Hubungan Pengetahuan, Keterampilan Dan Motivasi Dengan Kinerja Koordinator SP2TP (Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) Di Puskesmas Se-Kota Medan Tahun 2010

(1)

SE-KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

ADELINA NAIBAHO NIM. 051000089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KOORDINATOR SP2TP (SISTEM PENCATATAN DAN

PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS) DI PUSKESMAS SE-KOTA MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ADELINA NAIBAHO NIM. 051000089

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

HUBUNGAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN DAN MOTIVASI DENGAN KINERJA KOORDINATOR SP2TP (SISTEM PENCATATAN DAN

PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS) DI PUSKESMAS SE-KOTA MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : ADELINA NAIBAHO

NIM. 051000089

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 18 Juni 2010

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 19531018 198203 2 001

Penguji II

Asfriyati SKM, M.Kes NIP. 19701220 199403 2 001

Penguji I

Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes NIP. 19581202 199103 1 001

Penguji III

Maya Fitria, SKM, M.Kes NIP. 19761005 200912 2 003

Medan, Juni 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP. 19531018 198203 2 001


(4)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Skripsi, Juni 2010 ABSTRAK

Pengolahan SP2TP di Dinas Kesehatan Kota Medan sering mendapat kendala karena terlambatnya diterima laporan dari puskesmas. Menurut data tahun 2008, dari 39 puskesmas di Kota Medan, terdapat 10 (25%) puskesmas yang mengirim laporan bulanan tidak tepat waktu. Hal ini menunjukkan kinerja koordinator SP2TP belum sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan. Jenis penelitian adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik, dan responden adalah seluruh koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan sebanyak 39 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP. Dalam hal pengetahuan, sebanyak 87,2% koordinator SP2TP belum mengetahui pengertian SP2TP sesuai pedoman Departemen Kesehatan dan 84,5% belum mengetahui nomor Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang penyederhanaan SP2TP. Dalam hal keterampilan, sebanyak 66,7% belum melakukan pengentrian data ke dalam komputer dengan lengkap dan 74,4% belum dapat mengoperasikan program Ms. Excel atau Access dengan lancar. Sementara pada bulan Februari 2010, ada 9 orang koordinator SP2TP (23,1%) terlambat mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

Disarankan perlunya penyediaan buku pedoman mengenai petunjuk pelaksanaan SP2TP di setiap puskesmas. Selain itu, frekuensi pelatihan mengenai pengentrian data SP2TP ke dalam komputer juga perlu ditingkatkan. Kepala puskesmas hendaknya melakukan pengawasan untuk mengetahui keluhan dan masalah yang dihadapi oleh koordinator SP2TP di puskesmas masing-masing. Disarankan juga perlunya kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator SP2TP dengan pendidikan pegawai tersebut.


(5)

Public Health Faculty University of North Sumatera Script, June 2010 ABSTRACT

The management of SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas = Public Health Center Integrated Reporting and Recording System) in Regional Health Office of Medan Regency is still obstructed because of the delay in sending SP2TP report by Puskesmas (Public Health Center = PHC). Based on data in 2008, from 39 PHCs in Medan Regency, 10 (25%) PHCs were late in sending mounthly SP2TP report every mounth. This case showed that performance of SP2TP coordinator working was not as well as expectation.

The objective of this research is to know relation between knowledge, capability and motivation with performance of all SP2TP coordinator working at PHCs of Medan Regency. This is survey research with a descriptive analisys. Respondents comprised of all SP2TP coordinator at PHCs of Medan Regency, totaling to 39 PHC coordinators.

The result of this research showed that there were relations between knowledge, capability and motivation with performance of all SP2TP coordinator working. In

knowledge case, there were 87,2% SP2TP coordinator didn’t know the meaning of SP2TP based on Health Ministry and 84,5% didn’t know the number of Decision of Public Health Creation General Director about Simplicity of SP2TP. In capability

case, there were 66,7% SP2TP coordinator did’t entry SP2TP data into computer completely and 74,4% hadn’t operated Ms. Excel or Access programme well yet.

Besides, in February 2010, 9 SP2TP coordinators were late in sending SP2TP report to Regional Health Office of Medan Regency.

Based on the research, it is suggested to put ready books about the management of SP2TP at every PHC. Beside, the frequency of training about entrying SP2TP data into computer is needed to increase. The Head of PHC should take a supervision to

know about complaints and problems with all SP2TP coordinator at each PHC. It’s

also suggested to adjust between the duty and responsibility of SP2TP coordinator with their graduation from.

Key Word : knowledge, capability, motivation, performance of SP2TP coordinator working


(6)

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Adelina Naibaho

Tempat/Tanggal Lahir : Gunung Purba/ 6 Juni 1987

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Kawin Jumlah Anggota Keluarga : 6 (enam) Bersaudara

Alamat Rumah : Jln. Besar Sidamanik Desa Parik Sabungan Kec. Dolok Pardamean Kab. Simalungun.

Riwayat Pendidikan : 1. 1993 – 1999 : SD Inpres Sirube-rube 2. 1999 – 2002 : SMP N1 Sipintuangin 3. 2002 – 2005 : SMA Budi Murni 3 4. 2005 – 2010 : FKM USU


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan puji dan syukur dan terimakasih kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena sampai saat ini penulis masih mendapatkan berkah berupa kekuatan lahir batin sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi ini berjudul “Hubungan Pengetahuan, Keterampilan dan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) di Puskesmas se-Kota Medan Tahun 2010”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga kesulitan yang dihadapi dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu, memberikan dukungan, saran dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini, yaitu kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Pembimbing I.

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, M.Si., selaku Ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik.

3. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes., selaku Dosen Penguji I. 4. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji II.

5. Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes., selaku Dosen Penguji III.

6. Ibu drh. Hiswani, M.Kes., selaku Dosen Penasehat Akademik, atas segala bimbingan dan nasehat kepada penulis selama perkuliahan.

7. Seluruh Dosen dan Staff di Fakultas Kesehatan Masyarakat, khususnya Departeman Kependudukan dan Biostatistik yang telah memberikan bimbingan, ilmu dan nasehat kepada penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian.


(8)

9. Seluruh Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan, yang telah memberikan data serta informasi yang penulis butuhkan dalam penelitian. 10. Keluarga besar penulis, teristimewa orangtua penulis, yaitu B. Naibaho dan

S.M. Silalahi, yang selalu memberikan motivasi, semangat, doa dan dukungan materil selama penulis menjalani pendidikan sampai selesainya masa pendidikan.

11. Semua teman-teman dan sahabat stambuk 2005, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas semua bantuan, persahabatan dan kebersamaan dalam perkuliahan di FKM USU Medan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja ... 5

2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 6

2.2.1 Pengetahuan ... 6

2.2.2 Keterampilan Kerja ... 8

2.2.3 Motivasi Kerja ... 9

2.3 Sistem Manajemen Puskesmas (SIMPUS) ... 10

2.3.1 Tujuan SIMPUS ... 10

2.3.2 Manfaat SIMPUS ... 11

2.4 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) ... 12

2.4.1 Tujuan SP2TP ... 12

2.4.2 Manfaat SP2TP ... 13

2.4.3 Pencatatan SP2TP ... 13

2.4.4 Pelaporan SP2TP ... 14

2.4.5 Frekuensi Pelaporan SP2TP ... 16

2.4.6 Prosedur Pengisian Laporan SP2TP ... 18

2.4.7 Tugas Koordinator SP2TP ... 18

2.5 Kerangka Konsep ... 20

2.6 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3.3 Populasi dan Sampel ... 21


(10)

3.5 Definisi Operasional... 21

3.6 Aspek Pengukuran ... 22

3.7 Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24

4.1.1 Keadaan Geografi... 24

4.1.2 Keadaan Demografi ... 24

4.1.3 Sumber Daya Kesehatan ... 25

4.2 Karakteristik Responden ... 27

4.3 Deskripsi Variabel Independen ... 28

4.3.1 Deskripsi Pengetahuan Responden ... 28

4.3.2 Deskripsi Keterampilan Responden ... 30

4.3.3 Deskripsi Motivasi Responden ... 31

4.4 Deskripsi Variabel Dependen ... 33

4.5 Analisa Statistik ... 34

4.5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan ... 35

4.5.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan ... 36

4.5.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan ... 36

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Koordinator SP2TP ... 37

5.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja Koordinator SP2TP ... 39

5.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 45

6.2 Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Skripsi, Juni 2010 ABSTRAK

Pengolahan SP2TP di Dinas Kesehatan Kota Medan sering mendapat kendala karena terlambatnya diterima laporan dari puskesmas. Menurut data tahun 2008, dari 39 puskesmas di Kota Medan, terdapat 10 (25%) puskesmas yang mengirim laporan bulanan tidak tepat waktu. Hal ini menunjukkan kinerja koordinator SP2TP belum sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan. Jenis penelitian adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik, dan responden adalah seluruh koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan sebanyak 39 orang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP. Dalam hal pengetahuan, sebanyak 87,2% koordinator SP2TP belum mengetahui pengertian SP2TP sesuai pedoman Departemen Kesehatan dan 84,5% belum mengetahui nomor Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang penyederhanaan SP2TP. Dalam hal keterampilan, sebanyak 66,7% belum melakukan pengentrian data ke dalam komputer dengan lengkap dan 74,4% belum dapat mengoperasikan program Ms. Excel atau Access dengan lancar. Sementara pada bulan Februari 2010, ada 9 orang koordinator SP2TP (23,1%) terlambat mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Kota Medan.

Disarankan perlunya penyediaan buku pedoman mengenai petunjuk pelaksanaan SP2TP di setiap puskesmas. Selain itu, frekuensi pelatihan mengenai pengentrian data SP2TP ke dalam komputer juga perlu ditingkatkan. Kepala puskesmas hendaknya melakukan pengawasan untuk mengetahui keluhan dan masalah yang dihadapi oleh koordinator SP2TP di puskesmas masing-masing. Disarankan juga perlunya kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator SP2TP dengan pendidikan pegawai tersebut.


(12)

Public Health Faculty University of North Sumatera Script, June 2010 ABSTRACT

The management of SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas = Public Health Center Integrated Reporting and Recording System) in Regional Health Office of Medan Regency is still obstructed because of the delay in sending SP2TP report by Puskesmas (Public Health Center = PHC). Based on data in 2008, from 39 PHCs in Medan Regency, 10 (25%) PHCs were late in sending mounthly SP2TP report every mounth. This case showed that performance of SP2TP coordinator working was not as well as expectation.

The objective of this research is to know relation between knowledge, capability and motivation with performance of all SP2TP coordinator working at PHCs of Medan Regency. This is survey research with a descriptive analisys. Respondents comprised of all SP2TP coordinator at PHCs of Medan Regency, totaling to 39 PHC coordinators.

The result of this research showed that there were relations between knowledge, capability and motivation with performance of all SP2TP coordinator working. In

knowledge case, there were 87,2% SP2TP coordinator didn’t know the meaning of SP2TP based on Health Ministry and 84,5% didn’t know the number of Decision of Public Health Creation General Director about Simplicity of SP2TP. In capability

case, there were 66,7% SP2TP coordinator did’t entry SP2TP data into computer completely and 74,4% hadn’t operated Ms. Excel or Access programme well yet.

Besides, in February 2010, 9 SP2TP coordinators were late in sending SP2TP report to Regional Health Office of Medan Regency.

Based on the research, it is suggested to put ready books about the management of SP2TP at every PHC. Beside, the frequency of training about entrying SP2TP data into computer is needed to increase. The Head of PHC should take a supervision to

know about complaints and problems with all SP2TP coordinator at each PHC. It’s

also suggested to adjust between the duty and responsibility of SP2TP coordinator with their graduation from.

Key Word : knowledge, capability, motivation, performance of SP2TP coordinator working


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Unit pelaksana teknis mengartikan bahwa puskesmas berperan dalam melaksanakan sebagian tugas dinas kesehatan kabupaten/kota. (Depkes RI, 2004).

Dalam upaya menyelenggarakan pembangunan kesehatan, puskesmas memiliki program kesehatan wajib dan program kesehatan pengembangan puskesmas. Pencatatan dan pelaporan dalam rangka Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan kegiatan penunjang dari tiap program tersebut. Dan seiring dengan kebutuhan data dan informasi kesehatan di tingkat puskesmas, Departemen Kesehatan RI telah melakukan kebijakan melalui Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) dimana sumber utamanya adalah SP2TP (Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas) (Depkes RI, 2004).

SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas yang telah disederhanakan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.590/BM/DJ/Info/V/96 tentang Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan SP2TP (Depkes RI, 1997a).


(14)

Dalam rangka mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional untuk mendukung desentralisasi bidang kesehatan guna mencapai Indonesia Sehat 2010, masih dijumpai sejumlah kelemahan. Diantaranya adalah pengintegrasian SIK yang masih kurang. Masing-masing sistem informasi cenderung mengumpulkan data sebanyak-banyaknya menggunakan cara dan format pelaporannya sendiri. Akibatnya unit-unit terendah seperti puskesmas yang harus mencatat data dan melaporkannya menjadi sangat terbebani. Dampak negatifnya adalah kurang akuratnya data dan lambatnya pengiriman laporan data puskesmas (Depkes RI, 2002).

Para pakar kesehatan termasuk Litbangkes Depkes RI, telah banyak melakukan kajian untuk meningkatkan kinerja puskesmas. Namun, kinerja puskesmas belum banyak berubah selain semakin saratnya puskesmas mengemban misi dan menjalankan program pokoknya yang terus berkembang. Dan salah satu faktor yang juga berperan terhadap kinerja puskesmas adalah kinerja SP2TP, yang dalam pelaksanaanya dikoordinasikan oleh koordinator SP2TP di tiap puskesmas. Keharusan membuat laporan yang tidak pernah mendapat feed back sangat mengganggu motivasi kerja staf pegawai, tak terkecuali koordinator SP2TP (Muninjaya, 2004).

Motivasi kerja merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja (prestasi kerja). Berdasarkan hasil penelitian McClelland (1961), menyimpulkan bahwa ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Apabila motivasi tinggi dengan didukung oleh kemampuan yang tinggi, maka kinerja pegawai juga akan tinggi dan sebaliknya (Mangkunegara, 2007).


(15)

Selain motivasi kerja, faktor lain yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah kemampuan (pengetahuan dan keterampilan) kerja. Dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (Mangkunegara, 2007).

Ada beberapa kriteria dalam menilai kinerja pegawai. Salah satunya adalah ketepatan waktu, baik itu dalam menyelesaikan pekerjaan maupun dalam pelaporan hasil kerja kepada atasan (Sulistiyani, 2003).

Berdasarkan hal tersebut dan dari hasil wawancara dengan petugas pelaksana SP2TP Dinas Kesehatan Kota Medan, diperoleh gambaran bahwa pada tahun 2008, dari 39 puskesmas yang ada di kota Medan, terdapat 10 (25%) puskesmas yang mengirim laporan bulanan tidak tepat waktu tiap bulannya, dan yang bertanggung jawab dalam pengiriman laporan tersebut adalah koordinator SP2TP tiap puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja koordinator SP2TP belum sesuai dengan yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini bermaksud untuk meneliti hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah laporan SP2TP tidak seluruhnya dikirim tepat waktu ke Dinas Kesehatan Kota Medan.


(16)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui hubungan keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi kerja dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan, maka hal ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Medan dalam melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kinerja koordinator SP2TP.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja

Istilah kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas, 1999).

Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. Melalui penilaian ini dapat diketahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang telah disusun sebelumnya (Ilyas, 1999).

Adapun tujuan dari penilaian kinerja tersebut adalah :

1. Untuk mengenali Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu dilakukan pembinaan.

2. Untuk menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi. 3. Untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan.

4. Untuk bahan perencanaan manajemen program SDM masa mendatang. 5. Untuk memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel.


(18)

2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 2.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengetahui. Pengetahuan ada diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan, yang merupakan salah satu unsur kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Seseorang dikatakan memiliki pengetahuan, apabila ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh merupakan apa yang ada dalam dirinya (Suhartono, 2005).

Konsep pengetahuan berorientasi pada inteligensi, daya pikir dan penguasaan ilmu, serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian pengetahuan merupakan akumulasi hasil pendidikan, baik yang diperoleh secara formal maupun non formal, yang memberikan kontribusi pada seseorang dalam pemecahan masalah, berkarya, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik (Sulistiyani, 2003).


(19)

Ada beberapa metode dalam memperoleh pengetahuan (Suhartono, 2005), yaitu:

1. Metode Empirik (Empirisme)

Metode empirik adalah metode memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang dialami. Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek. 2. Metode Rasional (Rationalism)

Metode rasional adalah metode memperoleh pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Pengalaman dipandang sebagai perangsang akal pikiran. Kebenaran bukan terletak dari kebenaran sesuatu, melainkan pada ide. Akal pikiran secara deduktif bekerja mendapatkan pengetahuan yang pasti.

3. Metode Fenomenologik (Fenomenologisme I. Kant)

Metode fenomenologik adalah metode memperoleh pengetahuan yang meyakini bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejalanya saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada pada hubungan yang pasti antara sebab dan akibat.

4. Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah metode memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif melalui cara, seperti melakukan pendekatan (approach) untuk menentukan lingkupan studi (scope), untuk menentukan metode yang cocok.


(20)

2.2.2 Keterampilan Kerja

Keterampilan adalah keahlian dalam penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang menghasilkan karya. Keterampilan diperoleh melalui proses belajar dan berlatih. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, seperti keterampilan komputer dan lain sebagainya (Sulistiyani, 2003).

Keterampilan setiap orang akan dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman kerjanya. Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahan bekerja keras dan lama. Sementara pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia (human investment). Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau kompetensinya melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya.

Demikian juga dengan pengalaman kerja, dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat dia bila menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin lama dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjuntak, 2005).


(21)

2.2.3 Motivasi Kerja

Motivasi dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti: aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.

Motivasi dapat juga didefenisikan sebagai sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras (Ilyas, 1999).

Teori kebutuhan ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) dasar kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dalam meningkatkan motivasi yang berhubungan dengan situasi kerja pegawai serta gaya hidup, yaitu :

1. Existence Needs. Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja. 2. Relatedness Needs. Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi

dalam lingkungan kerja.

3. Growth Needs. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.


(22)

2.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatan puskesmas (Depkes RI, 1997a).

Sumber informasi SIMPUS, yaitu:

1. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), merupakan sumber informasi utama SIMPUS, sedangkan informasi yang lain berperan sebagai pelengkap.

2. Survei lapangan

3. Laporan lintas sektor dan sarana kesehatan swasta.

2.3.1 Tujuan SIMPUS

Secara umum, SIMPUS bertujuan meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan data SP2TP dan informasi lain secara optimal.

Adapun tujuan khusus dari SIMPUS adalah sebagai berikut: 1. Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)

2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (Lokakarya Mini)

3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas (PWS dan Stratifikasi Puskesmas)


(23)

2.3.2 Manfaat SIMPUS

Dalam pelaksanaannya, SIMPUS memiliki manfaat yaitu:

1. Informasi yang diperoleh dapat menunjang proses manajemen di tingkat puskesmas, sebagai bahan untuk penyusunan rencana tahunan puskesmas, penyusunan rencana kerja operasional puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.

2. Membantu Dinas Kesehatan Dati II dalam penyusunan perencanaan tahunan, penilaian kinerja puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil kegiatan puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program di wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah pemecahan dan tindak lanjutnya.

3. Membantu kelancaran Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), dan Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3) program-program, sebagai bahan masukan untuk diskusi.

Dinas Kesehatan Dati II bertugas membina puskesmas sehingga SIMPUS dapat terselenggara di setiap puskesmas. Dalam melaksanakan tugas tersebut kepala dinas kesehatan membentuk tim yang terdiri dari para pengelola program serta menyediakan sarana termasuk peningkatan kemampuan dan penyediaan sumber daya manusia. Pada hakekatnya SIMPUS merupakan suatu subsistem informasi dalam dalam sistem informasi manajemen kesehatan Dati II. Sehingga masukan yang diperoleh perlu dikonfirmasi atau dipadukan dengan subsistem informasi lainnya sebagai dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan di Dati II.


(24)

2.4 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan kesehatan di puskesmas, yang telah disederhanakan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.590/BM/DJ/Info/V/96 tentang Penyederhanaan SP2TP (Depkes RI, 1997a).

2.4.1 Tujuan SP2TP 1. Tujuan Umum

Mendapatkan semua data hasil kegiatan puskesmas (termasuk puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa dan posyandu) dan data yang berkaitan, serta melaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mencatat semua data hasil kegiatan puskesmas dan data yang berkaitan, dalam formulir yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur. b. Untuk melaporkan data hasil kegiatan puskesmas ke jenjang administrasi

yang lebih atas sesuai dengan kebutuhan, dengan mempergunakan formulir yang telah ditetapkan, secara benar, berkelanjutan dan teratur.

c. Untuk mengolah data hasil kegiatan puskesmas menjadi informasi di puskesmas dan setiap jenjang administrasi di atasnya.


(25)

d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas.

2.4.2 Manfaat SP2TP

1. Bagi Departemen Pusat dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan umum/nasional.

2. Bagi Dinas Kesehatan Dati I dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan pengendalian/pengawasan mutu dan cakupan. 3. Bagi Dinas kesehatan Dati II dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka

penyusunan strategi operasional dalam pencapaian tujuan.

4. Bagi Puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam rangka Perencanaan (P1), Penggerakan Pelaksanaan (P2), serta untuk Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3) tingkat puskesmas.

2.4.3 Pencatatan SP2TP

Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung harus dicatat. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatan-pencatatan yang utama pada SP2TP, antara lain;

1. Kartu individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan sebagainya.

2. Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register Posyandu dan sebagainya.


(26)

Register kegiatan di puskesmas digunakan untuk :

a. Merekap dan mengkompilasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu (dari kartu individu).

b. Mencatat dan merekap kegiatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas. c. Dengan menjumlahkan rekap kegiatan puskesmas dan hasilnya dipindahkan

ke format laporan.

3. Rekam Kesehatan Keluarga (RKK atau Family Folder), yang diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:

a. Salah seorang anggotanya menderita TB paru. b. Salah seorang anggotanya menderita Kusta.

c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi, seperti; ibu hamil, neonatus risiko tinggi (BBLR) dan balita Kurang Energi Kronis (KEK). d. Salah seorang anggotanya menderita gangguan gizi.

Mekanisme pencatatan di puskesmas, pada prinsipnya pasien yang berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan di luar gedung puskesmas, maka pasien tersebut akan dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima.

2.4.4 Pelaporan SP2TP

Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590/BM/DJ/V/96 diberlakukan formulir laporan yang ada.


(27)

Sedangkan kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuan/beban kerja petugas di Puskesmas.

Adapun jenis formulir laporan dari puskesmas ke Dati II yaitu: a. Laporan Bulanan (LB)

1) LB1 : Laporan Bulanan Penyakit.

2) LB2 : Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Pemakaian Obat (LPLPO).

3) LB3 : Laporan Bulanan Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan Penyakit Menular.

4) LB4 : Laporan Hasil Kegiatan Puskesmas.

b. Laporan Bulanan Sentinentil (Laporan Program Khusus dari Puskesmas Terpilih). 1) LB1S

Laporan ini merupakan laporan bulanan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I), Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penyakit Diare, menurut umur dan status imunisasi. Puskesmas yang membuat LB1S adalah puskesmas yang ditunjuk (satu puskesmas dari tiap Dati II).

2) LB2S

Laporan ini merupakan laporan bulanan KIA, Gizi, Tetanus Neonatorum dan penyakit akibat kerja. Hanya puskesmas dengan ruang rawat inap yang membuat LB2S.


(28)

c. Laporan Tahunan

1) LT-1 : Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas

2) LT-2 : Laporan Ketenagaan dan Administrasi Kepegawaian Puskesmas 3) LT-3 : Laporan Peralatan Puskesmas

(Depkes RI, 1997b).

2.4.5 Frekuensi Pelaporan SP2TP

Frekuensi dan alur pengiriman dari laporan yang dibuat oleh puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Laporan Bulanan (LB) dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan kemudian diteruskan ke Departemen Kesehatan. Khusus LPLPO, 1 (satu) kopi dikirimkan ke GFK (Gudang Farmasi Kabupaten).

2. Laporan Bulanan Sentinentil (LB1S dan LB2S) dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan Pusat. LB1S akan dikirim ke Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Sedangkan LB2S dikirim ke Direktorat Jenderal Binkesmas.

3. Laporan Tahunan (LT-1, LT2, LT-3) dikirim oleh puskesmas paling lambat tanggal 31 Januari tahun berikutnya ke Dinas Kesehatan Dati II. Khusus untuk laporan LT-2 (data kepegawaian) hanya diisi bagi pegawai yang baru/belum pernah mengisi formulir data kepegawaian.


(29)

Adapun mekanisme pelaporan SP2TP di tingkat puskesmas adalah sebagai berikut:

1. Laporan dari puskesmas pembantu dan laporan dari bidan di desa disampaikan ke penanggung jawab program di puskesmas.

2. Penanggung jawab program merekapitulasi data yang dicatat, baik di dalam gedung maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas pembantu dan bidan di desa.

3. Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab dimasukkan ke formulir laporan dalam 2 (dua) rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP puskesmas. 4. Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab program diolah dan dimanfaatkan

untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.

Dinas kesehatan kabupaten/kota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke dinkes provinsi dan Depkes Pusat. Feed back terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program. Sejak otonomi daerah mulai dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan laporan ke Depkes Pusat. Dinkes kabupaten/kotalah yang mempunyai kewajiban menyampaikan laporan rutinnya ke Depkes Pusat (Muninjaya, 2004).


(30)

2.4.6 Prosedur Pengisian Laporan SP2TP

1. Form laporan SP2TP mengacu pada form cetakan 2006 baik bulanan maupun tahunan.

2. Form laporan SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program. 3. Penanggung jawab program bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data

yang ada.

4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.

5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk atau staf pengelola program bersangkutan.

6. Data pada form laporan SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti di dalam pertanggungjawaban akhir minimal 2 tahun.

7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.

2.4.7 Tugas Koordinator SP2TP

Pencatatan data SP2TP dilakukan oleh semua pelaksana kegiatan puskesmas, dengan dikoordinir oleh koordinator SP2TP. Adapun tugas dari koordinator SP2TP adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan laporan dari masing-masing penanggung jawab program.

2. Melakukan koreksi data (data editing), yaitu setiap data yang dikumpulkan atau diterima, diteliti/dicek kebenaran datanya.

3. Melakukan tabulasi data (data tabulating). Dari data yang telah

dikumpulkan/diterima dibuat ”Master Tabel” (tabel utama) yang merupakan kumpulan data dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam grafik atau tabel.


(31)

4. Membuat laporan bulanan SP2TP

5. Mengirimkan laporan bulanan tersebut ke dinas kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.

6. Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan. 7. Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan secara manual. 8. Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan dengan komputer. 9. Menyajikan dan interpretasi data, yang dapat dilakukan secara sederhana. Antara

lain dengan cara penyajian dalam bentuk tabel, grafik batang, garis, pie (lingkaran) dan sebagainya.

10. Mengevaluasi hasil kegiatan SP2TP secara keseluruhan.

11. Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.

12. Menyusun rencana kegiatan SP2TP berdasarkan data program puskesmas dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 13. Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada kepala

puskesmas.

14. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap bulan yang dipimpin oleh kepala puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan SP2TP.


(32)

Pengetahuan

Keterampilan

Motivasi Kerja

Kinerja Koordinator SP2TP

2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.6 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.

2. Ada hubungan antara keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.

3. Ada hubungan antara motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di seluruh puskesmas kota Medan yang berjumlah 39 puskesmas. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh koordinator SP2TP di seluruh puskesmas kota Medan sebanyak 39 responden.

3.4. Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada koordinator SP2TP. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.5. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh koordinator SP2TP tentang hal-hal yang mencakup bidang pekerjaannya, yaitu SP2TP sebagai sumber informasi utama SIMPUS serta tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. Keterampilan adalah keahlian yang dimiliki oleh koordinator SP2TP untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam proses pencatatan dan pelaporan SP2TP.


(34)

3. Motivasi adalah daya pendorong/penggerak yang mempengaruhi koordinator SP2TP untuk berusaha menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. 4. Kinerja adalah adalah hasil kerja secara kuantitas yang dicapai oleh seorang

koordinator SP2TP dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden digunakan 15 (lima belas) pertanyaan. Untuk setiap pertanyaan, jika responden menjawab a diberi skor 3, jika menjawab b diberi skor 2, jika menjawab c diberi skor 1, dan jika menjawab d diberi skor 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 45 dan yang terendah adalah 0.

2. Keterampilan

Untuk mengetahui tingkat keterampilan responden digunakan 8 (delapan) pertanyaan, serta dari tingkat pendidikan terakhir dan lama bekerja sebagai koordinator SP2TP. Untuk setiap pertanyaan dan pernyataan, jika responden menjawab a diberi skor 2, jika menjawab b diberi skor 1, dan jika menjawab c diberi skor 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20 dan skor terendah adalah 0.


(35)

3. Motivasi

Untuk mengetahui tingkat motivasi responden digunakan 18 pernyataan. Untuk setiap pernyataan, jika responden menjawab SS (Sangat Setuju) diberi skor 5, jika menjawab S (Setuju) diberi skor 4, jika menjawab R (Ragu) diberi skor 3, jika menjawab TS (Tidak Setuju) diberi skor 2, dan jika menjawab STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 90 dan skor terendah adalah 18.

4. Kinerja

Untuk mengetahui tingkat kinerja responden digunakan 14 pernyataan. Untuk

setiap pernyataan, jika jawaban menyatakan ”Ya” akan diberi nilai 1. Jika jawaban

menyatakan ”Tidak” akan diberi nilai 0. Sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai

responden adalah 14 dan skor terendah adalah 0.

3.7. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah uji statistik Korelasi Peringkat Spearman pada tingkat kepercayaan 95%, untuk mengetahui hubungan pengetahuan, keterampilan dan motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP. Adapun alasan penggunaan uji statistik ini adalah karena jenis data yang akan dikorelasikan adalah data ordinal.


(36)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan pusat pemerintahan, pendidikan, kebudayaan dan perdagangan. Kota ini terletak di Pantai Timur Sumatera dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka

- Sebelah Selatan, Barat dan Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Luas wilayah kota Medan adalah 265,10 Km2 terdiri dari 21 kecamatan dan 151 kelurahan. Kota Medan memiliki geografi yang unik, ramping di tengah dan membesar di sisi Utara dan sisi Selatan. Bagian utara merupakan kawasan industri dan pelabuhan serta pemukiman, yang dihubungkan ke bagian Selatan oleh bagian tengah yang ramping. Bagian Selatan merupakan pusat kegiatan perkotaan. Kota terus tumbuh menyebar secara alami, akibatnya banyak muncul daerah perkotaan di pinggiran Kota Medan.

4.1.2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2008 berdasarkan data Kantor Statistik Kota Medan adalah 2.102.105 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga (KK) 472.202 KK dan kepadatan penduduk rata-rata 7.929,5/Km2. Penyebaran penduduk tidak merata . Daerah yang terbanyak penduduknya adalah Kecamatan Medan Deli dengan jumlah penduduk 148.735 orang, namun daerah terpadat penduduknya adalah Kecamatan


(37)

Medan Perjuangan, yaitu 25.613,2 jiwa/Km2 (luas wilayah 4.09 Km2). Sedangkan Kecamatan Medan Labuhan merupakan daerah yang renggang penduduknya yaitu 2.889,7 jiwa/Km2 (Luas wilayah 36,67 Km2).

4.1.3. Sumber Daya Kesehatan A. Fasilitas Kesehatan

Kota Medan memiliki 17 fasilitas jenis kesehatan seperti yang tertera pada tabel 4.1. sebagai berikut.

Tabel 4.1 Distribusi Fasilitas Kesehatan di Kota Medan Tahun 2008

No. Fasilitas Kesehatan Jumlah (Unit)

1. Rumah Sakit Umum 54

2. Rumah Sakit Jiwa 5

3. Rumah Sakit Ibu dan Anak 8 4. Rumah Sakit Khusus Lainnya 4

5. Rumah Sakit Bersalin 298

6. Puskesmas

- Puskesmas Rawat Inap - Puskesmas Non Rawat Inap

13 26

7. Puskesmas Pembantu 41

8. Puskesmas Keliling 27

9. Posyandu 1405

10 Balai Pengobatan/Klinik 409

11. Apotik 624

12. Praktek Bersama 8

13. Praktek Dokter Umum 1378

14. Praktek Dokter Spesialis 791

15. Praktek Dokter Gigi 531

16. Laboratorium Kesehatan Pemerintah 1 17. Laboratorium Kesehatan Swasta 6 Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2009


(38)

B. Puskesmas dan Tenaga Kesehatan di Puskesmas

Kota Medan terdiri dari 21 kecamatan dengan jumlah puskesmas sebanyak 39 unit. Tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan puskesmas sebanyak 869 orang dimana di dalamnya terdapat 39 orang koordinator petugas SP2TP puskesmas. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Puskesmas dan Tenaga Kesehatan Puskesmas di Kota Medan tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah

Puskesmas

Jumlah Tenaga Kesehatan

1. Medan Kota 3 80

2. Medan Area 3 74

3. Medan Perjuangan 1 22

4. Medan Timur 1 43

5. Medan Barat 3 52

6. Medan Petisah 3 58

7. Medan Baru 1 40

8. Medan Polonia 1 17

9. Medan Maimun 1 16

10. Medan Denai 4 91

11. Medan Tembung 2 56

12. Medan Labuhan 3 59

13. Medan Marelan 1 18

14. Medan Johor 2 41

15. Medan Amplas 1 20

16. Medan Belawan 1 15

17. Medan Deli 2 30

18. Medan Tuntungan 2 65

19. Medan Selayang 1 18

20. Medan Sunggal 2 39

21. Medan Helvetia 1 15

Jumlah 39 869


(39)

4.2 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini sebanyak 39 orang, yaitu semua koordinator SP2TP puskesmas se-Kota Medan. Adapun distribusi responden berdasarkan karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik (Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Lama Bekerja sebagai Koordinator SP2TP)

No. Karakteristik Responden Jumlah Persen

1 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 1 38 2,56 97,44

Jumlah 39 100

2 Umur

a. 27 – 31 tahun b. 32 – 36 tahun c. 37 – 41 tahun d. 42 – 46 tahun e. 47 – 51 tahun f. 52 – 56 tahun

4 3 5 8 8 11 10,26 7,69 12,82 20,51 20,51 28,21

Jumlah 39 100

3 Pendidikan a. S1 b. D3

c. D1 dan SMU/Sederajat

12 11 16 30,77 28,21 41,02

Jumlah 39 100

4 Lama bekerja sebagai koordinator SP2TP a. 1 – 10 tahun

b. 11 – 20 tahun c. 21 – 30 tahun

21 12 6 53,85 30,77 15,38

Jumlah 39 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 38 orang (97,44%) dan berumur 52 – 56 sebanyak 11 orang (28,21%).Dilihat dari pendidikan responden, sebagian besar memiliki tingkat pendidikan terakhir D1 dan SMU/Sederajat, yaitu sebanyak 16 orang (41,02%). Dan


(40)

dilihat dari lama bekerja sebagai koordinator SP2TP, sebagian besar responden telah bekerja antara 1 – 10 tahun yaitu sebanyak 21 orang (53,85%).

4.3 Deskripsi Variabel Independen 4.3.1 Deskripsi Pengetahuan Responden

Adapun distribusi responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan pada Koordinator SP2TP se-Kota Medan

No. Variabel Pengetahuan

a b c d Total

F % F % F % F % F %

1. Pengertian SIMPUS 17 43,6 17 43,6 5 12,8 - - 39 100 2. Kepanjangan SP2TP 38 97,4 - - 1 2,6 - - 39 100 3. Pengertian SP2TP 5 12,8 29 74,4 5 12,8 - - 39 100 4. Tujuan Umum SP2TP 26 66,7 13 33,3 - - - - 39 100 5. Keputusan tentang

SP2TP

6 15,4 2 5,1 7 17,9 24 61,5 39 100 6. Manfaat SP2TP 12 30,8 8 20,5 18 46,2 1 2,6 39 100 7. Jenis Laporan SP2TP 11 28,2 15 38,5 12 30,8 1 2,6 39 100 8. LB2 SP2TP 33 84,6 6 15,4 - - - - 39 100 9. Jenis laporan tahunan 31 79,5 6 15,4 2 5,1 - - 39 100 10. Kebenaran data 26 66,7 11 28,2 2 5,1 - - 39 100 11. Kelancaraan

pelaksanaan SP2TP

31 79,5 6 15,4 2 5,1 - - 39 100 12. Penyajian hasil

SP2TP

25 64,1 8 20,5 6 15,4 - - 39 100 13. Menyimpan arsip

SP2TP

39 100 - - - 39 100 14. Waktu pengiriman

LB

39 100 - - - 39 100 15. Waktu pengiriman

LT


(41)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar koordinator SP2TP mengetahui kepanjangan dari SP2TP, yaitu 38 orang (97,4%), tetapi yang belum mengetahui pengertian dari SP2TP sesuai pedoman departemen kesehatan ada sebanyak 34 orang (87,2%). Sementara itu, sebagian besar koordinator SP2TP telah memahami tujuan umum SP2TP yaitu 26 orang (66,7%). Sebanyak 33 orang (84,5%) koordinator SP2TP belum mengetahui keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang Penyederhanaan SP2TP.

Pada tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa sebanyak 15 orang (38,5%) koordinator SP2TP belum begitu memahami mengenai jenis laporan SP2TP berdasarkan periode laporan, akan tetapi sebagian besar telah mengetahui mengenai LB2 SP2TP dan jenis laporan tahunan, yaitu masing masing sebanyak 33 orang (84,6%) dan 31 orang (79,5%).

Mengenai tugas dan tanggung jawabnya, jumlah koordinator SP2TP yang mengetahui bahwa tugasnya adalah bertanggung jawab atas kelancaran SP2TP kepada kepala puskesmas sebanyak 31 orang (79,5%), menyajikan menginterpretasikan dan mengevaluasi hasil kegiatan SP2TP sebanyak 25 orang (64,1%) dan menyimpan arsip laporan SP2TP sebanyak 39 orang (100%). Mengenai pengiriman Laporan Bulanan SP2TP ke dinas kesehatan, semua koordinator SP2TP telah mengetahui waktu pengiriman laporan tersebut.


(42)

4.3.2 Deskripsi Keterampilan Responden

Adapun distribusi responden berdasarkan keterampilan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Keterampilan pada Koordinator SP2TP se-Kota Medan

No. Variabel Keterampilan

Ya

Kadang-kadang Tidak Total

F % F % F % F %

1. Tindakan terhadap pelatihan

36 92,3 3 7,7 - - 39 100 2. Mengoperasikan

Ms.Excel atau Acces

10 25,6 14 35,9 15 38,5 39 100 3. Melakukan

pengentrian data

13 33,3 11 28,2 15 38,5 39 100 4. Memberikan

petunjuk/bimbingan

27 69,2 11 28,2 1 2,6 39 100 5. Mengingatkan

penanggung jawab program

30 76,2 9 23,1 - - 39 100

6. Saran atau perintah dilaksanakan

20 51,3 18 46,2 1 2,6 39 100 7. Menerima bimbingan

kepala puskesmas

28 71,8 10 25,6 1 2,6 39 100 8. Mengerjakan perintah

kepala puskesmas

27 69,2 11 28,2 1 2,6 39 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar koordinator SP2TP selalu hadir setiap ada pelatihan menyangkut pekerjaan, yaitu sebanyak 36 orang (92,3%). Sementara itu, sebanyak 15 orang (38,5%) koordinator SP2TP sama sekali tidak dapat mengoperasikan Ms. Excel atau Acces dan tidak melakukan pengentrian data hasil rekapan laporan SP2TP ke dalam komputer.


(43)

Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan tugasnya, banyaknya koordinator SP2TP yang memberikan petunjuk dan bimbingan teknis kepada penanggung jawab program mengenai pelaksanaan SP2TP sebanyak 27 orang (69,2%), mengingatkan penanggung jawab program mengenai pemberian hasil program sebanyak 30 orang (76,2%)

4.3.3 Deskripsi Motivasi Responden

Adapun distribusi responden berdasarkan motivasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi pada Koordinator SP2TP se-Kota Medan

No. Variabel Motivasi

SS S R TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

1. Kenyamanan 18 46,2 19 48,7 2 5,1 - - - - 39 100 2. Sarana

pendukung

16 41,0 21 53,8 1 2,6 1 2,6 - - 39 100 3. Peralatan rusak

diatasi

9 23,1 24 61,5 2 5,1 3 7,7 - - 39 100 4. Kendaraan

jarang mogok

8 20,5 23 59,0 5 12,8 2 5,1 1 2,6 39 100 5. Mendapat

THR

10 25,6 25 64,1 - - 3 7,7 1 2,6 39 100 6. Berguna di

kehidupan

16 41,0 23 59,0 - - - 39 100 7. Kebanggaan

bekerja

18 46,2 21 53,8 - - - 39 100 8. Ada perhatian

kepala puskesmas

15 38,5 24 61,5 - - - 39 100

9. Kapus tidak otoriter

15 38,5 22 56,4 2 5,1 - - - - 39 100 10. Kepala

puskesmas bijaksana

12 30,8 25 64,1 2 5,1 - - - - 39 100

11. Hubungan Informal ada.


(44)

No. Variabel Motivasi

SS S R TS STS Total

F % F % F % F % F % F %

12. Hubungan kerja baik

13 33,3 24 61,5 1 2,6 1 2,6 - - 39 100 13. Tugas sesuai

dengan pddkn

10 25,6 22 56,4 2 5,1 5 12,8 - - 39 100 14. Wawasan

berkembang

12 30,8 24 61,5 1 2,6 2 5,1 - - 39 100 15. Penghargaan

berprestasi

14 35,9 18 46,2 4 10,3 3 7,7 - - 39 100 16. Mengutamakan

kejujuran

12 30,8 21 53,8 2 5,1 4 10,3 - - 39 100 17. Kepala

puskesmas menerima saran

7 17,9 28 71,8 3 7,7 1 2,6 - - 39 100

18. Ada pelatihan dari atasan

5 12,8 32 82,1 2 5,1 - - - - 39 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar koordinator SP2TP menyetujui bahwa suasana kerja menyenangkan dan nyaman, yaitu sebanyak 19 orang (48,7%). Sebanyak 21 orang (53,8%) menyetujui bahwa sarana pendukung dan peralatan kerja memadai. Sementara itu, sebanyak 25 orang (64,1%) menyetujui pernyataan bahwa setiap pegawai mendapat tunjangan hari besar keagamaan.

Dari tabel di atas dapat juga dilihat bahwa sebagian besar koordinator SP2TP menyetujui pernyataan bahwa mereka berguna dalam kehidupan bermasyarakat dan bangga bekerja di puskesmas yaitu masing-masing sebanyak 23 orang (59%) dan 21 orang (53,8%). Sebanyak 24 orang (61,5%) menyetujui pernyataan bahwa mereka mendapat perhatian dari kepala puskesmas. Sebanyak 25 orang (64,1%) menyetujui pernyataan bahwa dalam menyelesaikan masalah kepala puskesmas bertindak bijaksana.


(45)

Mengenai pengembangan diri untuk meningkatkan kemampuan dan kecakapan pegawai, koordinator SP2TP menyetujui pernyataan bahwa bekerja di puskesmas membuat wawasan berkembang sebanyak 24 orang (61,5%), adanya penghargaan bagi pegawai yang berprestasi sebanyak 18 orang (46,2%) dan adanya pelatihan dari dinas kesehatan sebanyak 32 orang (82,1%).

4.4 Deskripsi Variabel Dependen

Adapun distribusi responden berdasarkan variabel dependen, yaitu kinerja, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kinerja pada Koordinator SP2TP se-Kota Medan

No. Variabel Kinerja Ya Tidak Total

F % F % F %

1. Mengumpulkan laporan dari penanggung jawab program

39 100 - - 39 100 2. Melakukan koreksi data (data editing) 39 100 - - 39 100 3. Melakukan tabulasi data (data tabulating) 39 100 - - 39 100 4. Membuat laporan bulanan SP2TP 39 100 - - 39 100 5. Mengirim laporan bulanan tepat waktu 30 76,9 9 23,1 39 100 6. Menyimpan arsip laporan SP2TP 38 97,4 1 2,6 39 100 7. Pengolahan data SP2TP dengan manual 39 100 - - 39 100 8. Pengolahan data SP2TP dengan komputer 15 38,5 24 61,5 39 100 9. Penyajian data 32 82,1 7 17,9 39 100 10. Membuat catatan pertanggungjawaban

kepada atasan

26 66,7 13 33,3 39 100 11. Menyusun rencana kegiatan SP2TP 8 20,5 31 79,5 39 100 12. Bertanggung jawab atas kelancaran SP2TP 39 100 - - 39 100 13. Mempersiapkan pertemuan setiap bulan 39 100 - - 39 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua koordinator SP2TP se-Kota Medan melakukan pekerjaannya sebagai koordinator SP2TP dalam hal pengumpulan laporan dari masing-masing penanggung jawab program, pengoreksian data (data editing) dan tabulasi data (data tabulating), pembuatan laporan bulanan SP2TP,


(46)

pengolahan data SP2TP dengan manual, pertanggungjawaban atas kelancaran pelaksanaan SP2TP, persiapan dalam rangka pertemuan setiap bulan.

Sementara itu, yang mengirimkan laporan bulanan tepat waktu pada bulan terakhir diadakan pengumpulan data sebanyak 30 orang (76,9%). Koordinator yang menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan sebanyak 38 orang (97,4%). Dalam pengolahan data SP2TP dengan komputer, sebagian besar koordinator SP2TP tidak melakukan pengolahan data dengan komputer, yaitu sebanyak 24 orang (61,5%). Meskipun demikian sebanyak 32 orang (82,1%) melakukan penyajian data dalam bentuk grafik batang ataupun garis.

4.5 Analisa Statistik

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 39 koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan, diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 4.8 Data Pengetahuan, Keterampilan, Motivasi dan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan

Resp. Pengetahuan Keterampilan Motivasi Kinerja

1 35 14 86 13

2 37 16 79 12

3 33 11 81 10

4 32 14 85 13

5 40 14 78 13

6 37 11 68 12

7 27 8 73 10

8 29 11 78 11

9 33 13 84 11

10 33 14 84 13

11 35 14 71 10

12 37 19 76 13

13 30 11 76 10

14 34 12 78 11


(47)

Resp. Pengetahuan Keterampilan Motivasi Kinerja

16 35 14 78 13

17 38 14 76 11

18 34 15 73 11

19 36 11 73 12

20 35 14 67 10

21 39 11 78 12

22 43 17 81 13

23 37 13 68 12

24 35 9 80 10

25 37 9 71 11

26 36 15 72 10

27 35 11 68 10

28 37 16 71 11

29 39 15 68 13

30 32 14 69 12

31 35 13 69 11

32 32 15 77 12

33 35 15 73 12

34 37 16 68 11

35 38 13 78 13

36 33 17 73 12

37 34 17 75 12

38 39 12 73 12

39 36 15 72 12

4.5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman rank menunjukkan adanya hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kinerja responden dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,343 dan nilai signifikan = 0,033. Artinya secara statistik pengetahuan berhubungan positif dengan kinerja koordinator SP2TP.


(48)

4.5.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman rank menunjukkan adanya hubungan bermakna antara keterampilan dengan kinerja responden dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,400 dan nilai signifikan = 0,012. Artinya secara statistik keterampilan berhubungan positif dengan kinerja koordinator SP2TP.

4.5.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Puskesmas se-Kota Medan

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan korelasi spearman rank menunjukkan adanya hubungan bermakna antara motivasi dengan kinerja responden dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,335 dan nilai signifikan = 0,037. Artinya secara statistik motivasi berhubungan positif dengan kinerja koordinator SP2TP.

Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan, Keterampilan dan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP Puskesmas se-Kota Medan Tahun 2010

No. Variabel Dependen Variabel Independen (Kinerja) Signifikan (p) Koefisien korelasi (r)

1. Pengetahuan 0,033 0,343

2. Keterampilan 0,012 0,400


(49)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Koordinator SP2TP

Hasil uji statistik korelasi peringkat spearman menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP, pada taraf nyata 0,05 didapat angka probabilitas (p) 0,033 (p < 0,05). Ini berarti Ho ditolak, atau sebenarnya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP. Sementara itu koefisien korelasi (r) antara pengetahuan dengan kinerja menghasilkan angka 0,343. Angka tersebut menunjukkan bahwa kurang kuatnya korelasi antara pengetahuan dengan kinerja (dibawah 0,5) dan bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan koordinator SP2TP, akan semakin tinggi kinerja koordinator SP2TP. Demikian sebaliknya, semakin rendah pengetahuan koordinator SP2TP, makin rendah pula kinerjanya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sunarto (2005), menyatakan bahwa dalam perekrutan seorang pegawai untuk memegang suatu pekerjaan, haruslah terlebih dahulu diketahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh calon pemegang pekerjaan. Hal ini bisa dijadikan patokan untuk menilai calon pemegang pekerjaan tersebut apakah dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan kinerja yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan seorang pegawai berhubungan dengan kinerja pegawai tersebut.


(50)

Demikian juga menurut pendapat Foster dan Seeker (2001), yang menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan menjadi salah satu alasan penyebab kinerja yang rendah. Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan dalam bekerja. Kekurangan pengetahuan berarti pegawai tidak mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau tidak tahu cara melaksanakan tanggung jawabnya.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa secara umum, koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan telah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai koordinator SP2TP. Hal ini ditunjukkan dengan dilaksanakannya pengumpulan laporan SP2TP dari semua penanggung jawab program, melakukan koreksi data, melakukan tabulasi data, serta membuat laporan bulanan SP2TP, penyajian data dan melakukan persiapan pertemuan berkala setiap bulan.

Namun, mengenai pengertian SP2TP menurut pedoman dari Departemen Kesehatan, masih sebagian kecil yang mengetahuinya, yaitu 5 orang (12,8%). Demikian juga dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang penyederhanaan SP2TP, hanya 6 orang (15,4%) yang mengetahuinya. Sebagian besar koordinator SP2TP mengatakan sebenarnya dalam pelatihan tentang SP2TP yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, telah dijelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan SP2TP. Tetapi karena buku pedoman mengenai pelaksanaan SP2TP tak tersedia di puskesmas, maka koordinator SP2TP sebagian besar lupa pada materi pelatihan sehingga kesulitan dalam menerapkannya.


(51)

Hasil penelitian di lapangan juga menunjukkan bahwa hanya 11 orang koordinator SP2TP (28,2%) yang mengetahui secara lengkap jenis laporan SP2TP berdasarkan periode. Sebagian besar koordinator SP2TP tidak mengetahui mengenai laporan tahunan. Menurut penulis, hal ini dikarenakan sejak diterapkannya desentralisasi dibidang kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan membuat kebijakan bahwa Laporan Tahunan Puskesmas, yaitu LT-1, LT-2 dan LT-3 bukanlah tugas dan tanggung jawab koordinator SP2TP, melainkan menjadi tanggung jawab kepala puskesmas sebagai penganggung jawab laporan tingkat puskesmas.

5.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja Koordinator SP2TP

Hasil uji statistik korelasi peringkat spearman menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP, pada taraf nyata 0,05 didapat angka probabilitas (p) 0,012 (p < 0,05). Ini berarti Ho ditolak, atau sebenarnya terdapat hubungan antara keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP. Sementara itu koefisien korelasi (r) antara keterampilan dengan kinerja menghasilkan angka 0,400. Angka tersebut menunjukkan bahwa kurang kuatnya korelasi antara keterampilan dengan kinerja (dibawah 0,5) dan bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi keterampilan koordinator SP2TP, akan semakin tinggi kinerja koordinator SP2TP. Demikian sebaliknya, semakin rendah keterampilan koordinator SP2TP, makin rendah pula kinerjanya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Mangkunegara (2007), yang menyatakan bahwa pegawai yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu,


(52)

pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right man on the right job).

Foster dan Seeker (2001) juga berpendapat bahwa kurangnya keterampilan dapat menyebabkan kinerja yang buruk. Kategori keterampilan biasanya merujuk pada penguasaan teknik, yaitu kemampuan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai atau menjalankan suatu tugas.

Berdasarkan penelitian di lapangan, sebagian besar koordinator SP2TP selalu hadir setiap ada pelatihan yang diadakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan menyangkut SP2TP. Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (2005), yang menyatakan bahwa kinerja individu dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah keterampilan. Keterampilan dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan kesehatan individu, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman kerjanya. Pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari investasi Sumber Daya Manusia (SDM). Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi keterampilannya melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya.

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, koordinator SP2TP sebagian besar telah menerima bimbingan dari kepala puskesmas supaya pelaksanaan SP2TP dapat berjalan lancar. Dan koordinator SP2TP juga memberikan petunjuk dan bimbingan teknis serta mengingatkan penanggung jawab program mengenai waktu pengumpulan laporan.


(53)

Meskipun demikian tidak sepenuhnya bimbingan dan peringatan tersebut dipatuhi oleh penganggung jawab program. Ini menunjukkan bahwa penguasaan teknik dalam menjalankan tugasnya sebagai koordinator SP2TP belum terlaksana dengan baik. Seringkali keterlambatan laporan SP2TP dari penanggung jawab program, menyebabkan keterlambatan koordinator SP2TP mengirimkan laporan rekapitulasi SP2TP ke Dinas Kesehatan Kota Medan. Untuk bulan Februari 2010, ada sekitar 9 orang koordinator SP2TP (23,1%) yang terlambat mengirim laporan SP2TP ke dinas kesehatan. Selain dikarenakan keterlambatan laporan dari penganggung jawab program, juga dikarenakan keterlambatan laporan dari puskesmas pembantu.

Pengentrian data SP2TP ke dalam komputer dengan lengkap hanya dilakukan oleh 13 orang koordinator SP2TP (33,3%) 11 orang (28,2%) melakukannya kadang-kadang dan 15 orang (38,5%) sama sekali tidak melakukan pengentrian data. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa hanya 10 orang (25,6%) yang dapat mengoperasikan Ms.Excel atau Access dengan lancar, 14 orang (35,9%) dapat mengoperasikan Ms.Excel atau Access tidak begitu lancar dan 15 orang (38,5%) sama sekali tidak dapat mengoperasikan Ms.Excel atau Access. Sebagian besar Koordinator SP2TP beralasan bahwa dengan usia mereka yang sudah mendekati masa pensiun sangatlah sulit untuk menerima dan mengingat pelatihan mengenai pengoperasian Ms. Ms.Excel atau Access.

Menurut pendapat penulis, pekerjaan yang menumpuk dan kurangnya tenaga kerja juga menjadi kendala dalam melakukan pengentrian data ke dalam komputer. Namun, sebagian kecil koordinator SP2TP menyatakan telah ada petugas khusus dari


(54)

dinas kesehatan yang ditugaskan ke puskesmas untuk melatih koordinator SP2TP dalam hal pengentrian data SP2TP ke dalam komputer.

5.3 Hubungan Motivasi dengan Kinerja Koordinator SP2TP

Hasil uji statistik korelasi peringkat spearman menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP, pada taraf nyata 0,05 didapat angka probabilitas (p) 0,037 (p < 0,05). Ini berarti Ho ditolak, atau sebenarnya terdapat hubungan antara motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP. Sementara itu koefisien korelasi (r) antara motivasi dengan kinerja menghasilkan angka 0,335. Angka tersebut menunjukkan bahwa kurang kuatnya korelasi antara pengetahuan dengan kinerja (dibawah 0,5) dan bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi bekerja koordinator SP2TP, akan semakin tinggi kinerja koordinator SP2TP. Demikian sebaliknya, semakin rendah motivasi bekerja koordinator SP2TP, makin rendah pula kinerjanya.

Menurut McClelland dalam Mangkunegara (2007), pegawai akan mampu mencapai kinerja maksimal jika ia memiliki motivasi berprestasi tinggi. Motivasi berprestasi tinggi yang dimiliki harus ditumbuhkan dari dalam diri pegawai sendiri selain dari lingkungan kerja. Hal ini karena motivasi berprestasi yang ditumbuhkan dari dalam diri sendiri akan membentuk suatu kekuatan diri dan jika situasi lingkungan kerja turut menunjang, maka pencapaian kinerja akan lebih mudah.

Menurut Sunarto (2001), pegawai yang termotivasi akan tujuan dari tindakannya dan meyakini akan mencapai tujuan tersebut. Secara umum organisasi memberikan insentif dan imbalan serta kesempatan untuk pembelajaran dan


(55)

pertumbuhan dalam meningkatkan motivasi pegawai. Dengan demikian kinerja pegawai pun akan meningkat.

Demikian juga dengan Simanjuntak (2005), yang berpendapat bahwa kinerja yang tercatat rendah perlu diperhatikan dan harus dijaga supaya tidak merendahkan pegawai yang bersangkutan, tetapi justru harus dimotivasi supaya berbuat lebih baik. Ini menunjukkan bahwa motivasi seseorang dalam bekerja berhubungan dengan kinerja yang dicapai.

Berdasarkan penelitian di lapangan, sebagian besar koordinator SP2TP menyetujui bahwa suasana kerja menyenangkan dan nyaman, sarana pendukung dan peralatan kerja memadai, kendaraan dinas jarang mogok, serta mendapat Tunjangan Hari Besar Keagamaan. Namun demikian masih ada koordinator SP2TP yang mengeluh mengenai tidak adanya ruangan khusus dan sebuah lemari yang dimilikinya sebagai koordinator SP2TP sebagai ruang kerjanya dan lemari tempat menyimpan arsip laporan SP2TP. Ini berdampak pada kinerjanya yang mana arsip laporan SP2TP tidak dapat dijaga dengan baik.

Selain itu beberapa koordinator SP2TP juga mengeluhkan mengenai kendaraan dinas yang tidak mereka dapatkan meskipun telah diurus. Sehingga dalam memberikan laporan SP2TP ke dinkes, terkadang harus meminjam kendaraan dinas yang ada. Hal ini jugalah yang menjadi alasan sebagian kecil koordinator SP2TP dalam keterlambatan pengiriman laporan SP2TP ke dinkes.

Mengenai tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator SP2TP, sebanyak 5 orang (12,8%) tidak menyetujui bahwa tugas dan tanggung jawab tersebut sesuai sesuai dengang pendidikan dan kemampuan mereka. Mereka tidak setuju dengan


(56)

alasan bahwa pendidikan mereka adalah D3 farmasi, dan sama sekali tidak ada pendidikan semasa kuliah mengenai SP2TP. Hal ini tentunya berdampak pada kinerja koordinator SP2TP. Hal ini didukung data yang mana sebagian besar koordinator SP2TP tidak menyusun rencana kegiatan SP2TP, tidak membuat catatan pertanggungjawaban kepada atasan.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Ada hubungan positif antara pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan tahun 2010.

2. Ada hubungan positif antara keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan tahun 2010.

3. Ada hubungan positif antara motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan tahun 2010.

4. Sebanyak 87,2% koordinator SP2TP belum mengetahui pengertian SP2TP sesuai pedoman departemen kesehatan.

5. Sebanyak 84,5% koordinator SP2TP belum mengetahui nomor Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang penyederhanaan SP2TP.

6. Sebanyak 66,7% koordinator SP2TP belum melakukan pengentrian data ke dalam komputer dengan lengkap.

7. Sebanyak 74,4% koordinator SP2TP belum dapat mengoperasikan program Ms. Excel atau Access dengan lancar.

8. Pada bulan Februari 2010, ada sekitar 9 orang koordinator SP2TP (23,1%) yang terlambat mengirim laporan SP2TP ke Dinas Kesehatan Kota Medan.


(58)

6.2 Saran

1. Untuk meningkatkan pengetahuan koordinator SP2TP dalam hal pencatatan hasil rekapitulasi laporan SP2TP perlu disediakan buku pedoman mengenai petunjuk pelaksanaan SP2TP di setiap puskesmas, sehingga dengan mudah dapat dipelajari dan diterapkan oleh koordinator SP2TP.

2. Untuk meningkatkan keterampilan koordinator SP2TP dalam hal pengoperasian Ms. Excel atau Access dalam pengentrian data SP2TP, perlu ditingkatkan frekuensi pelatihan mengenai pengentrian data SP2TP ke dalam Ms. Excel atau Access.

3. Hendaknya kepala puskesmas menugaskan pegawai khusus dibidang pengoperasian komputer, sehingga ada pembagian kerja antara pencatatan hasil rekapitulasi SP2TP dengan pengentrian data tersebut ke dalam komputer.

4. Perlu dilaksanakan pemantauan oleh kepala puskesmas untuk mengetahui keluhan dan masalah yang dihadapi oleh koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan dan dapat ditindaklanjuti sehingga tercapai kinerja yang baik.

5. Perlu kesesuaian antara tugas dan tanggung jawab sebagai koordinator SP2TP dengan pendidikan pegawai tersebut.


(1)

Resp. No_1 No_2 No_3 No_4 No_5 No_6 No_7 No_8 Tingkat Pendidikan

Lama Kerja

Total

28 2 0 2 2 2 1 2 2 0 2 15

29 2 1 1 1 1 2 2 2 2 0 14

30 2 0 2 1 2 2 2 1 1 1 14

31 1 2 2 2 2 1 1 2 2 0 15

32 2 0 1 2 2 1 1 1 1 0 11

33 2 2 1 1 1 1 2 2 2 0 14

34 2 0 0 2 2 1 2 2 0 0 11

35 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 17

36 2 0 0 2 2 2 2 2 0 1 13

37 2 0 1 1 1 1 2 1 0 0 9

38 2 0 1 1 2 1 1 1 0 0 9


(2)

Master Data Motivasi

Resp. No_1 No_2 No_3 No_4 No_5 No_6 No_7 No_8 No_9 No_10 No_11 No_12 No_13 No_14 No_15 No_16 No_17 No_18 Total

1 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 86

2 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 79

3 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 2 4 4 5 4 5 81

4 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 4 85

5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 4 4 78

6 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 2 4 4 4 68

7 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 73

8 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 2 5 5 4 3 4 78

9 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 84

10 5 5 3 4 4 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 84

11 3 3 2 4 4 5 5 4 4 4 5 5 2 5 4 4 4 4 71

12 4 4 3 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 3 4 4 4 76

13 5 4 2 5 4 5 5 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 76

14 4 5 4 2 5 5 5 5 4 4 4 4 4 3 5 5 5 5 78

15 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 4 4 83

16 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 2 4 4 4 3 4 78

17 4 5 4 4 2 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 5 76

18 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 73

19 4 5 4 4 4 5 4 4 2 4 3 4 4 4 5 5 4 4 73

20 5 2 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 3 3 4 4 67

21 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 78

22 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 81

23 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 68

24 5 5 5 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 5 5 5 4 80

25 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 71

26 3 4 4 3 4 5 5 4 4 3 5 4 4 5 4 3 4 4 72

27 5 5 4 2 4 5 5 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 2 68

28 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 71


(3)

Resp. No_1 No_2 No_3 No_4 No_5 No_6 No_7 No_8 No_9 No_10 No_11 No_12 No_13 No_14 No_15 No_16 No_17 No_18 Total

29 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 68

30 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 5 4 4 69

31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 4 69

32 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 77

33 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 73

34 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 2 4 68

35 5 5 5 3 4 4 4 4 2 4 4 5 5 4 5 5 5 5 78

36 4 4 4 4 2 4 4 5 5 5 5 5 4 4 2 4 4 4 73

37 5 4 5 1 1 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 2 75

38 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 2 4 4 73


(4)

Master Data Kinerja

Resp. No_1 No_2 No_3 No_4 No_5 No_6 No_7 No_8 No_9 No_10 No_11 No_12 No_13 No_14 Total

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

2 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

3 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 10

4 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

7 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11

9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 11

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

11 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 10

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

13 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 10

14 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 11

15 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

17 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 11

18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 11

19 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 12

20 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 10

21 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

23 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

24 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 10

25 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 11

26 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10

27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10

28 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 11


(5)

Resp. No_1 No_2 No_3 No_4 No_5 No_6 No_7 No_8 No_9 No_10 No_11 No_12 No_13 No_14 Total

29 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 13

30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11

32 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 12

34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 11

35 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13

36 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12

37 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 12

38 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12


(6)

Nonparametric Correlations

Correlations

Pengetahuan Keterampilan Motivasi Kinerja

Spearman's rho Pengetahuan Correlation

Coefficient 1.000 .192 -.184 .343(*)

Sig. (2-tailed) . .241 .263 .033

N 39 39 39 39

Keterampilan Correlation

Coefficient .192 1.000 -.012 .400(*)

Sig. (2-tailed) .241 . .944 .012

N 39 39 39 39

Motivasi Correlation

Coefficient -.184 -.012 1.000 .335(*)

Sig. (2-tailed) .263 .944 . .037

N 39 39 39 39

Kinerja Correlation

Coefficient .343(*) .400(*) .335(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .033 .012 .037 .

N 39 39 39 39

* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


Dokumen yang terkait

Hubungan Beban Kerja dengan Kinerja Koordinator SP2TP di Kota Medan Tahun 2005

0 19 76

Determinan Penampilan Dan Pemanfaatan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (Sp2tp) Di Puskesmas Stabat Kabupaten Langkat Tahun 2004

0 28 128

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penanggung Jawab Program Puskesmas Dalam Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) DI Kabupaten Aceh Timur Tahun 2003

1 35 110

Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Koordinator Sp2tp Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2005

0 34 75

Analisis Pelaksanaan Sistem Pencatatan Dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (Sp2tp) Di Kabupaten Simalungun Tahun 2005

0 28 121

KAJIAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS (SP2TP) WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2013

5 49 203

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, MOTIVASI, DAN SUPERVISI DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DALAM PENCATATAN SISTEM Hubungan Tingkat Pengetahuan, Motivasi, Dan Supervisi Dengan Kinerja Kader Posyandu Dalam Pencatatan Sistem Informasi Posyandu (Sip) Di Puskesmas

1 6 14

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALUASE KABUPATEN SIGI | Karya Tulis Ilmiah

2 7 55

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN TERPADU PUSKESMAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BALUASE KABUPATEN SIGI

0 0 17

Peranan Kepemimpinan Bidan Koordinator Dengan Kinerja Bidan Dalam Pencatatan Dan Pelaporan Pws Kia Di Puskesmas Simalingkar Tahun 2017

0 1 17