Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan Faktor Risiko Kanker Serviks di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan Chapter III VI

BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1.

Kerangka penelitian
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan berkembang pada serviks
atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan terluar
permukaan serviks (Riksani, 2015). Pap Smear adalah salah satu deteksi dini
terhadap kanker serviks dengan cara mengambil sel epitel yang ada di leher
rahim untuk kemudian di lihat kenormalannya (Samadi, 2010).

Hasil Pemeriksaan Pap Smear, Diagnosis dan
Faktor risiko kanker serviks yang meliputi :
1. Usia
2. Jumlah pasangan seksual
3. Usia pertama kali melakukan hubungan
seksual

4. Merokok
5. Frekuensi persalinan
6. Penggunaan kontrasepsi oral
7. Riwayat keluarga

27
Universitas Sumatera Utara

28

3.2.

Defenisi operasional

No

Variabel

Defenisi


Alat Ukur

Hasil Ukur

Operasional
1.

Ukur

Hasil

Gambaran kategori Rekam

pemeriksaan

kelas

Pap Smear

didapatkan


yang Medik
untuk RSUD
dini dr.Pirngad

mendeteksi
kanker

Skala

serviks i

a. Kelas I

Ordinal

b. Kelas 2
c. Kelas 2R
d. Kelas 3


Kota e. Kelas 4

pada wanita yang Medan

f. Kelas 5

melakukan
Pap

pemeriksaan
Smear di

RSUD

dr. Pirngadi Kota
Medan
2.

Faktor risiko


Faktor-faktor yang

Rekam

kanker

berkontribusi

Medik

serviks

menunjang

RSUD

kejadian kanker

dr.Pirngad


serviks

i

Ordinal

Kota

Medan

a. Usia

a. Usia seorang
wanita yang

a. < 35 tahun

Ordinal

b. ≥ 35 tahun


melakukan
pemeriksaan Pap
Smear di RSUD
dr. Pirngadi Kota
Medan pada saat
penelitian
dilakukan

Universitas Sumatera Utara

29

b. Jumlah

b. Banyaknya

a. 1

pasangan


pasangan seksual

seksual

yang

Ordinal

b. > 1

dimiliki

wanita

yang

melakukan
pemeriksaan Pap
Smear di RSUD

dr. Pirngadi Kota
Medan
c. Usia

c. Usia pada saat

pertama

pertama

kali

kali

melakukan

melakukan

hubungan


hubungan

seksual

oleh

seksual

wanita

yang

a. ≤ 20 tahun

Ordinal

b. > 20 tahun

melakukan
pemeriksaan

Pap Smear di
RSUD

dr.

Pirngadi
KotaMedan
d. Merokok

d. Suatu

kegiatan

membakar

a. Ya

Ordinal

b. Tidak

gulungan
tembakau

lalu

menghisap
asapnya

yang

mengandung zat
berbahaya

oleh

wanita

yang

melakukan

Universitas Sumatera Utara

30

pemeriksaan
Pap Smear di
RSUD

dr.

Pirngadi

Kota

Medan
e. Paritas

e. Jumlah

a. < 3
b. ≥ 3

pengeluaran
hasil

Ordinal

konsepsi

oleh wanita yang
melakukan
pemeriksaan
Pap Smear di
RSUD
Pirngadi

dr.
Kota

Medan
f. Penggunaa

f. Suatu

a. Ya

n

pencegahan

kontrasepsi

kehamilan

oral

dengan

Ordinal

b. Tidak

mengkonsumsi
pil

Kb

yang

dilakukan oleh
wanita

yang

melakukan
pemeriksaan
Pap Smear di
RSUD
Pirngadi

dr.
Kota

Medan
g. Riwayat
keluarga

g. Seorang wanita
yang

a. Ya

Ordinal

b. Tidak

Universitas Sumatera Utara

31

dengan

melakukan

kanker

pemeriksaan

serviks

Pap Smear di
RSUD
Pirngadi

dr.
Kota

Medan
memiliki
anggota
keluarga

yang

mengidap
kanker serviks

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1.

Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional, untuk mengetahui hasil pemeriksaan Pap Smear,
diagnosis serta faktor risiko kanker serviks pada wanita yang melakukan Pap
Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.
4.2.

Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medik wanita yang
melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan sebanyak
157 orang selama kurun waktu Januari 2015- Agustus 2016.
4.2.2. Sampel
Sampel penelitian yang diambil dihitung berdasarkan rumus Slovin

n : besaran sampel

� =


1 + N(�)2

N : besaran populasi
e : nilai kritis yang diinginkan yaitu 90%
157

n = 1+157(0,12 )
157

n = 1+1,57
157

n = 2,57

32
Universitas Sumatera Utara

33

n = 61
Jadi, sampel minimal dalam penelitian ini adalah 61 orang.
4.2.3. Teknik sampling
Teknik penarikan sampel yang digunakan peneliti adalah Purposive
Sampling yaitu dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel. Adapun
kriteria khusus sampel dalam penelitian ini ialah wanita yang sudah menikah
4.3.

Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1. Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
4.3.2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2017
4.4.

Pertimbangan etik
Pertimbangan etik ini dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan izin dari Bidang
Penelitian dan Pengembangan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Penelitian ini
dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan etik yaitu menjaga kerahasiaan
data responden

. Oleh karena itu lembar checklist yang berisikan data

responden ditandai dengan kode tertentu tanpa mencantumkan nama dan data
yang diperoleh dari responden sepenuhnya digunakan untuk kepentingan
penelitian
4.5.

Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmojo, 2010). Instrumen dalam penelitian ini menggunakan data

Universitas Sumatera Utara

34

rekam medis dan lembar checklist yang disusun oleh peneliti dengan mengacu
kepada tinjauan pustaka. Instrumen terdiri dari 3 bagian, yaitu data demografi,
hasil pemeriksaan Pap Smear, serta faktor risiko kanker serviks pada wanita
yang melakukan pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.
Instrumen bagian pertama merupakan data demografi responden yang
terdiri 3 item pernyataan yaitu agama, pekerjaan dan pendidikan terakhir.
Instrumen bagian kedua membahas tentang hasil pemeriksaan Pap Smear yang
terdiri dari kelas 1, 2, 2R, 3, 4 dan 5
Instrumen bagian ketiga membahas tentang faktor risiko kanker
serviks yang terdiri dari 7 item pernyataan yaitu usia, jumlah pasangan seksual,
usia pertama kali melakukan hubungan seksual, paritas, kebiasaan merokok,
penggunaan kontrasepsi oral dan riwayat keluarga dengan kanker serviks.
4.6.

Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji untuk mengetahui tingkat kevalidasi dari
instrumen kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Instrumen yang
divalidasi dalam penelitian ini adalah faktor risiko kanker serviks pada wanita di
RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Uji validitas dilakukan secara content validity
yaitu validitas yang merujuk sejauh mana sebuah instrumen penelitian memuat
rumusan-rumusan sesuai isi yang dikehendaki (Setiadi, 2013). Penelitian
dinyatakan valid jika nilai Content Validity Index sama dengan 0,86 sampai 1,00
(Polit & Beck, 2012). Instrumen pada penelitian ini sudah

dikonsultasikan

kepada salah satu ahli Sp.Mat di RSUP Adam Malik Medan dan mempunyai

Universitas Sumatera Utara

35

nilai Content Validity Index sebesar 1,00, sehingga instrumen dalam penelitian
ini dapat dinyatakan sudah valid
4.6.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik. Instrumen penelitian
faktor risiko kanker serviks menggunakan metode KR-20. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai 0,70 namun nilai 0,80 atau lebih
merupakan nilai yang sangat diinginkan (Polit & Beck, 2012). Adapun hasil
perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini mempunyai nilai sebesar 0,71,
sehingga instrumen dalam penelitian ini dapat dinyatakan sudah reliabel
4.7.

Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan peneliti setelah mendapat surat izin

penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan dari
Bidang Penelitian dan Pengembangan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.
Selanjutnya peneliti mengumpulkan data sekunder yang didapat dari Rekam
Medik RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Data sekunder yang dikumpulkan
berupa data hasil pemeriksaan Pap Smear, diagnosis dan faktor risiko kanker
serviks. Pertama, peneliti menyeleksi terlebih dahulu data responden yang sesuai
dengan kriteria penelitian. Kedua, peneliti memeriksa kelengkapan data yang
tercantum di rekam medik responden. Ketiga, peneliti menyalin data yang
terdapat di rekam medik ke dalam lembar checklist yang telah disediakan oleh
peneliti

Universitas Sumatera Utara

36

4.8.

Analisa data
Data yang diperoleh kemudian diolah secara manual dan komputerisasi,

pelaksanannya dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
4.8.1. Editing
Tahap editing dilakukan oleh peneliti dengan memeriksa kelengkapan
data dari rekam medik dan lembar checklist sehingga data yang diperoleh dapat
diolah dengan benar.
4.8.2. Coding
Setelah data diperoleh, peneliti melakukan pengklasifikasian jawaban
menurut macamnya dengan kode tertentu.
Variabel
Hasil pemeriksaan Pap Smear

Hasil Pengkodean
Kelas 1 = 1
Kelas 2 = 2
Kelas 2R = 3
Kelas 3 = 4
Kelas 4 = 5
Kelas 5 = 6

Usia

˂ 35 tahun = 1
≥ 35 tahun = 2

Jumlah pasangan seksual

1

=1

>1 = 2
Usia pertama kali melakukan
hubungan seksual
Paritas

≤ 20 tahun = 1
> 20 tahun = 2

1, usia pertama kali melakukan hubungan
seksual ≤ 20 tahun, jumlah paritas ≥ 3, mempunyai kebiasaan merokok,
menggunakan kontrasepsi oral (pil kb), serta memiliki riwayat keluarga dengan
kanker serviks.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berusia
≥ 35
tahun yaitu sebanyak 58 orang (95,1%), memiliki 1 orang pasangan seksual yaitu
sebanyak 53 orang (86,9%), usia pertama kali melakukan hubungan seksual > 20

Universitas Sumatera Utara

42
tahun yaitu sebanyak 32 orang (52,5%), jumlah paritas
≥ 3 yaitu sebanyak 42
orang ( 68,9%), tidak merokok yaitu sebanyak 58 orang (95,1%), tidak
menggunakan kontrasepsi oral yaitu sebanyak 37 orang (60,7%), dan tidak
mempunyai riwayat keluarga dengan kanker serviks yaitu sebanyak 56 orang
(91,8%).
Adapun faktor risiko yang terdapat pada responden yang mengalami
kanker serviks yaitu 36 orang berusia


35 tahun, 6 orang memiliki jumlah

pasangan seksual > 1, 20 orang melakukan hubungan seksual pada ≤usia
20
tahun, 27 orang memilki paritas
≥ 3 kali, 1 orang merokok, 16 orang
menggunakan kontrasepsi oral, 3 orang memiliki riwayat keluarga dengan kanker
serviks.
Tabel 5.4. Faktor Risiko Kanker Serviks pada Wanita yang Melakukan
Pemeriksaan Pap Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan (n=61)
No

1.

Usia

< 35 tahun
≥ 35 tahun

3
58

4,9
95,1

Tidak
Ca.Cervix
(f)
2
22

2.

1
>1

53
8

86,9
13,1

22
2

31
6

≤ 20 tahun
> 20 tahun

29
32

47,5
52,5

9
15

20
17

4.

Jumlah
pasangan
seksual
Usia
pertama
kali
berhubungan
seksual
Jumlah Paritas

1 orang sebanyak 4
orang, usia pertama kali berhubungan seksual
≤ 20 tahun sebanyak 12 orang,
jumlah paritas ≥ 3 kali 19 orang, mempunyai kebiasaan merokok sebanyak 1
orang, menggunakan kontrasepsi oral sebanyak 8 orang dan mempunyai riwayat
keluarga dengan kanker serviks sebanyak 3 orang..
Kategori kelas 1, meskipun hasil pemeriksaan Pap Smear menunjukkan
hasil yang normal ternyata tidak menutup kemungkinan responden memiliki

Universitas Sumatera Utara

44

faktor risiko kanker serviks, diantaranya ialah ada 4 dari 7 faktor rsiko kanker
serviks yang terdapat pada responden, yaitu 9 responden berusia
≥ 35 tahun, 4
responden memiliki jumlah paritas≥

3 kali, 1 responden memiliki kebiasaan

merokok dan 3 responden menggunakan kontrasepsi oral. Meskipun jumlah
responden pada kategori kelas 1 yang tidak berisiko kanker serviks lebih besar
daripada yang berisiko, hal ini tetap perlu mendapat perhatian
Kategori kelas 2 meskipun seluruh responden tidak mengalami kanker
serviks tetapi terdapat 6 dari 7 faktor risiko kanker serviks pada responden,
dimana terdapat 8 responden yang berusia
≥ 35 tahun, 2 responden memiliki
jumlah pasangan seksual > 1, 3 responden pertama kali berhubungan seksual pada
usia ≤ 20 tahun, 7 responden memiliki paritas ≥ 3 kali, 4 responden menggunakan
kontrasepsi oral, dan 2 orang mempunyai riwayat keluarga dengan kanker serviks.
Kategori kelas 3 seluruh responden mengalami kanker serviks dan
terdapat 5 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang ada pada responden diantaranya
terdapat 10 responden berusia ≥ 35 tahun, 5 responden pertama kali berhubungan
seksual pada usia ≤ 20 tahun, 8 responden memiliki paritas ≥ 3 kali, 1 responden
memiliki kebiasaan merokok dan 5 responden menggunakan kontrasepsi oral
Kategori kelas 4 seluruh responden mengalami kanker serviks dan terdapat
4 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang dimiliki oleh responden, yaitu 4 orang
berusia ≥ 35 tahun, 1 responden memiliki jumlah pasangan seksual > 1, 3
responden pertama kali berhubungan seksual pada usia≤ 20 tahun, 2 responden
memiliki paritas ≥ 3, dan 3 responden menggunakan kontrasepsi oral

Universitas Sumatera Utara

45

Kategori kelas 5 seluruh responden mengalami kanker serviks dan
terdapat 5 dari 7 faktor risiko kanker serviks yang terdapat pada responden yaitu
2 responden berusia ≥ 35 tahun, 1 responden memiliki jumlah pasangan seksual >
1, 2 responden pertama kali berhubungan seksual pada≤ usia

20 tahun, 2

responden memiliki jumlah paritas
≥ 3 kali, 1 responden menggunakan
kontrasepsi oral
Mayoritas responden yang mengalami kanker serviks termasuk dalam
kategori kelas 2R berarti hasil pemeriksaan Pap Smear responden menunjukkan
adanya atypia yang sering berhubungan dengan proses inflamasi, infeksi dan lainlain. Selain itu, terdapat responden dengan hasil pemeriksaan Pap Smear termasuk
kategori kelas 3, 4, dan 5 yaitu masing-masing berjumlah 10, 4, dan 2 orang.
Pada responden yang termasuk kategori kelas 3,4 dan 5, biasanya kanker serviks
sudah memasuki stadium lanjut, hal ini dikarenakan kanker sudah menyebar dan
bermetastase ke organ disekitarnya. Selain itu hasil pemeriksaan Pap Smear
menunjukkan keabnormalan yang ditandai dengan ditemukannya sel yang
mencurigakan adanya keganasan dan terdapat karsinoma. Hal ini menunjukkan
lebih banyak responden yang baru mencari pelayanan kesehatan pada saat sudah
terjadi infeksi, kanker sudah menyebar dan menimbulkan gejala kanker serviks,
sehingga pemeriksaan Pap Smear yang dilakukan bukan lagi merupakan tindakan
pencegahan akan tetapi dalam rangka mencari pengobatan dan menengakkan
diagnosis. Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak wanita yang melakukan
pemeriksaan Pap Smear masih menganut paradigma sakit.

Universitas Sumatera Utara

46

5.2.2. Diagnosis Kanker Serviks
Mayoritas ibu yang didiagnosis kanker serviks berusia≥ 35 tahun, hal ini
dapat terjadi karena saat mulai terjadinya infeksi HPV sampai menjadi kanker
invasif membutuhkan waktu rata-rata 10-20 tahun. Pada umumnya displasia
derajat tinggi dapat terdeteksi 5-10 tahun sebelum terjadinya kanker (WHO,
2013). Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa saat terjadinya infeksi HPV usia
ibu masih < 35 tahun dan mereka belum mendapati gejala kanker serviks, karena
kanker serviks itu sendiri membutuhkan proses yang lama untuk menjadi kanker
serviks sehingga keinginan untuk mencari pengobatan juga rendah, maka dari itu
kanker serviks baru terdeteksi saat usia ibu≥ 35 tahun dan sudah menimbulkan
berbagai keluhan
Mayoritas responden yang didiagnosis kanker serviks memiliki jumlah
paritas ≥ 3 kali. Paritas dapat dipengaruhi oleh pendidikan seseorang. Dalam
penelitian ini paling banyak wanita yang mengalami kanker serviks berpendidikan
SLTP dan SLTA, yaitu masing-masing sebanyak 12 dan 16 orang. Wanita yang
mempunyai pendidikan menengah kemungkinan masih percaya dengan istilah
banyak anak banyak rejeki. Sedangkan wanita yang memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi akan berpikir secara rasional bahwa 2 anak lebih baik. Selain itu
mereka mudah menerima informasi baru seputar pemeliharaan kesehatannya
sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
menyadari risiko yang ada pada dirinya yang dapat menimbulkan suatu penyakit
tertentu termasuk kanker serviks sehingga termotivasi untuk mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

47

Mayoritas wanita yang melakukan pemeriksaan Pap Smear dan
mengalami kanker serviks dalam penelitian ini merupakan IRT. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Hakimah (2016) yang menyebutkan
bahwa sebagian besar pada kelompok responden yang melakukan pemeriksaan
Pap Smear sebesar 60,4% adalah IRT. Seharusnya bagi responden yang
merupakan IRT memiliki banyak waktu luang untuk melakukan pemeriksaan Pap
Smear dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja untuk mencegah kanker
serviks. Namun, pada kenyataannya sesuai hasil rekam medik rata-rata responden
baru satu kali melakukan pemeriksaan Pap Smear. Hal ini dapat disebabkan
mereka tidak menyadari bahwa Pap Smear merupakan salah satu cara deteksi dini
kanker serviks untuk menghindari penyakit tersebut. Disamping itu, belum semua
wanita memahami dan mau melakukannya lagi dengan berbagai alasan, seperti
malu, takut akan hasilnya dan juga masalah biaya. Wanita sering tidak mengenali
gejala awal dan datang untuk melakukan pemeriksaan sudah dalam stadium lanjut.
Demikian juga, ketika seorang wanita sudah terdeteksi kanker serviks kadang
tidak langsung mendatangi pelayanan kesehatan akibatnya kanker sudah
menyebar dan pemeriksaan Pap Smear bukan lagi tindakan preventif
5.2.3. Faktor Risiko Kanker Serviks
Dari hasil penelitian berdasarkan usia responden, mayoritas yang berisiko
kanker serviks berumur ≥ 35 tahun yaitu sebanyak 58 orang (95,1%). Selain itu
jika dibandingkan, mayoritas responden yang berusia
≥ 35 tahun lebih banyak
mengalami kanker serviks yaitu sebanyak 36 orang sedangkan 22 orang lainnya
tidak mengalami kanker serviks. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Universitas Sumatera Utara

48

yang dilakukan oleh Lubis (2012) di RSUD Pirngadi Medan pada yaitu proporsi
terbesar kejadian kanker serviks terjadi pada umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20
orang (39,2%)
Biasanya kanker serviks menyerang wanita yang telah berumur terutama
pada wanita yang berusia 35 -55 tahun, namun hal ini tidak menutup
kemungkinan wanita yang lebih muda juga bisa terkena kanker serviks jika wanita
tersebut memiliki faktor risikonya. Wanita yang berusia 35-50 tahun dan masih
aktif berhubungan seksual memiliki risiko mengidap kanker serviks karena seiring
pertambahan usia maka terjadi perubahan anatomi dan histologi (metaplasia)
(Arum, 2015). Pada usia > 35 tahun fungsi semua organ tubuh menurun,
disamping itu hormon dalam tubuh yang

mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan sel di dalam tubuh yang dapat menyebabkan degenerasi sel
(Maynita, 2014)
Perjalanan kanker serviks didahului dengan infeksi HPV Onkogenik yang
menyebabkan sel serviks normal menjadi sel prakanker, dan berkembang lagi
menjadi sel kanker. Untuk menjadi sel kanker dan menjadi kanker serviks
dibutuhkan waktu yang lama sehingga bagi penderita yang sudah mengetahuinya
sejak dini dapat melakukan berbagai langkah untuk mengatasinya (Andrijono,
2010). Oleh karena itu, semakin cepat penanganan yang dilakukan maka akan
berpengaruh terhadap angka kesembuhan dan harapan hidup penderita.
Berdasarkan jumlah pasangan seksual, hasil penelitian menunjukkan
bahwa hanya sebagian kecil responden berisiko kanker serviks yaitu responden
yang memiliki pasangan seksual > 1 yaitu sebanyak 8 orang (13,1%) sedangkan

Universitas Sumatera Utara

49

53 orang lainnya (86,9%) tidak berisiko kanker serviks. Dari 8 responden tersebut
6 orang mengalami kanker serviks dan 2 diantaranya tidak mengalami kanker
serviks. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Erry (2014)
menunjukkan bahwa responden yang menderita lesi prakanker serviks memiliki
mitra seksual > 1 orang. Mitra seksual > 1 orang akan meningkatkan risiko 6,19
kali lebih besar untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan dengan
responden yang memiliki pasangan seksual 1 orang saja.
Perilaku seksual yang berupa berganti-ganti pasangan seks akan
meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti
infeksi Human Papilloma Virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker serviks, penis, dan vulva (Minyakob, 2011).
Berdasarkan usia pertama kali melakukan hubungan seksual hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat risiko kanker serviks pada 29 orang
(47,5%) responden yang pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia ≤
20 tahun. Dari 29 responden tersebut 20 orang diantaranya mengalami kanker
serviks dan 9 lainnya tidak mengalami kanker serviks. Usia pertama kali
berhubungan seksual dapat dikaitkan dengan usia seseorang ketika menikah.
Penelitian yang dilakukan oleh Sadewa (2014) menunjukkan bahwa 90% pasien
yang terdiagnosis kanker serviks menikah di usia
≤ 20 tahun. Terlihat bahwa
hubungan seksual pada usia dini berkaitan erat dengan kejadian kanker serviks.
Usia pertama menikah yang relatif muda (di bawah 20 tahun) berisiko
meningkatkan terjadinya kanker serviks. Hal ini dikaitkan dengan pembentukan
sel epitel atau lapisan dinding vagina dan serviks yang belum matang sempurna

Universitas Sumatera Utara

50

akibat ketidakseimbangan hormonal (Riksani, 2015). Ketika seorang wanita
berusia 12-17 tahun maka sel dalam mulut rahim menjadi lebih aktif membelah
Pembelahan ini seharusnya tidak terjadi

kontak atau rangsangan apapun dari

luar. Adanya benda asing termasuk alat kelamin pria atau sperma yang masuk ke
dalam vagina wanita akan menyebabkan pembelahan sel menjadi abnormal. Sel
abnormal dalam mulut rahim tersebut dapat menyebabkan kanker serviks, hal ini
diperparah apabila pada saat masuknya benda asing menyebabkan luka pada
mulut rahim sehingga mempermudah terjadinya infeksi HPV (Wahyuningsih dan
Erry, 2014).
Berdasarkan jumlah paritas hasil penelitian menunjukkan terdapat 42
orang (68,9%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu pada responden yang
memiliki paritas ≥ 3 kali. Dari 42 responden tersebut 27 orang mengalami kanker
serviks sedangkan 15 orang lainnya tidak mengalami kanker serviks. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di Yayasan Kanker Wisnuwardhana
Surabaya (2014), dimana didapatkan data seluruh responden (100%) yang tidak
memiliki anak (nullipara) dan wanita yang memiliki anak 1 (primipara) tidak
menderita kanker serviks. Sedangkan pada wanita yang memiliki 2-4 anak
(multipara) didapatkan data bahwa sebagian kecil (5,9%) menderita kanker
serviks dan dari wanita yang mempunyai anak lebih dari 4 (grandemultipara)
didapatkan data bahwa setengahnya (50%) menderita kanker serviks.
Mereka yang pernah melahirkan lebih dari 3 kali dapat meningkatkan
angka kejadian kanker serviks sebanyak 3 kali lipat (Maynita, 2012). Hal ini
dikarenakan apabila seorang wanita sering melahirkan maka akan semakin sering

Universitas Sumatera Utara

51

pula terjadi trauma pada serviks sehingga dapat menyebabkan perlukaan.
Perlukaan pasca persalinan dapat menjadikan awal terjadinya kanker serviks
apabila tidak segera ditangani.
Kanker serviks terbanyak di jumpai pada wanita yang sering partus.
Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma
serviks (Padila, 2012). Karena semakin sering melahirkan akan terjadi trauma
pada serviks dan dilalui janin pada saat dilahirkan (Shanty, 2011). Hal ini berarti
semakin banyak jumlah anak maka akan semakin berisiko mengalami kanker
serviks
Berdasarkan kebiasaan merokok hasil penelitian menunjukkan bahwa
hanya terdapat 3 orang (4,9%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu
pada responden yang memiliki kebiasaan merokok. Dari 3 responden tersebut, 1
orang mengalami kanker serviks dan 2 orang lainnya tidak mengalami kanker
serviks. Hal ini menunjukkan proporsi wanita yang merokok dan mengalami
kanker serviks lebih kecil daripada wanita yang merokok namun tidak mengalami
kanker serviks.
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih (2014) menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian lesi prakanker serviks. Hal ini bertentangan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amar (2012) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
perokok pasif dengan kejadian kanker serviks, dan pada perokok pasif akan
meningkatkan risiko 11,5 kali mengalami kanker serviks dibandingkan dengan

Universitas Sumatera Utara

52

yang tidak terpapar asap rokok. Hal ini berarti baik perokok pasif maupun
perokok pasif keduanya berisiko mengalami kanker serviks
Asap rokok adalah salah satu faktor terjadinya kanker serviks, dalam
asap rokok terdapat nikotin dan benzopiren yang dapat menyebabkan terjadinya
kanker serviks (Amar, 2012). Selain itu kandungan di dalam rokok salah satunya
merupakan tembakau. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau

ditemukan

dalam lendir serviks wanita perokok dan dapat menjadi kokarsinogen infeksi
HPV. Para peneliti percaya bahwa zat ini merusak DNA dari sel-sel leher rahim
dan berkontribusi terhadap perkembangan kanker serviks.
Berdasarkan kebiasaan penggunaan kontrasepsi oral menuunjukkan
bahwa terdapat 24 orang (39,3%) responden yang berisiko kanker serviks yaitu
pada responden yang menggunakan kontrasespsi oral. Dari 24 orang tersebut 16
diantaranya didiagnosis kanker serviks sedangkan 8 orang lainnya tidak
didiagnosis kanker serviks. Hal ini menunjukkan penggunaan kontrasepsi oral
memiliki pengaruh terhadap terjadinya kanker serviks. Menurut Guven et al
(2010) kekentalan lendir pada serviks akibat penggunaan KB hormonal oral
ataupun suntikkan menyokong terjadinya kanker serviks. Hal ini dikarenakan
kekentalan lendir ini akan memperlama keadaan suatu agen karsinogenik
(penyebab kanker) di serviks yang terbawa melalui hubungan seksual termasuk
adanya virus HPV yang menjadi penyebab dari kanker serviks. Penggunaan
kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko
kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Selain kontasepsi oral, kontrasepsi hormonal
juga dapat menjadi faktor pencetus terjadinya kanker serviks, dikarenakan

Universitas Sumatera Utara

53

kontrasepsi hormonal akan menyebabkan defisiensi asam folat, yang mengurangi
metabolisme mutagen sedangkan estrogen kemungkinan menjadi salah satu kofaktor yang dapat membuat replikasi DNA HPV sehingga meningkatkan risiko
kanker serviks (Andrijono, 2007)
Berdasarkan riwayat keluarga dengan kanker serviks menunjukkan
terdapat 5 orang (8,2%) responden yang berisiko kanker serviks. Dari 5 orang
tersebut 3 diantaranya didiagnosis kanker serviks. Seorang wanita yang memiliki
saudara kandung atau ibu yang mempunyai kanker serviks akan berisiko
mengalami kanker serviks 2-3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
tidak memiliki riwayat kanker serviks pada keluarganya hal ini disebabkan
dengan berkurangnya kemampuan untuk melawan infeksi HPV (American Cancer
Society, 2016).
Penyakit kanker yang diturunkan biasanya dipengaruhi oleh interaksi
yang komplek antara pemaparan bahan karsinogenik (seperti asap rokok, radiasi,
bahan kimia atau agen infeksi) dengan genom penderita.

Sel mengalami

pertumbuhan dan pembelahan yang hiperaktif, serta kehilangan sifat normal dari
selnya. Kondisi tersebut menyebabkan gen yang bertugas untuk mengontrol sel
tumor menjadi inaktif. Akibatnya sel normal berubah menjadi sel kanker
(Darmono,2014). Hal ini juga dapat terjadi pada responden dalam penelitian ini,
dimana 2 dari 3 responden dengan kanker serviks yang memiliki riwayat keluarga
kanker serviks menunjukkan hasil bahwa mereka menggunkan pil KB. Akibatnya,
kemungkinan kekentalan lendir yang disebabkan oleh zat pil KB menyebabkan

Universitas Sumatera Utara

54

bahan karsinogenik bertahan di serviks sehingga menjadi penyebab terjadinya
kanker serviks.

Universitas Sumatera Utara

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.

Kesimpulan
Penelitian terhadap 61 orang wanita yang melakukan pemeriksaan Pap

Smear di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan selama kurun waktu April-Mei 2017
menunjukkan hasil bahwa faktor risiko kanker serviks cenderung lebih banyak
dialami oleh wanita yang memiliki riwayat kanker serviks dibandingkan dengan
wanita yang tidak memiliki riwayat kanker serviks.
6.2.

Saran
6.2.1. Pendidikan keperawatan
Dapat menjadi sumber informasi dan dijadikan sebagai salah satu
materi dalam perkuliahan guna meningkatkan pengetahuan mahasiwa
betapa pentingnya mengenali faktor risiko kanker serviks yang terhindar
dari kanker serviks.
6.2.2.

Pelayanan keperawatan
Bagi pelayanan keperawatan diharapkan mengisi dengan lengkap

lembar pengkajian kebidanan dan kandungan rawat jalan pasien serta
lembar identitas pasien, karena kelengkapan hasil pengkajian tersebut
sangat diperlukan untuk melihat faktor risiko kanker serviks yang terdapat
pada pasien.

55
Universitas Sumatera Utara

56

6.2.3. Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu menggali lebih dalam
mengenai faktor risiko kanker serviks yang lainnya dengan metode
pengumpulan data melalui wawancara.

Universitas Sumatera Utara