TUGAS AKHIR HUKUM PENANAMAN MODAL UPAYA

TUGAS AKHIR HUKUM PENANAMAN MODAL
UPAYA PEMBERIAN FASILITAS TERHADAP INVESTOR ASING
DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DI INDONESIA
DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM POSITIF YANG BERLAKU
Dikerjakan untuk memenuhi tugas akhir Hukum Penanaman Modal

Dikerjakan Oleh:
Neisya Gusti Ayu
110620110057

Dosen:
Prof. Dr. Yudha Bhakti, S.H., M.H.
Hj. Susilowati S. Dajaan, S.H., M.H

PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2012

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Investasi merupakan penggerak dalam roda perkonomian suatu
negara, karenanya dengan investasi yang banyak direalisasikan oleh suatu
negara akan sangat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi negara
tersebut. Dampak positif dari adanya investasi dalam suatu negara adalah
dengan masuknya dana baru, alih teknologi, manajemen dan akses ke dunia
global serta dapat memperluas lapangan pekerjaan. Selain ikut mendorong
pertumbuhan ekonomi, hal terpenting lainnya dari suatu investasi adalah
sebagai sarana dalam meningkatkan pembangunan.
Tujuan dan arah pembangunan nasional berdasarkan pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-2 dimaksudkan untuk mewujudkan
suatu masyarakat yang adil dan makmur melalui pembangunan di berbagai
bidang termasuk bidang ekonomi. Penyelenggaraan perekonomian nasional
didasari atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian serta
dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

1


Sasaran pembangunan bidang ekonomi di Indonesia ialah terciptanya
perekonomian yang mandiri, handal yang diwujudkan dengan peningkatan
kemakmuran rakyat yang semakin merata serta pertumbuhan ekonomi yang
1 Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.

cukup tinggi dan stabilitas nasional yang mantap. Dalam pencapaian sasaran
pembangunan tersebut maka diperlukan sarana penunjang yaitu tata hukum
yang baik dan mendorong dalam menggerakkan dan mengandalkan
berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi khususnya pada sektor
pertanian, perindustrian dan perdagangan.
Perkembangan sektor-sektor di bidang ekonomi perlu diupayakan
karena

semakin

meningkatnya

kebutuhan

akan


dana

dalam

rangka

membiayai pembangunan. Selain bertumpu pada pembiayaan sektor-sektor
di bidang ekonomi dalam negeri, pemerintah juga berupaya dalam menarik
pembiayaan eksternal melalui penanaman modal asing (PMA) dan utang luar
negeri

sebagai

pelengkap

pembiayaan

pembangunan.


Dikarenakan

terbatasnya anggaran dana yang dimiliki, maka pemerintah menggunakan
jalan alternatif berupa kebijakan dalam memberikan kesempatan yang luas
kepada sektor swasta baik domestik maupun asing.
Keterlibatan pihak swasta untuk ikut berpartisipasi dalam memperkuat
tumbuhnya

perencanaan

ekonomi

dalam

negeri

bertujuan

untuk


merangsang para investor dalam negeri maupun luar negeri agar mau
menanamkan modalnya di Indonesia. Berbagai kebijakan dikeluarkan oleh
pemerintah

Indonesia

yakni

antara

lain

dikeluarkannya

aturan

yang

memperlonggar ketentuan-ketentuan dalam menyederhanakan prosedur
penanaman modal guna untuk menciptakan iklim penanaman modal yang


lebih baik serta pemberian fasilitas-fasilitas yang bertujuan untuk menarik
para investor dalam negeri maupun luar negeri.
Bentuk investasi dalam negeri dapat berupa akuisisi surat-surat
berharga luar negeri dan aset fisik, sedangkan bentuk investasi luar negeri
berupa cabang perusahaan multinasional, lisensi, joint venture, dan lainnya.
Diharapkan dengan banyaknya investor asing yang menanamkan modalnya
di

Indonesia

dapat

memulihkan

ekonomi

nasional

serta


membawa

perkembangan perekonomian yang lebih pesat lagi.
Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal pada tanggal 29 Maret 2007, kini terdapat tiga negara
yang telah menawarkan diri untuk menanamkan investasinya di Indonesia
antara lain Korea Selatan, Cina dan Jepang. Korea Selatan merencanakan
untuk

berinvestasi

dengan

mengerjakan

40-50

proyek


yang

akan

diinvestasikan di sektor energi. Sedangkan Investor cina menawarkan lima
proyek kerja sama investasi Indonesia yang meliputi: perakitan mobil,
pengelolaan singkong, pembuatan gula, manufaktur mesin pertanian, dan
eksploitasi sumber daya mineral. Sementara itu investor Jepang akan
menanamkan investasinya di Indonesia dengan mengembangkan energi gas,
manufaktur (seperti mobil dan elektronik).
Dalam makalah ini penulis lebih memfokuskan pada upaya pemberian
fasilitas terhadap investor asing yang akan menanamkan modalnya di
Indonesia ditinjau dari hukum positif yang berlaku di Indonesia.

B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengaturan mengenai pemberian fasilitas oleh pemerintah
kepada pelaku usaha dalam

kegiatan penanaman modal berdasarkan


hukum positif yang berlaku?
2. Bagaimana implementasi dari pemberian fasilitas oleh pemerintah kepada
investor asing dalam rangka penanaman modal di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN

Penanaman modal ialah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik
oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.

Penanaman

modal dalam negeri merupakan pelaku usaha dalam negeri yang
melakukan

usaha

di

wilayah


negara

Republik

Indonesia

dengan

menggunakan modal dalam negeri.
Penanaman modal asing yang selanjutnya disebut PMA merupakan
kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara
Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing dengan
menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan
dengan penanam modal dalam negeri.

Penanaman modal diselenggarakan berdasarkan

asas: kepastian


hukum, keterbukaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak
membedakan

asal

berkelanjutan,

berwawasan

kemajuan

dan

negara,

kesatuan

kebersamaan,
lingkungan,

ekonomi

efisiensi

kemandirian,

nasional.2

berkeadilan,
keseimbangan

Disamping

itu,

tujuan

penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan Pasal 3 ayat (2) UndangUndang Penanaman Modal (UUPM) antara lain untuk:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional,
2. Menciptakan lapangan kerja,
3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan
4. Meningkatkan daya saing dunia usaha nasional,
5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional,
6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan,
7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil,
8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk
mendorong

terciptanya

iklim

usaha

nasional

yang

kondusif

bagi

penanaman modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional
serta

untuk

mempercepat

peningkatan

penanaman

modal.

Dalam

menetapkan kebijakan tersebut maka pemerintah akan memberikan
perlakuan yang sama bagi penanam modal baik penanam modal dalam
negeri (PMDN) maupun penanam modal asing (PMA) agar dapat menjamin
kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusaha.
2 Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Penanam modal berhak untuk mendapat kepastian hak, hukum dan
perlindungan, lalu informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang
dijalankan, hak pelayanan dan berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai
dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan.

Disamping

itu

penanam modal juga memiliki kewajiban-kewajiban yang terdiri dari
kewajiban untuk menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
melaksanakan
penanaman

tanggung
modal

yang

jawab

sosial,

disampaikan

membuat
kepada

laporan
Badan

kegiatan
Koordinasi

Penanaman Modal (BKPM), menghormati tradisi budaya masyarakat
sekitar lokasi kegiatan usaaha penanaman modal, serta mematuhi semua
ketentuan peraturan perundang-undangan.

A. Pengaturan mengenai Pemberian Fasilitas terhadap Pelaku Usaha
dalam Rangka Penanaman Modal berdasarkan Hukum Positif yang
Berlaku
1. Pemberian Fasilitas berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal
Pemberian fasilitas oleh pemerintah kepada pelaku usaha (baik PMDN
maupun PMA) dalam rangka penanaman modal diberikan atas dasar hak
dari penanam modal yang diatur dalam UUPM Pasal 14 huruf d dan Pasal
18 ayat (1). Kemudahan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah bertujuan
untuk menstimulasi kedatangan dan pertumbuhan kegiatan penanaman

modal

mereka

di

Indonesia.

Fasilitas

tersebut

diberikan

kepada

penanaman modal yang melakukan perluasan usaha maupun yang
melakukan penanaman modal baru.
Bentuk fasilitas yang diberikan kepada penanaman modal adalah
berupa:3
a. Pajak penghasilan melalui pengurangan penghasilan neto sampai
tingkat tertentu

terhadap jumlah penanaman modal yang dilakukan

dalam waktu tertentu,
b. Pembebasan atau keringanan bea masuk atas impor barang modal,
mesin atau peralatan utnuk keperluan produksi yang belum dapat
diproduksi di dalam negeri,
c. Pembebasan atau keringanan bea masuk bahan baku atau bahan
penolong untuk keperluan produksi untuk jangka waktu tertentu dan
persyaratan tertentu,
d. Pembebasan atau penangguhan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) atas
impor barang modal atau mesin atau peralatan untuk keperluan
produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka
waktu tertentu,
e. Penyusutan atau amortisasi yang dipercepat, dan

3 Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

f. Keringanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), khususnya bidang usaha
tertentu, pada wilayah atau daerah/ kawasan tertentu.
Bagi pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dalam
jumlah dan waktu tertentu hanya dapat diberikan kepada penanaman
modal baru yang merupakan industri pionir yakni industri yang memiliki
keterkaitan yang luas, member nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,
memperkenalkan teknologi baru serta memiliki nilai strategis bagi
perekonomian nasional. Penanaman modal yang sedang berlangsung
dalam melakukan pergantian mesin atau barang modal lainnya, dapat
diberikan fasilitas berupa keringanan atau pembebasan bea masuk.
Penanaman modal yang mendapat fasilitas harus memenuhi salah satu
dari beberapa kategori yang akan dijabarkan berikut, antara lain:
a. menyerap banyak tenaga kerja;
b. termasuk skala prioritas tinggi;
c. termasuk pembangunan infrastruktur;
d. melakukan alih teknologi;
e. melakukan industri pionir;
f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal, daerah perbatasan, atau
daerah lain

yang dianggap perlu;

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;

h. melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, dan inovasi;
i. bermitra dengan usaha mikro, kecil, menengah atau koperasi; atau
j. industri yang menggunakan barang modal atau mesin atau peralatan
yang

diproduksi di dalam negeri.

Selain pemberian fasilitas fiskal, pemerintah juga memberikan fasilitas
non-fiskal

berupa

kemudahan

pelayanan

dan/atau

perizinan

atas

keimigrasian yang diatur dalam Pasal 23 UUPM. Pemberian fasilitas
kemudahan pelayanan keimigrasian diberikan untuk penanaman modal
yang membutuhkan tenaga kerja asing (baik tetap maupun sementara)
dalam merealisasikan penanaman modal,

serta kepada calon penanam

modal yang akan melakukan penjajakan penanaman modal. Kemudahan
fasilitas

keimigrasian

tersebut

diberikan

setelah

penanam

modal

mendapatkan rekomendasi dari BKPM.
Fasilitas non-fiskal lainnya yang diberikan pemerintah kepada pelaku
usaha penanaman modal adalah berupa kemudahan pelayanan dan/atau
perizinan

impor

yang

diberikan

untuk

impor

barang

yang

tidak

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur
perdagangan barang, Impor barang yang memberikan dampak negatif
terhadap keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup dan moral
bangsa, impor barang dalam rangka relokasi pabrik dari luar negeri ke
Indonesia dan impor barang modal atau bahan baku untuk kebutuhan
produksi sendiri.

2. Pemberian Fasilitas berdasarkan Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal (PERKA BKPM) Nomor 12 Tahun 2009
Pengaturan mengenai pemberian fasilitas bagi pelaku usaha dalam
rangka penanaman modal diatur lebih lanjut dalam PERKA BKPM Nomor 12
Tahun 2009. Dalam PERKA BKPM ini mengatur masalah jenis-jenis fasilitas
serta mekanisme pemberian fasilitas fiskal dan non-fiskal tersebut yang
telah dijelaskan sebelumnya dalam UU PM.
Permohonan fasilitas penanaman modal disampaikan oleh perusahaan
yang memerlukan fasilitas dalam pelaksanaan penanaman modalnya.
Sesuai dengan isi Pasal 17 dan 19 PERKA BKPM, bagi Investor PMA maupun
PMDN yang bidang usahanya memperoleh fasilitas fiskal dan berencana
menggunakan fasilitas tersebut bagi kegiatan investasinya harus sudah
memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal. Perusahaan PMA maupun PMDN
yang

belum

melakukan

pendaftaran

dapat

langsung

mengajukan

permohonan izin prinsip, sedangkan jika tidak membutuhkan fasilitas fiskal
tersebut maka tidak diwajibkan untuk memiliki izin prinsip.
Dalam Pasal 18 PERKA BKPM Nomor 12 Tahun 2009 dijelaskan
mengenai jenis-jenis fasilitas fiskal dan non-fiskal yang meliputi:
a. Fasilitas bea masuk atas impor mesin,
b. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan,
c. Usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) Badan,

d. Angka Pengenal Importir Produsen (API-P),
e. Rencana penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA),
f. Rekomendasi visa untuk bekerja (TA.01),
g. Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA),
Penanam modal yang melakukan permohonan fasilitas fiskal dan nonfiskal

sebagaimana

yang

dimaksud

dalam

Pasal

18

maka

dapat

mengajukan kepada PTSP BKPM (Pelayanan Terpadu Satu Pintu Badan
Koordinasi Penanaman Modal). Pelayanan terpadu satu pintu ini bertujuan
untuk membantu penanaman modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.
Bagi penananaman modal yang akan melakukan perluasan usaha di
bidang yang dapat memperoleh fasilitas fiskal serta berada di lokasi yang
sama dengan sebelumnya maka terlebih dahulu wajib memiliki izin usaha
atas kegiatan usaha sebelumnya. Namun, jika perluasan dilakukan di
lokasi yang berbeda dengan sebelumnya maka dapat diajukan tanpa
dipersyaratkan untuk memiliki izin usaha terlebih dahulu atas kegiatan
usaha sebelumnya.
3. Pemberian Fasilitas Fiskal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
130 Tahun 2011
Fasilitas fiskal oleh pemerintah berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor 130 Tahun 2011 diberikan kepada wajib pajak

badan berupa pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan (PPh)
badan untuk jangka waktu paling lama 10 tahun dan paling singkat 5
tahun terhitung sejak tahun pajak dimulainya produksi komersial. Setelah
berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan PPh badan, wajib pajak
diberikan pengurangan PPh badan sebesar 50% dari PPh terhutang selama
2 tahun pajak.
Untuk pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan,
maka wajib pajak badan harus baru dan memenuhi kriteria yang
merupakan industri pionir yang telah berbada hukum Indonesia serta
memiliki rencana penanaman modal baru yang telah disahkan oleh
instansi berwenang minimal sebesar satu triliun rupiah yang mana dana
tersebut ditempatkan di perbankan Indonesia minimal 10%.4
Menteri Keuangan dapat menentukan kriteria jenis industri pionir yang
dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan, yaitu:
5

a. Industri logam dasar
b. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang
bersumber dari minyak bumi dan gas alam
c. Industri permesinan
d. Industri di bidang sumberdaya terbarukan
4 Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2011
5 Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130 Tahun 2011

e. Industri peralatan komunikasi.
Dalam usaha memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh
badan, wajib pajak harus menyampaikan permohonan kepada Menteri
Perindustrian atau kepada Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
yang selanjutnya akan diusulkan kepada Menteri Keuangan dengan
disertai

lampiran

kartu

NPWP

(Nomor

Pokok

Wajib

Pajak),

surat

persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh BKPM serta
bukti penempatan dana di perbankan Indonesia. Penyampaian usulan
harus

disertai

dengan

uraian

penelitian

yang

mencakup

tentang:

ketersedian infrastruktur di lokasi investasi, penyerapan tenaga kerja
domestic, kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industri pionir,
rencana tahapan alih teknologi yang jelas dan konkret serta adanya
ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili (pengakuan pemberian
fasilitas

pembebasan

dan

pengurangan

dari

Indonesia

dalam

penghitungan PPh di negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan).
Bagi

wajib

pajak

yang

telah

memperoleh

pemberian

fasilitas

pembebasan atau pengurangan PPh badan berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan atas rekomendasi Komite Verifikasi, maka wajib
memberikan laporan secara berkala kepada Direktur Jendral Pajak dan
Komite Verifikasi mengenai penggunaan dana yang ditempatkan di
perbankan Indonesia serta realisasi penanaman modal yang telah diaudit.
Fasilitas

pembebasan

dan

pengurangan

PPh

badan

dapat

dicabut

berdasarkan Pasal 7 PMK Nomor 130 Tahun 2011 dalam hal wajib pajak
tidak lagi memenuhi ketentuan kriteria yang dipersyaratkan dalam
pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh badan serta tidak
menyempaikan laporan sebagaimana mestinya.
B. Implementasi Pemberian Fasilitas oleh Pemerintah Kepada
Investor Asing terhadap Penanaman Modal di Indonesia
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengundang investor
khususnya para investor asing, salah satunya ialah dengan melakukan
pemberian

fasilitas

kepada

para

investor

agar

mau

menanamkan

modalnya di Indonesia. Dalam memberikan pelayanan penanaman modal
pemerintah membentuk suatu mekanisme kegiatan penyelenggaraan
pelayanan di bidang penanaman modal yaitu Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (selanjutnya disebut PTSP). PTSP dibentuk berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di
Bidang Penanaman Modal.
PTSP

bertujuan

untuk

membantu

penanam

modal

dalam

hal

kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal dan informasi mengenai penanaman
modal dengan cara mempercepat, menyederhanakan pelayanan dan
meringankan atau menghilangkan biaya pengurusan perizinan dan nonperizinan. PTSP di bidang penanaman modal diselenggarakan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh BKPM.

Ruang lingkup penyelenggaraan PTSP yang diselenggarakan oleh pemerintah dalam
penyelenggaraannya Kepala BKPM mendapat pendelegasian atau Pelirnpahan
Wewenang dari Menteri Teknis/Kepala LPND yang rnemiliki kewenangan Perizinan dan
Nonperizinan yang merupakan urusan Pemerintah di bidang Penanarnan Modal dan
Menteri Teknis/Kepala LPND, Gubernur atau Bupati/Walikota yang berwenang
mengeluarkan Perizinan dan Nonperizinan di bidang Penanaman Modal dapat
menunjuk Penghubung dengan BKPM. Pendelagasian atau pelimpahan wewenang
yang dimaksud ditetapkan melalui peraturan menteri teknis/kepala LPND, pelimpahan
wewenang tersebut dapat memuat pemberian hak subtitusi kepada kepala BKPM

BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pemberian fasilitas penanaman modal baik PMA maupun PMDN
diberikan kepada penanam modal yang memenuhi dua syarat utama
berdasarkan Pasal 18 ayat (2) UUPM yaitu penanaman modal yang
melakukan perluasan usaha dan penanaman modal yang baru. Bagi
penanaman modal yang ingin mendapatkan fasilitas dari pemerintah baik
fiscal maupun non-fiskal sekurang-kurangnya harus memenuhi criteria
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 18 (3) UUPM
PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) maupun PMA (Penanaman
Modal Asing) dapat menikmati fasilitas fiskal maupun nonfiskal yang
ditawarkan pemerintah. Tujuannya untuk menstimulasi kedatangan dan
pertumbuhan kegiatan penanaman modal mereka di Indonesia.
Fasilitas fiskal yang ditawarkan, meliputi:
1. Fasilitas bea masuk atas impor mesin;

2. Fasiltas bea masuk atas impor barang dan bahan;
3. Usulan untuk mendapatkan fasilitas PPh (Pajak Penghasilan) Badan;
Fasilitas nonfiskal yang ditawarkan, meliputi;
1. API-P (Angka Pengenal Importir Produsen);
2. RPTKA (Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing);
3. TA.01 (Rekomendasi Visa Untuk Bekerja);
4. IMTA (Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing);
Tidak semua bidang usaha mendapat tawaran fasilitas fiskal dari
pemerintah. Karena itu, investor dapat meneliti terlebih dahulu apakah
bidang usaha yang dijalaninya memang memperoleh fasilitas fiskal.
Investor PMA maupun PMDN yang bidang usahanya memperoleh
fasilitas fiskal dan berencana menggunakan fasilitas tersebut bagi
kegiatan investasinya harus sudah memiliki Izin Prinsip Penanaman Modal.
Namun jika investor tidak membutuhkan fasilitas fiskal tersebut, ia tidak
perlu

memiliki

Izin

Prinsip.

Perusahaan PMA yang akan mengajukan Izin Prinsip karena ingin
mendapatkan fasilitas fiskal harus sudah berbentuk badan hukum
perseroan terbatas. Selanjutnya jika PMA yang sudah berbentuk perseroan
terbatas ingin mengajukan perizinan penanaman modal pada bidang
usaha yang menawarkan fasilitas fiskal, maka jika PMA tersebut ingin

menikmati fasilitas yang ditawarkan, ia dapat langsung mengajukan
permohonan

Izin

Prinsip

(tanpa

perlu

melakukan

Pendaftaran).

Permohonan Izin Prinsip perusahaan PMA tersebut dapat diajukan kepada
PTSP

BKPM.

Perusahaan PMDN yang akan mengurus Izin Prinsip Penanaman Modal
wajib memiliki akta dan pengesahan pendirian perusahaan atau Kartu
Tanda Penduduk (bagi perusahaan perseorangan) serta NPWP (Nomor
Pokok Wajib Pajak). Agak berbeda dengan perlakuan kepada PMA, bagi
PMDN diberlakukan mengurus Pendaftaran Penanaman Modal ketika akan
memproses Izin Prinsip. Permohonan Izin Prinsip perusahaan PMDN
diajukan kepada PTSP BKPM, PTSP provinsi maupun kabupaten/kota sesuai
dengan tingkat kewenangan yang dimiliki.

B. Saran
Beralihnya lapangan usaha Indonesia dari sektor pertanian ke sektor
industri menyebabkan Investasi di negara ini menunjukkan data yang
fluktuatif dari tahun ke tahun. Dalam hal ini negara Indonesia dihimbau
untuk lebih memperhatikan kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan guna
mendorong peningkatan perekonomian yang lebih baik lagi, sebab
kebijakan – kebijakan investasi tersebut akan terkait langsung dengan
penanaman modal asing pada sektor – sektor ekonomi di Indonesia.