Tinjauan Yuridis Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan Yang Objeknya Tanah Dengan Status Hak Guna Usaha Pada Bank Sumut Cabang Medan

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KREDIT

A. Pengertian Perjanjian Kredit
Istilah perjanjian kredit ditemukan dalam instruksi pemerintah yang
ditujukan kepada masyarakat bahwa memberi kredit dalam bentuk apapun bankbank wajib mempergunakan "akad perjanjian "instruksi demikian dimuat dalam
instruksi presiden kabinet No 15/EKA/10/1996 jo Surat Edaran Bank Negara
Indonesia No.2/539/Upk/Pemb/1996 dan Surat edaran Bank Negara Indonesia
No.2/643/UPK/Pemb/1960 tentang pedoman kebijaksanaan dibidang perkreditan.
Menurut Pasal 1 angka (11) Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengatur
bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengertian
perjanjian kredit, dari berbagai jenis perjanjian yang diatur dalam Bab V sampai
dengan XVIII Buku III KUH Perdata tidak terdapat ketentuan tentang perjanjian
kredit bank. Bahkan dalam Undang-Undang Perbankan sendiri yakni UndangUndang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 tahun
1992 tentang Perbankan tidak mengenal istilah perjanjian kredit, tetapi istilah
perjanjian kredit ditemukan dalam Instruksi Presidium Kabinet nomor 15/EK/10
Tanggal 3 Oktober 1996 Jo. Surat Edaran Bank Negara Indonesia unit I No.


 
 

Universitas Sumatera Utara

 
 

2/539/UPK/Pemb Tanggal 8 Oktober 1996 yang menginstruksikan kepada
masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan kredit dalam bentuk apapun,
bank-bank wajib mempergunakan akad perjanjian. Ketentuan yang berlaku bagi
perjanjian diatur dalam buku ketiga KUHPerdata yang berjudul “Tentang
Perikatan”, terdapat dalam bab kedua. Perjanjian diatur dalam buku ketiga
KUHPerdata karena perjanjian merupakan salah satu sumber dari perikatan.
Perjanjian terdapat dalam buku III KUHPerdata pada Pasal 1313 KUHPerdata
yang menyatakan bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
Perjanjian memiliki kekuatan mengikat bagi para pihak yang terlibat di dalamnya
untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban. Perjanjian ditujukan untuk

memperjelas hubungan hukum dan memberikan kepastian dalam penyelesaian
suatu sengketa.13
Buku III KUHPerdata Bab XIII Pasal 1754 menjelaskan bahwa pinjam
meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena
pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan
sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula. Dalam Instruksi
Presidium Kabinet Nomor 15/EK/10 Tanggal 3 Oktober 1966 jo. Surat Edaran
Bank Negara Indonesia Unit I Nomor 2/539/UPK/Pemb Tanggal 8 Oktober 1966
yang menginstrusikan kepada masyarakat perbankan bahwa dalam memberikan
kredit dalam bentuk apapun, Bank-bank wajib mempergunakan perjanjian kredit.
                                                            

I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, Implementasi Ketentuan Hukum
Perjanjian Ke Dalam Perancangan Kontrak,Udayana University Press, Denpasar, 2010, hal. 28.
13

 

 

Universitas Sumatera Utara

 
 

Suatu kontrak atau perjanjian harus memenuhi syarat sahnya perjanjian,
yaitu kata sepakat, kecakapan, hal tertentu dan sebab apapun yang halal.
Pengertian perjanjian menurut Bryan A. Garner dalam bukunya Black’s Law
Dictionary menyatakan bahwa “Agreement in which the law requires not only the
consent of the parties but also a manifestation of the agreement in some
particular form in default of which the agreement” (Perjanjian di mana hukum
tidak hanya menuntut persetujuan para pihak, tetapi juga merupakan manifestasi
dari

perjanjian

dalam

beberapa


bentuk

tertentu

dalam

standar

yang

perjanjiannya).14
Setiap pemberian kredit dan kredit yang telah disepakati oleh pemberi
kredit dan penerima kredit maka dari itu para pihak tersebut yang wajib
dituangkan dalam bentuk perjanjian sebagaimana diketahui termasuk dalam
perjanjian kredit. Perjanjian itu sendiri yang sudah diatur dalam Pasal 1313
KUHPerdata sehingga perjanjian kredit itu sendiri yang berakar pada suatu
perjanjian pinjam meminjam sebagaimana yang sudah diatur dalam Pasal 1754
KUHPerdata. Bahwa di dalam pembuatan perjanjian kredit tersebut para pihak
harus sudah memenuhi syarat-syarat dari sahnya suatu perjanjian yang dapat
dilihat dan dipahami tentang syarat sahnya perjanjian yang diatur dalam Pasal

1320 KUHPerdata yaitu :
a. Para pihak telah sepakat untuk membuat perjanjian;
b. Para pihaknya cakap untuk membuat perjanjian;

                                                            

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary abrid ged seventh edition, West Group,
United States of America, 2000, hal 54.
14

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

c. Ada hal tertentu yang diperjanjikan;
d. Perjanjian tersebut didasarkan pada sebab yang halal.

Perjanjian kredit yang mempunyai fungsi penting baik fungsi tersebut bagi
kreditur maupun debitur adalah sebagai berikut :
a. Berfungsi sebagai perjanjian pokok;
b. Berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan hak antara kreditur dan
debitur;
c. Berfungsi sebagai alat monitoring kredit.
B. Bentuk Perjanjian Kredit Bank
Perjanjian kredit dapat dilakukan secara lisan atau tertulis yang terpenting
memenuhi syarat-syarat Pasal 1320 KUH Perdata. Namun dari sudut pembuktian,
perjanjian yang dilakukan secara lisan sulit untuk dijadikan sebagai alat bukti,
karena hakekat pembuatan perjanjian adalah sebagai alat bukti bagi para pihak
yang membuatnya. Dalam dunia modern yang kompleks ini perjanjian lisan tentu
sudah tidak dapat disarankan untuk digunakan meskipun secara teori
diperbolehkan karena perjanjian secara lisan sulit dijadikan sebagai alat
pembuktian bila terjadi masalah dikemudian hari. Untuk itu setiap transaksi
apapun haruslah dibuat secara tertulis yang digunakan sebagai alat bukti.
Menyimpan tabungan atau deposito di bank maka akan memperoleh tabungan
atau bilyet deposito sebagai alat bukti. Untuk pemberian kredit perlu dibuat
perjanjian kredit sebagai alat bukti.
Berdasarkan Pasal 1 angka (11) Undang-undang Perbankan, yang

dimaksud persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam adalah bentuk

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

perjanjian kredit, sehingga nama perjanjian tersebut adalah perjanjian kredit.
Meskipun pada umumnya perjanjian tidak perlu dibuat secara tertulis (asalkan
kedua belah pihak sepihak
Dasar hukum yang mengharuskan perjanjian kredit harus tertulis adalah
1. Instruksi presidium
Kabinet Nomor 115/EK/IN/10/1996 Tanggal 10 Oktober 1996, menegaskan
bahwa bank dilarang melakukan pemberian kredit dalam berbagai bentuk tanpa
ada perjanjian kredit yang jelas antara bank dengan debitur, nasabah atau bankbank sentral dan bank-bank lainnya. Dari sini jelaslah bahwa dalam memberikan
kredit dalam berbagai bentuk wajib dibuatkan perjanjian atau akad kreditnya.
2. Surat Keputusan Direksi bank Indonesia Nomor 27/162/KEP/DIR dan Surat

Edaran Bank Indonesia Nomor 27/17/UPB Tanggal 31 Maret 1995 tentang
Kewajiban Penyusunan dan Pelaksanaan Kebijakan Perkreditan Bank Bagi
Bank Umum,yang menyatakan bahwa setiap kredit yang telah disetujui dan
disepakti pemohon kredit dituangkan dalam perjanjian kredit (akad kredit)
secara tertulis
3. Surat Bank Indonesia yang ditujukan kepada segenap bank devisa No.
03/1093/UPK/PKD Tanggal 29 Desember 1970, khususnya angka 4 yang
berbunyi untuk pemberian kredit harus dibuat surat perjanjian kredit.
Dengan keputusan-keputusan tersebut maka pemberian kredit oleh bank
kepada debiturnya menjadi pasti bahwa:
a. Perjanjian diberi nama perjanjian kredit
b. Perjanjian kredit harus dibuat secara tertulis

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 


Perjanjian kredit termasuk salah satu jenis/bentuk akta yang dibuat sebagai
alat bukti. Setiap kredit yang diberikan harus dituangkan dalam perjanjian kredit
secara tertulis yang sekurang-kurangnya harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:15
1. Memenuhi keabsahan dan persyaratan hukum yang dapat melindungi
kepentingan bank;
2. Memuat jumlah, jangka waktu, tata cara pembayaran kembali kredit serta
persyaratan-persyaratan

kredit lainnya sebagaimana ditetapkan

dalam

keputusan persetujuan kredit dimaksud.
Praktek bank ada dua bentuk perjanjian kredit yaitu :
1. Perjanjian kredit yang dibuat di bawah tangan dinamakan akta di bawah
tangan.Menurut Pasal 1874 KUH Perdata yang dimaksud akta di bawah
tangan adalah surat atau tulisan yang dibuat oleh para pihak tidak melalui
perantara pejabat yang berwenang (pejabat umum) untuk dijadikan alat bukti.

Pengikatan yang dilakukan antara bank dan nasabah tanpa dihadapan notaris.16
Artinya perjanjian yang disiapkan dan dibuat sendiri oleh bank kemudian
ditawarkan kepada debitur untuk disepakati. Untuk mempermudah dan
mempercepat kerja bank, biasanya bank sudah menyiapkan formulir perjanjian
dalam bentuk standard (standard form) yang isi, syarat-syarat dan
ketentuannya disiapkan terlebih dahulu secara lengkap. bentuk perjanjian
kredit yang dibuat sendiri oleh bank tersebut termasuk jenis akta di bawah
tangan.
                                                            

Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, hal. 267
Jopie Jusuf, Kriteria Jitu Memperoleh kredit bank, Elex Media Komputindo, Jakarta
2003, hal 165.
15

16

 

 

Universitas Sumatera Utara

 
 

Berkenaan dalam rangka penandatangan perjanjian kredit, formulir perjanjian
kredit yang isinya sudah disiapkan bank kemudian disodorkan kepada setiap
calon debitur untuk dipahami mengenai syarat-syarat dan ketentuan pemberian
kredit tersebut yang sebelumnya syarat-syarat tersebut tidak pernah
dirundingkan atau dinegosiasikan dengan calon debitur. Debitur mau tidak
mau harus menerima semua persyaratan yang tercantum dalam formulir
perjanjian kredit karena calon debitur dalam posisi lemah karena sangat
membutuhkan kredit sehingga apapun persyaratan yang tercantum dalam
formulir perjanjian kredit calon debitur dapat menyetujui.
2. Perjanjian kredit yang dibuat oleh dan dihadapan notaris atau pengikatan yang
dilakukan dihadapan notaris yang dinamakan akta otentik atau akta notariil.
Pasal 1868 KUHPerdata akta otentik adalah akta yang di dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang yang dibuat atau dihadapan pegawai yang
berkuasa untuk itu, ditempat dimana akta dibuatnya. Yang menyiapkan dan
membuat perjanjian ini adalah seorang notaris namun dalam praktek semua
syarat dan ketentuan perjanjian kredit disiapkan oleh bank kemudian diberikan
kepada kepada notaris untuk dirumuskan dalam akta notaril dimana notaris
dalam membuat perjanjian hanyalah merumuskan apa yang diinginkan para
pihak yang bersangkutan dalam bentuk akta notaris atau akta otentik.
Perjanjian kredit yang dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta otentik
biasanya untuk pemberian kredit dalam jumlah yang besar dengan jangka
waktu menengah atau panjang, seperti kredit investasi, kredit modal kerja,

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

kredit sindikasi (kredit yang diberikan lebih dari satu kreditur atau lebih dari
satu bank).17
Perjanjian kredit wajib dituangkan dalam perjanjian kredit secara tertulis,
baik dengan akta dibawah tangan maupun akta notariil. Perjanjian kredit termasuk
salah satu jenis akta yang dibuat sebagai alat bukti sehingga dalam menyusun dan
membuat perjanjian kredit harus memenuhi syarat hukum yaitu mencakup:
1. Judul
Perjanjian kredit tidak termasuk perjanjian bernama yang diatur dalam
KUH Perdata. Dalam praktek perbankan judul yang digunakan untuk membuat
perjanjian kredit berbeda-beda. Ada yang menggunakan judul perjanjian kredit,
perjanjian membuka kredit, perjanjian pinjaman, perjanjian pinjam uang. Judul
berfungsi sebagai nama dari perjanjian yang dibuat, setidaknya kita akan
mengetahui bahwa akta atau surat itu merupakan perjanjian kredit bank.
2. Komparasi
Sebelum memasuki substansi perjanjian kredit bank, terlebih dahulu
diawali dengan kalimat komparasi yang berisikan identitas, dasar hukum, dan
kedudukan para pihak yang akan mengadakan perjanjian kredit bank. Disini
menjelaskan sejelasnya tentang identitas, dasar hukum, dan kedudukan subjek
hukum perjanjian kredit bank. Sebuah perjanjian kredit bank akan dianggap sah
bila ditandatangani oleh subjek hukum yang berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum yang demikian itu.

                                                            
17

101.

 

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2003. hal

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

3. Substantif
Sebuah perjanjian kredit bank berisikan klausula-klausula yang merpakan
ketentuan dan syarat-syarat pemberian kredit. Secara umum isi Perjanjian kredit
berisi pihak pemberi kredit, tujuan pemberian kredit, besarnya biaya proyek,
besarnya kredit yang diberikan bank, tingkat bunga kredit, biaya-biaya lain,
jangka waktu pengembalian, jadwal pengembalian, jadwal pembayaran, jaminan
kredit, syarat yang harus dipenuhi sebelum dicairkan, kewajiban nasabah selama
kredit belum dilunasi, serta hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum
lunas.18
Sebuah perjanjian kredit memuat serangkaian klausula/covenant dimana
sebagian besar dari klausula/covenant tersebut merupakan upaya untuk
melindungi para kreditur dalam pemberian kredit yang merupakan serangkaian
persyaratan yang diformulasikan dalam kondisi-kondisi kredit dari segi financial
hukum. 19 Klausula atau covenant adalah suatu persetujuan/janji oleh penerima
kredit dalam suatu perjanjian untuk melakukan/tidak melakukan tindakantindakan tertentu. Suatu covenant yang menetukan tindaka-tindakan yang harus
dilakukan disebut positife/affirmative covenant, sedangkan yang tidak boleh
dilakukan disebut negative covenant.20
Klausula membebankan kewajiban-kewajiban kepada penerima kredit
/debitur yang bertujuan melindungi kepentingan pemberi kredit/kreditur. klausula
                                                            
18

hal 83.

Juli Irmayanto dkk, Bank dan Lembaga Keuangan, Universitas Trisakti, Jakarta 2004,

Nortan Joseph (Ed), Commercial Loan Documentation Guide, NewYork, Mathew
Bender and co,1989, chapter 11.02 dikutip dari buku Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga
Internasional dalam Hukum, Utama, Bandung, 2004.
20
Sutan Remy Sjahdeni, Kredit Sindikasi Proses Pembentukan dan Aspek Hukum,
Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,1997,hal 156-157.

 

19

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

tersebut berusaha untuk menghadapi terjadinya keadaan-keadaan tertentu dari
masing-masing bisnis nasabah debitur. Perjanjian kredit yang baik minimal
memuat klausula-klausula yang berhubungan dengan;
1. Syarat-syarat penarikan kredit pertama kali (Predisbursemt Clause). Klausul
ini menyangkut:
a. Pembayaran provisi, premi asuransi kredit dan asuransi barang jaminan
serta biaya-biaya pengikatan jaminan secara tunai.
b. Penyerahan

barang

jaminan

dan

dokumennya

serta

pelaksanaan

pengikatan barang jaminan tersebut.
c. Pelaksanaan penutupan asuransi barang jaminan dan asuransi kredit
dengan tujuan untuk memperkecil risiko yang terjadi diluar kesalahan
debitur maupun kreditur.
2. Klausula mengenai maksimum kredit (amount clause). Klausula ini
mempunyai arti penting dalam beberapa hal, yaitu;
a. merupakan objek dari perjanjian kredit sehingga perubahan kesepakatan
mengenai materi ini menimbulkan konsekuensi diperlukannya pembuatan
perjanjian kredit baru.
b. merupakan batas kewajiban pihak kreditur yang berupa penyediaan dana
selama tenggang waktu perjanjian kredit, yang berarti pula batas hak
debitur untuk melakukan penarikan pinjaman.
c. merupakan penetapan berapa besarnya nilai anggunan yang harus
diserahkan,

 

dasar

perhitungan

penetapan

besarnya

provinsi

atau

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

commitment free merupakan batas dikenakannya denda kelebihan tarik
(overdarft)
3. Klausula mengenai bunga pinjaman (InterestClause). Klausula ini diatur
secara tegas dalam perjanjian kredit dengan maksud untuk;
a. Memberikan kepastian mengenai hak bank untuk memungut bunga
pinjaman dengan jumlah yang sudah disepakati bersama, karena bunga
merupakan penghasilan bank baik secara langsung maupun tidak langsung
akan diperhitungkan dengan biaya dana untuk penyediaan fasilitas kredit
tersebut
b. Pengesahan pemungutan bunga di atas 6% per tahun asalkan diperjanjikan
secara tertulis
4. Klausula Asuransi (Insurance Clause) Klausula ini bertujuan untuk
pengalihan risiko yang mungkin terjadi, baik atas barang anggunan maupun
atas kreditnya sendiri.
5. Klausula mengenai tindakan yang dilarang oleh bank (negative clause)
Klausula ini terdiri dari berbagai macam hal yang mempunyai akibat yuridis
dan ekonomi bagi pengamanan kepentingan bank sebagai tujuan utama.
6. Tigger clause atau opeisbaar clause
Klausul ini mengatur hak bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara
sepihak walaupun jangka waktu perjanjia kredit tersebut belum berakhir.
7. Klausula mengenai denda (penalty clause) Klausul ini mempertegas hak-hak
bank untuk melakukan pemungutan baik mengenai besarnya maupun
kondisinya.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

8. Expence Clause. Klausul ini mengatur mengenai beban biaya yang timbul
akibat pemberian kredit, dibebankan kepada nasabah meliputi pengikatan
jaminan, pembuatan akta-akta perjanjian kredit, pengangkutan utang, dan
penagihan kredit.
9. Deber Autho Rization Clause. Pendebetan rekening pinjaman debitur haruslah
dengan izin debitur.
10. Respresentation and Warranties Clause Klausul ini di maksudkan pihak
debitur menjanjikan dan menjamin semua data dan informasi yang diberikan
kepada bank adalah benar dan tidak diputarbalikkan.
11. Pasal-Pasal Penutup. Pasal Penutup merupakan eksemplar perjanjian kredit
yang maksudnya mengadakan peraturan mengenai jumlah alat bukti dan
tanggal mulai berlakunya perjanjian kredit secara tanggal penandatanganan
perjanjian kredit.
C. Hapusnya Perjanjian Kredit
Pasal 1319 KUHPerdata menetapkan semua perjanjian baik yang
mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu
tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat didalam bab ini dan bab
yang lalu. Jadi perjanjian kredit yang merupakan perjanjian yang tidak dikenal di
dalam KUHPerdata, juga harus tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang
termuat di dalam Buku II KUHPerdata.21

                                                            
21

 

Rachmadi Usman,Op.cit., hal. 84

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

Berakhirnya atau hapusnya perjanjian diterangkan oleh Pasal 1381 KUH
Perdata bahwa hapusnya atau berakhirnya perjanjian disebabkan peristiwaperistiwa sebagai berikut:22
1. Pembayaran
Pembayaran (lunas) ini merupakan pemenuhan prestasi dari debitur, baik
pembayaran utang pokok, bunga, denda, maupun biaya-biaya lainnya yang
wajib dibayar lunas oleh debitur. Pembayaran lunas ini baik karena jatuh
tempo kreditnya atau karena diharuskannya debitur melunasi kreditnya secara
seketika dan sekaligus
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan.
Prestasi debitur dengan melakukan pembayaran tunai yang diikuti dengan
penitipan dapat mengakhiri atau menghapuskan perjanjian. Sebelum jangka
waktu berakhir debitur memiliki uang yang cukup sehingga menawarkan
kepada kreditur untuk melunasi hutang pokok tersebut sebelum jangka waktu
berakhir. jika kreditur menyetujui tawaran debitur tersebut maka terjadilah
pembayaran tunai yang mengakhiri perjanjian. tetapi kalau kreditur menolak
tawaran tersebut maka Debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai
yang diikuti dengan penitipan di Pengadilan Negeri. Ketentuan pembayaran
tunai yang diikuti penitipan ini prosedurnya diatur dalam Pasal 1404 sampai
dengan Pasal 1412 KUHPerdata.

                                                            
22

 

Sutarno,Op.Cit., hal, 84-90

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

3. Subrogasi (Subrogatie)
Pasal 1382 KUH Perdata menyebutkan kemungkinan pembayaran utang
(pelunasan) dilakukan oleh pihak ketiga kepada pihak berpiutang (kreditur),
sehingga terjadi penggantian kedudukan atau hak-hak kreditur oleh pihak
ketiga. Berdasarkan Pasal 1400 KUHPerdata, terjadinya subrogasi bisa karena
perjanjian atau subrogasi demi undang-undang yang diatur lebih lanjut dalam
Pasal 1401-1402 KUH Perdata.
4. Novasi atau pembaruan utang
Novasi merupakan salah satu cara untuk menghapuskan atau mengakhiri suatu
perjanjian. Novasi atau pembaruan utang adalah suatu perjanjian baru yang
menghapuskan perjanjian lama dan pada saat yang sama memunculkan
perjanjian baru yang menggantikan perjanjian lama. Pasal 1413 KUHPerdata
menetapkan tiga macam cara untuk terjadinya Novasi:
a. Novasi subjektif aktif adalah suatu perjanjian yang bertujuan
menggantikan Kreditur lama dengan seorang kreditur baru.
b. Novasi subjektif pasif adalah suatu perjanjian yang bertujuan mengganti
debitur lama dengan debitur baru dan membebaskan debitur lama dari
kewajibannya.
c. Novasi objektif suatu perjanjian antara kreditur dengan debitur untuk
memperbaharui atau merubah objek atau isi perjanjian. Pembaruan objek
perjanjian ini terjadi jika kewajiban prestasi tertentu dari debitur diganti
dengan prestasi lain. Misalnya kewajiban menyerahkan suatu barang
diganti dengan menyerahkan uang.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

5. Kompensasi atau perjumpaan utang
Kompensasi adalah perjumpaan dua utang, yang berupa benda-benda yang
ditentukan menurut jenis (generische ziken), yang dipunyai oleh dua orang
atau pihak secara timbal balik, dimana masing-masing pihak berkedudukan
baik sebagai kreditur maupun kreditur terhadap orang lain, sampai jumlah
terkecil yang ada di antara kedua utang tersebut. 23 Untuk dapat dilakukan
perjumpaan utang atau kompensasi Pasal 1427 KUHPerdata memberikan
syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
a. Kedua utang harus sama-sama mengenai utang atau barang yang dapat
dihabiskan dari jenis dan kualitas yang sama.
b. Kedua utang seketika dapat ditetapkan besarnya atau jumlahnya dan
seketika dapat ditagih. Kalau yang satu dapat ditagih sekarang sedangkan
utang lainnya baru dapat satu bulan yang akan datang maka kedua utang
itu tidak dapat diperjumpakan.
6. Percampuran utang
Percampuran hutang terjadi apabila kedudukan kreditur dan debitur bersatu
pada satu orang, maka demi hukum atau otomatis suatu percampuran utang
terjadi dan perjanjian ini menjadi hapus atau berakhir.
7. Pembebasan utang
Pembebasan hutang adalah perbuatan hukum yang dilakukan kreditur dengan
menyatakan secara tegas tidak menuntut lagi pembayaran hutang dari debitur.
Artinya Kreditur memberitahukan secara lisan atau tertulis kepada debitur
                                                            
23

 

Rachmadi Usman,Op.Cit., hal. 28

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

bahwa kreditur membebaskan kepada debitur untuk tidak membayar lagi
hutangnya. Jadi pembebasan hutang ini dapat dilakukan secara sepihak yang
berupa pernyataan atau pemberitahuan tertulis kepada debitur yang isinya
kreditur membebaskan hutangnya dan Debitur menerima pemberitahuan itu
atau membalas surat Kreditur yang menyetujui pembebasan hutang tersebut
8. Musnahnya barang yang terhutang
Apabila barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah, hilang, tidak
dapat lagi diperdagangkan, sehingga barang itu tidak diketahui lagi apakah
barang itu masih ada atau tidak maka perjanjian menjadi hapus asal
musnahnya barang, hilangnya barang bukan kesalahan debitur dan sebelum
debitur lalai menyerahkan barangnya kepada kreditur. Apabila debitur
dibebaskan untuk memenuhi perjanjian yang disebabkan peristiwa musnahnya
atau hilangnya barang, namun jika debitur mempunyai hak-hak berkaitan
dengan barang yang musnah atau hilang, misalnya hak asuransi atas barang
tersebut maka debitur diwajibkan menyerahkan kepada kreditur.
9. Pembatalan perjanjian
Jika syarat subjektif (sepakat dan cakap) tidak dipenuhi maka perjanjian itu
dapat dibatalkan artinya para pihak dapat menggunakan hak untuk
membatalkan atau tidak menggunakan hak untuk membatalkan. Bila syarat
objektif (objek tertentu dan sebab yang halal) tidak dipenuhi maka perjanjian
itu batal demi hukum artinya perjanjian itu sejak semula dianggap tidak
pernah ada jadi tidak ada perikatan hukum yang dilahirkan. Meskipun syaratsyarat subjektif dan syarat objektif dalam perjanjian telah dipenuhi, perjanjian

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

juga dapat dibatalkan oleh salah satu pihak jika salah satu pihak dalam
perjanjian tersebut melakukan wanprestasi Pasal 1266 KUHPerdata. Akibat
hukum suatu perjanjian dibatalkan karena syarat subjektif dan syarat objektif
dalam perjanjian tidak dipenuhi atau karena dibatalkan salah satu pihak karena
wanprestasi yaitu:
a. Hak dan kewajiban para pihak kembali kepada keadaan semula sebelum
adanya perjanjian
b. Para pihak harus mengembalikan hak-hak yang telah dinikmati misalnya
Debitur yang telah menerima uang pinjaman maka debitur segera
mengembalikan sebesar uang yang diterimanya. Pembeli yang telah menerima
barangnya segera mengembalikan barangnya. Penjual yang telah menerima
pembayaran segera mengembalikan uang Pasal 1451 dan Pasal 1452
KUHPerdata
10. Berlakunya suatu syarat batal
Perikatan bersyarat adalah suatu perikatan yang lahirnya atau berakhirnya
digantungkan pada suatu peristiwa yang akan datang dan peristiwa itu masih
belum tentu terjadi. Suatu perikatan yang lahirnya digantungkan dengan
terjadinya suatu peristiwa dinamakan perikatan dengan syarat tangguh.
Apabila syarat batal dipenuhi maka akan menghentikan perjanjian itu dan
membawa kembali kepada keadaan semula seolah-olah tidak pernah ada
perjanjian, akibatnya semua pihak dalam perjanjian itu harus mengembalikan
ke dalam keadaan semula.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

D. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Sebelum suatu fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin
bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan kembali (terlunasi). Keyakinan
tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Dalam melakukan penilaian kriteriakriteria serta aspek penilaian tetap sama.
Jaminan kredit yang diberikan nasabah kepada bank hanyalah merupakan
tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu musibah.
Akan tetapi apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan penelitian secara
mendalam, sehingga nasabah sudah dikatakan layak untuk memperoleh kredit,
maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu dalam
pemberian kreditnya bank harus memperhatikan prinsip-prinsip pemberian kredit
yang benar 24 Biasanya kriteria penilaian yang harus dilakukan sudah menjadi
standar

setiap

bank

untuk

mendapatkan

nasabah

yang

benar-benar

menguntungkan dilakukan dengan prinsip 5C dan 7P serta asas 3R.
Proses pemberian kredit, bank harus memperhatikan prinsip-prinsip
pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum fasilitas kredit diberikan maka
bank harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan benar-benar
akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit sebelum
kredit tersebut disalurkan. Penilaian kredit oleh bank dapat dilakukan dengan
berbagai cara untuk mendapatkan keyakinan nasabahnya, seperti melalui prosedur
yang benar dan sungguh-sungguh.

                                                            

http://iskagokiel.blogspot.co.id/2014/06/analisis-manajemen-kredit-bankpengantar.html (diakses tanggal 1 Mei 2015)
24

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

Beberapa prinsip-prinsip penilaian kredit yang sering dilakukan yaitu
dengan analisis 5C dan 7P. Penilaian dengan analisis 5C adalah sebagai berikut:25
1. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orangorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dipercaya. Untuk
membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si
nasabah, baik yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang
dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan dan jiwa sosial.
2. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam
mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya,
sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang
disalurkan. Capacity sering juga disebut dengan nama Capability.
3. Capital
Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari
laporan keuangan (neraca dan laporan rugi laba) yang disajikan dengan
melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya,
rentabilitas dan ukuran lainnya. Analisis capital juga harus menganalisis
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal

                                                            
25

 

Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. .Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 117

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal
sendiri dan berapa modal pinjaman.
4. Condition
Menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang
ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi
atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki
prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif
kecil.
5. Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan.
Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika
terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
Penilaian kredit dengan menggunakan 7P adalah sebagai berikut:26
1. Personality
Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari
maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap,
emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah
dan menyelesaikannya.

                                                            
26

 

Ibid., hal 119

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

2. Party
Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifiasi tertentu atau golongangolongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Nasabah
yang digolongkan ke dalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas
yang berbeda dari bank.
3. Purpose
Mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit
yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam
sesuai kebutuhan.
4. Prospect
Menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak
atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting
mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek,
bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.
5. Payment
Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah
diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin
banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika
salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.
6. Profitability
Menganalisis

bagaimana

kemampuan

nasabah

dalam

mencari

laba.

Profitability diukur dari periode ke periode, apakah akan tetap sama atau akan
semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

 

 
Universitas Sumatera Utara

 
 

7. Protection
Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar kredit yang diberikan mendapat
jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman.
Perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau
orang atau jaminan asuransi. Serta penilaian kredit dengan prinsip 3R yaitu:27
a. Returns
Penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah
memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar
pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitur
bersangkutan maka kredit diberikan. Akan tetapi, jika sebaliknya maka kredit
jangan diberikan.
b. Repayment
Memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka waktu pembayaran kredit
oleh calon debitur, tetapi perusahaannya tetap berjalan.
c. Risk Bearing Ability
Memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk
menghadapi risiko, apakah perusahaan calon debitur risikonya besar atau
kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya
modal dan strukturnya, jenis bidang usaha, dan manajemen perusahaan
bersangkutan. Jika risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak
diberikan, tetapi apabila risk bearing ability perusahaan kecil maka kredit akan
diberikan.
                                                            
27

 

Ibid., hal 120

 
Universitas Sumatera Utara