Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Alat Pelindung Diri (APD)

2.1.1

Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)
Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadangkadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,
sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi
penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya
teknis pencegahan kecelakaan.
Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus
digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.
Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi
alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan

dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi
dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.
2.1.2

Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)
Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan
APD adalah :

1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik
atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.

Universitas Sumatera Utara

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan
rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Tahan untuk pemakaian yang lama.
6.Tidak


menimbulkan

bahaya-bahaya

tambahan

bagi

pemakainya

yang

dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam
penggunaannya.
7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.
9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.
2.1.3

Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida
Menurut Cahyono (2004), alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan

yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang
berbahaya. Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah
pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan dan kaki.

Universitas Sumatera Utara

Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :
a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan
panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian
sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan
untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat
dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk
dibersihkan.

b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama
harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.
c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus
menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk
melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang
kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus
untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk
melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa
sawit.
d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :
1. Chemical catridge respirator, yaitu respirator/masker yang pada bagian
saringan (filter) dipasang dalam silinder dapat menyerap bahan-banan/zat-zat
kimia berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan
bila bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu
pestisida.

Universitas Sumatera Utara

2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol
(conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada

jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja
dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat.
3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur
atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara
rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang
dipergunakan sangat tinggi.
4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan
supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung
oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk
bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.
e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang
terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikelpartikel pestisida.
f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika
pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene.
Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian
pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena
pestisida yang melekat sukar dicuci.
g. Safety shoes atau sepatu boot yang terbuat dari bahan neoprene.

Universitas Sumatera Utara


2.2

Pestisida Nabati
Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman

Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih
melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua
petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan
penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut
memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan,
perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap
pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif
untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan
senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama
Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005).
Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai
pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung
alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau

tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai
ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di
Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go
Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama
pangan organik di dunia. Oleh karena itu dalam SNI 01-6729-2002 yang mengatur
sistem pangan organik telah melarang penggunaan pestisida kimia dan dianjurkan

Universitas Sumatera Utara

menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara
mekanis (Rizal, 2009).
2.2.1

Pengertian Pestisida Nabati
Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya

berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan
dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka
jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak
mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan

karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and
run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah
hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan
demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di
konsumsi (Kardinan, 2004).
Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau
menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat
melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati
sangat spesifik yaitu:
1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa
2. Menghambat pergantian kulit
3. Menganggu komunikasi serangga
4. Menyebabkan serangga menolak makan
5. Menghambat reproduksi serangga betina
6. Mengurangi nafsu makan

Universitas Sumatera Utara

7. Memblokir kemampuan makan serangga
8. Mengusir serangga (Repellent)

9. Menghambat perkembangan patogen penyakit
Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati
dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan
pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar
pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah
agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan
lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak
bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh
tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu.
Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000
jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya
jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400
jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung
bahan pestisida (Kardinan,2004).
Sudarmo dan Mulyaningsih (2014) menyatakan bahwa penggunaan
ekstrak tanaman sebagai pestisida alternatif mulai banyak diminati. Pasalnya,
ekstrak tanaman memiliki banyak keunggulan dan manfaat dibandingkan dengan
jenis pestisida lainnya. Berikut berbagai keunggulan dan manfaat pestisida nabati :

1. Relatif murah dan aman terhadap lingkungan

Universitas Sumatera Utara

2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan
3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman.
4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.
5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.
6. Mudah dibuat dan diaplikasikan.
7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu.
8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan
penyakit.
Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri
bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development
(OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan
organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun
1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik,
dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan
sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacammacam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan
tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut.

a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.
b. Bersahabat dengan alam.
c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.
d. Meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan hidup.
e. Meminimalkan pemakaian bahan yang tidak dapat diperbaharui.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Pembuatan Pestisida Nabati
Kardinan (2004) menyatakan bahwa cara pembuatan pestisida nabati dari

berbagai jenis tumbuhan tidak dapat dijelaskan secara khusus atau distandarisasi
karena memang sifatnya tidak berlaku umum. Suatu ramuan pestisida nabati yang
berhasil baik atau bersifat efektif disuatu tempat belum tentu berhasil dengan baik
pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus
lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika
tumbuh di lingkungan yang berbeda kandungan bahan aktifnya pun dapat berbeda
pula.
Secara garis besar pembuatan pestisida nabati dibagi menjadi du cara,
yaitu secara sederhana dan secara laboratorium. Cara sederhana (jangka pendek)
dapat dilakukan oleh petani dan pengunaan ekstrak biasanya dilakukan sesegera
mungkin setelah pembuatan ekstrak dilakukan. Cara laboratorium (jangka
panjang) biasanya dilakukan oleh tenaga ahli yang sudah terlatih. Hasil
kemasannya memungkinkan untuk disimpan relatif lama. Pembuatan pestisida
cara sederhana berorientasi kepada penerapan usaha tani berinput rendah,
sedangkan pembuatan cara laboratorium berorientasi pada industri.
Pembuatan pestisida nabati secara laboratorium membutuhkan alat dan
bahan kimia khusus serta harus dilakukan tenaga ahli. Hal tersebut menyebabkan
produk pestisida nabati menjadi mahal, bahkan sering kali lebih mahal daripada
pestisida sintetis yang sekarang sudah banyak beredar. Selain biaya yang mahal,
proses pembuatan cara laboratorium memerlukan penanganan khusus, seperti
penyimpanan yang khusus karena sifat pestisida nabati mudah terdegradasi. Oleh

Universitas Sumatera Utara

karena itu, pembuatan dan penggunaan pestisda nabati lebih diarahkan dan
dianjurkan kepada cara sederhana, untuk luasan terbatas dan dalam jangka waktu
penyimpanan terbatas. Namun, lain halnya apabila penggunaannya diarahkan
pada kegiatan organic farming (pertanian organik) yang menghindari pengunaan
bahan-bahan kimia sintetis.
Untuk menghasilkan bahan pestisida nabati dapat dilakukan beberapa
teknik berikut:
1. Pengegerusan,

penumbukan,

pembakaran,

atau

pengepresan

untuk

menghasilkan produk berupa tepung, abu, atau pasta.
2. Rendaman untuk produk ekstrak.
3. Ektraksi dengan menggunakan bahan kimia pelarut disertai perlakuan khusus
oleh tenaga yang terampil dan dengan peralatan yang khusus.
Dengan dikembangkannya pemanfaatan pestisida nabati di harapkan petani
atau pengguna dapat mempersiapkan sendiri cara pengendalian hama terpadu.
2.2.3

Jenis - Jenis Tumbuhan Pestisida Nabati
Sudarmo dan Suryaningsih (2014) menyatakan bahwa Indonesia

merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Banyak jenis
tumbuhan yang tanpa disadari mengandung bahan aktif pestisida dan tumbuh di
sekitar kita, bisa di sekitar kebun, pinggir jalan, pematang, pinggir selokan air,
atau kebun yang tidak terawat. Agar bisa dimanfaatkan, tentu harus mengenal
jenis – jenis tanaman tersebut. Walaupun sering dianggap remeh, tanaman yang
tumbuh liar kadang memiliki manfaat dan khasiat di luar dugaan. Banyak di
antaranya yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit

Universitas Sumatera Utara

seperti halnya pestisida. Namun, berbeda dengan pestisida kimia, dosis pestisida
nabati biasanya disampaikan dalam kisaran. Pasalnya, kandungan pestisida nabati
tergantung pada lingkungan tumbuh.
Contoh tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida menurut Sudarmo
dan Mulyaningsih (2014)
a. Insektisida (Mengatasi Serangga)
1. Ajeran
Nama asing

: Black jack, Spanish needle

Nama Ilmiah

: Bidens pilosa L.

Famili

: Asteraceae

Nama daerah

: Ajeran, jaringan, ketut, hereuga

Bagian tanaman yang digunakan

: Seluruh bagian tanaman

Sifat

: Insektisida
Tumbuhan ini termasuk tumbuhan liar dan banyak ditemui di pinggir

jalan. Kadang-kadang ditanam di halaman rumah sebagai tanaman hias.
Tumbuhan ini tergolong terna, tinggi dapat mencapai 150 cm. Daun berkumpul
tiga-tiga, masing-masing berbentuk bulat telur dengan sisi daun bergerigi.
Mahkota bunga berwarna putih dengan putik berwarna kuning. Ajeran
mengandung alkaloid poliina, saponin, zat pahit, minyak atsiri, zat samak,
flavonoid, teren, fenilpropanoid, lemak, dan benzenoid.
2. Baru Cina
Nama asing

: Mugwort, felon, common wormwood

Nama Ilmiah

: Artemisia vulgaris Linn.

Universitas Sumatera Utara

Famili

: Compositae

Nama daerah

: Baru cina, suket gajahan, kolo, goro-goro

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan tangkai

Sifat

: Insektisida
Tanaman ini merupakan terna menahun dengan tinggi mencapai 1 meter.

Dapat tumbuh subur tanah yang cukup lembab dan kaya humus seperti di hutan
dan ladang. Tanaman yang berasal dari Cina ini dapat tumbuh di ketinggian
hingga 3000 meter dpl. Tanaman ini merupakan herba setengah berkayu. Daun
berwarna hijau, di bagian bawah warna lebih putih. Bunga berwarna kuning
muda, serta tumbuh keluar dari ketiak daun dan ujung tangkai. Tanamn ini banyak
mengandung minyak atsiri, artemisin, keubrakit, tauremisin, sitosterina, adenine,
tetrakosanol, ferneol, stigmasterina, amirin, tanin, dan resin.
3. Brotowali
Nama asing

: Tinospora, makabuhay, boraphet

Nama Ilmiah

: Tinospora rumpii Boerl

Famili

: Menispermaceae

Nama daerah

: Bratawali, butrawali, putrawali, andawali

Bagian tanaman yang digunakan

: Batang dan akar

Sifat

: Insektisida
Brotowali merupakan tumbuhan merambat dengan panjang mencapai 2,5

m atau lebih. Biasanya tumbuh liar di hutan atau lading dan ditanam di halaman
dekat pagar sebagai tumbuhan obat. Batang sebesar jari kelingking dan rasanya
pahit. Bunga kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Cara perbanyakan

Universitas Sumatera Utara

tanaman dapat dilakukan dengan melakukan setek batang. Brotowali banyak
mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, pikroretin, harsa,
barberin, palmatin, kolumbin, dan kokulkin.
4. Duku
Nama asing

: Langsat

Nama Ilmiah

: Lansium domesticum Corr.

Famili

: Meliaceae

Nama daerah

: Langsat, lase, langsek,lasa, lasate

Bagian tanaman yang digunakan

: Biji

Sifat

: Insektisida
Tanaman ini dapat tumbuh hingga ketiggian 30 m dengan diameter batang

hingga 75 cm. Daunnya majemuk bisa saling berhadapan, berseling, atau
menyirip. Permukaannya halus sampai berambut kecil dan terlihat mengilap.
Perbungaan ada yang bersifat majemuk dan soliter. Tandan sebanyak 2- 10
kelompok pada cabang atau batang. Bunga bersifat hemafrodit, tumbuh di batang,
cabang, atau tangkai. Kelopak daun tebal berbentuk magkuk. Sementara itu, daun
mahkota tebal, tegak, berwarna putih atau kuning pucat, dan berbentuk oval.
Tangkai benang sari agak berambut. Kandung lembaga berbentuk bulat. Tangkai
kepala putik pendek dan tebal dengan kepala putik lebar.
5. Mengkudu
Nama asing

: Great morinda, cheese fruit

Nama Ilmiah

: Morinda citrifolia

Famili

: Rubiaceae

Universitas Sumatera Utara

Nama daerah

: Mengkudu, pace, cangkuang, bengkudu

Bagian tanaman yang digunakan

: Buah, daun, dan akar

Sifat

: Insektisida
Tanaman mengkudu merupakan tanaman tahunan berbentuk erdu dengan

ketiggian 3-8 m. Batang tanaman keras (berkayu) tumbuh mengarah ke atas, dan
memiliki banyak percabangan. Daunnya termasuk tunggal, yaitu satu helai daun
pada setiap satu tangkai daun. Daun berbentuk lonjong dengan permukaan atas
berwarna hijau agak pucat. Tangkai daun pendek dan melekat pada batang atau
cabang secara berseling-seling atau berpasangan. Daun tampak rimbun, semakin
subur pertumbuhan tanaman semakin besar ukuran daunnya.
Berbunga sempurna dan menghasilkan buah semu majemuk. Mempunyai
bentuk buah yang bervariasi, dengan permukaan yang tidak rata. Buah muda
berwarna kehijauan dan berubah menjadi hijau keputihan ketika matang. Bijinya
keras, berbentuk segitiga, dan berwarna coklat kemerahan. Tanaman mengkudu
berakar tunggang dan berwarna coklat muda. Kandungan bahan kimianya terdiri
dari xeronin, proxeronin, scopoletin, dan antraquinan.
6. Cabai Merah
Nama asing

: Chili, red peppers

Nama Ilmiah

: Capsicum annuum L.

Famili

: Solanaceae

Nama daerah

: Lombok, cabai, cabi, lado

Bagian tanaman yang digunakan

: Buah dan biji

Sifat

: Insektisida, akarisida, virusida, repellent

Universitas Sumatera Utara

Merupakan tumbuhan perdu tegak, tinggi 1-2,5 m, batang berkayu, dan
berbentuk silindris. Percabangan berbrntuk simpodial. Batang muda berambut
halus, berwarna hijau. Arah tumbuh batang tegak lurus, sedangkan arah tumbuh
cabang condong ke atas. Daun tunggal, bertangkai silindris, dan letaknya tersebar.
Helai daun berbentuk bulat telur dengan ujung meruncing, pangkal membulat, dan
tepi rata. Pertulangan daun menyirip, berwarna hijau, dan daging daun seperti
kertas. Cabai merah banyak mengandung kapsaisin, dihidrokapsaisin, damar,
kapsantin, karoein, kapsarubin, zeasantin, dan kriptosantin.
7. Lidah Buaya
Nama asing

: Aloe

Nama Ilmiah

: Aloe barbadensis Milleer

Famili

: Aloeaceae

Nama daerah

: Lidah buaya, ilat boyo

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan rimpang

Sifat

: Insektisida, bakterisida, fungisida, perekat,

dan antraktan
Tanaman ini termask perdu sukulen tahunan dengan batang yang sangat
pendek. Daun berpelepah. Tepi daun biasanya berombak atau bergerigi. Daunnya
mengandung cairan tidak berwarna, tetapi kadang ada pula yang berwarna kuning,
cokelat, atau abu-abu. Perbungaan bersifat pseudo-lateral, sederhana atau
bercabang. Bunga yang dihasilkan biseksual, protandrius, dan bisa hanya jantan
atau betina. Buah berbentuk kapsul dab berbiji banyak. Bijinya memanjang dan

Universitas Sumatera Utara

bulat telur, berwarna abu-abu atau hitam, bersalut biji. Kandungannya terdiri dari
saponin, flavonoida, polifenol, dan tanin.
8. Sirsak
Nama asing

: Soursop

Nama Ilmiah

: Annona muricata Linn

Famili

: Annonaceae

Nama daerah

: Sirsak, nangka sebrang, nangka landa

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan biji

Sifat

: Insektisida, repellent, antifeedant
Tinggi pohon sirsak biasa mencapai 9 m. Daunnya berbentuk bulat telur

dan agak tebal. Permukaan daun bagian atas halus dan berwarna hijau tua,
sedangkan bagian bawahnya berwarna lebih muda. Memiliki akar tunggang.
Mempunyai batang berkayu dan dapat hidup menahun. Daging buahnya putih dan
bercita rasa manis. Berbiji banyak dan berduri pendek. Mengandung bahan kimia
yang terdiri dari tannin, fitosterol, dan ca-oksalat alkaloid murisine
9. Mindi
Nama asing

: Chinaberry, Persian lilac

Nama Ilmiah

: Melia azadirach

Famili

: Meliaceae

Nama daerah

: Mindi

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan biji

Sifat

: Insektisida, fungisid, antifeedant, repellent

Universitas Sumatera Utara

Termasuk pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m. Semakin
tua, kulit batang akan pecah atau bersisik. Daun majemuk dengan posisi saling
berhadapan, memiliki lentisel, berbentuk bulat telur. Pangkal daun runcing, tepi
daun bergerigi. Bunga berwarna keunguan. Kandungan bahan terdiri dari
margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon.
10. Mimba
Nama asing

: Bird’s eye kalantas, nim, margosa

Nama Ilmiah

: Azadirachta indica A.Juss

Famili

: Meliaceae

Nama daerah

: Mimba, nimba, kayu bawang

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan biji

Sifat

:Insektisida,fungisida, repellent
Tinggi pohon mencapai 20 m dengan batang bengkok dan pendek. Daging

batang berwarna kelabu inti kayu berwarna merah. Tajuk rapat berbentuk oval dan
besar. Daunnya sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau sepeti bawang putih.
Mengandug bahan kimia terdiri dari azadirachtin, meliantriol, salannin, dan
nimbin.
b. Nematisida (Mengatasi Nematoda)
1. Bunga Piretrum(krisan)
Nama asing

: Pyrethrum

Nama Ilmiah

: Chysanthemum cierariafolium Trev

Famili

: Compositae

Nama daerah

: Kepundung

Universitas Sumatera Utara

Bagian tanaman yang digunakan

: Bunga, tangkai, daun, dan akar

Sifat

: Nematisida, insektisida, fungisida,
Termasuk tanaman terna dengan tinggi 0,5-1 m. Batang tegak, membulat,

sedikit bercabang. Daun tunggal dan berseling permukaannya kasar dan berwarna
hijau. Bunga majemuk, putik halus dan benang sari berkumpul ditengah bunga,
Buah lonjong, kecil ditutupi selaput buah. Akar tunggang dan berwarna putih.
Kandungan bunga piretrum terdiri dari piretrin, cenilin, dan jasmolin
2. Jahe
Nama asing

: Gingger

Nama Ilmiah

: Ziniber officinale

Famili

: Zingiberaceae

Nama daerah

: Jahe, jahi

Bagian tanaman yang digunakan

: Rimpang

Sifat

: Nematisida, fungisida, insektisida
Termasuk tanaman herba semusim, tumbuh tegak tinggi 40-50 cm. Batang

semu, rimpang dan berwarna hijau. Daun tunggal berbentuk lanset. Mahkota
bunga berbentuk corong. Jahe mengandung N-nonylaldehide, dicamphene, D-aphellendrene, methyl heptenone, cineol, geraniol, linalool, acrates, dan citral
c. Fungisida (Mengatasi Jamur)
1. Cengkih
Nama asing

: Clove

Nama Ilmiah

: Syzygium aromaticum

Famili

: Myrtaceae

Universitas Sumatera Utara

Nama daerah

: Cengkih, bunga cengkeh, bunga lawang

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun, bunga, dan tangkai bunga

Sifat

: Fungisida
Merupakan tanman asli Maluku. Berbentuk pohon mencapai 20 m. Daun

muda berwarna coklat muda. Ujung tunas kuncup. Cengkih banyak mengandung
bahan kimia seperti eugenol, eugenol asetat, kariofilen, sesquiterpenol, dan
naftalen.
2. Putri Malu
Nama asing

: Sensitive plant spray

Nama Ilmiah

: Mimosa pudica

Famili

: Mimosasaceae

Nama daerah

: Putri malu, rebah bangun, si kejut kucing

Bagian tanaman yang digunakan

: Seluruh bagian tanaman

Sifat

: Fungisida
Tanaman herba setengah perdu, batangnya bulat berambut dan berduri.

Berbentuk lonjong dengan ujung lancip berwarna hijau. Bunga bulat seperti bola
berwarna merah muda. Akar pena yang kuat. Mengandung mimosin, asam
pipekolinat, tannin, alkaloid, saponin, sterol, polifenol dan flavonoid.
3. Kunyit
Nama asing

: Round-rooted galanga

Nama Ilmiah

: Curcuma domestica

Famili

: Zingiberaceae

Nama daerah

: Kunyit, kuning, kunir, koneng

Universitas Sumatera Utara

Bagian tanaman yang digunakan

: Rimpang

Sifat

: Fungisida, insektisida, dan reppelent
Tanaman ini tmbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari

rimpangnya. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar,
yaitu

seukuran

telur

puyuh.

Kandungannya

terdiri

dari

kurkumin,

demoteksikurkumin, dan volatin oil
4. Lengkuas
Nama asing

: Greater galingale

Nama Ilmiah

: Alpinia galangal

Famili

: Zingiberaceae

Nama daerah

: Lengkuas, laos, laja

Bagian tanaman yang digunakan

: Rimpang

Sifat

: Fungisida dan insektisida
Tanaman terna tegak tinggi 2m. Batang muda keluar sebagai tunas dari

pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi pelepah daun. Batangnya bertipe
semu. Daunnya tunggal dan bertangkai pendek. Bunga majemuk dalam tandan
yang bertangkai panjang. Umbi berbau harum, ada yang putih ada yang merah.
Banyak menganduk meil sinamat, sineol, eugenol, kamfer, seskuiterpen, dan
flavonoid.
5. Pepaya
Nama asing

: Papaya

Nama Ilmiah

: Carica papaya

Famili

: Caricaceae

Universitas Sumatera Utara

Nama daerah

: Papaya, keela gantung, kates

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun

Sifat

:Fungisida, insektisida, repellent, rodentisida
Tumbuhan berbatang tegak dan basah. Bunga putih buahnya masak

berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti melon. Tinngi mencapai 8-10 m
dengan akar kuat. Bentuk daun menyerupai telapak tangan manusia. Pepaya
mengandung papain, alkaloid karpaina, pseudokarpaina, glikosid, karposid,
saponin, lipase, glutamin, karpain dan kemokapain.
6. Sirih
Nama asing

: Pepe betel, betelvine

Nama Ilmiah

: Piper bettle Linn

Famili

: Peperaceae

Nama daerah

: Sirih, suruh, sedah

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun

Sifat

: Fungisida dan insektisida
Tumbuhan merambat dengan ketinggian mencapai 15 meter. Batang

umumnya berwarna coklat kehijauan, batang berbentuk bulat. Batangnya
memiliki ruas sebagai tempat bakal tumbuhnya akar. Daun terbentuk seperti
jantung dengan bagian ujung daun runcing dan tumbuh berselang seling. Bila
daun diremas, akan mengeluarkan aroma khas. Bunga majemuk berbenuk bulir,
memiliki daun pelindung sekitar 1 mm dengan bentuk bulat panjang. Bentuk buah
bulat berwarna hijau keabu-abuan. Akarnya tunggang dengan berbentuk bulat dan

Universitas Sumatera Utara

warna coklat kekuningan. Mengandung eugenol, methyl eugenol, karkavon,
kavikol, tiamin, riboflavin, dan tannin
d. Bakterisida (Mengatasi Bakteri)
1. Bawang Putih
Nama asing

: Garlic

Nama Ilmiah

: Allium sativum L

Famili

: Lilliaceae

Nama daerah

: Bawang putih, lasum

Bagian tanaman yang digunakan

: Umbi,daun dan bunga

Sifat

: Bakterisida, insektisida, nematisida,
Bawang putih termasuk tanaman terna berumbi lapis dan suing bersusun,

Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak. Mempunyai batang
semu yang berbentuk dari pelepah-pelepah daun. Daunnya mirip pita, berbentuk
pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut kecil. Bawang putih
mengandung minyak atsiri, tain, aliin, alisin, dan enzim eliinase
2. Serai Wangi
Nama asing

: Java citronella, old citronella grass

Nama Ilmiah

: Cymbopogon nardus

Famili

: Graminae

Nama daerah

: Serai wangi,sere, sorani

Bagian tanaman yang digunakan

: Akar dan daun

Sifat

: Bakterisida, nematisida, repellent

Universitas Sumatera Utara

Herba menahun dengan tinggi 50 – 100 cm. Panjang daunnya mencapai 1
meter dan lebar 1,5 cm. Tanaman ini tumbuh berumpun. Daun tunggal berjumbai,
panjang sampai 1 meter, dan lebar 1,5 cm. Bagian bawah daun agak kasar dengan
tulang daun sejajar. Batang tidak berkayu, berusuk pendek, dan berwarna putih.
Akarnya serabut.Kandungan bahan kimianya terdiri dari sitral, sitronela (35%),
geraniol (35-40%), mirsena, nerol, farnesol methyl heptanol, dan dipentena.
e. Akarisida (Mengatasi Tungau)
1. Ketumbar
Nama asing

: Coriander, Chinese parseley

Nama Ilmiah

: Coliandrum satiivum

Famili

: Apiaceae

Nama daerah

: Ketumbar,hatumbar

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun dan biji

Sifat

: Akarisida, fungisida, repellent
Ketumbar tumbuh subur dikebun-kebun dataran rendah dan pegunungan.

Daunnya mirip seledri, tinggi 1m. Daunnya berwarna hijau degan gerigi.
Bunganya majemuk berbentuk payung, bentuk buah bulat kuning bersusun.
Ketumbar mengandung saponin, flavonoida, dan tanin
f. Repellent (Zat Pebolak)
1. Bawang Merah
Nama asing

: Onion, shallot onion

Nama Ilmiah

: Allium cepa L

Famili

: Alliaceae

Universitas Sumatera Utara

Nama daerah

: Brambang abang, bawang abang mirah

Bagian tanaman yang digunakan

: Umbi lapis

Sifat

:Repellent da insektisida
Merupakan tanaman herba semusim yang tidak berbatang. Daun tunggal

umbi lapis berwarna merah keputihan. Bunga berbentuk bongkol, biji berbentuk
segitiga berwarna hitam. Kandungan bahan kimia terdiri dari minyak atsisri,
sikloaliin, metilaliin, saponin dan peptide.
2. Tembakau
Nama asing

: Tobacco

Nama Ilmiah

: Nicotiana tabacum

Famili

: Solanaceae

Nama daerah

: Tembakau, bako, tembaku

Bagian tanaman yang digunakan

: Daun

Sifat

: Repellent, insektisida, antifeedant
Tanaman terna semusim yang bias tumbuh 2 m. Batang berkayu, bulat,

berbulu dan berwarna hijau. Tekstur tepi daun rata, ujung runcing tangkai daun
keputihan. Bunga bersifat majemuk, tumbuh ujung batang dan putik berwarna
putih. Mengandung nikotin, saponin, flavonoida dan politenol.
3. Jengkol
Nama asing

: Jengkol

Nama Ilmiah

: Pithecolobium lobatum

Famili

: Leguminosae

Nama daerah

:

Universitas Sumatera Utara

Bagian tanaman yang digunakan

: Buah

Sifat

: Repellent, dan antifeedant
Buah jengol atau ekstrak air buah jengkol dapat mengendalikan tikus

dengan ditebarkan disekitar tanaman atau didepan lobang sarang tikus, juga dapat
menekan serangan walang sangit. Mengandung saponin, flavonoida, tanin, asam
jengkolat, ureum, dan belerang.
g. Antifeedant (Zat Penolak Makan)
1. Bengkuang
Nama asing

: Chop-suey,

Nama Ilmiah

: Pachyrhyzus erosus

Famili

: Fabaceae

Nama daerah

: Bengkuang, singkuang

Bagian tanaman yang digunakan

: Biji, daun dan batang

Sifat

:Antifeedant, insektisida
Tanaman buah berbentuk herba dan tumbuh melilit, memanjat. Tinggi 5-6

m batang berbulu. Berakar tunggang, akanya menghasilkan umbi. Kulit umbi
berwarna coklat muda, sedangkan dagingnya berwarna putih. Kandungan bahan
kimianya terdiri dari retenon dan pachyrizid.
2. Mahoni
Nama asing

: Mahagony

Nama Ilmiah

: Switenia mahagoni

Famili

: Meliaceae

Nama daerah

: Mahagoni,maoni

Universitas Sumatera Utara

Bagian tanaman yang digunakan

: Biji

Sifat

: Antifeedant, repeelent
Tanaman tahunan dengan tinggi 30 m. Berakar tunggang dengan batang

bulat, percabangan banyak, dan berkayu getah. Daunnya berupa daun majemuk,
menyirip genap, dan tepi daun rata. Di dalam buah terdapat biji berbentuk pipih
dengan ujung agak tebal dan warna coklat kehitaman. Banyak mengandung
saponin dan flavonoida.
2.2.4

Ramuan Pestisida Nabati dan Aplikasinya
Beberapa contoh ramuan pestisida nabati dan sararan OPT pada tanaman

hortikultura menurut Kardiman (2004) dan Sudarmo (2005), dan Lestari ( 2008)
2.2.4.1 Ramuan Untuk Mengendalikan Serangan Hama
1. Ramuan untuk mengendalikan serangga hama secara umum
Bahan :
Daun nimba 8 kg, lengkuas 6 kg, serai 6 kg, detergent/sabun colek 20
gr, dan air 20 lt
Cara membuat :
Daun nimba, lengkuas, dan serai ditumbuk atau dihaluskan. Seluruh
bahan diaduk dalam 20 lt airlalu direndam 24 jam. Setelah itu larutan
disaring, larutan hasil penyaringan diencerkan kembali 1 lt dilarutkan
dengan 30 lt air, larutan ini dapat digunakan untuk 1 ha.
2. Ramuan untuk hama Thrips sp pada tanaman cabai, kentang, bawang
Bahan :
Daun sirsak 50 - 100 lembar, deterjent/sabun colek 15 gr dan air 5 lt

Universitas Sumatera Utara

Cara membuat :
Daun sirsak ditumbuk halus direndam dengan 5lt air + 15 gr detergent
dandiamkan semalam. Kemudian larutan disaring, setiap 1 lt hasil saringan
diencerkan dengan 10 – 15 lt air.
3. Ramuan untuk hama penghisap (kutu putih), belalang dan ulat
Bahan :
Daun pepaya segar 1 kg, detergent 50 gr dan air 10 lt
Cara membuat :
Daun pepaya diiris direndam dalam 10 lt air + detergent 50 gr biarkan
semalam. Kemudian larutan disaring dan siap digunakan.
4. Ramuan untuk hama penghisap
Bahan :
Biji Srikaya 15 – 25 gr, detergent 1 gr dan air 1 lt
Cara membuat :
Tumbuk halus biji srikaya dicampurkan dengan air dan detergent
biarkan semalam, kemudian di saring dan siap digunakan
5. Ramuan untuk beberapa jenis serangga
Bahan :
Bawang putih 100 gr, air 0.5 lt, detergent 10 gr, minyak goreng 2
sendok makan
Cara membuat :

Universitas Sumatera Utara

Gerus atau parut bawang putih campur dengan air dan minyak
diamkan selama 24 jam, larutan di saring dan hasil penyaringan
diencerkan hingga 20 kali volumenya dan siap digunakan
6. Ramuan untuk hama belalang
Bahan :
Daun sirsak 50 lembar, daun tembakau satu genggam, detergent 20 gr
dan air 20 lt
Cara membuat :
Daun sirsak dan daun tembakau ditumbuk halus dimasukan kedalam
air dan ditambah detergent diamkan semalam, tiap 1liter larutan hasil
penyaringan diencerkan dengan 50 – 60 lt air dan siap digunakan
7. Ramuan untuk hama-hama pada tanaman bawang merah
Bahan :
Daun nimba 1 kg, umbi gadung racun 2 buah, detergent sedikit dan air
20 lt
Cara membuat :
Daun nimba dan umbi gadung ditumbuk halus lalu dicampur dengan
air diamkan semalam, hasil penyaringan larutan siap digunakan.
8.

Ramuan untuk hama ulat pada tanaman kubis
Bahan :
serbuk bunga piretrum (krisan) 25 gr, detergent 10 gr, dan air 10 l
Cara membuat :

Universitas Sumatera Utara

Bunga piretrum dihaluskan menjadi serbuk lalu dicampur detergent
dan air, diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan
2.2.4.2 Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Gudang
Bahan :
Bunga piretrum dan daun nimba
Cara membuat :
Tumbuk halus bunga piretrum dan daun nimba dalam keadaan terpisah,
rendam 2 – 5 gr serbuk bunga piretrum + 5 – 10 gr serbuk daun nimba dalam 1 lt
air + 1 lt detergent. Diamkan semalam saring larutan dan siap digunakan pada
kemasan atau karung penyimpan benih. Aplikasi lainnya adalah tepung bunga
piretrum, daun nimba, abu serai wangi atau abu sekam sebanyak 1 gr
dicampurkan merata dengan 1 kg benih tujuan nya melindungi benih dari
serangan hama gudang selama sekitar 6 bulan.
2.2.4.3 Ramuan Untuk Mengendalikan Hama Rodentia (Tikus)
Bahan :
Umbi gadung racun atau gadung KB 1 kg, Dedak (padi atau jagung) 10
kg, Tepung ikan 1 ons, Kemiri 1 ons dan air
Cara membuat :
Umbi gadung dikupas lalu dihaluskan. Semua bahan dicampur, diaduk
rata, dan dibuat dalambentuk pelet kering. Umbi gadung racun adalah gadung
yang batangnya bulat berkayu, sedangkan gadung KB berbatang lunak berbentuk
segitiga dan digunakan untuk memandulkan tikus. Aplikasinya, pelet-pelet
ditebarkan di tempat jalannya tikus atau di lorong-lorong sarang tikus.

Universitas Sumatera Utara

2.2.4.4 Ramuan untuk hama Molusca ( keong)
Bahan :
Akar tuba 5 - 10 gr, atau daun sembung 10 - 20 gr, air 1 lt, detergent 1 gr
Cara membuat :
Akar tuba atau daun sembung dihaluskan dan diaduk merata dalam 1 lt
air dicampur detergen diendapkan semalam lalu disaring, semprotkan pada lahan
yang ada keongnya.
2.3 Keracunan Pestisida
2.3.1

Jalur Masuk Pestisida
Racun pestisida masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, tertelan melalui

mulut maupun diserap oleh tubuh. Gejala keracunan akan berkembang selama
pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan
mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain.
Hasil dari perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan
keluar melalui urine (Prijanto, 2009).
Melalui kulit hal ini dapat terjadi apabila pestisida terkena pada pakaian
atau langsung pada kulit. Ketika petani memegang tanaman yang baru saja
disemprot, ketika pestisida terkena pada kulit atau pakaian, ketika petani
mencampur pestisida tanpa sarung tangan, atau ketika anggota keluarga mencuci
pakaian yang telah terkena pestisida. Untuk petani atau pekerja lapangan, cara
keracunan yang paling sering terjadi adalah melalui kulit.

Universitas Sumatera Utara

Melalui pernapasan Hal ini paling sering terjadi pada petani yang
menyemprot pestisida atau pada orang-orang yang ada di dekat tempat
penyemprotan. Perlu diingat bahwa beberapa pestisida yang beracun tidak berbau.
Melalui mulut hal ini terjadi bila seseorang meminum pestisida secara
sengaja ataupun tidak, ketika seseorang makan atau minum air yang telah
tercemar, atau ketika makan dengan tangan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu
setelah berurusan dengan pestisida.
2.3.2

Tipe Keracunan Pestisida
Semua pestisida mempunyai bahaya potensial bagi kesehatan. Ada dua

tipe keracunan, yaitu :
1. Keracunan Akut
Terjadi bila efek-efek keracunan pestisida dirasakan langsung pada saat itu.
Efek akut lokal terjadi bila efeknya hanya mempengaruhi bagian tubuh yang
terkena kontak langsung dengan pestisida. Efek akut lokal biasanya berupa iritasi,
seperti rasa kering, kemerahan dan gatal-gatal di mata, hidung, tenggorokan dan
kulit; mata berair dan batuk.Atau berupa masalah-masalah kulit, seperti
kemerahan, gatal-gatal, kudis, melepuh dan kulit kehilangan warna.Gejala yang
umum dari keracunan pestisida adalah bila kuku-kuku jari berubah warna menjadi
hitam atau biru. Pada kasus- kasusyang lebih serius kuku-kuku jari akan lepas.
Efek sistemik muncul bila pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan
mempengaruhi seluruh sistem tubuh. Darah akan membawa pestisida ke seluruh
bagian dari tubuh dan mempengaruhi mata, jantung, paru-paru, perut, hati,
lambung, otot, usus, otak dan syaraf. Gejala-gejala keracunan dan berapa cepat

Universitas Sumatera Utara

bekerjanya tergantung pada jenis bahan kimia, waktu dan kadar racun dalam
pestisida tersebut.
Pestisida adalah bahan beracun yang dapat diserap oleh tubuh melalui kulit.
Kemudian kulit akan dirusak oleh bahan-bahan kimia yang beracun ini dari
dalam. Kadang-kadang kulit bereaksi berupa alergi terhadap pestisida atau
komponen lain dalam formula racun tersebut. Kulit dapat bereaksi dengan kuat
walaupun hanya terkena dalam jumlah sedikit. Sinar matahari dapat memperburuk
beberapa penyakit kulit yang diakibatkan oleh pestisida.
2. Keracunan Kronis
Terjadi bila efek-efek keracunan pada kesehatan membutuhkan waktu untuk
muncul atau berkembang. Efek-efek jangka panjang ini dapat muncul setelah
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah terkena pestisida.
Banyak pestisida yang digunakan di bidang pertanian sangat berbahaya bagi
otak dan syaraf. Bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi sistem syaraf disebut
neurotoksin. Beberapa gejala dari penyakit pada otak yang disebabkan oleh
pestisida adalah masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan
kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma.
Hati adalah organ tubuh yang berfungsi menetralkan bahan-bahan kimia
beracun, maka hati itu sendiri sering kali di rusak oleh pestisida. Hal ini dapat
menyebabkan hepatitis.
Muntah-muntah, sakit perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan
pestisida. Banyak orang yang bekerja dengan pestisida selama bertahun-tahun,
mengalami

masalah sulit makan. Orang-orang yang menelan pestisida (baik

Universitas Sumatera Utara

sengaja atau tidak) efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum.
Pestisida merusak langsung melalui dinding-dinding perut.
Reaksi alergi adalah gangguan sistem kekebalan tubuh manusia. Hal ini adalah
reaksi yang diberikan tubuh kita terhadap bahan-bahan asing. Pestisida bervariasi
dalam mengakibatkan reaksi alergi, setiap orang memberi reaksi berbeda untuk
derajat penggunaan pestisida yang berbeda pula. Beberapa jenis pestisida telah
diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara yang
lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat melemahkan kemampuan tubuh
untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti tubuh kita menjadi lebih mudah
terkena infeksi. Atau, jika telah terjadi infeksi penyakit ini menjadi lebih serius
dan makin sulit untuk disembuhkan.
Penelitian terhadap hewan menunjukan bahwa pestisida mempengaruhi
produksi hormon dalam tubuh. Hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh
organ-organ seperti otak, tiroit, paratiroit, ginjal, adrenalin, testis dan ovarium
untuk

mengontrol

fungsi-fungsi

tubuh

yang

penting.Beberapa

pestisida

mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan penurunan produksi
sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal pada wanita.
Beberapa pestisida dapat menyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya kanker
tiroid.(Romeo Quijano dan Sarojeni VR, 1999).
2.3.3

Gejala Keracunan Pestisida
Menurut Romeo Quijano dan Sarojeni VR (1999) menyatakan bahwa

gejala keracunan pestisida :
1. Gejala Keracunan Ringan

Universitas Sumatera Utara

Seseorang yang keracunan dapat menunjukan beberapa atau seluruh gejala
berikut ini, tergantung kepada jenis pestisida dan jangka waktunya. Sangatlah
tidak biasa untuk hanya muncul satu gejala. Seseorang mungkin keracunan ringan
dan tidak mengenali gejala-gejala ini, terutama jika munculnya secara bertahap.
Gejala tersebut seperti pusing, mata kabur, diare, sakit perut, sakit dada, mual dan
muntah-muntah, keringat berlebihan, sakit kepala, sakit otot dan keluar air
berlebihan dari mata, hidung dan mulut kram.
2. Gejala Keracunan Sedang
Gejala-gejala untuk keracunan tingkat sedang sama dengan gejala untuk
keracunan ringan ditambah beberapa gejala lain, seperti : sempoyongan, bingung,
badan lemah, susah konsentrasi, kejang otot pupil mata mengecil(miosis).
Jika keracunan ini terjadi selama beberapa hari atau lebih, gejala lainnya
adalah: Gelisah terus menerus, susah tidur, mimpi buruk. Bila hal ini terus
berlanjut maka keracunan berat dapat terjadi. Seorang pekerja yang keracunan
sedang dapat mengalami beberapa atau seluruh gejala tadi, tergantung pada jenis
pestisida dan jangka waktunya.
3. Gejala Keracunan Berat
Gejala-gejala keracunan berat karena pestisida gas syaraf sama seperti
yang telah disebutkan di atas ditambah kehilangan kesadaran, pengeluaran air seni
dan defekasi tanpa sadar, koma, pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis),
bibir dan kuku membiru (cyanosis), sesak nafas, sawan, kematian. Jika keracunan
berat tidak dikenali dan dirawat dengan baik dan benar, korban dapat mengalami
kematian.

Universitas Sumatera Utara

2.4

Kerangka Konsep

Petani Pengguna Pestisida Nabati
Alat Pelindung Diri
a. Topi
b. Baju Lengan Panjang
c. Celana Panjang
d. Sarung Tangan
e. Masker
f. Sepatu Boot
Gambar 2.1

Gangguan Kesehatan
Keracunan
1. Ringan
2. Sedang
3. Berat

Kerangka Konsep Penelitian

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

3 64 79

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

2 21 124

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Weaving Di Pt Delta Merlin

0 2 16

TINGKAT PENGETAHUAN BAHAYA PESTISIDA DAN KEBIASAAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DILIHAT Tingkat Pengetahuan Bahaya Pestisida Dan Kebiasaan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dilihat Dari munculnya tanda Gejala Keracunan Pada kelompok Tani Di Karanganyar.

0 1 16

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada Petani Pengguna Pestisida di wilayah subak desa kenderan.

1 2 54

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 8

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 29