Analisis Forecasting Penawaran dan Permintaan Ekspor Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Sumatera Utara ke Malaysia Tahun 2020

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tinjauan Pustaka

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan tumbuhan berwujud pohon
yang berasal dari lembah Amazon di Amerika Selatan. Kakao merupakan
tanaman yang digunakan sebagai penyedap makanan juga sebagai sumber lemak
nabati. Kakao ini juga digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman,
campuran gula-gula atau jenis makanan lainnya (Siregar, et. al, 1994).
Buah kakao terdiri atas 3 komponen utama, yaitu kulit buah, plasenta dan biji.
Kulit buah merupakan komponen terbesar dari buah kakao, yaitu lebih dari 70 %
berat buah masak. Persentase biji kakao di dalam buah hanya sekitar 27-29 %,
sedang sisanya adalah plasenta yang merupakan pengikat dari 30 sampai 40 biji
(Wood dan Lass, 1985).
Biji kakao merupakan salah satu komoditas pertanian yang berperan penting bagi
perekonomian negara dan sumber pendapatan petani. Kelemahan pokok yang
dihadapi mutu kakao Indonesia adalah tingginya tingkat keasaman biji yang
diikuti oleh cita rasa (flavor) yang lemah, belum mantapnya konsistensi mutu, dan

khususnya masih ditemukan biji-biji yang tidak terfermentasi. Kelemahan tersebut
adalah permasalahan pasca panen yang harus segera ditangani guna memperbaiki
citra perkebunan Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasaran dunia
(Wahyudi, et.al., 2008).
Perkebunan kakao di Indonesia sebagian besar dikembangkan oleh perkebunan
rakyat. Sebagian besar petani kakao mengolah biji kakao tanpa fermentasi. Harga

7

Universitas Sumatera Utara

8

jual biji kakao hasil fermentasi yang relatif rendah serta waktu fermentasi yang
lama (5-7 hari) menajadikan petani kakao enggan mengolah biji kakao dengan
fermentasi dan lebih memilih menjual biji kakao kering. Biji kakao kering hasil
pengolahan tanpa fermentasi tidak menghasilkan senyawa pembentuk flavor khas
kakao, hanya membentuk rasa sepat dan pahit pada produk coklat yang dihasilkan
(Rohan, 1964).
Setiap biji kakao yang akan dieskpor harus memenuhi persyaratan dan diawasi

oleh lembaga yang ditunjuk. Persyaratan atau ketentuan yang digunakan untuk
menentukan mutu biji kakao tertuang dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Standar nasional Indonesia mengatur penggolongan mutu biji kakao kering
maupun persyaratan umum dan khusus untuk menjaga konsistensi mutu biji kakao
yang dihasilkan. Standar mutu biji kakao kering menurut SNI 01 – 2323 – 1991
meliputi definisi, klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan (labeling), cara pengemasan dan rekomendasi.
Syarat umum biji kakao yang akan diekspor dibedakan berdasarkan ukuran biji
kakao, tingkat kekeringan atau kandungan air dan tingkat kontaminasi benda
asing. Ukuran biji kakao ini dinyatakan dalam jumlah biji per 100 gram biji kakao
kering (kadar air 6-7 %). Klasifikasi mutu berdasarkan ukuran biji ini
diklasifikasikan dalam 5 tingkatan, sedangkan tingkat kekeringan dan kontaminasi
ditentukan secara laboratoris atas dasar pengujian kadar air pada sample uji yang
mewakili dan diukur menggunakan alat pengukur kadar air biji kakao.

Universitas Sumatera Utara

9

Tabel 5. Mutu Biji Kakao Berdasarkan Ukuran Biji Kakao

Ukuran
AA
A
B
C
S
Sumber : SNI 01 – 2323 – 1991

Jumlah Biji /100 gram
Maks. 85
Maks. 100
Maks. 110
Maks. 120
> 120

Tabel 6. Syarat Umum Standar Mutu Biji Kakao
Karakteristik
Kadar air
Biji berbau asap / abnormal / berbau asing
Serangga hidup

Kadar biji pecah / pecahan biji / pecahan kulit
Kadar benda-benda asing
Sumber : SNI 01 – 2323 – 1991

Persyaratan
Maks. 7,5 %
Tidak ada
Tidak ada
Maks. 3 %
Maks. 0 %

Syarat khusus biji kakao lebih terkait dengan masalah cita-rasa dan aroma serta
masalah kebersihan yang terkait dengan kesehatan manusia. Setelah dilakukan
klasifikasi mutu umum, setiap biji kakao perlu digolongkan lagi menjadi dua
tingkat mutu, yaitu mutu I dan mutu II.
Tabel 7. Syarat Khusus Standar Mutu Biji Kakao
Karakteristik
Kadar biji berkapang
Kadar biji tidak terfermentasi
Kadar biji berserangga, pipih, dan berkecambah

Sumber : SNI 01 – 2323 – 1991

Persyaratan
Mutu I
Mutu II
Maks. 3 %
Maks. 4 %
Maks. 3 %
Maks. 8 %
Maks. 3 %
Maks. 6 %

Secara umum persyaratan yang tercantum dalam standar mutu kakao Indonesia
sudah sesuai dengan yang ditentukan dalam standar mutu kakao Internasional
yang disusun oleh Food and Drugs Administration (FDA). Standar mutu kakao

Universitas Sumatera Utara

10


Internasional sudah banyak diadopsi oleh hampir semua negara penghasil kakao
di dunia terutama yang mengekspor biji kakao ke Amerika. Beberapa batasan
umum yang menggolongkan bii kakao yang layak untuk diperdagangkan di
pasaran Internasional adalah sebagai berikut :
1.

Biji kakao harus difermentasi, kering (kadar air 7 %), bebas dari biji smoky,
bebas dari bau yang tidak normal dan bau asing dan bebas dari bukti-bukti
pemalsuan.

2.

Biji kakao harus bebas dari serangga hidup

3.

Biji kakao dalam satu partai (kemasan) harus mempunyai ukuran seragam,
bebas dari biji pecah, pecahan biji, pecahan kulit, dan bebas dari bendabenda asing.

2.2


Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional merupakan perdagangan antara dua negara atau lebih
yang didasarkan kesepakatan bersama. Menurut Amir M.S (2003), dibandingkan
dengan perdagangan dalam negeri, perdagangan Internasional sangat rumit dan
kompleks karena terdapat beberapa batasan yang memicu hambatan bagi kedua
negara. Negara-negara yang memiliki potensi untuk memproduksi suatu barang
sebagian besar berkeinginan untuk melakukan perdagangan Internasional.

Universitas Sumatera Utara

11

Negara A (Eksportir)

Perdagangan Internasional

Negara B (Importir)


Gambar 1. Kurva Perdagangan Internasional
Perdagangan Internasional terjadi akibat kelebihan penawaran pada negara A dan
kelebihan permintaan pada negara B. Pada negara A harga suatu komoditas
sebesar Pa, dan di negara B harga komoditas tersebut sebesar Pb, cateris paribus.
Pada pasar Internasional harga yang dimiliki oleh negara A akan lebih kecil yaitu
berada pada harga P* sehingga negara A akan mengalami kelebihan penawaran
(excess supply) di pasar Internasional.
Pada negara B, terjadi harga yang lebih besar dibandingkan harga pada pasar
Internasional, sehingga akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand) di
pasar Internasional. Pada keseimbangan di pasar Internasional kelebihan
penawaran negara A menjadi penawaran pada pasar Internasional yaitu pada
kurva ES.Sedangkan kelebihan permintaan negara B menjadi permintaan pada
pasar Internasional yaitu sebesar ED.
Kelebihan penawaran dan permintaan tersebut akan terjadi keseimbangan harga
sebesar P*. Peristiwa tersebut akan mengakibatkan negara A mengekspor, dan
negara B mengimpor komoditas tertentu dengan harga sebesar P* di pasar
Internasional. Dari penjelasan di atas didapat bahwa perdagangan Internasional

Universitas Sumatera Utara


12

(ekspor-impor) terjadi karena terdapat perbedaan antara harga domestik (Pa dan
Pb), dan harga Internasional (P*), permintaan (ED), dan penawaran (ES) pada
komoditas tertentu.
2.2.2 Penawaran dan Permintaan Ekspor
Menurut Lipsey et al. (1995), jumlah komoditi yang akan dijual oleh perusahaan
disebut kuantitas yang ditawarkan untuk komoditi itu. Kuantitas yang ditawarkan
merupakan jumlah yang akan ditawarkan perusahaan untuk dijual, ini tidak harus
merupakan jumlah yang berhasil dijual oleh perusahaan. Akan tetapi jumlah yang
dibeli harus sama dengan jumlah yang dijual. Hal ini terjadi, karena tidak seorang
pun mungkin dapat membeli barang yang tidak dijual seseorang.
Kurva penawaran adalah suatu kurva atau garis yang menggambarkan hubungan
antara harga dengan jumlah penawaran suatu barang. Ciri kurva penawaran antara
lain, turun dari kanan atas ke kiri bawah, dan berslope positif artinya perubahan
harga searah dengan perubahan jumlah penawaran suatu barang. Sumbu tegak
menggambarkan tingkat harga (P) suatu barang, sedangkan sumbu datar adalah
jumlah barang yang diminta atau Q (Bangun, 2007).


P

S

P2

P1

B

A

Q1

Q2

Q

Gambar 2. Kurva Penawaran


Universitas Sumatera Utara

13

Dimana:
P

: Harga

Q

: Jumlah barang yang ditawarkan

S

: Penawaran

A

: Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P1 dan Q1

B

: Penawaran yang terbentuk dari pertemuan P2 dan Q2

Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
penawaran ialah harga komoditi itu sendiri (P), harga barang lain yang berkaitan
(Ps), harga input (Pi), teknologi (T). Maka, fungsi penawaran dapat dirumuskan
sebagai berkut :
QS = f (P, Ps, Pi, T)
Teori permintaan diturunkan dari Teori Konsumsi.Konsumen mau “meminta”
(dalam pengertian ekonomi) suatu barang pada harga tertentu karena barang
tersebut dianggap berguna baginya. Makin rendah harga suatu barang maka
konsumen cenderung untuk membelinya dalam jumlah yang lebih besar.
Permintaan (demand) adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan dapat dibeli
oleh konsumen pada berbagai kemungkinan harga, dalam jangka waktu tertentu,
dengan anggapan hal-hal lain tetap sama (cateris paribus) (Hanafie, 2010).
Permintaan terhadap suatu komoditi yang dihasilkan oleh produsen terjadi karena
konsumen bersedia membelinya.Komoditi yang dikonsumsi mempunyai sifat
yang khas sebagaimana yang terdapat dalam faktor produksi. Semakin banyak
komoditi tersebut dikonsumsi maka kegunaan komoditi tersebut akan semakin

Universitas Sumatera Utara

14

berkurang dengan demikian pembeli akan lebih banyak membeli komoditi
tersebut jika harga satuannya menjadi lebih rendah (Sugiarto, 2000).
Kurva permintaan adalah suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara harga
suatu barang atau jasa dan jumlah atas barang atau jasa yang diminta, cateris
paribus.Bentuk umum kurva permintaan turun dari kiri-atas ke kanan-bawah
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3 sesuai dengan hukum permintaan.
Hukum

permintaan

pada

hakekatnya

merupakan

suatu

hipotesis

yang

menyatakan, semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak
permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2003).

Gambar 3. Kurva Permintaan
Dimana:
P

: Harga

Q

: Jumlah barang yang diminta

D

: Permintaan

A

: Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P1 dan Q1

B

: Permintaan yang terbentuk dari pertemuan P2 dan Q2

Menurut Pracoyo dan Pracoyo (2006), permintaan suatu komoditi dipengaruhi
oleh harga komoditi itu sendiri (P), pendapatan konsumsen (I), harga barang lain

Universitas Sumatera Utara

15

yang berkaitan (Ps), Selera (S), jumlah penduduk (N), ekspektasi (E). Maka,
fungsi permintaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
X = f (P, I, Ps, S, N, E)
Ekspor merupakan bagian penting dari perdagangan Internasional. Ekspor dapat
diartikan sebagai total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara,
kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa.
Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan ke negara lain
yang tidak menghasilkan barang-barang yang dihasilkan negara pengekspor
(Lipsey, 1995).
Ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan
(demand). Menurut Nopirin (2000), dua faktor yang menjadi penyebab timbulnya
perdagangan Internasional, yakni faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
dan penawaran, adapun aktivitas tersebut terjadi di dalam negeri dan di luar
negeri. Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar,
pendapatan dunia, dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran,
ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar, kapasitas
produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan
deregulasi.
Kelebihan produksi dalam negeri mendorong terjadinya ekspor. Ekspor terjadi
apabila terdapat kelebihan penawaran domestik terhadap permintaan domestik.
Menurut Salvatore (1997), ekspor suatu negara adalah selisih antara produksi /
penawaran domestik dengan konsumsi / permintaan domestik ditambah dengan
stok tahun sebelumnya. Secara matematis dapat ditulis seperti berikut ini:

Universitas Sumatera Utara

16

Xt = Qt – Ct + St-1
Keterangan :
Xt

: Jumlah ekspor komoditas tahun t

Qt

: Jumlah produksi domestik tahun t

Ct

: Jumlah konsumsi domestik tahun t

St-1

: Stok tahun sebelumnya (t-1)

Jika jumlah stok tahun sebelumnya diasumsikan nol, dikarenakan produksi pada
tiap tahun semuanya diekspor, maka dengan demikian fungsi ekspor dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Xt = Qt – Ct
2.2.3 Harga
Harga dari barang yang akan diperdagangkan merupakan faktor yang harus
diperhatikan dalam melakukan perdagangan dengan negara lain (ekspor dan
impor), karena harga akan menentukan besar kecilnya jumlah barang yang akan
diperdagangkan. Harga merupakan komponen penting dalam permintaan dan
penawaran, baik itu permintaan dan penawaran domestik maupun permintaan dan
penawaran ekspor dan impor.
Menurut Lipsey (1995), terdapat hubungan negatif antara tingkat harga dengan
jumlah barang yang diminta. Artinya semakin tinggi harga suatu komoditi maka
jumlah permintaan terhadap komoditi tersebut akan semakin berkurang.
Sebaliknya, harga berhubungan secara positif dengan penawaran. Artinya semakin
tinggi harga maka akan semakin banyak pula kuantitas yang ditawarkan.

Universitas Sumatera Utara

17

Dalam perdagangan Internasional terdapat dua tingkat harga yaitu harga yang
berlaku di dalam negeri dan harga yang berlaku di luar negeri. Secara umum
harga di pasar dalam negeri meningkat lebih cepat daripada harga di luar negeri,
sehingga pembeli dalam negeri akan cenderung untuk membeli dari pasar luar
negeri, sedangkan para penjual dalam negeri akan cenderung untuk menjual
barangnya di pasar dalam negeri yang menyebabkan penawaran ekspor berkurang
(Boediono, 2001).
2.2.4 Produk Domestik Bruto (PDB)
Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah pendapatan nasional.
Pendapatan nasional digunakan sebagai tolak ukur kinerja perekonomian suatu
negara, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Menurt Lipsey (1995),
gross domestic product (GDP) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi
pengeluaran yaitu pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor-impor .
Ketika pendapatan seseorang meningkat, dengan asumsi harga-harga tidak
berubah, dampaknya terhadap kuantitas barang yang bisa dikonsumsinya
tergantung pada sifat barang yang dikonsumsinya tersebut. Jika barang tersebut
masuk kategori barang normal, maka perubahan pada kuantitas barang yang
dikonsumsi akan searah dengan perubahan pendapatannya. Artinya jika terjadi
peningkatan pendapatan, maka konsumsi barang tersebut juga akan meningkat,
dan sebaliknya. Sedangkan jika barang tersebut adalah barang inferior, maka
perubahan pada kuantitas barang yang dikonsumsi akan berlawanan arah dengan
perubahan pendapatannya (Nicholson, 1991).

Universitas Sumatera Utara

18

2.2.5 Nilai Tukar
Dalam kegiatan perdagangan Internasional tidak terlepas dari peran nilai tukar
mata uang. Menurut Triyono (2008), nilai tukar mata uang (exchange rate / kurs)
merupakan pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan
perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Nilai tukar mata
uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, perubahan
nilai tukar mata uang dapat menentukan banyaknya penawaran dan permintaan
ekspor.
Nilai tukar mata uang suatu negara dibedakan atas nilai tukar nominal dan nilai
tukar riil. Menurut Mankiw (2007), nilai tukar nominal adalah harga relatif dari
mata uang dua negara, dan nilai tukar riil adalah harga relatif barang-barang antar
kedua negara. Nilai tukar riil disebut juga term of trade. Jika nilai tukar riil
terdepresiasi, maka harga barang di dalam negeri akan menjadi lebih murah
daripada barang lain yang diperdagangkan di luar negeri sehingga akan membuat
konsumen dunia meningkatkan permintaannya atau konsumsinya terhadap barang
domestik. Menurut Batiz (1994), hubungan nilai tukar riil dan nominal dapat
digambarkan oleh persamaan berikut:
REER = ER x

��

��

Keterangan :
REER

: Real effective exchange rate (Nilai tukar riil)

ER

: Exchange rate (Nilai tukar nominal)

FP

: Foreign price (Indeks harga luar negeri)

DP

: Domestic price (Indeks harga domestik)

Universitas Sumatera Utara

19

Dari rumus di atas, ketika nilai tukar riil tinggi, barang-barang luar negeri relatif
lebih mahal dan barang-barang domestik relatif lebih murah. Begitu pula
sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, barang-barang luar negeri relatif lebih
murah dan barang-barang domestik relatif lebih mahal.
Kurs riil jika dikaitkan dengan ekspor bersih maka ketika terjadi kurs rendah,
barang-barang domestik relatif lebih mahal dibandingkan harga luar negeri,
sehingga masyarakat domestik lebih memilih untuk membeli barang produk
impor daripada barang domestik. Peningkatan permintaan produk domestik ini
menyebabkan ekspor bersih meningkat. Hubungan antara kurs riil (∈) dan ekspor
bersih (NX) dapat ditulis sebagai berikut:
NX = NX (∈)
Persamaan tersebut menunjukkan hubungan negatif antara neraca perdagangan
dalam kurs riil.
Kurs Riil, ∈

NX (∈)
Ekspor Bersih
Gambar 4. Ekspor Bersih dan Kurs Riil
Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap
ekspor bersih. Semakin rendah nilai tukar mata uang semakin murah harga
barang-barang domestik relatif terhadap barang-barang luar negeri dan semakin
besar pula ekpor bersih. Permintaan ekspor barang domestik juga akan semakin
besar dikarenakan masyarakat luar negeri akan lebih memilih untuk membeli

Universitas Sumatera Utara

20

barang-barang domestik yang memiliki harga lebih murah dibandingkan dengan
barang-barang luar negeri.
2.2.6 Forecasting
Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu memprediksi peristiwa-peristiwa
masa depan. Peramalan harus mengambil data historis dan memproyeksikannya
ke masa depan dengan beberapa model matematis. Menurut Nasution (2006),
peramalan adalah proses untuk memperkirakan beberapa kebutuhan di masa
datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan
lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang dan jasa.
Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan pada umumnya dapat dibedakan
dari berbagai segi tergantung dalam cara melihatnya. Jangka waktu peramalan
dapat dikelompokkan menjadi tiga ketegori, yaitu:
a.

Peramalan jangka pendek, peramalan untuk jangka waktu kurang dari tiga
bulan

b.

Peramalan jangka menengah, peramalan untuk jangka waktu antara tiga
bulan sampai tiga tahun

c.

Peramalan jangka panjang, peramalan untuk jangka waktu lebih dari tiga
tahun

Berdasarkan metodenya, peramalan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a.

Metode peramalan kuantitatif, dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :
1.

Model seri waktu / metode deret berkala (time series) metode yang
dipergunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan
fungsi dari waktu

Universitas Sumatera Utara

21

2.

Model / metode kausal (causal / explanatory model), mengasumsikan
variabel yang diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab akibat
dengan satu atau beberapa variabel bebas (independent variable)

b.

Metode peramalam kualitatif, umumnya bersifat subjektif, dipengaruhi oleh
intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu hasil
peramalan dari satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Meskipun
demikian, peramalan kualitatif dapat menggunakan teknik / metode
peramalan, yaitu:

2.3

1.

Juri dan Opini Eksekutif

2.

Gabungan Tenaga Penjualan

3.

Metode Delphi

4.

Survai Pasar (market survey)

Penelitian Terdahulu

Hayati (2010), menganalisis tentang penawaran dan permintaan ekspor kayumanis
Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan Belanda. Penelitian ini membahas tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran kayumanis di Jawa Barat, faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke
Amerika Serikat dan Belanda, trend penawaran kayumanis Sumatera Barat, dan
trend permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Amerika Serikat dan
Belanda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran kayumanis di Sumatera
Barat dipengaruhi secara positif oleh luar areal panen, produktivitas, dan harga
kayumanis di tingkat produsen, permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke
Amerika Serikat dipengaruhi secara positif oleh harga kayumanis Cina, populasi
Amerika Serikat, dan dummy pembebasan kuota ekspor dan dipengaruhi secara

Universitas Sumatera Utara

22

negatif oleh harga kayumanis Sumatera Barat, harga kayumanis Internasional,
sedangkan permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke Belanda dipengaruhi
secara positif oleh populasi Belanda, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dan
dummy pembebasan kuota ekspor dan dipengaruhi secara negarif oleh harga
kayumanis Sumatera Barat, trend penawaran kayumanis Sumatera Barat
cenderung meningkat, dan trend permintaan ekspor kayumanis Sumatera Barat ke
Amerika Serikat cenderung meningkat sedangkan trend permintaan kayumanis
Sumatera Barat ke Belanda cenderung menurun.
Junaidi

(2005),

menganalisis

tentang

faktor-faktor

yang

mempengaruhi

penawaran ekspor teh Indonesia. Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga
ekspor komoditi riil teh, harga domestik riil, nilai tukar riil, volume ekspor tahun
sebelumnya, dan variabel dummy terhadap penawaran ekspor teh Indonesia. Hasil
analisis menunjukkan bahwa variabel penawaran ekspor tahun sebelumnya,
produksi, nilai tukar dan dummy berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan
penawaran ekspor teh Indonesia dalam jangka pendek. Sedangkan dalam jangka
panjang yaitu pertumbuhan produksi, pertumbuhan nilai tukar, dan dummy.
Tilova (2012), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
batubara Indonesia di empat negara tujuan ekspor terbesar. Penelitian ini
membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan batubara
Indonesia di empat negara tujuan ekspor terbesar yaitu Jepang, India, Korea
Selatan, dan Cina. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel harga ekspor
batubara dan GDP per kapita negara Jepang, India, Korea Selatan, dan Cina
memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap permintaan ekspor

Universitas Sumatera Utara

23

batubara Indonesia, sedangkan jumlah penduduk negara pengimpor dan nilai tukar
rill memiliki pengaruh yang signifikan dan negatif.
Karabain (2001), menganalisis tentang kajian perdagangan kakao Indonesia ke
Malaysia. Penelitian ini membahas tentang perdagangan kakao Indonesia ke
Malaysia dari segi ekspor dan impor. Hasil analisis menunjukkan bahwa ekspor
kakao Indonesia ke Malaysia secara nyata dipengaruhi oleh harga ekspor kakao
Indonesia ke Malaysia dan konsumsi kakao Indonesia, dan impor kakao Malaysia
dari Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh produksi kakao Malaysia sendiri.
Komalasari (2009), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran ekspor biji kakao Indonesia. Penelitian ini membahas tentang
perkembangan ekspor kakao Indonesia di pasar Internasional, faktor-faktor yang
mempengaruhi penawaran ekspor kakao Indonesia di pasar Internasional, dan
elastisitas produksi biji kakao terhadap penawaran ekspor biji kakao dalam jangka
pendek dan jangka panjang.. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan
ekspor biji kakao Indonesia cenderung mengalami peningkatan, dan penawaran
ekspor biji kakao Indonesia sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan ekspor
yang dilakukan pada tahun sebelumnya, serta elastisitas produksi dalam jangka
panjang lebih besar dibandingkan dalam jangka pendek yang menunjukkan bahwa
produksi dalam jangka panjang lebih memiliki pengaruh cukup besar dalam
meningkatkan ekspor biji kakao Indonesia dibandingkan dalam jangka pendek.
Sitanggang (2009), menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand
dalam skema CEPT-AFTA. Penelitian ini membahas tentang pengaruh GDP per

Universitas Sumatera Utara

24

kapita riil importir, populasi importir, nilai tukar riil importir, harga dunia, harga
biji kakao di negara tujuan, ekspor olahan importir, dan CEPT-AFTA terhadap
permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel GDP per kapita riil importir memiliki
pengaruh yang positif dan tidak signifikan, variabel populasi importir memiliki
pengaruh yang positif dan tidak signifikan, variabel harga ekspor memiliki
pengaruh yang negatif dan signifikan, variabel harga dunia biji kakao memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan, variabel nilai tukar berpengaruh positif dan
tidak signifikan, variabel ekspor olahan importir memiliki pengaruh yang positif
dan signifikan, serta variabel CEPT-AFTA yang memiliki pengaruh negative dan
signifikan terhadap permintaan ekspor biji kakao Indonesia di Malaysia,
Singapura, dan Thailand.
Tuty (2009), menganalisis tentang permintaan ekspor biji kakao Sulawesi Tengah
oleh Malaysia. Penelitian ini membahas tentang pengaruh harga biji kakao (PCR),
volatilitas harga biji kakao Internasional (VPITR), inflasi Malaysia (IFLM), dan
kurs (ER), dan pertumbuhan ekonomi Malaysia (EGRWT) terhadap permintaan
ekspor biji kakao Sulawesi Tengah oleh Malaysia. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel PCR berpengaruh positif dan signifikan baik bagi pengukuran
jangka panjang maupun jangka pendek, variabel VPITR berpengaruh negatif dan
signifikan, variabel IFLM berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel ER
dan EGRWT berpengaruh positif dan tidak signifikan baik bagi pengukuruan
jangka panjang maupun jangka pendek.

Universitas Sumatera Utara

25

2.4

Kerangka Pemikiran

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan
yang terus mendapat perhatian untuk dikembangkan, dikarenakan kakao
memberikan kontribusi untuk peningkatan devisa Indonesia. Kakao adalah bahan
yang sangat penting dalam industri berbagai makanan seperti roti, biskuit,
permen, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan industri berbagai minuman
seperti susu, kopi, dan sebagainya, kakao juga dibutuhkan untuk meningkatkan
cita rasa.
Sebagian besar biji kakao diekspor ke luar negeri. Biji kakao Indonesia memiliki
keunggulan melting point cocoa butter yang tinggi, serta tidak mengandung
pestisida dibandingkan biji kakao dari Ghana maupun Pantai Gading. Sehingga
Indonesia berpotensi untuk menjadi menjadi produsen utama kakao dunia, apabila
berbagai permasalahan utama yang dihadapi perkebunan kakao dapat diatasi dan
agribisnis kakao dikembangkan dan dikelola secara baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor biji kakao Sumatera
Utara. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dikemukakan oleh penulis adalah
produksi kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan
harga Internasional biji kakao.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor biji kakao Sumatera
Utara ke Malaysia. Dalam penelitian ini, faktor-faktor yang dikemukakan oleh
penulis adalah konsumsi biji kakao Malaysia, harga Internasional biji kakao, GDP
per kapita Malaysia, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar.

Universitas Sumatera Utara

26

Untuk mengetahui berapa penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera
Utara ke Malaysia pada tahun 2020, maka dapat dianalisis melalui data
permintaan dan penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia.
Dengan data dan perhitungan forecasting pada tahun 2000-2014 tersebut, maka
akan diketahui penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke
Malaysia tahun 2020.

Universitas Sumatera Utara

27

Biji Kakao

Konsumsi
Biji Kakao
Malaysia
Produksi
Kakao
Harga
Domestik

Penawaran
Ekspor
Sumatera
Utara

Permintaan
Ekspor
Sumatera
Utara Ke
Malaysia

Harga
Internasional

Harga
Internasional

GDP /
Kapita
Malaysia

Kurs Riil
Rupiah Dollar
Analisis
Forecasting

Penawaran dan
Permintaan Ekspor 2020

Keterangan:
: Menyatakan hubungan
: Menyatakan pengaruh

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

28

2.5

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah dan landasan teori yang telah diuraikan,
adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)

Penawaran ekspor biji kakao Sumatera Utara dipengaruhi oleh produksi
kakao Sumatera Utara, harga domestik biji kakao Sumatera Utara, dan harga
Internasional biji kakao.

2)

Permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia dipengaruhi oleh
konsumsi biji kakao Malaysia, harga Internasional biji kakao, GDP per
kapita Malaysia, dan nilai tukar riil Rupiah terhadap Dollar.

3)

Penawaran dan permintaan ekspor biji kakao Sumatera Utara ke Malaysia
pada tahun 2020 mengalami peningkatan.

Universitas Sumatera Utara