LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN MEN

LAPORAN HASIL OBSERVASI PEMBELAJARAN
MENULIS
SMP PELITA BANDUNG
mata kuliah Pembelajaran Menulis dari Dosen Dr. Isah Cahyani M, Pd.

oleh
Figia Putri Rahmadita (1204410)
Kelas DIK B

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia
2014
1. Deskripsi Hasil Observasi
Observasi dilaksanakan pada tanggal 23 Oktober 2014 di SMP Pelita Bandung kelas 8 A.
Kelas di mulai pada jam 08.20 WIB dengan materi “ Teks Biografi”. Sebelum pemberian materi,

guru menyilakan siswa untuk berdoa. Lalu, agar siswa tidak lupa dengan materi sebelumnya, guru
mengulas kembali materi minggu lalu, yakni Teks Fabel.
Pengulasan selesai, kemudian guru masuk kepada materi yang akan disampaikan hari ini,

yakni “Teks Biografi”. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang menuntut keaktifan dan kekreatifan
siswa, sebelum guru memberi materi, guru memberikan pertanyaan mengenai Teks Biografi. Guru
memberi kesempatan pada siswa laki-laki untuk aktif menjawab pertanyaan, sebab sejak awal
kebanyakan yang aktif adalah siswa perempuan. Walau pelajaran sudah dimulai, namun masih
ada dua siswa yang terlambat masuk. Namun guru tidak memberi hukuman apapun.
Siswa mempunyai buku siswa yang dipinjam dari perpustakaan sekolah (pemerintah). Guru
pun memegang buku guru. Guru meminta siswa untuk membacakan teks biografi dari buku teks
ke depan kelas sebanyak dua paragraf. Setelah itu, guru menjelaskan tentang struktur teks
biografi. Sehabis guru menjelaskan, guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya.
Metode pelajaran kurikulum 2013 tidak pernah jauh dari diskusi, maka cara yang diambil
adalah membagi siswa dengan kelompok-kelompok. Siswa yang berjumlah 36 orang dibagi
menjadi 6 kelompok. Ketika guru meminta siswa untuk berhitung, siswa kurang berkonsentrasi.
Sehingga butuh waktu cukup lama untuk pembagian kelompok. Guru mempunyai handout
biografi-biografi pahlawan untuk didiskusikan oleh masing-masing kelompok yang sudah dibagi.
Perwakilan kelompok diminta ke meja guru untuk mengambil handout yang dipunyai guru. Tugas
yang diberikan guru ketika masing-masing kelompok sudah memegang teks biografi adalah
mencari struktur teks biografi. Siswa kondusif dalam berdiskusi.
Sambil siswa berdiskusi mencari struktur teks biografi dalam teks, guru menyilakan kami
untuk mewawancarai beliau. Wawancara akan kami bahas di pembahasan. Waktu diskusi selesai,
guru meminta dua orang perwakilan kelompok untuk mengemukakan hasil diskusi kelompok.

Guru juga menyilakan siswa yang lain untuk bertanya. Guru memberi kesempatan pada siswa
yang kurang aktif untuk bertanya.
Waktu sudah hampir habis, lalu guru memberitahukan tentang materi apa yang akan diberikan
minggu depan. Siswa bersiap-siap pulang, kemudian berdoa.
2. Pembahasan
Observasi dilaksanakan di sebuah SMP swasta di daerah Bandung, bernama SMP Pelita.
Bangunan SMP Pelita digabung dengan SMK Pelita. Ketika SMP Pelita masuk pagi, maka SMA
Pelita masuk pada siang hari. Tidak ada masalah dengan kondisi sekolah, namun sedang ada
perbaikan gedung dan ada suara-suara pembangunan, hingga suasana sekolah sedikit tidak
kondusif.
Guru sangat memperhatikan kehadiran siswa. Hal ini terlihat ketika kami masuk ke ruang
guru, lalu ada beberapa siswa yang status kekadirannya alfa. Guru memanggil siswa-siswa
tersebut, dan menceramahinya. Bahkan sampai akan memberikan surat kepada orang tua siswa
yang bersangkutan. Pemanggilan terhadap siswa yang bermasalah ternyata dilakukan ketika siswa
satu kali tidak masuk sekolah tanpa keterangan.
Kemudian kami diajak masuk ke dalam kelas oleh Pak Asep, salahseorang guru Bahasa
Indonesia kelas 8 di SMP Pelita. Ruangan kelas cukup sempit, hal tersebut terlihat pada tempat
duduk siswa yang jaraknya sangat dekat dengan papan tulis. Padahal banyak bangku yang
kosong. Jarak pandang yang dekat dengan papan tulis membuat siswa yang duduk paling depan


kurang merasa nyaman, karena siswa harus mendongak ketika guru menulis di papan tulis. Guru
pun sulit mobile, karena jarak meja siswa yang sangat berdekatan dengan meja guru.
Selain kondisi ruang kelas yang sempit, dengan bentuk tempat duduk variatif, guru berkata
bahwa fasilitas sekolah kami kurang lengkap. Kurikulum 2013 yang berbasis teknologi tidak
didukung oleh fasilitas sekolah. Memang ada fasilitas infocus yang diberikan oleh sekolah, namun
hanya satu kelas, yang diberi nama kelas Multimedia. Belum lagi, kelas tersebut tidak hanya
digunakan oleh mata pelajaran Bahasa Indonesia saja, namun semua mata pelajaran di sekolah.
Sehingga kemungkinan untuk intens berada di kelas Multimedia sangat kecil.
Siswa berjumlah 36 orang, 17 siswa laki-laki, 19 siswa perempuan. Pakaian siswa tidak
serempak. Ada yang memakai baju putih-biru, ada yang memakai batik sekolah, bahkan ada yang
memakai baju pramuka, padahal waktu itu adalah hari Kamis dan pakaian wajibnya adalah batik.
Kami bertanya pada guru bersangkutan mengapa hal tersebut bisa terjadi. Guru tersebut
menyatakan bahwa kondisi sekolah kami adalah untuk kelas sosial menengah ke bawah. Untuk
membeli baju sesuai peraturan sekolah adalah hal sulit. Selain alasan sosial, guru berkata bahwa
ekstrakurikuler wajib di sekolah adalah Pramuka, dan biasanya latihan dilaksanakan sehabis
sekolah, hingga siswa yang ikut pramuka memakai baju pramuka sejak pelajaran sekolah di mulai
pagi harinya. Hal ini berhubungan dengan siswa yang tidak mampu membeli baju batik sekolah.
Daripada memakai baju putih-abu (yang jelas-jelas bukan baju yang diwajibkan pada hari Kamis),
lebih baik sekalian saja memakai baju pramuka karena sepulang sekolah mereka akan
melaksanakan latihan Pramuka. Hal tersebut berkebalikkan dengan penerapan kedisiplinan

terhadap waktu.
Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan kebanyakan adalah siswa perempuan. Sehingga
pada beberapa kesempatan guru menunjuk siswa laki-laki untuk menjawab pertanyaan. Hal
tersebut dilakukan agar semua siswa aktif dan memahami apa yang sedang dipelajari. Selain
dengan metode menjawab pertanyaan, upaya agar siswa menjadi aktif adalah dengan meminta
siswa ke depan kelas untuk membacakan teks.
Ketika kami mewawancarai seorang siswa, ia menyatakan cukup senang dengan pelajaran
Bahasa Indonesia. Namun ada materi yang tidak disenangi, yakni materi pembelajaran
menyangkut keterampilan bahasa menyimak. Ia sangat menyenangi materi praktik, seperti
apresiasi drama yang dilakukan minggu-minggu lalu. Dengan materi apresiasi drama, ia dapat
bermain peran, menunjukkan ekspresinya dalam pembelajaran, dan banyak hal yang dapat
dimaknai dalam pembelajaran apresiasi drama.
Penerapan metode diskusi adalah peran utama dalam kurikulum 2013. Hampir di setiap
penyampaian materi, guru selalu membagi kelompok. Ketika kami bertanya mengapa selalu ada
pembagian kelompok, guru berkata bahwa pembagian kelompok adalah satu-satunya metode
paling tepat dan bersesuaian dengan kurikulum 2013 yang menuntut siswa untuk lebih aktif.
Dengan pembagian kelompok pula siswa dapat bersosialisasi dengan teman-teman kelas, dan
dapat terlihat juga sifat-sifat siswa berkenaan dengan komunikasi dengan teman-teman satu
kelompok.
Namun kami rasa pembagian kelompok di setiap penyampaian materi adalah pola yang

membosankan. Seakan tidak ada metode lain selain pembagian kelompok. Dengan pembagian
kelompok pula kemampuan individu siswa tidak akan terlihat oleh guru, walau guru yang
bersangkutan berkata bahwa kemampuan individu siswa dapat terlihat dari proses pembelajaran di
dalam kelas, atau dengan pekerjaan rumah yang diberikan guru terhadap masing-masing siswa.

3. Saran
Pemerintah selalu ingin menyeragamkan pendidikan di setiap pelosok daerah Nusantara,
namun banyak hal yang terlupakan. Pendidikan tidak melulu mengenai materi pembelajaran yang
seragam, namun juga hal-hal lain seperti kondisi lingkungan, sosial, dan budaya masyarakat
Nusantara.
Kurikulum 2013 yang modern, yang menuntut siswa untuk dapat berteman dengan teknologi
mutakhir ini tidak dibarengi dengan fasilitas sekolah yang memadai. Contohnya yang terjadi pada
SMP Pelita Bandung yang hanya memiliki satu kelas Multimedia. Padahal banyak mata pelajaran
yang mengantre untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik menggunanakan
fasilitas kelas Multimedia.
Baiknya keseragaman materi pembelajaran juga dibarengi dengan fasilitas yang disediakan.
Materi pembelajaran tanpa fasilitas yang mendukung, tidak akan berjalan dengan maksimal. Atau
cara lain agar siswa tetap dapat terfasilitasi adalah guru harus aktif mencari metode pembelajaran
lain untuk menutupi fasilitas yang kurang. Misalnya ketika ada materi mengenai drama, dan guru
harus memperlihatkan contoh pentas drama kepada siswa, maka cara lain menayangkan video di

ruang Multimedia adalah dengan mengajak siswa ke tempat pementasan secara langsung. Apalagi
ketika kita melihat kondisi geografis SMP Pelita yang ada di Bandung. Bandung memiliki banyak
komunitas yang sering mementaskan drama. Walau jarang sekali ada gedung pementasan yang
memadai. Metode tersebut dapat membuat siswa lebih mengenal apa itu drama, dan dapat
merasakan pementasan drama yang sebenarnya. Hal itu lebih efektif daripada hanya menonton
pementasan drama di ruang Multimedia. Namun, metode tersebut terhalang waktu. Jam mengajar
guru yang bersangkutan adalah 30 jam untuk SMP Pelita kelas 8 A hingga 8 E, Senin sampai
Jum’at. Belum lagi beliau harus mengajar di bimbingan belajar. Siswa juga diwajibkan mengikuti
ekstrakurikuler. Waktu latihannya yaitu ketika sepulang sekolah Senin sampai Jum’at dan hari
Sabtu.
Memang kurikulum 2013 menganggap baik bahwa pembagian kelompok adalah cara ideal
bagi metode diskusi, namun pembagian kelompok di tiap pertemuan adalah pola yang
membosankan. Untuk beberapa materi seperti materi apresiasi drama yang mengupayakan agar
siswa dapat mementaskan drama perkelompok, pembagian kelompok adalah hal yang relevan.
Namun ketika ada materi membuat teks observasi, dan harus dilakukan perkelompok,
dikhawatirkan hanya beberapa siswa yang paham, dan siswa lainnya tidak paham karena tidak
berdiskusi. Kemungkinan besar guru tidak melihat siswa yang tidak berdiskusi karena yang
dilihat adalah penampilan kelompok, bukan individu. Baiknya porsi pembelajaran pembagian
kelompok dengan yang lainnya harus seimbang. Agar potensi individu siswa dapat terlihat oleh
guru.


LAMPIRAN

Bagan 1 Bangunan SMP PELITA Bandung

Bagan 2 Siswa ketika membacakan Biografi Soekarno di depan kelas

Bagan 3 Proses diskusi kelompok

Bagan 4 Bersama siswa kelas 8A

Bagan 5 Bersama Pak Asep (Guru Bahasa Indonesia kelas 8 A)

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62