this PDF file EVALUASI TINGKAT EFEKTIVITAS DAN PERTUMBUHAN PENERIMAAN PAJAK RESTORAN TERHADAP PAJAK DAERAH | Baskara | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

EVALUASI TINGKAT EFEKTIVITAS DAN PERTUMBUHAN PENERIMAAN
PAJAK RESTORAN TERHADAP PAJAK DAERAH
(Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang Th.2011-2015)

Aditya Baskara
Muhammad Saifi
Zahroh ZA
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
Malang
Email : adityabaskara93@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to determine the rate of growth and the level of effectiveness of restaurant tax on local tax
revenue Malang. Malang city has big enough potency to increase locally-generated revenue which is very
needed to fund development area, specially from sector of area tax which one of them is restaurant tax. The
type of research used in this research is descriptive research with case study approach. The research
technique used is documentation, that is documents on the target and realization of local tax revenues of
Malang). The data analysis techniques used are (1) measuring and describing the effectiveness level of
restaurant tax collection (2) measuring and describing the growth rate of tax of resrotan (3) measuring and

describing the contribution of restaurant tax to local taxes. The results showed that the level of effectiveness
of restaurant tax on tax revenues of Malang City in 2011 to 2015 are on very effective criteria. While the
contribution of restaurant tax to the tax revenue area of Malang City in 2011 until 2015 is in the category of
less, which means the contribution of restaurant tax Malang City in 2011-2015 has not contributed the
maximum to the local tax revenue Malang.
Keywords : Effectiveness, Restaurant Tax, Fund Development Area

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan tingkat efektivitas pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang. Kota Malang memiliki potensi yang cukup besar untuk
meningkakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sangat diperlukan dalam mendanai pembangunan
daerahnya, khususnya dari sektor pajak daerah yang salah satunya adalah pajak restoran. Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik
penelitian yang digunakan adalah dokumentasi, yaitu dokumen-dokumen mengenai target dan realisasi
penerimaan pajak daerah Kota Malang). Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) mengukur dan
mendeskripsikan tingkat efektifitas pemungutan pajak restoran (2) mengukur dan mendeskripsikan laju
pertumbuhan pajak resrotan (3) mengukur dan mendeskripsikan kontribusi pajak restoran terhadap pajak
daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektifitas pajak restoran terhadap penerimaan pajak
daerah Kota Malang pada tahun 2011 sampai tahun 2015 berada pada kriteria sangat efektif. Sedangkan
kontribusi pajak restoran terhadap penerimaan pajak daerah Kota Malang pada tahun 2011 sampai dengan

tahhun 2015 ada dalam kategori kurang, yang artinya kontribusi pajak restoran Kota Malang tahun 20112015 belum memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penerimaan pajak daerah Kota Malang.
Kata Kunci : Efektivitas, Pajak Restoran, Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

29

1.

PENDAHULUAN
Pendapatan Asli Daerah mencerminkan
tingkat kemandirian suatu daerah. Semakin tinggi
PADnya
maka
semakin
tunggi
tingkat
kemandirian dalam suatu daerah. Untuk itu,
Pemerintah Daerah harus mengoptimalkan

pengelolaan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari Pendapatan Asli Daerah, baik dengan
meningkatkan sumber penerimaan PAD yang
sudah ada maupun dengan penggalian sumber
PAD baru sesuai dengan ketentuan serta
memperhatikan kondisi dan potensi ekonomi
masyarakat. Pemerintah Daerah setempat harus
berupaya meningkatkan sektor-sektor yang
dianggap
potensial
untuk
meningkatkan
perekonomiannya.
Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah
adalah Pajak Daerah yang dipungut dari
masyarakat tanpa mendapatkan imbalan langsung.
Pajak Daerah memegang peranan penting dalam
perkembangan ekonomi daerah dan merupakan
komponen yang sangat menjanjikan dan selama
ini pendapatan yang berasal dari perolehan hasil

pajak daerah merupakan komponen yang
memberikan sumbangan besar dalam struktur
pendapatan yang berasal dari pendapatan asli
daerah. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah yang mengungkapkan bahwa
Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai
penyelenggaraan
daerah
dan
pembangunan daerah. Dengan menggali serta
meningkatkan potensi pajak daerah yang ada di
daerah tersebut, maka PAD nantinya dapat
digunakan
untuk
pembangunan

sera
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kota Malang memiliki potensi yang cukup
besar untuk meningkakan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) yang sangat diperlukan dalam mendanai
pembangunan daerahnya. Salah satu upaya
pemerintah kota Malang untuk memaksimalkan
pendapatan daerah adalah dari sektor pajak
daerah.
Upaya peningkatan pendapatan daerah
khususnya pada sektor pajak daerah didukung
dengan keberadaan Kota Malang sebagai kota
wisata, seperti wisata alam, wisata kuliner, dan
juga wisata sejarah. Banyaknya tempat wisata di
Kota Malang menarik banyak wisatawan baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan

domestik. Kota Malang juga dikenal sebagai kota
pendidikan, dapat dilihat dari banyaknya sekolah,
universitas, maupun pondok pesantren yang

menyebabkan banyaknya pelajar dan mahasiswa
yang berasal dari kota Malang maupun dari luar
kota Malang tinggal di Malang untuk
menyelesaikan pendidikannya. Dari banyaknya
orang dari dalam maupun luar kota Malang ini,
penggunaan jasa restoran akan semakin meningkat
yang akan berdampak pada peningkatan pajak
daerah khususnya pajak restoran.
Sumber penerimaan daerah yang potensial
bagi Pendapatan Asli Daerah di Kota Malang
adalah Pajak Restoran, ini dikarenakan jumlah
restoran di Kota Malang mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Peningkatan jumlah restoran di
Kota Malang merupakan hal positif bagi
peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota
Malang. Semakin banyak restoran semakin besar
pula pemasukan untuk Pendapatan Asli Daerah
(PAD) di Kota Malang.
Salah satu tugas pemerintah daerah Kota
Malang

adalah
melaksanakan
kegiatan
pemungutan pajak restoran sehingga penting
untuk mengetahui besarnya potensi pajak restoran
yang sesungguhnya dimiliki oleh daerah yang
dikelolanya agar dapat menentukan target
penerimaan pajak restoran pada periode
berikutnya dengan tepat. Kemampuan pemerintah
daerah dalam merealisasikan penerimaan pajak
restoran dibandingkan dengan target pajak
restoran yang telah direncanakan menggambarkan
efektifitas pemungutan pajak restoran. Menurut
Siagian (2001:24), efektivitas adalah pemanfaatan
sumber daya, sarana, dan prasarana dalam jumlah
tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya
untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa
kegiatan
yang
dijalankannya.

Efektivitas
menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
kegiatan semakin mendekati sasaran, maka
semakin tinggi efektivitasnya.
Dinas Pendapatan Daerah Kota Malang
merupakan dinas yang berperan dalam
pengembangan perolehan Pendapatan Asli Daerah
Kota Malang. Pajak Restoran berkembang pesat
mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, hal
ini didukung oleh data diolah berdasarkan pajak
restoran yang telah dimiliki oleh Dinas
Pendapatan Daerah. Hal ini membuktikan bahwa
pertumbuhan bisnis restoran yang jelas nampak
bermunculan di Kota Malang membawa
perkembangan
positif
untuk
memperoleh
pendapatan daerah. Perkembangan kuantitas atau

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

30

jumlah bisnis restoran yang ada juga tercantum
dalam data-data yang dimiliki oleh Dinas
Pendapatan Daerah Kota Malang.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah
(PAD)
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah pasal 2 ayat 2, sumber Pendapatan
Asli Daerah terdiri atas:
1. Pajak Daerah
Pajak daerah dalah kontribusi wajib kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
2. Retribusi Daerah
Berlakunya Undang-Undang pajak dan
retribusi daerah yang baru di satu sisi
memberikan keuntungan daerah dengan adanya
sumber-sumber pendapatan baru, namun di sisi
lain ada beberapa sumber pendapatan asli
daerah yang harus dihapus karena tidak boleh
lagi dipungut oleh daerah, terutama berasal dari
retribusi daerah.
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang
dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang
berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Undang-Undang Nomor 33 Tahun
2004

mengklasifikasikan
jenis
hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,
dirinci menurut objek pendapatan yang
mencakup bagian laba atas penyertaan modal
pada perusahaan milik daerah atau BUMD,
bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik negara atau BUMN, dan
bagian laba atas penyertaan modal pada
perusahaan milik swasta maupun kelompok
masyarakat.
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Pendapatan Asli Daerah yang sah disediakan
untuk menganggarkan penerimaan daerah yang
tidak termasuk dalam jenis pajak dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Pendapatan ini juga merupakan penerimaan
daerah yang berasal dari lain-lain milik
pemerintah daerah. Yang termasuk dalam
pendapatan asli daerah yang sah.

2.2. Pajak
Pengertian pajak berdasarkan UndangUndang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya keperluan
rakyat.
Pajak memiliki berbagai fungsi, seperti
yang diterang kan oleh (Waluyo, 2011:6) :
a. Fungsi budgetair, yaitu pajak berfungsi sebagai
sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan
pengeluaran-pengeluaran
pemerintah.
b. Fungsi reguler, yaitu pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan di
bidang sosial dan ekonomi.
2.3. Pajak Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana yang telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
menyatakan bahwa, Pajak daerah yang
selanjutnya disebut Pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang,
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan
yang
berlaku,
yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Pajak dapat diklasifikasikan berdasarkan
golongan, wewenang, sifat dan lain sebagainya.
Pajak daerah termasuk klasifikasi pajak menurut
wewenang pemungutnya. Artinya, pihak yang
berwenang dan berhak memungut pajak daerah
adalah pemerintah daerah. Pajak daerah dapat
diklasifikasikan kembali menurut wilayah
kekuasaan pihak pemungutnya. Sesuai dengan UU
no. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah, Pajak
daerah dapat diklasifikasi kembali menurut
wilayah kekuasaan pihak pemungutnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah menyatakan bahwa sistem perpajakan di
Indonesia adalah self assesment (Siahaan,
2005:68). Dalam prakteknya karakteristik setiap
jenis pajak daerah tidak sama, sistem ini tidak
dapat diberlakukan pada semua jenis pajak daerah.
Pemungutan pajak daerah saat ini menggunakan
tiga sistem pemungutan pajak, antara lain:
a. Dibayar sendiri oleh wajib pajak
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

31

b. Ditetapkan oleh kepala daerah
c. Dipungut oleh pemungut pajak
2.4. Pajak Restoran
Restoran adalah fasilits penyedia makanan
dan atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran, tidak termasuk usaha jasa boga
atau catering. Pajak restoran adalah pajak yang
dikenakan atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran (Sunarto, 2005:35). Pemungutan Pajak
Restoran di Indonesia saat ini didasarkan pada
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 yang
merupakan perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah
Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Semula menurut Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1997 Pajak Hotel disamakan dengan
Restoran dengan nama Pajak Hotel dan Restoran,
akan tetapi berdasarkan Undang-Undang Nomor
34 Tahun 2000 jenis pajak tersebut dipisahkan
menjadi dua jenis pajak yang berdiri sendiri, yaitu
Pajak Hotel dan Pajak Restoran.
Menurut Peraturan Daerah Kota Malang
Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pajak Daerah,
Restoran mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, bar dan sejenisnya. Perhitungan
Pajak Resoran adalah sebagai berikut:
Pajak terutang

= Tarif Pajak x Dasar Pengenaan Pajak
= Tarif Pajak x Jumlah Pembayaran yang
Dilakukan kepada Restoran

2.5. Efektivitas
Menurut Siagian (2001:24), efektivitas
adalah pemanfaatan sumber daya, sarana, dan
prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar
ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan
sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankannya.
Efektivitas
menunjukkan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran
yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin
mendekati sasaran, maka semakin tinggi
efektivitasnya. Menurut The Liang Gie dalam
Halim (2004:166), efektivitas adalah suatu
keadaan yang terjadi sebagai akibat yang
dikehendaki. Kalau seseorang melakukan suatu
perbuatan dengan maksud tertentu dan memang
dikehendakinya, maka seseorang itu dikatakan
efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai
maksud sebagaimana yang dikehendakinya.
Untuk mengetahui besarnya pengelolaan
Pajak Restoran yaitu dengan melakukan
perhitungan efektivitas Pajak Restoran, dengan
asumsi bahwa semakin besar angka efektivitas

yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat
efektivitasnya. Angka efektivitas ini menunjukkan
kemampuan memungut dan mengukur apakah
tujuan efektivitas pemungutan dapat dicapai.
Dengan demikian, semakin besar efektivitas
menunjukkan
semakin
efektif
aktivitas
pemungutannya.
Artinya,
semakin
besar
kemampuan memungutnya dan tujuan aktivitas
pemungutan semakin mendekati untuk dapat
dicapai (Prakosa, 2005:114). Untuk menghitung
efektivitas penerimaan Pajak Restoran terhadap
Pajak Daerah menggunakan rumus sebagai
berikut:
Efektifitas
Realisasi Penerimaan Pajak Restoran
=
X
Target Penerimaan Pajak Restoran

Sumber: Syahelmi, 2008

%

2.6. Pertumbuhan
Menurut KBBI (kamus Besar Bahasa
Indonesia), pertumbuhan adalah suatu hal atau
keadaan tumbuh, bisa berupa kemajuan.
Pertumbuhan adalah proses peningkatan atau
perluasan kuantitas dengan waktu. Kuantitasnya
bisa bersifat fisik (seperti peningkatan ketinggian,
kenaikan uang) atau abstrak (kompleksitas sistem,
kematangan organisme). (wikipedia.org). Menurut
Ferdinand dan Ariwibowo (2007), Pertumbuhan
adalah ukuran volume, massa, tinggi, atau ukuran
lainnya yang dapat dinyatakan dalam bilangan
secara kuantitatif. Dari beberapa pengertian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan
adalah proses perubahan bersifat kuantitatif
(punya nilai yang dapat diukur dalam angka).
Laju
pertumbuhan
pajak
restoran
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam mempertahankan dan meninkatkan
keberhasilan yang telah dicapai dari periode ke
periode berikutnya. Untuk mengukur laju
pertumbuhan pajak resoran menggunakan rumus
sebagai berikut:
Xt − X t−1
x
%
Gx =
X t−1
Sumber: Halim (2004:163)
Keterangan :
Gx
: Laju pertumbuhan Pajak Restoran per tahun
X1
: Realisasi pajak restoran per tahun
X(t-1) :Realisasi penerimaan pajak restoran tahun
sebelumnya

2.7. Kontribusi
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Dany H.
(2006:264) kontribusi diartikan sebagai uang
sumbangan atau sokongan. Sementara menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia, Yandianto
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

32

(2000:282) diartikan sebagai uang iuran pada
perkumpulan, sumbangan. Sehingga kontribusi
disini dapat diartikan sebagai sumbangan yang
diberikan oleh Pajak Hotel dan Restoran sebagai
salah satu pajak daerah untuk meningkatkan
penerimaan pajak daerah.
Menghitung kontribusi penerimaan pajak
restoran terhadap pajak daerah yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
QXn
Pn =
x
%
QYn
Sumber: Halim, 2004:163

Keterangan:
Pn
: Kontribusi Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah
QXn
: Jumlah Penerimaan Pajak Restoran
QYn
: Jumlah Penerimaan Pajak Daerah
: Tahun (periode) tertentu
n

2.8. Potensi
Dalam KBBI potensi diartikan sebagai
suatu kemampuan yang mempunyai berbagai
kemungkinan atau harapan untuk dikembangkan
lebih lanjut, baik itu berupakekuatan, daya,
ataupun kesanggupan. Sedangkan menurut Majdi
(2007), “Potensi adalah serangkaian kemampuan,
kesanggupan, kekuatan, ataupun daya yang
memunyai
kemungkinan
untuk
bisa
dikembangkan lagi menjadi bentuk yang lebih
besar.” Dapat disimpulkan bahwa potensi pajak
restoran adalah kemampuan kontribusi yang
dimiliki oleh setiap pajak restoran terhadap Pajak
Daerah.
Untuk menghitung potensi penerimaan
pajak restoran digunakan rumus:
Potensi Pajak Restoran = JP x p x 365 x 10%
(Dotulong,dkk, 2014)
Keterangan:
JP
: Jumlah pengunjung rata-rata per hari
P
: Tarif rata-rata

3.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Adapun yang menjadi
fokus penelitian ini adalah tingkat efektivitas dan
pertumbuhan pajak restoran sebagai salah satu
pajak daerah dan kontribusi pajak restoran
terhadap pajak daerah. Lokasi penelitian
dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kota
Malang berada di Perkantoran Terpadu
Pemerintah Kota
Malang Jalan Mayjend
Sungkono. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik dokumentasi. Adapun

tahapan yang akan dilalui dalam analisis data pada
penelitian adalah sebagai berikut :
1. Mengukur dan Mendeskripsikan Tingkat
Efektivitas Pemungutan Pajak Restoran
2. Mengukur
dan
Mendeskripsikan
Laju
Pertumbuhan Pajak Restoran
3. Mengukur dan Mendeskripsikan Kontribusi
Pajak Restoran terhadap Pajak Daerah
4. Mengukur dan Mendeskripsikan Potensi Pajak
Restoran
4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Efektivitas dan Pertumbuhan
Pajak Restoran Kota Malang
4.1.1. Analisis Efektivitas Pajak Restoran
Tabel 1. Efektivitas Pajak Restoran Kota Malang
Tahun 2011-2015
Tahun

Target
Penerimaan
Pajak Restoran
(Rupiah)

Realisasi
Penerimaan Pajak
Restoran(Rupiah)

Persentase
Kriteria
(%)

2011

16.551.035.303,41

17.992.470.997,13

108,70

2012

18.006.103.686,81

20.302.610.876,34

112,75

2013

21.437.718.910,80

25.479.671.734,31

118,85

2014

28.476.534.584,04

30.473.435.484,90

107,01

2015

28.476.534.584,04

39.071.320.184,22

137,21

Sangat
Efektif
Sangat
Efektif
Sangat
Efektif
Sangat
Efektif
Sangat
Efektif

Sumber: Data Diolah, 2016

Efektivitas Pajak
Restoran (%)
200
100
0
2011 2012 2013 2014 2015

Efektifitas
Pajak
Restoran
(%)

Gambar 1. Efektivitas Pajak Restoran Kota
Malang Tahun 2011-2015

Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 di atas
dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas pajak
Restoran di Kota Malang dalam jangka waktu 5
tahun yaitu tahun 2011-2015. Gambar 1
menunjukkan bahwa tingkat efektivitas pajak
restoran Kota Malang berbeda setiap tahunnya.
Tahun 2011 target penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 16.551.035.303,41. Realisasi
yang diperoleh dari target penerimaan tersebut
sebesar Rp 17.992.470.997,13. Tingkat efektivitas
pajak restoran pada tahun 2011 sebesar 108,70%,
berada di kriteria sangat efektif.
Tahun 2012 target penerimaan pajak
restoran
ditingkatkan
pada
angka
Rp

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

33

18.006.103.686,81. Realisasi yang diperoleh pun
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp
20.302.610.876,34. Tingkat efektivitas pajak
restoran yang diperoleh pada tahun 2011 sebesar
112,75%, berada di kriteria sangat efektif.
Tahun 2013 target penerimaan pajak
restoran meningkat dari tahun sebelumnya sebesar
Rp 21.437.718.910,80. Realisasi yang diperoleh
pada tahun 2013 juga meningkat yaitu sebesar Rp
25.479.671.734,31. Tingkat efektivitas yang
diperoleh pun cukup tinggi meskipun target
ditingkatkan yaitu sebesar 118,85%, dan berada
pada tingkat sangat efektif.
Tahun 2014 target penerimaan pajak
daerah pun juga ditingkatkan sebesar Rp
28.476.534.584,04. Realisasi yang diperoleh pun
meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp
30.473.435.484,90. Namun tingkat efektivitas
yang terhitung menurun dari tahun sebelumnya
yakni pada tahun 2014 berada pada angka
107,01%, namun masih masuk pada kriteria
sangat efektif.
Tahun 2015 target penerimaan pajak
restoran ditentukan sama dari tahun sebelumnya
yaitu sebesar Rp 28.476.534.584,04. Realisasi
yang diperoleh dari pajak restoran semakin
meningkat cukup signifikan dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar Rp 39.071.320.184,22.
Perbedaan antara target dan realisasi yang sangat
tinggi tersebut menyebabkan tingkat efektivitas
sangat tinggi yaitu sebesar 137,21%, yang tentu
saja membuat tingkat efektivitas tahun 2015
berada pada kriteria sangat efektif.
4.1.2. Analisis Laju
Restoran

Pertumbuhan

Pajak

Tabel 2. Laju Pertumbuhan Pajak Restoran Kota
Malang Tahun 2011-2015
Tahun
2011
2012
2013
2014
2015

Target Penerimaan
Pajak Restoran
(Rupiah)
16.551.035.303,41
18.006.103.686,81
21.437.718.910,80
28.476.534.584,04
28.476.534.584,04

Realisasi Penerimaan
Pajak Restoran (Rupiah)

Persentase
(%)

17.992.470.997,13
20.302.610.876,34
25.479.671.734,31
30.473.435.484,90
39.071.320.184,22

20,48
12,84
25,50
19,60
28,21

Sumber: Data Diolah,2016

Laju Pertumbuhan Pajak
Restoran
30
20

Laju
Pertumbuhan
Pajak
Restoran

10
0
2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 2. Laju Pertumbuhan Pajak Restoran
Kota Malang Tahun 2011-2015

Sumber : Data Diolah, 2016
Tabel 2 dan gambar 2 menunjukkan
pertumbuhan Pajak restoran Kota Malang yang
terjadi antara tahun 2011 hingga tahun 2015.
Tahun 2011 target penerimaan pajak yang
ditentukan sebesar Rp 16.551.035.303,41.
Realisasi Penerimaan pajak restoran diperoleh
sebesar Rp 17.992.470.997,13. Laju pertumbuhan
pajak restoran tahun 2011 adalah sebesar 20,48%
dari realisasi penerimaan sebelumnya tahun 2010.
Tahun 2012 target penerimaan pajak
restoran ditentukan sebesar Rp 18.006.103.686,81.
Realisasi penerimaan pajak restoran diperoleh
sebesar Rp 20.302.610.876,34. Laju pertumbuhan
pajak restoran dari tahun sebelumnya sebesar
12,84%.
Tahun 2013 target penerimaan pajak
restoran
ditenetukan
sebesar
Rp
21.437.718.910,80. Realisasi penerimaan pajak
restoran diperoleh sebesar Rp 25.479.671.734,31.
Laju pertumbuhan pajak restoran meningkat tajam
dari tahun sebelumnya yakni sebesar 25,50%.
Tahun 2014 target penerimaan pajak
restoran ditentukan sebesar Rp 28.476.534.584,04.
Realisasi penerimaan pajak restoran diperoleh
sebesar Rp 30.473.435.484,90. Laju pertumbuhan
pajak restoran dari tahun sebelumnya sebesar
19,60%.
Tahun 2015 target penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 28.476.534.584,04. Realisasi
penerimaan pajak restoran diperoleh sebesar Rp
39.071.320.184,22. Laju pertumbuhan pajak
restoran meningkat tajam dari tahun sebelumnya
yakni sebesar 28,21%.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

34

4.2. Analisis Kontribusi dan Potensi Pajak
Restoran
4.2.1. Analisis Kontribusi Pajak Restoran
terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kota
Malang
Tabel 3 Kontribusi Pajak Restoran Kota Malang
Tahun 2011-2015
Tahun

Realisasi Penerimaan
Pajak Restoran
(Rupiah)
2011
17.992.470.997,13
2012
20.302.610.876,34
2013
25.479.671.734,31
2014
30.473.435.484,90
2015
39.071.320.184,22
Rata-rata

Realisasi Penerimaan
Pajak Daerah
(Rupiah)
125.332.979.877,83
159.124.119.792,89
238.499.748.161,57
278.885.189.548,87
316.814.967.743,76

Kontribusi
(%)
14,35
12,75
10,68
10,93
12,33
12,21

Sumber: Data Diolah, 2016

Kontribusi Pajak
Restoran Terhadap…
20
10
0
2011 2012 2013 2014 2015

Kontribusi
Pajak
Restoran
Terhadap
Pajak Daerah

Gambar 3: Kontribusi Pajak Restoran Kota
Malang Tahun 2011-2015

Sumber : Data Diolah, 2016
Berdasarkan tabel 3 dan gambar 3 terlihat
hasil perhitungan besar kontribusi pajak restoran
terhadap pajak daerah Kota Malang antara tahun
2011 hingga tahun 2015. Tahun 2011 realisasi
penerimaan
pajak
restoran
sebesar
Rp
17.992.470.997,13. Realisasi penerimaan pajak
daerah pada tahun 2011 sebesar Rp
125.332.979.877,83. Kontribusi pajak restoran
terhadap pajak daerah pada tahun 2011 adalah
14,35%. Kontribusi pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang pada tahun
2011 termasuk dalam kriteria kurang karena
tergolong dalam persentase 10,1% - 20%.
Tahun 2012 relisasi penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 20.302.610.876,34. Realisai
penerimaaan
pajak
daerah
sebesar
Rp
159.124.119.792,89. Kontribusi pajak restoran
tergolong menurun dari tahun sebelumnya yaitu
12,75%. Kontribusi pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang pada tahun
2012 termasuk dalam kriteria kurang karena
tergolong dalam persentase 10,1% - 20%.
Tahun 2013 realisasi penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 25.479.671.734,31. Realisasi
penerimaan
pajak
daerah
sebesar
Rp
238.499.748.161,57. Kontribusi pajak restoran
kembali menurun dari tahun sebelumnya yaitu

10,68%. Kontribusi pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang pada tahun
2013 termasuk dalam kriteria kurang karena
tergolong dalam persentase 10,1% - 20%.
Tahun 2014 realisasi penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 30.473.435.484,90. Realisasi
penerimaan
pajak
daerah
sebesar
Rp
278.885.189.548,87. Kontribusi pajak restoran
mulai meningkat dari tahun sebelumnya yaitu
10,93%. Kontribusi pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang pada tahun
2014 termasuk dalam kriteria kurang karena
tergolong dalam persentase 10,1% - 20%.
Tahun 2015 realisasi penerimaan pajak
restoran sebesar Rp 39.071.320.184,22. Realisasi
penerimaan
pajak
daerah
sebesar
Rp
316.814.967.743,76. Kontribusi pajak restoran
mengalami peningkatan lagi dari tahun
sebelumnya yaitu 12,33%. Kontribusi pajak
restoran terhadap penerimaan pajak daerah Kota
Malang pada tahun 2015 termasuk dalam kriteria
kurang karena tergolong dalam persentase 10,1% 20%.
Berdasarkan penghitungan dan penjabaran
kontribusi penerimaan pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah Kota Malang di atas,
persentase kontribusi tertinggi terdapat pada tahun
2011 sebesar 14,35%. Berdasarkan penjabaran
tersebut dapat disimpulkan bahwa pada tahun
2011 hingga tahun 2015 pajak restoran rata-rata
memberikan kontribusi sebesar 12,21%. Rata-rata
kontribusi dalam tahun 2010 hingga 2014
menunjukkan kriteria kontribusi berada pada
posisi kurang dan berada pada golongan 10,1% 20%.
4.2.2. Analisis Potensi Pajak Restoran
Restoran diklasifikasikan ke dalam tiga
jenis yaitu restoran, rumah makan, dan cafe.
Untuk rumah makan menggunakan sampel Rumah
Makan Kaliurang, untuk restoran menggunakan
sampel KFC Matos, dan untuk cafe menggunakan
sampel cafe Exelso. Untuk menghitung potensi
penerimaan pajak restoran digunakan rumus:
Potensi Pajak Restoran = JP x p x 365 x 10%
a. Rumah Makan Kaliurang :
- Harga rata-rata makanan dan minuman = Rp
17.000,00
- Jumlah Pengunjung rata-rata perhari = 75
orang
b. Restoran KFC Matos:
- Harga rata-rata makanan dan minuman = Rp
31.000,00

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

35

- Jumlah penunjung rata-rata perhari = 80
orang
c. Cafe Exelso:
- Harga rata-rata makanan dan minuman = Rp
60.000,00
Jumlah pengunjung rata-rata perhari = 50 orang
Menghitung Potensi Penerimaan Pajak Restoran:
a. 75 x 17.000 x 365 x 10%
= Rp 46.537.500,00
Ada 471 rumah makan, jadi potensi pajaknya
= Rp 21.919.162.500,00
b. 80 x 31.000 x 365 x 10%
= Rp 90.520.000,00
Ada 48 restoran, jadi potensi pajaknya
= Rp 4.344.960.000,00
c. 50 x 60.000 x 356 x 10%
= Rp 109.500.000,00
Ada 25 cafe, jadi potensi pajaknya
= Rp 2.737.500.000,00
Total Potensi Penerimaan Pajak Restoran = Rp
29.001.622.500,00
Potensi penerimaan pajak restoran lebih
besar daripada target penerimaan pajak restoran
pada tahun 2015 (sebesar Rp 28.476.534.584,04).
Alasan potensi penerimaan pajak restoran lebih
kecil daripada target adalah:
a) Bertahannya bisnis restoran yang tidak
menentu.
b) Keterlambatan pembayaran pajak terutama
UMKM pada
c) Tutupnya beberapa bisnis restoran pada saat
musim liburan
Alasan realisasi penerimaan pajak lebih besar
daripada potensi adalah:
a) Munculnya jumlah / bertambahnya kuantitas
objek pajak restoran (rumah makan, restoran,
dan cafe)
b) Bertambahnya jumlah pengunjung pada
restoran (rumah makan, restoran, dan cafe)
c) Bertambahnya jumlah konsumsi pada restoran
(rumah makan, restoran, dan cafe)
d) Meningkatnya harga jual makanan atau
minuman pada restoran yang dikarenakan
harga bahan pokok naik dan peningkatan
konsumen pada restoran tersebut
e) Penghasilan
tambahan
dari
denda
keterlambatan pembayaran pajak restoran
4.3. Keterkaitan antara Efektivitas, Laju
Pertumbuhan, dan Kontribusi
Tingkat efektivitas dipengaruhi oleh
besarnya realisasi yang diperoleh tiap satu tahun.
Apabila realisasi yang diterima lebih besar dari
target, dan semakin tinggi selisih antara realisasi

dan target, maka akan semakin tinggi pula
persentase dan tingkat efektivitas yang didapat.
Laju pertumbuhan diperoleh dari selisih realisasi
tahun ini dengan tahun sebelumnya yang
dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
Sehingga diperoleh besaran dalam persentase
pertumbuhan
pendapatan
pajak
restoran.
Kontribusi diperoleh dari besaran total
keseluruhan pajak restoran yang dibandingkan
dengan total pajak daerah. Sama halnya persentase
pajak restoran di dalam keseluruhan pajak daerah.
Tingkat efektivitas pajak restoran di Kota
Malang berdasarkan data dari Dispenda Kota
Malang dan perhitungan efektivitas diperoleh
hasil dengan kriteria “sangat efektif” pada tahun
2011-2015. Namun lain halnya dengan laju
pertumbuhan dan kontribusi, tingginya tingkat
efektivitas tidak menentukan tingginya laju
pertumbuhan dan kontribusi pajak restoran. Laju
pertumbuhan pajak restoran tidak berarti selalu
menunjukkan bisnis restoran yang ada di Kota
Malang juga selalu berkembang, sama halnya
dengan kontribusinya pada pajak daerah. Hal ini
terbukti dari perhitungan yang dilakukan oleh
penulis. Penulis menemukan fakta-fakta yang
mempengaruhi besar kecilnya laju pertumbuhan
dan kontribusi, yaitu:
a. Tidak selalu ada bisnis restoran baru yang
muncul pada tahun berikutnya.
b. Adanya bisnis restoran yang tutup dengan
berbagai alasan, contohnya dikarenakan
sepinya pengunjung pada bisnis restoran
tersebut.
c. Keterlambatan pembayaran pajak restoran oleh
beberapa bisnis restoran yang berpengaruh
pada laju pertumbuhan pajak restoran dan
kontribusi pajak restoran terhadap pajak
daerah.
5.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Tingkat efektivitas pajak restoran tertinggi
adalah pada tahun 2015 dengan tingkat
efektivitas 137,21% dan terendah pada tahhun
2014 dengan tingkat efektivitas 107,01%. Pada
tahun 2011-2015, tingkat efektivitas pajak
restoran keseluruhan berada pada kriteria
sangat efektif.
2. Laju pertumbuhan pajak restoran Kota Malang
pada tahun 2011-2015 mengalami fluktuasi
tiap tahunnya. Laju pertumbuhan pajak
restoran tertinggi adalah pada tahun 2015 yaitu
sebesar 28,21% dan terendah pada tahun 2012
sebesar 12,84%.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

36

3. Kontribusi pajak restoran tertinggi adalah pada
tahun 2011 yaitu 14,35% dan terendah pada
tahun 2013 dengan kontribusi 10,68%. Ratarata kontribusi pajak restoran terhadap
penerimaan pajak daerah pada tahun 20112015 adalah 12,21 dan masih dalam kategori
kurang, yang artinya kontribusi pajak restoran
Kota Malang tahun 2011-2015 belum
memberikan kontribusi yang maksimal
terhadap penerimaan pajak daerah Kota
Malang.

Siagian, P. Sondang. 2001. Manajemen Sumber
Daya Manusia . Jakarta: Bumi Aksara

5.2. Saran
1. Perolehan pendapatan pajak daerah khususnya
pajak restoran secara nominal memang sudah
sangat
baik
terbukti
dari
realisasi
penerimaannya sudahh melebihi target yang
ditetapkan. Akan tetapi kontribusi yang
diberikan terhadap pajak daerah masih kurang.
Untuk itu pemerintah daerah hendaknya lebih
menertibkan wajib pajak dalam pembayaran
pajak sehingga penerimaan pajak restoran
dapat lebih dioptimalkan lagi. Misalnya dengan
memberikan sanksi kepada wajib pajak yang
tidak atau terlambat membayar pajak dengan
tegas.
2. Pemerintah
Kota
Malang
sebaiknya
mempertahankan kinerjanya, misalnya dengan:
(1) tetap memberi penyuluhan kepada wajib
pajak secara berkelanjutan khususnya tentang
pajak restoran, (2) Melakukan analisis potensi
secara terinci untuk pajak restoran yang dapat
memberikan gambaran pada penentuan target
tahun selanjutnya, (3) mempertahankan kinerja
pelayanan petugas pada saat menerima pajak
restoran, hal tersebut untuk menghindarkan
wajib pajak mempunyai sikap malas untuk
membayar pajak.

Yandianto. 2000. Kamus Umum
Indonesia . Bandung: CV. M2S

DAFTAR PUSTAKA
Dani, H. (2006). Kamus Ilmiah
Surabaya: Gita Media Press

Populer.

Garry A.G. Dotulong, David P.E. Saerang dan
Agus T. Poputra. 2014. Analisis Potensi
Penerimaan dan Efektivitas Pajak Restoran
di Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal
Ilmiah. Universitas Sam Ratulangi Manado

Siahaan, P. Marihot. 2005. Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada
Sunarto. 2005. Pajak dan Retribusi Daerah.
Yogyakarta: AMUS Yogyakarta dan Citra
Pustaka Yogyakaarta
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia . Edisi 10.
Jakarta: Salemba Empat
Bahasa

Internet:
Peraturan Daerah Kota Malang No. 2. 2015.
“Perubahan atas Peraturan Daerah Kota
Malang Nomor 16 Tahun 2010 Tentang
Pajak Daerah”, diakses pada tanggal 20
September
2017
dari
hukum.malangkota.go.id
Peraturan Pemerintah No. 65. 2001. “Peraturan
Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang
Pajak Daerah”, diakses pada tanggal 9
Februari
2016
dari
http://www.esdm.go.id/prokum/pp
Undang-Undang No. 28. 2007. ”Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan
Umum Perpajakan”, diakses pada tanggal 10
Januari
2016
dari
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu
Undang-undang No. 28. 2009. “UU Nomor 28
Tahun 2009 Tentang Pajak dan Retribusi
daerah”, diakses pada tanggal 10 Januari
2016 dari http://www.dkjd.kemendagri.go.id
Undang-Undang No. 32. 2004. “Undang-Undang
Nomor
32
Tahun
2004
tentang
pemerintahan daerah”, diakses pada tanggal
9
Februari
2016
dari
http://www.kpu.go.id/dmdocuments/UU_32
_2004_Pemerintahan%20Daerah.pdf
Undang-Undang No. 34. 2000. “UU Nomor 34
Tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah”, diakses pada tanggal 9 Februari
2016 dari http://www.bpkp.go.id/uu

Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat
Prakosa, Kesit Bambang. 2005. Pajak dan
Retribusi
Daerah.
Edisi
Revisi.
Yogyakarya: UII Press

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

37

Dokumen yang terkait

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25