Algemeene Vereeniging Van Rubberplanters Ter-Ooskust Van Sumatra (Avros) 1910-1958

BAB II
BERDIRINYA AVROS
Bab ini membahas tentang berdirinya perhimpunan para pengusaha
perkebunan Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter-Ooskust van Sumatera
atau biasa disingkat AVROS. Pembahasan ditujukan pada berdirinya AVROS yang
dilatar belakangi oleh perkembangan industri perkebunan karet yang sangat pesat di
Sumatera Timur. Perkembangan yang dialami Sumatera Timur menjadi daerah
perkebunan dapat terjadi karena terpenuhinya segala kebutuhan dan kepentingan yang
diperlukan oleh para pengusaha perkebunan. AVROS dianggap sangat bermanfaat
bagi perkebunan dan pengusahanya, sebab dengan adanya perhimpunan ini
permasalahan maupun kebutuhan perkebunan dapat terpenuhi, terutama dalam urusan
pengadaan buruh. Pada pembahasan ini juga dibahas mengenai pengertian dasar
AVROS hingga siapa saja yang pernah menjabat sebagai ketua AVROS selama masa
Pemerintahan Hindia Belanda.
2.1 Lahirnya AVROS
Wilayah administratif Sumatera Timur memiliki luas 94.583 kilometer
persegi yang dihitung sejak Bengkalis menjadi bagian dari Sumatera Timur. Bentuk
lahan dan keadaan tanah Sumatera Timur 19 yang sangat cocok untuk dijadikan lahan

19


Penjelasan mengenai keadaan tanah di Sumatera Timur dapat dilihat pada, Karl J. Pelzer,
Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1985, hlm. 36-44.

Universitas Sumatera Utara

perkebunan membuat wilayah ini menjadi incaran atau wensareaalen bagi banyak
investor asing yang ingin meraup keuntungan dari penanaman modal dalam sektor
perkebunan. 20
Mudahnya sultan dalam memberikan izin untuk pemakaian tanah di wilayah
kekuasaannya untuk dijadikan perkebunan ternyata juga menjadi daya tarik tersendiri
yang membuat penanaman modal di Sumatera Timur terus mengalir. Penanaman
modal ini menjadikan para investor asing sebagai pengusaha perkebunan di Sumatera
Timur. Pada awal masa pertumbuhan industri perkebunan, tembakau merupakan
tanaman komersial utama yang dikembangkan yang kemudian laku di pasaran dunia
karena kualitasnya yang tinggi. 21
Pemerintah Hindia Belanda juga memiliki andil besar dalam pertumbuhan
perkebunan di Sumatera Timur, salah satunya dengan mengeluarkan undang-undang
Agrarische Wet 22pada tahun 1870, yang mengatur tentang kepemilikian tanah dan
memberikan hak Erfpacht 23 atas tanah selama 75 tahun. Peraturan-peraturan ini


20

Ibid, hlm. 31.

21

Ibid, hlm. 55.

22

Agrarische Wet bertujuan untuk membuka pintu bagi perusahaan swasta untuk menanamkan
modalnya di Hindia Belanda terutama dalam bidang perkebunan. Pada awalnya undang-undang ini
berlaku hanya untuk daerah Jawa dan Madura, namun kemudian diberlakukan juga untuk daerah
Sumatera Timur. T.Keizerina Devi, Poenale Sanctie: Studi tentang Globalisasi Ekonomi Dan
Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan:Program Pascasarjana Sumatera Utara,
2004, hlm. 36.
23

Hak Erfpact adalah hak kebendaan untuk menikmati sebidang tanah milik orang lain.

Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Melayu atas Tanah di Sumatera Timur (Tahun
1800-1975), Bandung: Penerbit Alumni. 1978, hlm. 240.

Universitas Sumatera Utara

sengaja dikeluarkan pemerintah agar semakin menarik pengusaha menanamkan
modalnya di Sumatera Timur dan sebagai pendukung kegiatan produksi
perkebunan. 24
Semakin lama jumlah perusahaan perkebunan asing di Sumatera Timur
semakin bertambah banyak. Oleh karena itu, kebutuhan dari para pengusaha
perkebunan juga semakin banyak dan harus terpenuhi, salah satunya persoalan tenaga
kerja perkebunan (buruh). Untuk menangani hal ini maka didirikanlah Deli Planters
Vereeniging (DPV) 25 pada tahun 1879. DPV merupakan Perhimpunan Para

24

Devi, op.cit.,hlm. 1.

25


Pada awal berdirinya DPV, perhimpunan ini diketuai oleh tiga orang perwakilan perusahaan
tembakau yang berada pada landscape berbeda antara lain, Deli, Langkat, dan Serdang. Para
perwakilan perusahaan yang menjadi ketua DPV ini kemudian disebut sebagai Planters Comite atau
komite para pengusaha kebun, yang terdiri dari J. T. Cremer (Deli Maatschappij),H. J. L. Leyssius
(Deli Batavia Maatschappij), dan Albert Breker. Planters Comite ini dipilih dalam rapat umum
pertama yang diadakan bersamaan dengan didirikannya DPV. Anggota DPV tidak hanya berasal dari
orang-orang Belanda saja, tetapi juga negara-negara lain di Eropa seperti Inggris, Prancis, Swiss,
Belgia, Polandia, Jerman, dan lainnya. Hal ini dapat dilihat dari hasil rapat pertama yang diadakan oleh
DPV, dimana hasil notulennya ditulis dalam dua bahasa yaitu Belanda dan Inggris.Tidak semua dari
anggota DPV mengerti bahasa Belanda sehingga hasil rapat ini disalin dalam dua bahasa. Pendirian
DPV sendiri sebenarnya merupakan upaya yang dilakukan oleh para pengusaha perkebunan untuk
menjalin komunikasi antar pengusaha perkebunan dan juga sebagai wadah untuk menyatukan para
pengusaha perkebunan, sehingga akan lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan informasi dan
solusi atas masalah yang mereka hadapi. Selain itu, DPV memiliki tugas untuk mengatur dan
melaksanakan semua ketentuan dan juga keperluan perkebunan. Namun, dari keseluruhan sebab
pendirian DPV, yang menjadi alasan langsung dan pokok berdirinya perhimpunan ini adalah
permasalahan tenaga kerja atau buruh.DPV merupakan perhimpunan yang eksklusif.Tidak semua hal
dapat langsung di publikasikan kepada umum.Pembatasan publisitas menjadi salah satu hal yang
sangat penting bagi DPV.Dalam rapat yang pertama kali diadakan oleh DPV, masalah publisitas
menjadi pandangan pertama dalam pertemuan tersebut. Publisitas yang tidak melalui pemeriksaan dari

pihak perhimpunan dianggap dapat menjadi sebuah bumerang yang dapat menyerang balik pihak
perkebunan dan tentu saja akan sangat merugikan. Pembahasan mengenai publisitas ini merupakan
gagasan dari H. J. L. Leyssius. Hasil pembahasan rapat mengenai publisitas menyatakan bahwa segala
artikel yang menyangkut urusan perkebunan dipublikasikan kepada umum, maka para anggota
dianjurkan agar menyampaikan terlebih dahulu artikel tersebut kepada Planters Comite untuk
diperiksa terlebih dahulu. DPV tidak menginginkan adanya pemberitaan negatif yang keluar dari area
perkebunan karena dikahawatirkan akan memberikan pengaruh yang buruk. Leyssius sendiri
memberikan sedikit penjelasan mengenai artikel-artikel yang dapat merugikan pihak perkebunan, salah

Universitas Sumatera Utara

Pengusaha Deli, tugas utama perhimpunan ini yaitu untuk mengurusi masalahmasalah agraria, peraturan perburuhan dan pengimporan buruh dari Malaya dan Cina,
belakangan dari Jawa . 26
Tembakau yang merupakan produk unggulan dari Sumatera Timur, ternyata
juga harus mengalami kemunduran. Hal ini terjadi karena menurunnya kualitas
tembakau Deli sehubungan dengan tanah yang digunakan sebagai lahan tempat
tumbuhnya. 27Selain faktor tanah, faktor lain yang mempengaruhi penurunan dalam
industri tembakau adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pasaran
tembakau. 28


satunya adalah artikel yang memaparkan tentang pemuliaan dan penyalahgunaan otoritas sipil yang
terjadi di perkebunan.Penjelasan mengenai DPV ini disebabkan oleh sejak AVROS berdiri tahun 1910
AVROS banyak menjalin kerjasama dengan DPV. Hingga pada tahun-tahun pasca kemerdekaan DPV
menyatukan diri dengan AVROS. Penjelasan lengkap mengenai pembentukan DPV dan kerjasamanya
dengan AVROS baca, Modderman, P.W., T. Volker, M.G.V.D. Veen, Gedenkboek Uitgegeven ter
Gelegenheid van het Vijftig Jarig Bestaan van Deli Planters Vereeniging, Batavia: Gedrukt Bij G.
Kolff en Co., 1929.
26

Pelzer,Toean Keboen…op.cit., hlm. 59.

27

Tembakau merupakan tanaman yang banyak menyerap unsur hara dan air yang ada di
dalam tanah, sehingga tanah yang telah digunakan untuk menanami tembakau, harus dipulihkan
kembali sebelum ditanami dengan tanaman yang sama. Jenis tanah yang dapat ditanami oleh tanaman
tembakau juga menentukan hasil dari produksi. Jenis tanah dasitik atau dasitik-andesistik yang
membentang sepanjang Sungai Ular hingga Sungai Wampu merupakan tanah terbaik untuk ditanami
tembakauIbid.,hlm. 41 dan 72-74.
28


Pasaran tembakau jatuh pada 1891 yang disebabkan oleh penawaran tembakau Deli di
pasaran dunia yang berlebih karena jumlah produksinya meningkat, selain itu diberlakukannya tarif
bea masuk Mc. Kinley yaitu tarif bea masuk yang sangat tinggi untuk impor tembakau ke Amerika
Serikat membuat tembakau Deli semakin terpuruk. Sejak saat itu banyak perusahaan perkebunan yang
menderita kerugian dan kemudian beberapa pengusaha perkebunan memilih untuk mengalihkan jenis
tanaman perkebunannya dengan tanaman keras.Poesponegoro, Marwati Djoened dan Notosusanto
Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: PN Balai Pustaka. 1984, hlm.140-141. Lihat juga,
Aan Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatera, 1870-1979,
Yogyakarta: KARSA, 2005, hlm. 28, dan juga Pelzer, Toean Keboen…, op.cit., hlm. 74.

Universitas Sumatera Utara

Penurunan yang dialami industri tembakau, ternyata menjadi awal baru bagi
perkembangan industri tanaman keras seperti kopi dan karet (Hevea Brasiliansis).29
Diversifikasi tanaman komersial yang terjadi pada lingkungan perkebunan di
Sumatera Timur, akhirnya juga membuat pengelompokan pada jenis perkebunannya.
Mengetahui bahwa banyak hal harus dilakukan untuk memenuhi segala kepentingan
yang dibutuhkan oleh perkebunannya, para pengusaha perkebunan ini pun mengambil
langkah seperti yang sebelumnya telah dilakukan oleh industri perkebunan tembakau,

dengan membentuk perhimpunan masing-masing.
Para pengusaha perkebunan kopi membentuk Perhimpunan Para Pengusaha
Kopi Serdang atau Serdang Koffie Planters Vereeniging. Selain itu ada pula
perhimpunan lain yang disebut Landbouw Vereeniging Asahan, akan tetapi kedua
perhimpunan ini juga tidak bertahan lama. 30 Selain itu ada pula Plantersbond atau
Serikat Para Pengusaha yang dididikan pada tahun 1904. Plantersbond merupakan
serikat para pengusaha tembakau maupun kopi yang bukan berasal dari kalangan
pengusaha yang memiliki modal besar dan juga tidak bersedia untuk bergabung
perhimpunan para pengusaha yang telah ada. 31

29

Pelzer, Toean Keboen…, loc.cit. li

30

T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van de Tabak, De
Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan : TYP. Varekamp & Co, 1928,
hlm. 83.
31


Ibid, hlm. 81.

Universitas Sumatera Utara

Penanaman kopi sebagai tanaman komersial perkebunan ternyata tidak begitu
berhasil. Hal ini berbeda dengan yang terjadi pada tanaman karet. Karet merupakan
tanaman tahunan yang membutuhkan waktu lama agar dapat diperoleh hasilnya,
namun karet memiliki prospek yang lebih baik dan menguntungkan di kemudian hari.
Pada tahun 1907 keuntungan yang diperoleh dari hasil perkebunan karet sangat besar.
Selain itu, pertumbuhan industri mobil dan manufaktur di Amerika Utara juga
menjadi suatu pemicu semakin berkembangnya perkebunan karet di daerah-daerah
yang memberikan tenaga kerja murah dan pemerintahan kolonial yang kuat. Pada
tahun 1910 karet tampil sebagai tanaman komersial yang memiliki harga sangat
tinggi, sehingga terlihat prospek yang semakin cerah untuk industri perkebunan karet.
Hal ini membuat perkebunan karet dengan cepat meluas di Sumatera Timur. 32
Perluasan sangat cepat yang terjadi pada perkebunan karet tidak hanya
dialami oleh Sumatera Timur, tetapi juga bagian Selat Malaka dan Malaya Barat.
Kesempatan bagi kedua wilayah ini semakin terbuka lebar karena pada saat itu juga
karet alam yang dihasilkan oleh Brazil mengalami penurunan yang bersamaan

produksi karet alam dari Brazil mengalami penurunan, sehingga Sumatera Timur dan
Malaya secepatnya menjadi pusat dari produksi karet dunia pada saat itu. 33

32

Stoler, op.cit., hlm. 29. Lihat juga, Poesponegoro, op.cit., hlm.142.

33

Yoko Hayashi, , “Agencies and Clients: Labour Recruitment in Java 1870s-1950s”, dalam
ClaraWorkingPaper, No. 14, hlm.5.

Universitas Sumatera Utara

Dapat dilihat dari pertumbuhan industri karet di Sumatera Timur pada tahun
1902, 1905, 1907, 1909, 1910, masing-masing luasnya 176 hektar, 1.337 hektar,
6.873 hektar, 21.926 hektar, 29.471 hektar. Terlihat dari beberapa sampel tahun yang
diambil, luas industri karet dari tahun ke tahun mengalami perluasan yang
signifikan. 34 Hal ini juga menunjukkan bahwa dibutuhkan tanah yang luas untuk
membuka sebuah perkebunan. Ketersediaan tenaga kerja atau buruh yang sudah lebih

dahulu menjadi permasalahan bahkan sejak pembukaan pertama lahan perkebunan di
Sumatera Timur juga harus segera diatasi, agar kelangsungan produksi perkebunan
dapat terjamin. Dibutuhkan buruh dalam jumlah besar dan murah menjadikan tanahtanah Sumatera Timur yang masih hutan belantara menjadi perkebunan karet yang
memberi keuntungan besar bagi pengusahanya. Selain itu, dibutuhkan penelitian
untuk menghasilkan bibit-bibit unggul untuk tanaman perkebunan, belum lagi banyak
kepentingan yang harus dipenuhi agar produksi perkebunan dapat tetap berjalan. Para
pengusaha perkebunan akan merasa kesulitan untuk menangani semua hal yang
menyangkut urusan perkebunan. 35
Perkebunan karet merupakan perkebunan mengalami perkembangan sangat
pesat bila dibandingkan dengan perkebunan dengan jenis tanaman lainnya, oleh
karena itu, dibutuhkan sebuah wadah yang mampu untuk menangani kepentingan34

Pelzer, op.cit., hlm. 76.

35

“Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur 19041920”, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1702/1/sejarah-indera.pdf. diunduh pada
tanggal, 3 Januari 2014, hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

kepentingan perkebunan karet. Selain itu para pengusaha dari kalangan perkebunan
karet juga merasa bahwa Plantersbondsudah tidak mampu lagi untuk menangani
masa-masa sulit ini dengan tenaga yang diperlukan baginya. 36 Maka, atas dasar ini,
maka pada tahun 1910 didirikanlah Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter
Ooskust van Sumatra atau biasa disingkat dengan AVROS. 37
2.2 Algemeene

Vereeniging

van

Rubberplanters

ter-Ooskust

van

Sumatra(AVROS)
Struktur Organisasi AVROS pada 1 Januari 1939- 31 Desember 1939
Ketua AVROS Terdahulu
Pertama

: Van Ris (1910-1919)

Kedua

: J.F.A.M. Buffart (1919-1929)

Anggota Terdahulu
J.C.F. Schor
J. Morton
Pengurus
Ketua AVROS : H. Kolkman
Wakil Ketua

36

: K.Raadsheer

Besluit van den, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 31 Oktober 1910

No.34.
37

“Deli Data 1863”, dalam Mededeeling No. 26 van Het Oostkust van Sumatra –Instituut,

hlm.14.

Universitas Sumatera Utara

Anggota

: H.H. Fenton, L.M. Reuvers, J.C. Groenenberg,
G.H. Schwarz, G.G. van Kooy, J.G.J.A. Maas,
F.J. Hartman, F.A. Moes.

Sekretaris

: J.P. Timmer

Pengurus Harian
Ketua

: H. Kolkman

Anggota

: K. Raadsheer, L.M. Reuvers, H.H. Fenton

Sekretaris

: J.P.Timmer

Sekretariat AVROS
Sekretaris

: J.P.Timmer

Adj. Sekretaris

: P.A.Verhulst

Akuntan

: H.Paris

Pegawai

: E.Schoggers

Balai Penyelidikan AVROS (Algemeene Proefstation der AVROS/APA)
Direktur Ahli Tumbu-Tumbuhan: A. d’Angremond
Ahli Tumbu-Tumbuhan

: W.F. van Hell

Ahli Kimia

: L.R. van Dillen, F. Althuisius, O.B. Schrieke

Ahli Pertanian

: J.F.Schmole, H.Gonggrijp, G.G.P.Saubert

Asisten kebun percobaan

: A.N.J.van Rossem, A. van Duyn

Analis

: J.G.R.Rockland

Sekretaris

: A.A.B.Thissen

Komisi untuk Algemeene Proefstation der AVROS (APA)

Universitas Sumatera Utara

Ketua

: H.Kolkman

Anggota

: G.G.van Kooy, J.G.J.A. Maas

Sekretaris

: J.P.Timmer

Komisi untuk Memverifikasi Buku-Buku pada Buku Tahunan Pendapatan
Keuangan.
Anggota

: G.J. Vergoed, W.H. de Bruyn van Melis en
Mariekerke

Plv. Anggota

: C.A. van der Linden, J.A.A. Hoefnageis

PengurusVrij Emigratie der DPV en AVROS(VEDA)
Ketua

: H.Kolkman

Anggota

: P.M. Visser, K. Raadsheer

Sekretaris

: G. van der Veen (juga merupakan anggota)

Pengurus Biro Daktiloskopi
Ketua

: P.M.Visser

Anggota

: F.Th.M. Koster, C.M.Hesse, H. Kolkman,
K.Raadsheer, J.P.Timmer

Sekretaris

: G. van der Veen (juga merupakan anggota)

Pengurus Laboratorium Patologi
Ketua

: H. Kolkman

Anggota

: P.M. Visser, C.M.Hesse, J.C.Groenenberg

Universitas Sumatera Utara

Sekretaris

: J.P.Timmer 38

Perluasan besar-besaran yang terjadi pada perkebunan jenis tanaman keras
terutama karet, membuat Plantersbond dinilaioleh kalangan perkebunan karet sudah
tidak mampu untuk bertindak pada masa-masa sulit dengan tenaga yang diperlukan
baginya. Ini artinya Plantersbond sudah tidak mampu lagi untuk menjalankan
tugasnya untuk mengurusi kepentingan yang dibutuhkan oleh perkebunan.perkebunan pada saat itu. Sehingga para pengusaha perkebunan karet pada saat itu
menyikapi hal ini dengan cara mengambil suatu kesepakatan dengan pihak-pihak
yang memiliki kepentingan pada tanaman karet untuk membentuk perhimpunan yang
mampu menangani permasalahan ini. Kesepakatan ini ternyata ditanggapi positif oleh
pihak-pihak tersebut, dimana hampir seluruh pengusaha perkebunan karet yang ada di
Sumatera Timur bersedia untuk bergabung di dalam perhimpunan ini. 39
Pendirian perhimpunan ini ternyata dianggap sangat penting oleh para
pengusaha perkebunan tersebut, terbukti dengan surat undangan rapat yang
disebarkan kepada para pengusaha kebun untuk membahas pendirian perhimpunan ini
yang mendapat tanggapan baik. Kemudian diadakan rapat yang dihadiri oleh para

38

Jaarverslag van de Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra
1Januari 1939- 31 Desember 1939, Medan: TYP. Varekamp & Co, hlm. 3- 5.
39

Besluit van den…31 Oktober 1910 No.34.

Universitas Sumatera Utara

pengusaha perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Rapat ini dipimpin oleh H. J. W.
Westenberg pada tanggal 27 Juni 1910.40
Hasil dari rapat tersebut adalah didirikannya perhimpunan para pengusaha
perkebunan karet di Sumatera Timur yang diberi nama Algemeene Vereeniging van
Rubberplanters ter Ooskust van Sumatraatau disingkat menjadi AVROS pada tanggal
27 Juni 1910 dan berstatus sebagai badan hukum. Pendirian AVROS telah disetujui
dengan dikeluarkannya surat-surat keputusan oleh Gubernemen pada tanggal 31
Oktober 1910 No.34 41, 8 Januari 1917 No.52 42, 25 Juli 1919 No.4743, dan 1 Agustus
1921 No.57 44 Untuk memimpin perhimpunan ini, maka dipilihlah seorang ketua
untuk memimpin perhimpunan ini yang bernama Van Ris 45 dan wakilnya H. J. W.
Westenberg. 46

40

Ibid.

41

Ibid.

42

Besluit van den, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den,8 Januari 1917

No.52.
43

Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 25 Juli 1919 No. 47.

44

Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie van den 1 Agustus 1921

No.57.
45

Lihat Lampiran I.

46

J. Paulus, Encyclopaedie van Nederlandsch-Indie, Deel II,’s Gravengage: Martinus Nijhoff,
Leiden: Brill.1917, hlm. 1506. Lihat juga, Besluit van den…31 Oktober 1910 No.34, dan
Royandiths,“AVROS (Algemeene van Vereeniging Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra):
Organisasi
Perkebunan
Karet
di
Sumatera
Timur,
1910-1958”,
https://royandihts.wordpress.com/2010/07/24/avros-algemeene-van-vereeniging-rubberplanters-teroostkust-sumatra-organisasi-perkebunan-karet-di-sumatera-timur-1910-1958, diunduh pada tanggal, 9
Maret 2014.

Universitas Sumatera Utara

Bila dilihat dari nama perhimpunan ini, maka akan terpikir bahwa perusahaan
yang dapat menjadi anggotanya hanya berasal dari kalangan para pengusaha
perkebunan tanaman karet saja, tetapi sebenarnya tidak hanya perkebunan karet yang
menjadi anggota dari AVROS, diantaranya perkebunan kopi, teh, dan kelapa sawit,
sisal.Serdang Koffie Planters VereenigingdanLandbouw Vereeniging Asahanyang
juga merupakan perhimpunan yang ada di Sumatera Timur, namun tidak bertahan
lama dan akhirnya juga menggabungkan diri dengan AVROS. Hanya perkebunan
tembakau yang masuk pengecualian untuk tidak ikut bergabung dalam anggota
AVROS. DPV menolak bergabung dengan AVROS dengan alasan jenis tanaman
yang mereka naungi berbeda, sehingga cara mereka untuk mengatur dan
menjalankannya juga akan berbeda. 47
Sesuai dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh tanggal 31 Oktober
1910 no. 34, isi dari pasal 2 dan 3 disebutkan bahwa AVROS didirikan selama 29
tahun. Tujuan adalah untuk memperhatikan kepentingan pertanian dan industri yang
ada di Sumatra Timur pada umumnya juga khususnya untuk kepentingan perkebunan
karet serta para pengusaha dan pekerjanya. 48 Walaupun pada awalnya anggota
AVROS hanya berada dalam ruang lingkup Sumatera Timur, namun dalam

47

Besluit van den …31 Oktober 1910 No.34.

48

Ibid.

Universitas Sumatera Utara

perkembangannya wilayah Tamiang, Langsar, dan Tapanuli juga bergabung menjadi
anggota AVROS. 49
Mengenai tujuan AVROS akan lebih diperjelas pada surat keputusan no. 47
pada tanggal 25 Juli 1919, bahwa tujuan dari AVROS tidak hanya memperhatikan
industri dan perkebunan terkait, tetapi juga untuk mencapai tujuan dengan
pembahasan ilmiah atas semua masalah perkebunan, termasuk juga memperhatikan
kepentingan dari para pekerja dengan mendirikan pusat percobaan, menyediakan
informasi dan nasehat, mendorong imigrasi dan kolonisasi buruh, melalui pengaturan
pengangkutan buruh dan sejauh diperlukan untuk mendorong pengangkutan bahan
makanan dan urusan lain bagi kepentingan para anggotanya, akhirnya dengan
memperjuangkan kepentingan dalam arti luas kepada pemerintah. 50
AVROS yang sempat berdiri selama hampir 32 pada masa Pemerintahan
Hindia Belanda, juga mengalami tiga kali pergantian ketua yang memimpin
perhimpunan ini. Diawali dengan diangkatnya ketua pertama AVROS yaitu Van Ris
pada tahun 1910. Masa jabatan berlangsung hingga tahun 1919. Kepergian Van Ris
dari AVROS bukan karena masa jabatannya yang telah berakhir, tetapi disinyalir
karena adanya permasalahan internal dalam AVROS. 51

49

Descriptive Catalogue of Their Exhibit with a Short Review of the Agricultural District of
the East Sumatra and Acheen., Batavia: International Rubber Congress, 1914, hlm. 13.
50

Besluit van den …25 Juli 1919 No. 47.

51

Permasalahan internal yang dimaksud adalah adanya isu yang tentang perubahan nama
AVROS. Lihat, “De AVROS”, De Sumatra Post, 19 Mei 1919.

Universitas Sumatera Utara

Jabatan ketua AVROS kemudian diserahkan kepada J.F.A.M Buffart, maka
sejak itu Buffart menjadi ketua AVROS terhitung sejak tahun 1919 hingga 1929.
Berbeda dengan Van Ris, kepergian Buffart dari AVROS bukan karena
mengundurkan diri atau pun masa jabatannya yang telah berakhir, tetapi karena
diberhentikan secara hormat dari jabatannya sebagai ketua AVROS. 52 Kepergian
Buffart dari AVROS membuatnya memutuskan untuk kembali ke Eropa.
Pemberhentian dirinya tidak serta merta membuatnya dilupakan oleh AVROS.
AVROS beserta anggotanya tetap menunjukkan sikap penghormatan terhadap mantan
ketuanya tersebut. Hal ini dapat dilihat dari potongan pemberitaan berikut:
Seperti yang diketahui dr. Buffart, yang kembali dari Jawa dan kemudian
akan berangkat ke Eropa pada hari Minggu, dilepas oleh AVROS.
Sejumlah besar pemimpin dari beberapa perusahaan perkebunen tahunan
ikut terliba. Menurut apa yang kita ketahui lebih lanjut, AVROS sekarang
ini telah meminta Prof. Busch, pelukis potret yang sedang singgah di sini,
yang akan mengadakan pameran dengan karya-karyanya, untuk melukis
sebuah potret dr. Buffatrt yang lukisannya disiapkan untuk mendapatkan
tempat di gedung organisasi ini…53

Ketua AVROS berikutnya Kolkman yang barasal dari kantor pengacara
Aberson. Sebelum menjadi ketua AVROS, Kolkman merupakan pejabat bekas
anggota Pengadilan Tinggi. Kolkman mulai aktif sebagai ketua AVROS sejak 1
Oktober 1929. 54

52

53

“Permanente Arbeidscommisie”, De Sumatra Post, 14 Oktober 1929.

“Het Vertrek van dr. Buffart”, De Sumatra Post, 31 Oktober 1929.

54

“De AVROS”, De Sumatra Post, 5 April 1929. Lihat juga, “Voorzitter AVROS”, Het
Nieuws van den dag voor Ned. Indie, 5 April 1929.

Universitas Sumatera Utara