Treaty Room - Treaty

llltPOBLIK INDOPIBSIA

MEMORANDUM SALING PENGERTIAN
MENGENAI KERJA SAMA BILATERAL
ANTARA
DIREKTORAT JENDERAL HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
DAN
THE EUROPEAN PATENT OFFICE

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan lntelektual, Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia (DJHKI) dan The European Patent Office
(EPO), dalam hal ini disebut sebagai "Para Pihak,"
MEMPERTIMBANGKAN manfaat dan pentingnya Kekayaan lndustri secara
umum dan paten khususnya dalam pembangunan ekonomi dan pertukaran
teknologi;
MENYADARI perlunya mempromosikan, mengembangkan dan memperkuat
sistem kekayaan industri nasional dengan maksud untuk memberikan respon
yang


efektif terhadap

tantangan

yang

muncul

sebagai

dampak

dari

perkembangan teknologi baru;
BERMAKSUD untuk mengembangkan lebih lanjut penyelenggaraan kerja sama
antara DJHKI dan EPO dalam rangka menghadapi berbagai tantangan di masa
yang akan datang, dan untuk mempromosikan pertukaran ekonomi antara
Indonesia dan Eropa; dan


MEMPERHATIKAN dimensi perkembangan kekayaan industri;

Telah mencapai kesepahaman sebagai berikut:

1. Tujuan

Tujuan dari Memorandum Saling Pengertian ini adalah untuk membentuk
mekanisme yang memiliki jangkauan luas dan fleksibel guna mengarahkan dan
memajukan kegiatan-kegiatan kerja sama antara Para Pihak dalam bidang
kekayaan industri, sesuai dengan tanggung jawab Kedua Pihak dalam hal ini.

Berkaitan dengan hal tersebut, Para Pihak sepakat untuk bekerja sama dalam
pengembangan dan perluasan sistem paten di Indonesia dan Eropa.
2. Sasaran Urnurn Kerja Sarna

Para Pihak akan mencapai sasaran umum sebagai berikut:

- Berupaya mengembangkan sistem paten masing-masing, sebagai alat yang
tepat untuk mendorong tumbuhnya ekonomi yang digerakkan oleh inovasi.
- Meningkatkan


kualitas

dan

efisiensi

pelaksanaan

penelusuran

dan

pemeriksaan paten.
- Meningkatkan akses terhadap informasi paten dan sosialisasi paten.
- Meningkatkan pemanfaatan Patent Cooperation Treaty (PCT) sebagai
konsekuensi atas meningkatnya kesadaran mengenai manfaat yang melekat
pada sistem tersebut dan pelatihan dengan mempersyaratkan penggunaan
yang terbaik prosedur PCT.
- Semakin memperkuat rasa percaya dan kolaborasi antara Para Pihak

dengan maksud untuk meningkatkan kerja sama pada tingkatan strategis.
3. Prinsip Kerja Sarna

Para Pihak bermaksud:

- Membangun

hubungan

menguntungkan

dan

kerja

sama

selanjutnya

jangka


menjadi

panjang
rekan

yang

saling

strategis

dalam

pengembangan sistem paten global.
- Mengembangkan program kegiatan dengan tujuan pelaksanaan dan kriteria
evaluasi yang jelas.
- Mengembangkan program kegiatan yang memperhatikan kebutuhan kedua
belah pihak.
- Mengembangkan program kegiatan dengan mengikuti prinsip kemitraan dan

resiprositas/timbal

balik yang

akan diimplementasikan

berdasarkan

pembiayaan bersama.
- Melaksanakan kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas sistem kekayaan industri global demi kepentingan komunitas
pengguna yang lebih luas.
- Jika dapat diterima, membuka kemungkinan partisipasi dari kantor-kantor
HKI lainnya dalam lingkup kawasan ASEAN dalam kegiatan kerja sama yang
diselenggarakan oleh Para Pihak.
- Guna menghindari duplikasi dan untuk memperoleh manfaat dari berbagai
peluang sinergi, dalam melaksanakan kegiatan kerja sama menurut
Memorandum Saling Pengertian ini, dipandang perlu untuk berkoordinasi
dengan kegiatan kerja sama lainnya yang telah disetujui oleh Para Pihak
dengan Negara-Negara anggota


the European Patent Organisation,

the

European Union, the Office for Harmonisation in the Internal Market (OHIM),
the

World

Intellectual

Property

Organization

(WIPO)

atau


yang

diselenggarakan dalam kerangka kerja sama regional antar Negara-Negara
ASEAN dan EPO.
4. Bidang Khusus Kerja Sarna

Para Pihak bermaksud untuk mengembangkan rencana kerja kegiatan kerja
sama dua tahunan seperti yang dimaksud dalam Bagian 5 dari Memorandum
Saling Pengertian ini, terutama mencakup bidang-bidang berikut:

4.1 Pemeriksaan Paten dan Prosedur Administrasi
Para Pihak berkeinginan untuk berkonsultasi secara reguler pada tataran
tenaga ahli mengenai prosedur pemberian paten, masalah klasifikasi, praktik
pemeriksaan-termasuk

pemeriksaan

PCT-dengan

tujuan


untuk

meningkatkan fungsi sistem paten masing-masing. Selanjutnya, Para Pihak
v

berkeinginan untuk bekerja sama dalam modernisasi kantor dan optimalisasi
prosedur administrasi paten.
Secara khusus, EPO akan membantu DJHKI dalam meningkatkan prosedur
pemberian paten sejauh berkaitan dengan penelusuran dan pemeriksaan
substantif.
4.2 Pengembangan Sumber Daya Manusia
EPO berkeinginan untuk memberikan dukungan kepada DJHKI dalam
mengembangkan sumber daya manusia dengan cara pengiriman tenaga ahli
EPO ke Indonesia, studi banding/study visits pejabat/pegawai DJHKI ke EPO
atau ke kantor-kantor paten lainnya di Eropa dan juga melalui partisipasi
pejabat/pegawai DJHKI dalam seminar-seminar yang diselenggarakan oleh

European Patent Academy di kawasan ASEAN, Indonesia dan Eropa.
Selanjutnya EPO akan berupaya untuk memberikan dukungan kepada DJHKI

dalam mengembangkan pelatihan peningkatan kapasitas di dalam negeri
secara berkelanjutan baik bagi para pejabat/pegawai DJHKI dan para
pemangku kepentingan HKI seperti Konsultan Paten dan Praktisi HKI.
4.3 Otomasi
Para pihak bermaksud untuk bekerja sama dalam meningkatkan kemampuan
dan sistem teknologi informasi masing-masing , guna mengoptimalkan alur
kerja, proses administrasi paten, pertukaran data dan akses bersama terhadap
basis data.

Untuk tujuan ini, Para Pihak akan saling bertukar informasi mengenai kebijakan,

.

strategi dan rencana masing-masing untuk pengembangan atau pelaksanaan
sistem manajemen otomasi dan informasi; dengan memperhatikan persyaratan
kedua kantor, kecenderungan internasional dan proyek-proyek terkait yang
dilaksanakan oleh Kantor Trilateral dan IP5.
Para Pihak dapat memberikan akses sistem otomasi dan teknologi informasi
yang dimiliki oleh Pihak satu sama lain sesuai dengan persyaratan yang
disepakati secara bersama.

4.4 Basis Data Paten dan Pertukaran Data
Para Pihak sepakat untuk memperkuat upaya-upaya untuk melengkapi dan
meningkatkan kualitas informasi paten yang tersedia bagi para pemeriksa dan
masyarakat/publik. Para Pihak akan berupaya untuk mencari solusi bagi
permasalahan teknis dan prosedural yang masih tersisa sampai pada
pertukaran aplikasi paten dan paten yang sudah diberikan sesuai dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan paten masing-masing serta praktik
yang berlaku secara internasional.
Pertemuan teknis secara reguler antara Para Pihak dapat diselenggarakan
guna meninjau daftar data yang dipertukarkan dan memastikan data te.rsebut
lengkap, berkualitas baik dan dikirim tepat waktu.
Para Pihak sepakat untuk memperkuat upaya-upaya untuk melengkapi dan
meningkatkan kualitas informasi paten yang tersedia bagi para pemeriksa dan
masyarakat/publik. Para Pihak akan berupaya untuk mencari solusi bagi
permasalahan teknis dan prosedural yang masih tersisa sampai pada
pertukaran aplikasi paten dan paten yang sudah diberikan sesuai dengan
hukum dan peraturan perundang-undangan paten masing-masing dan praktik
yang berlaku secara internasional. Hal ini mencakup penilaian mengenai cara
terbaik yang mungkin diwujudkan bagi DJHKI untuk mengakses basis data
paten komersial EPO dan juga pertukaran praktik yang bermanfaat berkaitan
dengan perangkat dan teknik pemetaan paten.

4.5 Langkah-Langkah Dasar Kerjasama
Kegiatan regional
EPO akan menyelenggarakan kegiatan kerja sama regional di Indonesia
termasuk kursus dan seminar yang dihadiri oleh pegawai kantor HKI negara
lainnya menurut keahlian dan infrastruktur DJHKI.
Konsultan
Para Pihak dapat meminta bantuan kepada stat satu sama lain untuk bertindak
sebagai konsultan bagi misi tenaga ahli, sebagai narasumber atau pembicara
pada seminar dan kursus di Indonesia, atau di negara ketiga.
Studi Banding
Para pejabaUpegawai salah satu Pihak dapat melakukan studi banding ke
negara, kawasan sekitar pihak lainnya untuk bertemu dengan perwakilan dari
sektor swasta maupun pemerintahan.
5. Rencana Kerja

Para Pihak bermaksud untuk menyusun secara bersama rencana kerja 2 (dua)
tahunan yang akan dimulai dari aspek-aspek spesifik kerja sama dimaksud
seperti yang dijelaskan dalam butir 4.1 sampai 4.5 Bagian 4 dari

m・ュッセ。ョ、オ@

Saling Pengertian ini. yang memerinci kegiatan yang direncanakan setiap
tahunnya.
Masing-masing rencana kerja harus mencantumkan perkiraan mengenai
pelaksanaan

kegiatan kerja sama dan spesifikasi

mengenai

cakupan,

administrasi, penugasan sumber daya manusia, pertukaran personil, biaya total
dan distribusinya, jadwal kegiatan dan informasi lainnya yang dianggap perlu.
Rencana kerja tersebut juga harus memuat analisa dan definisi yang rinci
mengenai kegiatan-kegiatan

yang direncanakan, dan ditargetkan untuk

pencapaian tujuan kerja sama seperti yang dijelaskan dalam Bagian 2. Selain
itu, rencana kerja juga harus memuat tujuan pelaksanaan yang jelas dan
kriteria evaluasi.

6. Uraian Kegiatan Kerja Sarna

Masing-masing Pihak akan menunjuk seorang Koordinator yang akan
bertanggung jawab mengenai pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi kegiatan
kerja sama yang dihasilkan Memorandum Saling Pengertian ini. Koordinator
dimaksud selanjutnya akan berfungsi sebagai perantara utama dalam semua
• komunikasi antara Para Pihak dan mengkoordinasikan setiap pertukaran
bilateral dan/atau kegiatan-kegiatan yang muncul dari adanya Memorandum
Saling Pengertian ini.
7. Pembiayaan

Pelaksanaan setiap kegiatan yang merupakan ruang lingkup dari Memorandum
Saling Pengertian ini mengikuti ketersediaan dana yang diperlukan untuk
membiayai kegiatan dimaksud yang sudah diatur di dalam anggaran tahunan
Para Pihak yang dialokasikan

untuk kegiatan kerja sama, dan juga

ketersediaan peralatan dan sumber daya lainnya yang diperlukan.
8. Status Pegawai

Staf/pegawai yang ditugaskan oleh salah satu Pihak dalam kegiatan kerja sama
yang berkaitan dengan Memorandum Saling Pengertian ini tetap berada dalam
arahan dan wewenang institusi asalnya, dan oleh karena itu tidak terdapat
kesepakatan tenaga kerja yang dibuat dengan pihak lainnya, yang dalam
kondisi bagaimanapun tidak dianggap sebagai pekerja/pegawai pengganti.
9. Amandemen

Memorandum Saling Pengertian ini dapat diamandemen dengan persetujuan
bersama para

pihak dalam sebuah amandemen

Memorandum

Saling

Pengertian atau dengan saling berkirim surat, yang menjelaskan mengenai
tanggal berlakunya amandemen dimaksud.

Rencana kerja meskipun ditandatangani oleh kedua belah pihak, tidak dapat
mengamandemen Memorandum Saling Pengertian ini. Jika terjadi benturan
antara rencana kerja dan ketentuan-ketentuan dalam Memorandum Saling
Pengertian ini, maka yang diacu adalah ketentuan dalam Memorandum Saling
Pengertian ini.
10. Penyelesaian Sengketa
Setiap persengketaan yang muncul berkaitan dengan interpretasi dan
implementasi Memorandum Saling Pengertian ini akan diselesaikan

melalui

persetujuan bersama antara Para Pihak. Jika ternyata usaha tersebut menemui
kegagalan. salah satu Pihak dapat mengakhiri Memorandum Saling Pengertian
ini tanpa adanya waktu pemberitahuan dan tanpa adanya pertentangan dengan
kemungkinan penerapan paragraf terakhir Sag ian 11.
11. Pemberlakuan, Jangka Waktu dan Berakhirnya Memorandum Saling
Pengertian
Memorandum Saling Pengertian ini akan mulai berlaku terhitung sejak tanggal
ditandatanganinya Memorandum Saling Pengertian ini oleh Kedua Selah Pihak.
dan akan berlaku sampai tanggal 31 Desember 2018. Memorandum Saling
Pengertian ini dapat diperbaharui untuk periode 4 (empat) tahun berikutnya
berdasarkan pengkajian terlebih dahulu dan dinyatakan dalam persetujuan
tertulis antara Kedua Selah Pihak.
Salah Satu Pihak dapat mengakhiri Memorandum Saling Pengertian ini
sewaktu-waktu dengan didahului pemberitahuan tertulis paling kurang 90
(sembilan puluh) hari kalender.
Jika Memorandum Saling Pengertian ini dihentikan/berakhir di tengah jalan.
Para Pihak secara bersama dapat menyepakati untuk melanjutkan kegiatan
kerja sama yang sudah dimulai dalam rencana kerja 2 (dua) tahunan. Untuk
tujuan ini. Para Pihak harus saling menyetujui secara tertulis perincian
kelanjutan kegiatan, yang tidak dapat diperkirakan atau disetujui secara implisit.

12.Bahasa

Memorandum Saling Pengertian ini ditandatangani dalam dua teks asli: teks
Bahasa lnggris dan Indonesia, dengan kedua teks tersebut berstatus otentik.
Dalam hal terjadi ketidaksesuaian atau perbedaan penafsiran antara kedua teks
tersebut, maka yang akan berlaku adalah te.ks Bahasa lnggris.

Untuk
Direktorat Jenderal
Hak Kekayaan lntelektual,
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia

Signed

Untuk
The European Patent Office

Signed

Prof. Dr. Ahmad M. Ramli
Direktur Jenderal
Hak Kekayaan lntelektual,
Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia

Benoit Battistelli
President of the European
Patent Office

Jenewa, 22 September 2014

Jenewa, 22 September 2014

.
REPUBLIK INDONESIA

MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
ON BILATERAL CO-OPERATION
BETWEEN
THE DIRECTORATE GENERAL OF INTELLECTUAL PROPERTY RIGHTS
OF INDONESIA
AND
THE EUROPEAN PATENT OFFICE

The Directorate General of Intellectual Property Rights of Indonesia (DGIPR)
and the European Patent Office (EPO), hereinafter referred to as "the Parties",

CONSIDERING the value and importance of Industrial Property (IP) in general
and patents in particular for the development of the economy and the exchange
of technology;

RECOGNISING the need to promote, improve and strengthen the national
industrial property systems with a view to providing an effective response ·to the
challenges created by the introduction of new technologies;

DESIRING to further develop the co-operation arrangements between the
DGIPR and the EPO in order to meet the challenges of the new century, and
also to promote economic exchange between Indonesia and Europe; and

TAKING into consideration the development dimension of industrial property;
Have agreed as follows:

Page 1 of 8

1. Purpose

.



The purpose of this Memorandum of Understanding is to establish a wideranging and flexible mechanism for guiding and furthering the co-operation
activities between the Parties in the industrial property field, in accordance with
the responsibilities of the two Parties in this area.

Accordingly, the Parties agree to co-operate in the development and expansion
of the patent system in Indonesia and Europe.

2. Common co-operation objectives

The Parties will pursue the following common co-operation objectives:

- Improvement of the respective patent systems, as an appropriate tool to
foster innovation driven economies.
- Enhanced quality and efficiency of patent search and examination operations.
- Improved access to patent information and public dissemination thereof.
- Increased use of the Patent Cooperation Treaty (PCT} as a consequence of
raising awareness of the inherent benefits of the system and training provided
in the best use of its procedures.
- Further deepen the trust and collaboration between the Parties with a view to
elevating the co-operation to a strategic level.

3. Common co-operation principles

The Parties' intention is:

- To build a mutually beneficial long-term relationship and to become strategic
partners in the further development of the global patent system.
- To develop programmes of activities with clear operational. objectives and
evaluation criteria.

Page 2 of8

- To develop programmes of activities which take into account the needs of
both Parties.
- To develop programmes of activities guided by the principles of partnership
and reciprocity to be implemented on a cost-sharing basis.
- To undertake activities aimed at improving the efficiency and quality of the
globaiiP system in the interest of the wider user community.
- Whenever appropriate, to enable participation from other intellectual property
offices from the ASEAN region in the co-operation activities organised by the
Parties.
- In order to avoid duplication and to profit from possible synergies, to carry out
the co-operation activities under this Memorandum of Understanding, as far
as possible, in

セ。Mッイ

、ゥョ。エッ@

with any other co-operation activities that the

Parties may have agreed with member states of the European Patent
Organisation, the European Union, the Office for Harmonisation in the Internal
Market (OHIM), the World Intellectual Property Organization (WIPO) or that
are organised in the framework of the regional co-operation between the
ASEAN countries and the EPO.

4. Specific areas of co-operation

The Parties intend to develop biennial work plans of co-operation activities as
specified in Section 5 of this Memorandum of Understanding, principally
covering the following areas:
4.1 Patent Examination and Administration Procedures
The Parties intend to consult regularly at expert level about their patent grant
procedure, classification issues, examination practice - including the PCT - with
a view to improving the functioning of the respective patent systems.
Furthermore, the Parties want to co-operate in office modernisation and
procedural optimisation in patent administration.

Page 3 of 8

Specifically, the EPO may assist the DGIPR in enhancing the patent grant
procedure as far as both search and substantive examination are concerned.
4.2 Human Resources Development
The EPO intends to support the DGI PR in the development of its human
resources by means of EPO expert missions to Indonesia, study visits of
DGIPR officials to the EPO and to other patent offices in Europe as well as
through the participation of DGI PR officials in the seminars organised by the
European Patent Academy in the ASEAN region, Indonesia and Europe.
The EPO will furthermore endeavour to support the DGIPR in building
sustainable indigenous training capacities both for DGIPR officials and other IP
stakeholders

such

as

patent

attorneys

and

IP

professionals.

4.3 Automation
The Parties intend to collaborate in upgrading and enhancing their respective
information technology systems, in order to optimise work-flows, patent
administration processes, data exchange and mutual access to databases.
To this end, the Parties will exchange information on their respective policies,
strategies and plans for the development or implementation of automation and
information management systems; taking into account the requirements of both
offices, international trends and related projects undertaken by the Trilateral and
IP5 offices.
The Parties may grant access to each other's automation and information
technology systems on mutually agreed terms and conditions.

Page 4 of 8

4.4 Patent databases and data exchange
The Parties agree to reinforce their efforts to make more complete and betterquality patent information available to their examiners and the general public.
The Parties will endeavour to resolve any remaining technical and procedural
obstacles to exchanging both patent applications and granted patents in
accordance with their respective patent laws and international best practices.
Regular technical meetings between the Parties may be held to review the list
of data exchanged and to endeavour that it is complete, of a high quality and
delivered in a timely manner.
The Parties agree to reinforce their efforts to make more complete and betterquality patent information available to their examiners and the general public.
The Parties will endeavour to resolve any remaining technical and procedural
obstacles to exchanging both patent applications and granted patents in
accordance with their respective patent laws and international best practices.
This would include the assessment of the best possible way for DGIPR to
access the EPO commercial patent database and also an exchange of best
practices regarding patent mapping tools and technics.
4.5 Common Co-operation Measures
Regional events
Drawing on the DGIPR's expertise and infrastructure, the EPO may organise
regional co-operation activities in Indonesia, including courses and seminars
attended by staff from the intellectual property offices of other countries.
Consultants
The Parties may request for the assistance of each other's staff to act as
consultants for expert missions, or as instructors or speakers at seminars and
courses in Indonesia, or in third countries.

Page 5 of 8

Study visits
Officials of either Party may undertake study visits to the country, respectively
region , of the other Party to meet with private and/or public sector
representatives.
5. Work plans

The Parties intend to jointly draw up biennial work plans that will set out the
specific aspects of their collaboration on items 4.1 to 4.5 of Section 4 of this
Memorandum of Understanding, detailing the activities planned for each year.
Each work plan should include estimates concerning the implementation of the
co-operation activities and specifications on the scope, administration,
assignment of resources, exchange of personnel, total costs and their
distribution, time schedule and any other information deemed necessary. It
should contain a detailed analysis and definition of the foreseen activities, and
be targeted towards the attainment of the common co-operation objectives
specified in Section 2. It should include clear operational objectives and
evaluation criteria.
6. Co-operation activities overview

Each Party will appoint a Co-ordinator who will be in charge of the
implementation, monitoring and evaluation of the co-operation activities derived
from this Memorandum of Understanding. The Co-ordinator will, furthermore,
act as the primary interface for all communications between the Parties and coordinate any bilateral exchange and/or activity resulting from this Memorandum
of Understanding.
7. Funding of the co-operation

The implementation of each activity falling under this Memorandum of
Understanding shall be subject to the availability of the funds required to finance
Page 6 of 8

it in the annual budgets of the Parties devoted to co-operation activities, as well
as the availability of the other necessary means and resources.

8. Status of dedicated staff

Staff assigned by either Party to co-operation activities related to this
Memorandum of Understanding shall remain under the direction and authority
of the institution to which they belong, and therefore no employment relationship
will be created with the other Party, which will not under any circumstances be
considered to be a substitute employer.
9. Amendments

This Memorandum of Understanding may be amended by mutual agreement by
the Parties in an amending Memorandum of Understanding or by exchange of
letters, specifying the starting date of the amendments.

Work plan(s), even if signed by both Parties, cannot amend this Memorandum
of Understanding. In case of conflict between work plan(s) and the provisions of
this Memorandum of Understanding, the latter will prevail.

10. Settlement of disputes

Any dispute that may arise in connection with the

interpretation or

implementation of this Memorandum of Understanding will be settled by mutual
agreement between the Parties, fai ling which either Party may terminate the
Memorandum of Understanding without notice period, without prejudice to the
possible application of the last paragraph of Section 11.

11 . Duration

This Memorandum of Understanding will start after its signature by both Parties,
on the day following the date of the last signature and will be applicable until

Page 7 of 8

31st December 2018. It will be renewable for further periods of four years
subject to prior review and express written agreement between the Parties.
Either Party may terminate this Memorandum of Understanding at any time by
giving at least 90 (ninety) calendar days' written notice to the other Party.

In case of early termination of this Memorandum of Understanding, the Parties
may agree to continue co-operation activities already initiated under the biennial
work plan. For this purpose the Part·ies have to agree in writing the details for
such continuation of activities, which cannot be presumed or agreed implicitly.

12.Languages

This Memorandum of Understanding is signed in two originals in the English
and Indonesian languages. In the event of conflict between the two language
versions, the English version shall prevail.

For the Directorate General of
Intellectual Property Rights of
Indonesia

For the European
Patent Office

Signed

Signed

Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Director General of the Directorate
General of Intellectual Property Rights
of Indonesia

Benoit Battistelli
President of the European
Patent Office

Geneva, 22 September 2014

Geneva, 22 September 2014

Page 8 of 8