Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Definisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah ilmu pengetahuan dan
penerapan untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. K3
merupakan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar
setiap produksi digunakan secara aman dan efisien (Ramli, 2010).
Silalahi (2002) pada hakekatnya, K3 merupakan suatu pengetahuan yang
berkaitan dengan dua kegiatan. Kegiatan pertama berkaitan dengan upaya
keselamatan terhadap keberadaan tenaga kerja yang sedang bekerja. Kegiatan
kedua berkaitan dengan kondisi kesehatan sebagai akibat adanya penyakit akibat
kerja.
Santoso (2004) menjelaskan bahwa keselamatan kerja bersifat teknik dan
sasarannya adalah lingkungan kerja. Keselamatan kerja berhubungan dengan
mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaaan. Keselamatan kerja

juga menyangkut seluruh proses produksi dan distribusi barang maupun jasa.
Adapun tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup,
menjamin keselamatan setiap orang lain di tempat kerja dan

meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

12

produksi. Adapun kesehatan kerja didefinisikan sebagai ilmu kesehatan dan
penerapan yang bertujuan untuk mewujudkan tenaga kerja sehat, produktif dalam
bekerja, berada dalam keseimbangan antara kapasitas kerja, beban kerja dan
keadaan lingkungan kerja, serta terlindung dari penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja. Kesehatan kerja memiliki sifat medis dan
sasarannya adalah tenaga kerja (Suma’mur, 2009).
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menurut Mangkunegara
(2002) adalah sebagai berikut:
a. Agar setiap pegawai/tenaga kerja mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan

kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
b. Agar setiap peralatan kerja digunakan secara baik dan selektif.
c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai/tenaga kerja.
e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
f. Agar tehindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau
kondisi kerja.
g. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Konsep Pengendalian Bahaya Akibat Kerja
Pengendalian bahaya yang menjadi objek dalam Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) mencangkup semua bahaya yang dapat mengganggu keselamatan dan

Universitas Sumatera Utara

13

kesehatan pekerja. Menurut Ramli (2010), pengendalian bahaya tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan energi
Kecelakaan bermula karena adanya sumber energi yang mengalir mencapai
penerima. Pendekatan energi untuk mengendalikan kecelakaan dilakukan melalui
3 titik, yaitu :
a. Pengendalian pada sumber bahaya.
Bahaya sebagai sumber terjadinya kecelakaan dapat dikendalikan langsung
pada sumbernya dengan melakukan pengendalian secara teknis atau
administratif.
b. Pendekatan pada jalan energi.
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan melakukan penetrasi pada jalan energi
sehingga intesitas energi yang mengalir ke penerima dapat dikurangi.
c. Pengendalian pada penerima.
Pendekatan ini dilakukan melalui pengendalian terhadap penerima. Salah satu
upaya yaitu dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pendekatan ini
dapat dilakukan jika pengendalian pada sumber atau jalannya energi tidak
dapat dilakukan dengan efektif.
2. Pendekatan manusia
Pendekatan secara manusia didasarkan hasil statistik yang menyatakan bahwa
85% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan tindakan yang tidak
aman. Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan

berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

Universitas Sumatera Utara

14

a. Pembinaan dan Pelatihan
b. Promosi K3 dan kampanye K3
c. Pembinaan Perilaku Aman
d. Pengawasan dan Inspeksi K3
e. Audit K3
f. Komunikasi K3
g. Pengembangan prosedur kerja aman
3. Pendekatan teknis
Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses
maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang
bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain :
1. Rancang bangun yang aman yang disesuaikan dengan persyaratan teknis dan
standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.
2. Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.
4. Pendekatan administratif
Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
1. Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan
bahaya dapat dikurangi.
2. Penyediaan alat keselamatan kerja.
3. Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3.
4. Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja.

Universitas Sumatera Utara

15

5. Pendekatan manajemen
Banyak kecelakaan yang disebabkan faktor manajemen yang tidak kondusif
sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3).
b. Mengembangkan organisasi K3 yang efektif.

c. Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk
manajemen tingkat atas.

Klasifikasi Pekerjaan Petani Jeruk beserta Dampak Kesehatan
Budidaya Jeruk
Untuk dapat menjadikan buah jeruk menghasilkan yang maksimal maka
perlu dibudidayakan secara benar, berikut ini tahapan yang dilakukan oleh petani
jeruk sebagai berikut:
1. Pembibitan
2. Pengolahan Media Tanam Jeruk
3. Tekhnik Penanaman, dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pengurangan daun dan cabang yg berlebihan.
b. Pengurangan akar.
c. Pengaturan posisi akar agar jangan ada yg terlipat.
d. Setelah bibit ditaman, siram secukupnya dan diberi mulsa jerami, daun

kelapa atau daun-daun yg bebas penyakit di sekitarnya.

Universitas Sumatera Utara


16

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyulaman : Dilakukan pada tanaman yang tidak tumbuh.
b. Penyiangan: Gulma dibersihkan sesuai dengan frekuensi pertumbuhannya,
pada saat pemupukan juga dilakukan penyiangan.
c. Pembubunan : Jika ditanam di tanah berlereng, perlu diperhatikan apakah
ada tanah di sekitar perakaran yang tererosi. Penambahan tanah perlu
dilakukan jika pangkal akar sudah mulai terlihat.
d. Pemangkasan : Pemangkasan bertujuan untuk membentuk tajuk pohon dan
menghilangkan cabang yang sakit, kering dan tidak produktif/tidak
diinginkan
e. Pemupukan: Pemberian jenis pupuk dan dosis (gram/tanaman) setelah
penanaman.
f. Pengairan dan Penyiraman : Penyiraman jangan menggenangi batang akar.
Tanaman di airi sedikitnya satu kali dalam seminggu pada musim
kemarau. Jika air kurang tersedia, tanah di sekitar tanaman digemburkan
dan ditutup mulsa.
g. Penjarangan Buah jeruk : Pada tahun di mana pohon jeruk berbuah lebat,
perlu


dilakukan

penjarangan

supaya

pohon

mampu

mendukung

pertumbuhan dan bobot buah serta kualitas buah terjaga.
5. Panen: Cara panen buah di petik dengan menggunakan gunting pangkas.
6. Pasca panen

Universitas Sumatera Utara

17


a. Pengumpulan
Di kebun, buah dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih. Pisahkan
buah yang mutunya rendah, memar dan buang buah yang rusak. Sortasi
dilakukan berdasarkan diameter dan berat buah yang biasanya terdiri atas 4
kelas. Kelas A adalah buah dengan diameter dan berat terbesar sedangkan
kelas D memiliki diameter dan berat terkecil.
b. Penyortiran dan Penggolongan
Setelah

buah

di

petik

dan

dikumpulkan,


selanjutnya

buah

disortasi/dipisahkan dari buah yang busuk. Kemudian buah jeruk
digolongkan sesuai dengan ukuran dan jenisnya.
c. Penyimpanan
Untuk menyimpan buah jeruk, gunakan tempat yang sehat dan bersih
dengan temperatur ruangan 8-10 derajat C.
d. Pengemasan
Sebelum pengiriman, buah dikemas di dalam keranjang bambu/kayu tebal
yang tidak terlalu berat untuk kebutuhan lokal dan kardus untuk ekspor.
Pengepakan jangan terlalu padat agar buah tidak rusak. Buah disusun
sedemikian rupa sehingga di antara buah jeruk ada ruang udara bebas
tetapi buah tidak dapat bergerak.

Universitas Sumatera Utara

18


Pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida
1. Pencampuran
Bahaya terbesar saat aplikasi pestisida adalah pada waktu mencampur, karena
mencampur bekerja dengan konsentrat, oleh karena itu perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut: (1) Sewaktu mempersiapkan pestisida yang akan disemprotkan,
pilihlah tempat yang sirkulasi udaranya lancar, (2) Buka tutup kemasan dengan
hati-hati agar pestisida tidak berhamburan atau memercik mengenai bagian tubuh.
Setelah itu tuang dalam gelas ukur, timbangan atau alat pengukur lainnya.
Tambahkan air lagi sesuai dosis dan konsentrasi yang dianjurkan, (3) Usaha
pencampuran petisida jangan dalam tangki penyemprot, karena susah dipastikan
apakah pestisida dan air telah tercampur sempurna atau belum, (4) Guna
menjamin keselamatan, pakailah pakaian pelindung dan masker (pelindung
pernafasan) dan sarung karet. Juga jangan makan, minum, dan merokok selama
melakukan pencampuran (Wudianto, 2007).
2. Penyemprotan
Dalam melakukan penyemprotan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: (1)
Pilih volume alat semprot sesuai dengan luas areal yang akan di semprot, (2)
Gunakan alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, kaos tangan,
sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang, (3) Penyemprotan untuk
golongan serangga sebaiknya saat stadium larva dan nimfa, atau saat masih
berupa telur, (4) Waktu baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran
udara naik (thermik)yaitu antara pukul 08.00-11.00 WIB atau sore hari pukul
15.00-18.00 WIB, (5) Jangan melakukan di saat angin kencang karena banyak

Universitas Sumatera Utara

19

pestisida yang tidak mengenai sasaran. Jangan menyemprot dengan melawan arah
angin, karena cairan semprot bisa mengenai sasaran, (6) Penyemprotan yang
dilakukan saat hujan turun akan membuang tenaga dan biaya sia-sia, (7) Jangan
makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan, (8) Alat
semprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian sebaiknya
di buang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai, (9) Penyemprot segera
mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan segera di
cuci (Wudianto, 2007).

Dampak Pestisida terhadap Kesehatan
Menurut Wudianto (2007), ada dua tipe keracunan yang ditimbulkan
pestisida, yaitu :
1. Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung
pada saat itu. Beberapa efek kesehatan akut adalah sakit kepala, pusing, mual,
sakit dada, muntah-muntah, kudis, sakit otot, keringat berlebih, kram. Diare, sulit
bernafas, pandangan kabur, bahkan dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan
luas keracunan yang ditimbulkan keracunan akut dapat dibagi 2 efek, yaitu:
a. Efek lokal
Efek lokal terjadi bila efek hanya mempengaruhi bagian tubuh yang terkena
kontak langsung dengan pestisida. Biasanya berupa iritasi, seperti rasa kering,
kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan kulit, mata berair,
batuk, dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

20

b. Efek sistemik
Efek sistemik terjadi jika pestisida masuk ke dalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh
bagian dari tubuh dan memengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,
lambung, otot, usus, otak, dan syaraf.
2. Keracunan Kronis
Keracunan kronis terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan
membutuhkan waktu untuk muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang
ini dapat muncul setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah
paparan pestisida. Dampak kronis pestisida antara lain yaitu kanker, gangguan
hati, perut, sistem syaraf, sistem kekebalan tubuh, dan keseimbangan hormon.
Selain itu, dampak pestisida juga dapat sampai pada bayi melalui Air Susu Ibu
(ASI). Hal ini terjadi jika sang ibu terpapar pestisida.
Beberapa efek kesehatan kronis lainnya adalah sebagai berikut: (1) Sistem
syaraf, pestisida yang digunakan bidang pertanian sangat berbahaya bagi otak dan
syaraf, (2) Hati atau liver, karena hati adalah organ tubuh yang berfungsi
menetralkan bahan kimia beracun, maka hati sering di rusak oleh pestisida, dapat
menyebabkan hepatitis, (3) Perut, yaitu muntah-muntah, sakit perut dan diare
adalah gejala umum keracunan pestisida. Banyak orang bekerja dengan pestisida
selama bertahun-tahun, mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan
pestisida (baik sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh
secara umum. Pestisida merusak langsung melalui dinding perut, (4) Sistem
kekebalan, reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini

Universitas Sumatera Utara

21

adalah reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing, (5)
Keseimbangan hormon, beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi
yang dapat menyebabkan penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan
telur yang tidak normal pada wanita.

Alat Pelindung Diri (APD)
Definisi APD
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja
untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau
kecelakaan kerja. Alat pelindung diri yang seharusnya di pakai petani adalah:
1. Pakaian Kerja
Berguna untuk menutupi seluruh atau sebagian dari percikan bahan beracun.
Bahan dapat terbuat dari kain dril, kulit, plastik, asbes atau kain yang dilapisi
aluminium. Bentuknya dapat berupa apron (menutupi sebagian tubuh yaitu mulai
dada sampai lutut), celemek atau pakaian terusan dengan celana panjang, dan
lengan panjang (overalls).
2. Penutup Kepala
Untuk melindungi kepala dari percikan bahan beracun sebaiknya digunakan
alat pelindung kepala. Penutup kepala yang digunakan petani dapat berupa topi
atau tudung untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia dan kondisi iklim yang
buruk. Harus terbuat dari bahan yang mempunyai celah atau lobang, biasanya
terbuat dari asbes, kulit, wol dan katun yang di campur aluminium.

Universitas Sumatera Utara

22

3. Alat Pelindung Hidung dan Mulut.
Untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu atau udara yang
terkontaminasi di tempat kerja yang dapat bersifat racun, korosi atau rangsangan.
Penggunaan masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel masuk ke dalam
pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
4. Sarung Tangan.
Untuk melindungi tangan dan bagian-bagian dari bahan-bahan kimia (padat
atau larutan). Sarung tangan dapat terbuat dari karet (melindungi diri dari paparan
bahan kimia), sehingga larutan pestisida tidak dapat masuk ke kulit.
5. Sepatu Kerja.
Untuk melindungi kaki dari larutan kimia. Sepatu kerja atau sepatu boot
sangat diperlukan pada penyemprotan pestisida. Dapat terbuat dari kulit, karet
sintetik atau plastik. Ketika menggunakan sepatu boot ujung celana tidak boleh
dimasukkan kedalam sepatu, karena cairan pestisida dapat masuk ke dalam sepatu
(Faris, 2009).

Pemilihan APD
Kebutuhan APD didasarkan pada bahaya dan resiko yang ada di tempat kerja
yang menyangkut tipe bahaya dan resiko, efek atau dampak yang ditimbulkan,
kecelakaan yang sering terjadi dan lain-lain. Menurut Suma’mur (2009), dalam
pemilihan APD harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

23

1. Nyaman dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan desain alat tersebut
2. Tidak mengganggu kerja dalam arti APD tersebut harus sesuai dengan besar
tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerak pengguna.
3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap bahaya yang khusus
sebagaimana APD tersebut di desain.
4. Alat-alat pelindung diri harus tahan lama.
5. Alat-alat pelindung diri tersebut mudah dibersihkan dan dirawat oleh pekerja.
6. Harus ada desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan APD sesuai dengan
standar.

Bahaya-bahaya yang Membutuhkan Penggunaan APD
Beberapa kemungkinan bahaya yang dapat ditemui di lingkungan pekerjaan
seperti berikut ini :
1. Bahaya Kimia
Jika bekerja dengan bahan kimia yang berbahaya, maka pekerja harus
memakai APD untuk mencegah terhirupnya atau terpercik bahan kimia tersebut
ke bagian tubuh pada saat penggunaan bahan kimia tersebut atau secara tidak
sengaja dapat menyebabkan kerusakan pada kulit.
2. Partikel-Partikel
Banyak pekerjaan yang dapat menyebabkan timbulnya debu atau kotoran yang
dapat membahayakan mata, selain itu jika debu atau kotoran tersebut terhirup
maka akan membahayakan paru-paru dan sistem pernafasan.

Universitas Sumatera Utara

24

3. Panas dan Temperatur Tinggi
Tanpa APD yang benar-benar sesuai dan tepat pemakaiannya maka dalam
pelaksanaan proses atau pekerjaan yang menimbulkan panas dapat mencederai
atau membakar kulit dan melukai mata.
4. Radiasi Cahaya
Bahaya radiasi seperti dapur api, intensitas cahaya yang tinggi dari api
pengelasan, pemotongan yang menggunakan panas tinggi dan pekerjaan yang
menimbulkan radisai cahaya yang dapat merusak mata atau menggunakan radio
aktif yang bisa menyebabkan cidera bagi pekerja.
5. Pemindahan bagian dari suatu peralatan
Mesin-mesin yang mempunyai pelindung (guards) untuk mencegah hubungan
langsung antara pekerja dengan alat-alat atau mesin-mesin yang berputar. Kadangkadang bila pekerja lupa memindahkan ataupun memperbaiki mesin, lupa untuk
memasanganya kembali.
6. Kejatuhan suatu barang
Jika barang-barang ditempatkan pada ketinggian secara tidak benar atau
membawa alat-alat dan kurang hati-hati pada pada saat naik, maka barang tersebut
bisa lepas dan jatuh yang menyebabkan bahaya bagi orang yang ada dibawahnya
dan bisa mencederai bagian tubuh atau bagian kepala dan kaki.
7. Barang-barang tajam/runcing
Perkakas atau barang-barang yang tajam/runcing dapat

membahayakan

tangan, kaki dan bagian tubuh lainnya bila tidak memakai alat pelindung diri.

Universitas Sumatera Utara

25

8. Keadaan atau kondisi tempat kerja
Bahaya juga dapat diakibatkan oleh keadaan tempat kerja atau cara pekerja
berdiri dan bergerak ketika mereka sedang melakukan aktifitas pekerjaannya.
9. Jatuh dari ketinggian
Pekerja harus dilindungi dari bahaya jatuh pada saat bekerja di tempat
ketinggian, pekerja diharuskan memakai APD.

Pemeliharaan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Sugeng yang dikutip oleh Faris (2009) secara umum pemeliharaan
APD dapat dilakukan antara lain dengan:
1. Mencuci dengan air sabun, kemudian di bilas dengan air secukupnya. Terutama
untuk helm, kacamata, earplug dan sarung tangan kain/kulit/karet.
2. Menjemur di panas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.
3. Mencuci bersih sepatu boot setelah selesai digunakan.

Penyimpanan Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Sugeng yang dikutip oleh Faris (2009), untuk menjaga daya guna
dari APD, hendaknya di simpan di tempat khusus sehingga terbebas dari debu,
kotoran, gas beracun dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut
kering dan mudah dalam pengambilannya.

Universitas Sumatera Utara

26

Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD
Pengetahuan
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep dan
pemahaman yang di miliki manusia tentang dunia dan isinya termasuk manusia dan
kehidupannya. Pengetahuan juga merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu dan pengetahuan hanya
akan terwujud jika manusia tersebut adalah bagian dari objek itu sendiri.
Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia yang nantinya akan
berperan penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan,
yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai memanggil (recall) memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Sehingga tahu merupakan tahap paling rendah dari
pengetahuan.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menginterpretasikan
secara benar suatu objek tertentu. Orang yang memahami suatu objek dapat
menjelaskan, menyebutkan, dan menyimpulkan objek yang telah dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi

diartikan

sebagai

kemampuan

untuk

menggunakan

atau

mengaplikasikan prinsip yang dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.

Universitas Sumatera Utara

27

Setelah memahami suatu proses, juga harus dapat membuat perencanaan untuk
melaksanakan proses tersebut.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan dan memisahkan suatu
komponen, kemudian mencari hubungan antar komponen terkait.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau merangkum satu
hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang di miliki. Dengan kata lain
sintesis adalah menyusun formulasi baru dari formulasi yang sudah ada
sebelumnya.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu kemampuaan untuk melakukan penilaian terhadap objek.
Penilaian didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma yang
berlaku di masyarakat.
Tingkat pengetahuan dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang
bersifat kualitatif sebagai berikut:
1) Baik

: Hasil presentase 76%-100%

2) Cukup

: Hasil presentase 56%-75%

3) Kurang : Hasil presentase kurang dari 56%

Sikap
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda

untuk

Universitas Sumatera Utara

28

menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari
perilaku manusia (Notoatmodjo, 2003).
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Allport yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 3
komponen, yaitu: (1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu
obyek, (2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, (3)
Kecenderungan untuk bertindak.
Ketiga komponen diatas secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh.
Dalam penentuan sikap ini, pengetahuan, pemikiran, keyakinan, emosi memegang
peranan penting.
Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu: (1) Menerima (receiving), diartikan
bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek);
(2) Merespons (responding) dengan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap; (3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah merupakan suatu indikasi
sikap tingkat tiga; (4) Bertanggung jawab (responsible) terhadap segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi
(Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

29

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden

terhadap suatu obyek. Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,
2003).
Pernyataan sikap dapat berisi hal-hal yang positif mengenai obyek sikap,
yaitu bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan ini disebut
dengan pernyataan yang favourable. Sebaliknya pernyataan sikap juga dapat berisi
hal-hal negatif mengenai obyek sikap dan bersifat tidak mendukung atau kontra
terhadap obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut dengan pernyataan yang tidak
favourable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas
pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan
demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak semua
negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung sama sekali
obyek sikap (Azwar, 2005).
Tingkatan sikap dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala likert,
yaitu untuk pernyataan favourable bila menjawab:
1) Setuju

: Nilai 1

2) Tidak Setuju

: Nilai 0

Sedangkan pernyataan unfavourable bila menjawab:
1) Setuju

: Nilai 0

2) Tidak Setuju

: Nilai 1

Universitas Sumatera Utara

30

Singarimbun dan Effendi (1989), calon pernyataan yang terpilih kemudian di
susun dalam suatu daftar dan responden di minta pendapatnya tentang pernyataan
itu setuju atau tidak setuju. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap
petani jeruk terhadap penggunaan alat pelindung diri.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan dan Sikap
Dalam teori Lawrence dan Green yang dikutip oleh Notoadmodjo (2003),
perilaku manusia di analisis dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku
itu sendiri ditentukan oleh 3 faktor, yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam fasilitas
atau sarana, peralatan medis dan non medis.
3. Faktor-faktor pendorong (renforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap seseorang
dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:

Universitas Sumatera Utara

31

1. Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Tingkat
intelegensia mempengaruhi seseorang dalam menerima suatu informasi. Orang
yang memiliki intelegensia tinggi akan mudah menerima suatu pesan maupun
informasi.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha mengembangkan kepribadian dan kemampuan
di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain
maupun dari media massa. Semakin banyak informasi tentang kesehatan yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan
seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya.
3. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh

kebenaran

pengetahuan

dengan

cara

mengulang

kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Misalnya seorang petani yang pernah mengalami kecelakaan atau gangguan
kesehatan akibat pekerjaannya akan lebih berhati-hati dan lebih memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

32

bahaya yang ada di tempat kerja dan melakukan pencegahan dengan penggunaan
APD.
4. Usia
Usia dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur maka tingkat
kemampuan, kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan
menerima informasi. Akan tetapi faktor ini tidak mutlak sebagai tolak ukur
misalnya seorang yang berumur lebih tua belum tentu memiliki pengetahuan lebih
baik mengenai APD dibandingkan dengan seseorang yang lebih muda .
5. Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari. Seseorang yang
tinggal di daerah dataran tinggi sangat cocok untuk menanami tanaman buah dan
sayuran, sehingga mayoritas penduduk adalah petani yang di tuntut harus dapat
merawat dan berladang setiap harinya dan tentunya dalam melakukan pekerjaan
petani rentan terhadap bahaya di pertanian untuk itu kewaspadaan yang lebih
tinggi dibutuhkan.
6. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk memenuhi dan

menunjang kebutuhan hidup. Tujuannya adalah mencari nafkah. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan
baik secara langsung dan tidak langsung. Misalnya individu yang bekerja sebagai
tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan
orang lain yang bekerja di luar bidang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

33

7. Tingkat ekonomi
Tingkat ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Individu
yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonominya baik dimungkinkan
lebih memiliki pengetahuan lebih baik karena mudah mengakses berbagai
informasi yang berasal daripada keluarga berstatus ekonomi rendah.
8. Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Sosial termasuk pandangan agama,
kelompok etnis dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap khususnya dalam
penerapan nilai-nilai keagamaan untuk memperkuat kepribadiannya. Misalnya
orang yang berasal dari suku tertentu memiliki kecenderungan untuk bersikap
lebih peduli atau acuh.
9. Informasi dan media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal
dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana
komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah, termasuk peyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan pengetahuan seseorang. Semakin banyak seseorang menerima
informasi mengenai suatu hal maka pengetahuannya mengenai suatu hal yang
menyangkut pekerjaannya pun akan meningkat.

Universitas Sumatera Utara

34

Penyuluhan
Definisi Penyuluhan
Pengertian penyuluhan dalam arti umum adalah ilmu sosial yang mempelajari
sistem dan proses perubahan pada individu serta masyarakat agar dapat terwujud
perubahan yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Penyuluhan sebagai
proses perubahan perilaku tidak mudah. Titik berat penyuluhan sebagai proses
perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkelanjutan. Dalam proses
perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena
penambahan pengetahuan saja namun, diharapkan juga adanya perubahan pada
keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja
yang lebih baik, produktif dan menguntungkan (Lucie, 2005).
Berdasarkan aspek kesehatan, Muninjaya (2004) menyatakan definisi
penyuluhan kesehatan sebagai penambahan pengetahuan dan kemampuan
seseorang melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah
atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun
masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan
sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Sedangkan dalam aspek
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), menurut Helliyanti

(2009)

yang

mengutip pendapat George, menyatakan bahwa penyuluhan K3 adalah bentuk
usaha yang dilakukan untuk mendorong dan menguatkan kesadaran dan perilaku
pekerja tentang K3 sehinggga dapat melindungi pekerja, properti dan lingkungan.

Universitas Sumatera Utara

35

Metode Penyuluhan
Metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Semua metode akan baik bila
digunakan secara tepat yaitu sesuai dengan kebutuhan (Notoatmodjo, 2005).
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis metode dalam penyuluhan, yaitu :
1. Metode satu arah (One Way Methode)
Pada Metode ini hanya terjadi komunikasi satu arah yaitu dari pihak
penyuluh ke pihak sasaran. Dengan demikian, pihak sasaran tidak diberi
kesempatan untuk aktif. Yang termasuk metode ini adalah: metode ceramah,
siaran melalui radio, pemutaran film, penyebaran selebaran, pameran. Metode
ceramah merupakan metode yang digunakan peneliti untuk melakukan
penyuluhan kepada petani jeruk tentang penggunaan alat pelindung diri.
2. Metode dua arah (Two Way Methode)
Pada metode ini terjadi komunikasi dua arah antara pendidik dan sasaran.
Yang termasuk dalam metode ini adalah: wawancara, demonstrasi, sandiwara,
simulasi, curah pendapat, permainan peran (role playing) dan tanya jawab.

Media Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan tidak dapat lepas dari media
karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media
dapat

menghindari

kesalahan

persepsi,

memperjelas

informasi

dan

mempermudah pengertian. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari dan
mengadopsi pesan-pesan yang disampaikan.

Universitas Sumatera Utara

36

Berdasarkan fungsinya sebagai penyalur informasi, media dibagi menjadi
tiga, yakni:
1. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:
a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam
bentuk lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan
dibaliknya berisi informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan
maupun gambar.
c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol
untuk menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.
d. Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat,
gambar ataupun kombinasi melalui lembaran yang dilipat.
e. Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.
f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
g. Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.
2. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
memiliki jenis yang berbeda, antara lain:
a. Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara,
diskusi, kuis, cerdas cermat seputar masalah kesehatan.
b. Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab,
sandiwara radio, ceramah tentang kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

37

c. Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang
berhubungan dengan kesehatan.
d. Slide dan Film strip
3. Media papan (Bill Board) yaitu media yang dapat di pasang di tempat umum.
Media papan ini juga mencakup pesan kesehatan yang di tulis

pada

lembaran seng yang di tempel pada kendaraan-kendaraan umum. Media yang
digunakan peneliti untuk memperlancar kegiatan penyuluhan adalah dengan
leaflet sebagai media cetak dan penampilan slide sebagai media elektronik.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2005), penyuluhan merupakan proses perubahan
perilaku melalui suatu kegiatan pendidikan nonformal. Oleh karena itu, selalu
saja ada berbagai kendala pelaksanaannya di lapangan. Secara umum ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan keadaan yang disebabkan oleh
penyuluhan, diantaranya sebagai berikut:
1. Keadaan pribadi sasaran
Beberapa hal yang perlu di amati pada diri sasaran adalah ada tidaknya
motivasi pribadi sasaran dalam melakukan suatu perubahan, adanya ketakutan
atau trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain
karena pengalaman ketidakberhasilan atau kegagalan, kekurangsiapan dalam
melakukan perubahan karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, dana,
sarana dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang
dirasakan sekarang.

Universitas Sumatera Utara

38

2. Keadaan lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang dimaksud adalah lingkungan yang berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat
Kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektifitas
penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang di
pelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara
turun menurun dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah
berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.
4. Akifitas kelembagaan yang tersedia dan menunjang penyuluhan
Peran serta lembaga terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan
efektifitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat
keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

39

2.6 Kerangka Konsep
Skema kerangka konsep dapat dijelaskan pada bagan 2.1 berikut :

Kelompok Perlakuan
Pre Test

Pengetahuan petani
jeruk dalam
penggunaan APD

Sikap petani jeruk
dalam penggunaan
APD

Kelompok Kontrol
Pengetahuan petani
jeruk dalam
penggunaan APD

Pengetahuan petani
jeruk dalam
penggunaan APD

Penyuluhan K3 tentang
APD

Post Test

Pengetahuan petani
jeruk dalam
penggunaan APD

Sikap petani jeruk
dalam penggunaan
APD

Pengetahuan petani
jeruk dalam
penggunaan APD

Sikap petani jeruk
dalam penggunaan
APD

Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu penyuluhan
keselamatan dan kesehatan kerja tentang APD, dua variabel terikat yaitu
pengetahuan dan sikap petani dalam penggunaan APD. Pada penelitian ini terdiri
dari perilaku kelompok perlakuan (petani jeruk), kelompok kontrol, penyuluhan,
pretest dan posttest. Kelompok perlakuan adalah obyek penelitian yang mendapat
perlakuan berupa penyuluhan, sedangkan kelompok kontrol adalah objek
penelitian yang tidak mendapat perlakuan berupa penyuluhan K3 tentang APD.
Pengetahuan dan sikap kelompok perlakuan di ukur sebanyak dua kali, yaitu
sebelum dan sesudah penyuluhan (pretest dan postest).
Untuk meminimalisisir histori yang merupakan salah satu hipotesis
tandingan (probable error), maka garis waktu (time line) antara pretest,

Universitas Sumatera Utara

40

penyuluhan dan posttest ditentukan dengan jarak yang relatif dekat. Pada
penelitian ini, pretest dilakukan satu hari sebelum penyuluhan,

sedangkan

posttest dilakukan satu minggu setelah penyuluhan karena dalam tempo setelah
penyuluhan hingga dilakukan posttest, petani bisa saja mendapat paparan
informasi dari sumber lain yang juga dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
dan sikap petani. Untuk itu, peneliti berusaha meminimalisir hal tersebut dengan
cara mengadakan posttest pada tempo yang relatif pendek yaitu satu minggu
setelah penyuluhan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelatihan Penggunaan Alat Pelindung Diri terhadap Pengetahuan dan Tindakan Penggunaan Alat Pelindung Diri Karyawan Kilang Papan PT Hidup Baru Kota Binjai Tahun 2014

4 100 133

Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Paprika di Desa Kumbo - Pasuruan Terkait Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Dari Bahaya Pestisida Tahun 2014

4 71 126

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TENTANG PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI DESA PANGKALAN KARANGRAYUNG GROBOGAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Pet

0 2 15

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PETANI TENTANG Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) DI Desa Pangkalan Karangrayun

0 2 21

PENDAHULUAN Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Petani Tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) DI Desa Pangkalan Karangrayung Grobogan.

0 3 8

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

0 0 16

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

0 0 10

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

0 1 2

Pengaruh Penyuluhan K3 tentang APD terhadap Pengetahuan dan Sikap Petani Jeruk dalam Penggunaan APD di Desa Suka Sipilihen Tahun 2016

0 0 16