Revitalisasi Peran Pegawai Syarak dalam
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 443
Revitalisasi Per an Pegawai Syar ak dalam
Penguatan Kem bali Kar akter M elayuI slam M asyar akat Jam bi: Studi
Pem ber dayaan I nstitusi Tr adisional
dalam M endukung Pencapaian Tujuan
Otonom i D aer ah
I r m aw at i Sagal a
Fakultas Syariah I AI N Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
A bst r ak :
Pem ber dayaan Pegawai Syar ak m er u pakan sal ah sat u
kebi j akan yang di ambi l ol eh sebagi an besar pem er i nt ah
kabu apt en/ kot a di Pr ovi nsi Jam bi u nt uk meni ngkat kan
pen yel en ggar aan dan pem bi naan i badah kei sl am an di
masj id. Pegawai Syarak merupakan i nsti tusi tradisional yang
per nah h i du p dal am si st em sosi al - pem er i n t ah an Jambi
den gan f u ngsi m em i m pi n u r usan i badah dan pem ber i
per ti mbangan aspek syar i ah pada pemer i ntah. Bagai mana
i m pl emen t asi , dampak ser t apel u ang dan t ant an gan dar i
kebi j akan tersebut merupakan fokus di skusi dal am art i kel
i ni , yang mana data-data di dalamnya di dasarkan pada hasi l
penel i t i an t ah un 20 11 l al u . K aj i an m en un j u kkan
i mplementasi kebij akan sudah berj alan lancar namun belum
m em ber i kan dampak si gni f i kan t er h adap pen i n gkat an
kuali t as kehi dupan ber agama masyarakat . Set i daknya ada
empat hal yang per lu di anali si s pemer i ntah daerah untuk
peni ngkatan daya guna kebi j akan masa mendatang, yai tu 1)
r edefeni si per an dan fungsi Pegawai Syar ak, 2) pr i or i t as
al okasi anggaran bantuan, 3) penegasan kebi j akan sampai
pada level provi nsi, dan 4) alternati f i nstitusi lain yang lebih
m em u n gki n kan di ber dayakan u n t uk t uj u an yang sam a
seper ti M aj eli s Ul ama I ndonesi a.
K ata-kata K un ci: Pegawai Syarak, Karakter Melayu-I slam,
I nst i tusi Tradi si onal, Otonomi Daerah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
444 IRMAWATI SAGALA
Pendahuluan
Otonomi daerah, memberikan peluang secara luas kepada daerah
untuk mengembangkan daerahnya dengan menggali secara optimal
sumber daya daerah berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal. 1 Jika
dicermati secara mendalam, dibukanya peluang untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai dan karakteristik daerah pada era otonomi daerah,
tidak hanya bermakna pengakuan terhadap hak asal-usul daerah.
Namun lebih jauh, hal ini dapat dimaknai sebagai sebuah upaya
menghidupkan kembali karakteristik khas setiap daerah yang pernah
ada untuk mendukungterciptanya iklim sosial yang kondusif bagi
pencapaian tujuan otonomi daerah.
Nilai-nilai Melayu-I slam, adalah nilai-nilai yang sejak lama
melekat dan menjadi kar akteristik masyarakat Provi nsi Jambi.
Penduduk asli Propinsi Jambi adalah suku Melayu yang kemudian
banyak mendapat pengaruh dari pendatang Arab-Turki. Sebelum
I ndonesi a merdeka, Pr ovinsi Jambi merupakan bekas wil ayah
Kesultanan Melayu I slam Jambi (1500-1901). M eskipun sempat
berada di bawah kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit, Jambi sebagai
daerah berdaulat lebih dikenal dalam sejarah Kesultanan M elayu
I slam. Menurut Locher-Scholten, sejarah awal Kesultanan Melayu
I sl am Jambi bi sa di pr edi ksi kur ang l ebi h ber samaan dengan
kebangkitan I slam secara umum di Sumatera. I slamisasi di Sumatra
diyakini bermula pada abad kelima belas.2 Pendapat yang mengatakan
I slam mulai tersebar di Sumatera Pada abad XV didukung dengan
fakta ki sah per j al anan L aksamana Cheng H o dar i Ci na, yang
dikabarkan menyi ar kan agama I sl am di Sumatera, khususnya
Palembang. Laksamana Chengho memulai ekspedisi pertamanya pada
tahun 1405-1407.3 Meskipun, ada pendapat lain yang menyatakan
bahwa I slam mulai tersebar di Sumatera pada abad ke-VI I , dimana
telah ditemukan makan seorang muslim dari abad ketujuh di daerah
Barus, Sumatera Utara.
Sumber lain menjelaskan, penyebaran I slam di daerah Jambi
dimulai dari datangnya seorang ulama dari Turki (menurut referensi
lainnya dari Gujarrat) yang bergelar Datuk Paduko Berhalo. Datuk
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 445
Paduko Berhalo pertama kali mendarat di selat Berhala, dan kemudian
menikah dengan seorang putri dari Minangkabau yang bernama Puteri
Selaras Pinang Masak. Ajaran I slam kemudian berkembang di Jambi,
hingga terbentuk Kesultanan Melayu Muda.4
Kuatnya penerapan ajaran I slamdalam kehidupan masyarakat
terlihat dari falsafah hidup masyarakat Jambi yaitu “Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Falsafah hidup ini bermakna
bahwa kehidupan masyarakt berdasar pada adat yang berlandaskan
syariat I slam, dimana syariat I slam itu sendiri berlandaskan pada alQur’an. Falsafah hidup ini juga dikenal dalam masyarakat Minangkabau dan daerah berpenduduk M elayu lainnya.
Namun, pengamalan nilai-nilai adat-agama masyarakat Jambi
saat i ni sudah j auh menur un. Pemer hat i budaya M el ayu dar i
Universitas Jambi, I lma M asib, berpendapat bahwa permasalah
moralitas masyarakat Jambi, terutama pemuda cukup kompleks dan
kian jauh dari adat Jambi. Menurutnya, dahulu orang Melayu Jambi
sangat dikenal dengan kesantunannya, termasuk pergaulan antara
laki-laki dan perempuan sangat diatur dengan baik. Permasalahan
moralitas masyarakat ini terutama terjadi di daerah perkotaan, seperti
Kota Jambi. Hal ini diakui oleh Sekretaris LAM Kota Jambi, bahkan
sudah berada pada kondisi sangat memilukan. Realitas ini menurut
I brahim Thaher, dapat dilihat dari 4 tolak ukur, yaitu budi pekerti,
moral, adab, dan mar uah (pergaulan). Dari keempat tolak ukur
tersebut, masyarakat Jambi khusunya generasi muda, sudah jauh dari
adat Melayu yang berlandaskan I slam. Kondisi serupa juga dirasakan
oleh Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPRD Kota Jambi. Meskipun masih
banyak generasi muda Jambi yang berprestasi misalnya di bidang
pendidikan, olahraga, seni, MTQ, dan lain-lain, namun Said Abdullah
melihat bahwa masalah moral dan maksiyat sudah sangat memilukan
dan harus segera ditanggulangi jika tidak ingin generasi muda Jambi
akan hancur. Dengan nada kekhawatiran yang sama, Ketua DPD PKS
Kota Jambi yang juga merupakan anggota DPRD Kota Jambi menilai
kondisi moralitas generasi muda Kota Jambi sudah mencapai kondisi
gawat darurat dan perlu masuk UGD.5
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
446 IRMAWATI SAGALA
Meskipun kondisi di perkotaan lebih parah, pengikisan nilai-nilai
adat dan agama juga terjadi di daerah Kabupaten/ Kota. Asisten I I I
Kabupaten Tanjung Jabung Timur menilai, generasi muda I slam di
Tanjung Jabung Timur saat ini juga sudah terkena demoralisasi. Cara
berpakaian, sopan santun dan pola pergaulan bebas menjadi masalah
yang mengkhawatirkan. Permasalahan prostitusi dan pergaulan bebas
juga cukup meresahkan di daerah Batanghari dan Merangin.
Data-data permasalahan moral dan kemaksiyatan di Provinsi
Jambi berikut ini semakin mengukuhkan saat ini masyarakat Jambi
sudah jauh dari karakter aslinya yaitu Melayu-I slam. Pada tahun 2011
lalu, Jambi menempati urutan ke-15 penderita AI DS tertinggi di
I ndonesia.6 Arsip data KPA yang bersumber dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, menunjukkan bahwa sampai Maret 2012 pengidap
H I V-AI DS (ODHA) yang terlaporkan berjumlah 613 orang, dari
estimasi awal tahun 2009 sejumlah 1200 orang. Dari jumlah tersebut,
bahkan sebanyak 12 orang adalah balita usia 0-5 tahun. Kekerasan
dan pelecehan seksual terhadap anak juga sering terjadi. Bahkan,
tahun 2011 Provi nsi Jambi ber ada pada urut an ke-6 pengguna
Narkoba tertinggi di I ndonesia.7 Kondisi ini harus disikapi dengan
serius oleh pemerintah. Sebab, jika permasalahan degradasi moral
tidak segera diatasi, kewajiban pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 22 UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
mustahil bisa diwujudkan.8
Jauhnya masyarakat dari nilai-nilai adat-agama (Melayu-I slam)
diyakini antara lai n di sebabkan semakin lemahnya pembinaan
keagamaan baik di sekolah maupun di luar sekolah serta minimnya
partisipasi masyarakat dalam pembinaan. Sekretaris LAM Kota Jambi
melihat permasal ahan ini setidaknya disebabkan 3 faktor yaitu
kurangnya pendidikan dari orang tua, pendekatan para da’i yang
kurang menyentuh pada generasi muda, serta pendidikan yang kurang
berkualitas. Dalam lembaga pendidikan, permasalahan kualitas tidak
hanya menyangkut kurikulum atau metode pembelajaran, tapi juga
masalah keteladan akhlak dari guru. Menurut I brahim Thaher, guruM edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 447
guru juga banyak bersikap bukan layaknya seorang guru. Seperti kata
pepatah, “guru kencing tegak, murid kencing berlari”.
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, mulai dari program pembinaan
keagamaan seper t i hi mbauan Guber nur unt uk mengakt i f kan
Pengajian Antara Maghrib dan I sya (PAMI ) serta penunjukan Da’i
Desa oleh pamerintah daerah di beberapa Kabupaten/ Kota, sampai
pada pembuatan Perda tentang penanggulangan maksiyat seperti
Perda tentang Minuman Keras pada tahun 2003 dan direvisi pada
akhi r t ahun 20 10 di Kot a Jam bi . Pr ogr am -pr ogr am t er sebut
diharapkan mampu ber kontri busi terhadap penguatan kembali
karakteristik Melayu-I slam masyarakat Jambi.
Sal ah sat u k ebi j akan yang men ar i k adal ah upaya unt uk
menghidupkan kembali institusi tradisional Pegawai Syarak oleh
pemerintah daerah di sebagian besar kabupaten/ kota se-Provinsi
Jambi. Pada masa lalu, Pegawai Syarak merupakan kelengkapan pemerintahan Dusun sebelum keluarnya UU RI No. 5 Tahun 1779 tentang
Desa yang secara paksa menyeragamkan seluruh bentuk pemerintahan terendah di I ndonesia menjadi Desa.9 Pegawai Syarak pada
awalnya bertanggung jawab terhadap urusan penerapan agama I slam
dan sekaligus menjadi semacam dewan pertimbangan syariah pada
pemerintah Dusun 10 dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun
saat ini, pengertian dan fungsi Pegawai Syarak tersebut sudah mengalami perubahan. Para Pegawai Syarak ini diangkat melalui SK Bupati
meliputi I mam, Khatib, Bilal, dan mudim (penjaga) masjid. Saat ini,
secar a um um Pegawai Syar ak di pahami masyar akat sebagai
penanggung jawab kegiatan ibadah ritual semata, atau lebih tepatnya
shalat berjamaah.
Defeni si dan r uang l ingkup ker ja Pegawai Syarak saat i ni
mengalami penyempitan dibandingkan dengan masa lalu. Meskipun
demikian, sebagai sebuah institusi tradisional yang lama hidup di
tengah masyarakat, Pegawai Syarak berpeluang memiliki kekuatan
i kat an emosi onal di t engah masyar akat . Pel uang i ni l ah yang
t ampaknya di l ihat ol eh peemer i nt ah daer ah dal am upayanya
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
448 IRMAWATI SAGALA
m en an ggul an gi per m asal ah an -per m asal ah an m or al i t as di
masyarakat. Sejauh mana peluang ini bisa dioptimalkan, menjadi
fokus bahasan dalam artikel ini. Sebagian besar data dalam artikel ini
didasarkan pada penelitian yang dilakukan tahun 2011 dan 2010 lalu
tentang Pegawai Syarak di Provinsi Jambi dan Perda I slami di Kota
Jambi.11
Pr ogr am Pem ber d ayaan Pegaw ai Syar ak di Pr ovin si
Jam bi
I stilah Pegawai Syarak bukanlah istilah baru di Provinsi Jambi.
Menurut Ketua Penasehat LAM Kota Jambi, H. Sulaiman Hasan, sejak
zaman dahulu sebelum Republik I ndonesia ini terbentuk, masyarakat
Melayu Jambi sudah mengenal istilah Pegawai Syarak sebagai salah
satu pilar penyangga tata kehidupan masyarakat.12 Hal senada juga
disampaikan Sekretaris LAM se-Sumatera, H . Azra’i Al-Basyari.
Menurutnya, istilah Pegawai Syarak sudah sejak lama dikenal dalam
masyarakat Melayu Jambi yang terdiri dari I mam, Khatib (Ketib) dan
Bilal. Namun fungsinya tidak hanya sekedar urusan shalat, tapi juga
menjalankan fungsi mengelola segala urusan keagamaan, seperti
ibadah, penyelenggaraan jenazah, ceramah dakwah, bahkan sampai
urusan pernikahan. Lebih lanjut, H. Azra’i Al-Basyari menjelaskan
bahwa Pegawai Syarak juga memiliki peran penting dalam satuan
pemerintahan terendah (setara Desa). Pada masa lalu, pemerintahan
di Jambi dipimpin oleh Rio atau Penghulu yang memegang kekuasaan
pemerintahan sekaligus adat. Hukum yang diterapkan adalah hukum
adat yang sesuai dengan syaraiat I slam. Dalam menetapkan hukum
dan kebijakan, Rio senantiasa berkoordinasi dan meminta semacam
fatwa kepada Pegawai Syarak, sehingga apa yang dilakukan oleh
pemerintah tidak bertentangan dengan syariat I slam. Di samping itu,
pemerintahan juga memperhatikan pertimbangan cerdik pandai. Oleh
karena itu, dalam tata pemerintahan dan kemasyarakat Jambi dahulu
dikenal istilah Tigo Tali Sapilin.” 13
Dilihat dari fungsinya pada masa lalu, keberadaan Pegawai
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 449
Syarak sangat strategis dalam pembentukan karakteristik masyarakat
yang berbudaya dan beragama. Dengan sejarah demikian, tidaklah
mengherankan jika kemudian pemerintah daerah di Provinsi Jambi
melihat pemberdayaan institusi Pegawai Syarak ini sebagai salah satu
sarana yang bisa dipakai untuk penguatan kembali karakter MelayuI slam masyarakat Jambi.
Program pemberdayaan Pegawai Syarakdi Provinsi Jambi lahir
dal am ben t uk kebi j ak an daer ah k abupat en/ k ot a. Pada l evel
pemerintahan Provinsi Jambi sendiri, belum memiliki kebijakan yang
berhubungan dengan Pegawai Syarak tersebut. Namun demikian,
Wakil Gubernur Jambi menilai bahwa meningkatnya perhatian
pem er i nt ah k abupat en/ k ot a t er h adap Pegawai Syar ak saat
inidikatalisasi oleh himbauan Pemerintah Provinsi Jambi pada masa
kepemi mpi nan Zul ki fl i Nur di n yang mencan angkan pr ogr am
Pengajian Antara M aghrib dan I sya (PAM I ), dan himbauan bagi
pemeri ntah daer ah agar member i kan perhati an pada Pegawai
Syarak.14
Kebijakan pemberdayaan oleh pemerintah kabupaten/ kota di
Provinsi Jambi ini secara umum dituangkan dalam Peraturan Kepala
Daerah. Dalam sistem hukum Indonesia, kepala daerah bisa membuat
peraturan yang dibutuhkan di daerahnya, baik berupa Peraturan
Kepal a Daer ah, Keput usan Kepala Daer ah at au hanya ber upa
himbauan.15 Kebijakan yang dibuat oleh Kepala Daerah berfungsi
sebagai aturan pelaksanaan Perda, atau dapat juga berupa kebijakan
baru yang belum ada Perdanya jika dibutuhkan masyarakat, dengan
tetap berpegang pada ketentuan tidak bertentangan dengan azas-azas
dan peraturan yang berlaku. Namun, posisi peraturan/ keputusan
yang dikeluarkan oleh kepala daerah secara hirarki berada di bawah
Per atur an Daer ah dan lebih umum disebut dengan Per at uran
Kebijaksanaan. Oleh karena itu, kekuatan mengikatnya lebih lemah
di banding Peraturan Daerah. Dengan posisi sebagai Peratur an
Kebijaksanaan, kekuatan peraturan kepala daerah tergantung pada
penerimaan masyarakat terhadap substansi aturan tersebut.16
M ak sud pem ber dayaan i nst i t usi Pegawai Syar ak dal am
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
450 IRMAWATI SAGALA
meningkatkan kualitas moralitas masyarakat baik secara eksplisit
maupun implisit disebutkan dalam kebijakan-kebijakan terkait.
Dal am konsi deran “meni mbang” pada sur at keput usan Bupat i
Sarolangun terkait Pegawai Syarak disebutkan bahwa keputusan
tersebut dibuat dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan ibadah
sert a mendorong pel aksanaan kegi at an pada set iap masj i d di
Kabuapten Sarolangun. Hal senada juga dimuat dalam konsideran
“ meni mban g” pada sur at keput usan Bupat i M er an gi n bahwa
keputusan tersebut dibuat dalam rangka usaha meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat di bidang keagamaan. Demikian juga
halnya dengan konsideran “menimbang” keputusan Bupati Muaro
Jam bi di sebut k an bahwa k eput usan di buat dal am r an gk a
meni ngkat kan dan member i kan bi mbingan dal am kehi dupan
beragama di 11 (sebelas) Kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi.
Dari beberapa contoh t ersebut dapat di pahami bahwa maksud
pemerintah memberikan perhatian terhadap Pegawai Syarak tidaklah
semata untuk penyelenggaraan ibadah ritual shalat semata, melainkan
l ebi h j auh m en j al ank an f un gsi pem bi n aan k eagam aan bagi
masyarakat.
Sampai tahun 2011, dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provisi
Jambi , ada 7 kabupat en/ k ot a sudah mel ak sanakan pr ogr am
pemberdayaan Pegawai Syarak, meskipun kebijakan terkait yang
berhasiil diinvetarisir peneliti pada tahun 2011 hanya 5 kebijakan.
Lahirnya kebijakan sejenis tidak sama di seluruh kabupaten/ kota.
Sebagian daerah sudah mener apkan sej ak tahun 20 0 9 sepert i
Kabupaten Batanghari, sementara sebagian lainnya baru mulai pada
tahun 2010 dan bahkan tahun 2011 seperti Kabupaten M erangin dan
Tebo. Namun demikian, sampai penghujung tahun 2011, kebijakan
terkait Pegawai Syarak ini belum diinventaris dan dievaluasi oleh
Pemer i ntah Provi nsi Jambi . Daer ah yang memi li ki kebi j akan
pemberdayaan Pegawai Syarak dapat dilihat dalam tabel 1.
Upaya menghidupkan kembali institusi tradisional Pegawai
Syarak tersebut tidak hanya diwujudkan dalam bentuk penunjukan
Pegawai Syarak, tapi juga pengalokasian anggaran insentif. Meskipun,
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 451
Tabel 1: Kebijakan Pemberdayaan Pegawai Syarak di Provinsi
Jambi
No
Kabupaten/ Kota
K ebij akan Pegawai Syar ak/ D a’i
1.
Merangin
Keputusan
Bupat i
Merangin
No.
323/ KESRA/ 2011
Tent ang Penunjuk an Petugas Pegawai Syarak dan Guru
M engaji se-Kabupaten Merangin Tahun 2011.
2.
Sarolangun
Keputusan Bupati Kabupat en Sarolangun No. 133 Tahun
2011
Tent ang
Pegawai
Syarak
Penet apan
(I mam,
Penunjukan
Khat ib dan
Nama-Nama
Bil al)
dal am
Kabupat en Sar olangun Tahun Anggaran 2011.
3.
Muaro Jambi
Keputusan
Bupat i
No.
213
Tahun
2011 Tent ang
Penunjuk an Petugas Syarak dan Guru Ngaj i dal am
Kabupat en Muaro Jambi Tahun Anggaran 2011
4.
Tanjung
Timur
Jabung Perat uran Bupati Tanj ung Jabung Timur No. 3 Tahun
2011 Tent ang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang
dit indaklanj uti dengan Keputusan Bupati Tanjung Jabung
Timur No. 28 Tahun 2011 Tent ang Penetapan dan
Pet unj uk Pel aksanaan Alokasi Dana Desa. Salah sat u
poinnya mengat ur masalah honor Pegawai Syarak .
5.
Tanjung
Barat
Jabung Keputusan Bupati Tanjung Jabung Barat No. 548 Tahun
2011 Tentang Pemberian Bantuan/ Insent if K epada Para
I mam Masj id, Guru Ngaji dan Petugas Mudim (Kaum
M asji d)
di
Kabuaten Tanjung Jabung Barat Tahun
Anggaran 2011.
besaran insentif yang diberikan berbeda antara masing-masing daerah
dengan ki saran Rp. 50 .0 0 0 ,- sampai dengan Rp. 150 .0 00 ,-. 17
Pemberian insentif ini dilakukan pemerintah daerah dengan harapan
dapat meningkatkan semangat Pegawai Syarak dalam memakmurkan
masjid. Jumlah insentif masing-masing Pegawai Syarak pada masingmasing daerah di Provinsi Jambi dapat dilihat dalam tabel 2.
Umumnya, bantuan insentif dianggarkan dari Alokasi Dana Desa
seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Merangin atau dari
alokasi hibah bantuan sosial. Daerah yang belum memiliki kebijakan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
452 IRMAWATI SAGALA
Tabel 2 : Besaran I nsentif Pegawai Syarak Per Bulan
NO
D AER A H
1. Muaro Jam bi
2. Bat anghar i
PEGA W AI SYA R AK
I N SE N T I F
I mam
150 .000,-
Khatib
120 .000 ,-
Bi lal
110.000 ,-
I mam
150 .000,-
Khatib
150 .000,-
Bi lal
150 .000,-
M udim (penjaga m asj id)
150 .000,-
3. Tanjung Jabung Timur
Pengurus Masjid (sesuai SK)
4. Tanjung Jabung Barat
I mam
100 .000,-
M udim M asj i d
100 .000,-
I mam
100 .000,-
Khatib
100 .000,-
Bi lal
100 .000,-
5. Sarol angun
6. Merangin
7. Bungo
20 .000 ,-
I mam
72.000 ,-
Khatib
72.000 ,-
Bi lal
72.000 ,-
I mam
75.000 ,-
Khatib
75.000 ,-
Bi lal
75.000 ,-
pemberdayaan Pegawai Syarak adalah Kabupaten Kerinci, Kota
Sungai Penuh, Kabupaten Tebo dan Kota Jambi. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh keterbatasan anggaran daerah seperti yang dijelaskan
oleh Kepala Desa Koto Salak, Kecamatan Danau Kerinci.
Penunjukan Pegawai Syarak dilakukan melalui mekanisme
usulan pemerintah desa sesuai dengan quota yang disampaikan pada
pemerintah kecamatan. Data dari kecamatan kemudian direkap oleh
petugas di kabuapten untuk kemudian dikeluarkan SK Bupati. Setelah
SK dikeluarkan, kemudian disosialisasikan kembali sampai tingkat
desa. Sedikit berbeda dengan daerah lainnya, di Kabupaten Tanjung
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 453
Jabung Timur penetapan nama Pegawai Syarak langsung dilakukan
melalui SK kepala desa, karena alasan sumber alokasi anggaran dari
Alokasi Dana Desa (ADD). Jumlah quota per desa berbeda setiap
daerahnya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur misalnya, ditetapkan
quota untuk imam sebanyak 5 orang dan penjaga masjid 5 orang untuk
setiap desa.
Penyaluran insentif Pegawai Syarak dilakukan oleh petugas dari
Bagian Kesra pemerintah kabupaten/ kota dengan bantuan pegawai
kantor Camat, kecuali di Kabupaten dan Tanjung Jabung Timur
dimana alokasi anggaran berasal dari ADD. Waktu penyaluran
dilakukan secara bertahap setiap triwulan kecuali Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang dilakukan setiap 1 kali setahun. Lebih rinci
mekanisme penyaluran bantuan insentif untuk petugas keagamaan
dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3: M ekanisme Penyaluran I nsentif Pegawai Syarak
N O.
D AER A H
M EK A N I SM E PEN YA LU R AN I N SE N T I F
1.
M uaro Jam bi
Per t riwulan m elalui Kecam atan
2.
Batanghari
Per t riwulan m elalui Kecam atan
3.
Tanjung Jabung Tim ur
Per t riwulan m elalui Desa
4.
Tanjung Jabung Barat
Per t ahun m elalui Bag. AKRK dan Kecam at an
5.
Sarolangun
Per t riwulan m elalui Kecam atan
6.
M erangin
Per t riwulan m elalui Kecam atan
7.
Bungo
Per t riwulan m elalui Desa
Dari data-data di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah
memiliki semangat yang cukup tinggi untuk memberdayakan Pegawai
Syarak. M eskipun secara formal institusi Pegawai Syarak dalam
konsep bagian dari pemerintahan Dusun sudah lama hilang, namun
istilah Pegawai Syarak masih sangat familiar di tengah masyarakat.
H al i ni menj adi fakt or penentu kebij akan pemer i nt ah t er kai t
pemberdayaan Pegawai Syarak mudah diterima masyarakat.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
454 IRMAWATI SAGALA
Per an Pegaw ai Syar ak dalam Pem bin aan K eagam aan
M asyar akat
Jika dihitung besarnya anggaran yang dihabiskan untuk insentif
Pegawai Syarak se-Provinsi Jambi, jumlahnya ti daklah sedikit.
Sebagai contoh dapat dilihat anggaran di beberapa daerah seperti
K abupat en Tan j aung Jabung Bar at yan g m en gh abi sk an Rp.
1.260.000.000,- untuk 1050 orang, Kabupaten Sarolangun sebesar
Rp. 1.350.000.000,- untuk 1125 orang dan Kabupaten M erangin
sebesar Rp. 973.728.000,- untuk 1127 orang Pegawai Syarak. Jika
dirata-ratakan setiap daerah menghabiskan Rp. 1 Milyar, maka total
anggaran se-Provinsi Jambi mencapai angka Rp. 7 Miliyar. Jumlah
ini akan semaki n besar jika diakumulasi dengan biaya petugas
penyaluran insentif. Dengan jumlah anggaran yang cukup besar
tersebut, pencapaian tujuan program pemberdayaan Pegawai Syarak
mel al ui bantuan insent if sangat l ayak unt uk di eval uasi secar a
komprehensif.
Secara teoritis, setiap kebijakan publik harus dievaluasi secara
berkala guna memperoleh penilaian objektif terhadap kelayakan
kebijakan tersebut. Samodra Wibawa dkk dalam Riant Nugroho
menjelaskan evaluasi kebijakan diperlukan untuk eksplanasi, menilai
kepatuhan, audi t dan akunt ing. M el alui eval uasi ini di anal isis
bagaimana sebuah kebijakan dilaksanakan, kinerja aparat pelaksana,
ketepatan sasaran program kebijakan serta dampak yang dihasilkan.18
Evaluasi kompr ehensif terhadap dampak yang di hasil kan
k ebi j ak an dal am pen i n gk at an kual i t as k eh i dupan ber agam a
masyarakat umumnya belum dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sebagai contoh, Ketua DPRD maupun Bupati Tanjung Jabung Timur
mengakui bahwa mereka belum melakukan evaluasi terhadap bantuan
insentif Pegawai Syarak dan bantuan keagamaan lainnya. Menurut
Zumi Zol a, hal ini disebabkan kebi jakan yang ada dibuat ol eh
pemerintah periode sebelumnya, sehingga pemerintahan baru yang
dipimpinnya belum melakukan evaluasi. Sedikit berbeda dengan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, anggota DPRD Komisi I I I Tanjung
Jabung Bar at men gaku pemer i nt ah daer ah nya sudah per nah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 455
mengevaluasi kebijakan bantuan, namun juga belum sampai pada
tahap mengukur dampak yang dihasilkan.
Proses penyaluran insentif Pegawai Syarak umumnya berjalan
l an car dan cen der un g m en j adi sebuah r ut i n i t as bi asa.
Permasalahannya hanya pada kevalidan data.19 Masih terjadi berbagai
k esal ah an pen ul i san dat a dan j uga ban yak dat a bel um
dimutakhirkan.20 Namun, jika dihubungkan dengan upaya penguatan
kembali karakter Melayu-I slam masyarakat Jambi, belum nampak
adanya hasil signifikan yang dicapai. Sejauh ini, fungsi Pegawai Syarak
yang didefenisikan sebagai I mam, Khatib dan Bilal, masih berjalan
sebagaimana sebelumnya. Kegiatan-kegiatan masjid juga masih
berjalan sebagaimana biasa, sesuai dengan program pengurus masjid
dan -jika ada- bersama Remaja Masjid.
Sebelum lahirnya kebijakan-kebijakan terkait Pegawai Syarak,
kegiatan masjid secara umum dikelola oleh pengurus masjid yang
diantaranya terdapat I mam, Khatib dan Bilal. Fungsi pengurus masjid
antara lain meliputi pelaksanaan shalat berjamaah, kegiatan bulan
Ramadhan dan hari raya, pengelolaan zakat, perayaan hari besar
I slam, pendidikan al-Qur’an anak-anak, pembinaan remaja masjid,
pengajian kaum ibu/ bapak, dan serikat tolong-menolong kematian.
Beberapa masjid yang dikelola secara professional bahkan mulai
melakukan aktifitas pemberdayaan ekonomi syariah. Pelaksanaan
seluruh kegiatan dikelola secara swadaya oleh pengurus bersama
masyarakat, dan belakangan mulai intensif ada pembinaan dari
Kementerian Agama Republik I ndonesia. Kondisi yang sama masih
terjadi setelah adanya kebijakan-kebijakan tersebut. Dengan kata lain,
perubahan yang dihasilkan kebijakan pemerintah daerah hanyalah
penambahan insentif untuk I mam, Khatib dan Bi lal, dari yang
sebelumnya hanya berasal kas masjid tempat bertugas berubah
menjadi ada tambahan rutin dari keuangan daerah.
Menurut pendapat sebagian kalangan, salah satu aspek yang
mempengaruhi minimnya dampak kebijakan ini adalah masih kurang
signifikannya jumlah bantuan bagi peningkatan kinerja Pegawai
Sarak. Sekda Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga mengakui bahwa
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
456 IRMAWATI SAGALA
jumlah bantuan memang masih belum memadai. Namun mengingat
keterbatasan anggaran, maka untuk sekarang inilah kemampuan
pemerintah daerah. Salah seorang I mam Masjid di Lembah Kuamang,
Suwadi, juga menyatakan bantuan dari pemerintah untuk kegiatan
keagamaan masih sangat kurang, bahkan terkadang ada kebijakan
tapi tidak terimplementasi dengan baik. Selama ini, pembiayaan
kegiatan keagamaan dilakukan secara mandiri swadaya masyarakat
dengan ulamanya.
Tapi jika dianalisis lebih mendalam, permasalahan sebenarnya
tidak hanya mengenai besaran insentif, tapi lebih jauh menyangkut
peruntukan bantuan. Tentu saja, jumlah bantuan i nsentif yang
diangarkan pemerintah daerah untuk insentif Pegawai Syarak harus
di sesuai k an dengan k em apuan k euan gan daer ah. Di si ni l ah
dibutuhkan perencanaan dan skala prioritas yang lebih matang dari
pemerintah daerah dalam menentukan pola bantuan yang lebih
mampu member dayakan dan mendi di k masyar akat . Pr ogr am
pemberian insentif selama ini terkesan merupakan insentif hanya
untuk melakukan tugas sebagai I mam, Khatib dan Bilal dalam shalat,
dan lebih khusus lagi dalam shalat Jumat. Sehingga, bantuan insentif
hampir tidak memberikan perubahan berarti terhadap kinerja dan
i novasi pr ogr am Pegawai Syar ak dal am membangun kar akt er
masyarakat.
Padahal, jika dilihat dari sejarah sebelumnya Pegawai Syarak
dalam pengertian petugas I mam, Khatib dan Bilaltidak mendapat
honor dari pemerintah daerah. Namun jika dibanding dengan kegiatan
keagamaan lainnya, fungsi Pegawai Syarak tersebut justeru tergolong
paling lancar. Kegiatan masjid yang beberapa tahun belakangan mulai
mel emah adal ah k egi at an pendi di kani l mu agam a -t er m asuk
pendidikan al-Qur’an- untuk anak dan pembinaan remaja masjid, di
samping kegiatan pemberdayaan ekonomi syariah yang memang
masih sangat terbatas. Tingginya beban biaya hidup menjadi salah
satu faktor menurunnya minat dan kemampuan masyarakat untuk
membiayai pendidikan diniyah dan mengaji anak-anak.
Dal am kont ek s i n i , per hat i an t er hadap Gur u N gaj i dan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 457
operasional madrasah memang sangat dibutuhkan masayarakat.
Sayangnya, temuan data penelitian ini menunjukkan alokasi bantuan
insentif untuk Guru Ngaji dan operasional madrasah tergolong relatif
keci l dan t i dak j auh ber beda dengan Pegawai Syar ak. Dal am
perspektif ini, evaluasi terhadap peruntukan bantuan insentif lebih
penting ketimbang evaluasi terhadap besaran bantuan.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja Pegawai Syarak adalah
mi ni mnya pembinaan dan/ atau pel at ihan yang diberi kan ol eh
pemerintah terhadap petugas, termasuk dalam penyamaan perspektif
terhadap tugas Pegawai Syarak yang diharapkan pemerintah daerah.
Menurut Ali, perhatian pemerintah daerah terhadap Pegawai Syarak
sudah ada, namun sekedarnya saja. Ke depan diharapkan pemerintah
lebih meningkatkan perhatian terutama dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia Pegawai Syarak sehingga kinerjanya lebih baik.
Lebih lanj ut Ali mengatakan selama ini Pegawai Syarak sudah
berusaha melakukan kegiatan-kegiatan keislaman secara intensif
seperti peringatan tahun baru Islam, maulid Nabi, isra’ mi’raj nuzululQur’an dan sebagainya.21
Pernyataan yang hampir sama juga diberikan Hamdi, bahwa
selama ini pembinaan bagi Pegawai Syarak belum ada. Padahal,
pembinaan ini tentu dibutuhkan guna peningkatan kualitas Pegawai
Syarak dalam menjalankan amanahnya.22 Belum adanya pembinaan
bagi Petugas Syarak ini memang diakui oleh PJs. Kepala Desa Tanjung.
H addad mengatakan dari pemerintah desa sendiri tidak pernah
melakukan kegiatan khusus pembinaan Pegawai Syarak, demikian
juga dengan pembinaan dari pemerintah daerah. Namun menurutnya,
urusan Pegawai Syarak berjalan dengan baik.23 Perlunya pembinaan
dar i pemer i nt ah daer ah juga di sampai kan ol eh Al -Fi kr i yang
mengatakan, selain bantuan insentif, program yang juga sangat
di but uhkan unt uk meni ngkat kan kual it as pengamal an agama
masyarakat adalah pelatihan untuk pengurus masjid dan juga remaja
masjid. Adanya pelatihan ini diharapkan menjadi stimulan bagi
peningkatan kegiatan pemakmuran masjid.24
Permasalahan pembinaan dalam hal kemampuan pelaksanaan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
458 IRMAWATI SAGALA
tugas sebagai I mam, Khatib dan Bilal shalat tentulah tidak terlalu
mendesak. Menurut penulis, tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran
terhadap kurang optimalnya pelaksanaan fungsi Pegawai Syarak. Jika
kembali merujuk pada sejarah, Pegawai Syarak dahulunya adalah
mitra pemerintah, bahkan lebih dari itu Pegawai Syarak adalah tempat
pemerintah bertanya urusan fatwa agama. Dengan fungsi demikian,
maka sudah bisa disimpulkan bahwa Pegawai Syarak adalah orangorang yang memiliki kualifikasi ilmu baik tanpa adanya program
pendidikan dari pemerintah.
Sehubungan dengan program-program bantuan insentif dari
pemerintah, Ketua DPRD Tanjung Jabung Barat menilai perbaikan
kualitas keberagamaan masyarakat yang sangat penting saat ini adalah
membangun ment al i t as umat I sl am yan g l ebi h mandi r i dan
ber mar t abat . H al yang saat i ni menj adi per masal ahan adalah
kurangnya pemahaman dan kesadaran beragama masyarakat. Untuk
itu, sangat diharapkan sekali peran ulama, khususnya juga I AI N,
untuk memberikan pencerahan pada ummat. Di samping itu, perlu
juga ada upaya formal dari pemerintah, misalnya penertiban pemintaminta di jalan seperti minta sumbangan pembangunan masjid dan
sumbangan kematian. Dengan kata lain, Ketua DPRD Tanjung Jabung
Barat menilai yang lebih mendesak diberikan pada masyarakat adalah
program-program pembinaan yang lebih komprehensif ketimbang
bantuan untuk ibadah ritual semata.
Pel u an g R evi t al i sasi Per an Pegaw ai Syar ak d al am
Penguatan K em bali K ar akter M elayu-I slam M asyar akat
Jam bi M asa M endatang
Masih minimnya kontribusi kebijakan pemberdayaan Pegawai Syarak
dalam mengatasi masalah keummatan tidak serta merta bermakna
kebijakan tersebut tidak layak dilanjutkan. Salah satu aspek penting
untuk menilai kelayakan kelanjutan suatu kebijakan adalah menilai
sej uah mana kebi jakan ter sebut memberi kan dampak posi sti f
terhadap masyarakat sebagaimana direncanakan. Namun, adakalanya
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 459
daya guna kebi j akan bel um opt i mal mencapai n i l ai gun anya
di sebabkan oleh faktor-faktor penghambat . M aka, ji ka sebuah
kebijakan masih diyakini memiliki nilai guna, hal yang perlu dilakukan
adalah memperluas peluang agar daya gunanya meningkat melalui
sejumlah strategi.
Kebijakan terkait Pegawai Syarak jika dilihat dari akar sejarah,
pada haki katnya memi liki ni lai guna yang sangat penting bagi
peningkatan kualitas pengamalan agama masyarakat Jambi. Nilai guna
ini dapat dilihat dalam tugas dari Pegawai Syarakyang dijelaskan
dalam kebijakan pemerintah daerah. Berikut ini diuraikan tugas
Pegawai Syarak dalam beberapa kebijakan terkait:
1 Keputusan Bupati M erangin No. 323/ KESRA/ 2011 Tentang
Penunjukan Pet ugas Pegawai Syar ak dan Guru M engaj i seKabupaten M erangin Tahun 2011: Pegawai Syarak memiliki
tugas:
a. Melaksanakan pengurusan jenazah
b. Melaksanakan kegiatan rutin masjid
c. Melaksanakan pengajian pada masyarakat
d. Memelihara kebersihan masjid
e. Melaksanaan tugas keagamaan lainnya
2. Kepurusan Bupati No. 213 Tahun 2011 Tentang Penunjukan
Petugas Syarak dan Guru Ngaji dalam Kabupaten Muaro Jambi
Tah un An ggar an 20 11: Pegawai Syar ak ber t ugas un t uk
menyelenggar akan/ menyiapkan kegiatan masji d, dan wajib
melaporkan kegiatan kepada Badan Pemberdayaan M asyarakat
dan Pemerintahan Desa Kabupaten Muaro Jambi.
3. Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 28 Tahun 2011
Tentang Penetapan dan Petunjuk Pelaksanaan Alokasi Dana Desa:
Guru Ngaji bertugas untuk menggalakkan pengaji an antara
Maghrib dan I sya sedangkan pengurus masjid melaksanakan
kegiatan masjid.
4 . Keputusan Bupati Tanjung Jabung Barat No. 548 Tahun 2011
Tentang Pemberian Bantuan/ I nsentif Kepada Para I mam Masjid,
Guru Ngaji dan Petugas M udim (Kaum M asjid) di Kabuaten
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
460 IRMAWATI SAGALA
Tanjung Jabung Barat Tahun Anggaran 2011 dan Keputusan
Bupati Tanjung Jabung Barat No. 211 Tahun 20 11 Tentang
Pengangkatan Da’i Pembina Desa/ Kelurahan dalam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Tahun 2011: I mam bertugas mengelola
shalat lima waktu dan shalat Jumat; Guru Ngaji mengajar mengaji
anak-anak dan kaum muslimin; mudim masjid bertugas menajga
dan membersihkan masjid serta memberi tahu masuknya waktu
shal at ; sedangkan Da’i bert ugas melakukan dakwah unt uk
meningkatkan iman dan taqwa, membimbing umat untuk menjaga
persat uan dan kesatuan sert a menumbuhkan pribadi yang
lingkungan sehat.
Dari uraian tugas yang ada, dapat dilihat bahwa tugas yang
diharapkan pemerintah daerah terhadap Pegawai Syarak jauh lebih
luas dari sekedar pelaksanaan shalat berjamaah. Walaupun, fungsi
sebagai mitra pemerintah Desa yang pernah diemban oleh institusi
tersebut sama sekali belum Nampak. Padahal, penulis menilai fungsi
ini memiliki nilai strategis yang sangat tinggi. Sistem kehidupan adat,
yang banyak dilaksanakan di berbagai daerah di I ndonesia pada masa
lalu, merupakan sebuah sistem kehidupan yang terintegrasi seluruh
aspeknya. Berj al annya nilai-nil ai adat dalam kehidupan sosi al
masyarakat selalu berhubungan (terkait) dengan struktur pemerintahan dan hukum yang juga dibangun berdasarkan nilai-nilai adat.
Jika salah satu pranata adat rusak, maka akan berdampak terhadap
keseluruhan pelaksanaan adat. Di sinilah pentingnya pemerintah
daer ah di Pr ovinsi Jambi secar a kol ekt i f perl u mengeval uasi
kemungkinan memberdayakan fungsi Pegawai Syarak yang lebih
menyentuh substansi dan akar sejarah.
Ji ka fungsi Pegawai Syar ak saat i ni i ngi n di k embal i k an
sebagaimana masa lalu, memang akan butuh waktu dan proses yang
tidak sederhana. Oleh karena itu, perlu strategi dan langkah-langkah
terencana untuk mensosialisasikan dan menginternalisasikan kembali
peran dan fungsi Pegawai Syarak dalam tata kehidupan masyarakat
dan pemeri nt ahan di Pr ovi nsi Jambi . L ebi h j auh, j i ka upaya
mensosialisasikan dan menginternalisasikan kembali peran dan fungsi
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 461
Pegawai Syarak tersebut dipandang lebih rumit, sebagai pertimbangan kebijakan pemerintah daerah dapat mencari alternati lain
yang mendekati kepentingan tersebut.
Sal ah sat u al t er nat i f yang l ayak di pert i mbangkana dal ah
reaktualisasi fungsi Pegawai Syarak pada masa lalu melalui lembagal embaga keummat an yang ada saat i ni . Saat i ni , fungsi -fungsi
Pegawwai Syarak dalam skala terbatas sebagian tetap berjalan di
institusi keummatanlain seperti Majelis Ulama I ndonesia. Walaupun
fungsi-fungsi tersebut tidak sepenuhnya sama dan setara, namun
dengan sedikit pengokohan posisi dalam mekanisme kebijakan publik,
keberadaan M UI dapat dinilai hampir menyamai peran Pegawai
Syarak pada masa lalu.
M el al ui model i ni , M UI di posi si k an pada per an ur usan
pembinaan keislaman secara makro dan mitra pemerintah daerah
dalam mengawal kebijakan publik yang responsif terhadap penguatan
kembali karakter M elayu-I slam masyarakat Jambi. Sedangkan
kegiatan mikro pemakmuran masjid tetap dilaksanakan oleh pengurus
masjid yang di dalamnya tercakup pengertian Pegawai Syarak saat
ini. Tentu saja, model ini memiliki kelemahan tidak lagi memiliki ruh
sejarah dengan kekuatan emosial mengikat yang kuat sebagaimana
diuraikan di atas.
Tanpa bermaksud mengecilkan peran Pegawai Syarak saat ini,
penul i s meni l ai ada aspek-aspek yang l ebi h mendasar unt uk
diberdayakan oleh pemrintah daerah. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan, kegiatan rutin masjid dalam artian ibadah ritual inti
(mahdhah), dapat berjalan dengan baik melalui swadaya masyarakat.
Di Kerinci/ Sungai Penuh sendiri, meskipun tidak ada batuan khusus
pemerintah daerah untuk Pegawai Syarak, kegiatan masjid tetap
berjalan sebagaimana biasanya. Seperti disampaikan Kepala Desa Koto
Salak, pr ogram keagamaan yang berj al an saat i ni berasal dari
kesadaran masyarakat sendiri seperti shalat berjamaah, mengajar
mengaji anak-anak oleh para pemuda desa, dan pengajian kaum
bapak/ ibu. Pernyataan senada juga disampaikan I mam Masjid AlHuda Desa Lembah Kuamang yang mengatakansebelum ada bantuan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
462 IRMAWATI SAGALA
pun, kegiatan masjid dan madrasah sudah berjalan dengan baik melalui
swadaya masyarakat dan keikhlasan petugas.” 25
Sebagaimana telah diuraikan di atas, kendala paling umum yang
dihadapi oleh pengurus masjid adalah agenda pendidikan anak dan
r emaj a sert a pemberdayaan ekonomi syar iah berbasi s masj id.
Artinya, jika anggaran belum memungkinkan untuk membantu
keseluruhan kegiatan pembinaan keislaman berbasis masjid, maka
ketersediaan dana yang terbatas tersebut layak dipertimbangkan
peruntukannya.
Penutup
Kebijakan pemerintah daerah di Provinsi Jambi untuk memberdayakan i nst i t usi t r adi si onal Pegawai Syar ak dal am membant u
mengatasi permasalahan sosial dan menguatkan kembali karakter
Melayu-I slam masyarakat Jambi pada dasarnya penting dan memiliki
peluang yang baik. Namun, masih perlu dilakukan redefenisi terkait
dengan pember dayaan Pegawai Syar ak t ersebut , apakah akan
mengembaikan fungsi secara utuh sebagaimana sejarahnya, atau
hanya sebatas mendukung pelaksanaan ibadah mahdhah. Tujuan
yang terkahir, menurut penulis, adalah pemberdayaan setengah hati
terhadap institusi tradisional Pegawai Syarak. Akhirnya, hasil yang
dicapai pun akan kurang optimal.
Redefini pember dayaan ini nant inya akan mempengar uhi
kebijakan anggaran pemerintah daerah. Dari uraian di atas terlihat
bahwa efektifitas dan efisiensi bantuan insentif pemerintah daerah
terhadap Pegawai Syarak perlu dikaji ulang prioritas peruntukannya.
Tanpa ber maksud mengeci l kan per an Pegawai Syar ak dal am
pengertian saat ini, penulis menilai pembiayaan ibadah mahdhah shalat berjamaah- masih sangat mampu ditanggulangi secara swadaya
oleh masyarakat. Apalagi, kesadaran terhadap tanggung jawab ibadah
mahdhahbisa dikatakan cukup baik dibandingkan dengan kesadaran
masyarakat akan pendidikan ilmu dan moral generasi muda.
Sebagai sebuah penutup, penulis menilai bahwa Pemerintah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 463
daerah di Provinsi Jambi -baik kabupaten/ kota maupun pemerintah
provinsi- perlu memberdayakan kembali fungsi Pegawai Syarak
seperti masa lalu yaitu sebagai pemimpin dalam urusan keagamaan
masyarakat sekaligus sebagai mitra strategis pemerintah (tigo tali
sapili n). Pember dayaan fungsi Pegawai Syarak ini tidak mesti
dimaknai harus dilakukan oleh institusi Pegawai Syarak yang saat ini
tergabung dalam kepengurusan masjid. Alternatif lainnya adalah
menghidupkan fungsi Pegawai Syarak melalui institusi lain seperti
Majelis UlamaI ndonesia (MUI ) atau lembaga lain yang memungkinkan.
Catatan :
1. Li hat UU RI N o. 32 t ahun 20 04 t ent ang Pemr i nt ahan Daer ah.
D al am Pasal 1 di j el askan bah w a D aer ah Ot on om ber w enan g
m en gat u r pem er i n t ah an nya den gan pr akar sa sen di r i sesuai
dengan aspi rasi masyarakat. Selanj utnya dalam Pasal 21 di jelaskan
hak-hak pemer i ntah daerah dal am rangka menj al ankan ot onomi
daer ah yai t u m en gel ol a pem er i n t ah an dan su mber daya di
daer ah nya.
2 . El sbet h L ocher - Schol t en , K esul t anan Sumat r a dan Kol oni al ;
H ubungan Jambi -Batavi a (1830-1907) dan Bangki tnya I nper i ali sme Belanda (Jakarta: Banana KI TLV, 2008), hlm. 43.
3 . h t t p: / / i d.wi ki pedi a.or g/ w i ki / Chen g_ H o, di akses t an ggal 27
N ovember 20 12.
4 . Adi Suharadi , “Sej arah Jambi ”, www.google.com, di akses t anggal
26 Agust us 20 10 .
5 . Sayuti Una dan I rmawati Sagala, “Ani mo Pemeri ntah Kota Jambi
Ter hadap Per da Ber nuansa I sl am; Anal i si s Fenomena Per kembangan For mali sasi H ukum I sl am Pada Er a Ot onomi Daer ah di
Kot a Jambi ” , (Laporan Penel i t i an pada Pusl i t I AI N STS Jambi ,
20 10 ) .
6 . www.j ambi news.com, di akses tanggal 10 Okt ober 20 11.
7 . www.j ambi -i ndependent .co.i d, di akses tanggal 10 Apr i l 2013
8 . Kuali t as kehi dupan masyar akat harus di maknai secar a komprehensi f; ti dak hanya menyangkut aspek keterpenuhan materi , tapi
j uga kual i tas kesehat an, pendi di kan, dan mor al i t as. Per soal anper soal an degr adasi m or al t er sebu t , cepat at au l am bat pada
akhi rnya akan mer usak kuali t as hi dup masyarakat.
9 . Dampak yang sama j uga di al ami ol eh daer ah l ai n yang emi l i ki
model pemeri ntahan adat seperti M i nangkabau. Dampak di keluarkannya UU RI No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa telah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
464 IRMAWATI SAGALA
ban yak di t u l i s dan di t el i t i , an t ar a l ai n l i h at dal am M u syai r
Zai nuddi n, 20 03. “Efekti fi tas Adat M i nangkabau Di Kenagar i an
Kot or ant ang, Kabupat en Agam ” , Lapor an Pen el i t i an , Padan g:
Bali t bang Sumbar . hal. 14-15.
10 . I sti lah “Dusun” dipakai untuk menyebutkan satuan pemeri ntahan
t er keci l di Pr ovi nsi Jam bi pada m asa l al u yan g di l aksanakan
dengan syst em adat.Pemakai an i sti lah i ni memang ti dak di kenal
di seluruh daerah di Jambi, namun untuk kemudahan pembahasan
m akal ah i n i , i st i l ah “ Du su n” di gu n akan m ew aki l i bent u k
pemeri nt ahan adat di Jambi .
11. Laporan penel i ti an kelompok Pusat Penel i ti an I AI N STS Jambi
yang di i kut i penul i s yai t u penel i t i an Sayut i Una dan I r mawat i
Sagala tahun 2010 dengan j udul “Ani mo Pemeri ntah Kota Jambi
Ter h adap Per da Ber n u ansa I sl am; Anal i si s Fen omen a
Per kemban gan For mal i sasi H u ku m I sl am Pada Er a Ot on om i
Daerah di Kota Jambi”, dan penelitian H asbi Umar dkk tahun 2011
dengan judul “Kebij akan Pelayanan Keagamaan Pada Era Otonomi
Daerah (Studi Regulasi Pegawai Syarak di Provi nsi Jambi )”.
12 . Wawancara tanggal 19 Januar i 2012.
13 . Wawancara tanggal 19 Januar i 2012.
14 . W aw an car a Fach r or i U mar , SH , M H , W aki l Gu ber n u r Jambi
per i ode 20 10 .
15. Dalam UU RI No. 32 Tahun 2004 Pasal 146-147 disebutkan bahwa
kepal a daer ah menet apkan per at u r an kepal a daer ah dan at au
keput usan kepal a daer ah unt uk m el aksanakan Per da dan at as
kuasa peraturan perundang-undangan, selagi t i dak bertentangan
dengan perat uran perundang-undangan yang l ebi h ti nggi .
16 . L i h at an t ar a l ai n Abdu l L at i f , H ukum dan Per at ur an
K ebi j aksanaan ( Bel ei dsr egel ) Pada Pem er i n t aha Daer ah,
(Yogyakar ta: UI I Pr ess, 20 0 5).
17 . D at a di ol ah dar i pen el i t i an H asbi U m ar , dkk., “ K ebi j akan
Pelayanan Keagamaan Pada Era Otonomi Daerah (Studi Regulasi
Pegawai Syar ak di Pr ovi nsi Jambi )” , (.Laporan Peneli ti an Pusli t
I AI N STS Jambi , 2011)
18 . Ri ant Nugroho, Kebi j akan Publ i k; For mulasi , I mplementasi dan
Evaluasi , (Jakarta: Elex M edia Komputi ndo, 2003), hlm. 180-204.
19 . Wawancara dengan Gasni SH , Kabag H ukum & H umas Sekwan
Kabupat en Sarol angun.
20 . Wawancar a dengan Khai r ul l ah M .Pd, Khat i b di Desa Tanj ung,
Kabupat en Sarol angun.
21. Wawancara dengan Saharuddin Ali , Bilal M asj id Darunnaj ah Desa
Peni nj auan Kabupaten Batanghari .
22. Wawancara dengan H amdi , Bi lal di Desa Tanj ung.
23. W aw an car a dengan A. H addad, PJs. K epal a D esa Tan j u ng,
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 465
Kabupat en Sar ol angun
24 . Wawancara dengan Deni Al-Fi kri, I mam Masj id Nurul I man, Rt 13
Kelurahan Solok Si pi n Kota Jambi .
25. Waw ancar a dengan I bnu Su wadi , I mam M asj i d Al -H uda D esa
Lembah Kuamang.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
466 IRMAWATI SAGALA
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, “Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah; Sebagai
Vi si Pemban gunan Suk u Ban gsa M i n angk abau” , dal am
Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah,
(Padang: PPI M Sumatera Barat, 2003).
Asshiddiqie, Jimly, Per ihal Undang-Undang di I ndonesia, (Jakarta:
Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI ,
2006).
Bryant, Coralie dan Louise G. White, Manajemen Pembangunan
untuk Negar a Ber kembang, (Jakarta: LP3ES, 1987).
D., Riant Nugroho, Kebijakan Publik; For mulasi, I mplementasi dan
Evaluasi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003).
Fauzi, M oh., Formalisasi Syariat I slam di I ndonesia, (Semarang:
Walisongo Press, 2008).
I sr a, Saldi, “Teknik M enganal i sa dan M engevaluasi Per aturan
Perundang-Undangan” dal am Teknik Penyusunan Pr oduk
Hukum Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek
L aw Fi r m bek er j a sam a den gan Pem da Kabupat en
Pasaman2001).
Kamal, Miko, “Mekanisme Konsultasi Publik, Pembuatan Perda dan
Good Governance” dalam Teknik Penyusunan Pr oduk Hukum
Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek Law Firm
bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman, 2001).
K oswar a, E., K ebi j aksanaan Desent r al i sasi Dal am Ran gka
M enunjang Pembangunan Daer ah, dalam Pembangunan
Administrasi I ndonesia,(Jakarta : LP3ES, 1998).
Latif, Abdul, Hukum dan Per atur an Kebijaksanaan (Beleidsr egel)
Pada Pemer intaha Daer ah, (Yogyakarta: UI I Press, 2005).
Locher, Elsbeth dan Scholten, Kesultanan Sumatr a dan Kolonial;
H ubungan Jambi -Bat av i a (1830 -190 7) dan Ban gki t ny a
I nper ialisme Belanda (Jakarta: Banana KI TLV, 2008).
N. Dunn, William,Pengantar Analisis Kebijakan Publik, terj. Samodra
Wibawa, dkk., (Jogjakarta: Gadjah M ada University Press,
2003).
Rosyadi, Rahmat dan Rais Ahmad, For malisasi Syar iat I slam dalam
Per spektif Tata Hukum I ndonesia, (Bogor: Ghalia I ndonesia,
2006).
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 467
Sidik, Machfud, Per imbangan Keuangan Pusat dan Daer ah Dalam
pr oses Otonomi Daer ah, Workshop Manajemen Perencanaan
Penerimaan daerah, (Yogyakarta: Siaga-UGM, 2001).
Suharadi, Adi, “Sejarah Jambi”, www.google.com, diakses tanggal
26 Agustus 2010.
Topatimasang, Roem, dkk., Mer ubah Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001).
Utomo, Warsito,I mplementasi Desentr alisasi dan Otonomi Daer ah
Tingkat I I Masa Or de Bar u (Studi Kasus di Dati I I Cilacap dan
Dati I I Kudus) dalam JKAP Volume 1 Nomor 2 (Juli 1997) MAP
UGM Yogyakarta.
Yuliandri, “Pembentukan Peraturan Daerah dan Produk H ukum
Daerah Lainnya” dalam Teknik Penyusunan Pr oduk H ukum
Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek Law Firm
bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman, 2001)..
UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
Revitalisasi Per an Pegawai Syar ak dalam
Penguatan Kem bali Kar akter M elayuI slam M asyar akat Jam bi: Studi
Pem ber dayaan I nstitusi Tr adisional
dalam M endukung Pencapaian Tujuan
Otonom i D aer ah
I r m aw at i Sagal a
Fakultas Syariah I AI N Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
A bst r ak :
Pem ber dayaan Pegawai Syar ak m er u pakan sal ah sat u
kebi j akan yang di ambi l ol eh sebagi an besar pem er i nt ah
kabu apt en/ kot a di Pr ovi nsi Jam bi u nt uk meni ngkat kan
pen yel en ggar aan dan pem bi naan i badah kei sl am an di
masj id. Pegawai Syarak merupakan i nsti tusi tradisional yang
per nah h i du p dal am si st em sosi al - pem er i n t ah an Jambi
den gan f u ngsi m em i m pi n u r usan i badah dan pem ber i
per ti mbangan aspek syar i ah pada pemer i ntah. Bagai mana
i m pl emen t asi , dampak ser t apel u ang dan t ant an gan dar i
kebi j akan tersebut merupakan fokus di skusi dal am art i kel
i ni , yang mana data-data di dalamnya di dasarkan pada hasi l
penel i t i an t ah un 20 11 l al u . K aj i an m en un j u kkan
i mplementasi kebij akan sudah berj alan lancar namun belum
m em ber i kan dampak si gni f i kan t er h adap pen i n gkat an
kuali t as kehi dupan ber agama masyarakat . Set i daknya ada
empat hal yang per lu di anali si s pemer i ntah daerah untuk
peni ngkatan daya guna kebi j akan masa mendatang, yai tu 1)
r edefeni si per an dan fungsi Pegawai Syar ak, 2) pr i or i t as
al okasi anggaran bantuan, 3) penegasan kebi j akan sampai
pada level provi nsi, dan 4) alternati f i nstitusi lain yang lebih
m em u n gki n kan di ber dayakan u n t uk t uj u an yang sam a
seper ti M aj eli s Ul ama I ndonesi a.
K ata-kata K un ci: Pegawai Syarak, Karakter Melayu-I slam,
I nst i tusi Tradi si onal, Otonomi Daerah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
444 IRMAWATI SAGALA
Pendahuluan
Otonomi daerah, memberikan peluang secara luas kepada daerah
untuk mengembangkan daerahnya dengan menggali secara optimal
sumber daya daerah berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal. 1 Jika
dicermati secara mendalam, dibukanya peluang untuk menghidupkan
kembali nilai-nilai dan karakteristik daerah pada era otonomi daerah,
tidak hanya bermakna pengakuan terhadap hak asal-usul daerah.
Namun lebih jauh, hal ini dapat dimaknai sebagai sebuah upaya
menghidupkan kembali karakteristik khas setiap daerah yang pernah
ada untuk mendukungterciptanya iklim sosial yang kondusif bagi
pencapaian tujuan otonomi daerah.
Nilai-nilai Melayu-I slam, adalah nilai-nilai yang sejak lama
melekat dan menjadi kar akteristik masyarakat Provi nsi Jambi.
Penduduk asli Propinsi Jambi adalah suku Melayu yang kemudian
banyak mendapat pengaruh dari pendatang Arab-Turki. Sebelum
I ndonesi a merdeka, Pr ovinsi Jambi merupakan bekas wil ayah
Kesultanan Melayu I slam Jambi (1500-1901). M eskipun sempat
berada di bawah kekuasaan Sriwijaya dan Majapahit, Jambi sebagai
daerah berdaulat lebih dikenal dalam sejarah Kesultanan M elayu
I slam. Menurut Locher-Scholten, sejarah awal Kesultanan Melayu
I sl am Jambi bi sa di pr edi ksi kur ang l ebi h ber samaan dengan
kebangkitan I slam secara umum di Sumatera. I slamisasi di Sumatra
diyakini bermula pada abad kelima belas.2 Pendapat yang mengatakan
I slam mulai tersebar di Sumatera Pada abad XV didukung dengan
fakta ki sah per j al anan L aksamana Cheng H o dar i Ci na, yang
dikabarkan menyi ar kan agama I sl am di Sumatera, khususnya
Palembang. Laksamana Chengho memulai ekspedisi pertamanya pada
tahun 1405-1407.3 Meskipun, ada pendapat lain yang menyatakan
bahwa I slam mulai tersebar di Sumatera pada abad ke-VI I , dimana
telah ditemukan makan seorang muslim dari abad ketujuh di daerah
Barus, Sumatera Utara.
Sumber lain menjelaskan, penyebaran I slam di daerah Jambi
dimulai dari datangnya seorang ulama dari Turki (menurut referensi
lainnya dari Gujarrat) yang bergelar Datuk Paduko Berhalo. Datuk
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 445
Paduko Berhalo pertama kali mendarat di selat Berhala, dan kemudian
menikah dengan seorang putri dari Minangkabau yang bernama Puteri
Selaras Pinang Masak. Ajaran I slam kemudian berkembang di Jambi,
hingga terbentuk Kesultanan Melayu Muda.4
Kuatnya penerapan ajaran I slamdalam kehidupan masyarakat
terlihat dari falsafah hidup masyarakat Jambi yaitu “Adat Basandi
Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”. Falsafah hidup ini bermakna
bahwa kehidupan masyarakt berdasar pada adat yang berlandaskan
syariat I slam, dimana syariat I slam itu sendiri berlandaskan pada alQur’an. Falsafah hidup ini juga dikenal dalam masyarakat Minangkabau dan daerah berpenduduk M elayu lainnya.
Namun, pengamalan nilai-nilai adat-agama masyarakat Jambi
saat i ni sudah j auh menur un. Pemer hat i budaya M el ayu dar i
Universitas Jambi, I lma M asib, berpendapat bahwa permasalah
moralitas masyarakat Jambi, terutama pemuda cukup kompleks dan
kian jauh dari adat Jambi. Menurutnya, dahulu orang Melayu Jambi
sangat dikenal dengan kesantunannya, termasuk pergaulan antara
laki-laki dan perempuan sangat diatur dengan baik. Permasalahan
moralitas masyarakat ini terutama terjadi di daerah perkotaan, seperti
Kota Jambi. Hal ini diakui oleh Sekretaris LAM Kota Jambi, bahkan
sudah berada pada kondisi sangat memilukan. Realitas ini menurut
I brahim Thaher, dapat dilihat dari 4 tolak ukur, yaitu budi pekerti,
moral, adab, dan mar uah (pergaulan). Dari keempat tolak ukur
tersebut, masyarakat Jambi khusunya generasi muda, sudah jauh dari
adat Melayu yang berlandaskan I slam. Kondisi serupa juga dirasakan
oleh Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPRD Kota Jambi. Meskipun masih
banyak generasi muda Jambi yang berprestasi misalnya di bidang
pendidikan, olahraga, seni, MTQ, dan lain-lain, namun Said Abdullah
melihat bahwa masalah moral dan maksiyat sudah sangat memilukan
dan harus segera ditanggulangi jika tidak ingin generasi muda Jambi
akan hancur. Dengan nada kekhawatiran yang sama, Ketua DPD PKS
Kota Jambi yang juga merupakan anggota DPRD Kota Jambi menilai
kondisi moralitas generasi muda Kota Jambi sudah mencapai kondisi
gawat darurat dan perlu masuk UGD.5
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
446 IRMAWATI SAGALA
Meskipun kondisi di perkotaan lebih parah, pengikisan nilai-nilai
adat dan agama juga terjadi di daerah Kabupaten/ Kota. Asisten I I I
Kabupaten Tanjung Jabung Timur menilai, generasi muda I slam di
Tanjung Jabung Timur saat ini juga sudah terkena demoralisasi. Cara
berpakaian, sopan santun dan pola pergaulan bebas menjadi masalah
yang mengkhawatirkan. Permasalahan prostitusi dan pergaulan bebas
juga cukup meresahkan di daerah Batanghari dan Merangin.
Data-data permasalahan moral dan kemaksiyatan di Provinsi
Jambi berikut ini semakin mengukuhkan saat ini masyarakat Jambi
sudah jauh dari karakter aslinya yaitu Melayu-I slam. Pada tahun 2011
lalu, Jambi menempati urutan ke-15 penderita AI DS tertinggi di
I ndonesia.6 Arsip data KPA yang bersumber dari Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi, menunjukkan bahwa sampai Maret 2012 pengidap
H I V-AI DS (ODHA) yang terlaporkan berjumlah 613 orang, dari
estimasi awal tahun 2009 sejumlah 1200 orang. Dari jumlah tersebut,
bahkan sebanyak 12 orang adalah balita usia 0-5 tahun. Kekerasan
dan pelecehan seksual terhadap anak juga sering terjadi. Bahkan,
tahun 2011 Provi nsi Jambi ber ada pada urut an ke-6 pengguna
Narkoba tertinggi di I ndonesia.7 Kondisi ini harus disikapi dengan
serius oleh pemerintah. Sebab, jika permasalahan degradasi moral
tidak segera diatasi, kewajiban pemerintah untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat sebagaimana diamanatkan dalam
Pasal 22 UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
mustahil bisa diwujudkan.8
Jauhnya masyarakat dari nilai-nilai adat-agama (Melayu-I slam)
diyakini antara lai n di sebabkan semakin lemahnya pembinaan
keagamaan baik di sekolah maupun di luar sekolah serta minimnya
partisipasi masyarakat dalam pembinaan. Sekretaris LAM Kota Jambi
melihat permasal ahan ini setidaknya disebabkan 3 faktor yaitu
kurangnya pendidikan dari orang tua, pendekatan para da’i yang
kurang menyentuh pada generasi muda, serta pendidikan yang kurang
berkualitas. Dalam lembaga pendidikan, permasalahan kualitas tidak
hanya menyangkut kurikulum atau metode pembelajaran, tapi juga
masalah keteladan akhlak dari guru. Menurut I brahim Thaher, guruM edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 447
guru juga banyak bersikap bukan layaknya seorang guru. Seperti kata
pepatah, “guru kencing tegak, murid kencing berlari”.
Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut, mulai dari program pembinaan
keagamaan seper t i hi mbauan Guber nur unt uk mengakt i f kan
Pengajian Antara Maghrib dan I sya (PAMI ) serta penunjukan Da’i
Desa oleh pamerintah daerah di beberapa Kabupaten/ Kota, sampai
pada pembuatan Perda tentang penanggulangan maksiyat seperti
Perda tentang Minuman Keras pada tahun 2003 dan direvisi pada
akhi r t ahun 20 10 di Kot a Jam bi . Pr ogr am -pr ogr am t er sebut
diharapkan mampu ber kontri busi terhadap penguatan kembali
karakteristik Melayu-I slam masyarakat Jambi.
Sal ah sat u k ebi j akan yang men ar i k adal ah upaya unt uk
menghidupkan kembali institusi tradisional Pegawai Syarak oleh
pemerintah daerah di sebagian besar kabupaten/ kota se-Provinsi
Jambi. Pada masa lalu, Pegawai Syarak merupakan kelengkapan pemerintahan Dusun sebelum keluarnya UU RI No. 5 Tahun 1779 tentang
Desa yang secara paksa menyeragamkan seluruh bentuk pemerintahan terendah di I ndonesia menjadi Desa.9 Pegawai Syarak pada
awalnya bertanggung jawab terhadap urusan penerapan agama I slam
dan sekaligus menjadi semacam dewan pertimbangan syariah pada
pemerintah Dusun 10 dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun
saat ini, pengertian dan fungsi Pegawai Syarak tersebut sudah mengalami perubahan. Para Pegawai Syarak ini diangkat melalui SK Bupati
meliputi I mam, Khatib, Bilal, dan mudim (penjaga) masjid. Saat ini,
secar a um um Pegawai Syar ak di pahami masyar akat sebagai
penanggung jawab kegiatan ibadah ritual semata, atau lebih tepatnya
shalat berjamaah.
Defeni si dan r uang l ingkup ker ja Pegawai Syarak saat i ni
mengalami penyempitan dibandingkan dengan masa lalu. Meskipun
demikian, sebagai sebuah institusi tradisional yang lama hidup di
tengah masyarakat, Pegawai Syarak berpeluang memiliki kekuatan
i kat an emosi onal di t engah masyar akat . Pel uang i ni l ah yang
t ampaknya di l ihat ol eh peemer i nt ah daer ah dal am upayanya
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
448 IRMAWATI SAGALA
m en an ggul an gi per m asal ah an -per m asal ah an m or al i t as di
masyarakat. Sejauh mana peluang ini bisa dioptimalkan, menjadi
fokus bahasan dalam artikel ini. Sebagian besar data dalam artikel ini
didasarkan pada penelitian yang dilakukan tahun 2011 dan 2010 lalu
tentang Pegawai Syarak di Provinsi Jambi dan Perda I slami di Kota
Jambi.11
Pr ogr am Pem ber d ayaan Pegaw ai Syar ak di Pr ovin si
Jam bi
I stilah Pegawai Syarak bukanlah istilah baru di Provinsi Jambi.
Menurut Ketua Penasehat LAM Kota Jambi, H. Sulaiman Hasan, sejak
zaman dahulu sebelum Republik I ndonesia ini terbentuk, masyarakat
Melayu Jambi sudah mengenal istilah Pegawai Syarak sebagai salah
satu pilar penyangga tata kehidupan masyarakat.12 Hal senada juga
disampaikan Sekretaris LAM se-Sumatera, H . Azra’i Al-Basyari.
Menurutnya, istilah Pegawai Syarak sudah sejak lama dikenal dalam
masyarakat Melayu Jambi yang terdiri dari I mam, Khatib (Ketib) dan
Bilal. Namun fungsinya tidak hanya sekedar urusan shalat, tapi juga
menjalankan fungsi mengelola segala urusan keagamaan, seperti
ibadah, penyelenggaraan jenazah, ceramah dakwah, bahkan sampai
urusan pernikahan. Lebih lanjut, H. Azra’i Al-Basyari menjelaskan
bahwa Pegawai Syarak juga memiliki peran penting dalam satuan
pemerintahan terendah (setara Desa). Pada masa lalu, pemerintahan
di Jambi dipimpin oleh Rio atau Penghulu yang memegang kekuasaan
pemerintahan sekaligus adat. Hukum yang diterapkan adalah hukum
adat yang sesuai dengan syaraiat I slam. Dalam menetapkan hukum
dan kebijakan, Rio senantiasa berkoordinasi dan meminta semacam
fatwa kepada Pegawai Syarak, sehingga apa yang dilakukan oleh
pemerintah tidak bertentangan dengan syariat I slam. Di samping itu,
pemerintahan juga memperhatikan pertimbangan cerdik pandai. Oleh
karena itu, dalam tata pemerintahan dan kemasyarakat Jambi dahulu
dikenal istilah Tigo Tali Sapilin.” 13
Dilihat dari fungsinya pada masa lalu, keberadaan Pegawai
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 449
Syarak sangat strategis dalam pembentukan karakteristik masyarakat
yang berbudaya dan beragama. Dengan sejarah demikian, tidaklah
mengherankan jika kemudian pemerintah daerah di Provinsi Jambi
melihat pemberdayaan institusi Pegawai Syarak ini sebagai salah satu
sarana yang bisa dipakai untuk penguatan kembali karakter MelayuI slam masyarakat Jambi.
Program pemberdayaan Pegawai Syarakdi Provinsi Jambi lahir
dal am ben t uk kebi j ak an daer ah k abupat en/ k ot a. Pada l evel
pemerintahan Provinsi Jambi sendiri, belum memiliki kebijakan yang
berhubungan dengan Pegawai Syarak tersebut. Namun demikian,
Wakil Gubernur Jambi menilai bahwa meningkatnya perhatian
pem er i nt ah k abupat en/ k ot a t er h adap Pegawai Syar ak saat
inidikatalisasi oleh himbauan Pemerintah Provinsi Jambi pada masa
kepemi mpi nan Zul ki fl i Nur di n yang mencan angkan pr ogr am
Pengajian Antara M aghrib dan I sya (PAM I ), dan himbauan bagi
pemeri ntah daer ah agar member i kan perhati an pada Pegawai
Syarak.14
Kebijakan pemberdayaan oleh pemerintah kabupaten/ kota di
Provinsi Jambi ini secara umum dituangkan dalam Peraturan Kepala
Daerah. Dalam sistem hukum Indonesia, kepala daerah bisa membuat
peraturan yang dibutuhkan di daerahnya, baik berupa Peraturan
Kepal a Daer ah, Keput usan Kepala Daer ah at au hanya ber upa
himbauan.15 Kebijakan yang dibuat oleh Kepala Daerah berfungsi
sebagai aturan pelaksanaan Perda, atau dapat juga berupa kebijakan
baru yang belum ada Perdanya jika dibutuhkan masyarakat, dengan
tetap berpegang pada ketentuan tidak bertentangan dengan azas-azas
dan peraturan yang berlaku. Namun, posisi peraturan/ keputusan
yang dikeluarkan oleh kepala daerah secara hirarki berada di bawah
Per atur an Daer ah dan lebih umum disebut dengan Per at uran
Kebijaksanaan. Oleh karena itu, kekuatan mengikatnya lebih lemah
di banding Peraturan Daerah. Dengan posisi sebagai Peratur an
Kebijaksanaan, kekuatan peraturan kepala daerah tergantung pada
penerimaan masyarakat terhadap substansi aturan tersebut.16
M ak sud pem ber dayaan i nst i t usi Pegawai Syar ak dal am
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
450 IRMAWATI SAGALA
meningkatkan kualitas moralitas masyarakat baik secara eksplisit
maupun implisit disebutkan dalam kebijakan-kebijakan terkait.
Dal am konsi deran “meni mbang” pada sur at keput usan Bupat i
Sarolangun terkait Pegawai Syarak disebutkan bahwa keputusan
tersebut dibuat dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan ibadah
sert a mendorong pel aksanaan kegi at an pada set iap masj i d di
Kabuapten Sarolangun. Hal senada juga dimuat dalam konsideran
“ meni mban g” pada sur at keput usan Bupat i M er an gi n bahwa
keputusan tersebut dibuat dalam rangka usaha meningkatkan kualitas
pelayanan kepada masyarakat di bidang keagamaan. Demikian juga
halnya dengan konsideran “menimbang” keputusan Bupati Muaro
Jam bi di sebut k an bahwa k eput usan di buat dal am r an gk a
meni ngkat kan dan member i kan bi mbingan dal am kehi dupan
beragama di 11 (sebelas) Kecamatan dalam Kabupaten Muaro Jambi.
Dari beberapa contoh t ersebut dapat di pahami bahwa maksud
pemerintah memberikan perhatian terhadap Pegawai Syarak tidaklah
semata untuk penyelenggaraan ibadah ritual shalat semata, melainkan
l ebi h j auh m en j al ank an f un gsi pem bi n aan k eagam aan bagi
masyarakat.
Sampai tahun 2011, dari 11 kabupaten/ kota yang ada di Provisi
Jambi , ada 7 kabupat en/ k ot a sudah mel ak sanakan pr ogr am
pemberdayaan Pegawai Syarak, meskipun kebijakan terkait yang
berhasiil diinvetarisir peneliti pada tahun 2011 hanya 5 kebijakan.
Lahirnya kebijakan sejenis tidak sama di seluruh kabupaten/ kota.
Sebagian daerah sudah mener apkan sej ak tahun 20 0 9 sepert i
Kabupaten Batanghari, sementara sebagian lainnya baru mulai pada
tahun 2010 dan bahkan tahun 2011 seperti Kabupaten M erangin dan
Tebo. Namun demikian, sampai penghujung tahun 2011, kebijakan
terkait Pegawai Syarak ini belum diinventaris dan dievaluasi oleh
Pemer i ntah Provi nsi Jambi . Daer ah yang memi li ki kebi j akan
pemberdayaan Pegawai Syarak dapat dilihat dalam tabel 1.
Upaya menghidupkan kembali institusi tradisional Pegawai
Syarak tersebut tidak hanya diwujudkan dalam bentuk penunjukan
Pegawai Syarak, tapi juga pengalokasian anggaran insentif. Meskipun,
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 451
Tabel 1: Kebijakan Pemberdayaan Pegawai Syarak di Provinsi
Jambi
No
Kabupaten/ Kota
K ebij akan Pegawai Syar ak/ D a’i
1.
Merangin
Keputusan
Bupat i
Merangin
No.
323/ KESRA/ 2011
Tent ang Penunjuk an Petugas Pegawai Syarak dan Guru
M engaji se-Kabupaten Merangin Tahun 2011.
2.
Sarolangun
Keputusan Bupati Kabupat en Sarolangun No. 133 Tahun
2011
Tent ang
Pegawai
Syarak
Penet apan
(I mam,
Penunjukan
Khat ib dan
Nama-Nama
Bil al)
dal am
Kabupat en Sar olangun Tahun Anggaran 2011.
3.
Muaro Jambi
Keputusan
Bupat i
No.
213
Tahun
2011 Tent ang
Penunjuk an Petugas Syarak dan Guru Ngaj i dal am
Kabupat en Muaro Jambi Tahun Anggaran 2011
4.
Tanjung
Timur
Jabung Perat uran Bupati Tanj ung Jabung Timur No. 3 Tahun
2011 Tent ang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa yang
dit indaklanj uti dengan Keputusan Bupati Tanjung Jabung
Timur No. 28 Tahun 2011 Tent ang Penetapan dan
Pet unj uk Pel aksanaan Alokasi Dana Desa. Salah sat u
poinnya mengat ur masalah honor Pegawai Syarak .
5.
Tanjung
Barat
Jabung Keputusan Bupati Tanjung Jabung Barat No. 548 Tahun
2011 Tentang Pemberian Bantuan/ Insent if K epada Para
I mam Masj id, Guru Ngaji dan Petugas Mudim (Kaum
M asji d)
di
Kabuaten Tanjung Jabung Barat Tahun
Anggaran 2011.
besaran insentif yang diberikan berbeda antara masing-masing daerah
dengan ki saran Rp. 50 .0 0 0 ,- sampai dengan Rp. 150 .0 00 ,-. 17
Pemberian insentif ini dilakukan pemerintah daerah dengan harapan
dapat meningkatkan semangat Pegawai Syarak dalam memakmurkan
masjid. Jumlah insentif masing-masing Pegawai Syarak pada masingmasing daerah di Provinsi Jambi dapat dilihat dalam tabel 2.
Umumnya, bantuan insentif dianggarkan dari Alokasi Dana Desa
seperti di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Merangin atau dari
alokasi hibah bantuan sosial. Daerah yang belum memiliki kebijakan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
452 IRMAWATI SAGALA
Tabel 2 : Besaran I nsentif Pegawai Syarak Per Bulan
NO
D AER A H
1. Muaro Jam bi
2. Bat anghar i
PEGA W AI SYA R AK
I N SE N T I F
I mam
150 .000,-
Khatib
120 .000 ,-
Bi lal
110.000 ,-
I mam
150 .000,-
Khatib
150 .000,-
Bi lal
150 .000,-
M udim (penjaga m asj id)
150 .000,-
3. Tanjung Jabung Timur
Pengurus Masjid (sesuai SK)
4. Tanjung Jabung Barat
I mam
100 .000,-
M udim M asj i d
100 .000,-
I mam
100 .000,-
Khatib
100 .000,-
Bi lal
100 .000,-
5. Sarol angun
6. Merangin
7. Bungo
20 .000 ,-
I mam
72.000 ,-
Khatib
72.000 ,-
Bi lal
72.000 ,-
I mam
75.000 ,-
Khatib
75.000 ,-
Bi lal
75.000 ,-
pemberdayaan Pegawai Syarak adalah Kabupaten Kerinci, Kota
Sungai Penuh, Kabupaten Tebo dan Kota Jambi. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh keterbatasan anggaran daerah seperti yang dijelaskan
oleh Kepala Desa Koto Salak, Kecamatan Danau Kerinci.
Penunjukan Pegawai Syarak dilakukan melalui mekanisme
usulan pemerintah desa sesuai dengan quota yang disampaikan pada
pemerintah kecamatan. Data dari kecamatan kemudian direkap oleh
petugas di kabuapten untuk kemudian dikeluarkan SK Bupati. Setelah
SK dikeluarkan, kemudian disosialisasikan kembali sampai tingkat
desa. Sedikit berbeda dengan daerah lainnya, di Kabupaten Tanjung
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 453
Jabung Timur penetapan nama Pegawai Syarak langsung dilakukan
melalui SK kepala desa, karena alasan sumber alokasi anggaran dari
Alokasi Dana Desa (ADD). Jumlah quota per desa berbeda setiap
daerahnya. Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur misalnya, ditetapkan
quota untuk imam sebanyak 5 orang dan penjaga masjid 5 orang untuk
setiap desa.
Penyaluran insentif Pegawai Syarak dilakukan oleh petugas dari
Bagian Kesra pemerintah kabupaten/ kota dengan bantuan pegawai
kantor Camat, kecuali di Kabupaten dan Tanjung Jabung Timur
dimana alokasi anggaran berasal dari ADD. Waktu penyaluran
dilakukan secara bertahap setiap triwulan kecuali Kabupaten Tanjung
Jabung Barat yang dilakukan setiap 1 kali setahun. Lebih rinci
mekanisme penyaluran bantuan insentif untuk petugas keagamaan
dapat dilihat dalam tabel 3.
Tabel 3: M ekanisme Penyaluran I nsentif Pegawai Syarak
N O.
D AER A H
M EK A N I SM E PEN YA LU R AN I N SE N T I F
1.
M uaro Jam bi
Per t riwulan m elalui Kecam atan
2.
Batanghari
Per t riwulan m elalui Kecam atan
3.
Tanjung Jabung Tim ur
Per t riwulan m elalui Desa
4.
Tanjung Jabung Barat
Per t ahun m elalui Bag. AKRK dan Kecam at an
5.
Sarolangun
Per t riwulan m elalui Kecam atan
6.
M erangin
Per t riwulan m elalui Kecam atan
7.
Bungo
Per t riwulan m elalui Desa
Dari data-data di atas, dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah
memiliki semangat yang cukup tinggi untuk memberdayakan Pegawai
Syarak. M eskipun secara formal institusi Pegawai Syarak dalam
konsep bagian dari pemerintahan Dusun sudah lama hilang, namun
istilah Pegawai Syarak masih sangat familiar di tengah masyarakat.
H al i ni menj adi fakt or penentu kebij akan pemer i nt ah t er kai t
pemberdayaan Pegawai Syarak mudah diterima masyarakat.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
454 IRMAWATI SAGALA
Per an Pegaw ai Syar ak dalam Pem bin aan K eagam aan
M asyar akat
Jika dihitung besarnya anggaran yang dihabiskan untuk insentif
Pegawai Syarak se-Provinsi Jambi, jumlahnya ti daklah sedikit.
Sebagai contoh dapat dilihat anggaran di beberapa daerah seperti
K abupat en Tan j aung Jabung Bar at yan g m en gh abi sk an Rp.
1.260.000.000,- untuk 1050 orang, Kabupaten Sarolangun sebesar
Rp. 1.350.000.000,- untuk 1125 orang dan Kabupaten M erangin
sebesar Rp. 973.728.000,- untuk 1127 orang Pegawai Syarak. Jika
dirata-ratakan setiap daerah menghabiskan Rp. 1 Milyar, maka total
anggaran se-Provinsi Jambi mencapai angka Rp. 7 Miliyar. Jumlah
ini akan semaki n besar jika diakumulasi dengan biaya petugas
penyaluran insentif. Dengan jumlah anggaran yang cukup besar
tersebut, pencapaian tujuan program pemberdayaan Pegawai Syarak
mel al ui bantuan insent if sangat l ayak unt uk di eval uasi secar a
komprehensif.
Secara teoritis, setiap kebijakan publik harus dievaluasi secara
berkala guna memperoleh penilaian objektif terhadap kelayakan
kebijakan tersebut. Samodra Wibawa dkk dalam Riant Nugroho
menjelaskan evaluasi kebijakan diperlukan untuk eksplanasi, menilai
kepatuhan, audi t dan akunt ing. M el alui eval uasi ini di anal isis
bagaimana sebuah kebijakan dilaksanakan, kinerja aparat pelaksana,
ketepatan sasaran program kebijakan serta dampak yang dihasilkan.18
Evaluasi kompr ehensif terhadap dampak yang di hasil kan
k ebi j ak an dal am pen i n gk at an kual i t as k eh i dupan ber agam a
masyarakat umumnya belum dilakukan oleh pemerintah daerah.
Sebagai contoh, Ketua DPRD maupun Bupati Tanjung Jabung Timur
mengakui bahwa mereka belum melakukan evaluasi terhadap bantuan
insentif Pegawai Syarak dan bantuan keagamaan lainnya. Menurut
Zumi Zol a, hal ini disebabkan kebi jakan yang ada dibuat ol eh
pemerintah periode sebelumnya, sehingga pemerintahan baru yang
dipimpinnya belum melakukan evaluasi. Sedikit berbeda dengan
Kabupaten Tanjung Jabung Timur, anggota DPRD Komisi I I I Tanjung
Jabung Bar at men gaku pemer i nt ah daer ah nya sudah per nah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 455
mengevaluasi kebijakan bantuan, namun juga belum sampai pada
tahap mengukur dampak yang dihasilkan.
Proses penyaluran insentif Pegawai Syarak umumnya berjalan
l an car dan cen der un g m en j adi sebuah r ut i n i t as bi asa.
Permasalahannya hanya pada kevalidan data.19 Masih terjadi berbagai
k esal ah an pen ul i san dat a dan j uga ban yak dat a bel um
dimutakhirkan.20 Namun, jika dihubungkan dengan upaya penguatan
kembali karakter Melayu-I slam masyarakat Jambi, belum nampak
adanya hasil signifikan yang dicapai. Sejauh ini, fungsi Pegawai Syarak
yang didefenisikan sebagai I mam, Khatib dan Bilal, masih berjalan
sebagaimana sebelumnya. Kegiatan-kegiatan masjid juga masih
berjalan sebagaimana biasa, sesuai dengan program pengurus masjid
dan -jika ada- bersama Remaja Masjid.
Sebelum lahirnya kebijakan-kebijakan terkait Pegawai Syarak,
kegiatan masjid secara umum dikelola oleh pengurus masjid yang
diantaranya terdapat I mam, Khatib dan Bilal. Fungsi pengurus masjid
antara lain meliputi pelaksanaan shalat berjamaah, kegiatan bulan
Ramadhan dan hari raya, pengelolaan zakat, perayaan hari besar
I slam, pendidikan al-Qur’an anak-anak, pembinaan remaja masjid,
pengajian kaum ibu/ bapak, dan serikat tolong-menolong kematian.
Beberapa masjid yang dikelola secara professional bahkan mulai
melakukan aktifitas pemberdayaan ekonomi syariah. Pelaksanaan
seluruh kegiatan dikelola secara swadaya oleh pengurus bersama
masyarakat, dan belakangan mulai intensif ada pembinaan dari
Kementerian Agama Republik I ndonesia. Kondisi yang sama masih
terjadi setelah adanya kebijakan-kebijakan tersebut. Dengan kata lain,
perubahan yang dihasilkan kebijakan pemerintah daerah hanyalah
penambahan insentif untuk I mam, Khatib dan Bi lal, dari yang
sebelumnya hanya berasal kas masjid tempat bertugas berubah
menjadi ada tambahan rutin dari keuangan daerah.
Menurut pendapat sebagian kalangan, salah satu aspek yang
mempengaruhi minimnya dampak kebijakan ini adalah masih kurang
signifikannya jumlah bantuan bagi peningkatan kinerja Pegawai
Sarak. Sekda Kabupaten Tanjung Jabung Barat juga mengakui bahwa
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
456 IRMAWATI SAGALA
jumlah bantuan memang masih belum memadai. Namun mengingat
keterbatasan anggaran, maka untuk sekarang inilah kemampuan
pemerintah daerah. Salah seorang I mam Masjid di Lembah Kuamang,
Suwadi, juga menyatakan bantuan dari pemerintah untuk kegiatan
keagamaan masih sangat kurang, bahkan terkadang ada kebijakan
tapi tidak terimplementasi dengan baik. Selama ini, pembiayaan
kegiatan keagamaan dilakukan secara mandiri swadaya masyarakat
dengan ulamanya.
Tapi jika dianalisis lebih mendalam, permasalahan sebenarnya
tidak hanya mengenai besaran insentif, tapi lebih jauh menyangkut
peruntukan bantuan. Tentu saja, jumlah bantuan i nsentif yang
diangarkan pemerintah daerah untuk insentif Pegawai Syarak harus
di sesuai k an dengan k em apuan k euan gan daer ah. Di si ni l ah
dibutuhkan perencanaan dan skala prioritas yang lebih matang dari
pemerintah daerah dalam menentukan pola bantuan yang lebih
mampu member dayakan dan mendi di k masyar akat . Pr ogr am
pemberian insentif selama ini terkesan merupakan insentif hanya
untuk melakukan tugas sebagai I mam, Khatib dan Bilal dalam shalat,
dan lebih khusus lagi dalam shalat Jumat. Sehingga, bantuan insentif
hampir tidak memberikan perubahan berarti terhadap kinerja dan
i novasi pr ogr am Pegawai Syar ak dal am membangun kar akt er
masyarakat.
Padahal, jika dilihat dari sejarah sebelumnya Pegawai Syarak
dalam pengertian petugas I mam, Khatib dan Bilaltidak mendapat
honor dari pemerintah daerah. Namun jika dibanding dengan kegiatan
keagamaan lainnya, fungsi Pegawai Syarak tersebut justeru tergolong
paling lancar. Kegiatan masjid yang beberapa tahun belakangan mulai
mel emah adal ah k egi at an pendi di kani l mu agam a -t er m asuk
pendidikan al-Qur’an- untuk anak dan pembinaan remaja masjid, di
samping kegiatan pemberdayaan ekonomi syariah yang memang
masih sangat terbatas. Tingginya beban biaya hidup menjadi salah
satu faktor menurunnya minat dan kemampuan masyarakat untuk
membiayai pendidikan diniyah dan mengaji anak-anak.
Dal am kont ek s i n i , per hat i an t er hadap Gur u N gaj i dan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 457
operasional madrasah memang sangat dibutuhkan masayarakat.
Sayangnya, temuan data penelitian ini menunjukkan alokasi bantuan
insentif untuk Guru Ngaji dan operasional madrasah tergolong relatif
keci l dan t i dak j auh ber beda dengan Pegawai Syar ak. Dal am
perspektif ini, evaluasi terhadap peruntukan bantuan insentif lebih
penting ketimbang evaluasi terhadap besaran bantuan.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja Pegawai Syarak adalah
mi ni mnya pembinaan dan/ atau pel at ihan yang diberi kan ol eh
pemerintah terhadap petugas, termasuk dalam penyamaan perspektif
terhadap tugas Pegawai Syarak yang diharapkan pemerintah daerah.
Menurut Ali, perhatian pemerintah daerah terhadap Pegawai Syarak
sudah ada, namun sekedarnya saja. Ke depan diharapkan pemerintah
lebih meningkatkan perhatian terutama dalam peningkatan kualitas
sumber daya manusia Pegawai Syarak sehingga kinerjanya lebih baik.
Lebih lanj ut Ali mengatakan selama ini Pegawai Syarak sudah
berusaha melakukan kegiatan-kegiatan keislaman secara intensif
seperti peringatan tahun baru Islam, maulid Nabi, isra’ mi’raj nuzululQur’an dan sebagainya.21
Pernyataan yang hampir sama juga diberikan Hamdi, bahwa
selama ini pembinaan bagi Pegawai Syarak belum ada. Padahal,
pembinaan ini tentu dibutuhkan guna peningkatan kualitas Pegawai
Syarak dalam menjalankan amanahnya.22 Belum adanya pembinaan
bagi Petugas Syarak ini memang diakui oleh PJs. Kepala Desa Tanjung.
H addad mengatakan dari pemerintah desa sendiri tidak pernah
melakukan kegiatan khusus pembinaan Pegawai Syarak, demikian
juga dengan pembinaan dari pemerintah daerah. Namun menurutnya,
urusan Pegawai Syarak berjalan dengan baik.23 Perlunya pembinaan
dar i pemer i nt ah daer ah juga di sampai kan ol eh Al -Fi kr i yang
mengatakan, selain bantuan insentif, program yang juga sangat
di but uhkan unt uk meni ngkat kan kual it as pengamal an agama
masyarakat adalah pelatihan untuk pengurus masjid dan juga remaja
masjid. Adanya pelatihan ini diharapkan menjadi stimulan bagi
peningkatan kegiatan pemakmuran masjid.24
Permasalahan pembinaan dalam hal kemampuan pelaksanaan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
458 IRMAWATI SAGALA
tugas sebagai I mam, Khatib dan Bilal shalat tentulah tidak terlalu
mendesak. Menurut penulis, tidak bisa dijadikan sebagai pembenaran
terhadap kurang optimalnya pelaksanaan fungsi Pegawai Syarak. Jika
kembali merujuk pada sejarah, Pegawai Syarak dahulunya adalah
mitra pemerintah, bahkan lebih dari itu Pegawai Syarak adalah tempat
pemerintah bertanya urusan fatwa agama. Dengan fungsi demikian,
maka sudah bisa disimpulkan bahwa Pegawai Syarak adalah orangorang yang memiliki kualifikasi ilmu baik tanpa adanya program
pendidikan dari pemerintah.
Sehubungan dengan program-program bantuan insentif dari
pemerintah, Ketua DPRD Tanjung Jabung Barat menilai perbaikan
kualitas keberagamaan masyarakat yang sangat penting saat ini adalah
membangun ment al i t as umat I sl am yan g l ebi h mandi r i dan
ber mar t abat . H al yang saat i ni menj adi per masal ahan adalah
kurangnya pemahaman dan kesadaran beragama masyarakat. Untuk
itu, sangat diharapkan sekali peran ulama, khususnya juga I AI N,
untuk memberikan pencerahan pada ummat. Di samping itu, perlu
juga ada upaya formal dari pemerintah, misalnya penertiban pemintaminta di jalan seperti minta sumbangan pembangunan masjid dan
sumbangan kematian. Dengan kata lain, Ketua DPRD Tanjung Jabung
Barat menilai yang lebih mendesak diberikan pada masyarakat adalah
program-program pembinaan yang lebih komprehensif ketimbang
bantuan untuk ibadah ritual semata.
Pel u an g R evi t al i sasi Per an Pegaw ai Syar ak d al am
Penguatan K em bali K ar akter M elayu-I slam M asyar akat
Jam bi M asa M endatang
Masih minimnya kontribusi kebijakan pemberdayaan Pegawai Syarak
dalam mengatasi masalah keummatan tidak serta merta bermakna
kebijakan tersebut tidak layak dilanjutkan. Salah satu aspek penting
untuk menilai kelayakan kelanjutan suatu kebijakan adalah menilai
sej uah mana kebi jakan ter sebut memberi kan dampak posi sti f
terhadap masyarakat sebagaimana direncanakan. Namun, adakalanya
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 459
daya guna kebi j akan bel um opt i mal mencapai n i l ai gun anya
di sebabkan oleh faktor-faktor penghambat . M aka, ji ka sebuah
kebijakan masih diyakini memiliki nilai guna, hal yang perlu dilakukan
adalah memperluas peluang agar daya gunanya meningkat melalui
sejumlah strategi.
Kebijakan terkait Pegawai Syarak jika dilihat dari akar sejarah,
pada haki katnya memi liki ni lai guna yang sangat penting bagi
peningkatan kualitas pengamalan agama masyarakat Jambi. Nilai guna
ini dapat dilihat dalam tugas dari Pegawai Syarakyang dijelaskan
dalam kebijakan pemerintah daerah. Berikut ini diuraikan tugas
Pegawai Syarak dalam beberapa kebijakan terkait:
1 Keputusan Bupati M erangin No. 323/ KESRA/ 2011 Tentang
Penunjukan Pet ugas Pegawai Syar ak dan Guru M engaj i seKabupaten M erangin Tahun 2011: Pegawai Syarak memiliki
tugas:
a. Melaksanakan pengurusan jenazah
b. Melaksanakan kegiatan rutin masjid
c. Melaksanakan pengajian pada masyarakat
d. Memelihara kebersihan masjid
e. Melaksanaan tugas keagamaan lainnya
2. Kepurusan Bupati No. 213 Tahun 2011 Tentang Penunjukan
Petugas Syarak dan Guru Ngaji dalam Kabupaten Muaro Jambi
Tah un An ggar an 20 11: Pegawai Syar ak ber t ugas un t uk
menyelenggar akan/ menyiapkan kegiatan masji d, dan wajib
melaporkan kegiatan kepada Badan Pemberdayaan M asyarakat
dan Pemerintahan Desa Kabupaten Muaro Jambi.
3. Keputusan Bupati Tanjung Jabung Timur No. 28 Tahun 2011
Tentang Penetapan dan Petunjuk Pelaksanaan Alokasi Dana Desa:
Guru Ngaji bertugas untuk menggalakkan pengaji an antara
Maghrib dan I sya sedangkan pengurus masjid melaksanakan
kegiatan masjid.
4 . Keputusan Bupati Tanjung Jabung Barat No. 548 Tahun 2011
Tentang Pemberian Bantuan/ I nsentif Kepada Para I mam Masjid,
Guru Ngaji dan Petugas M udim (Kaum M asjid) di Kabuaten
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
460 IRMAWATI SAGALA
Tanjung Jabung Barat Tahun Anggaran 2011 dan Keputusan
Bupati Tanjung Jabung Barat No. 211 Tahun 20 11 Tentang
Pengangkatan Da’i Pembina Desa/ Kelurahan dalam Kabupaten
Tanjung Jabung Barat Tahun 2011: I mam bertugas mengelola
shalat lima waktu dan shalat Jumat; Guru Ngaji mengajar mengaji
anak-anak dan kaum muslimin; mudim masjid bertugas menajga
dan membersihkan masjid serta memberi tahu masuknya waktu
shal at ; sedangkan Da’i bert ugas melakukan dakwah unt uk
meningkatkan iman dan taqwa, membimbing umat untuk menjaga
persat uan dan kesatuan sert a menumbuhkan pribadi yang
lingkungan sehat.
Dari uraian tugas yang ada, dapat dilihat bahwa tugas yang
diharapkan pemerintah daerah terhadap Pegawai Syarak jauh lebih
luas dari sekedar pelaksanaan shalat berjamaah. Walaupun, fungsi
sebagai mitra pemerintah Desa yang pernah diemban oleh institusi
tersebut sama sekali belum Nampak. Padahal, penulis menilai fungsi
ini memiliki nilai strategis yang sangat tinggi. Sistem kehidupan adat,
yang banyak dilaksanakan di berbagai daerah di I ndonesia pada masa
lalu, merupakan sebuah sistem kehidupan yang terintegrasi seluruh
aspeknya. Berj al annya nilai-nil ai adat dalam kehidupan sosi al
masyarakat selalu berhubungan (terkait) dengan struktur pemerintahan dan hukum yang juga dibangun berdasarkan nilai-nilai adat.
Jika salah satu pranata adat rusak, maka akan berdampak terhadap
keseluruhan pelaksanaan adat. Di sinilah pentingnya pemerintah
daer ah di Pr ovinsi Jambi secar a kol ekt i f perl u mengeval uasi
kemungkinan memberdayakan fungsi Pegawai Syarak yang lebih
menyentuh substansi dan akar sejarah.
Ji ka fungsi Pegawai Syar ak saat i ni i ngi n di k embal i k an
sebagaimana masa lalu, memang akan butuh waktu dan proses yang
tidak sederhana. Oleh karena itu, perlu strategi dan langkah-langkah
terencana untuk mensosialisasikan dan menginternalisasikan kembali
peran dan fungsi Pegawai Syarak dalam tata kehidupan masyarakat
dan pemeri nt ahan di Pr ovi nsi Jambi . L ebi h j auh, j i ka upaya
mensosialisasikan dan menginternalisasikan kembali peran dan fungsi
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 461
Pegawai Syarak tersebut dipandang lebih rumit, sebagai pertimbangan kebijakan pemerintah daerah dapat mencari alternati lain
yang mendekati kepentingan tersebut.
Sal ah sat u al t er nat i f yang l ayak di pert i mbangkana dal ah
reaktualisasi fungsi Pegawai Syarak pada masa lalu melalui lembagal embaga keummat an yang ada saat i ni . Saat i ni , fungsi -fungsi
Pegawwai Syarak dalam skala terbatas sebagian tetap berjalan di
institusi keummatanlain seperti Majelis Ulama I ndonesia. Walaupun
fungsi-fungsi tersebut tidak sepenuhnya sama dan setara, namun
dengan sedikit pengokohan posisi dalam mekanisme kebijakan publik,
keberadaan M UI dapat dinilai hampir menyamai peran Pegawai
Syarak pada masa lalu.
M el al ui model i ni , M UI di posi si k an pada per an ur usan
pembinaan keislaman secara makro dan mitra pemerintah daerah
dalam mengawal kebijakan publik yang responsif terhadap penguatan
kembali karakter M elayu-I slam masyarakat Jambi. Sedangkan
kegiatan mikro pemakmuran masjid tetap dilaksanakan oleh pengurus
masjid yang di dalamnya tercakup pengertian Pegawai Syarak saat
ini. Tentu saja, model ini memiliki kelemahan tidak lagi memiliki ruh
sejarah dengan kekuatan emosial mengikat yang kuat sebagaimana
diuraikan di atas.
Tanpa bermaksud mengecilkan peran Pegawai Syarak saat ini,
penul i s meni l ai ada aspek-aspek yang l ebi h mendasar unt uk
diberdayakan oleh pemrintah daerah. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan, kegiatan rutin masjid dalam artian ibadah ritual inti
(mahdhah), dapat berjalan dengan baik melalui swadaya masyarakat.
Di Kerinci/ Sungai Penuh sendiri, meskipun tidak ada batuan khusus
pemerintah daerah untuk Pegawai Syarak, kegiatan masjid tetap
berjalan sebagaimana biasanya. Seperti disampaikan Kepala Desa Koto
Salak, pr ogram keagamaan yang berj al an saat i ni berasal dari
kesadaran masyarakat sendiri seperti shalat berjamaah, mengajar
mengaji anak-anak oleh para pemuda desa, dan pengajian kaum
bapak/ ibu. Pernyataan senada juga disampaikan I mam Masjid AlHuda Desa Lembah Kuamang yang mengatakansebelum ada bantuan
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
462 IRMAWATI SAGALA
pun, kegiatan masjid dan madrasah sudah berjalan dengan baik melalui
swadaya masyarakat dan keikhlasan petugas.” 25
Sebagaimana telah diuraikan di atas, kendala paling umum yang
dihadapi oleh pengurus masjid adalah agenda pendidikan anak dan
r emaj a sert a pemberdayaan ekonomi syar iah berbasi s masj id.
Artinya, jika anggaran belum memungkinkan untuk membantu
keseluruhan kegiatan pembinaan keislaman berbasis masjid, maka
ketersediaan dana yang terbatas tersebut layak dipertimbangkan
peruntukannya.
Penutup
Kebijakan pemerintah daerah di Provinsi Jambi untuk memberdayakan i nst i t usi t r adi si onal Pegawai Syar ak dal am membant u
mengatasi permasalahan sosial dan menguatkan kembali karakter
Melayu-I slam masyarakat Jambi pada dasarnya penting dan memiliki
peluang yang baik. Namun, masih perlu dilakukan redefenisi terkait
dengan pember dayaan Pegawai Syar ak t ersebut , apakah akan
mengembaikan fungsi secara utuh sebagaimana sejarahnya, atau
hanya sebatas mendukung pelaksanaan ibadah mahdhah. Tujuan
yang terkahir, menurut penulis, adalah pemberdayaan setengah hati
terhadap institusi tradisional Pegawai Syarak. Akhirnya, hasil yang
dicapai pun akan kurang optimal.
Redefini pember dayaan ini nant inya akan mempengar uhi
kebijakan anggaran pemerintah daerah. Dari uraian di atas terlihat
bahwa efektifitas dan efisiensi bantuan insentif pemerintah daerah
terhadap Pegawai Syarak perlu dikaji ulang prioritas peruntukannya.
Tanpa ber maksud mengeci l kan per an Pegawai Syar ak dal am
pengertian saat ini, penulis menilai pembiayaan ibadah mahdhah shalat berjamaah- masih sangat mampu ditanggulangi secara swadaya
oleh masyarakat. Apalagi, kesadaran terhadap tanggung jawab ibadah
mahdhahbisa dikatakan cukup baik dibandingkan dengan kesadaran
masyarakat akan pendidikan ilmu dan moral generasi muda.
Sebagai sebuah penutup, penulis menilai bahwa Pemerintah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 463
daerah di Provinsi Jambi -baik kabupaten/ kota maupun pemerintah
provinsi- perlu memberdayakan kembali fungsi Pegawai Syarak
seperti masa lalu yaitu sebagai pemimpin dalam urusan keagamaan
masyarakat sekaligus sebagai mitra strategis pemerintah (tigo tali
sapili n). Pember dayaan fungsi Pegawai Syarak ini tidak mesti
dimaknai harus dilakukan oleh institusi Pegawai Syarak yang saat ini
tergabung dalam kepengurusan masjid. Alternatif lainnya adalah
menghidupkan fungsi Pegawai Syarak melalui institusi lain seperti
Majelis UlamaI ndonesia (MUI ) atau lembaga lain yang memungkinkan.
Catatan :
1. Li hat UU RI N o. 32 t ahun 20 04 t ent ang Pemr i nt ahan Daer ah.
D al am Pasal 1 di j el askan bah w a D aer ah Ot on om ber w enan g
m en gat u r pem er i n t ah an nya den gan pr akar sa sen di r i sesuai
dengan aspi rasi masyarakat. Selanj utnya dalam Pasal 21 di jelaskan
hak-hak pemer i ntah daerah dal am rangka menj al ankan ot onomi
daer ah yai t u m en gel ol a pem er i n t ah an dan su mber daya di
daer ah nya.
2 . El sbet h L ocher - Schol t en , K esul t anan Sumat r a dan Kol oni al ;
H ubungan Jambi -Batavi a (1830-1907) dan Bangki tnya I nper i ali sme Belanda (Jakarta: Banana KI TLV, 2008), hlm. 43.
3 . h t t p: / / i d.wi ki pedi a.or g/ w i ki / Chen g_ H o, di akses t an ggal 27
N ovember 20 12.
4 . Adi Suharadi , “Sej arah Jambi ”, www.google.com, di akses t anggal
26 Agust us 20 10 .
5 . Sayuti Una dan I rmawati Sagala, “Ani mo Pemeri ntah Kota Jambi
Ter hadap Per da Ber nuansa I sl am; Anal i si s Fenomena Per kembangan For mali sasi H ukum I sl am Pada Er a Ot onomi Daer ah di
Kot a Jambi ” , (Laporan Penel i t i an pada Pusl i t I AI N STS Jambi ,
20 10 ) .
6 . www.j ambi news.com, di akses tanggal 10 Okt ober 20 11.
7 . www.j ambi -i ndependent .co.i d, di akses tanggal 10 Apr i l 2013
8 . Kuali t as kehi dupan masyar akat harus di maknai secar a komprehensi f; ti dak hanya menyangkut aspek keterpenuhan materi , tapi
j uga kual i tas kesehat an, pendi di kan, dan mor al i t as. Per soal anper soal an degr adasi m or al t er sebu t , cepat at au l am bat pada
akhi rnya akan mer usak kuali t as hi dup masyarakat.
9 . Dampak yang sama j uga di al ami ol eh daer ah l ai n yang emi l i ki
model pemeri ntahan adat seperti M i nangkabau. Dampak di keluarkannya UU RI No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan Desa telah
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
464 IRMAWATI SAGALA
ban yak di t u l i s dan di t el i t i , an t ar a l ai n l i h at dal am M u syai r
Zai nuddi n, 20 03. “Efekti fi tas Adat M i nangkabau Di Kenagar i an
Kot or ant ang, Kabupat en Agam ” , Lapor an Pen el i t i an , Padan g:
Bali t bang Sumbar . hal. 14-15.
10 . I sti lah “Dusun” dipakai untuk menyebutkan satuan pemeri ntahan
t er keci l di Pr ovi nsi Jam bi pada m asa l al u yan g di l aksanakan
dengan syst em adat.Pemakai an i sti lah i ni memang ti dak di kenal
di seluruh daerah di Jambi, namun untuk kemudahan pembahasan
m akal ah i n i , i st i l ah “ Du su n” di gu n akan m ew aki l i bent u k
pemeri nt ahan adat di Jambi .
11. Laporan penel i ti an kelompok Pusat Penel i ti an I AI N STS Jambi
yang di i kut i penul i s yai t u penel i t i an Sayut i Una dan I r mawat i
Sagala tahun 2010 dengan j udul “Ani mo Pemeri ntah Kota Jambi
Ter h adap Per da Ber n u ansa I sl am; Anal i si s Fen omen a
Per kemban gan For mal i sasi H u ku m I sl am Pada Er a Ot on om i
Daerah di Kota Jambi”, dan penelitian H asbi Umar dkk tahun 2011
dengan judul “Kebij akan Pelayanan Keagamaan Pada Era Otonomi
Daerah (Studi Regulasi Pegawai Syarak di Provi nsi Jambi )”.
12 . Wawancara tanggal 19 Januar i 2012.
13 . Wawancara tanggal 19 Januar i 2012.
14 . W aw an car a Fach r or i U mar , SH , M H , W aki l Gu ber n u r Jambi
per i ode 20 10 .
15. Dalam UU RI No. 32 Tahun 2004 Pasal 146-147 disebutkan bahwa
kepal a daer ah menet apkan per at u r an kepal a daer ah dan at au
keput usan kepal a daer ah unt uk m el aksanakan Per da dan at as
kuasa peraturan perundang-undangan, selagi t i dak bertentangan
dengan perat uran perundang-undangan yang l ebi h ti nggi .
16 . L i h at an t ar a l ai n Abdu l L at i f , H ukum dan Per at ur an
K ebi j aksanaan ( Bel ei dsr egel ) Pada Pem er i n t aha Daer ah,
(Yogyakar ta: UI I Pr ess, 20 0 5).
17 . D at a di ol ah dar i pen el i t i an H asbi U m ar , dkk., “ K ebi j akan
Pelayanan Keagamaan Pada Era Otonomi Daerah (Studi Regulasi
Pegawai Syar ak di Pr ovi nsi Jambi )” , (.Laporan Peneli ti an Pusli t
I AI N STS Jambi , 2011)
18 . Ri ant Nugroho, Kebi j akan Publ i k; For mulasi , I mplementasi dan
Evaluasi , (Jakarta: Elex M edia Komputi ndo, 2003), hlm. 180-204.
19 . Wawancara dengan Gasni SH , Kabag H ukum & H umas Sekwan
Kabupat en Sarol angun.
20 . Wawancar a dengan Khai r ul l ah M .Pd, Khat i b di Desa Tanj ung,
Kabupat en Sarol angun.
21. Wawancara dengan Saharuddin Ali , Bilal M asj id Darunnaj ah Desa
Peni nj auan Kabupaten Batanghari .
22. Wawancara dengan H amdi , Bi lal di Desa Tanj ung.
23. W aw an car a dengan A. H addad, PJs. K epal a D esa Tan j u ng,
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 465
Kabupat en Sar ol angun
24 . Wawancara dengan Deni Al-Fi kri, I mam Masj id Nurul I man, Rt 13
Kelurahan Solok Si pi n Kota Jambi .
25. Waw ancar a dengan I bnu Su wadi , I mam M asj i d Al -H uda D esa
Lembah Kuamang.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
466 IRMAWATI SAGALA
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, “Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah; Sebagai
Vi si Pemban gunan Suk u Ban gsa M i n angk abau” , dal am
Reaktualisasi Adat Basandi Syarak - Syarak Basandi Kitabullah,
(Padang: PPI M Sumatera Barat, 2003).
Asshiddiqie, Jimly, Per ihal Undang-Undang di I ndonesia, (Jakarta:
Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI ,
2006).
Bryant, Coralie dan Louise G. White, Manajemen Pembangunan
untuk Negar a Ber kembang, (Jakarta: LP3ES, 1987).
D., Riant Nugroho, Kebijakan Publik; For mulasi, I mplementasi dan
Evaluasi, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2003).
Fauzi, M oh., Formalisasi Syariat I slam di I ndonesia, (Semarang:
Walisongo Press, 2008).
I sr a, Saldi, “Teknik M enganal i sa dan M engevaluasi Per aturan
Perundang-Undangan” dal am Teknik Penyusunan Pr oduk
Hukum Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek
L aw Fi r m bek er j a sam a den gan Pem da Kabupat en
Pasaman2001).
Kamal, Miko, “Mekanisme Konsultasi Publik, Pembuatan Perda dan
Good Governance” dalam Teknik Penyusunan Pr oduk Hukum
Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek Law Firm
bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman, 2001).
K oswar a, E., K ebi j aksanaan Desent r al i sasi Dal am Ran gka
M enunjang Pembangunan Daer ah, dalam Pembangunan
Administrasi I ndonesia,(Jakarta : LP3ES, 1998).
Latif, Abdul, Hukum dan Per atur an Kebijaksanaan (Beleidsr egel)
Pada Pemer intaha Daer ah, (Yogyakarta: UI I Press, 2005).
Locher, Elsbeth dan Scholten, Kesultanan Sumatr a dan Kolonial;
H ubungan Jambi -Bat av i a (1830 -190 7) dan Ban gki t ny a
I nper ialisme Belanda (Jakarta: Banana KI TLV, 2008).
N. Dunn, William,Pengantar Analisis Kebijakan Publik, terj. Samodra
Wibawa, dkk., (Jogjakarta: Gadjah M ada University Press,
2003).
Rosyadi, Rahmat dan Rais Ahmad, For malisasi Syar iat I slam dalam
Per spektif Tata Hukum I ndonesia, (Bogor: Ghalia I ndonesia,
2006).
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012
REVITALISASI PERAN PEGAWAI SYARAK 467
Sidik, Machfud, Per imbangan Keuangan Pusat dan Daer ah Dalam
pr oses Otonomi Daer ah, Workshop Manajemen Perencanaan
Penerimaan daerah, (Yogyakarta: Siaga-UGM, 2001).
Suharadi, Adi, “Sejarah Jambi”, www.google.com, diakses tanggal
26 Agustus 2010.
Topatimasang, Roem, dkk., Mer ubah Kebijakan Publik, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2001).
Utomo, Warsito,I mplementasi Desentr alisasi dan Otonomi Daer ah
Tingkat I I Masa Or de Bar u (Studi Kasus di Dati I I Cilacap dan
Dati I I Kudus) dalam JKAP Volume 1 Nomor 2 (Juli 1997) MAP
UGM Yogyakarta.
Yuliandri, “Pembentukan Peraturan Daerah dan Produk H ukum
Daerah Lainnya” dalam Teknik Penyusunan Pr oduk H ukum
Daer ah, ed. Saldi I sra dan Suharizal, (Padang: Anggrek Law Firm
bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Pasaman, 2001)..
UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan PerundangUndangan.
M edi a Akademi ka, Vol . 27, No. 4, Oktober 2012