Hubungan Kepemimpinan Dengan Motivasi Kerja Petugas Di Puskesmas Sambas Kecamatan Sibolga Kota Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas
2.1.1 Pengertian Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun
2014, Puskesmas sebagai salah satu jenis pelayanan kesehatan tingkat pertama
memiliki peranan dalam sistem kesehatan nasional, khususnya sistem upaya
kesehatan. Bahwa penyelenggaraan puskesmas ditata ulang untuk meningkatkan
aksebilitas,keterjangkauan dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan
derajat masyarakat serta mensukseskan program jaminan sosial nasional.
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerja.
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dipuskesmas bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang :
a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat
b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. hidup dalam lingkungan sehat,dan

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal,baik individu,keluarga,kelompok dan
masyarakat.

7
Universitas Sumatera Utara

8

2.1.2 Tujuan dan Tugas Puskesmas
1. Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang :
a. Memiliki prilaku sehat yang meliputi kesadaran,kemauan dan kemampuan
hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan yang sehat, dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat (PMK RI, 2014)
2. Tugas Puskesmas
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya dalam rangka
mendukung terwujudnya kecamatan sehat (PMK RI, 2014)

2.1.3 Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:
a. Paradigma sehat
b. Pertanggung jawaban wilayah
c. Kemandirian masyarakat
d. Pemerataan
e. Teknologi tepat guna
f. Keterpaduan dan kesinambungan (PMK RI, 2014)

Universitas Sumatera Utara

9

2.1.4 Organisasi Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014, Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota
berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas.
Organisasi puskesmas meliputi :
a. Kepala Puskesmas
Kepala puskesmas bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dipuskesmas

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya
sistem informasi puskesmas dan kepegawaian
c. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat yang
membawahi:
1. Pelayanan promosi kesehatan termasuk UKS
2. Pelayanan kesehatan lingkungan
3. Pelayanan KIA-KB
4. Pelayanan gizi
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit
d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium, yang membawahi
beberapa kegiatan yaitu :
1. Pelayanan pemeriksaan umum
2. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
3. Pelayanan KIA/KB
4. Pelayanan gawat darurat
5. Pelayanan gizi
6. Pelayanan persalinan

Universitas Sumatera Utara


10

7. Pelayanan persalinan
8. Pelayanan kefarmasian
9. Pelayanan laboratorium
e. Penanggung jawab jaringan pelayan puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan yang membawahi :
1. Puskesmas pembantu
2. Puskesmas keliling
3. Bidan desa
2.2

Kepemimpinan

2.2.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan berkaitan dengan kemampuan motivasi, komunikasi dan
hubungan antar manusia, seseorang pemimpin harus memotivasi dirinya sendiri
dan orang lain agar mau bekerja dengan mencapai tujuan. Pemimpin yang mampu
berkomunikasi dan mampu berhubungan manusiawi dengan orang lain (human
relations) dengan baik dan lebih mudah mempengaruhi dan menggerakkan orang

lain sesuai keinginannya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki (Ali, 2010)
Tanpa kepemimpinan yang baik, sulit bagi seseorang pemimpin
menjalankan fungsi manajemen dengan mestinya. Perencanaan yang baik,
organisasi yang memadai, anggaran yang besar, sarana dan pra sarana yang
lengkap belum menjamin bahwa akan diperoleh hasil kegiatan yang diinginkan.
(Ali, 2010)
Menurut George R.Terry, kebanyakan pemimpin-pemimpin efektif
merupakan orang-orang yang bermotivasi tinggi dan menetapkan standar-standar

Universitas Sumatera Utara

11

prestasi tinggi bagi mereka sendiri. Mereka ingin mengetahui banyak hal, bersifat
energik dan merasa ditantang oleh problem-problem yang sulit dipecahkan oleh
mereka.

Seseorang

pemimpin


menggugah

keinginan

seseorang

untuk

melaksanakan suatu hal. Ia menunjukkan arah yang harus ditempuh dan ia
membina anggota-anggota kelompok ke arah penyelesaian hasil pekerjaan
kelompok.
Tiga komponen dalam kepemimpinan yaitu:
a. Pengaruh
Kepemimpinan adalah pengaruh,dimana kepemimpinan terjadi karena adanya
proses pengaruh. Pemimpin mempengaruhi bawahan atau pengikut kearah
yang diinginkan
b. Legitimasi
Kepemimpinan


adalah

pengakuan/pengukuhan

legitimasi,
atau

dimana

pengesyahan

legitimasi

kedudukan

merupakan
pemimpin,dan

legitimasi juga merupakan posisi formal dari kekuasaan (power) dalam
organisasi. Pemimpin yang memiliki legitimasi institusional atau legitimassi

personal dapat mempengaruhi atau memerintah bawahan/pengikut dan
bawahan/pengikut rela dipengaruhi dan diperintah oleh pemimpin yang
memiliki legitimasi. Bawahan/pengikut melaksanakan perintah dengan baik.
c. Tujuan
Kepemimpinan adalah pencapaian tujuan,dimana pemimpin berurusan dengan
tujuan-tujuan yaitu ; (1) tujuan individu, (2) tujuan kelompok, (3) tujuan
organisasi. Pemimpin dipandang individu menurut kepuasan individu dalam ,
melaksanakan perintahnya. Dan pemimpin harus dapat mengusahakan

Universitas Sumatera Utara

12

keseimbangan antara tujuan organisasi dengan keinginan bawahan/pengikut
dari hasil yang menyenangkan agar lebih bergairah untuk bekerja
(Soekarso,2015)
Dalam organisasi, pemimpin terbagi dalam tiga strata utama yakni:
1.

Top manager : yang tekanan tugasnya pada pelaksanaan administrasi dalam

menyusun rencana,policy dan laporan terdiri dari pada direksi

2.

Middle manager : eksekutif pelaksanaan rencana dan policy organisasi terdiri
dari para kepala bagian

3.

Low manager : eksekutif dilapangan yang terdiri dari kepala-kepala unit
pelaksana,para pengawasan dilapangan (Ardana dkk, 2012)

2.2.2. Fungsi Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan relasi dan pengaruh antara pimpinan dan yang
dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari
interaksi antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin. Kepemimpinan
dapat berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi
dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian tujuan
tertentu. Dengan begitu pemimpin tersebut ada bila terdapat kelompok atau
organisasi. Maka keberadaan pemimpin itu selalu ada ditengah-tengah

kelompoknya (bawahan) (Kartono, 2010)
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif,maka kepemimpinan
tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan
berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masingmasing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam buakan

Universitas Sumatera Utara

13

diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian di dalam situasi
sosial kelompok atau organisasi nya.
Menurut Kartono (2010) fungsi kepemimpinan adalah usaha untuk memandu,
menuntun, memimpin, memberi atau membangunkan motivasi-motivasi kerja,
mengemudikan organisasi, menjalin jaringan komunikasi kerja yang baik dalam
memberikan pengawasan yang efisien dan membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju sesuai dengan ketentuan waktu dan perencanaan yang
telah ditetapkan.
Fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan kelompok atau sosial
mencakup segala sesuatu yang dapat membantu kelompok atau organisasi
berjalan


lebih

baik

atau

efektif,

persetujuan

dengan

kelompok

lain

(Soekarso,2015).
Menurut Hasibuan dalam buku Soekarso (2015) mengemukakan fungsi-fungsi
kepemimpinan antara lain sebagai berikut :
1. Pengambilan Keputusan
Diantara seluruh tugas yang disandang oleh MSDM, maka yang mungkin
terberat adalah tugas mengambil keputusan. Pengambilan keputusan ini
merupakan satu-satu nya hal yang membedakan seorang pemimpin. Oleh sebab
itu, keberhasilan seorang pemimpin sangat ditentukan oleh keterampilan
mengambilan keputusan, disaat-saat amat kritis. Dikatakan berat,karena
pengambilan keputusan akan mempunyai dampak luas terhadap mekanisme
organisasi yang dipimpinnya dan cenderung mempunyai kadar kerawanan yang
tinggi,bila pengambilan keputusan itu tidak didasarkan pada aturan-aturan yang

Universitas Sumatera Utara

14

berlaku. Seorang pemimpin mempunyai keberanian dala mengambil keputusan,
karena yang bersangkutan:
a. Mengetahui seluk-beluk pekerjaan yang ditanganinya
b. Mempunyai wawasan dan teknik analisis yang tinggi dan sudah terlatih
menghadapi masalah
c. Memahami benar hal-hal yang menjadi sasaran unit kerjanya.
d. Memahami secara lebih mendalam kareakter yng dimiliki oleh para
bawahannya
e. Memahami tatahubungan organisasi yang dipimpinnya dengan lingkungan
sekitarnya
f. Memahami segala peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan materi yang
diperlukan dalam pengambilan keputusan (Sutrisno, 2009)
2. Pengarahan
Suatu kegiatan yang dilakukan pimpinan untuk mengarahkan, menggerakkan
dan memberikan bimbingan kepada bawahan untuk melaksanakan pekerjaan.
Fungsi ini merupakan fungsi pengarhan kegiatan yang telah dituangkan dalam
fungsi pengorganisasian untuk mencapat tujuan organisasi yang telah dirumuskan
pada fungsi perencanaan. Oleh karena itu fungsi ini lebih menekankan tentang
bagaimana mengarahkan dan menggerakkan semua petugas untuk mencapai
tujuan yang disepakati.
Tujuannya :
a. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
b. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan

Universitas Sumatera Utara

15

c. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
d. Mengusahan suasana lingkungan kerja dinamis yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja (Sutrisno, 2009)
3. Pendelegasian
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuat atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan
untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggung jawab
(Kartono, 2010)
Seorang pemimpin tidak mungkin dapat mengerjakan sendiri seluruh
pekerjaannya, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuannya. Oleh
sebab itu, seorang pemimpin yang bijaksana haruslah mendelegasian sebagian
tugas dan wewenang kepada bawahannya. Pendelegasian ini diperlukan agar
jalannya organisasi tidak mengalami kemacetan dan terhindar dari bau birokratis.
Dalam pendelegasian wewenang, tanggung jawab dipikul bersama antara yang
mendelegasikan dan yang menerima delegasi. Namun pihak yang mendelegasikan
tidak terlepas dari tanggung jawab untuk tercapainya sasaran pelaksanaan tugastugas yang di delegasikan. Penerapan pendelegasian biasanya dilakukan oleh
seorang pemimpinan kepada bawahannya yang terdekat, karena pemimpin
tersebut sudah mengetahui kemampuan bawahan yang akan menerima delegasi
tersebut. Pendelegasian wewenang merupakan jiwa dari pembagian tugas. Tanpa
pendelegasian wewenang orang tidak akan dapat melakukan tugasnya dengan
baik. Oleh karena itu,pembagian tugas harus diikuti oleh pendelegasian sebagian

Universitas Sumatera Utara

16

wewenang kepada pihak yang diberi tugas, agar mereka mempunyai dasar hukum
untuk melakukan tugas itu. Tujuan pendelegasian sebagai berikut :
a. Agar pemimpin lebih dapat memusatkan pemikirannya pada tugas-tugas
pokok saja
b. Agar tugas yang tepat dikerjakan oleh orang yang lebih tepat sesuai dengan
keahliannya.
c. Agar semua pekerjaan berjalan lancar,tanpa tergantung pada kehadiran
pimpinan
d. Untuk lebih dapat mengembangkan potensi dn kemampuan para bawahan
e. Tiap pekerjaan dapat diselesaikan pada jenjang waktu yang tepat,sehingga
dapat ditangani lebig cepat
f. Dalam rangka mendidik dan melatih para bawahan untuk mengemban tugas
dan tanggung jawab yang lebih besar.
Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan seorang pemimpin dalam
mendelegasikan, adalah:
a. Sebagian tugas dan wewenang
b. Tetapkan batas-batas tugas yang didelegasikan
c. Yang menerima delegasi harus lah orang yang tepat baik fisik maupun
kemampuannya.
d. Pendelegasian harus diikuti dengan pemberian motivasi
e. Bimbinglah yang diberi delegasi wewenang, sehingga ia mengerti dan paham
apa yang didelegasikan
f. Melakukan pengawasan yang wajar terhadap apa yang didelegasikan

Universitas Sumatera Utara

17

g. Meminta laporan pelaksanaan tugas yang didelegasikan secara periodik
(Sutrisno, 2009)
4. Motivator
Sebagaimana yang telah dijabarkan pada konsep tentang motivasi yang
tersebut diatas bahwa seorang pemimpin harus dapat sebagai motivator yang
mana seorang pemimpin dapat mendorong bawahannya atau memberikan motif
untuk dapat melakukan sesuai yang kita inginkan dengan cara memenuhi
kebutuhannya guna mencapai tujuan yang kita harapkan.
5. Pengawasan
Kegiatan pemimpin untuk menilai pelaksanaan tugas-tugas bawahannya. Jika
ada kesenjangan atau penyimpangan diupayakan agar penyimpangan dapat
dideteksi secara dini, dicegah dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan bertujuan agar efisien petugas lebih berkembang, dan efektifitas
tugas-tugas petugas untuk mencapai tujuan program dapat lebih terjamin.
Menurut Sulaiman (2011) mengartikan pengawasan sebagai suatu usaha
sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan
perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan
nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya organisasui dipergunakan
dengan cara paling efisien dan efektif dalam pencapian tujuan-tujuan organisasi.
Pengawasan sebagai suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah
pelaksanaan pekerjaan/kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencna semula.

Universitas Sumatera Utara

18

Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan
yang seharusnya terjadi.
Tugas pemimpin dalam usahanya menjalankan dan mengembangkan fungsi
pengawasan perlu memperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh petugas dan hasilnya
mudah diukur. Misalnya menepati jam kerja tugas-tugas yang diberikan selalu
dapat diselesaikan tepat waktu
2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan atau pengawasan yang
lemah,berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi
3. Standar untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua petugas.
Bila hal ini dapat dilaksanakan, petugas akan dapat lebih meningkatkan rasa
tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga
penerapan standar pengawasan akan dapat dilakukan secara lebih objektif
(Muninjaya, 2004)
6. Pengendalian
Fungsi ini cenderung bersifat komunisasi dua arah, meskipun tidak mustahil
untuk dilakukan dengan cara komunikasi dua arah. Fungsi pengendalian berasumsi
bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktivitas anggotanya
secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan
tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dalam mewuujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi dan pengawasan. Dalam kegiatan tersebut pimpinan harus
aktif, namun tidak mustahil untuk dilakukan dengan mengikutsertakan anggota

Universitas Sumatera Utara

19

organisasinya. Dengan melakukan kegitan tersebut berarti pemimpin berusaha
mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap perseorangan dalam
melaksanakan beban kerja atau perintah dari pemimpinnya. Seluruh fungsi
kepemimpinan tersebut di atas di selenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara
integral. Aktivitas atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat integral itu,
pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut:
a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program kerja yang menjadi keputusan
yang konkrit untuk dilaksanakan, sesuai dengan prioritasnya masing-masing.
Keputusan-keputusan

itu

harus

jelas

hubungannya

dengan

tujuan

kelompok/organisasi, agar jelas pula sumbangannya bila diwujudkan menjadi
kegiatan di dalam atau diluar organisasi.
b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan keputusan-keputusannya menjadi
instruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan anggota yang melaksanakannya

(Kartono, 2010)
2.2.3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola prilaku spesifik yang ditampilkan oleh
pimpinan dalam upaya mempengaruhi orang lain guna mencapai tujuan organisasi
atau kelompoknya (Sulaiman, 2011)
Gaya kepemimpinan seseorang berbeda dengan lainnya karena gaya
kepemimpinan tersebut adalah bersifat unik. Walaupun demikian dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan gaya otoriter antara lain berciri :
a. Wewenang mutlak terpusat pada pimpinan

Universitas Sumatera Utara

20

b. Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan
c. Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan
d. Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan
e. Pengawasan terhadap sikap,tingkah laku,disiplin dan perbuatan atau
kegiatan para bawahannya dilakukan secara ketat
f. Prakarsa harus selalu datang dari pimpinan
g. Tiada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran,pertimbangan
atau pendapat
h. Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif
i. Lebih banyak kritik daripada pujian
j. Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat
k. Pimpinan menuntut kesetiaan mutlak tanpa syarat
l. Cenderung adanya paksaan,ancaman dan hukuman
m. Kasar dalam bertindak
n. Kaku dalam bersikap
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan
Penerapan kepemimpinan gaya otoriter dapat mendatangkan keuntungan
antara lain berupa kecepatan serta ketegasan dalam pembuatan keputusan dan
bertindak sehingga untuk sementara mungkin produktifitas dapat naik.
Penerapan kepemimpinan gaya otoriter ternyata mengakibatkan antar lain:
a.

Suasana kaku, tegang, mencekam, menakutkan, timbulnya ketidakpuasaan.

b.

Merusak moral, meniadakan inisiatif, menimbulkan permusuhan, agresifitas,
keluhan

Universitas Sumatera Utara

21

c.

Kurang disenangi petugas karena petugas dipaksa bekerja keras agar tugas
selesai dengan cepat dan baik

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain
agar bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan.
Kepemimpinan gaya demokratis antara lain berciri:
a. Wewenang pimpinan tidak mutlak
b. Pemimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan
c. Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
d. Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan
e. Komunikasi berlangsung timbal balik, baik terjadi antara pimpinan dan
bawahan maupun antara sesama bawahan
f. Pengawasan terhadap sikap,tingkah laku, disiplin, perbuatan atau kegiatan
bwahan dilakukan secara wajar
g. Prakarsa dapat datang dari pimpinan maupun bawahan
h. Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan
atau pendapat
i. Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari
pada instruktif
j. Pujian dan kritik seimbang

Universitas Sumatera Utara

22

k. Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas
kemampuan masing-masing
l. Pimpinan meminta kesetiaan secara wajar
m. Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak
n. Terdapat suasana saling percaya,saling hormat menghormati dan saling harga
menghargai
o. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul bersama pimpinan dan
bawahan
Penerapan kepemimpinan gaya demokratis dapat mendatangkan keuntungan
antara lain berupa keputusan serta tindakan yang lebih objektif,tumbuhnya rasa
ikut memiliki, serta terbinanya moral yang tinggi. Sedangkan kelemahan gaya ini
antara lain keputusan serta tindakan kadang-kadang lamban,rasa,tanggung jawab
kurang, keputusan yang dibuat bukan merupakan keputusan yang baik (Ali, 2010)
3. Gaya Kepemimpinan Bebas
Kepemimpinan gaya bebas adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan lebih banyak diserhkan kepada bawahan.
Kepemimpinan liberal antara lain berciri:
a. Pimpinan melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan
b. Keputusan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
c. Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para bawahan
d. Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahannya

Universitas Sumatera Utara

23

e. Hampir tiada pengawasan terhadap sikap,tingkah laku,perbuatan atau kegiatan
yang dilakukan para bawahan
f. Prakarsa selalu datang dari bawahan
g. Hampir tiada pengarahan dari pimpinan
h. Peran pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok
i. Kepentingan pribadi lebih utama dan pada kepentingan kelompok
j. Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh orang per orang
(Sulaiman, 2011)
Peranan pemimpin gaya bebas dapat mendatangkan antara lain para anggota
atau bawahan akan dapat mengembangkan

kemampuan dirinya. Tetapi

kepemimpinan jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa
kekacauan karena tiap pejabat bekrja menurut selera masing-masing (Ali, 2010)
4. Gaya Kepemimpian Kharismatik
Gaya kepemimpinan kharismatik adalah gaya kepemimpinan yang dipandang
sulit untuk dianalisis, karena literatur yang ada tentang kepemimpinan kharismatik
tidak memberikan petunjuk yang cukup. Ada kharakteristiknya yang khas yaitu
daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang
jumlahnya sangat besar.
Kepemimpinan kharismatik berciri-ciri yaitu :
-

Mempunyai daya tarik dan kekuatan energi yang kuat yang berasal dari latar
belakang bigrafikal,pendidikan,kekayaan,penampilan,sehingga pengikutnya
besar, dia dianggap memiliki kekuatan gaib

-

Percaya diri yang besar

Universitas Sumatera Utara

24

-

Mempunyai visi

-

Kemampuan untuk mengartikulasikan visi

-

Keyakinan yang tidak mengikuti perilaku stereotip. Artinya perilaku yang
lain dari yang biasa ditampilkan oleh para bawahan

-

Perilaku yang tidak mengikuti perilaku stereotip. Artinya perilaku yang lain
dari yang biasa ditampilkan oleh para pemimpin tipe lainnya, seperti perilaku
yang tidak konvensional,tidak sekedar mengikuti arus,dan sering melakukan
tindakan yang berani. Jika berhasil dalam praktek,perilaku yang tidak
konvensional, tidak sekedar mengikuti arus,dan sering melakukan tindakan
yang berani. Jika berhasil dalam praktek,perilaku demikian menimbulkan
kekaguman dikalangan para bawahannya yang pada gilirannya berakibat
makin tinggi nya tingkat kesediaan mereka menjadi pengikut pemimpin yang
bersangkutan.

-

Peranan selaku agen pengubah dalam arti siap membawa perubahan termasuk
perubahan yang radikal dan tidak sebagai pemeliharaan status quo

-

Pemahanan yang mendalam dan tepat tentang sifat lingkungan yang dihadapi
termasuk kendala yang ditimbulkannya serta kesiapan untuk menyediakan
sarana dan prasarana yang diperlakukan untuk mewujudkan perubahan itu.
(Sulaiman, 2011)

2.2.4. Ciri – Ciri Kepemimpinan
Menurut Ordway Tead dalam buku Ali (2010) 10 ciri perlu dimiliki oleh
seorang pemimpin yaitu: kekuatan fisik dan saraf, memahami tujuan dan arah
organisasi, enthusiasme, keramahan dan kecintaan, integritas, penguasaan teknis

Universitas Sumatera Utara

25

bidang tugasnya, dapat mengambil keputusan. Intelejensi, keterampilan dan
keyakinan.
Ada 8 ciri-ciri kepemimpinan antara lain:
a. Kesehatan yang baik, kekuatan pribadi dan ketahanan fisik.
b. Memahami tugas pokok, komitmen pribadi terhadap kegiatan atau tujuan
bersama, enthusiasme, kepercayaan diri
c. Memiliki perhatian kepada orang lain, ramah-tamah, memperhatikan masalah
orang lain
d. Intelejensi (tidak perlu harus memiliki pengetahuan yang detail atau ahli,
tetapi ”common sense” yang baik), kemampuan yang siap dan cepat untuk
memahami unsur-unsur yang esensial dari informasi yang perlu dan kapasitas
untuk menggunakan pengetahuan.
e. Intergritas, memahami kewajiban moral dan kejujuran, kemauan untuk
menjadikan pencapaian sesuatu sebagai hasil bersama, kemampuan untuk
menetapkan standar tingkah laku pribadi dan resmi yang akan menghasilkan
sikap hormat dari orang lain
f. Sikap persuasif, kemampuan mempengaruhi orang lain untuk menerima
keputusan-keputusan
g. Kritis, kemampuan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan orang yang
bekerja dengannya dan bagaimana memperoleh kemanfaatannya secara
maksimal bagi organisasi
h. Kesetiaan, perhatian penuh kepada kegiatan bersama dan juga kepada orangorang yang bekerja dengannya,semangat mempertahankan kelompoknya
terhadap serangan dari luar (Ali, 2010)

Universitas Sumatera Utara

26

2.3. Motivasi
2.3.1

Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Setiap orang dalam suatu aktivitas berbeda satu dengan yang lain
tergantung pada kemampuan, kemauan, keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan,
sasaran, imbalan atau dorongan. Dorongna dalam diri seseorang menyebabkan
mengapa ia berusaha mencapai tujuan yang direncakan baik secara sadar atau
tidak sadar (Arifin, 2012)
Sedarmayanti menyatakan bahwa motivasi dapat diartikan sebgai suatu daya
pendorong yang meyebabkan orang berbuat sesuatu atau yang diperbuat karena
takut akan sesuatu. Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang
yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam
melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu
sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap
kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja
maupun dalam kehidupan lainnya (Arifin, 2012)
Ada dua prinsip yang dapat digunakan untuk meninjau motivasi, yaitu:
1. Motivasi dipandang sebagai suatu proses
2. Menentukan karakter dari proses ini (Sutrisno, 2009)
2.3.2

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Menurut Herzberg dalam buku Arifin (2012) ada dua faktor yang

mendorong petugas termotivasi yaitu : faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor

Universitas Sumatera Utara

27

intrinstik berasal dari dalam diri masing-masing individual seperti pekerjaan
seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam
karier dan pengakuan orang lain.
Faktor ekstrinsik berarti bersumber dari luar diri yang menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang antara lain status seseorang dalam
organisasi dan hubungan seorang individu dengan atasannya dalam organisasi.
Dalam hal ini kepemimpinan berperan sebagai pembentuk motivasi bawahannya
untuk mencapai tujuan organisasi tersebut.
Faktor yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang adalah faktor
ekstrinsik.
2.3.3

Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Motivasi
Pemberian motivsi kepada petugas merupakan kewajiban para pemimpin,

agar para petugas tersebut dapat lebih meningkatkan volume dan mutu pekerjaan
yang menjadi tanggung jawab. Untuk itu, seorang pemimpin perlu memperhatikan
hal-hal berikut agar pemberian motivasi dapat berhasil seperti yang diharapkan,
yaitu:
1. Memahami Perilaku Bawahan
Pemimpin harus dapat memahami perilaku bawahan,artinya seorang
pemimpin dalam tugas keseluruhan hendaknya dapat memperhatikan,mengamati
perilaku para bawhan masing-masing. Dengan memahami perilaku mereka akan
lebih mudahkan tugasnya memberi motivasi kerja. Disini seorang pemimpin
dituntut mengenal seseorang,karena tidak ada orang yang mempunyai perilaku
yang sama.

Universitas Sumatera Utara

28

2. Harus Berbuat Dan Berprilaku Realistis
Seorang pemimpin mengetahui bahwa kemampuan para bawahan tidak sama,
sehingga dapat memberikan tugas yang kira-kira sama dengan kemampuan
mereka masing-masing, dalam memberi motivasi,bawahan harus menggunakan
pertimbangan-pertimbangan yang logis dan dapat dilakukan oleh bawahan
3. Tingkat Kebutuhan Setiap Orang Berbeda
Tingkat kebutuhan setiap orang tidak sama disebabkan karena adanya
kecenderungan,keinginan,perasaan dan harapan yang berbeda antara satu orang
dengan orang lain pada waktu yang sama
4. Mampu Menggunakan Keahlian
Seorang pemimpin yang dikehendaki dapat menjadi pelopor dalam setiap hal.
Diharapkan lebih menguasai seluk-beluk pekerjaan,mempunyai kiat sendiri dalam
menyelesaikan masalah,apa lagi masalah yang dihadapi bawahan dalam
melaksanakan tugas.
Untuk itu, mereka dituntut dapat menggunakan keahliannya :
a. Menciptakan iklim kerja yang menyenangkan
b. Memberikan penghargaan dan pujian bagi yang berprestasi dan membimbing
yang belum berprestasi
c. Membagi tugas sesuai dengan kemampuan para bawahan
d. Memberi umpan balik tentang hasil pekerjaan
e. Memberi kesempatan kepada bawahan untuk maju dan beraktivitas
5. Pemberian motivasi harus mengacu pada orang
Pemberian motivasi adalah untuk orang atau petugas secara pribadi dan bukan
untuk pemimpin sendiri. Seorang pemimpin harus memperlakukan seorang

Universitas Sumatera Utara

29

bawahan sebagai bawahan,bukan sebagai diri sendiri yang sedang mempunyai
kesadaran tinggi untuk melakukan pekerjaan dengan baik.
6. Harus Dapat Memberi Keteladanan
Keteladanan merupakan guru yang terbaik, tidak guna seribu kata bila
perbuatan

seseorang

tidak

menggambarkan

perbuatannya.

Keteladanan

merupakan contoh nyata yang dapat dilihat, disaksikan oleh seorang bawahan.
Dengan keteladanan seorang pemimpin,bawahan akan dapat termotivasi
bagaimana

cara

bekerja

dengan

baik,berkata

dan

berbuat

yang

baik

(Sutrisno,2009)
2.3.4

Ciri - Ciri Yang Memiliki Motivasi Kerja

Menurut David C.McClelland ada enam karakteristik orang yang mempunyai
motivasi yang tinggi
Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi
1. Berani mengambil dan memikul resiko
2. Memiliki tujuan yang realistik
3. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan
tujuan
4. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang
dilakukan
5. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan
(Mangkunegara, 2007)

Universitas Sumatera Utara

30

2.3.5

Tujuan Motivasi Kerja

Pada hakekatnya pemberian motivasi kepada petugas tersebut mempunyai
tujuan yang dapat meningkatkan berbagai hal. Tujuan pemberian motivasi kepada
petugas adalah untuk:
1. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja petugas
2. Meningkatkan produktifitas kerja petugas
3. Meningkatkan kedisplinan petugas
4. Mempertahankan kestabilan petugas
5. Mengefektifikan pengadaan petugas
6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik
7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi tugas
8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan petugas
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab petugas terhadap tugas-tugasnya
10. Meningkatkan efisiensi pengunaan alat-alat dan bahan baku
Berdasarkan hal tersebut diatas, jelaslah bahwa didalam setiap puskesmas
diperlukan motivasi kerja yang tinggi dari para petugasnya. Apabila tidak
terdapatnya motivasi kerja yang tinggi dari para petugas dalam suatu organisasi ,
maka akan lah sulit untuk mencapai tujuannya (Hasibuan, 2004)
2.4. Landasan Teori
Landasan teori penelitian ini adalah berpedoman pada fungsi kepemimpinan
menurut H.Malayu S.P. Hasibuan dalam buku Soekarso (2015). Dengan fungsi
sebagai berikut : pengambilan keputusan, pengarahan, pendelegasian, motivator,
pengawasan dan pengendalian. Dengan ciri-ciri motivasi kerja menurut David

Universitas Sumatera Utara

31

C.McClelland dalam buku Mangkunegara (2007) dengan ciri-ciri sebagai berikut :
bertanggung jawab, berani mengambil resiko, memiliki tujuan realistik, memiliki
rencana

kerja,

memanfaatkan

umpan

balik

dan

mencari

kesempatan

merealisasikan rencana
2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Kepemimpinan

Motivasi Kerja

1. Pengambilan keputusan

1. Bertanggung jawab

2. Pengarahan

2. Berani mengambil resiko

3. Pendelegasian

3. Memiliki tujuan realtistik

4. Motivator

4. Memiliki rencana kerja

5. Pengawasan

5. Memanfaatkan umpan

6. Pengendalian

balik
6. Mencari kesempatan
merealisasikan rencana

Gambar: 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

2.6. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka hipotesis penelitian ini
adalah Ada hubungan kepemimpinan dengan motivasi kerja petugas di Puskesmas
Sambas Kecamatan Sibolga Kota tahun 2016

Universitas Sumatera Utara