Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator Dengan Kinerja Bidan Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Pws Kia Di Puskesmas Simalingkar Tahun 2017

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu masalah penting pencapaian
pembangunan kesehatan dunia. Pencapaian program KIA dapat dilihat dari
Laporan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA yang pencatatannya bulanan
yang merupakan hal yang sangat penting, karena hasil laporan tersebut dapat
dijadikan tolak ukur dalam menilai pengendalian masalah kesehatan di seluruh
wilayah kabupaten atau kota.
Puskesmas memiliki upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan
pengembangan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan wajib terdiri dari Upaya Promosi Kesehatan, Upaya Kesehatan
Lingkungan, Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana, Upaya
Perbaikan Gizi, Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dan
Upaya Pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan ditetapkan sesuai dengan
kemampuan puskesmas (Permenkes RI,2014).
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program
wajib di puskesmas. Perhatian khusus harus diberikan terhadap kesehatan ibu,
bayi baru lahir, bayi dan balita. Hal ini karena ibu, bayi dan balita termasuk dalam

penduduk yang rentan terhadap penyakit. Selain itu, Angka Kematian Ibu (AKI),
Angkat Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan
salah satu indikator derajat kesehatan suatu negara. Kegiatan pokok Program
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang meliputi pelayanan antenatal, pelayanan
1

Universitas Sumatera Utara

2

pertolongan persalinan, deteksi dini ibu hamil beresiko, penanganan komplikasi
kebidanan, pelayanan kesehatan neonatal dan ibu nifas (Depkes RI, 2010).
Pada pelaksanaan program KIA, di Indonesia telah diaplikasikan alat
pemantauan program dengan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Pemantauan
Wilayah Setempat dapat digunakan sebagai alat manajemen untuk melakukan
pemantauan program di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Adapun kegiatan PWS KIA terdiri
dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebarluasan
informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi terkait dan tindak lanjut
serta alat monitoring sekaligus manajemen data KIA (Depkes RI, 2009)

Pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak,
kegiatan program pokok KIA meliputi Pelayanan Antenatal, Pertolongan
Persalinan, Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas, Pelayanan Kesehatan Neonatus,
Deteksi Dini dan Penanganan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus oleh Tenaga
Kesehatan maupun Masyarakat, Penanganan Komplikasi Kebidanan, Pelayanan
Neonatus dengan Komplikasi, Pelayanan Kesehatan Bayi, Pelayanan Kesehatan
Anak Balita dan Pelayanan KB Berkualitas (Madya,2012).
Di Indonesia derajat kesehatan ibu dan anak masih sangat memprihatinkan
hal ini dapat di lihat dari Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2007, AKI sebesar 214 per 1000 kelahiran hidup, AKB sebesar 31 per 1000
kelahiran hidup dan angka kematian neonatal (AKN) sebesar 19 per 1000
kelahiran hidup. Sedangkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000

Universitas Sumatera Utara

3

kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran
hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) mencapai 19 kematian per 1000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA) mencapai 40 kematian per
1000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2012).
Menurut hasil Riskesdas 2013 penyebab langsung kematian ibu, bayi, dan
balita sebetulnya merupakan penyebab yang dapat dicegah jika dapat terdeteksi
secara dini. Oleh karena itu dikembangkan alat manajemen untuk mendeteksi dini
penyebab kematian berupa pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan anak
(PWS KIA) agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap
masalah KIA yang dihadapi. Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan
dapat ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja,
sehingga seluruh kasus dengan faktor resiko atau komplikasi dapat ditemukan
sedini mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai (Depkes
RI,2009).
Cakupan program KIA di Puskesmas Simalingkar pada tahun 2016 yaitu
cakupan pemeriksaan kehamilan yang pertama (K1) sebesar 97,3% (target 95%),
cakupan pemeriksaan kehamilan yang keempat kali (K4) sebesar 93,9% (target
95%), cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan 97,8% (target 90% ), cakupan
Fe3 sebesar 83,9 % (target 95%), Cakupan ASI Eksklusif pada Februari 26%
(target 42%) dan Agustus 23% (target 42%), Cakupan Vitamin A Bufas 96%
(target 100%), Cakupan penimbangan bayi/balita 70% (target 85%) (Profil
Puskesmas Simalingkar, 2016).


Universitas Sumatera Utara

4

Berdasarkan survei pendahuluan, Puskesmas Simalingkar adalah puskesmas
yang pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA secara manual yaitu
pencatatan di buku register, buku kohort anak, buku kohort ibu hamil, buku
kohort bayi namun pada kartu ibu tidak dilakukan pengisian. Masih adanya Bidan
Pustu yang pengetahuan dan sikapnya kurang dalam pengisian form PWS KIA.
Kinerja Bidan Koordinator selaku penanggungjawab pada bagian KIA masih
kurang baik dalam melakukan supervisi ataupun pengawasan . Hal tersebut, pada
akhirnya akan mempengaruhi kualitas informasi yang akan dihasilkan baik pada
tingkat puskesmas, kabupaten/kota, Propinsi, hingga tingkat Nasional.
Permasalahan tersebut berdampak pada informasi yang dihasilkan yang
diakibatkan dari keterlambatan pelaporan..Keterlambatan pelaporan data yang
dikirimkan dapat mengganggu kelancaran pengumpulan, penghitungan dan
pengolahan data yang dilakukan oleh bidan koordinator sehingga dalam penyajian
informasipun mengalami keterlambatan. Keterlambatan dan ketidaksesuain
pengolahan data dapat disebabkan karena kurangnya supervisi yang dilakukan

oleh Bidan Koordinator maupun Kepala Puskesmas dalam mengawasi dan
memeriksa setiap laporan PWS KIA sebelum di laporkan kepada Dinas
Kesehatan.
Kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dalam pengelolaan data
juga menjadi faktor yang mengakibatkan lemahnya sistem pencatatan dan
pelaporan terutama dalam hal manajemen data, termasuk dalam sistem PWS KIA.
Jumlah SDM yang tersedia di lapangan masih kurang bila dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

5

jumlah inisiatif penguatan sistem informasi kesehatan secara manual ataupun
terkomputerisasi (Kemenkes,2012).
Ada beberapa penelitian yang sama yaitu Dharmawan dkk (2015)
membuktikan bahwa informasi (output) dalam PWS KIA sering tidak akurat dan
tepat waktu karena masih dikerjakan secara manual. Hal ini dikarenakan ada
masalah pada saat penangkapan data (input) dimana penulisan data tidak tepat dan
lengkap. Masalah juga ditemukan pada saat perekapan dan pembuatan salinan
untuk pembuatan laporan (proses), seperti pada perekapan data dan penyalinan

buku bantu ke dalam format pelaporan di tingkat puskesmas. Dalam pencatatan
dan pelaporan KIA dapat dikatakan berhasil bila didukung oleh Bidan Pustu.
Ketika pengumpulan data dan pelaporan data yang dilakukan Bidan Pustu ke
puskesmas terlambat, maka pengumpulan dan pelaporan data dari puskesmas ke
DKK juga terlambat karena Bidan Koordinator sebagai penanggungjawab
program KIA terlebih dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan analisis data
dan laporan yang masuk dari Bidan Pustu.
Seorang pemimpin harus memotivasi dirinya sendiri dan orang lain agar
mau bekerja dengan mencapai tujuan. Pemimpin dapat mempengaruhi motivasi
kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi dalam
suatu organisasi, hal tersebut memberi arti bahwa kepemimpinan memiliki faktor
penting bagi organisasi dalam mencapai tujuannya. Dengan kemampuan yang
dimiliki pemimpin mempengaruhi petugasnya melakukan pekerjaan sesuai dengan
apa yang diarahkan dan diinginkannya dalam mencapai tujuan organisasi
(Siagian, 2013).

Universitas Sumatera Utara

6


Menurut Soekarso (2015) fungsi-fungsi kepemimpinan antara lain
pengambilan keputusan, pengarahan, pendelegasian, motivator, pengawasan dan
pengendalian. Selain itu fungsi kepemimpinan menggerakkan orang yang
dipimpin menuju tercapainya tujuan organisasi. Agar dapat menanamkan
kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka
mampu berbuat sesuatu dengan baik.
Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun
kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat berupa penampilan individu
maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada
personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga
kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi ( Ilyas, 2001). Kinerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor, Menurut Ilyas (2001) ada tiga kelompok
variabel yang mempengaruhi yaitu variabel individu (kemampuan dan
keterampilan, latar belakang, demografis), variabel organisasi (sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan) dan variabel psikologis (
persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi).
Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti, faktor- faktor yang
menyebabkan kinerja belum optimal antara lain pada pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan KIA dan ketepatan waktu pelaporan oleh Bidan diantaranya masih
belum memiliki komitmen terhadap tugas dan fungsinyadalam melaksanakan

manajemen pelayanan KIA. Kurangnya rasa tanggung jawab petugas KIA
terhadap tugas yang diberikan, kegiatan- kegiatan pelatihan yang masih terbatas,
tidak adanya insentif bagi petugas KIA yang bekerja dengan baik, kurangnya

Universitas Sumatera Utara

7

Sumber Daya Manusia (SDM), serta masih kurangnya sarana, prasarana dan dana
untuk mendukung pelaksanaan program KIA tersebut.
Peranan

Kepemimpinan

Bidan

Koordinator

masih


kurang

dalam

pendelegasian petugas KIA yang masih kekurangan tenaga dalam pelaksanaan
PWS KIA, motivasi yang kurang karena kesibukan sebagai Dosen dan juga
memiliki praktek Bidan, pengawasan juga dalam pencatatan dan pelaporan
sehingga masih ditemukan laporan yang kurang valid dilaporkan sehingga
kewalahan pada saat ingin pelaporan ke Dinkes. Upaya pengendalian dari Bidan
Koordinator juga kurang sebagai perpanjangan tangan ke Dinkes dalam
penyampaian kekurangan sarana maupun peralatan diwilayah kerjanya dan Bidan
sudah mengupayakan mengajukan ke Dinkes namun belum terealisasi sampai
sekarang. Tidak adanya juga insentif maupun reward bagi Bidan yang bagus
kinerjanya dalam pencapaian target serta pelatihan PWS KIA juga tidak didapat
oleh Bidan penanggungjawab PWS KIA di puskesmas maupun di pustu.
Menurut Kareth dkk (2015) keberhasilan pelaksanaan pencatatan dan
pelaporan pelayanan KIA oleh Bidan di Puskesmas Nabire, Provinsi Papua sangat
didukung oleh Bidan Pustu dalam proses pencatatan dan pelaporan KIA yang
dilakukannya. Serta peran Bidan Koordinator sebagai penanggungjawab laporan
terlebih dahulu harus melakukan validasi, evaluasi dan analisis data dan laporan

yang masuk dari Bidan Pustudalam kegiatan pelayanan KIA di puskesmas.
Berdasarkan uraian di atas dan penelitian yang dilakukan pada Puskesmas
Simalingkar, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Peranan Kepemimpinan

Universitas Sumatera Utara

8

Bidan Koordinator dengan kinerja Bidan dalam pencatatan dan pelaporan PWS
KIA di Puskesmas Simalingkar.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana peranan kepemimpinan bidan koordinator dengan
kinerja bidan dalam kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini

adalah untuk

menjelaskan peranan


kepemimpinan Bidan Koordinator dengan kinerja Bidan dalam pencatatan dan
pelaporan PWS KIA di Puskesmas Simalingkar.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai masukan bagi dinas kesehatan dan puskesmas lainnya dalam
meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.
2. Sebagai masukan bagi Bidan Koordinator dalam meningkatkan kepemimpinan
dalam kelengkapan pencatatan dan pelaporan PWS KIA.
3. Sebagai masukan bagi Bidan meningkatkan kinerja dalam kelengkapan
pencatatan dan pelaporan PWS KIA.
4. Bagi peneliti sendiri dapat menambah pengetahuan dan pengalaman langsung
dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh.

Universitas Sumatera Utara