Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN GANGGUAN KESEHATAN PADA KELOMPOK TANI SUBUR

PENGGUNA PESTISIDA NABATI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2016

I. IDENTITAS RESPONDEN

1.Nomor Responden :

2.Nama :

3.Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

4.Umur :

5.Masa kerja :

6.Pendidikan Terakhir : 1. Tidak tamat SD 2. SD 3.SLTP 4. SLTA

7.Riwayat Kesehatan :

II. KRITERIA

1. Dalam satu minggu berapa kali biasanya melakukan kegiatan penyemprotan a. 1 kali

b. 2 kali c. 3 kali d. Tidak tentu

2. Dalam satu hari berapa jam saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida

a. < 1 jam b. 1 – 2 jam c. 3 – 4 jam d. > 4 jam

3. Pada waktu kapan saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida a. Pagi (pukul 07.00 – 09.00)

b. Siang (pukul 12.00 – 14.00) c. Sore (pukul 15.00 – 17.00) d. Tidak tentu


(2)

III. ALAT PELINDUNG DIRI

No Pemakaian APD Ya Tidak

1. Topi

2. Baju Lengan Panjang

3. Celana Panjang

4. Kacamata

5. Sarung Tangan

6. Masker

7. Sepatu Boot

IV. GANGGUAN KESEHATAN PETANI PENGGUNA PESTISIDA

1. Keracunan Ringan

No. Gejala Ya Tidak

1. Sakit perut 2. Mata kabur 3. Sakit dada 4. Diare 5. Pusing

6. Keringat berlebihan 7. Sakit kepala

8. Sakit otot dan kram 9. Mual dan muntah

10. Keluar air berlebihan darimata, hidung, dan mulut


(3)

2. Keracunan Sedang

No. Gejala Ya Tidak

1. Sempoyongan 2. Susah konsentrasi 3. Badan lemah 4. Kejang otot

5. Pupil mata mengecil (miosis) 6. Susah tidur

7. Gelisah terus menerus 8. Lain lain

3. Keracunan Berat

No. Gejala Ya Tidak

1. Kehilangan kesadaran

2. Pengeluaran air seni dan defekasi tanpa sadar

3. Koma

4. Pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis)

5. Bibir dan kuku membiru (cyanosis) 6. Sesak nafas

7. Sawan 8. Kematian 9. Lain lain

Sumber :AwasPestisidaBerbahayaBagiKesehatan. Pesticide Action Network Asia AndPasifik2001


(4)

(5)

(6)

LAMPIRAN 3

MASTER DATA

No Nama JK Umur Umurk MK MKk Pend RK K

1 K

2 K

3 APD

APD 1 APD 2 APD 3 APD 4 APD 5 APD 6 APD 7 Tkt Gkes

1 P1 1 60 2 45 2 3 As urat 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2

2 P2 1 59 2 40 2 3 Rematik 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1

3 P3 1 57 2 30 2 3 Tdk ada 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1

4 P4 1 37 1 10 1 4 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2

5 P5 1 50 1 10 1 3 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1

6 P6 1 55 2 20 2 3 Tdk ada 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2

7 P7 1 33 1 5 1 4 Patah tlg 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2

8 P8 1 30 1 5 1 3 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

9 P9 1 51 2 17 1 3 Tdk ada 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

10 P10 1 45 1 18 2 3 Tdk ada 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2

11 P11 1 62 2 40 2 3 Tdk ada 4 1 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2

12 P12 1 60 2 40 2 2 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 2

13 P13 1 50 1 20 2 4 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

14 P14 2 54 2 35 2 3 Rematik 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

15 P15 1 70 2 50 2 2 Jantung 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2

16 P16 1 40 1 15 1 3 Tdk ada 3 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

17 P17 1 60 2 10 1 4 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

18 P18 1 72 2 50 2 2 Diabetes 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2

19 P19 1 52 2 20 2 3 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

20 P20 2 50 1 15 1 4 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

21 P21 1 75 2 30 2 3 Kolestrol 4 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2

22 P22 1 54 2 25 2 3 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

23 P23 1 33 1 10 1 5 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

24 P24 1 60 2 35 2 2 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2


(7)

26 P26 1 36 1 10 1 3 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1

27 P27 1 40 1 10 1 3 Tdk ada 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

28 P28 2 60 2 40 2 2 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

29 P29 1 40 1 10 1 4 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1

30 P30 1 55 2 25 2 3 Diabetes 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

31 P31 1 35 1 10 1 3 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

32 P32 1 58 2 30 2 4 Kolestrol 4 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2

33 P33 1 55 2 10 1 2 As urat 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

34 P34 1 38 1 10 1 3 Tdk ada 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

35 P35 1 40 1 5 1 3 Tdk ada 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

36 P36 1 45 1 15 1 3 Tdk ada 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

37 P37 1 50 1 30 2 2 Pth tlang 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1

38 P38 1 40 1 15 1 3 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1

39 P39 1 33 1 12 1 4 Tdk ada 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1

40 P40 1 48 1 10 1 4 Tdk ada 4 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1


(8)

No Nama K R 1 K R 2 K R 3 K R 4 K R 5 K R 6 K R 7 K R 8 K R 9 KR 10 KR 11 K S 1 K S 2 K S 3 K S 4 K S 5 K S 6 K S 7 K S 8 K B 1 K B 2 K B 3 K B 4 K B 5 K B 6 K B 7 K B 8 K B 9

1 P1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

2 P2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 P3 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 P4 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

5 P5 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

6 P6 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 P7 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

8 P8 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 P9 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

10 P10 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

11 P11 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

12 P12 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

13 P13 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

14 P14 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 P15 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 P16 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

17 P17 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

18 P18 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

19 P19 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

20 P20 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 P21 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

22 P22 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 P23 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

24 P24 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

25 P25 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

26 P26 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(9)

28 P28 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

29 P29 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 P30 1 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

31 P31 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

32 P32 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

33 P33 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

34 P34 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

35 P35 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

36 P36 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

37 P37 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

38 P38 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

39 P39 1 1 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 P40 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1


(10)

Keterangan:

Jk : jenis kelamin dalam bentuk kategori 1 = laki-laki, 2 = perempuan

Umrk : variable umur dalam bentuk kategori 1 = <50,

2 = ≥50

MKk : maka kerja dalam bentuk kategorik 1 = <17,

2 = ≥17

Pend : pendidikan dalam bentuk kategorik 1= tdk tamat SD, 2 = SD, 3 = SLTP, 4 = SLTA, 5 = PT

RK : riwayat kesehatan

K1 : frekuensi penyemprotan dalam satu minggu 1= 1 kali, 2 = 2 kali, 3 = 3 kali, 4 = tidak tentu

K2 : frekuensi penyemprotan dalam satu hari 1= < 1 jam, 2 = 1-2 jam, 3 = 3-4 jam, 4 = >4 jam

K3 : waktu penyemprotan 1= pagi(07.00-09.00),

2 = siang(12.00-14.00), 3 = sore(15.00-17.00), 4 = tidak tentu

APD :alat pelindung diri dalam bentuk kategorik 1 = tdk lengkap, 2= lengkap

APD1 : topi dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

APD2 :baju lengan panjang dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya APD3 :celana panjang dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya


(11)

APD4 :kacamata dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

APD5 :sarung tangan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

APD6 :masker dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

APD7 :sepatu boot dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

TktGkes :gangguan kesehatan yang di alami 1= keracunan rigan 2= keracunan sedang, 3= eracunan berat

KR1 :keracunan ringan gejala sakit perut dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR2 :keracunan ringan gejala mata kabur dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR3 :keracunan ringan gejala sakit dada dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR4 :keracunan ringan gejala diare dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR5 :keracunan ringan gelaja pusing dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR6 :keracunan ringan gejala keringat berlebihan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR7 :keracunan ringan gejala sakit kepala dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR8 :keracunan ringan gejala sakit otot dan kram dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR9 :keracunan ringan gejala mual dan muntah dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KR10 :keracunan ringan gejala keluar air berlebihan dari mata, hidung dan mulut dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya


(12)

KS1 :keracunan sedang gejala sempoyongan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS2 :keracunan sedang gejala susah konsentrasi dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS3 :keracunan sedang gejala badan lemah dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS4 :keracunan sedang gejala kejang otot dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS5 :keracunan sedang gejala pupil mata mengecil dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS6 :keracunan sedang gejala susah tidur dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS7 :keracunan sedang gejala gelisah terus menerus dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KS8 :keracunan sedang gejala lain-lain dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB1 :keracunan berat kehilangan kesadaran dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB2 :keracunan berat pengeluaran air seni dan defekasi tanpa sadar dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB3 :keracunan berat koma dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB4 :keracunan berat pupil mata menjadi sangat kecil dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB5 :keracunan berat bibir dan kuku membiru dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB6 :keracunan berat sesak nafas dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya

KB7 :keracunan berat sawan dalam bentuk kategori 1=tidak, 2 =ya


(13)

LAMPIRAN 4

OUTPUT

Statistics

Jenis Kelamin

Umur

Responden Masa Kerja

Pendidikan

Terakhir Riwayat Kesehatan

N Valid 41 41 41 41 41

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.07 50.24 21.93 3.07

Median 1.00 50.00 17.00 3.00

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 38 92.7 92.7 92.7

Perempuan 3 7.3 7.3 100.0

Total 41 100.0 100.0

Umur Responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <50 21 51.2 51.2 51.2

>=50 20 48.8 48.8 100.0

Total 41 100.0 100.0

Masa Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid <17 21 51.2 51.2 51.2

>=17 20 48.8 48.8 100.0


(14)

Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 8 19.5 19.5 19.5

SLTP 23 56.1 56.1 75.6

SLTA 9 22.0 22.0 97.6

PT 1 2.4 2.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Riwayat Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Asam urat 2 4.9 4.9 4.9

Diabetes 2 4.9 4.9 9.8

Jantung 2 4.9 4.9 14.6

Kolesterol 2 4.9 4.9 19.5

Patah tulang 2 4.9 4.9 24.4

Rematik 2 4.9 4.9 29.3

Tidak ada 29 70.7 70.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

Dalam satu minggu berapa kali biasanya melakukan kegiatan penyemprotan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 kali 14 34.1 34.1 34.1

2 kali 5 12.2 12.2 46.3

3 kali 1 2.4 2.4 48.8

tidaktentu 21 51.2 51.2 100.0


(15)

Dalam satu hari berapa jam saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 1jam 27 65.9 65.9 65.9

1-2 jam 14 34.1 34.1 100.0

Total 41 100.0 100.0

Pada waktu kapan saudara melakukan kegiatan penyemprotan pestisida

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Pagi (pukul 07.00-09.00) 40 97.6 97.6 97.6

Sore (pukul 15.00-17.00) 1 2.4 2.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Alat Pelindung Diri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Lengkap 40 97.6 97.6 97.6

Lengkap 1 2.4 2.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Statistics Pemakai an APD topi Pemakai an APD baju lengan panjang Pemakai an APD celana panjang Pemakaia n APD kacamata Pemakaia n APD sarung tangan Pemakaia n APD masker Pemakaia n APD sepatu boot

N Valid 41 41 41 41 41 41 41

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Mean 2.00 2.00 2.00 1.24 1.34 1.85 1.12

Std. Error of Mean .000 .000 .000 .068 .075 .056 .052

Median 2.00 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00 1.00


(16)

Pemakaian APD topi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 41 100.0 100.0 100.0

Pemakaian APD baju lengan panjang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 41 100.0 100.0 100.0

Pemakaian APD celana panjang

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 41 100.0 100.0 100.0

Pemakaian APD kacamata

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 31 75.6 75.6 75.6

ya 10 24.4 24.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Pemakaian APD sarung tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 27 65.9 65.9 65.9

ya 14 34.1 34.1 100.0


(17)

Pemakaian APD masker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 6 14.6 14.6 14.6

ya 35 85.4 85.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Pemakaian APD sepatu boot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 36 87.8 87.8 87.8

ya 5 12.2 12.2 100.0

Total 41 100.0 100.0

Tingkat Gangguan Kesehatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ringan 28 68.3 68.3 68.3

Sedang 13 31.7 31.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

Statistics Geja la sakit perut Gejal a mata kabu r Gejal a sakit dada Gejal a diare Gejal a pusi ng Gejal a kerin gat berle biha n Gejal a sakit kepa la Gejal a sakit oto dan kram Gejal a mual dan munt ah Gejala keluar air berlebihan dari mata, hidung, dan mulut Gejala lain lain

N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41 41

Miss


(18)

Gejala sakit perut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 25 61.0 61.0 61.0

ya 16 39.0 39.0 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala mata kabur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 40 97.6 97.6 97.6

ya 1 2.4 2.4 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala sakit dada

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 26 63.4 63.4 63.4

ya 15 36.6 36.6 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala diare

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 36 87.8 87.8 87.8

ya 5 12.2 12.2 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala pusing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 22.0 22.0 22.0

ya 32 78.0 78.0 100.0


(19)

Gejala keringat berlebihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 7 17.1 17.1 17.1

ya 34 82.9 82.9 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala sakit kepala

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 12 29.3 29.3 29.3

ya 29 70.7 70.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala sakit otot dan kram

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 12 29.3 29.3 29.3

ya 29 70.7 70.7 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala mual dan muntah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 26 63.4 63.4 63.4

ya 15 36.6 36.6 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala keluar air berlebihan dari mata, hidung, dan mulut

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(20)

Gejala lain lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Statistics Gejala sempoy ongan Gejala susah konsentr asi Gejala badan lemah Gejala kejang otot Gejala pupil mata mengeci l(miosis) Gejala susah tidur Gejala gelisah terus menerus Gejala lain lain

N Valid 41 41 41 41 41 41 41 41

Missin

g 0 0 0 0 0 0 0 0

Gejala sempoyongan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 32 78.0 78.0 78.0

ya 9 22.0 22.0 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala susah konsentrasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 39 95.1 95.1 95.1

ya 2 4.9 4.9 100.0


(21)

Gejala badan lemah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 36 87.8 87.8 87.8

ya 5 12.2 12.2 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala kejang otot

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 38 92.7 92.7 92.7

ya 3 7.3 7.3 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala pupil mata mengecil(miosis)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Gejala susah tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 33 80.5 80.5 80.5

ya 8 19.5 19.5 100.0

Total 41 100.0 100.0

Gejala gelisah terus menerus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 39 95.1 95.1 95.1

ya 2 4.9 4.9 100.0


(22)

Gejala lain lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Statistics Kehilan gan kesadar an Pengelu aran air seni da defekasi tanpa

sadar Koma

Pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis) Bibir dan kuku membiru (cyanosi s) Sesak

nafas Sawan Kemati

an

Gejala lain lain

NValid 41 41 41 41 41 41 41 41 41

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kehilangan kesadaran

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Pengeluaran air seni da defekasi tanpa sadar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Koma

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(23)

Pupil mata menjadi sangat kecil (marked miosis)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Bibir dan kuku membiru(cyanosis)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Sesak nafas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Sawan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Kematian

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 41 100.0 100.0 100.0

Gejala lain lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(24)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent Alat Pelindung Diri * Tingkat

Gangguan Kesehatan 41 100.0% 0 0.0% 41 100.0%

Alat Pelindung Diri * Tingkat Gangguan Kesehatan Crosstabulation

Tingkat Gangguan Kesehatan

Total Ringan Sedang

Alat Pelindung Diri Tidak Lengkap

Count 27 13 40

% within Alat

Pelindung Diri 67.5% 32.5% 100.0% % within

Tingkat Gangguan Kesehatan

96.4% 100.0% 97.6%

% of Total 65.9% 31.7% 97.6%

Lengkap Count 1 0 1

% within Alat

Pelindung Diri 100.0% 0.0% 100.0% % within

Tingkat Gangguan Kesehatan

3.6% 0.0% 2.4%

% of Total 2.4% 0.0% 2.4%

Total Count 28 13 41

% within Alat


(25)

% within Tingkat Gangguan Kesehatan

100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 68.3% 31.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymptotic Significance

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .476a 1 .490

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .774 1 .379

Fisher's Exact Test 1.000 .683

Linear-by-Linear Association .464 1 .496

N of Valid Cases 41

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .32. b. Computed only for a 2x2 table


(26)

LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI

Gambar 1. Petani sedang menyemprot pestisida nabati pada tanaman padi varietas ciherang dengan tinggi tanaman 90 cm.


(27)

Gambar 2. Petani sedang menyemprot pestisida nabati pada tanaman padi varietas cintanur dengan tinggi tanaman 125 cm.


(28)

Gambar 3. Proses fermentasi pestisida nabati dari bahan dasar sere wangi, jengkol, daun mindi, daun sirih dan urine sapi.

Gambar 4. Proses pencampuran ramuan pestisida nabati yang sudah 3 minggu di fermentasi dengan takaran 200cc ramuan pestisida dan 14 liter air dan di masukkan kedalam alat penyemprot pestisida gendong.


(29)

Gambar 5. Produk beras ciherang organik yang dihasilkan dari tanaman padi dengan menggunakan pestisida nabati

Gambar 6. Produk beras merah organik yang di hasilkan dari tanaman padi dengan menggunakan pestisida nabati


(30)

DAFTAR PUSTAKA

A. M. Sugeng Budiono, dkk., 2003, Hiperkes dan KK, Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Anies., 2005,Penyakit AkibatKerja, Jakarta: PT Elex Komputindo Kelompok. Gramedia.

Asmaliyah; Etik, E.W; Sri.U; Kusdi, M; Yudhistira; Fitri, W.S., 2010. Pengenalan Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati Dan Pemanfaatannya Secara Tradisional, Palembang.

Budiyono, 2004, Hubungan Pemaparan Pestisida dengan Gangguan Kesehatan Petani Bawang Merah di Kelurahan Panekan Kecamatan Panekan Kabupaten Mgetan, Media Kesehatan Masyarakat Indonesia,3 (2): 43-48

Cahyono, Achmad B., 2004. Keselamatan Kerja Bahan Kimia di Industri. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Departemen Pertanian RI 2002, Keputusan Mentri Pertanian

No:517/Kpts/TP.270/9/2002 Tentang Pengawasan Pestisida

http://www.deptan.go.id/pesantren/data/Website%20Ind/pengawasan/men upengawasan.html

Diakses 29 Januari 2016

Djojosumarto.P, 2008, Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian, Kansius, Yogyakarta

Hasibuan,D.N.,2015. Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida Di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II. Skripsi FKM-USU. Medan

Johnson, M.P. et.al.,2000. Personal Protective Equipment For Pesticide Applicators. University Of Kentucky.Inggris.

Kardinan, A., 2004. Pestisida Nabati Ramuan & Aplikasi.Penebar Swadaya. Jakarta.

Lestari, Garsinia. 2008. Tanaman Toga. PT. Gramedia Jakarta.


(31)

Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Pasetriyani, 2015. Pestisida Nabati, Mudah, Murah, Dan Ramah Lingkungan Untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman Holtikultura. http://documents.tips/documents/pestisida-nabati-amanpdf.html Diakses pada tanggal 3 September 2015

Prijanto, T, 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Pada Keluarga Petani Holtikultura. http://www.Prijanto.pdf. Tesis Magister Kesehatan Lingkungan, Semarang. Diakses pada tanggal 3 September 2015.

Purba, B.R., 2010. Gambaran Perilaku Pemakaian APD dan Gejala Keracunan Pada Penyemprot Pestisida di Afdelng V dan VI Kebun Dolok Ilir PTPN IV Tahun 2010.Skripsi FKM-USU. Medan

Purwati, Ani, 2010. Penelitian Pesticide Action Network and the Pasific (PANAP) :Pestisida Ganggu Kesehatan Petani.http://beritabumi.or.id/penelitian-panap-pestisida-ganggu-kesehatan-petani/ Diakses pada tanggal 03 September 2015

Quijano, R; Sarojeni, V.R.,1999. Awas Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Penang: Pesticide Action Network and the Pacific (PANAP)

http://p7953.typo3server.info/uploads/media/Health_module_BIndonesia.p df Diakses pada tanggal3 September 2015

Sudarmo,S., Sri M., 2014. Mudah Membuat Pestisida Nabati Ampuh, Jakarta: PT Agro Media Pustaka

Suma’mur PK., 2009. Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Sagung Seto. Jakarta.


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kesehatan yang menggunakan

metode penelitian survei analitik. Survei analitik adalah penelitian yang diarahkan

untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi, dengan pendekatan cross sectional

yaitu penelitian dimana variabel sebab dan akibat yang terjadi pada objek

penelitian di ukur atau dikumpulkan secara stimultan dalam waktu yang

bersamaan (Notoadmojo,2010).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan pada kelompok tani subur di Desa Lubuk

Bayas Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 dengan

alasan:

1. Merupakan kelompok tani yang dibina dalam sistem kerjanya berhubungan

erat dengan penggunaan pestisida nabati.

2. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang hubungan penggunaan APD

dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani subur.

3. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak Kepala Desa Lubuk Bayas

Kecamatan Kabupaten Serdang Bedagai untuk melakukan penelitian pada


(33)

3.2.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian ini akan di lakukan pada bulan Oktober 2015 – Maret 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah kelompok tani subur di Desa Lubuk

Bayas sebanyak 41 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi (total sampling) pada kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas yaitu sebanyak 41 orang.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh institusi

yang bersangkutan. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui wawancara

langsung dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi langsung

terhadap petani pengguna pestisida nabati.

3.4.2 Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang di peroleh dalam bentuk sudah jadi,

dikumpulkan, dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.

Dalam Penelitian ini data sekunder diperoleh dari kantor kepala desa yaitu data


(34)

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

independen yang berupa Penggunaan Alat Pelindung Diri (Pakaian kerja,

pelindung mata, penutup kepala, pelindung mulut & hidung, sarung tangan, sepatu

kerja) serta variabel dependen berupa gangguan kesehatan.

3.5.2 Defenisi Operasional

1. Gangguan Kesehatan Petani Pengguna Pestisida Nabati

Adalah gejala keracunan yang disebabkan oleh keracunan pestisida yang dapat

menimbulkan keracunan ringan, sedang, dan berat.

2. Alat Pelindung Diri (APD)

Adalah alat yang digunakan petani pengguna pestisida nabati untuk

melindungi tubuhnya dari potensi bahaya saat menyemprot pestisida pada

tanaman padi berupa topi, baju lengan panjang, celana panjang, kacamata,

sarung tangan, masker, sepatu boot.

3.6 Metode Pengukuran

Aspek pengukuran adalah mengukur pemakaian alat pelindung diri dan

gangguan kesehatan pada petani. Untuk dapat mengetahui dilakukan wawancara

langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam kuesioner.

1. Alat Pelindung Diri (APD)

Mengukur dengan daftar pertanyaan (kuesioner) dan dilakukan observasi


(35)

a. APD lengkap = jika pekerja penyemprot menggunakan topi, baju lengan

panjang, celana panjang, kacamata, sarung tangan, masker, dan sepatu

boot.

b. APD tidak lengkap = jika pekerja penyemprot tidak menggunakan salah

satu alat pelindung tersebut.

2. Gangguan Kesehatan

Dengan melihat adanya gejala keracunan yang dirasakan petani pengguna

pestisida melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan

dalam kuesioner yang di adaptasi dari Pesticide Action Network Asia And

Pacific dinyatakan:

a. Ada = jika petani merasa keluhan yang menunjukan beberapa atau seluruh

gejala sesuai dengan tingkat keracunan ringan, sedang, dan berat yang

tertera dalam kuesioner.

b. Tidak ada = jika petani tidak merasakan salah satu gejalanya.

Tabel 3.1 Aspek pengukuran variabel penelitian

No Variabel Cara dan

Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

1. Alat Pelindung Diri Wawancara (Kuesioner)

1.Menggunakan APD tidak lengkap

2.Menggunakan APD lengkap

Ordinal

2. Gangguan Kesehatan

Wawancara (Kuesioner)

1. Tidak ada 2. Ada


(36)

3.7 Metode Analisi Data

Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan bantuan

komputer agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, terlebih

dahulu dilakukan empat tahapan yaitu:

1. Editing yaitu melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi pada kuesioner.

2. Coding yaitu mengubah data kuesioner dalam bentuk kode-kode.

3. Processing yaitu memproses data agar dapat dilakukan analisa dengan cara entri data kedalam aplikasi komputer.

4. Analysis yaitu melakukan analisa terhadap hasil pemrosesan data, analisis ini dibantu dengan aplikasi komputer.

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi

atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti. Pada analisis univariat

peneliti melakukan pengukuran pada variabel dependen dengan menggunakan

kuesioner yaitu penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja

(menggunakan APD lengkap, menggunakan APD tidak lengkap). Kuesioner yang

digunakan untuk menilai gangguan kesehatan pada penyemprot pestisida yaitu

gejala keracunan yang tertera di Pesticide Action Network Asia And Pacific.

2.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel-variabel

indepeden dengan variabel dependen yaitu dengan menggunakan metode Chi Square. Jika sel harapan (expected cel) kurang dari 5, maka nilai yang digunakan


(37)

adalah nilai Exact Fisher. Dari hasil analisis akan diketahui variabel independen (pemakaian APD) manakah yang berhubungan bermakna secara statistik dengan

variabel dependen (gangguan kesehatan). Dari hasil uji statistik akan diketahui

ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti dengan

melihat nilai p. Bila dari hasil uji statistik nilai p<0,05 berarti terdapat hubungan


(38)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Desa Lubuk Bayas merupakan salah satu desa yang memiliki potensi yang

besar terutama pada sektor pertanian khususnya dalam berusaha tani padi organik.

Potensi yang dimiliki desa ini yaitu berupa ternak yang mendukung usaha tani

padi organik dalam penyediaan pupuk kandang yang berasal dari kotoran ternak

yang sudah difermentasi selama 3 bulan.

Desa Lubuk Bayas terletak di dataran tinggi dengan ketinggian 5-15 meter

di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC dengan curah hujan

rata-rata berkisar 200 mm/tahun. Tanah di desa ini termasuk tanah jenis aluvial

dengan tekstur umumnya lempung berpasir dengan luas wilayah 481 Ha yang

terletak di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Desa ini berada

14 km dari Ibukota Kecamatan Perbaungan, sekitar 29 km dari Ibukota Kabupaten

Serdang Bedagai dan sekitar 52 km dari Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Secara

administratif Desa Lubuk Bayas mempunyai batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar, Pantai Cermin

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. Schopindo Tj.Buluh

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Sei Buluh Teluk Mengkudu


(39)

4.1.2 Tata Guna Lahan

Desa Lubuk Bayas mempunyai luas lahan 481 Ha. Sebagian besar lahan

digunakan sebagai lahan persawahan. Penggunaan lahan yang paling luas adalah

untuk pertanian sawah, dan yang selebihnya digunakan untuk pertanian bukan

sawah non pertanian dan pemukiman. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Desa Lubuk Bayas tahun 2013 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas Areal (Ha) %

1. Pertanian Sawah 385 80,0

2. Pertanian Bukan Sawah 16 3,3

3. Non Pertanian 18 3,8

4. Pemukiman 62 12,9

Jumlah 481 100

Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015

Dari Tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan yang paling

banyak digunakan adalah lahan untuk pertanian sawah seluas 385 Ha (80,0 %).

Pada jenis lahan yang digunakan untuk pertanian bukan sawah seluas 16 Ha (3,3

%) dan lahan yang digunakan untuk pemukiman seluas 62 Ha (12,9%) dan

selebihnya digunakan untuk lahan non pertanian.

4.1.3 Demografi

1. Penduduk

Penduduk Desa 3072 jiwa , dengan jumlah rumah tangga sebanyak

1035 KK.

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Lubuk Bayas


(40)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Lubuk Bayas tahun 2013

No. Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki-laki 1437 46,8

2. Perempuan 1635 53,2

Jumlah 3072 100

Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penduduk yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 1437 (46,8%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak

1635 (53,2%) .

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk

Bayas dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas tahun 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah %

1. Tidak Tamat SD 250 8,1

2. SD 1051 34,2

3. SLTP 830 27,1

4. SLTA 464 15,1

5. PT 477 15,5

Jumlah 3072 100

Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan paling

banyak adalah SD 1051 orang (34,2 %) dan tingkat pendidikan paling sedikit

Tidak Tamat SD 250 orang (8,1 %)

3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Distribusi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Lubuk Bayas


(41)

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Desa Lubuk Bayas tahun 2013

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (KK) %

1. Wiraswasta 93 9,0

2. Buruh Tani 121 11,7

3. PNS 10 0,9

4. Pedagang 215 20,8

5. Pengrajin 15 1,5

6. Petani 487 47,1

7. DLL 94 9,0

Jumlah 1035 100

Sumber : Profil Desa Lubuk Bayas Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa paling banyak bekerja

sebagai petani yaitu 487 KK (47,1 %) dan paling sedikit bekerja sebagai PNS 10

KK (0,9 %).

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1 Jenis Kelamin Petani Pestisida Nabati

Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan jenis kelamin di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki-laki 38 92,7

Perempuan 3 7,3

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 38 orang (92,7%) dan jenis kelamin perempuan


(42)

4.2.2 Umur Petani Pestisida Nabati

Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.6 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan umur di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Umur Jumlah %

< 50 21 51.2

≥ 50 20 48,8

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati paling banyak

berumur < 50 tahun yaitu 21 orang (51,2%) dan sisanya pada usia ≥ 50 tahun

yaitu 20 orang (48,8%).

4.2.3 Masa Kerja Petani Pestisida Nabati

Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan masa kerja dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.7 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan masa kerja di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Masa Kerja Jumlah %

< 17 21 51,2

≥ 17 20 48,8

Jumlah 41 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa masa kerja petani pestisida nabati

dengan masa kerja < 17 tahun sebanyak 21 orang (51,2%) dan masa kerja ≥ 17 tahun sebanyak 20 orang (48,8%).


(43)

4.2.4 Tingkat Pendidikan Petani Pestisida Nabati

Distribusi tingkat pendidikan terakhir petani pestisida nabati dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Tingkat Pendidikan Jumlah %

SD 8 19,5

SMP 23 56,1

SMA 9 22,0

PT 1 2,4

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan petani pestisida

nabati paling banyak SMP sebanyak 23 orang (56,1%) dan paling sedikit

Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang (2,4%).

4.2.5 Riwayat Kesehatan Petani Pestisida Nabati

Riwayat kesehatan petani pestisida nabati dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.9 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan riwayat kesehatan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Penyakit Jumlah %

Asam Urat 2 4,9

Diabetes 2 4,9

Jantung 2 4,9

Kolesterol 2 4,9

Patah Tulang 2 4,9

Rematik 2 4,9

Tidak ada 29 70,7

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa riwayat kesehatan pada petani


(44)

tulang, dan rematik sebanyak 2 orang (4,9%), dan tidak memiliki penyakit

sebanyak 29 orang (70,7%).

4.2.6 Frekuensi Penyemprotan Dalam Satu Minggu

Frekuensi penyemprotan pestisida nabati dalam satu minggu dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.10 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi penyemprotan dalam satu minggu di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Frekuensi Jumlah %

1 kali 14 34,1

2 kali 5 12,2

3 kali 1 2,4

Tidak tentu 21 51,2

Jumlah 41 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi penyemprotan dalam satu

minggu dengan 1 kali sebanyak 14 orang (34,1%), 2 kali sebanyak 5 orang

(12,1%), 3 kali sebanyak 1 orang (2,4%) dan tidak tentu sebanyak 21 orang

(51,2%).

4.2.7 Frekuensi Penyemprotan Dalam Satu Hari

Frekuensi penyemprotan pestisida nabati dalam satu hari dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi penyemprotan dalam satu hari di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Frekuensi (jam) Jumlah %

< 1 27 65,9

1 -2 14 34,1


(45)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa frekuensi penyemprotan dalam satu

hari dengan < 1 jam sebanyak 27 orang (65,9%) dan 1 – 2 jam sebanyak 14 orang (34,1%).

4.2.8 Waktu Penyemprotan

Waktu penyemprotan pestisida nabati dalam satu hari dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 4.12 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan waktu penyemprotan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Waktu Jumlah %

Pagi (07.00 – 09.00) 40 97,6

Sore (15.00 – 17.00) 1 2,4

Jumlah 41 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa waktu penyemprotan dengan Pagi

(07.00-09.00) sebanyak 40 orang (97,6%) dan Sore (15.00-17.00) sebanyak 1

orang (2,4%).

4.2.9 Pemakaian APD Petani Pestisida Nabati

Pemakaian APD pada petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan pemakaian APD di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

APD Jumlah %

Tidak Lengkap 40 97,6

Lengkap 1 2,4

Jumlah 41 100

Dari tabel di atas diketahui pemakaian APD paling banyak tidak memakai

APD secara lengkap yaitu 40 orang (97,6%) dan yang memakai APD lengkap


(46)

Distribusi APD yang dipakai oleh petani pestisida nabati di Desa Lubuk

Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Distribusi APD yang di pakai oleh petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

APD Jumlah %

1. Topi

Tidak 0 0

Ya 41 100

Jumlah 41 100

2. Baju lengan panjang

Tidak 0 0

Ya 41 100

Jumlah 41 100

3. Celana panjang

Tidak 0 0

Ya 41 100

Jumlah 41 100

4. Kacamata

Tidak 31 75,6

Ya 10 24,4

Jumlah 41 100

5. Sarung tangan

Tidak 27 65,9

Ya 14 34,1

Jumlah 41 100

6. Masker

Tidak 6 14,6

Ya 35 85,4

Jumlah 41 100

7. Sepatu boot

Tidak 36 87,8

Ya 5 12,1

Jumlah 41 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa penyemprot pestisida nabati yang


(47)

orang (100%), kacamata sebanyak 10 orang (24,4%), sarung tangan sebanyak 14

orang (34,1%), masker sebanyak 35 orang (85,4%), dan sepatu boot sebanyak 5

orang (12,2%).

4.2.10 Gangguan Kesehatan Petani Pestisida Nabati

Gangguan kesehatan yang dirasakan petani pestisida nabati dengan tingkat

keracunan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.15 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Tingkat Keracunan Jumlah %

Ringan 28 68,3

Sedang 13 31,7

Berat 0 0

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas diketahui bahwa petani pestisida nabati yang mengalamai

keracunan ringan sebanyak 28 orang (68,3%), keracunan sedang sebanyak 13

orang (31,7%) , dan tidak ada yang mengalami keracunan berat (0%).

a. Keracunan ringan

Gejala keracunan ringan yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa

Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.16 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan ringan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Gejala Keracunan Jumlah %

1. Sakit perut

Tidak 25 61,0

Ya 16 39,0

Jumlah 41 100

2. Mata kabur

Tidak 40 97,6


(48)

Jumlah 41 100 3. Sakit dada

Tidak 26 63,4

Ya 15 36,6

Jumlah 41 100

4. Diare

Tidak 36 87,8

Ya 5 12,2

Jumlah 41 100

5. Pusing

Tidak 9 22,0

Ya 32 78,0

Jumlah 41 100

6. Keringat berlebihan

Tidak 7 17,1

Ya 34 82,9

Jumlah 41 100

7. Sakit kepala

Tidak 12 29,3

Ya 29 70,7

Jumlah 41 100

8. Sakit otot dan kram

Tidak 12 29,3

Ya 29 70,7

Jumlah 41 100

9. Mual dan muntah

Tidak 26 63,4

Ya 15 36,6

Jumlah 41 100

10.Keluar air berlebihan

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

7. Lain lain

Tidak 41 100

Ya 0 0


(49)

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati yang mengalami

gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan berupa sakit perut sebanyak

16 orang (39,0%), mata kabur sebanyak 1 orang (2,4%), sakit dada sebanyak 15

orang (36,6%), diare sebanyak 5 orang (12,2%), pusing sebanyak 32 orang (78%),

keringat berlebihan sebanyak 34 orang (82,9%), sakit kepala 29 orang (70,7%),

sakit otot dan kram sebanyak 29 orang (70,7%),dan mual muntah sebanyak 15

orang (36,6%).

b. Keracunan Sedang

Gejala keracunan sedang yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa

Lubuk Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.17 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan sedang di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Gejala Keracunan Jumlah %

1. Sempoyongan

Tidak 32 78,0

Ya 9 22,0

Jumlah 41 100

2. Susah konsentrasi

Tidak 39 95,1

Ya 2 4,9

Jumlah 41 100

3. Badan lemah

Tidak 36 87,8

Ya 5 12,2

Jumlah 41 100

4. Kejang otot

Tidak 38 92,7

Ya 3 7,3

Jumlah 41 100

5. Pupil mata mengecil

Tidak 41 100


(50)

Jumlah 41 100 6. Susah tidur

Tidak 33 80,5

Ya 8 19,5

Jumlah 41 100

7. Gelisah terus menerus

Tidak 39 95,1

Ya 2 4,9

Jumlah 41 100

8. Lain lain

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa petani pestisida nabati yang mengalami

gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang berupa sempoyongan

sebanyak 9 orang (22%), susah konsentrasi sebanyak 2 orang (4,9%), badan

lemah sebanyak 5 orang (12,2%), kejang otot sebanyak 3 orang (7,3%), susah

tidur sebanyak 8 orang (19,5%), dan gelisah terus menerus sebanyak 2 orang

(4,9%).

c. Keracunan Berat

Gejala keracunan berat yang dirasakan petani pestisida nabati di Desa Lubuk

Bayas tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.18 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan berat di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Gejala Keracunan Jumlah %

1. Kehilangan kesadaran

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

2. Pengeluaran air seni & defekasi tanpa sadar


(51)

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

3. Koma

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

4.Pupil mata sangat kecil

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

5.Bibir dan kuku membiru

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

6. Sesak nafas

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

7. Sawan

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

8. Kematian

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

9. Lain lain

Tidak 41 100

Ya 0 0

Jumlah 41 100

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa tidak ada petani pestisida nabati


(52)

4.3 Hasil Uji Bivariat

Berdasarkan hasil yang di dapatkan dari 41 petani pestisida nabati.

Selanjutnya dilakukan uji Chi Square untuk melihat apakah ada hubungan antara penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada petani pestisida nabati di

Desa Lubuk Bayas tahun 2016.

Hubungan pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) dengan gangguan

kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.19 Hasil uji chi square penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada petani pengguna pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016

Pemakaian APD

Gangguan kesehatan dengan tingkat

keracunan Jumlah Sig.

(p) Ringan Sedang

N % N % N %

Tidak lengkap 27 65,9 13 31,7 40 97,6

0,490

Lengkap 1 2,4 0 0 1 2,4

Jumlah 28 68,3 13 31,7 41 100

Berdasarkan tabel hasil pengukuran diatas, dapat dilihat bahwa gangguan

kesehatan dengan tingkat keracunan ringan ditemukan pada pengguna pestisida

nabati yang menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 27 orang (65,9%), dan

gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang ditemukan pada pengguna

pestisida nabati yang menggunakan APD tidak lengkap sebanyak 13 orang

(31,7%). Sedangkan gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan pada

petani pestisida nabati yang menggunakan APD lengkap sebanyak 1 orang

(2,4%), dan tidak mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan


(53)

Pada hasil uji chi square antara penggunaan APD dengan gangguan kesehatan dapat di ketahui nilai p = 0,490 dimana p > 0,05 artinya tidak ada hubungan penggunaan APD dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani


(54)

BAB V PEMBAHASAN

Karakteristik responden yang dilihat meliputi: jenis kelamin, umur,

pendidikan terakhir, masa kerja, dan riwayat kesehatan. Dari hasil penelitian dapat

dilihat bahwa kegiatan pengelolaan pestisida nabati sebagian besar dilakukan oleh

petani laki-laki sebanyak 38 orang (92,7%) dan perempuan 3 orang (7,3%).

Berdasarkan wawancara diperoleh bahwa penggunaan pestisida ini dilakukan

petani laki-laki karena proses penyemprotan membutuhkan tenaga yang besar baik

untuk menggendong alat pompa yang berat untuk menyemprotkan pestisida ke

padi. Hal ini tidak terlepas dari status sosial bahwa laki-laki memliki tanggung

jawab menjadi tulang punggung keluarga dalam memberikan penghidupan

ditengah-tengah keluarga.

Berdasarkan karakteristik umur responden paling banyak berada pada usia

< 50 tahun yaitu sebanyak 21 orang (51,2%) . Hal ini dikarenakan pada kelompok

umur tersebut dikategorikan sebagai kelompok umur yang produktif dan

disamping itu kebanyakan kelompok umur tersebut telah lama melakukan

pekerjaan sebagai petani dan menjadikan lahan pertanian sebagai sumber

kehidupan mereka.

Berdasarkan karakteristik pendidikan responden paling banyak berada

pada tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 23 orang (56,1%). Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden memilki tingkat pendidikan yang

cukup baik. Tingkat pendidikan merupakan hal penting dalam peningkatan


(55)

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Semakin tinggi pendidikan/pengetahuan seseorang maka semakin tinggi pula

kesadarannya melakukan tindakan yang benar.

Berdasarkan lamanya petani bekerja sebagai pengguna pestisida nabati

sepanjang hidupnya responden paling banyak berada pada rentang < 17 tahun

yaitu sebanyak 21 orang (51,2%), Semakin lama petani bekerja menggunakan

pestisida maka semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya penumpukan racun

dalam tubuh dan pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya keracunan kronis.

Tetapi berdasarkan hasil wawancara terhadap responden lamanya kerja mereka

dengan paparan pestisida berbahan dasar nabati tidak menyebabkan gangguan

kesehatan hingga kronis.

Berdasarkan riwayat kesehatan petani yang memiliki penyakit asam urat,

diabetes, jantung, kolesterol, patah tulang, rematik masing-masing dialami

sebanyak 2 orang (4,9%) sementara yang tidak memiliki riwayat kesehatan

sebanyak 29 orang (70,7%). Seseorang yang sedang menderita sakit akan mudah

terpengaruh oleh efek racun dibandingkan orang yang sehat.

Berdasarkan waktu petani bekerja menyemprot dalam satu minggu,

responden paling banyak bekerja pada waktu tidak tentu sebanyak 21

orang(51,2%), hal ini dikarenakan responden melakukan penyemprotan pestisida

nabati berdasarkan kebutuhan oleh tanaman tersebut.

Sedangkan berdasarkan waktu petani bekerja menyemprot dalam satu hari,

responden paling banyak bekerja dari < 1 jam per hari yaitu sebanyak 27 orang


(56)

adalah tidak lebih dari 4 jam dalam satu hari dan berdasarkan Permenaker Nomor

03 Tahun 1986, waktu kontak dengan pestisida tidak boleh melebihi 5 jam dalam

sehari dan 30 jam dalam seminggu. Jika dikaitkan dengan teori ini maka tindakan

penyemprotan petani di Desa Lubuk Bayas masih termasuk aman.

Berdasarkan observasi waktu yang banyak dilakukan pada pagi hari (pukul

07.00-09.00) sebanyak 40 orang (97,6%), keseluruhan responden mengetahui

waktu penyemprotan yang baik adalah pagi hari pada pukul 08.00 – 11.00 WIB dan sore hari pada pukul 15.00 – 18.00 WIB. Petani berpendapat bahwa penyemprotan pada siang hari dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan

pestisida membunuh hama tanaman. Hal ini sudah benar karena Djojosumiarto

(2008) mengatakan penyemprotan yang terlalu pagi atau terlalu sore

menyebabkan pestisida yang menempel pada bagian tanaman sulit kering

sehingga terjadi keracunan tanaman, sedangkan penyemprotan pada siang hari

menyebabkan bahan aktif pestisida menjadi terurai oleh sinar matahari sehingga

daya bunuhnya menjadi berkurang. Suhu merupakan faktor lingkungan yang

berpengaruh terhadap keberhasilan penggunaan pestisida. Menurut Tonny dan

Laksminiwati (2011), dua jam setelah penyemprotan pestisida suhu udara harus

konstan dan menurun. Suhu yang konstan akan mengurangi laju penguapan

pestisida, sehingga penetrasi ke dalam tanaman optimal.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap pemakaian APD

dapat dilihat bahwa yang paling banyak tidak menggunakan APD lengkap 40

orang (97,6%) dan yang menggunakan APD lengkap 1 0rang (2,4%). Sesuai


(57)

mengganti pakaian setelah menyemprot dapat menurunkan risiko keracunan.

Dengan demikian walaupun luas lahan yang disemprot lebih banyak dan dosis

semakin tinggi apabila menggunakan APD saat menyemprot dapat mencegah

absorbsi pestisida ke dalam tubuh petani.

Keseluruhan petani mengetahui bahwa APD harus digunakan pada saat

mencampur, menyemprot, dan mencuci peralatan yang digunakan untuk

menyemprot pestisida meskipun mereka tidak mengetahui APD apa saja yang

dibutuhkan selama melakukan pengelolaan pestisida. Selain itu karena kelompok

tani ini menggunakan pestisida nabati yang berbahan dasar tanaman, jadi petani

menganggap APD yang penting adalah masker sebanyak 35 orang (85,4%) dan

kacamata sebanyak 10 orang (24,4%) saja. Sementara yang paling banyak

digunakan adalah topi , baju lengan panjang dan celana panjang sebanyak seluruh

responden (100%). Untuk pemakaian sarung tangan hanya 14 orang(34,1%) dan

ditemukan bahwa APD yang paling sedikit digunakan adalah sepatu boot yaitu 5

orang (12,2%). Jika memakai alas kaki maka petani akan susah untuk berjalan,

karena pada saat penyemprotan posisi kaki berada dalam lumpur atau tanah yang

bercampur dengan air. Petani mengaku sepatu kerja membuat mereka tidak bebas

bergerak sehingga waktu penyemprotan menjadi lebih panjang. Padahal menurut

Deptan (2002), APD lengkap yang dibutuhkan seorang petani penyemprot selama

melakukan penggunaan pestisida adalah sarung tangan, baju lengan panjang,

celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker bersih.

Pada hasil penelitian, gangguan kesehatan yang dialami dari 41 sampel dengan tingkat keracunan ringan sebanyak 28 orang (68,3%), keracunan sedang


(58)

13 orang (31,7%). Dikarenakan bahan dari pestisida nabati aman digunakan tidak menyebabkan keracunan pada tanaman dan juga manusia serta produk yang dihasilkan menjadi sehat dan bebas residu.

Gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan paling banyak gejala yang dialami seperti keringat berlebihan sebanyak 34 orang (82,9%), pusing sebanyak 32 orang (78%), sakit kepala sebanyak 29 orang (70,7%) serta sakit otot dan kram sebanyak 29 orang (70,7%). Gejala tersebut banyak di rasakan oleh responden karena jika menghirup bau tidak sedap pestisida nabati terlalu lama menyebabkan pusing dan juga kondisi tanaman padi yang cukup tinggi sehingga saat penyemprotan resiko terhirup lebih tinggi, serta beratnya beban alat pompa membuat responden sering merasakan sakit otot dan kram. Biasanya sering merasa keluhan pada saat frekuensi yang banyak dalam penyemprotan di pagi hari, malamnya mereka sering sakit kepala dan pusing.

Gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan sedang paling banyak gejala yang di alami seperti sempoyongan sebanyak 9 orang (22%) dan susah tidur sebanyak 8 orang (19,5%) ini dikarenakan gejala keracunan ringan yang di alami responden seperti diatas sudah sering di alami sehingga gejala lanjutan yang mengakibatkan responden mengalami gejala yang lebih berat seperti sempoyongan dan akhirnya susah tidur. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa ketika frekuensi terlalu banyak dalam menyemprot setiap harinya maka dalam jangka 1-2 minggu mereka mengalami gejala lanjutan seperti sempoyongan dan susah tidur pada malamnya.


(59)

Dari hasil penelitian terlihat bahwa gangguan kesehatan yang dialami oleh responden belum dikategorikan sebagai keracunan yang kronis, artinya penggunaan pestisida nabati pada kelompok tani subur di Desa Lubuk Bayas ini aman, bersahabat dengan alam, hasil beras dengan produk yang kualitas dan kuantitasnya optimal, serta meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

Dari hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa pestisida yang dipakai di

Kelompok Tani Subur yaitu pestisida nabati dengan bahan dasar serai wangi yang

mengandung bahan kimia terdiri dari sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol,

farnesol methyl heptanol, dan diptena efeknya terhadap manusia apabila larutan

serai wangi terlalu pekat dapat menyebabkan iritasi kulit. Bahan dasar mindi yang

mengandung bahan kimia terdiri dari margosin, glikosida flavonoid, dan aglikon

dan efeknya terhadap manusia belum ditemukan. Lalu bahan dasar sirih yang

mengandung eugenol, methyl eugenol, karvakrol, kavikol, alil katekol, kavibetol,

sineol, estragol, karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, dan tanin yang

efeknya terhadap manusia belum diketahui karena selama ini daun sirih

merupakan tanaman herbal yang sangat baik untuk digunakan oleh manusia.

Bahan dasar jengkol yang mengandung saponin, flavonoida, tanin, asam

jengkolat, ureum, dan belerang dan efeknya terhadap manusia adalah asam

jengkolat yang dapat menyebabnya gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan

ringan seperti nyeri pinggang dan nyeri pada perut (Sudarmo dan

Mulyaningsih,2014) . Serta bahan tambahan urine sapi pada pestisida nabati yang


(60)

tersebut adalah unsur makro yang dibutuhkan oleh tanaman. Cara pembuatan

pestisida nabati dengan menumbuk seluruh bahan dasar diatas di dalam lumpang

dicampur dengan urin sapi lalu di masukkan kedalam ember plastik, ditutup dan

dibiarkan selama 3 minggu. Setelah itu ramuan pestisida yang sudah jadi

larutannya di pisahkan dengan ampas lalu diambil 200cc untuk di campurkan

dengan 14 liter air dan dimasukkan kedalam alat penyemprot pestisida gendong

setelah itu ramuan siap untuk di aplikasikan pada tanaman padi. Bau yang khas

dapat mencegah datangnya hama, oleh karena itu pestisida nabati harus memliki

bau yang tidak sedap untuk mencegah datangnya hama.

Pemanfaatan pestisida nabati dalam kegiatan bertani dianggap sebagai cara pengendalian hama yang ramah lingkungan sehingga diperkenankan penggunaannya dalam pertanian organik. Namun, pengembangan pestisida nabati di Indonesia menghadapi beberapa kendala, yaitu reaksinya relatif lambat dalam mengendalikan hama, berbeda dengan pestisida kimia sintetis yang berlangsung relatif cepat. Walaupun pengggunaan pestisida nabati menimbulkan residu relatif rendah pada bahan makan dan lingkungan serta dianggap lebih aman dari kimia sintetis, tetapi frekuensi penggunaannya menjadi lebih tinggi. Tingginya frekuensi

penggunaan jenis pestisida ini karena sifatnya mudah terurai di alam sehingga

memerlukan pengaplikasian yang lebih sering (Kardinan, 2004). Suatu ramuan

pestisida nabati yang berhasil baik di suatu tempat belum tentu hasil yang baik

pula di tempat lainnya karena ramuan pestisida nabati bersifat site specific (khusus lokasi). Salah satu penyebabnya adalah pada tumbuhan yang sama, tetapi jika


(61)

tumbuh di lingkungan yang berbeda maka kandungan bahan aktifnya pun dapat

berbeda pula.

Hasil uji statistik bivariat penggunaan APD menunjukkan P value sebesar 0,490 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian APD

dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani pengguna pestisida nabati di

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016. Secara keseluruhan banyak petani yang

tidak menggunakan APD lengkap. Penggunaan APD pada petani menunjukkan

bahwa kesadaran petani tentang pentingnya penggunaan APD masih rendah . Hal

ini dapat dilihat dari adanya gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan

yaitu pusing dan keringat berlebihan pada petani setelah selesai menyemprot

akibat terhirup atau tertelan butiran-butiran air masuk ke dalam alat pernafasan

dengan bau pestisida nabati yang sangat menyengat dan tidak sedap. Begitu juga

dengan cara penyemprotan pestisida yang melingkar dan tidak beraturan dan

tinggi tanaman padi memingkinkan petani terhirup pestisida yang tidak


(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pengguna pestisida

nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian dengan sampel 41 orang, diperoleh petani pestisida nabati

yang tidak menggunakan APD lengkap 40 orang (97,6%), dan yang memakai

APD lengkap sejumlah 1 orang (2,4%)

2. Petani pestisida nabati yang tidak menggunakan APD lengkap 40 orang

diantaranya mengalami gangguan kesehatan dengan tingkat keracunan ringan

sebanyak 27 orang (65,9%), yang mengalami gangguan kesehatan dengan

tingkat keracunan sedang sebanyak 13 orang (31,7%) dan petani pestisida

yang menggunakan APD lengkap 1 orang mengalami gangguan kesehatan

dengan tingkat keracunan ringan.

3. Hasil statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara penggunaan Alat

Pelindung Diri (APD) dengan gangguan kesehatan pada kelompok tani

pengguna pestisida nabati.

6.2 Saran

1. Petani pestisida nabati menggunakan APD lengkap seperti topi, masker,

kacamata, sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, dan sepatu

boot agar tidak terganggu kesehatan.

2. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mengetahui derajat kesehatan


(63)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Pelindung Diri (APD)

2.1.1 Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan

tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun,

kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan,

sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya

teknis pencegahan kecelakaan.

Alat Pelindung Diri (APD) adalah peralatan keselamatan yang harus

digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya.

Menurut Suma’mur (2009) alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai

untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi

alat pelindung diri adalah merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelakaan

dan secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi

dapat mengurangi tingkat keparahan kecelakaan kerja yang terjadi.

2.1.2 Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

Menurut Siswanto (1993), ketentuan yang harus dipenuhi dalam pemilihan

APD adalah :

1. Dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap bahaya yang spesifik


(64)

2. Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak menyebabkan

rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.

3. Harus dapat dipakai secara fleksibel.

4. Bentuknya harus cukup menarik.

5. Tahan untuk pemakaian yang lama.

6.Tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya yang

dikarenakan bentuk dan bahayanya yang tidak tepat atau karena salah dalam

penggunaannya.

7. Alat pelindung diri harus memenuhi standard yang telah ada.

8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan persepsi sensoris pemakainya.

9. Suku cadangnya harus mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.

Menurut Suma’mur (1996), alat pelindung diri harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut :

1. Enak dipakai

2. Tidak mengganggu kerja

3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya.

2.1.3 Alat Pelindung Diri Pada Pengguna Pestisida

Menurut Cahyono (2004), alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan

yang harus digunakan personil apabila berada si suatu tempat kerja yang

berbahaya. Alat pelindung diri yang standar untuk bahan kimia berbahaya adalah


(65)

Alat pelindung diri yang tepat bagi penyemprot pestisida, yaitu :

a. Pakaian pelindung (protective clothing) yaitu celana panjang dan baju lengan panjang yang terbuat dari bahan yang cukup tebal dengan tenunan rapat. Pakaian

sebaiknya tidak berkantung karena dengan adanya kantung cenderung digunakan

untuk menyimpan benda-benda seperti rokok. Jas hujan (rain coat) dapat dijadikan sebagai alat pelindung karena terbuat dari plastik yang mudah untuk

dibersihkan.

b. Semacam celemek (apron) yang dibuat dari plastik atau kulit. Apron terutama harus digunakan ketika menyemprot tanaman yang tinggi.

c. Penutup kepala, misalnya berupa topi lebar (wide brimmed) atau helm khusus menyemprot. Topi dengan pinggiran yang lebar (wide brimmed) digunakan untuk melindungi bagian-bagian kepala dan muka. Topi harus tebuat dari bahan yang

kedap cairan (liquid proof) dan tidak terbuat dari kain atau kulit.Helm khusus untuk menyemprot tanaman tinggi terbuat dari bahan yang keras untuk

melindungi kepala dari benda-benda yang jatuh seperti pelepah dan buah kelapa

sawit.

d. Alat pelindung pernapasan (Respiration protective devices) seperti :

1. Chemical catridge respirator, yaitu respirator/masker yang pada bagian saringan (filter) dipasang dalam silinder dapat menyerap bahan-banan/zat-zat kimia berbentuk gas, uap dan partikel-partikel halus. Respirator ini dipergunakan

bila bekerja dengan pestisida yang berselang seling konsentrasinya dari satu


(66)

2. Chemical conister respirator, respirator jenis ini mempunyai kontak/romol (conister) dan saringan penyerap (filter) yang dapat bekerja lebih lama dari pada jenis catrdige respirator. Pada umumnya respirator ini dipergunakan bila bekerja dengan racun secara terus menerus dalam konsentrasi tetap dari pestisida kuat.

3. Supplied air respirator, jenis respirator ini dapat dipergunakan saat mencampur atau mempergunakan pestisida dalam keadaan konsentrasi oksigen dalam udara

rendah dan bekerja di ruang tertutup, sedangkan dosis pestisida yang

dipergunakan sangat tinggi.

4. Self-contained breaching apparartur, pemakaian respirator ini sama dengan supplied air respirator pada prinsip kerjanya. Perbedaannya adalah tabung

oksigennya ditempatkan dipunggung sehingga memudahkan pekerja untuk

bergerak ke segala arah dan praktis bila bekerja di areal yang luas.

e. Pelindung muka dan mata misalnya kaca mata, googles atau face shield yang terbuat dari bahan anti air (water proff) sehingga muka tidak terkena partikel-partikel pestisida.

f. Sarung tangan (gloves) yang terbuat dari bahan yang tidak tembus air, jika pestisida mempunyai konsentrasi tinggi maka diperlukan sarung tangan neoprene. Sarung tangan yang digunakan harus panjang sehingga menutupi bagian

pergelangan tangan. Sarung tangan tidak boleh terbuat dari kulit atau katun karena

pestisida yang melekat sukar dicuci.


(67)

2.2 Pestisida Nabati

Penggunaan pestisida kimia dilingkungan pertanian khususnya tanaman

Hortikultura menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih

melakukan penyemprotan secara rutin 3- 7 hari sekali untuk mencegah serangan

Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan kegagalan panen. Hampir semua

petani melakukan pencampuran 2 – 6 macam pestisida dan melakukan penyemprotan 21 kali per musim tanam (Adiyoga,2001). Kebiasaan tersebut

memacu timbulnya beberapa dampak negatif antara lain : polusi lingkungan,

perkembangan serangga hama menjadi resisten, resurgen ataupun toleran terhadap

pestisida (Moekasan dkk., 2000). Oleh sebab itu, perlu dicari pestisida alternatif

untuk mensubtitusi pestisida kimia tersebut. Salah satunya adalah penggunaan

senyawa kimia alami yang berasal dari tanaman yang dikenal dengan nama

Pestisida Nabati (Sudarmo, 2005).

Tanaman atau tumbuhan yang berasal dari alam dan potensial sebagai

pestisida nabati umumnya mempunyai karakteristik rasa pahit (mengandung

alkaloid dan terpen), berbau busuk dan berasa agak pedas. Tanaman atau

tumbuhan ini jarang diserang oleh hama sehingga banyak digunakan sebagai

ekstrak pestisida nabati dalam pertanian organik (Hasyim, A. dkk , 2010). Di

Indonesia, sejak tahun 2001 Pemerintah telah mencanangkan gerakan “Go

Organik 2010” dengan harapan Indonesia sebagai salah satu produsen utama

pangan organik di dunia. Oleh karena itu dalam SNI 01-6729-2002 yang mengatur


(68)

menggunakan pestisida alami (termasuk pestisida nabati) dan pengendalian secara

mekanis (Rizal, 2009).

2.2.1 Pengertian Pestisida Nabati

Pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya

berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan

dan pengetahuan yang terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka

jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relative aman bagi manusia dan ternak peliharaan

karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasian akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghulang di alam. Dengan

demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk di

konsumsi (Kardinan, 2004).

Sudarmo (2005) menyatakan bahwa pestisida nabati dapat membunuh atau

menganggu serangga hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik yaitu dapat

melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati

sangat spesifik yaitu:

1. Merusak perkembangan telur, larva, dan pupa

2. Menghambat pergantian kulit

3. Menganggu komunikasi serangga

4. Menyebabkan serangga menolak makan

5. Menghambat reproduksi serangga betina


(69)

7. Memblokir kemampuan makan serangga

8. Mengusir serangga (Repellent)

9. Menghambat perkembangan patogen penyakit

Kardinan (2004) menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati

dimaksudkan bukan untuk meninggalkan dan menganggap tabu penggunaan

pestisida sintetis tetapi hanya merupakan suatu cara alternatif dengan tujuan agar

pengguna tidak hanya tergantung kepada pestisida sintetis. Tujuan lainnya adalah

agar penggunaan pestisida sintetis dapat diminimalkan sehingga kerusakan

lingkungan yang diakibatkannya pun diharapkan dapat dikurangi pula.

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat

pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak

bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh

tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organism pengganggu.

Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000

jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya

jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. Lebih dari 2.400

jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung

bahan pestisida (Kardinan,2004).

Sudarmo dan Mulyaningsih (2014) menyatakan bahwa penggunaan

ekstrak tanaman sebagai pestisida alternatif mulai banyak diminati. Pasalnya,

ekstrak tanaman memiliki banyak keunggulan dan manfaat dibandingkan dengan

jenis pestisida lainnya. Berikut berbagai keunggulan dan manfaat pestisida nabati :


(70)

2. Relatif cepat terdegradasi sehingga tidak akan mencemai lingkungan

3. Tidak menyebab keracunan pada tanaman.

4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama.

5. Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain.

6. Mudah dibuat dan diaplikasikan.

7. Mampu menghasilkan produk pertanian yang sehat dan bebas residu.

8. Penggunaan ekstrak tanaman relatif aman terhadap musuh alami hama dan

penyakit.

Menurut Kardinan (2004), pada tahun 1960 negara-negara industri

bersepakat untuk membentuk Organization Economic Corporation Development

(OECD). Akhir-akhir ini OECD melakukan evaluasi tentang perkembangan

organic farming (pertanian organik) yang pertama dikembangkan pada tahun 1993 di masing-masing negara anggota OECD. Di samping pertanian organik,

dipakai istilah-istilah seperti law input agriculture, alternatife agriculture, dan

sustainable agriculture (LISA). Walaupun istilah yang digunakan bermacam-macam, tetapi pada prinsipnya system pertanian di atas adalah sama. Kesamaan

tersebut dapat dilihat pada kriteria berikut.

a. Menghasilkan produk pertanian dengan kualitas dan kuantitas yang optimal.

b. Bersahabat dengan alam.

c. Mengupayakan kesuburan tanah secara lestari.

d. Meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan hidup.


(1)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1 Kesimpulan ... 74

6.2 Saran……….74

DAFTAR PUSTAKA……….... 75 DAFTAR LAMPIRAN


(2)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran variabel penelitian ... 47 Tabel 4.1 Distribusi penggunaan lahan di Desa Lubuk Bayas Tahun

2013...51 Tabel 4.2 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis kelamin di

Desa Lubuk Bayas tahun 2013...52 Tabel 4.3 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di

Desa Lubuk Bayas tahun 2013...52 Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di

Desa Lubuk Bayas tahun 2013...53 Tabel 4.5 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan jenis kelamin di

Desa Lubuk Bayas tahun 2016...53 Tabel 4.6 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan umur di Desa

Lubuk Bayas tahun 2016……...54 Tabel 4.7 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan masa kerja di

Desa Lubuk Bayas tahun 2016...54 Tabel 4.8 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan tingkat pendidikan

di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……...55 Tabel 4.9 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan riwayat kesehatan

di Desa Lubuk Bayas tahun 2016...55 Tabel 4.10 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi

penyemprotan dalam satu minggu di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……...56 Tabel 4.11 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan frekuensi

penyemprotan dalam satu hari di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……...56 Tabel 4.12 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan waktu

penyemprotan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……...57 Tabel 4.13 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan pemakaian APD

di Desa Lubuk Bayas tahun 2016………...57


(3)

Tabel 4.14 Distribusi APD yang dipakai oleh petani pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016………...58 Tabel 4.15 Distribusi petani pestisida nabati berdasarkan gangguan

kesehatan dengan tingkat keracunan di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……...59 Tabel 4.16 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan ringan

di Desa Lubuk Bayas tahun 2016………...59 Tabel 4.17 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan sedang

di Desa Lubuk Bayas tahun 2016………...61 Tabel 4.18 Distribusi gangguan kesehatan dengan gejala keracunan berat di

Desa Lubuk Bayas tahun 2016………...62 Tabel 4.19 Hasil uji chi square penggunaan APD dengan gangguan

kesehatan pada petani pengguna pestisida nabati di Desa Lubuk Bayas tahun 2016……….………...64


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian ... .43


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Surat Selesai Penelitian Lampiran 3. Master Data

Lampiran 4. Output Lampiran 5. Dokumentasi


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Suci Larasati

Tempat Lahir : Medan

Tanggal Lahir : 03 September 1994

Suku Bangsa : Jawa

Agama : Islam

Nama Ayah : Dr.Ir.M.Idris,M.P Suku Bangsa Ayah : Jawa

Nama Ibu : Hanurawaty Siregar,S.H Suku Bangsa Ibu : Batak

Pendidikan Formal

1. SD/ Tamatan tahun : SD Swasta Angkasa 2 Medan / 2006

2. SLTP/ Tamatan tahun : SMP Swasta Harapan 3 Deli Serdang/ 2009 3. SLTA/ Tamatan tahun : SMA Swasta Harapan 3 Deli Serdang/ 20012 4. Lama studi di FKM USU : 2012 - 2016


Dokumen yang terkait

Perilaku Kepatuhan Petugas Kesehatan dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Terhadap Pencegahan Penularan Penyakit Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum dr. Yulidin Away Tapaktuan Aceh Selatan pada Tahun 2012

3 64 79

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA Hubungan Pengetahuan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dengan Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Pekerja Bagian Weaving Di Pt Delta Merlin

0 2 16

TINGKAT PENGETAHUAN BAHAYA PESTISIDA DAN KEBIASAAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DILIHAT Tingkat Pengetahuan Bahaya Pestisida Dan Kebiasaan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dilihat Dari munculnya tanda Gejala Keracunan Pada kelompok Tani Di Karanganyar.

0 1 16

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kepatuhan Dalam Menggunakan Alat Pelindung Diri Pada Petani Pengguna Pestisida di wilayah subak desa kenderan.

1 2 54

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 17

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 8

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 1 35

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 2

Hubungan Penggunaan Alat Pelindung Diri dengan Gangguan Kesehatan pada Kelompok Tani Subur Pengguna Pestisida Nabati Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016

0 0 29