Pengan Perawat Dalam Pelaksanaan Mentorship di RSUP H. Adam Malik Medan Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi, yaitu suatu

pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan konsep dan makna mendasar dari
suatu fenomena yang dialami seseorang. Fenomenologi adalah studi tentang
“fenomena” yaitu penampilan, atau hal-hal yang muncul dalam pengalaman
seseorang atau suatu pendekatan yang bertujuan untuk menjelaskan konsep dan
makna mendasar dari suatu fenomena yang dialami seseorang (Polit & Beck,
2012).
Fenomena yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengalaman perawat
dalam pelaksanaan mentorship di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengalaman
perawat akan digali berdasarkan sudut pandang dan pengalaman mereka, maka
penelitian ini menggunakan fenomenologi deskriptif.
Polit dan Beck (2012), menyatakan fenomenologi deskriptif adalah
pengalaman yang secara sadar dialami oleh partisipan dan hal-hal termasuk
mendengar, melihat, percaya, merasa, mengingat, memutuskan, mengevaluasi dan

bertindak. Peneliti melakukan langkah-langkah dengan kaidah fenomenologi
deskriptif yaitu mengidentifikasi tiga langkah dalam proses fenomenologi
deskriptif, yaitu intuiting, analyzing, describing. Pada langkah pertama; intuiting,
peneliti menyatu secara total dengan fenomena perawat dalam pelaksanaan
mentorship dengan mempelajari berbagai literatur. Proses pengumpulan data,

29
Universitas Sumatera Utara

30

peneliti menjadi alat pengumpul data dan mendengarkan deskripsi yang diberikan
perawat selama wawancara berlangsung. Selanjutnya data tentang pengalaman
ditranskripkan dan ditelaah berulang-ulang. Pada langkah kedua; analyzing,
peneliti mengidentifikasi esensi fenomena pengalaman dengan mengeksplorasi
hubungan dan keterkaitan antara elemen-elemen tertentu dengan fenomena
tersebut.

Selanjutnya


pada

langkah

ketiga;

describing,

peneliti

mengkomunikasikan dan memberikan gambaran tertulis dari elemen atau esensi
yang kritikal dideskripsikan secara terpisah dan kemudian dalam konteks
hubungannya terhadap satu sama lain dari pengalaman perawat tersebut.

3.2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016,

karena dengan pertimbangan:
1. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit pemerintah kelas A
sebagai rumah sakit model dan percontohan di kota Medan
2. RSUP H. Adam Malik Medan telah melaksanakan mentorship yang bersifat
informal.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

31

3.3.

Partisipan
Dalam kegiatan penelitian yang menjadi partisipan adalah para partisipan

yang berkompeten dan mempunyai relevansi dengan penelitian. Partisipan
penelitian merupakan subjek yang memberikan informasi tentang fenomenafenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan. Partisipan dalam penelitian ini
ditentukan dengan teknik purposive sampling yaitu partisipan yang dipilih atau

yang dituju diyakini berkompeten dan mau memberikan informasi yang terkait
dengan masalah yang diteliti. Karena masalah yang diteliti berkaitan dengan
pelaksanaan mentorship, maka partisipan yang terkait adalah perawat.
Prinsip dasar sampling dalam penelitian kualitatif adalah saturasi data, yaitu
sampling sampai pada suatu titik kejenuhan dimana tidak ada informasi baru yang
didapatkan dan pengalaman tercapai (Polit & Beck, 2012). Partisipan dalam
penelitian ini sebelumnya direncanakan 12-15 partisipan dengan kriteria inklusi
partisipan yaitu; perawat dengan jenjang karir PK 2 dan PK 3, kepala ruangan dan
ketua tim dan di ruang Penyakit Jantung Terpadu (PJT). Namun pada saat
pengumpulan data ada partisipan yang sudah dipindah tugaskan ke instalasi lain,
ada yang cuti dan ada yang menolak untuk dijadikan partisipan dalam penelitian,
sehingga partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang.

3.4.

Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan metode, alat dan

prosedur pengumpulan data sebagai berikut:


Universitas Sumatera Utara

32

3.4.1. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
wawancara secara mendalam (in-depth interview) yang dilakukan oleh peneliti
sendiri dengan durasi 60 menit. Metode wawancara secara mendalam (in-depth
interview) atau disebut juga sebagai wawancara tak terstruktur bertujuan untuk
memperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua partisipan, tetapi
susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri tiap partisipan. Metode
wawancara mendalam menggunakan panduan wawancara yang berisi butir-butir
pertanyaan untuk diajukan kepada partisipan. Hal ini hanya untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan wawancara, menggali informasi, keterangan, data, dan
selanjutnya tergantung improvisasi dari peneliti sewaktu berada di lokasi
penelitian.
3.4.2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuisioner data
demografi, panduan wawancara dan field note. Alat pengumpulan data utama
dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan kata lain peneliti sebagai

instrumen

penelitian.

Peneliti

melakukan

studi

fenomenologi

dengan

menggunakan dirinya sendiri untuk mengumpulkan data yang kaya tentang
pengalaman perawat sebagai pelaksana dalam kegiatan mentorship.
Peneliti menggunakan kuisioner data demografi partisipan yang mencakup
inisial, jenis kelamin partisipan, pendidikan, suku bangsa dan lama bekerja. Selain
itu, peneliti juga menggunakan panduan wawancara selama proses pengumpulan
data.


Universitas Sumatera Utara

33

Panduan wawancara tersebut berisi pertanyaan yang diajukan kepada
patisipan yang sebelumnya panduan wawancara dan sudah dilakukan uji validitas
kepada 3 orang expert, dimana pertanyaan tersebut dibuat sendiri oleh peneliti.
Panduan wawancara dibuat berdasarkan landasan teori yang relevan dengan
masalah yang akan digali dalam penelitian. Panduan wawancara dibuat
mendalam, dimulai dengan pertanyaan terbuka, dan tidak bersifat kaku.
Pertanyaan dapat berkembang sesuai proses yang sedang berlangsung selama
wawancara tanpa meninggalkan landasan teori yang telah ditetapkan. Panduan
wawancara dibuat untuk memudahkan peneliti supaya jalannya wawancara
menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu panduan
wawancara digunakan untuk mengingatkan peneliti terhadap pokok permasalahan
yang dibahas (Speziale & Carpenter, 2003).
Catatan

lapangan


(field

note)

juga

digunakan

peneliti

untuk

mengumpulkan data. Catatan lapangan (field note) merupakan catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dipikirkan dalam rangka pengumpulan
data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Catatan lapangan
berupa dokumentasi respon non verbal selama proses wawancara berlangsung.
Hasil catatan lapangan pada peneltian ini berisi tanggal, waktu, suasana
tempat, deskripsi atau gambaran partisipan, serta respon non verbal partisipan
selama proses wawancara. Hasil catatan lapangan tersebut memperkuat temuan

observasi sehingga memperkaya data yang diperoleh (thick description). Peneliti
menggunakan alat perekam suara recorder untuk merekam percakapan selama
wawancara. Kemudian hasil wawancara diketik dalam bentuk transkrip.

Universitas Sumatera Utara

34

3.4.3. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan surat
izin lulus uji etik (ethical clearence) dan izin penelitian dari Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Surat tersebut diserahkan kepada
bagian penelitian dan pengembangan RSUP.H. Adam Malik Medan. Berdasarkan
izin dari rumah sakit tempat penelitian, peneliti menyampaikan surat izin tersebut
ke bagian instalasi Ruang Penyakit Jantung Terpadu (PJT) yaitu instalasi yang
dijadikan peneliti sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat izin dari instalasi
PJT, peneliti mengunjungi ruangan rawat inap yang akan dijadikan tempat
penelitian, ruangan yang dijadikan tempat penelitian adalah lantai 2, 3 dan 4.
Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan pertama, peneliti melakukan
pilot study yang bertujuan sebagai latihan dalam melakukan teknik wawancara.

Pilot study dilakukan pada 1 partisipan, dan dilakukan di ruang RA4. Setelah itu,
hasil wawancara dari pilot study dibuat dalam bentuk transkrip. Selanjutnya
peneliti mengkonsultasikan hasil dari pilot study dengan pembimbing. Setelah
mendapat persetujuan pembimbing, kemudian peneliti melanjutkan wawancara
kepada partisipan berikutnya.
Tahap selanjutnya, peneliti melakukan pendekatan dengan masing-masing
partisipan sesuai dengan criteria inklusi peneliti. Pendekatan (prolonged
engagement) dilakukan peneliti berlangsung selama 1 minggu, pendekatan
(prolonged engagement) bertujuan untuk meningkatkan hubungan saling percaya
antara peneliti dengan partisipan sekaligus tahap pengenalan situasi dan kondisi
perawat dalam pelaksanaaan mentorship.

Universitas Sumatera Utara

35

Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan tentang
maksud dan tujuan penelitian. Setelah itu peneliti memberikan informed consent
untuk mendapatkan persetujuan menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Kemudian jika partisipan bersedia, dilanjutkan dengan membuat kontrak waktu

dan tempat untuk wawancara. Semua wawancara dilakukan dengan kondisi
tenang, nyaman dan menjaga privasi partisipan.
Tahap selanjutnya, setelah kesepakatan didapat, sesuai dengan kontrak
yang telah disepakati bersama partisipan. Peneliti meminta izin untuk merekam
percakapan selama wawancara berlangsung. Wawancara dilakukan dengan
metode indepth interview dengan durasi 60 menit. Pertanyaan yang diajukan
selama wawancara berdasarkan panduan wawancara yang telah ada. Kemudian
melanjutkan mengajukan berbagai pertanyaan dengan menggunakan teknik
probing.
Teknik diam (silent) juga digunakan peneliti sebagai cara untuk
memberikan kesempatan kepada partisipan untuk mengingat kembali dan
menceritakan pengalamannya. Pada tahap wawancara berlangsung peneliti juga
berupaya untuk tidak mengarahkan jawaban partisipan dan membiarkan pastisipan
mengungkapkan pengalamannya secara bebas terhadap pertanyaan yang diajukan
selama proses wawancara sehingga data yang diperoleh merupakan informasi
alamiah yang sesuai dengan pengalaman partisipan.
Setelah peneliti mendapat jawaban terhadap seluruh pertanyaan, penelti
mengucapkan terima kasih dan mengadakan perjanjian kembali jika nanti masih
ada data yang masih diperlukan dan untuk melakukan validasi hasil transkrip yang

Universitas Sumatera Utara

36

nantinya dibuat peneliti. Tahap selanjutnya peneliti membuat hasil wawancara ke
dalam bentuk transkrip, setelah transkrip selesai dibuat oleh peneliti, peneliti
melakukan member chek kepada partisipan, hal ini dilakukan peneliti untuk
meyakinkan kesesuaian dengan fakta yang telah diungkapkan partisipan, setelah
semua transkrip dibaca oleh masing-masing partisipan dan dirasa sesuai dengan
yang diungkapkan, peneliti meminta partisipan untuk menandatangani transkrip
tersebut, sesuai dengan kolom member chek yang telah disediakan peneliti. Tahap
akhir peneliti menyampaikan bahwa proses penelitian telah selesai kepada
partisipan.

3.5.

Variabel dan Defenisi Operasional
Variabel penelitian ini adalah pengalaman perawat dalam melaksanakan

program

mentorship.

melaksanakan

program

Definisi

operasional

mentorhip

yaitu

pengalaman

suatu

metode

perawat
bimbingan

dalam
dan

pembelajaran yang dilakukan berdasarkan jenjang karir dan dilakukan oleh 1
orang yang berpengalaman (mentor) kepada 1 orang yang kurang dan atau tidak
berpengalaman (mentee) melalui kegitan belajar, bimbingan dan pengawasan
dalam hal tindakan keperawatan dan pelayanan kesehatan yang sebelumnya
tergantung menjadi mandiri dalam melaksanakan setiap tindakan keperawatan dan
pelayanan kesehatan.
3.6.

Metode Analisis Data
Setelah melakukan proses pengumpulan data, maka peneliti melakukan

analisis data. Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan

Universitas Sumatera Utara

37

pendekatan dari Colaizzi (1978, dalam Speziale & Carpenter, 2003) karena
metode ini memberikan langkah-langkah yang sederhana, jelas, dan rinci.
Tahapan metode analisis data dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membaca dan menyalin seluruh deskripsi wawancara yang telah diungkapkan
oleh partisipan.
Dalam proses analisis ini, pernyataan partisipan ditranskripsi dari audio
rekaman wawancara dengan masing-masing partisipan. Menurut Colaizzi
(1978a), narasi tidak perlu ditulis kata demi kata, asalkan esensi dari apa yang
partisipan sampaikan pada saat wawancara terjaring dalam transkrip. Transkrip
wawancara kemudian divalidasi oleh partisipan yang bersangkutan.
2. Melakukan ekstraksi terhadap pernyataan signifikan (pernyataan yang secara
langsung berhubungan dengan fenomena yang diteliti).
Setiap pernyataan dalam transkrip partisipan yang berhubungan langsung
dengan fenomena yang diteliti dianggap signifikan. Pernyataan yang signifikan
diekstraksi dari masing-masing transkrip dan diberikan nomor. Pernyataan
signifikan secara numerik dimasukkan ke dalam daftar (mis., 1,2,3,4, ....) yaitu
kumpulan dari seluruh pernyataan signifikan.
3. Menguraikan makna yang terkandung dalam pernyataan signifikan.
Dalam tahap analisis ini, Colaizzi (1978a) menyarankan agar peneliti
berupaya untuk memformulasikan kembali pernyataan signifikan umum
diekstraksi dari transkrip partisipan.
4. Menggabungkan makna yang dirumuskan ke dalam kelompok tema.
Colaizzi (1978a) menyarankan peneliti untuk menetapkan atau mengatur
makna yang telah dirumuskan ke dalam kelompok sejenis. Dengan kata lain,

Universitas Sumatera Utara

38

makna yang dirumuskan dikelompokkan ke dalam kelompok tema. Artinya,
beberapa pernyataan mungkin berhubungan.
5. Mengembangkan sebuah deskripsi tema dengan lengkap (deskripsi yang
komprehensif dari pengalaman yang diungkapkan partisipan)
Sebuah deskripsi yang lengkap dikembangkan melalui sintesis dari semua
kelompok tema dan makna yang dirumuskan dijelaskan oleh peneliti.
6. Mengidentifikasi landasan struktur dari fenomena tersebut.
Struktur dasar mengacu kepada esensi dari fenomena pengalaman yang
diungkapkan dengan analisis ketat dari setiap deskripsi lengkap dari fenomena
tersebut.
7. Kembali ke partisipan untuk melakukan validasi.
Sebuah janji untuk tindak lanjut dibuat antara peneliti dengan masing –
masing partisipan untuk tujuan memvalidasi esensi dari fenomena dengan
partisipan. Setiap perubahan yang dibuat disesuaikan dengan umpan balik
partisipan

untuk

memastikan

makna

yang

dimaksudkan

partisipan

tersampaikan dalam struktur dasar dari fenomena tersebut. Integrasi dari
informasi tambahan oleh partisipan untuk dimasukkan ke dalam deskripsi final
dari fenomena yang terjadi saat ini.
Dalam melaksanakan analisis data yang didapat dari hasil wawancara,
peneliti menggunakan bantuan software NVivo Versi 11.0 (Trial) Proses analisis
data dalam penelitian ini dilakukan secara content analysis segera setelah selesai
setiap proses wawancara, yaitu bersamaan dengan dibuatnya transkrip data.

Universitas Sumatera Utara

39

3.7.

Keabsahan Data
Lincoln dan Guba (1994, dalam Polit & Beck, 2012) mengemukakan

bahwa tingkat keabsahan data (trustworthiness of data) hasil penelitian dapat
dipercaya dengan memvalidasi data menurut beberapa kriteria, yaitu credibility,
transferability, dependability, confirmability dan authenticity.
Credibility mengacu pada keyakinan kebenaran data dan interpretasi data.
Peneliti kualitatif harus berusaha untuk membangun kepercayaan dalam
kebenaran temuan bagi peserta dan konteks penelitian. Kredibilitas melibatkan
dua aspek; pertama, melakukan penelitian dengan cara yang dapat meningkatkan
kepercayaan dari temuan, dan kedua, mengambil langkah-langkah untuk
menunjukkan kredibilitas dalam laporan penelitian. Beberapa teknik yang dapat
dilakukan peneliti untuk mempertahankan credibility antara lain teknik prolonged
engagement dan member check.
Transferability mengacu pada sejauh mana hasil temuan dapat ditransfer
atau diterapkan pada kelompok atau populasi yang lain. Hal ini bergantung pada
pengetahuan seorang peneliti tentang konteks pengirim dan konteks penerima.
Peneliti akan menguraikan secara rinci tentang data terkait dengan latar belakang
dan fenomena yang terjadi serta temuan di tempat penelitian untuk
memungkinkan perbandingan yang akan dibuat tentang temuan yang akan
didapat. Semua data tersebut dibuat dalam satu deskripsi tebal (thick description)
untuk memungkinkan seseorang tertarik dalam membuat transfer untuk mencapai
kesimpulan apakah transfer dapat dipikirkan sebagai kemungkinan.

Universitas Sumatera Utara

40

Dependability mengacu pada stabilitas (reliability) data dari waktu ke
waktu dan kondisi.Artinya bahwa jika pekerjaan itu diulang dalam konteks yang
sama, dengan metode yang sama dan dengan peserta yang sama maka hasil yang
sama akan diperoleh. Peneliti melaporkan secara detail setiap proses penelitian
kepada pembimbing untuk menilai apakah proses dan hasil yang diperoleh sudah
sesuai sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian dapat lebih objektif.
Confirmability mengacu pada objektifitas atau netralitas data, dimana
tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti data.
Confirmability tercapai jika peneliti dapat meyakinkan orang lain bahwa data
yang dikumpulkan adalah data yang objektif, seperti apa adanya di lapangan.
Peneliti melakukan teknik triangulasi data. Triangulasi data dilakukan dengan
melakukan pengambilan data dengan cara In-depth interview dan self report.
Authenticity mengacu pada sejauh mana peneliti dengan adil dan dengan
tepat menunjukkan kenyataan yang terjadi. Keaslian muncul dalam laporan ketika
laporan tersebut dapat menyampaikan perasaan partisipan sebagaimana mereka
hidup. Sebuah teks memiliki keaslian jika dapat mengajak pembaca merasakan
sebuah pengalaman kehidupan yang digambarkan, dan memungkinkan pembaca
untuk mengembangkan kepekaan yang meningkat dengan masalah yang
digambarkan. Ketika teks mencapai keaslian, pembaca lebih mampu memahami
kehidupan yang digambarkan “in the round” dengan berbagai suasana hati,
perasaan, pengalaman, bahasa dan konteks hidup.

Universitas Sumatera Utara

41

3.8.

Pertimbangan Etik
Pengambilan data dilakukan setelah peneliti mendapatkan rekomendasi

dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Setelah mendapatkan izin, selanjutnya peneliti mencari partisipan
yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Partisipan dalam hal ini adalah
Perawat Klinik 2 dan 3 (PK 2 dan PK 3), kepala ruangan dan ketua tim, walaupun
demikian peneliti tetap mempergunakan etika penelitian untuk mengantisipasi
dampak yang timbul saat penelitian berlangsung.
Tahap awal, peneliti menjelaskan tujuan dari penelitian dan memberikan
informed consent berisi informasi penelitian, menjelaskan tujuan penelitian,
prosedur, resiko, ketidaknyamanan dan keuntungan serta harapan atas patisipasi
individu dalam penelitian. Secara operasional, peneliti memberikan lembaran
informed consent yang bila disetujui partisipan ditandatangani dan bila tidak,
partisipan bebas atas tindakannya. Individu memiliki kebebasan untuk memilih
tanpa kontrol eksternal, ia dapat menentukan apakah akan berperan serta dalam
penelitian ini atau tidak, ia dapat saja menarik diri dari penelitian tanpa ada
konsekuensi (Creswell, 2003).
Tahap selanjutnya, peneliti memperhatikan hak privasi dan martabat
(Right to privacy and dignity) yaitu dilakukan peneliti dengan menyapa/
memperlakukan partisipan sesuai dengan keinginan mereka untuk diperlakukan.
Memberikan lingkungan yang dapat menjamin kenyamanan partisipan untuk
mendapatkan privasi saat pengambilan data/wawancara dilakukan, lokasi dan
waktu disepakati sesuai dengan yang diinginkan partisipan. Demi menjaga privasi,

Universitas Sumatera Utara

42

wawancara dihentikan sementara disaat adanya gangguan datang. Wawancara
kembali dilanjutkan setelah kondisi kembali kondusif dan partisipan bersedia
diwawancara tak lama kemudian. Perekaman dan pengolahan data diolah
langsung oleh peneliti. Pada pelaksanaan hak mendapatkan perlakuan yang sama
(Right to fair treatment) individu diperlakukan adil, dan mendapatkan perlakuan
yang sama. Lingkungan penelitian dikondisikan agar memenuhi prinsip
keterbukaan yaitu kejelasan prosedur penelitian. Sebagai contoh dalam prosedur
penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek keadilan, siapapun partisipan, baik
perempuan atau laki-laki mendapatkan hak dan perlakuan yang sama baik
sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian. Peneliti juga
menerapkan hak privasi (the right to privacy) diterapkan peneliti dengan
memastikan bahwa privacy partisipan dipertahankan. Partisipan dalam penelitian
ini ada yang meminta kepada peneliti untuk data atau informasi yang telah
diberikan untuk disimpan dan dirahasiakan,dan peneliti menyetuji terkait dengan
hak privasi tersebut.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum RSUP H. Adam Malik Medan
RSUP H. Adam Malik merupakan pusat rujukan dari berbagai daerah di
seluruh provinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik dikelola oleh pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara, terletak di lahan yang
luas di pinggiran kota Medan yang beralamat di Jalan Bunga Lao no 17 Medan.
RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 1990 sebagai rumah sakit kelas A sesuai
dengan SK Menkes No.335/Menkes/VII/1990, dan pada tahun 1991 sebagai rumah
sakit pendidikan dengan SK Menkes No.502/Menkes/SK/IX/1991. RSUP H. Adam
Malik Medan mulai beroperasi secara menyeluruh pada tahun 1993 yang
diresmikan langsung oleh mantan presiden RI yaitu H.Soeharto. RSUP H Adam
Malik Medan merupakan unit organisasi di lingkungan Departemen Kesehatan
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pelayanan
Medik. Visi RSUP H.Adam Malik Medan yaitu “Menjadi Rumah Sakit Pendidikan
dan Pusat Rujukan Nasional yang terbaik dan bermutu di Indonesia pada tahun
2019”, dengan Misi :1) melaksanakan pelayanan, pendidikan, penelitian dan
pelatihan di bidang kesehatan yang paripurna, bermutu dan terjangkau, 2)
melaksanakan pengembangan kompetensi SDM secara berkesinambungan, 3)
mengampu RS jejaring dan rumah sakit di wilayah Sumatera.
RSUP H. Adam Malik merupakan Rumah Sakit yang melaksanakan
Mentorship yang bersifat informal, dalam penelitian ini peneliti berfokus pada

43
Universitas Sumatera Utara

44

ruangan Penyakit Jantung Terpadu (PJT). Wawancara dilakukan di lingkup
Ruangan PJT dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari setiap
partisipan dan sesuai dengan kriteria partisipan. Ruangan PJT tersebut meliputi
ruangan rawat inap, yaitu ruangan lantai 2, 3 dan lantai 4.

4.2.

Karakteristik Demografi Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 9 perawat di Ruang Penyakit

Jantung Terpadu dan sesuai dengan kriteria penelitian. Partisipan dalam penelitian
ini selain sebagai Kepala Ruangan dan Ketua Tim juga sebagai mentor dalam
pelaksanan mentorship. Hasil penelitian berdasarkan karakteristik partisipan yang
akan dipaparkan meliputi jenis kelamin, pendidikan, suku dan lama bekerja.
Berdasarkan data yang diperoleh (tabel 4.1) menunjukkan bahwa
partisipan mayoritas berjenis kelamin perempuan (89%), pendidikan partisipan
mayoritas Ners (89%), suku mayoritas batak (78%) dan lama bekerja mayoritas >
10 tahun (67%). Data demografi partisipan ditampilkan secara rinci dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi dibawah ini:

Universitas Sumatera Utara

45

Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Partisipan
Data Demografi Partisipan
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Pendidikan
D3
Ners
S2 Keperawatan / Ners Spesialis
Suku
Batak
Jawa
Minang
Melayu
Aceh
Lama Bekerja
< 10 Tahun
> 10 Tahun

f

%

1
8

11
89

1
8
-

11
89
-

7
1
1

78
11
11

3
6

33
67

Sumber: Data Primer

4.3.

Pengalaman Perawat Dalam Pelaksanaan Mentorship di RSUP H.
Adam Malik Medan
Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil wawacara diperoleh beberapa

tema yaitu 1) melaksanakan mentorship yang bersifat informal bagi perawat, 2)
mendapatkan dukungan dalam melaksanakan mentorship, 3) mendapatkan
harapan dalam melaksanakan mentorship, 4) mendapatkan kendala dalam
melaksanakan mentorship.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 4 tema, 11 subtema, dan 27
kategori. Untuk tema 1 terdiri dari 4 subtema dan 11 kategori, tema 2 terdiri dari
3 subtema dan 6 kategori, tema 3 terdiri dari 1 subtema dan 4 kategori dan tema 4
terdiri dari 3 subtema dan 6 kategori. Berdasarkan tema-tema yang diperoleh,
terdapat 2 tema utama yang sesuai dengan teori dan hasil systematic review, yaitu

Universitas Sumatera Utara

46

: 1) melaksanakan mentorship yang bersifat informal bagi perawat; 2)
mendapatkan kendala dalam melaksanakan mentorship.
Tema baru yang diperoleh dari hasil analisa data ada 1 yaitu : 1) harapan
dalam melaksanakan mentorship dan 2) mendapatkan dukungan dalam
melaksanakan mentorship. Tema-tema ini akan dibahas secara terperinci untuk
memaknai pengalaman perawat dalam

pelaksanaan mentorship di RSUP H.

Adam Malik Medan.
4.3.1. Sub tema dan Kategori yang Ditemukan dalam Tema
1. Melaksanakan Mentorship yang Bersifat Informal

Gambar 4.1.

Skema Model Sub Tema dan Kategori pada Melaksanakan
Mentorship yang Bersifat Informal
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Subtema dan kategori berdasarkan tema “melaksanakan mentorship yang
bersifat informal” dapat dilihat pada gambar 4.1. Skema model subtema dan
kategori diperoleh melalui hasil uji model NVivo yaitu model to display nodes.

Universitas Sumatera Utara

47

Subtema yang didapat sebanyak 4 dengan kategori sebanyak 11. Adapun subtema
dan kategori tersebut antara lain jenis tindakan yang dibimbing dengan kategori
administrasi, dokumentasi keperawatan dan pelayanan keperawatan. Subtema
melaksanakan bimbingan dengan kategori breefing, situasional dan waktu
senggang, untuk subtema melaksanakan evaluasi dengan kategori berdasarkan
laporan dan lisan, observasi langsung dan tidak ada format khusus, sedangkan
subtema metode bimbingan dengan kategori bedside teaching dan role model.
2. Mendapatkan Dukungan dalam Melaksanakan Mentorship

Gambar 4.2. Skema Model Sub Tema dan Kategori pada Mendapatkan
Dukungan dalam Melaksanakan Mentorship
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Subtema dan kategori berdasarkan tema “mendapatkan dukungan dalam
melaksanakan mentorship” dapat dilihat pada gambar 4.2. Skema model subtema
dan kategori diperoleh melalui hasil uji model NVivo yaitu model to display
nodes. Subtema yang didapat sebanyak 3 dengan kategori sebanyak 6. Adapun
subtema dan kategori tersebut antara lain dukungan dari mentee dengan kategori
kemauan dan kerjasama. Subtema dukungan dari mentor dengan kategori

Universitas Sumatera Utara

48

pelatihan dan komunikasi, untuk subtema dukungan dari rumah sakit dengan
kategori fasilitas lengkap dan jadwal khusus setiap selasa.
3. Mendapatkan Harapan dalam Melaksanakan Mentorship

Gambar 4.3. Skema Model Sub Tema dan Kategori pada Mendapatkan
Harapan dalam Melaksanakan Mentorship
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Subtema dan kategori berdasarkan tema “mendapatkan harapan dalam
melaksanakan mentorship” dapat dilihat pada gambar 4.3. Skema model subtema
dan kategori diperoleh melalui hasil uji model Nvivo yaitu model to display
nodes. Subtema yang didapat sebanyak 1 dengan kategori sebanyak 4. Adapun
subtema dan kategori tersebut antara lain harapan dari mentor dengan kategori
jadwal dan waktu khusus, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, reward serta
standar dan format khusus.

Universitas Sumatera Utara

49

4. Mendapatkan Kendala dalam Melaksanakan Mentorship

Gambar 4.4. Skema Model Sub Tema dan Kategori pada Mendapatkan
Kendala dalam Melaksanakan Mentorship
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Subtema dan kategori berdasarkan tema “mendapatkan kendala dalam
melaksanakan mentorship” dapat dilihat pada gambar 4.12. Skema model subtema
dan kategori diperoleh melalui hasil uji model Nvivo yaitu model to display
nodes. Subtema yang didapat sebanyak 3 dengan kategori sebanyak 6. Adapun
subtema dan kategori tersebut antara lain kendala dari mentee dengan kategori
beban kerja, kesadaran dan usia. Subtema kendala dari mentor dengan kategori
waktu, untuk subtema kendala dari rumah sakit dengan kategori format dan
standart baku serta jadwal dan waktu khusus.

Universitas Sumatera Utara

50

4.3.2. Keterkaitan Antara Kategori dengan Sub Tema
1. Melaksanakan Mentorship yang Bersifat Informal
a. Jenis Tindakan yang Dibimbing

Gambar 4.5. Diagram Query “Jenis Tindakan yang Dibimbing”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema jenis tindakan yang
dibimbing dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.5. Untuk
kategori pelayanan dan tindakan keperawatan disampaikan partisipan 1, kategori
dokumentasi keperawatan disampaikan partisipan 1 dan 4, sedangkan kategori
administrasi disampaikan partisipan 3 dan 4. Berikut ini ungkapan dari masingmasing partisipan terkait jenis tindakan yang dibimbing antara lain :
1) Pelayanan dan tindakan keperawatan
“Melakukan tindakan kita baru di panggil. Lalu tadi bentuk
pemanggilannya berarti ada temannya juga untuk melihat yang tadi
contoh dia buat kesalahan. Karena tujuannya hanya satu , pelayanan
akan keperawatan terhadap pasien itu” [ P1 ].

Universitas Sumatera Utara

51

2) Dokumentasi keperawatan
“Ehmmm, contoh lainnya pemeriksaan asuhan keperawatanlah,
dokumentasi keperawatan kan kita lihat juga disitu, bagaimana cara dia
mendokumentasikan keperawatan kalau kita disinikan lebih kepada
pendokumentasi yah.” [ P1 ]
“enggak, kalau dokumentasi keperawatatan, itu masih sampai terus
berkelanjutan.” [ P4 ]
3) Administrasi
“Semua sih, mulai dari adminitrasi kan mereka juga pada enggak ngerti
kan, eee..... banyak tanya pasti kemudian tindakan dokter-dokternya
gitukan, ia semua lah,” [ P3 ]
“iya (administrasi) jadi saya tidak bisa memberikan waktunya berapa
lama kalau tindakan bisalah sampai sekian hari misalnya” [ P4 ]
b. Melaksanakan Bimbingan

Gambar 4.6. Diagram Query “Melaksanakan Bimbingan”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema melaksanakan
bimbingan dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.6. Untuk

Universitas Sumatera Utara

52

kategori

breefing disampaikan partisipan 1, 2, 5, 7, 8 dan 9, kategori

situasional disampaikan partisipan 3, 4 dan 5, sedangkan kategori waktu
senggang disampaikan partisipan 2 dan 3.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait jenis
melaksanakan bimbingan antara lain :
1) Breefing
“hmmmm, kalau pelaksanaannya paling cuman kalau hanya pekerjaan
untuk pada saat breefing pagi lah betul-betul kita lakukan apa yang kita
biasa lakukan, yah karena yahhh terkait ini juga waktu khusus kita cari
itu cukup sulit yah.” [ P1 ]
“Itu habis pelatihan, kami kan di sini rutin breefing setiap pagi jadi nanti
habis breefing, biasanya kepala ruangan kami nanti” [ P2 ]
“oh pas breefing pagi, maksudnya ada SOP terbaru umpamanya..
sekarang untuk cara identifikasi pasien umpamanya sesuai SOP terbaru
yang telah diedarkan.” [ P5 ]
“misalnya kan kalau kita disini saya sebagai kepala ruangan mendapat
kesempatan lebih dulu misalnya pelatihan ,katakan tadi terapi cairan,
saya dalam breefing pagi akan memberikan apa yang saya tau kepada
katim,” [ P7 ]
“kalau ada masalah biasanya diluar jam kerja ….biasanya 1 ruangan tau
…nah besok di breefing itu di bicarakan rame-rame, gak tim saya saja
tapi semua tim” [ P8 ]
“jadi bisa lah nanya-nanya juga sama adik-adik ini…kayak gitu kan,
jadikan disini kalau ada breefing pagi kita disitulah sharing-nya apa yang
mau diutarakan apa yang kita tau dan kawan-kawan juga yang tau
disitulah di-sharing kan gitu” [ P9 ]

Universitas Sumatera Utara

53

2) Situasional
“jadi pas ada waktu luang kita ajak ngobrol kira-kira, udah ngertikan
pengenceran obat gituloh tapi lihat sikon keadaan pasien, situasional lah
kak, kalau pasien keadaan rame enggak bisa, kalau sepi kayak gini, kita
sharing-sharing gitu, kira-kira engak bisanya dimana.” [ P3 ]
“ iya yang informal kayak gitu, liat situasional lah” [ P4 ]
“Kita selipkan juga...ya situasional lah, misalnya cara monitoring pasien
jantung itu ada yang terbaru” [ P5 ]
3) Waktu senggang
“Jadi misal nya kalau saya sih yang selama ini saya berikan misal nya
ada diskusi antara saya dengan teman-teman, misal nya ada waktu yang
agak senggang di situlah dan jika menemukan masalah,” [ P2 ]
“yang mau saya ajak ngobrol itu yang ship sore kan mereka kalau masih
sore dari jam 3 ke jam 4 itu kan masih jam sibuk-sibuk nya mulai ngelap
pasien, apa semuanya, ya udah saya tunggu waktu agak senggang dulu, ia
saya lah agak kebanyakan menunggu, saya tunggu kan, ya udah dan apa
ada yang mau saya sampai kan, itu saya katakan” [ P3 ]
c. Melaksanakan Evaluasi

Gambar 4.7. Diagram Query “Melaksanakan Evaluasi”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0

Universitas Sumatera Utara

54

Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema melaksanakan
evaluasi dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.7. Untuk
kategori berdasarkan laporan dan lisan disampaikan partisipan 2, 3, 5 dan 8,
kategori observasi langsung disampaikan partisipan 3 dan 5, sedangkan
kategori tidak ada format khusus disampaikan partisipan 2, 3 dan 4.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
melaksanakan evaluasi antara lain :
1) Berdasarkan laporan dan lisan
“Contoh hanya laporan nya secara lisan aja sih. Gak pernah emang
setahu saya belum pernah ada seperti itu dari saya masuk pertama.” [P2]
“Kalau yang kemarin itu saya negosiasikan dengan kepala ruangan, cuma
kami baru dapat laporan lisan aja gitu kek mana si Anu ..” [ P3 ]
“ya, biasanya berdasarkan laporan, kawannya dinas biasanya melapor
perawat-perawat kawannya disini agak kurang,” [ P5 ]
"ke Karu.. Cuma kita selama ini belum ada dikasih untuk format laporan..
ee..ee..format evaluasi ya kita sebut”, hanya masih bentuk laporan lisan"
[ P8 ]

2) Observasi langsung
“bisanya kan kalau formal kan apa namanya ada format atau evaluasi,
kami disini cuma evaluasi ya kita lihat atau observasi langsung,” [ P3 ]
“penilaiannya itu memang harus ada tidak bisa
mentorship…: oh si Anu udah...hanya observasi” [ P5 ]

umpamanya

Universitas Sumatera Utara

55

3) Tidak ada format khusus
“Misalnya untuk penilain mentee harus ada format khusus lah masing –
masing yang seragam gitu lah” [ P2 ]
“Sepertinya sih , kayak ya karena tidak ada format khusus atau standart
baku itu masih yang tergolong informal lah ia,” [ P3 ]
“gak …gak ada format khusus untuk penilaian” [ P5 ]
d. Metode Bimbingan

Gambar 4.8. Diagram Query “Metode Bimbingan”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema metode bimbingan
dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.8. Untuk kategori
bedside teaching disampaikan partisipan 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 sedangkan
kategori role model disampaikan partisipan 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 9.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait metode
bimbingan antara lain :
1) Bedside teaching
“ehhhhh…seperti ini caranya, kita yang melakukannya lalu setelah itu
bedside teaching” [ P1 ]

Universitas Sumatera Utara

56

“sebelum-sebelum nya mungkin agak lupa gitu mungkin kita review cobak
langsung ke pasien langsung si orang yang bersangkutan saya liat dulu,
apakah dia mengalami kesulitan baru kita ajarkan kembali secara
langsung di samping pasien, ya bedside teaching, gitu” [ P2 ]
“Pertama kali dicontohkan terlebih dahulu, role model gitu...Ia pertama
kita harus lihat, kita pastikan dengan cara bedside teaching setelah
beberapa kali dicontohkan” [ P3 ]
“pertama saya kasih contoh cara nya seperti apa, role model dulu lah
baru dia melakukannya besok nya saya melihat lagi sampai benar-benar
saya yakin bahwa dia sudah bisa baru dia sudah bisa melakukan nya lagi,
tentunya sudah langsungke pasien, bedside teaching” [ P4 ]
“langkah awalnya kita lihat kalau memang perlu dibimbing, terutama kita
kasih bimbingan secara teori, mungkin memang gak tahu teorinya, setelah
itu bedside teaching lah, contoh gamblangnya perhitungan dosis obat teori
pertamanya itu.” [ P5 ]
“iya terkadang dicontohkan dulu, ya role model jadi kita menjelaskan
bukan hanya cerita tapi juga langsung ke pasien..bedside teaching, gitu”
[ P6 ]
“untuk dalam satu tindakan misalnya memasang infus itu contohyang
paling sederhana ya. Memasang infus sesuai dengan SOP itu kan harus
di dibagi ke yang tidak tahu dengan cara kita yang mencontohkan
terlebih dahulu baru ke pasien...bedside teaching ya” [ P7 ]
2) Role model
“Teman-teman ada yang kasih tau cara, gini loh gini caranya ehhh
istilahnya kita ehhhhh prakteklah disitu..ya role model dululah” [ P1 ]
“Kebanyakan kita ajarkan dulu, ya kita sebagai role model” [ P2 ]
“Pertama kali dicontohkan terlebih dahulu, role model gitu...Ia pertama
kita harus lihat, kita pastikan” [ P3 ]

Universitas Sumatera Utara

57

“kalau ke mahasiswa preseptor ya ? kalau ini mentor itu sebagai role
model , sebagai panutan atau sebagai contoh gitu ya” [ P4 ]
“role model itu maksudnya seseorang bisa jadi contoh kepada yang lain
atau panduan bagi orang umpamanya mengerjakan ini dan itu...itu
namanya role model” [ P5 ]
“iya terkadang dicontohkan dulu, ya role model jadi kita menjelaskan
bukan hanya cerita tapi juga langsung ke pasien” [ P6 ]
“disela-sela waktu bekerja lah, kita sebagai role model, jangan sampaisampai adik-adik ini tidak tahu”. [ P9 ]
2. Mendapatkan Dukungan dalm Melaksanakan Mentorship
a. Dukungan dari Mentee

Gambar 4.9. Diagram Query “Dukungan dari Mentee”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema dukungan dari
mentee dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.9. Untuk
kategori kemauan disampaikan partisipan 1 dan 3 sedangkan kategori
kerjasama disampaikan partisipan 3.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
dukungan dari mentee antara lain :

Universitas Sumatera Utara

58

1) Kemauan
“Kemauan juga dari SDM nya yah” [ P1 ]
“Faktor pendukung ya, dari diri sendiri lah ya kan, kemauan saya dan
ada kemauan juga yang mau dibimbing ya kan, kalau enggak ya
pastinya enggak berjalan” [ P3 ]
2) Kerjasama
“kadang-kadang kekmana di bilang ya, tapi kegiatan di lapangan itu
kadang-kadang serabutan gitu, jadi harus dipantau gitu, jadi kita
kerjasama dengan dia itu masih kurang gimana gitu” [ P3 ]
b. Dukungan dari Mentor

Gambar 4.10. Diagram Query “Dukungan dari Mentor”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema dukungan dari
mentor dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.10.
Untuk kategori komunikasi disampaikan partisipan 3, 5, 7, 8, dan 9
sedangkan kategori pelatihan disampaikan partisipan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7
dan 9.

Universitas Sumatera Utara

59

Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
dukungan dari mentor antara lain :
1) Komunikasi
“Ya komunikasi yang tadi, istilahnya lah ia tidak tersinggung,
pekerjaan kita lancar gitu lah ya kan, ya kalau apa kan kita ikut
bantu lah kan, kalau memang pasien nya enggak banyak, dan obat
yang mau disuntikan enggak banyak,” [ P3 ]
“Kalau leader tidak mampu baru naik ke katim atau saya. Karena
kita ada komunikasi antar ruangan ini.” [ P5 ]
“ya itu dia, ada beberapa katim kan pelakasana saya akan
membacakan apa yang saya dapat dengan catatan SPO nya harus
juga sesuai, kemudian kita ada apa namanya istilahnya komunikasi
2 arah, setelah saya sampaikan saya akan bertanya kepada teman2
aa apakah sudah mengerti” [ P7 ]
“kerja sama ya, perawat assosiate saya kerja samanya ok,
komunikasi ok, terus memang care, ee.. itu enakk...” [ P8 ]
“kami tukaran jaga dan memang kayak gitu yang dituntut ya yang
jaga pagi sianu sianu kayak gitu lah …komunikasi jadi Patient
Safety yang 6 ini memang kita tunjukkan juga jadi kan udah
kayakmana kejadiannya apa semuanya yang itu dijalankan lah dan
diusahakan” [ P9 ]
2) Pelatihan
“Saya gitu ehhh ada ikut pelatihan apa training apa gitu lah, ntar
kita berbagi itu loh share ke yang lain pada saat breefing.” [ P1 ]
“Jadi nanti yang habis pelatihan langsung menyampaikan apa isi
pelatihan saat kemarin di terimanya.” [ P2 ]
“Enggak ada sih target, cuman kalau disini, eee... klau disini khusus
kayak saya kan sudah ada pelatihan,” [ P3 ]

Universitas Sumatera Utara

60

“Faktor pendukung mungkin saya nya dikasih pelatihan jadi kita yg
ajarin ka.. kita yg tau dulu.. baru bisa ngajari yang lain.” [ P4 ]
“umpamanya si A sudah pelatihan itu di share juga atau
keterampilan-keterampilan tekhnik keperawatan terbaru itu apa...itu
juga kita akan ajarkan ke kawan kita atau atau anggota- anggota
dan adek-adek kita.” [ P5 ]
“biasanya kalau kita dapat pelatihan gitu diberikan untuk semua
tim.” [ P6 ]
“misalnya kan kalau kita disini saya sebagai kepala ruangan
mendapat kesempatan lebih dulu misalnya pelatihan ,katakan tadi
terapi cairan, saya dalam breefing pagi akan memberikan apa yang
saya tau kepada katim,” [ P7 ]
“Ya semua dapat, kan terus seperti pelatihan-pelatihan kayak gitu
berbeda orang yang satu dengan yang lain berbeda
pembelajarannya dan yang didapatnya, jadi kita kan sharing kayak
gitu….yah saling berbagi biar pengetahuannya semuanya sama”
[ P9 ]
c. Dukungan dari Rumah Sakit

Gambar 4.11. Diagram Query “Dukungan dari Rumah Sakit”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema dukungan dari
rumah sakit dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.11.

Universitas Sumatera Utara

61

Untuk kategori fasilitas lengkap disampaikan partisipan 2, 3, 4, 5, dan 7
sedangkan kategori jadwal khusus setiap selasa disampaikan partisipan 1,
4 dan 5.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
dukungan dari rumah sakit antara lain :
1) Fasilitas lengkap
“Kalau dari RS ya...fasilitas lengkap” [ P2 ]
“Ya fasilitas lengkap disini” [ P3 ]
“Faktor pendukug di RS ini fasilitas sudah lengkap” [ P4 ]
“ya fasilitas lengkap” [ P5 ]
“pihak-pihak direksi untuk fasilitas lengkap. Sehingga kami pun
melakukannya pelayanannya dengan baik” [ P7 ]
2) Jadwal khusus setiap selasa
“Nah pada saat jadwal khusus setiap selasa untuk instalansi dari lantai
1-4, disitu dia presentasi apa yang dia dapatkan, ini loh kita kemarin
dapat ilmu baru tentang suatu keperawatan yang gini gini gitu, di
sharing sama kita” [ P1 ]
“setiap pertemuan selasa ini misalnya membahas apa masalahmasalah kayak gitu, dan kalau yang belajar baru pulang dari pelatihan
dan DRK kak” [ P4 ]
“kalau di instalasi ini setiap selasa ada” [ P5 ]

Universitas Sumatera Utara

62

3. Mendapatkan Harapan dalam Melaksanakan Mentorship
a. Harapan dari Mentor

Gambar 4.12. Diagram Query “Harapan dari Mentor”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0

Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema harapan dari
mentor dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.12. Untuk
kategori jadwal dan waktu khusus disampaikan partisipan 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8
dan 9. Kategori pendidikan dan pelatihan bekelanjutan disampaikan
partisipan 1. Kategori reward disampaikan partisipan 5, sedangkan
kategori standart dan format khusus disampaikan partisipan 2 dan 5.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
harapan dari mentor antara lain :
1) Jadwal dan waktu khusus
“Kalau kita minta jadwal khusus minta waktu eh…eh… kita juga
gimana yah , terbataslah ibaratnya yah” [ P1 ]
“Dan maunya ada juga, ada istilah ada format khusus, karena tidak
ada format khusus untuk penilaian istilahnya seragam untuk staff
Adam Malik” [ P2 ]

Universitas Sumatera Utara

63

“untuk kontrak kedepan ya lah ya kan, kontrak waktu, misalkan si
anu, tapi enggak lama lah, enggak sekedar serabutan aja, ini apa gini
pas kita lihat si A, ohh dia agak susah di bidang A misalkan, buatlah
waktu, waktu khusus lah kayak yang ibu bilang tadi ada waktu
mementoring-nya kan, jadi nanti kita kontrak ya dek, bisanya dia dan
saya.” [ P3 ]
“maunya harus continue lah dan jadwalnya nggak setiap hari pun
harus ada jadwalnya untuk misalnya mau seminggu sekali kayak
misalnya pertemuan selasa itu benaran pertemuan untuk DRK” [ P4 ]
“yaa e..e..e..mungkin kalo dikasi jadwal khusus bisa berjalan dengan
baik, karena selama ini kalo hampir setiap hari gak sempat, misalnya
kalau sift pagi itu kan terbatas 15 menit” [ P6 ]
“memberi waktu yang terbaik buat teman-teman, untuk bisa dimentoring dengan tidak buru-buru” [ P7 ]
“jadikan ee...ee.. saya kebagian sore sama malam untuk jaga, ada
lagi jaga sore dan malam khusus untuk pengawas adam malik ..emm..
gitu” [ P8 ]
“untuk kedepannya ee...ee...saya berharap untuk kedepannya, waktu
khusus lah jika bisa dan update pengetahuan terus ya, jangan sampai
adek yang kita mentorin lebih pandai dari kita, dan saran ke pihak
manajemen,” [ P9 ]
2) Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan
“ahhhhh , terkait dengan adanya kesempatanlah, kita diberi
kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan yah pendidikan
berkelanjutan dan pelatihan” [ P1 ]
3) Reward
“yang ngasih bimbingan ya memang ya gak kan ada reward nya yang
berarti.maksudnya reward nya kalau dibilang dari segi..apa
dibilang…” [ P5 ]

Universitas Sumatera Utara

64

4) Standart dan format khusus
“Misalnya untuk penilain mentee harus ada format khusus lah
masing–masing yang seragam gitu lah” [ P2 ]
“ya perlu bimbingan dari jenjang keperawatan, ya supaya sama
kompetensinya di semua ruangan CVCU, seharusnya seragam ada
formatnya, kalau bisa ada format bakunya juga” [ P5 ]

4. Mendapatkan Kendala dalam Melaksanakan Mentorship
a.

Kendala dari Mentee

Gambar 4.13. Diagram Query “Kendala dari Mentee”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema kendala dari
mentee dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.13. Untuk
kategori

beban kerja disampaikan partisipan 9. Kategori kesadaran

disampaikan partisipan 3. Kategori usia disampaikan partisipan 2
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
kendala dari mentee antara lain :

Universitas Sumatera Utara

65

1) Beban kerja
“walaupun seraya bercanda kami pun merasa kasihan juga adik adik ini
diperhatiin ini juga karena dia kecuali kita sama itu mungkin dia bisa
menerima juga gitu tapi ini pekerjaan sama penghasilannya berbeda itu
kadang kadang ada beban tersendiri sama dia itu” [ P9 ]
2) Kesadaran
“kesadaran diri sendiri, tapi yang aneh nya memang dia, kalau yang
enggak dia yang leader gitu kerja nya, kalau pas jadi leader tanggung
jawabnya lumayan gitu, jadi kita masih mau follow lagi caranya, kerja dia
kayakmana gitu” [ P3 ]
3) Usia
“misalnya masalah kayak tadi lah masalah perhitungan obat-obatan
misalnya ee jadikan itu nanti mungkin karena faktor usia juga kan jadi
ingatan udah kurang kuat ya.” [ P2 ]
b. Kendala dari Mentor

Gambar 4.14. Diagram Query “Kendala dari Mentor”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0

Universitas Sumatera Utara

66

Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema kendala dari
mentee dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.14. Untuk
kategori waktu disampaikan partisipan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 dan 9.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
kendala dari mentor antara lain :
1) Waktu
“Yang pertama waktu yah, karena dengan kita pakai waktu dalam
dinas,jadinya nggak optimal yang didapat mentee yah (ehehehhe),”
[ P1 ]
“Eee pelaksanaan mentorship ee...ee.. Selama ini sih tidak ada waktu
khusus gitu” [ P2 ]
“Ya gitu, kadang-kadang kan, kita sudah banyak yang kita siapkan,
gini-gini, misalkan si A, tapi lihat-lihat waktu kapan ya, tempatnya
kadang memang waktu juga lah yang kurang,” [ P3 ]
“kan saya gak punya waktu khusus jadi pas ngajarin pas nemu itu
tadi lah kayak gitu kan, kayak ngajarin yang 5 orang ini jadi gak yang
perawat individu satu ketemu dinas ketemu yg lain maunya
didudukkan semua diajarin kayak gitu rasanya lebih efektif” [ P4 ]
“hambatannya itu juga apa ya….eee…belum ada waktu khusus.”
[ P5 ]
“Kendala..e..e..e.. kendalanya ada kita merasa si anu tadi belum ok
melakukan ini gitu kan eee…. Kayak waktu gitulah,” [ P6 ]
“tau-tau ya. Maksud saya jam 9 biar ada dinas malam nya buk. Biar
jangan bolak balik, mumpung lagi seger, lagi ingat. Terakhir gak jadi
lagi, akhirnya tertunda, jadi memang waktu pun menghambat ya buk
ya.” [ P7 ]

Universitas Sumatera Utara

67

“terkadang waktu ya, karena kalau pagi sibuk kali banyak pasien
yang kayak gitukan kita kadang kadang kurang mementor adik adik
kita ini” [ P9 ]

c. Kendala dari Rumah Sakit

Gambar 4.15. Diagram Query “Kendala dari Rumah Sakit”
Sumber : Data Primer Hasil Olah NVivo Versi 11.0
Keterkaitan antara kategori (nodes) pada subtema kendala dari
rumah sakit dengan partisipan (sources) dapat dilihat pada gambar 4.15.
Untuk kategori format dan standart baku disampaikan partisipan 2, 3 dan 4.
Kategori jadwal dan waktu khusus disampaikan partisipan 1, 2, 4, 6 dan 9.
Berikut adalah ungkapan dari masing-masing partisipan terkait
kendala dari rumah sakit antara lain :
1) Format dan standart baku
“Misalnya untuk penilain mentee harus ada format khusus lah masing
– masing yang seragam gitu lah” [ P2 ]
“Sepertinya sih , kayak ya karena tidak ada format khusus atau
standart baku itu masih yang tergolong informal lah ia, soalnya kan,
bisanya kan kalau formal kan apa namanya ada format atau evaluasi,”
[ P3 ]

Universitas Sumatera Utara

68

“gak …gak ada format khusus untuk penil