T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Praktik Penerapan Kode Etik Jurnalistik pada Wartawan Siber di SuaraMerdeka.com T1 BAB V

BAB V PRAKTIK PENERAPAN KODE ETIK JURNALISTIK PADA

  WARTAWAN SIBER Di SuaraMerdeka.com

5.1. Media Siber SuaraMerdeka.com

  Setelah melakukan penelitian , peneliti mendapatkan berbagai arsip dokumen dan temuan hasil penelitian tentang media siber SuaraMerdeka.com . Media siber SuaraMerdeka.com merupakan sebuah portal berita yang dinaungi oleh media surat kabar Suara Merdeka. SuaraMerdeka.com menjadi sebuah ruang pemberitaan dari surat kabar dan jurnalisme siber. Berita yang diunggah ke media cetak akan diunggah pula secara ringkas di SuaraMerdeka.com . Munculnya portal media SuaraMerdeka.com dari surat kabar ini, secara tidak langsung menunjukan bahwa dunia surat kabar telah menyadari bahwa mereka perlu melakukan inovasi-inovasi dan mengikuti perkembangan yang ada saat ini.

  Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa “Semula, SuaraMerdeka.com menjadi pelengkap untuk menyajikan informasi untuk masyarakat jawa tengah yang jauh dari jawa tengah dan masyarakat yang mampu menggunakan komputer serta mengakses internet. Namun semakin kesini, media siber akan menjadi media masa depan maka tujuannya pun ikut berkembang dan direvisi, bukan lagi memindahkan media cetak ke siber tetapi harus betul-betul siap menjadi media masa depan. Kita tidak akan tahu sampai kapan media cetak bertahan, namun ketika mungkin 20-30 tahun lagi masyarakat sudah tidak mau membaca koran dalam bentuk kertas bahkan Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa “Semula, SuaraMerdeka.com menjadi pelengkap untuk menyajikan informasi untuk masyarakat jawa tengah yang jauh dari jawa tengah dan masyarakat yang mampu menggunakan komputer serta mengakses internet. Namun semakin kesini, media siber akan menjadi media masa depan maka tujuannya pun ikut berkembang dan direvisi, bukan lagi memindahkan media cetak ke siber tetapi harus betul-betul siap menjadi media masa depan. Kita tidak akan tahu sampai kapan media cetak bertahan, namun ketika mungkin 20-30 tahun lagi masyarakat sudah tidak mau membaca koran dalam bentuk kertas bahkan

  Selain itu, wartawan media siber pun tetap menggunggah berita terbaru secara langsung melalui portal berita SuaraMerdeka.com . SuaraMerdeka.com mampu menjadi solusi terhadap kendala jarak dan waktu untuk pembaca berita cetak Suara Merdeka. SuaraMerdeka.com menyajikan aspek kecepatan sehingga berita selalu diperbaharui. Jurnalisme siber menjadi pilihan baru masyarakat dengan kemudahan akses melalui komputer dan ponsel cerdas , cepat, murah, dan fitur lengkap yang tersedia di portal berita SuaraMerdeka.com ditambah lagi dapat berinteraksi dengan sesame pembaca melalui kolom komentar.

  SuaraMerdeka.com menyajikan portal berita yang menarik. Segmen berita yang disajikan seperti Hiburan, Pilkada Serentak, Otomotif, Olahraga, Bisnis, Pringgitan, Mancanegara, Travel, Ekspresi, Liputan Khusus, SM Cetak, dan SMTV. Segmen SuaraMerdeka.com yang membedakan portal berita siber lainnya adalah Pringgitan, Ekspresi dan SM Cetak. Pringgitan sendiri berisikan berita bernuansa tradisional atau budaya jawa yang dikemas dan disajikan untu k masyarakat jawa tengah dan nasional. Ekspresi merupakan ruang khusus yang berisikan segmen tersendiri bagi anak muda untuk mendapatkan informasi seputar selebritis, artikel-artikel yang bermanfaat dan berbagai liputan acara anak muda.

  Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa “Suara Merdeka memang memposisikan sebagai media perekat warga Jawa Tengah . maka

  kami lebih menonjolkan segmen berita-berita Jawa Tengah. Meskipun kami tidak meninggalkan isu-isu nasional dan internasional yang memang sedang

  1 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi sibe SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017 1 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi sibe SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

  adalah jaringan lokalnya. Maka kami ambil celah disitu.” Jelasnya. 2

  Selain, membahas profil SuaraMerdeka.com , Pimpinan Redaksi juga menjelaskan kriteria seorang wartawan siber SuaraMerdeka.com . Beliau menyampaikan bahwa ”Untuk wartawan SuaraMerdeka.com ialah jangan gaptek, mereka mampu untuk menggunakan media siber dan ponsel cerdas sesuai dengan teknologi masa kini. Sehingga, ketika melihat peristiwa yang ada segara melaporkan dan meliput dengan cek and ricek fakta lapangan, konfirmasi yang pasti. Saya suka wartawan siber yang aktif di sosial media,mereka tahu perkembangan, selain itu, mereka harus mengetahui perkembangan media siber lainnya. Sehingga, medapatkan banyak informasi yang mungkin belum diketahui. Kita harus melakukan komparasi dengan media lainnya maka kita mengetahui keunggulan media lain dan kita tahu kekurangan media yang kita geluti setiap harinya. Secara umum, wartawan harus paham Kode Etik Jurnalistik, mereka juga harus responsif. Ponsel cerdas saat ini harus mereka manfaatkan untuk tulis berita. Semua wartawan SuaraMerdeka.com menggunakan piranti ponsel cerdas untuk liputan.”

  Jelasnya. 3

  Kriteria yang diutamakan adalah seorang wartawan yang mengikuti perkembangan zaman, memahami rivalitas perkembangan portal berita media siber lainnya, serta mampu menjalankan dasar-dasar profesinya, seperti

  2 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

  3 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

  Hukum Pers, Kode Etik Jurnalistik dan Pedoman Media Siber serta Konvergensi Media.

5.2. Pedoman Media Siber sebagai Landasan resmi berjalannya SuaraMerdeka.com

  Media siber cepat berkembang seiring dengan minat masyarakat terhadap teknologi internet yang semakin tinggi. Kondisi tersebut terjadi karena akses masyarakat untuk menggunakan internet semakin mudah. media siber belum memiliki aturan main yang memadai. Media siber masih membuntuti aturan main yang dimiliki media massa yang telah hadir lebih dulu. Hal tersebut sepenuhnya tidak salah. Walaupun begitu, aturan main tersendiri bagi media siber sangat dirasa perlu. Hal itu karena setiap media massa memiliki karakteristik yang berbeda. Sehingga, aturan yang ada harus sesuai dengan karakteristik tersebut

  Setiawan Hendra Kelana menyampaikan pendapatnya bahwa “ Saya selalu menyampaikan kepada wartawan, di dalam pedoman media siber itu banyak hal yang mengatur dan membatasi namun memberikan keleluasaan juga dalam menjalankan profesi sebagai wartawan siber. Misalnya, berita yang aktual dan baru saja terjadi bisa langsung diunggah ke media bila memang belum ada konfirmasi dari pihak-pihak yang berwenang berita tersebut bisa naik lagi sebagai berita terkait. Wartawan sangat dimudahkan dengan hadirnya pedoman media siber tersebut. pedoman ini juga disusun oleh dewan pers dan para pengelola sehingga tetap menjadi salah satu pegangan wartawan” 4

  4 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

  PEDOMAN PEMBERITAAN MEDIA SIBER

  Kemerdekaan

  berpendapat, kemerdekaan

  berekspresi, dan

  kemerdekaan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Keberadaan media siber di Indonesia juga merupakan bagian dari kemerdekaan berpendapat, kemerdekaan berekspresi, dan kemerdekaan pers.

  Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional, memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber sebagai berikut;

1. Ruang Lingkup

  a. Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang ditetapkan Dewan Pers.

  b. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content) adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber, seperti blog, forum, komentar pembaca atau pemirsa, dan bentuk lain.

2. Verifikasi dan keberimbangan berita

  a. Pada prinsipnya setiap berita harus melalui verifikasi.

  b. Berita yang dapat merugikan pihak lain memerlukan verifikasi pada berita yang sama untuk memenuhi prinsip akurasi dan keberimbangan.

  c. Ketentuan dalam butir (a) di atas dikecualikan, dengan syarat:

  1) Berita benar-benar mengandung kepentingan publik yang bersifat mendesak;

  2) Sumber berita yang pertama adalah sumber yang jelas disebutkan identitasnya, kredibel dan kompeten;

  3) Subyek berita yang harus dikonfirmasi tidak diketahui keberadaannya dan atau tidak dapat diwawancarai;

  4) Media memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa berita tersebut masih memerlukan verifikasi lebih lanjut yang diupayakan dalam waktu secepatnya. Penjelasan dimuat pada bagian akhir dari berita yang sama, di dalam kurung dan menggunakan huruf miring.

  d. Setelah memuat berita sesuai dengan butir (c), media wajib meneruskan upaya verifikasi, dan setelah verifikasi didapatkan, hasil verifikasi dicantumkan pada berita pemutakhiran (update) dengan tautan pada berita yang belum terverifikasi.

3. Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

  a. Media siber wajib mencantumkan syarat dan ketentuan mengenai Isi Buatan Pengguna yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik, yang ditempatkan secara terang dan jelas.

  b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat b. Media siber mewajibkan setiap pengguna untuk melakukan registrasi keanggotaan dan melakukan proses log-in terlebih dahulu untuk dapat

  1) Tidak memuat isi bohong, fitnah, sadis dan cabul;

  2) Tidak memuat isi yang mengandung prasangka dan kebencian

  terkait dengan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA), serta menganjurkan tindakan kekerasan;

  3) Tidak memuat isi diskriminatif atas dasar perbedaan jenis kelamin dan bahasa, serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa, atau cacat jasmani.

  d. Media siber memiliki kewenangan mutlak untuk mengedit atau menghapus Isi Buatan Pengguna yang bertentangan dengan butir (c).

  e. Media siber wajib menyediakan mekanisme pengaduan Isi Buatan Pengguna yang dinilai melanggar ketentuan pada butir (c). Mekanisme tersebut harus disediakan di tempat yang dengan mudah dapat diakses pengguna.

  f. Media siber wajib menyunting, menghapus, dan melakukan tindakan koreksi setiap Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan dan melanggar ketentuan butir (c), sesegera mungkin secara proporsional selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah pengaduan diterima.

  g. Media siber yang telah memenuhi ketentuan pada butir (a), (b), (c), dan (f) tidak dibebani tanggung jawab atas masalah yang ditimbulkan akibat pemuatan isi yang melanggar ketentuan pada butir (c).

  h. Media siber bertanggung jawab atas Isi Buatan Pengguna yang dilaporkan bila tidak mengambil tindakan koreksi setelah batas waktu sebagaimana

4. Ralat, Koreksi, dan Hak Jawab

  a. Ralat, koreksi, dan hak jawab mengacu pada Undang-Undang Pers, Kode Etik Jurnalistik, dan Pedoman Hak Jawab yang ditetapkan Dewan Pers.

  b. Ralat, koreksi dan atau hak jawab wajib ditautkan pada berita yang diralat, dikoreksi atau yang diberi hak jawab.

  c. Di setiap berita ralat, koreksi, dan hak jawab wajib dicantumkan waktu pemuatan ralat, koreksi, dan atau hak jawab tersebut.

  d. Bila suatu berita media siber tertentu disebarluaskan media siber lain, maka:

  1) Tanggung jawab media siber pembuat berita terbatas pada berita yang dipublikasikan di media siber tersebut atau media siber yang berada di bawah otoritas teknisnya;

  2) Koreksi berita yang dilakukan oleh sebuah media siber, juga harus dilakukan oleh media siber lain yang mengutip berita dari media siber yang dikoreksi itu;

  3) Media yang menyebarluaskan berita dari sebuah media siber dan tidak melakukan koreksi atas berita sesuai yang dilakukan oleh media siber pemilik dan atau pembuat berita tersebut, bertanggung jawab penuh atas semua akibat hukum dari berita yang tidak dikoreksinya itu.

  e. Sesuai dengan Undang-Undang Pers, media siber yang tidak melayani hak jawab dapat dijatuhi sanksi hukum pidana denda paling banyak Rp500.000.000 (Lima ratus juta rupiah).

5. Pencabutan Berita

  a. Berita yang sudah dipublikasikan tidak dapat dicabut karena alasan penyensoran dari pihak luar redaksi, kecuali terkait masalah SARA, kesusilaan, masa depan anak, pengalaman traumatik korban atau berdasarkan pertimbangan khusus lain yang ditetapkan Dewan Pers.

  b. Media siber lain wajib mengikuti pencabutan kutipan berita dari media asal yang telah dicabut.

  c. Pencabutan berita wajib disertai dengan alasan pencabutan dan diumumkan kepada publik.

6. Iklan

  5.3. Pelanggaran

  Kode Etik Jurnalistik yang Dilakukan

  SuaraMerdeka.com a. Media siber wajib membedakan dengan tegas antara produk berita dan

  iklan.

  b. Setiap beritaartikelisi yang merupakan iklan dan atau isi berbayar wajib mencantumkan keterangan 'advertorial', 'iklan', 'ads', 'sponsored', atau kata lain yang menjelaskan bahwa beritaartikelisi tersebut adalah iklan.

7. Hak Cipta

  Media siber wajib menghormati hak cipta sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

8. Pencantuman Pedoman

  Media siber wajib mencantumkan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini di medianya secara terang dan jelas.

9. Sengketa

  Penilaian akhir atas sengketa mengenai pelaksanaan Pedoman Pemberitaan Media Siber ini diselesaikan oleh Dewan Pers.

  Jakarta, 3 Februari 2012

  (Pedoman ini ditandatangani oleh Dewan Pers dan komunitas pers di Jakarta, 3 Februari 2012). 1

5.3. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang Dilakukan SuaraMerdeka.com

  Berikut ini merupakan salah satu kasus yang diperoleh dari Arsip Dokumen Suara Merdeka.com , tanggal 31 Mei 2017 yang menjerat SuaraMerdeka.com secara rinci melalui arsip dokumen perusahaan yang diberikan pada peneliti, sebagai berikut :

  Myra dan Ktut Tolak Disebut Diberhentikan Tidak Hormat

  JAKARTA, SuaraMerdeka.com - Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa, mantan anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa membantah pemberitaan yang menyebutkan keduanya diberhentikan dengan tidak hormat seperti yang diberitakan SuaraMerdeka.com tanggal 30 Oktober 2010 lalu, dengan judul "Lima dari Delapan Calon Anggota LPSK Bermasalah".

  Dewan pers pun menggelar mediasi pihak redaksi SuaraMerdeka.com dengan Myra dan Ktut terkait pemberitaan tersebut, Rabu (111), di kantor Dewan Pers. "Faktanya adalah tidak benar kami diberhentikan secara tidak hormat," kata Myra di hadapan Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Agus Sudibyo, Leo Batubara, dan Bekti Nugroho.

  Myra dan Ktut juga meminta SuaraMerdeka.com memuat hak jawab, sebagaimana telah dilakukan sejumlah media siber lainnya yang juga memuat

  berita yang sama dari sumber yang sama. 1

  Berikut Surat Hak Jawab dari Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa:

  Terkait pemberitaan media siber www.SuaraMerdeka.com berjudul “Lima dari Delapan Calon Anggota LPSK Bermasalah” edisi 30 Oktober 2011 yang menyangkut nama saya, Myra Diarsi dan Ktut Sudiharsa yang sama sekali tidak berdasarkan fakta yang benar dan dimuat tanpa melakukan verifikasi ataupun klarifikasi kepada kami sebagaimana seharusnya menjadi kaidah etik kerja jurnalisme seperti yang tercantum di dalam Kode Etik Jurnalistik 2006. Tindakan pemberitaan dan pemuatan di media siber SuaraMerdeka.com telah melanggar etik profesi jurnalistik mengenai keberimbangan sumber berita, dan memuat opini yang bersifat menghakimi.

  Faktanya adalah tidak benar kami diberhentikan secara tidak hormat, hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden No.39P 2010 tentang Pemberhentian Anggota LPSK Tgl 5 April 2010, an. I Ktut Sudiharsa, SH, MSi dan Dra. Myra Diarsi, MA. Selain itu perlu diketahui bahwa proses pemberhentian kami tidak mengikuti prosedur pasal 23 dan pasal 25 UU No. 13 2006 tentang Perlindungan Saksi Korban. Untuk pemberhentian anggota LPSK ditentukan dengan menyelenggarakan Sidang Paripurna yaitu bersidangnya 7 orang anggota LPSK untuk membuat Keputusan yang bersifat institusional sesuai dengan Peraturan Presiden No. 30 tahun 2009 tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota LPSK. Faktanya, LPSK tanpa dua orang anggotanya (Dra. Myra Diarsi, MA dan I Ktut Sudiharsa, S.H, Msi) membentuk Majelis Pemeriksa - -yang pembentukannya tidak memiliki dasar hukum-- yang mengeluarkan Putusan Majelis yang bersifat non institusional, namun dianggap sebagai Keputusan Sidang Paripurna LPSK.

  Pemberitaan tanpa uji informasi (verifikasi) tersebut telah kami adukan kepada Dewan Pers pada 10 November 2011, dan pada tanggal 11 Januari 2012 Dewan Pers telah memfasilitasi proses mediasi. Pertemuan berlangsung baik dengan pembahasan yang mengedepankan fairness dan kebenaran informasi publik sebagaimana dimandatkan KODE ETIK JURNALISTIK 2006, serta menyepakati penyelesaian yang lazim dilakukan yakni hak jawab dan permintaan maaf.

  Jakarta, 11 Januari 2012

  Dra MYRA DIARSI, MA dan I KTUT SUDIHARSA, SH, Msi

KRONOLOGIS FAKTA TIM ETIK

  1. Tanggal 3 November 2009 diperdengarkannya rekaman percakapan

  antara I Ktut Sudiharsa dan Anggodo Widjoyo di Mahkamah Konstitusi.

  2. Tanggal 5 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna guna

  meminta klarifikasi I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi (namanya disebut dalam percakapan dan rekaman tersebut)

  3. Tanggal 23 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna

  memutuskan membentuk tim Etik berdasarkan hasil temuan Tim 8.

  4. Tanggal 30 November 2009 LPSK menggelar Rapat Paripurna dan

  mengeluarkan Surat Keputusan LPSK Tentang Pembentukan Tim Etik LPSK dan Surat Keputusan LPSK Tentang Pembebastugasan Sementara atas jabatan Nama I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi tertanggal 1 Desember 2009.

  5. Dasar rapat paripurna dan pengeluaran SK pada point 4, yakni:

  a. ketentuan Pasal 26 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 yang

  menyebutkan bahwa keputusan LPSK diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat dan dalam hal keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dicapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak

  b. Desakan dari masyarakat untuk segera membentuk Dewan Etik

  terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan IKS dan MD dalam rekaman tersebut.

  c. Surat pernyataan sikap dari masing-masing Anggota LPSK terhadap

  dugaan pelanggaran yang dilakukan IKS dan MD dalam rekaman tersebut..

  6. Tim Etik LPSK yang terdiri dari Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH,

  MA, Ph.D., Abdul Hakim Garuda Nusantara, SH, LL.M, Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala, MSi, MSc, Ph.D, DR. Teguh Soedarsono, S.IK, SH, MSi, dan RM. Sindhu Krishno, Bc. IP, SH, MH mulai bekerja sejak 1 Desember 2009 sampai 21 Januari 2010.

  7. Hasil Rekomendasi Tim Etik:

  a. Tim etik menyimpulkan bahwa IKS dan MD telah melakukan

  pelanggaran Etika menurut aspek keseimbangan, keharusan, maupun kepantasan.

  b. IKS dan MD telah melakukan pemberian “personal service” (pelayanan

  individual istimewa yang dinilai tidak wajar).

  c. Sangat patut disesalkan sikap IKS yang tidak mengakui

  kesalahannya, selalu membela diri dengan menggunakan dasar hukum serta merasa diri benar sendiri.

  d. MD sebagai Penanggungjawab Bidang Perlindungan LPSK

  secara sadar melakukan pembenaran dan pengesahan semua tindakan- tindakan yang dilakukan IKS sebagai lingkup tanggung jawabnya.

  e. Tindakan IKS dan MD termasuk perbuatan tercela dan dapat

  berimplikasi mencemarkan keberadaan LPSK sebagai lembaga yang seharusnya dijunjung martabat dan reputasi, ekmandirian, serta kredibilitas sesuai norma Pasal 24 huruf e UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dan Pasal 4 huruf e Perpres Nomor 30 Tahun 2009.

MAJELIS PEMERIKSA DAN SIDANG PARIPURNA

  1. 26 Januari 2010 LPSK menggelar rapat Paripurna untuk

  membahas hasil rekomendasi tim etik. Hasil dari Rapat Paripurna memutuskan menyetujui rekomendasi Tim Etik dan menindaklanjuti dengan membentuk Majelis Pemeriksa sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban Jo Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tata Cara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban.

  2. Dasar hukum pembentukan Majelis Pemeriksa yakni

  ketentuan Pasal 2 Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tatacara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban dimana menyebutkan Ketua danatau Wakil Ketua wajib menyelenggarakan Rapat Paripurna yang membahas dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota LPSK berdasarkan temuan Tim yang berindikasi kuat telah terjadi pelanggaran.

  3. 2 Februari 2010, LPSK membentuk Majelis Pemeriksa yang

  terdiri dari DR. Akil Muchtar, SH, MH, Prof. Koesparmono Irsan, SH, MH, MBA, Dr. Bambang Widjojanto, SH, LLM, Abdul Haris Semendawai, SH, LLM, dan Lies Sulistiani, SH, MH. Majelis Pemeriksa bekerja sejak tanggal 2 Februari 2010 sampai tanggal 3 Maret 2010.

  4. Putusan Majelis Pemeriksa:

  a. Menyatakan IKS dan MD terbukti secara sah

  dan meyakinkan telah melakukan perbuatan tercela berupa tindakan yang mencemarkan martabat dan reputasi serta mengurangi kemandirian dan kredibilitas LPSK.

  b. Menyatakan tindakan IKS dan MD telah

  terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 24 huruf

  e UU Nomor 13 Tahun 2006 tentang perlindunagn Saksi dan Korban dan Pasal 4 huruf e Perpress Niomor 30 tahun 2009.

  c. Menyatakan IKS dan MD harus diberhentikan

  sebagai Anggota LPSK.

  5. 4 Maret 2010, LPSK menggelar rapat paripurna guna

  membahas putusan Majelis Pemeriksa dan Rapat Paripurna menyepakati hal-hal sebagaimana berikut:

  a. Menyepakati untuk setuju atas Putusan Sidang

  Paripurna pada tanggal 3 Maret 2010.

  b. Menyepakati segera menindaklanjuti hasil

  Putusan Majelis Pemeriksa tentang Pemberhentian I Ktut Sudiharsa, SH, MSi dan Dra. Myra Diarsi, MA sebagai Anggota LPSK kepada Presiden RI.

  c. Menyepakati Pembebastugasan Sementara atas

  nama I Ktut Sudiharsa dan Dra. Myra Diarsi, MA pada jabatannya berdasarkan Surat Keputusan Nomor: KEP-035I LPSK122009 telah berakhir.

  d. Membebastugaskan I Ktut Sudiharsa dan Myra

  Diarsi dalam jabatannya sesuai ketentuan Peraturan LPSK Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tatacara Pemeriksaan dan Pemberhentian Anggota LPSK.

  6. 10 Maret 2010 LPSK telah menyampaikan surat

  usulan pemberhentian I Ktut Sudiharsa dan Myra Diarsi kepada Presiden.

  Jakarta, 10 Maret 2010

  Beberapa Pasal Kode Etik Jurnalistik yang terkait atau dituduhkan kepada SuaraMerdeka.com dengan hal ini adalah :

  Pasal 1

  Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

  Berita yang diangkat oleh SuaraMerdeka.com menimbulkan persepsi bahwa wartawan SuaraMerdeka.com tidak menghasilkan berita yang akurat dan beritikad buruk terhadap I Ktut Sudiharsa dan Dra. Myra Diarsi, MA. Padahal, wartawan SuaraMerdeka.com memiliki bukti yang kuat melalui rekaman percakapan antara I Ktut Sudiharsa dan Anggodo Widjoyo di Mahkamah Konstitusi. sehingga, permasalahan ini dapat diselesaikan oleh Iwan kelana selaku Pimpinan Redaksi media siber.

  Pasal 3

  Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

  Wartawan SuaraMerdeka.com dianggap melanggar pasal ke 3 yaitu tidak menguji informasi, tidak memberitakan secara berimbang dan memasukan opini terhadap berita yang terkait dengan Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsa membantah pemberitaan yang menyebutkan keduanya diberhentikan dengan tidak hormat atau dipecat. Namun, wartawan sebelum menulis berita tersebut telah melakukan kroscek dilapangan.

  Pasal 11

  Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

  Pasal ini diberlakukan oleh SuaraMerdeka.com dengan memasukan surat hak jawab Myra Diarsi dan I Ktut Sudiharsake portal berita dan surat kabar Suara Merdeka. Proses mediasi dan hukum juga dijalankan oleh SuaraMerdeka.com . banyak sekali media siber lokal dan nasional yang tersandung kasus pelanggaran ini karena penggunaan kata ‘dipecat’. Contohnya saja, Kompas.com.

5.4. Data Pribadi Dua Wartawan Media Siber SuaraMerdeka.com

  Setelah meminta ijin melakukan penelitian di Suara Merdeka.com, Setiawan Hendra Kelana selaku pimpinan redaksi memilih kedua wartawan yang beliau anggap berkompetensi untuk di teliti oleh peneliti. Kedua wartawan tersebut memiliki jenjang karir atau pengalaman kerja di media sebelumnya. Selain itu Pimpinan Redaksi memilih kedua wartawan yang segmen berita yang dicari sangat berbeda.

Data Pribadi Adib Auliawan Herlambang

  Nama : Adib Auliawan Herlambang Jenis Kelamin : Pria TempatTanggal Lahir : Tegal 4 November 1988 Kewarganegaraan : Indonesia Status : Menikah Agama : Islam Hobi : Olahraga (basket dan lari) Nomor HP : 0856-4126-4743, 0882-1530-8491 E-Mail : adibauliawangmail.com

  Riwayat Pendidikan

  Tahun 1994-2000 SD Negeri Mangkukusuman 7 Tegal Tahun 2000-2003 SMP Negeri 1 tegal

  Tahun 2003-2006 SMA Negeri 4 Tegal Tahun 2006-2010 Program Studi Diploma (D- 3),Jurusan Hubungan Masyarakat Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang, Tahun 2010-2012 Program Studi Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM) Semarang

  Pengalaman Kerja

  Sakit Roemani

  Muhammadiyah Semarang, sebagai Humas. Tahun 2010 – 2011 Bekerja di Olga! Magazine Semarang,

  sebagai Repoter.

  Tahun 2011 – Sekarang Bekerja di Suara Merdeka Siber ( SuaraMerdeka.com ), sebagai Repoter Editor.

Data Pribadi Phutut Ami Luhur.

  Nama : Phutut Ami Luhur Jenis Kelamin : Pria TempatTanggal Lahir : Semarang 21 Januari 1980 Kewarganegaraan : Indonesia Status : Belum Menikah Agama : Islam

  Hobi : Nonton Film Nomor HP : 0821-3375-7824 E-Mail : phutut.ami.luhurgmail.com

Riwayat Pendidikan

  Tahun 1986-1992 SD Kalibanteng Kidul 1 Semarang Tahun 1992-1995 SMP Negeri 19 Semarang Tahun 1995-1998 SMA Negeri 7 Semarang Tahun 1999-2003 Program Studi Diploma (D-

  3),Jurusan Hubungan Masyarakat Public Relations, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang

  Tahun 2005-2010 Program Studi Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro, Semarang

Pengalaman Kerja

  Tahun 2004 Radio channel 99 sebagai Program Officer Tahun 2009 Wartawan Harian Semarang Tahun 2009-2014 Wartawan Tribun Jojga dan Tribun Jateng (ikut

  mendirikan)

  Tahun 2014 sampai sekarang Wartawan di media siber SuaraMerdeka.com Tahun 2014 sampai sekarang Wartawan di media siber SuaraMerdeka.com

  

  SuaraMerdeka.com

  Hasil penelitian yang didapat, wartawan SuaraMerdeka.com telah

  menjalankan keempat kriteria profesional tersebut. Wartawan SuaraMerdeka.com membebaskan kedua wartawan yang peneliti pilih untuk melakukan kegiatan liputan sesuai dengan keinginan hati Nurani mereka memilih topik yang akan dijadikan sebuah karya jurnalistik, jika memang hasil liputan tidak disetujui berita tidak diunggah ke media siber. Kebebasan Pers sudah berlaku bagi kedua wartawan tersebut. seperti yang dilakukan Phutut dalam kesehariannya mencari 3 berita dengan topik yang berbeda. Mulai dari politik,ekonomi dan pendidikan. Meskipun demikian, kebebasan di sini dibatasi dengan kewajiban dan mempertimbangkan secara matang, bertukar pikiran dengan pimpinan redaksi juga sering dilakukan.

KODE ETIK JURNALISTIK

  Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama.

  Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat. Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik:

  Setiawan Hendra kelana selaku Pimpinan redaksi menyampaikan aktivitas yang dilakukan para wartawan siber di SuaraMerdeka.com bahwa “: Jika reporter, tugas utamanya adalah mencari berita hingga menulis. Redaktur tugasnya meng-edit berita yang tulis reporter. Di media siber, ketika berita sudah sampai di redaktur maka berita bisa langsung di unggah ke Portal Berita siber. Kembali lagi kami mengejar kecepatan. Kebetulan, media siber SuaraMerdeka.com uniklah, kami punya Adip yang bisa merangkap sebagai editor dan wartawan yang bisa mencari berita. Hal ini berkaitan dengan wartawan madya yang dijabatnya melalui standar kompetensi yang diselenggarakan PWI. Semua profesi harus professional termasuk wartawan. Uji kompetensi perusahaan media, organisasi kewartawan yang diakui seperti PWI, AJI,IJTV dan wartawan itu sendiri. Hal ini tidak mudah, layaknya partai yang harus diverifikasi. Untuk uji kompetensi wartawan, ada 3 yaitu wartawan muda, wartawan madya, dan wartawan utama. Reporter biasanya wartawan muda, editor wartawan madya, dan wartawan utama adalah pimpinan redaksi. Saat ini, media siber juga mulai berdiri dan ingin melakukan verifikasi sehingga akan dibentuk beberapa organisasi serikat media siber Indonesia , asosiasi media siber Indonesia . organisasi ini berharap diakui oleh Dewan Pers layaknya PWI, AJI, dan IJTV. Tujuan adanya organisasi yang kompeten ini akan merambat kepada keanggotaan yang orangnya juga kompeten maka mampu menyeleksi secara ilmiah media siber yang ada di Indonesia yang abal-abal sampai yang resmi. Organisasi ini akan memiliki persyaratan yang ketat sehingga dapat diverifikasi oleh dewan pers sehingga semakin diakui kehadirannya di Indonesia. Jadi, selama ini belum ada yang menaungi media siber secara spesifik. Keanggotaan ini memang layaknya turunan dari PWI atau AJI. Disini organisasi siber tidak Setiawan Hendra kelana selaku Pimpinan redaksi menyampaikan aktivitas yang dilakukan para wartawan siber di SuaraMerdeka.com bahwa “: Jika reporter, tugas utamanya adalah mencari berita hingga menulis. Redaktur tugasnya meng-edit berita yang tulis reporter. Di media siber, ketika berita sudah sampai di redaktur maka berita bisa langsung di unggah ke Portal Berita siber. Kembali lagi kami mengejar kecepatan. Kebetulan, media siber SuaraMerdeka.com uniklah, kami punya Adip yang bisa merangkap sebagai editor dan wartawan yang bisa mencari berita. Hal ini berkaitan dengan wartawan madya yang dijabatnya melalui standar kompetensi yang diselenggarakan PWI. Semua profesi harus professional termasuk wartawan. Uji kompetensi perusahaan media, organisasi kewartawan yang diakui seperti PWI, AJI,IJTV dan wartawan itu sendiri. Hal ini tidak mudah, layaknya partai yang harus diverifikasi. Untuk uji kompetensi wartawan, ada 3 yaitu wartawan muda, wartawan madya, dan wartawan utama. Reporter biasanya wartawan muda, editor wartawan madya, dan wartawan utama adalah pimpinan redaksi. Saat ini, media siber juga mulai berdiri dan ingin melakukan verifikasi sehingga akan dibentuk beberapa organisasi serikat media siber Indonesia , asosiasi media siber Indonesia . organisasi ini berharap diakui oleh Dewan Pers layaknya PWI, AJI, dan IJTV. Tujuan adanya organisasi yang kompeten ini akan merambat kepada keanggotaan yang orangnya juga kompeten maka mampu menyeleksi secara ilmiah media siber yang ada di Indonesia yang abal-abal sampai yang resmi. Organisasi ini akan memiliki persyaratan yang ketat sehingga dapat diverifikasi oleh dewan pers sehingga semakin diakui kehadirannya di Indonesia. Jadi, selama ini belum ada yang menaungi media siber secara spesifik. Keanggotaan ini memang layaknya turunan dari PWI atau AJI. Disini organisasi siber tidak

  PWI dan Asosiasi lebih ke AJI.” 5

  Akibat terparah dari bertukar pikiran dengan pimpinan redaksi ialah para wartawan harus tunduk pada kepentingan pemilik atau setidaknya pada visi, misi, dan rubrikasi media tersebut. pengubahan atau penghapusan berita yang mengancam stabilitas kinerja SuaraMerdeka ataupun judul yang diubah menjadi hal biasa bagi kedua wartawan ini.

  Tentunya, seorang wartawan siber SuaraMerdeka.com memiliki tanggung jawab pemberitaan. Hal itu disampaikan oleh Setiawan Hendra Kelana bahwa “Sebenarnya, saya menggunakan birokasi yang sederhana saja, siber butuh kecepatan dan aktualitas. Waktu adalah hal yang sangat penting di media siber. Ketika kami mendistribusikan tugas sebagai tugas harian. Seorang pimpinan redaksi yang dibawahnya ada redaktur pelaksana, editor dan wartawan jika ada liputan saya langsung ke redaktur dan wartawannya. Sehingga, semua harus cepat. Kita tidak perlu sistem yang ribet, yang mudah saja tidak selalu sesuai jabatan tapi langsung pada yang bersangkutan sehingga berita sangat cepat diunggah.semua rencana peliputan redaktur yang

  mengkondisikan” . 6

  Jam kerja wartawan siber SuaraMerdeka.com adalah 24 jam sehari karena peristiwa yang harus diliputnya sering tidak terduga dan bisa terjadi kapan saja. Secara profesional, wartawan harus terjun ke lapangan meliputnya. Itulah panggilan dan keterikatan dengan pekerjaan sebagai wartawan. Bahkan, wartawan kadang-kadang harus bekerja dalam keadaan

  5 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber

  SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017 6 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber

  SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017 SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017

  Wartawan SuaraMerdeka.com memiliki keahlian tertentu, yakni keahlian mencari, meliput, dan menulis berita secara cepat melalui ponsel cerdasnya. Termasuk juga, keahlian dalam berbahasa tulisan dan Bahasa Jurnalistik yang mereka asah dengan rajin membaca buku. Hal tersebut disampaikan kedua wartawan tersebut pada peneliti. “saya lebih banyak membaca referensi tentang konten-konten yang sering saya buat. Kalau saya, tertarik sekali membaca majalah Rolling Stone, Hai, dan sebagainya. Keuntungan dari sering membaca adalah menambah “ Bank Kata “ untuk kita

  sendiri. Kosa kata kita jadi bertambah.” Tutur Adib. 7

  Menurut hasil penelitian, kedua wartawan yang diteliti memang sudah mempelajari secara utuh Kode Etik Jurnalistik melalui berbagai pembekalan yang diselenggarkan Dewan Pers. Ternyata, saat praktik profesinya Adib dan Phutut telah mengamalkan tanpa mereka sadari. Adib menyampaikan bahwa: ”Saya mengerti, tapi saya gak hafal dan mengerti setiap butirnya. Namun, yang pasti secara umum saya menjalani dan mempelajari tapi secara tidak sadar saya terapkan seperti hak jawab, hak koreksi dan lain-lain. Kode etik bagi saya adalah dasar pijakan profesi yang saya geluti sehingga tetap berjalan

  sesuai alurnya.” 8 Dua wartawan yang diteliti telah menjalankan profesi mereka sesuai

  dengan tata cara professional seperti menghargai hak asasi narasumber yang diwawancarai, melakukan sistem off the record, dan menyesuaikan dengan fakta dilapangan. Setiawan Hendra Kelana menyampaikan bahwa

  7 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 8 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017

  “Sebenarnya, embrio organisasi kan belum sampai kesana tetapi orang-orang ini kan mereka sudah ikut PWI dan AJI, baik wartawan cetak,radio atau siber

  ketika akan menjadi anggota PWI pun harus mengikuti orientasi kewartawanan ini, disitu akan ada 3 hal utama yaitu Hukum Pers, Kode Etik Jurnalistik dan tentang konvergensi media. Konvergensi media adalah salah satu yang paling mendekati perihal media siber yang kami geluti sehingga, mereka pembekaln yang penting 3 itu. Keterkaitan pedoman siber juga ada. Meskipun mereka ada yang tidak tahu saya akan sampaikan karena sekarang ini masyarakat belum tahu betul kehadiran pedoman media siber yang didalamnya berisikan hal-hal yang harus ditaati media siber itu sendiri.”

  Jelasnya. 9

  Adib menyampaikan bahwa: “Kami disekolahkan lagi untuk pendidikan jurnalistik oleh kantor media Suara Merdeka. Seminar- seminar untuk para wartawan dengan materi yang sudah ditentukan oleh media yang menaungi kami (para wartawan). Ada juga dari PWI ,saya juga ikut disekolahkan dengan PWI kebetulan saya sudah Wartawan Madya. Nah, ada ujiannya untuk mendapatkan kartu identitas wartawan. Hal-hal professional inilah yang harus ditempuh wartawan media siber ataupun media yang lainnya.itu semua dilakukan untuk meningkatkan mutu wartawan dan kualitasnya serta akreditasi diri wartawan tersebut. Tanda pengenal ini sangat penting karena narasumber kini tidak akan mau diwawancarai jika

  wartawannya tidak memiliki tanda pengenal tersebut.” 10

  Phutut menyampaikan bahwa : “Tentunya, memang harus melindungi narasumber, namun harus ada catatan tentang data identitas yang kita simpan. Jika sampai bermasalah sampai ke dewan pers kita punya identitas mereka.

  9 Wawancara dengan Setiawan Hendra Kelana atau Pak Iwan selaku Pimpinan Redaksi siber

  SuaraMerdeka.com tanggal 22 Juni 2017 10 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017

  Gitu sih. Untuk off the record ya haruslah menghargai privasi narasumber dan gak ada niatan buat membeberkan sesuatu yang lain dari berita yang mau

  diangkat.” 11

  Pasal 1

  Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.

  Berita yang dibuat oleh wartawan harus berimbang, akurat dan

  tidak beritikad buruk hal tersebut rentan terjadi pada kasus yang menyangkut konflik dan polemik yang melibatkan dua pihak bahkan lebih. Berita berimbang memerlukan verifikasi, klarifikasi dan konfirmasi dari narasumber. Menurut Ketua Komisi Pengaduan Masyarakat dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers, Agus Sudibyo, berita tidak berimbang merupakan masalah utama media siber (media siber).

  Media siber (portal berita siber) yang memprioritaskan kecepatan

  dalam menyajikan

  laporannya. “Pelanggaran kode etik jurnalistik oleh media siber ini paling banyak di kategori ketidakberimbangan sebanyak 30 kasus,” kata Agus Sudibyo seperti dimuat Berita Satu (232).

  11 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

  Penafsiran

  a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.

  b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.

  c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.

  d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja

  dan semata-mata untuk menimbulkan kerugian pihak lain

  Hasil penelitian yang dilakukan pada wartawan Suara Merdeka.com, wartawan merasa mereka tidak independen karna dinaungi oleh sebuah perusahaan. Sehingga, mereka harus menyesuaikan diri dengan visi misi perusahaan. Saat peneliti melakukan penelitian terhadap kedua wartawan tersebut, Adib dan Phutut telah melakukan penafsiran pasal kedua yaitu akurat dalam menulis berita, berimbang, akurat dan tidak beretikad buruk. Segala berita yang diunggah mereka selalu dikoreksi oleh Pimpinan Redaksi melalui grup Whatsapp tim editor dan wartawannya. Ketika suatu berita tidak sesuai dengan pedoman penafsiran pasal 1 , berita bisa langsung diedit atau dihapus.

  Adib merasa keakuratan dan keberimbangan berita adalah hal yang penting. Media siber satu langkah lebih maju dari media cetak sehingga jika di siber saja tidak akurat , bisa saja mempengaruhi persepsi orang dengan media cetak kami karna berita siber mampu membentuk opini publik.

  Berbeda halnya dengan independen. Mereka berdua saat diteliti serempak mengatakan semua kepentingan berita pasti bercampur aduk dengan kewenangan perusahaan. Jika berita tersebut mengancam perusahaan, tidak berkenan bagi para pimpinan maka wartawan di media tersebut segera menghindari demi kepentingan bersama.

  Adib menyampaikan bahwa : “kalau independen sih sudah tidak karna sudah bercampur dengan kepentingan politik dan bisnis. Berimbang pasti,

  Pasal 2

  Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas jurnalistik

  saya selalu buat berita dari dua sisi kalau di media siber satu berita bisa satu narasumber dan narasumber lain bisa di berita terkaitnya, akurat

  pasti juga saya jalankan tapi kalau beretikad buruk tidak akan saya lakukan

  karna liputan dan berita saya suguhkan untuk masyarakat” 12

  Para wartawan yang berada di setiap media harus mengikuti perubahan ke arah peningkatan kompetensi. Perusahaan SuaraMerdeka.com mendorong wartawan melakukan uji kompetensi guna mendapatkan sertifikat menjadi wartawan yang berkompeten dengan profesinya. Dalam kesepakatan perusahaan pers nasional itu ada enam hal yang disetujui. Khusus untuk butir satu, yang disetujui adalah melaksanakan sepenuhnya Kode Etik Jurnalistik , Standar Perusahaan Pers (SPS), Standar Perlindungan Wartawan (SPW) dan

  Standar Kompetensi Wartawan (SKW). 13

  Dalam melaksanakan tugasnya wartawan harus memiliki

  standar kompetensi yang memadai dan disepakati oleh masyarakat pers. Standar kompetensi itu menjadi alat ukur profesionalitas wartawan. SKW ini diperlukan untuk melindungi kepentingan publik dan hak pribadi masyarakat guna menjaga kehormatan pekerjaan wartawan. Jadi, bukan untuk membatasi hak-hak warga negara menjadi wartawan. Melalui SKW ini pula wartawan akan diuji kemampuan intelektual dan pengetahuan umumnya. Sebab, SKW itu melekat pemahaman tentang pentingnya kemerdekaan berkomunikasi, berbangsa dan bernegara yang demokratis.

  Kemampuan untuk memahami etika dan hukum pers, konsepsi berita, penyusunan dan penyuntingan berita, serta bahasa tidak dapat dilepaskan dari kaita kompetensi wartawan. Hal ini juga menyangkut kemahiran melakukan

  12 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 13 Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Online Bapak Iwan Kelana, tanggal 6 Mei 2017 12 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 13 Wawancara dengan Pimpinan Redaksi Online Bapak Iwan Kelana, tanggal 6 Mei 2017

  Penafsiran Cara-cara yang profesional adalah:

  a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;

  b. menghormati hak privasi;

  c. tidak menyuap;

  d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

  e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;

  f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;

  g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya sendiri;

  h. cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan beritainvestigasi bagi kepentingan publik.

  Cara-cara professional ini telah ditempuh oleh kedua wartawan SuaraMerdeka.com hal tersebut terbukti dalam percakapan saya dengan adib, beliau menyampaikan bahwa :

  “ Kami disekolahkan lagi untuk pendidikan jurnalistik oleh kantor media Suara Merdeka. Seminar- seminar untuk para wartawan dengan materi

  yang sudah ditentukan oleh media yang menaungi kami (para wartawan). Ada juga dari PWI ,saya juga ikut disekolahkan dengan PWI kebetulan saya sudah Wartawan Madya. Nah, ada ujian kompetensinya untuk mendapatkan kartu identitas wartawan. Hal-hal professional inilah yang harus ditempuh wartawan media siber ataupun media yang lainnya. Semua dilakukan untuk meningkatkan mutu wartawan dan kualitasnya serta akreditasi diri wartawan tersebut. Tanda pengenal ini sangat penting karena narasumber kini tidak akan mau diwawancarai jika wartawannya tidak memiliki tanda pengenal tersebut.” jelasnya. 14

  Hal yang hampir sama juga peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan Phutut, beliau menyampaikan bahwa :

  ”Saya kira setiap wartawan yang mendapat pelatihan dan tergabung dalam media resmi menempuh cara-cara profesional dalam melaksanakan

  tugas jurnalismenya.” 15

  Adib dan Phutut selalu membawa tanda pengenal saat melakukan liputan, namun sering kali mereka tidak menunjukan. Relasi yang mereka bangun dengan narasumber diawal karier sehingga mereka sudah dikenal sebagai wartawan walaupun media siber SuaraMerdeka.com belum banyak diketahui masyarakat.

  Hak privasi juga telah mereka lakukan saat melakukan liputan. Jika narasumber meminta off the record, Adib dan Phutut sangat menghargai informasi yang tidak akan diangkat di media sehingga narasumber juga

  14 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 15 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017 14 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017 15 Wawancara dengan Phutut selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 11 Juni 2017

  Adib pernah melakukan pelanggaran pada pasal ini, terkait dengan kesalahan tidak mencantumkan sumber pada foto yang ada di berita liputannya. Adib menyampaikan pelanggaran yang pernah ia lakukan.

  “saya pernah meliput suatu event di solo, saya menulis artikel berita tersebut tapi saya lupa ambil foto. Sampai disini, saya ambil foto di google. Namun, saya lupa mencantumkan sumber dan setiap berita masuk ke siber langsung diunggah di Twitter dan sosial media SuaraMerdeka.com . nah, si pemilik foto komentar di twitter kenapa SuaraMerdeka.com mencantumkan foto yang dia miliki tanpa ijin. Lalu saya urus semuanya secara kekeluargaan , saya telepon lalu saya tawarkan mau berita ini di hapus atau foto yang diambil dari google di beri sumber atas nama pemilik foto tersebut. Akhirnya,

  pemilik foto hanya minta dicantumkan sumbernya.” Jelas Adib. 16

  Pasal 3

  Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

  Salah satu buku yang membahas mengenai asas praduga tak bersalah adalah “Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP Penyidikan Dan Penuntutan” yang ditulis M. Yahya Harahap, S.H. Dalam buku tersebut, mengenai penerapan asas praduga tak bersalah, Yahya Harahap menulis sebagai berikut (hal. 34):

  16 Wawancara dengan Adib selaku wartawan siber SuaraMerdeka.com tanggal 16 Mei 2017

  “Tersangka harus ditempatkan pada kedudukan manusia yang memiliki hakikat martabat. Dia harus dinilai sebagai subjek, bukan objek.