Algemeene Vereeniging Van Rubberplanters Ter-Ooskust Van Sumatra (Avros) 1910-1958

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Kekuasaan kolonial di Sumatera Timur dimulai setelah ditandatanganinya
perjanjian antara Siak dengan Belanda pada 1 Pebruari 1858 yang kemudian dikenal
sebagai traktaat Siak. Pada saat itu Siak dipimpin oleh seorang sultan yang bernama
Ismail. Isi dari traktaat Siak tersebut menyatakan bahwa Sultan Siak dan para
keturunannya serta yang akan menjadi penggantinya harus tunduk kepada pemerintah
Hindia Belanda. Begitu pula dengan seluruh daerah taklukkannya juga harus tunduk
pada Hindia Belanda, termasuk wilayah Sumatera Timur. 1
Keberhasilan Belanda dalam menaklukkan Sumatera Timur membuat akses
yang lebih mudah untuk para pemodal masuk dan mendirikan usaha mereka di atas
tanah-tanah Sumatera Timur yang masih sangat luas. Para pemodal yang kemudian
menjadi pengusaha perkebunan ini mengubah Sumatera Timur dari daerah yang
masih berupa hutan menjadi hamparan perkebunan yang ditanami dengan tanaman

1

Tengku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur, Medan: Tanpa Penerbit.2007, hlm. 184. Lihat juga, Budi Agustono, dkk.,Badan Perjuangan
RakyatPenunggu Indonesia VS PTPN II:Sengketa Tanah di Sumatera Timur, Bandung: Wahana

Informasi Masyarakat dan AKATIGA, 1997, hlm.22-23.

Universitas Sumatera Utara

komersial seperti tembakau, karet, kelapa sawit, kopi, teh, dan tanaman lainnya yang
laku di pasaran dunia. 2
Perkembangan perkebunan yang semakin pesat mengakibatkan Sumatera
Timur mengalami perkembangan pula. Pada tahun 1864 mulai ditempatkan seorang
controleur pertama yang bernama J.A.M. van Cats de Raet di Deli. Selain itu, jumlah
orang-orang barat dan suku-suku dari daerah-daerah lain juga semakin meningkat
jumlahnya. Tidak hanya itu, infrastruktur yang mendukung juga dibangun untuk
mendukung jalannya ekonomi perkebunan, seperti jalur kereta api, pelabuhan sebagai
tempat

berlabuhnya

kapal-kapal,

kantor


pos,

jaringan

telepon,

telegraph,

pembangunan gedung-gedung dan lainnya. 3
Perkebunan tidak hanya membuat Sumatera Timur mengalami perkembangan,
tetapi juga mendatangkan permasalahan baru. Pertumbuhan perkebunan yang
demikian pesat telah membuat angka permintaan perekrutan buruh juga semakin
tinggi, sedangkan penduduk lokal 4 Sumatera Timur tidak mau bekerja pada
perkebunan asing. Permasalahan ini membuat para pengusaha kebun harus
mendatangkannya dari luar daerah. Pada awalnya buruh-buruh dari luar daerah ini
2

“AVROS (Algemeene van Vereeniging Rubberplanters ter Ooskust van Sumatra):
Organisasi
Perkebunan

Karet
di
Sumatera
Timur,
1910-1958”,
https://royandihts.wordpress.com/2010/07/24/avros-algemeene-van-vereeniging-rubberplanters-teroostkust-sumatra-organisasi-perkebunan-karet-di-sumatera-timur-1910-1958, diunduh pada tanggal, 9
Maret 2014.
3

Mahadi, Sedikit Sejarah Perkembangan Hak-Hak Suku Melayu atas Tanah di Sumatera
Timur (Tahun 1800-1975), Medan : Alumni, 1976, hlm.46-47.
4

Penduduk lokal yang dimaksud adalah etnis Melayu, Karo, dan Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

direkrut dengan menggunakan jasa broker, tetapi pengusaha kebun sering kali merasa
kecewa dengan buruh yang direkrut. Masalahnya broker hanya secara “asal-asalan”
saja mendapatkan buruh, sehingga kerap kali buruh yang disalurkan tidak memenuhi

persyaratan untuk bekerja diperkebunan. 5
Buruh merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi
perkebunan, 6 namun untuk mendapatkan buruh di Sumatera Timur sangatlah sulit,
sehingga hal ini menjadi permasalahan utama bagi perkebunan. Selain masalah
buruh, tentunya perkebunan memiliki kepentingan-kepentingan lain yang harus
dipenuhi, seperti lahan dan menjaga hubungan dengan pemerintah lokal maupun
Pemerintah Hindia Belanda. Dilihat dari permasalahan-permasalahan tersebut, maka
muncul gagasan dari para pengusaha perkebunan untuk membentuk sebuah lembaga
atau wadah yang dapat menampung dan menangani permasalahan serta kepentingan
dari para pengusaha perkebunan. 7
Atas dasar ini maka didirikanlah Algemeene Vereeniging van Rubberplanters
ter-Ooskust van Sumatera atau yang disingkat dengan AVROS. AVROS merupakan
suatu perhimpunan para pengusaha perkebunan karet di Sumatera Timur yang
5

Mohammad Said, Koeli Kontrak Tempo Doeloe: Dengan Derita dan Kemarahannya,
Medan: Percetakan Waspada, 1977, hlm. 33. Lihat juga, Poesponegoro, Marwati Djoened dan
Notosusanto Nugroho, Sejarah Nasional Indonesia IV, Jakarta: PN Balai Pustaka, 1984, hlm.142-143.
6


Mubyarto, dkk,Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan : Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta:
Penerbit Aditya Media, 1993, hlm. 103.
7

“Pengaruh Pertumbuhan Industri Karet Terhadap Kuli Kontrak Di Sumatera Timur 19041920”, http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1702/1/sejarah-indera.pdf. diunduh pada
tanggal, 3 Januari 2014, hlm. 7.

Universitas Sumatera Utara

didirikan pada tahun 1910 oleh para pengusaha perkebunan karet.Pendirian dari
perhimpunan ini ternyata dianggap sangat penting dan bermanfaat tidak hanya bagi
para pengusaha perkebunan tetapi juga pemerintah kolonial. Pernyataan bahwa
perhimpunan ini sangat penting dan bermanfaat dikarenakan AVROS mampu untuk
mengorganisir perusahaan-perusahaan perkebunan yang telah menjadi anggotanya. 8
Dari uraian dasar di atas, maka penelitian ini diberi judul “ALGEMEENE
VEREENIGING VAN RUBBERPLANTERS TER-OOSTKUST VAN SUMATERA
(AVROS)1910-1958.”Alasan penulis memilih AVROS sebagai penelitian yaitu
karena AVROS belum pernah dikaji sebelumnya sehingga menjadi menarik untuk
dikaji. Selain itu, selama ini sudah banyak sekali kajian membahas tentang
perkebunan, tenaga kerja (buruh), maupun kehidupan di dalam lingkungan

perkebunan, seperti keadaan tenaga kerja di Jawa 9 dan kehidupan penambang
batubara di Ombilin, Sumatera Barat. 10 Namun tidak ada yang memperhatikan siapa
atau lembaga apa yang bertugas untuk menyediakan kepentingan para pengusaha
untuk memperlancar aktivitas produksi perkebunan, atau siapa yang sebenarnya
berada di balik kesuksesan dari para pengusaha perkebunan dengan industri

8

Sjafrul Latif dan Hendra Purba, 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia, Medan: PPKS,
2007, hlm. 31.
9

Peter Boomgaard, “Labour in Java in the 1930s” Paper Changing Labour Relations in Asia,
KITLV, Leiden.
10

Erman Erwiza, “Hidden Histories: Gender, Family and Community in the Ombilin
Coalmines (1892-1965)” dalam CLARA Working Paper, No.13.

Universitas Sumatera Utara


perkebunannya. Karena jika kebutuhan dan kepentingan dari perkebunan tidak
terpenuhi maka keuntungan juga tidak akan didapatkan.
Dalam penelitian ini, penulis mengambil cakupan spasial di daerah Sumatera
Timur karena AVROS pada saat itu didirikan untuk membantu para pengusaha
perkebunan yang ada di Sumatera Timur. Sedangkan untuk ruang lingkup temporal
penelitian pada penulisan AVROS, penulis mengambil periode sejak berdirinya
AVROS tahun 1910 dan berakhir pada tahun 1958. Sebab pengambilan periode ini
karena pada tahun 1910 AVROS resmi berdiri sebagai sebuah perhimpunan para
pengusaha perkebunan di Sumatera Timur. Pendirian AVROS pada masa itu sangat
tepat, karena para pengusaha perkebunan sangat membutuhkan wadah yang dapat
menangani permasalahan-permasalahan yang harus dihadapi, terutama dalam
penyediaan buruh.
Permasalahan

yang dihadapi oleh AVROS pada umumnya adalah

permasalahan-permasalahan dari perusahaan perkebunan yang menjadi anggotanya.
Tahun 1942 Jepang berhasil menguasai Sumatera Timur. Sehingga Sumatera Timur
yang pada saat itu merupakan lahan perkebunan dan tambang minyak yang

memberikan keuntungan yang besar juga menjadi sasaran bagi Penguasa Jepang.
AVROS juga terkena dampak dari pendudukan Jepang perhimpunannya dibekukan,

Universitas Sumatera Utara

sedangkan lembaga penelitiannya tetap di gunakan tetapi namanya diubah menjadi
Gunseibu Medan Nogyo Kenkyusio. 11
Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaannya, maka AVROS
diaktifkan kembali oleh pemerintah Indonesia dan mulai menghadapi masalahmasalah baru. Diantaranya pemogokan kerja yang dilakukan oleh buruh perkebunan
dan masalah lahan perkebunan yang diduduki oleh penduduk liar pada saat inilah
AVROS menjalin kerjasama dengan pemerintah Indonesia untuk membebaskan tanah
perkebunan dari penduduk liar tersebut. Sedangkan tahun 1958 sebagai batas
penulisan karena pada tahun tersebut AVROS secara resmi berganti nama menjadi
GabunganPengusaha Perusahaan Perkebunan Sumatera (GAPPERSU). Hal ini
dilakukan sesuai dengan keputusan Pemerintah Indonesia untuk menasionalisasikan
semua perusahaan milik Belanda yang ada di Indonesia. 12
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mempermudah penelitian, maka masalah yang diturunkan adalah:
1. Bagaimana berdirinya AVROS di Sumatera Timur?
2. Bagaimana perkembangan AVROS tahun 1910-1945 AVROS?

3. Bagaimana kondisi AVROS pasca kemerdekaan?
11

12

Sjafrul Latif, op.cit., hlm.32.

Ibid. Lihat juga, “AVROS (Algemeene van Vereeniging …diunduh pada tanggal, 9 Maret

2014.

Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah membuat suatu rumusan masalah untuk diteliti, maka sudah
seharusnya permasalahan tersebut juga harus memiliki tujuan dan manfaat.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menjelaskan berdirinya AVROS di Sumatera Timur.
2. Menjelaskan perkembangan AVROS tahun 1910-1945.
3. Menjelaskan kondisi AVROS pasca kemerdekaan.

Adapun manfaat dari penelitian adalah:
1. Menambah perbendaharaan khasanah ilmiah di dalam perkembangan dunia
pengetahuan, khususnya bagi ilmu sejarah.
2. Manambah wawasan bagi para pembaca dan masyarakat luas.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta dokumentasi.

1.4 Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, penulis telah melakukan studi kepustakaan. Studi
kepustakaan dilakukan untuk mendukung dan meningkatkan hasil dari penelitian
yang dilakukan. Adapun buku-buku yang digunakan sebagai sumber data dalam
melakukan penelitian ini, antara lain: karya Ann Laura Stoler, yang berjudul
Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, 1870-1979. 13Periode

13

Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi: di Sabuk Perkebunan Sumatra, 1870-1979,
Yogyakarta: KARSA, 2005.

Universitas Sumatera Utara


cakupan temporal pada karya ini sebenarnya mewakili seluruh periode penulisan
mulai dari berdirinya AVROS hingga tahun batasan penulisan. Dalam karya ini
banyak mengambil perkebunan karet sebagai latarbelakangnya, seperti yang diketahui
bahwa perkebunan karet merupakan anggota dari AVROS, sehingga banyak
peraturan-peraturan maupun peran AVROS yang tergambar di dalam karya ini. Selain
itu, bila dilihat dari jenis sumber yang digunakan, buku ini banyak sekali yang
menggunakan sumber primer yaitu arsip AVROS, sehingga kebenarannya lebih dapat
dipercaya.
Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran Rakyat
Indonesia 14yang merupakan karya Mochammad Tauchid ini menjelaskan tentang
masalah tanah di Indonesian mulai dari masa kolonial hingga pasca kemerdekaan. Di
dalamnya banyak dipaparkan tentang hak-hak tanah bagi pribumi maupun orangorang asing timur maupun barat. Tanah merupakan sumber kehidupan sehingga tanah
menjadi sesuatu yang sangat berharga dan selalu diperebutkan.Pembahasan buku ini
berkaitan dengan penulisan AVROS yang menyinggung pembahasan tentang tanah,
baik cara mendapatkan tanah maupun sengketa yang terjadi setelah kemerdekaan.
Sumber yang digunakan juga merupakan sumber primer seperti akta konsesi,
staatblad, bijblad, regeering missive, dan peraturan-peraturan lainnya yang
dikeluarkan pada masa kolonial, sehingga tulisannya dapat dipercaya.

14

Mochammad Tauchid, Masalah Agraria: Sebagai Masalah Penghidupan dan Kemakmuran
Rakyat Indonesia, Yogyakarta: STPN Press dan Persaudaraan Warga Tani (Pewarta), 2009.

Universitas Sumatera Utara

Karya lain yang membahas tentang perkebunan terutama masalah agraria
yaitu Toean Kebun dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuanan Agraria di Sumatera
Timur

1863-1947, 15danSengketa

Agraria:

Pengusaha

Perkebunan

Melawan

Petani, 16penulis kedua karya ini merupakan orang yang sama, Karl J. Pelzer. Pada
buku Pelzer yang pertama ini, digunakan sebagai gambaran awal Sumatera Timur
yang pada awal pembukaan perkebunan di Sumatera Timur. Buku ini sangat
bermanfaat sebagai pembuka dari gambaran Sumatera Timur yang memilki bentuk
lahan dan tanah, serta letak geografis dan iklim yang sangat sesuai untuk dijadikan
lahan perkebunan.
Karya yang kedua sangat membantu untuk memberikan gambaran mengenai
situasi perkebunan pasca kemerdekaan yang mengalami kekacauan akibat
didudukinya tanah-tanah perkebunan oleh para penduduk liar dan bagaimana AVROS
melakukan perannya sebagai perwakilan dari para pengusaha perkebunan untuk
mempertahankan kelangsungan industri perkebunan di Sumatera Timur. Penggunaan
buku ini sebagai referensi dalam penulisan AVROS sangat membantu terutama pada
bagian AVROS setelah kemerdekaan yang ada pada bab IV. Buku ini menjadi dasar
penulisan dari kondisi perkebunan setelah perang hingga masa nasionalisasi, dimana
AVROS juga turut berperan di dalamnya. Dari segi sumber yang digunakan, Pelzer

15

Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985.
16

Karl J. Pelzer, Sengketa Agraria : Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, Jakarta:
PustakaSinar Harapan, 1991.

Universitas Sumatera Utara

menggunakan arsip sebagai sumber utama dalam penulisan karyanya, sehingga
keterangan yang terdapat dalam buku ini dapat lebih akurat. Karya T. Keizerina Devi,
Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan Hukum di
Sumatera Timur (1870-1950). 17Isi pembahasan dalam buku ini sangat bermanfaat
terutama dalam menggambarkan suasana perburuhan di Sumatera Timur yang banyak
diwarnai dengan aksi mogok buruh dalam menuntut kenaikan upah kepada pihak
perkebunan. Selain itu, buku ini juga menggambarkan bagaimana kerasnya AVROS
dalam mempertahankan pendiriannya untuk tidak menaikkan upah sesuai dengan
tingginya tuntutan para buruh. Relevansi penggunaan buku ini jelas membantu pada
penulisan bab IV yang didalamnya terdapat pembahasan mengenai tuntutan kenaikan
upah dari para buruh kepada pihak perkebunan.
1.5 Metode Penelitian
Metode sejarah merupakan hal mutlak yang harus digunakan saat melakukan
penulisan sebuah peristiwa sejarah. 18 Dalam penulisan ini, penulis juga menggunakan
metode sejarah. Tahap pertama penulis melakukan pencarian sumber (heuristik)
dengan cara studi kepustakaan dan studi arsip. Pada awalnya penulis melakukan
pencarian sumber di daerah kota Medan, yaitu Perpustakaan Pusat Universitas
Sumatera Utara dan Perpustakaan Daerah Sumatera Utara dari kedua tempat ini
17

T.Keizerina Devi, Poenale Sanctie:Studi tentang Globalisasi Ekonomi Dan Perubahan
Hukum di Sumatera Timur (1870-1950), Medan:Program Pascasarjana Sumatera Utara, 2004.
18

Kuntowijoyo,Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1995, hlm.

93.

Universitas Sumatera Utara

penulis mendapatkan beberapa buku yang dapat dijadikan sebagai pendukung dari
penulisan AVROS.
Kemudian pencarian sumber penulis lanjutkan ke gedung yang dahulunya
merupakan gedung AVROS yaitu, kantor Pusat Penelitian Perkebunan Kelapa Sawit
(PPKS) atau yang lebih dikenal dengan RISPA (tepatnya berada di jalan Brigjen
Katamso) dan kantor Badan Kerjasama Perusahaan Perkebunan Sumatera (BKS-PPS)
letaknya di jalan Palang Merah. Namun dari kedua kantor ini, penulis tidak
mendapatkan sumber apapun sebagai bahan penulisan. Menurut salah satu kepala
divisi yang ada di BKS-PPS arsip-arsip milik AVROS sudah tidak ada lagi di kantor
tersebut, bahkan mereka sendiri tidak tahu tentang keberadaan arsip tersebut. Untuk
RISPA, keadaannya lebih baik karena masih ada arsip AVROS yang tersimpan rapi
di tempat khusus yang mereka sediakan untuk koleksi lama. Walaupun masih ada
arsip AVROS yang tersimpan di sana, namun data-data dasar mengenai AVROS
sudah tidak lengkap lagi. Sebelum penulis melakukan pencarian sumber ke RISPA
maupun BKS-PPS, sebenarnya penulis sudah sering mendengar bahwa arsip-arsip
AVROS sebagian besar telah dipindahkan ke Arsip Nasional Republik Indonesia
(ANRI), tetapi karena alasan tertentu maka penulis tetap mencoba untuk melakukan
pencarian di daerah kota Medan terlebih dahulu.
Setelah tidak mendapatkan data yang dicari, maka penulis memutuskan untuk
melakukan pencarian data AVROS ke Arsip Nasional Republik Indonesia atau biasa
disebut dengan ANRI di Jakarta. Selama lima minggu penulis berada di Jakarta,
pencarian data mengenai AVROS tidak hanya penulis lakukan di ANRI tetapi juga di

Universitas Sumatera Utara

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas). Pencarian data pertama kali
penulis mulai di ANRI, di ANRI penulis banyak sekali dibantu oleh para pegawai
ANRI dari bagian pelayanan arsip.
Pencarian data AVROS di ANRI ternyata juga tidak mudah, karena data-data
konvensional yang ada dalam buku panduan mencari arsip AVROS (Invetaris
AVROS 1892-1980), belum mencakup data tahun-tahun awal atau dasar pendirian
AVROS. Tahun 1892 yang dicantumkan pada kover buku panduan membuat penulis
berpikir bahwa data dari awal pendirian AVROS sudah lengkap ada di dalamnya,
tetapi tidak. Dalam keadaan tersebut, penulis mencoba untuk meminta bantuan
kepada pegawai dari bagian pelayanan arsip untuk membantu penulis mencari data
awal berdirinya AVROS. Kemudian penulis diarahkan untuk melakukan pencarian
melalui mikrofilm.
Melalui mikrofilm, penulis mendapatkan data-data awal berdirinya AVROS.
Tetapi dalam melakukan pencarian data dengan menggunakan mikrofilm juga tidak
mudah. Pada awalnya penulis harus mencari keterangan keberadaan AVROS lewat
Klapper Bogor, setelah ditemukan beradapada halaman berapa, maka penulis akan
melanjutkan pencarian lewat Index Folio. Masuk pada index folio ternyata hanya ada
keterangan mengenai arsip AVROS dibuat dalam bentuk apa (maksudnya dapat
berupa Besluit, Staatblad, Bijblaad, atau lainnya). Dengan kata lain, pencarian
melalui Klapper Bogor maupun Index Folio ini hanya merupakan jalan masuk untuk
pencarian berikutnya ke arsip konvensional.

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa pencarian arsip tidak hanya
dilakukan di ANRI, tetapi juga di Perpusnas. Di Perpusnas, penulis mendatangi
bagian koleksi lama untuk mencari beberapa data AVROS. Selain di bagian koleksi
lama, penulis juga mencari surat kabar lama. Surat kabar lama yang menyangkut
tentang AVROS ternyata sudah banyak yang dibuat dalam bentuk mikrofilm,
sehingga penulis harus mulai mencari lewat mikrofilm lagi. Dalam mencari surat
kabar lama penulis juga mendapat bantuan dari orang lain, sehingga penulis merasa
sangat terbantu.
Setelah mengumpulkan sumber, tahap kedua yang telah dilakukan adalah
kritik sumber. Ada dua macam kritik sumber yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
Dalam tahap kedua ini, penulis melakukan kritik sumber terhadap sumber yang telah
penulis dapatkan. Penulis melakukan kritik eksternal untuk mengetahui apakah
sumber yang penulis dapatkan merupakan sumber yang dikehendaki dan sesuai
dengan yang di cari dan kritik internal untuk membuktikan apakan sumber yang
penulis dapatkan merupakan sumber asli atau dapat dipercaya atau malah sebaliknya
sumber tersebut telah diubah dan tidak dapat dipercaya.
Setelah pengumpulan dan analisis data dilakukan, maka tahap ketiga yang
telah dilakukan adalah interpretasi. Pada tahap ini didapatkan sintesis dari data-data
yang sebelumnya telah didapatkan. Sintesis ini didapatkan dari hasil menghubungkan
satu dengan data lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Tahap terakhir yaitu historiografi yang merupakan tahap penulisan
sejarah.Pada tahap ini, penulisan sejarahdibuat bersifat kronologis, analitis, dan
ilmiah, sehingga tahap akhir dalam penulisan ini dituliskan dalam bentuk skripsi.

Universitas Sumatera Utara