan.
Pada variabel struktur audit, nilai rata-rata 3,91 menunjukkan bahwa
responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori
setuju, jawaban responden terendah 2,00 dengan kategori tidak setuju dan
jawaban tertinggi 4,75 mendekati nilai 5,00 dengan kategori sangat setuju. Pada
variabel keahlian nilai rata-rata (mean) 4,03 menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, jawaban
responden terendah 3,00 dengan kategori netral, dan jawaban tertinggi 4,60
mendekati 5,00 dengan kategori sangat setuju. Hal ini berarti bahwa responden
telah memiliki struktur audit dan keahlian yang cukup baik dalam melaksanakan
pemeriksaan.
Pada variabel independensi nilai rata-rata 4,48 menunjukkan bahwa
responden cenderung memilih jawaban dengan kategori setuju, jawaban
responden terendah 3,60 mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, dan jawaban
tertinggi 5,00 dengan kategori sangat setuju. Pada variabel gaya kepemimpinan
nilai rata-rata 4,16 menunjukkan bahwa responden cenderung memilih jawaban
dengan kategori setuju, jawaban responden terendah 3,43 mendekati nilai 3,00
dengan kategori netral, dan jawaban tertinggi 5,00 dengan kategori sangat setuju.
Hal ini berarti bahwa responden telah memiliki independensi dan gaya
kepemimpinan yang cukup baik dalam melaksanakan pemeriksaan.

Universitas Sumatera Utara

Pada variabel reward nilai rata-rata 4,09 menunjukkan bahwa responden
cenderung memilih jawaban mendekati nilai 4,00 dengan kategori setuju, jawaban
responden terendah 3,40 mendekati nilai 3,00 dengan kategori netral, dan jawaban
tertinggi 4,60 mendekati nilai 5,00 dengan kategori sangat setuju. Pada variabel
kinerja aparat pengawasan intern pemerintah nilai rata-rata 4,58 menunjukkan
bahwa responden cenderung memilih jawaban mendekati nilai 5,00 dengan
kategori sangat setuju, jawaban responden terendah 4,14 mendekati nilai 4,00
dengan kategori setuju dan jawaban tertinggi 5,00 dengan kategori sangat setuju.
Hal ini berarti bahwa responden telah memiliki reward, dan kinerja aparat
pengawasan

intern

pemerintah

yang

cukup

baik

dalam

melaksanakan

pemeriksaan.

5.3

Uji Kualitas Data
Uji kualitas

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 16

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah Pada Inspektorat Kabupaten Labuhanbatu Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 0 40

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) di Provinsi Sumatera Utara Dengan Motivasi Sebagai Variabel Moderating Chapter III VI

0 2 51

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 10

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 27

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 5

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dengan Reward sebagai Variabel Moderating pada Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 27