Analisis Tanāzu’ (Frase Koordinatif) Pada Surahالبقرة Al-Baqarah Danال عمران Ali-'Imrān

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Terdahulu
Penelitian tentang analisis tanāzu’ di Departemen Sastra Arab Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sebelumnya pernah diteliti masalah
yang berhubungan dengan tanāzu’ yaitu :
1. Judul Hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ oleh Aminullah Dalam jurnal
2002 Digitized by USU Digital Library. Dalam pembahasannya, membahas
tentang hukum ma’mul dalam kalimat tanāzu’ bukan di dalam Al-Qur’an . metode
yang digunakanakan adalah metode deskriptif analisis yaitu mengamati dan
memahami bahan-bahan yang dikumpulkan yang berhubungan dengan yang akan
ditulis. Kemudian dipaparkan dan dibahas berdasarkan pada penjelasan tertentu,
selanjutnya dilakukan intervarisasi dan diklasisifikasikan menurut pola-pola yang
akan ditulis. Hasil dan pembahasan menyatakan bahwa hukum ma’mul adalah
sesuatu yang berubah harkah atau kasus akhirnya dengan rafa’,nasab, jazam,
ataupun kasrah karena bekas amil yang ada di dalamnya. Ma’mul dalam kalimat
tanāzu’ ini juga merupakan produk dari amil, dia dipengaruhi dan ditentukan oleh
amil, dan amil sangat mempengaruhinya. Sesuai dengan jabatannya dalam suatu
jumlah. Perubahan ini juga menentukan jabatan kalimat di dalam jumlah itu sesuai
dengan kaedah-kaedah yang ada di dalam bahasa Arab.

2.

Judul Studi tanazu’ dalam bahasa arab. oleh M. Yusup Aripin, NIM

100704012. Penelitian ini menggunakan teori dari Al-Ghulayaini dengan metode
analisis deskriptif yaitu menuturkan dan menafsirkan data dengan jalan
mengumpulkan

data,

mengklasifikasikan,

kemudian

menganalisis

dan

mengintreprestasikannya. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tanāzu’ adalah
kajian dari sintaksis bahasa arab yang terdapat dua amil atau lebih dan satu

ma’mul.

Universitas Sumatera Utara

3.

Judul Amil al-tanāzu’ ʻinda al -baṣrayain wa al-kufayain dirasah

muqaranah oleh Firman Firdausi NIM. 04111820, (2010) Skripsi Thesis, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
muqaranah (perbandingan) dan menggunakan kerangka teoritik sintaksis yaitu
teori tanāzu’. Dengan menggunakan teori ini, peneliti meneliti tentang pandangan
dan sikap mazhab basrah dan kufah dalam persoalan amil tanāzu’ mana yang
terlebih utama beramal.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Aminullah dan M.Yusuf
Aripin serta Firman Firdausi adalah dari segi subyek dan data penelitiannya.
Subyek dan data penelitian ini diambil dari Al-Qur’an dengan merujuk kepada
dua surah yaitu surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān. Kontribusi dari penelitian
Aminullah dan M.Yusuf Aripin serta Firman Firdausi terhadap penelitian ini
adalah sebagai bacaan dan rujukan.

2.2. Pengertian Tanāzu’ (‫)ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ‬
Menurut Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253) tanāzu’ adalah :

‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﺘﺨﺎﺻﻢ‬
/ˋAl- tanāzu’ lugatan attakhāṣimu/. Tanāzu’ menurut bahasa adalah berbantahbantah.
Menurut Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ adalah :

‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﻟﻐﺔ ﺍﻟﺘﺠﺎﺫﺏ‬
/ˋAl- tanāzu’ lugatan attajāżubu/. Tanāzu’ menurut bahasa adalah saling menarik.
Menurut AL-Ghulayaini (2009:495), tanāzu’ adalah :

.‫ﻣﺖﺧﺮ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ‬
‫ ﺇﻟﻰ ﻣﻌﻤﻮﻝ ﻭﺍﺣﺪ ﺃ‬،‫ ﺍﻭ ﺃﻛﺜﺮ‬،‫ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺟﻪ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﻣﺘﻘﺪﻣﺎﻥ‬: ‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ‬
/ˋAl- tanāzu’ : an yatawajjaha āmilāni mutaqaddimāni au akṡarin ilā ma’mūli
wāhidin mutaakhirin au akṡarin’/ ‘berhadapan dua amil, atau lebih, kepada satu
ma’mul yang terdapat diakhir atau lebih’.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ahmad (2005:253-254), tanāzu’ :


‫ﻭﻳﺖﺧﺮ ﻣﻌﻤﻮﻟﻪ ﺃﻑﻛﺜﺮ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻛﻞ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ‬
‫ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﺃ‬: ‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ‬
‫ﺍﻟﻤﺖﺧﺮ‬
‫ﺍﻟﻤﻘﺪﻣﺔ ﻳﻄﻠﺐ ﺫﺍﻟﻚ ﺃ‬
/ˋAl- tanāzu’ : an yataqaddama āmilāni au akṡari wayataakhiru ma’mūlahu
faakṡari wayakūnu kullu wāhidin min al-mutaqadimati yatlubu Żalika
mutaakhirin’/ ‘ bahwa berhadapan dua amil, atau lebih dan mengakhiri
ma’mulnya serta setiap dari pada amil yang berhadapan menuntut akhirnya’.
Menurut Sheykh Muhammad Ibnu Ali (2003:142), tanāzu’ :

.‫ ﺃﻥ ﻳﺘﻘﺪﻡ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻤﻮﻝ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻁﺎﻟﺐ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ‬: ‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ‬
/ˋAl- tanāzu’ : an yataqaddama āmilāni ‘alā ma’mūlin kulli minhumā ṭālibin lahu
min jihhatil ma’nā/. ‘ bahwa berhadapan dua amil kepada ma’mul, dari kedua
‘amil merebutkan satu ma’mul dari sisi ma’na/.
Peneliti dapat menyimpulkan dari dua pengertian di atas menjelaskan
bahwa tanāzu’ berarti adanya dua amil atau lebih (fi’il atau isim) dan kedua amil
saling merebutkan satu ma’mul (dua amil menghadapi satu ma’mul). Dalam hal
ini ma’mulnya terdapat diawal, ditengah, maupun diakhir.
Contoh :


‫ﺿﺮﺑﺖ ﻭﺍﻛﺮﻣﺖ ﺯﻳﺪﺍ‬
/ḍarabtu wa akramtu zaidan/’ aku memukul dan memuliakan zaid.
dan fi’il

‫ﺍﻛﺮﻣﺖ‬

/ˋakramtu/ tersebut berupa fi’il madi. Dua fi’il ‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/ dan fi’il

‫ﺍﻛﺮﻣﺖ‬

Contoh di atas terdapat dua amil fi’il

/ˋakramtu/ saling merebutkan satu ma’mul

‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/
‫ﺯﻳﺪﺍ‬

/zaidan/. Kedua amil berada


sebelum atau mendahului ma’mul dan posisi kedua amil berada diantara fi’il yang
bertasrif.
Tanāzu’ dalam istilah linguistik disebut dengan frase koordinatif.
Menurut kridalaksana (1982:46) frase adalah gabungan dua kata atau
lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang.

Universitas Sumatera Utara

Misalnya, gunung tinggi adalah frase karena merupakan konstruksi ini berbeda
dengan gunung itu tinggi yang bukan frase karena predikatif.
Frase koordinatif adalah frase endosentris berinduk banyak yang bagianbagiannya secara potensial maupun aktual dapat

dihubungkan dengan

penghubung, baik penghubung tunggal BI dan,atau,tetapi maupun penghubung
terbagi seperti baik.... baik, entah.... entah.
Jumlah tanāzu’ dikenal dengan peristilahan linguistik yaitu frase
koordinatif. Dalam jumlah tanāzu’ terdapat ‘amil (kata yang bertugas merubah
harkah akhir dari suatu isim) dan ma’mul. Kedua istilah ini saling berhubungan
satu dengan yang lainnya dalam bentuk satu jumlah. Apabila diamati pada

pembahasan ini kata yang menjadi ma’mul terletak sesudah ‘amil yang berbilang
dua atau lebih.
2.3. ‘Amil Tanazu’
Al-Ghulayaini (2009:684) mendefinisikan ‘Amil sebagai :

‫ ﺃﻭ ﺍﻟﺨﻔﺾ ﻓﻴﻤﺎ ﻳﻠﻴﻪ‬،‫ ﺃﻭ ﺍﻟﻨﺼﺐ‬،‫ﻣﺎ ﻳﺤﺪﺙ ﺍﻟﺮﻓﻊ‬
/mā yahdaṡu ar-raf’un awinnasbi awlkhafḍi fīma yalīhi/. Sesuatu keadaan yang
membuat rafa’ atau nasab atau khafad (jarr) sebagaimana (amil) yang
mengiringinya.
‘Amil adalah lafal yang bisa membuat rafa’ atau nasab atau jar pada lafal
yang mengiringi atau menyandinginya sehingga harakah daripada lafal berubah
karena amil yang berbeda.

‫ﻭﺍﻟﻌﻮﺍﻣﻞ ﻫﻲ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻭﺷﺒﻪ ﻭﺍﻷﺩﻭﺍﺕ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﻤﻀﺎﺭﻉ ﺃﻭ ﺗﺠﺰﻣﻪ ﻭﺍﻷﺣﺮﻑ ﺍﻟﺘﻲ‬
‫ﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء ﻭﺗﺮﻓﻊ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻭﺍﻷﺣﺮﻑ ﺍﻟﺘﻲ ﺗﺮﻓﻊ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء ﻭﺗﻨﺼﺐ ﺍﻟﺨﺒﺮ ﻭﺣﺮﻭﻑ ﺍﻟﺠﺮ‬
‫ﻭﺍﻟﻤﻀﺎﻑ ﻭﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍء‬
/Wal ‘awāmilu hiya al-fi’lu wasyinhu waladawātu allatī tanṣibul mudari‘u au
tajzamhu walaḥrufu allatī tansibul mubtadāu wa tarfa‘ul khabaru wal ahrufu
allatī tarfa‘ul mubtada watanṣibul khabar wa huruful jarri walmudafi
walmubtadāi/. Dan amil-amil adalah fi’il dan menyerupainya, huruf yang


Universitas Sumatera Utara

menasabkan mudari’ atau menjazamkannya, huruf-huruf yang menasabkan
mubtada dan merafa’kan khabar dan huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan
menasabkan khabar, huruf jar, mudaf, dan mubtada.
Yang dapat menjadi ‘Amil adalah :


Fi’il dan lafal yang menerupainya ( isim fa’il, isim maf’ul, masdar, isim
tafdil, syifat musyabahat, dan isim fi’il).



Huruf-huruf yang menasabkan mubtada dan merafa’kan khabar.



Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada dan menasabkan khabar.




Huruf-huruf jar.



Mudaf.



Mubtada.
2.3.1. Amil Rafa’ (Nominatif)
‘Amil rafa’ (nominatif) adalah ‘amil yang bertugas untuk merafa’kan kata

yang sesudahnya, diantaranya amil rafa’ tersebut adalah fi’il (verbal) :
1. Fi’il madi /fiʻil maḍi/ ‫ﻣﺎﺽ‬

‫( ﻓﻌﻞ‬Verba Berkala Lampau)

‫ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻘﺘﺮﻥ ﺑﺎﻟﺰﻣﺎﻥ ﺍﻟﻤﺎﺿﻲ‬: ‫ﻓﻌﻞ ﻣﺎﺽ‬

/mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizzamānil maḍi/. Fi’il madi adalah
perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada masa lampau, yaitu kata kerja
yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang telah terjadinya pada masa
lampau.(Al-Ghulayaini, 2009:51)
1T

Contoh : ‫ ﺟﺎء‬/jāa/ ‫ ﺍﺟﺘﻬﺪ‬/ijtahada/ ‫ ﺗﻌﻠﻢ‬/taʻallama/
Tanda-tanda (ciri-ciri) fi’il madi yaitu :


Menerima

‫ ﺗﺎء ﺍﻟﺘﺎﻧﻴﺚ ﺍﻟﺴﺎﻛﻨﺔ‬/tāu attaˋnī ṡis sākinati/ contoh :

‫ﻛﺘﺒﺖ‬

/katabat/ dia (perempuan) telah menulis.

Universitas Sumatera Utara




Menerima

‫ﺗﺎء ﺍﻟﻀﻤﻴﺮ‬

‫ﻛﺘﺒﺘﻤﺎ‬

/katabti/

/katabta/

‫ﻛﺘﺒﺖ‬

/katabtumā / ‫ ﻛﺘﺒﺘﻢ‬/katabtum/ ‫ ﻛﺘﺒﺘﻦ‬/katabtunna/

‫ﻛﺘﺒﺖ‬

/tāu addamīri/ contoh

‫ﻛﺘﺒﺖ‬

/katabta/.

Contoh :

‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ‬
/ zaidun Qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk. Contoh ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/qāma/ dan

‫ ﻗﻌﺪ‬/qaʻada/ di atas beramal kepada ma’mulnya yaitu ‫ﺯﻳﺪ‬
‫ﻗﺎﻡ‬

/qāma/ dan

‫ﻗﻌﺪ‬

/zaidun/. Kedua ‘amil

/qaʻada/ terdiri dari fi’il madi (verba berkala lampau) yang

dihubungkan dengan konjungsi (‘athof)

‫ﻭ‬

/waw/. Ma’mul

‫ﺯﻳﺪ‬

/zaidun/ adalah

isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang ber ada diawal
kalimat (sentence).
2. Fi’il mudari’ /fiʻil muḍāri’/ ‫ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎﺭﻉ‬

‫ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻣﻌﻨﻰ ﻓﻲ ﻧﻔﺴﻪ ﻣﻘﺘﺮﻥ ﺑﺰﻣﺎﻥ ﻳﺤﺘﻤﻞ ﺍﻟﺤﺎﻝ ﻭﺍﻻﺳﺘﻘﺒﺎﻝ‬: ‫ﻓﻌﻞ ﻣﻀﺎﺭﻉ‬
/mā dalla ‘alā ma’nā fī nafsihi muqtarinin bizamānin yaḥtamilul ḥāli walistiqbāli
/.Fi’il mudari’ adalah perbuatan atau pekerjaan yang menunjukkan pada keadaan
yang sedang berlangsung (sekarang) dan waktu yang akan datang , yaitu kata
kerja yang menunnjukkan makna sesuatu peristiwa yang terjadi pada masa
sekarang atau sedang berlangsung.(Al-Ghulayaini, 2009:51)
1T

Contoh : ‫ ﻳﺠﻲء‬/yajīu/ ‫ ﻳﺠﺘﻬﺪ‬/yajtahidu/ ‫ ﻳﺘﻌﻠﻢ‬/yata‘allamu/
Contoh dalam tanāzu’ :

Universitas Sumatera Utara

‫ﻳﻔﺘﺢ ﻭﻳﻘﺮﺃ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ‬
/yaftaḥu wa yaqraˋu al -qurˋana/ dia membuka dan membaca Al-Qur’an. Contoh
‘amil ‫ ﻳﻔﺘﺢ‬/yaftaḥu/ dan ‫ ﻳﻘﺮﺃ‬/yaqraˋu/ beramal kepada ma’mulnya yaitu ‫ ﺍﻟﻘﺮﺃﻥ‬/alqurˋana/. Kedua ‘amil ‫ ﻳﻔﺘﺢ‬/yaftaḥu/ dan ‫ ﻳﻘﺮﺃ‬/yaqraˋu/ terdiri dari fi’il mudari’
(Verba Berkala Futur) yang dihubungkan dengan konjungsi ‫ﻭ‬. Ma’mul
berkedudukan sebagai maf’ulunbih (Objek) yang berada diakhir kalimat
(Sentence).
3. Fi’il amar /fiʻil al-amri/ ‫ﻓﻌﻞ ﺍﻻﻣﺮ‬

‫ ﻣﺎ ﺩﻝ ﻋﻠﻰ ﻁﻠﺐ ﻭﻗﻮﻉ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﻔﺎﻋﻞ ﺍﻟﻤﺨﺎﻁﺐ ﺑﻐﻴﺮ ﻻﻡ ﺍﻻﻣﺮ‬: ‫ﻓﻌﻞ ﺍﻷﻣﺮ‬
/mā dalla ‘alā ṭulbin wuqū’il fi’li minal fā’ilil mukhaṭabi bigayri lāmul amri/. Fi'il
Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang menuntut pekerjaan yang
dikehendaki dari Mutakallim (pembicara) kepada Mukhathab (lawan bicara) tanpa
menggunakan lam al-amril.(Al-Ghulayaini, 2009:51)
1T

Contoh :
1T

‫ﺟﻲء ﻭﺍﺟﺘﻬﺪ ﻭﺗﻌﻠﻢ‬

T1

/jiˋ waˋijtahid wataʻallam/.Datanglah, bersungguh-sungguhlah, dan belajarlah.
1T

4. Huruf-huruf yang merafa’kan mubtada (isim) dan menasabkan khabar ‫ﻛﺎﻥ‬

‫ ﻭﺍﺧﻮﺍﺗﻬﺎ‬/kāna waˋakhwatuhā/ .
Huruf-huruf :

‫ ﻛﺎﻥ‬/kāna/ jadi, ‫ ﺻﺎﺭ‬/ṣāra/ jadi, ‫ ﻟﻴﺲ‬/laysa/ bukan, ‫ ﺍﺻﺒﺢ‬/aṣbaḥa/
menjadi, ‫ ﺍﺿﺤﻰ‬/aḍḥā/ menjadi, ‫ ﻅﻞ‬/ẓalla/ senantiasa, ‫ﺍﻣﺴﻲ‬

/amsā/ menjadi,

Universitas Sumatera Utara

‫ ﺑﺎﺕ‬/bāta/ menjadi, ‫ ﻣﺎﺯﺍﻝ‬/māzāla/ masih, ‫ ﻣﺎ ﺍﻧﻔﻚ‬/mānfakka/ senantiasa, ‫ﻣﺎﻓﺘﺊ‬
/māfatiˋa/ senantiasa, ‫ ﻣﺎﺑﺮﺡ‬/mābariḥa/ senantiasa, ‫ ﻣﺎﺩﺍﻡ‬/mādāma/ selama.(AlGhulayaini, 2009:428)
Contoh dalam tanāzu’ :

‫ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻤﺪ ﻧﺎﺟﻬﺎ ﻭﺻﺎﻟﺤﺎ‬
/kāna muhammadun nājihan wa ṡalihan/. Muhammad adalah orang yang
bersungguh-sungguh dan saleh. Contoh di atas bahwa terdapat huruf ‫ﻛﺎﻥ‬
yang merafa’kan mubtada ‫ﻣﺤﻤﺪ‬

/

muhammadun

/

/ kāna /

(ma’mul) dan menasabkan

khabar atau kedua ‘amilnya ‫ ﻧﺎﺟﻬﺎ‬/ nājihān /dan ‫ ﺻﺎﻟﺤﺎ‬/ ṡalihān

/.

5. ‫ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍ ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ‬/al-mubtadau wa al-khabaru/

‫ ﻫﻮ ﺍﻟﻤﺴﻨﺪ ﺍﻟﻴﻪ ﺍﻟﺬﻱ ﻟﻢ ﻳﺴﺒﻪ ﻋﺎﻣﻞ‬: ‫ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ‬
/al-mubtadau : huwa al-musnadu ilaihi allażī lam yusbiqhu ‘amilun/. Mubtada
adalah tempat bersandarnya khabar yang belum didahului oleh ‘amil.(AlGhulayaini, 2009:415)
1T

‫ ﻭﺍﻟﺠﻤﻠﺔ ﺍﻟﻤﺆﻟﻔﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ‬،‫ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻱ ﺗﺘﻢ ﺑﻪ ﻣﻊ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ ﻓﺎﺋﺪﺓ‬،‫ ﻣﺎ ﺃﺳﻨﺪ ﺇﻟﻲ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺃ‬: ‫ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ‬
.‫ﻭﺍﻟﺨﺒﺮ ﺗﺪﻋﻰ ﺟﻤﻠﺔ ﺇﺳﻤﻴﺔ‬
/Mā asnāda ilāl mubtdai wahuwa allażī tatimmu bihi maʻal mubtadai fāidatun
wal jamilatu al-muallifatu min al-mubtadai wa al-khabaru tadʻī jumlatan
ismiyatan/. Khabar : kata (isim) yang bersandar kepada mubtada yang adalah
setiap kata atau kalimat yang menyempurnakan makna mubtada dan jumlah yang
tersusun dari mubtada, serta khabar menuntut kepada jumlah ismiah.(AlGhulayaini, 2009:415)
1T

Contoh :
1T

‫ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻣﺴﻠﻢ‬
/Ar-rajulu muslimun/. Laki-laki itu muslim.
Contoh dalam tanāzu’ :

‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﺋﻢ ﻭﻗﺎﻋﺪ‬

Universitas Sumatera Utara

/ zaidun qāimun wa qāʻidun/. Dalam contoh ini terdapat khabar mubtada yaitu

‫ ﻗﺎﺋﻢ‬/qāimun/ ‫ ﻗﺎﻋﺪ‬/qāʻidun/. kata ‫ ﺯﻳﺪ‬/zaidun/ disebut sebagai khabarnya. (Al1T

Ghulayaini:2009:415)
2.3.1. Amil Nasab (Akusatif)
1. ‫ﺍﻥ ﻭﺍﺧﻮﺍﺗﻬﺎ‬
a. ‫ ﺍﻥ‬/Anna/ memiliki makna ‫ ﺗﺆﻛﻴﺪ‬menguatkan
1T

‫ﺃَ ْﺷﻬَ ُﺪ ﺃَ ﱠﻥ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪًﺍ َﺭﺳُﻮْ ُﻝ ﷲ‬
/ aṣhadu anna muḥammadān rasulullahi/. Aku bersaksi sesungguhnya Nabi
Muhammad itu Utusan Allah SWT.
b. ‫ ﻟﻜﻦ‬/lakinna/ artinya tetapi
Memiliki makna ‫ ﺍﺳﺘﺪﺭﺍﻙ‬merivisi, membetulkan pembicaraan yang sudah
di ucapkan

ّ /kaanna/
‫ﻛﺎﻥ‬

c.

artinya

seakan-akan,

menyerupai memiliki

makna ‫ ﺗﺸﺒﻴﻪ‬menyerupai

‫ ﻟﻴﺖ‬/laita/ artinya menginginkan.

d.

Memiliki makna ‫ ﺗﻤﻨﻰ‬menginginkan sesuatu tapi tidak mungkin tercapai.

‫ ﻟﻌﻞ‬/la’alla/ artinya semoga , mudah-mudahan.

e.

Memiliki makna ‫( ﺗﺮﺟﻲ ﻭﺗﻮﻗﻴﻊ‬menginginkan, mengharapkan sesuatu dan
masih mungkin untuk di dapatkan. (Al-Ghulayaini:2009:447)
1T

2.3.3. Amil Jarr (Jenetatif)
a. ‫ ﺣﺮﻑ ﺍﻟﺠﺮ‬/ ḥarfu al- jarri /
1T

Huruf-huruf Jarr jumlahnya ada 20 :
1T

‫ ﺍﻟﺒﺎء‬/al-bāˋu/, ‫ ﻣﻦ‬/min/, ‫ ﺇﻟﻰ‬/ˋilā/, ‫ ﻋﻦ‬/ʻan/, ‫ ﻋﻠﻰ‬/ʻalā/,
T1

‫ ﺍﻟﻜﺎﻑ‬/al-kāfu/, ‫ ﺍﻟﻼﻡ‬/al-lāmu/,

‫ ﻭﺍﻭ ﺍﻟﻘﺴﻢ‬/wawul qasami/,

‫ ﻓﻲ‬/fī/,

‫ ﺗﺎء‬/tāˋu/ ‫ﻣﺬ‬

Universitas Sumatera Utara

/muż/, ‫ ﻣﻨﺬ‬/munżu/,

ّ‫ ﺭﺏ‬/rabba/,

‫ ﺣﺘﻰ‬/ḥattā/, ‫ ﺧﻞ‬/khala/,

‫ ﻋﺪﺍ‬/ʻadā/,

‫ ﺣﺎﺷﺎ‬/ḥāsyā/, ‫ ﻛﻲ‬/kay/, ‫ ﻣﺘﻰ‬/matā/, ّ‫ ﻟﻌﻞ‬/laʻalla/
b. ‫ ﺍﻻﺿﺎﻑ‬/iḍāfu/ Idafah
Idafah adalah nisbah antara dua isim atas ketetapan yang menyebabkan
1T

isim yang kedua berharakat jarr selamanya.(Al-Ghulayaini:2009:625)
1T

Contoh :

‫ﻫﺬﺍ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺘﻠﻤﻴﺬ‬

T1

/hajā kitābu al-tilmīżi/. Ini adalah buku seorang murid.
‘Amil terbagi kepada dua macam yaitu :
‘Amil Lafẓi adalah lafal yang bisa memberi pengaruh kepada lafal lainnya
yang dilafalkan.
‘Amil Ma’nawi adalah kosongnya Isim atau Fi’il Mudari’ dari lafal yang
bisa mempengaruhinya yang dilafalkan. Kekosongan itu termasuk dalam ‘amil
yang bisa merafa’kan.
Yang dinamakan tajarrud atau kekosongan adalah tidak disebutkannya
‘amil. Itu adalah sebab ma’nawi dalam merafa’kannya ‘amil itu pada lafal yang
dikosongkan dari ‘amil yang bersifat lafdzi, seperti Mubtada’ dan Fi’il Mudari’
yang tidak didahului ‘amil nawasib dan jawazim.(Al-Ghulayaini,2009:684)
Contoh dalam Al-Qur’an surah Ali Imran : 105

ٰ
ْ ‫َﻭ َﻻ ﺗَ ُﻜﻮﻧُﻮﺍ َﻛﺎﻟﱠ ِﺬﻳﻦَ ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ َﻭ‬
ُ ‫ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ ِﻣ ْﻦ َﺑ ْﻌ ِﺪ َﻣﺎ َﺟﺎ َءﻫُ ُﻢ ْﺍﻟ َﺒﻴﱢﻨ‬
‫َﻈﻴ ٌﻢ‬
ِ ‫َﺎﺕ ۚ َﻭﺃُﻭﻟَ ِﺌﻚَ ﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺏٌ ﻋ‬
/’Walā takūnū kālladzīna tafarraqū waikhtalafū min ba’di mā jā-ahumul
bayyinaātu wa ūlā-ika lahum ‘ażābun ‘aẓīmun./ Dan janganlah kamu menyerupai
orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang
jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.

Universitas Sumatera Utara

Contoh di atas menunjukkan bahwa posisi ‘Amil ‫ ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ‬/tafarraqū/ dan

‫ﻫُ ُﻢ‬

ْ ‫ َﻭ‬/waˋikhtalafū/ diantara dua fi’il yang bertasrif. ma’mulnya yaitu
‫ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ‬

ُ َ‫ْﺍﻟ َﺒﻴﱢﻨ‬
‫ﺎﺕ‬

/humulbayyinaātu/.

Kedua

‘amil

‫ﺗَﻔَ ﱠﺮﻗُﻮﺍ‬

/tafarraqū/

dan

ْ ‫َﻭ‬
‫ﺍﺧﺘَﻠَﻔُﻮﺍ‬

/waˋikhtalafū/ berada sebelum ma’mulnya dan terdiri dari fi’il mudari’ (verba
berkala futur) yang dihubungkan oleh konjungsi ‫‘ َﻭ‬athaf.
2.4. Ma’mul dalam Tanāzu’
Al-Ghulayaini mendefinisikan ma’mul adalah :

‫ﺑﺖﺛﺮ ﺍﻟﻌﺎﻣﻞ‬
‫ﺃﻭ ﻧﺼﺐ ﺃﻭ ﺟﺮ ﺃﻭ ﺟﺰﻡ ﺃﻭ ﺧﻔﺾ ﺃ‬،‫ﺍﻟﻤﻌﻤﻮﻝ ﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺘﻐﻴﺮ ﺃﺧﺮﻩ ﺑﺮﻓﻊ‬
.‫ﻓﻴﻪ‬
/ˋAl-Ma’mul huwa ma yataghayyaru akhiruhu bi raf’in aw nasbin aw jarrin aw
jazmin aw khafḍin, bi ta’ṡiri al-‘amili fihi./’ma’mul adalah : sesuatu (isim) yang
(menjadi) berubah akhirnya dengan rafa’ atau nasab atau jarr atau jazam ataupun
kasrah karena pengaruh amil yang ada padanya. (Al-Ghulayaini,2009:684)
Maksud dari pengertian atau definisi di atas yaitu ma’mul adalah isim
yang huruf terakhirnya mengalami perubahan dengan rafa’ atau nasab atau jar
atau jazam dengan mendapat pengaruh dari ‘amil. Dapat disimpulkan bahwa
ma’mul selalu dipengaruhi oleh ‘amil dan ‘amil sangat mempengaruhinya.
Ma’mul dapat berharkat fatha, dhammah, kasrah, dan jazam, sesuai dengan
jabatan dalam jumlah atau kalimat.
Yang dapat menjadi ma’mul adalah :
• Isim-isim
• Fi’il Mudari’
Ma’mul sebagai kalimat yang di pengaruhi amil dapat dibagi dua yaitu:


Ma’mul bi al-asālati (asalnya memang sudah menjadi ma’mul) :
yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil secara langsung, seperti

fa’il dan na’ibul fa’il, mubtada’ dan khabarnya, isim fi’il naqish dan khabarnya,

Universitas Sumatera Utara

isim (‫ )ﺇِ ﱠﻥ‬dan saudara-saudaranya serta khabarnya, maf’ul, haal, tamyiz,
mustastna, mudaf ilaih dan fi’il mudari’.


ma’mul bi at-tabi’iyati :
Yaitu lafal yang mendapat pengaruh dari ‘amil dengan lantaran mengikuti

lafal yang lainnya, seperti na’at, ‘athaf, taukid dan badal, karena kesemuanya
dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam disebabkan mereka semuanya mengikuti pada
lafal yang dibaca rafa’, nasab, jar atau jazam. Dan ‘amil pada semuanya adalah
‘amil yang terdapat pada lafal yang mereka ikuti yang mendahuluinya.
Dari kedua ma’mul tersebut masing-masing menjelaskan jabatan kalimat,
yang termasuk di dalamnya. Adapun ma’mul tanazu’ dalam kata kerja dilihat dari
kedudukannya dalam jumlah. Pada dasarnya ma’mul tanāzu’ menjabat pada tiga
tempat, yaitu :


Ma’mul sebagai Fa’il (subjek)



Ma’mul sebagai Maf’ul bih (objek) dan



Ma’mul sebagai Jar majrur/ mudhaf ilaih
Maka dari pada itu ma’mul dalam jumlah ini adalah kalimat isim.

Perubahan yang terjadi pada isim adalah rafa’ ke nasab dan ke jar.(Aminullah,
2002:1)
2.5 Syarat-Syarat Tanāzu’
Adapun syarat- syarat isim tanāzu’ adalah :
Diantara dua ‘amil harus ada irthibath (hubungan) secara athof
(konjungsi).
Huruf 'Athof ada sembilan, yaitu :

‫ َﻭ‬/waw/, َ‫ ﻑ‬/fa/, ‫ ﺛُ ﱠﻢ‬/ṡumma/, ‫ َﺣﺘﱠﻰ‬/ḥatta/, ْ‫ ﺃَﻭ‬/au/, ‫ ﺃَ ْﻡ‬/am/, ْ‫ﺑَﻞ‬
/bal/, َ‫ ﻻ‬/lā/, ‫ ﻟَ ِﻜ ْﻦ‬/lakin/.

Universitas Sumatera Utara

contoh :

‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ‬
/ Zaidun qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.
Contoh ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/ qāma / dan ‫ ﻗﻌﺪ‬di atas terletak setelah ma’mul ‫ﺯﻳﺪ‬

/zaidun/. Kedua ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/ qāma / dan ‫ ﻗﻌﺪ‬terdiri dari fi’il madi (verba berkala
lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi

‫ﻭ‬

/waw/. Ma’mul ‫ ﺯﻳﺪ‬/zaidun/

adalah isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang berada diawal
kalimat (jumlah).
Dengan demikian apabila terdapat dua ‘amil mencakup syarat disebut
tanāzu’ dengan salah satu ‘amil beramal pada isim zahir (kata ganti isim yang
jelas). Sedangkan ‘amil yang lain beramal pada dhamir isim zhahir (kata ganti
isim yang jelas) tersebut ‘amil muhmal. Contoh :

‫ﺟﺎءﻧﻲ ﻭ ﺃﻛﺮﻣﺖ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬
/jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan khalid.
Contoh ‘amil

‫ ﺟﺎءﻧﻲ‬/ jāˋani / dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/ akramtu / di atas terletak

sebelum ma’mul ‫ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬/ khālidan/. Kedua ‘amil ‫ ﺟﺎءﻧﻲ‬dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬terdiri dari fi’il
madi (verba berkala lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi (athof)

‫ﻭ‬

/waw/. Ma’mul ‫ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬/ khālidan/ bekedudukan sebagai maf’ulun bih yang berada
diakhir kalimat.‘Amil yang pertama ‫ ﺟﺎءﻧﻲ‬/ jāˋani / beramal kepada dhamir isim
zahir dan amil yang kedua ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/ akramtu / beramal kepada isim zahir.

Universitas Sumatera Utara

Mengenai ‘amil tidak ada khilaf antara ulama basrah dan kuffah. Namun
yang menjadi ikhtilaf (perbedaan) dalam bab tanāzu’ ini adalah dalam hal mana
yang lebih utama beramal diantara kedua ‘amil. Ulama basrah memilih ‘amil yang
kedua yang beramal karena dekatnya dengan isim ma’mul. Sedangkan ulama
kuffah memilih ‘amil pertama karena ia dikedepankan. Sedangkan peneliti lebih
memilih atau mendekat kepada pendapat ulama kuffah karena ‘amil yang pertama
lebih dikedepan dan ‘amil kedua itu menjadi athop atau pengikut ‘amil pertama.
Pendapat ulama dalam buku Al-Kawakibu Ad-Duriyyah karangan
(Muhammad Ibnu Ahmad, 2005:254) bahwasanya :


Ma’mul mendahului kedua ‘amilnya. Contoh :

‫ﺯﻳﺪﺍ ﺿﺮﺑﺖ ﻭﺃﻛﺮﻣﺖ‬
/ zaidan ḍarabtu wa akramtu /’ zaid, aku memukul zaid dan memuliakan.
Ma’mul

‫ ﺯﻳﺪﺍ‬/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang

berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada sebelum atau
mendahului kedua ‘amil ‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/ dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/akramtu/. Kedua ‘amil

‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/ dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/akramtu/ berupa fi’il madi (verba berkala lampau).


Ma’mul kemungkinan terdapat ditengah, artinya diantara dua ‘amil.
Contoh :

‫ﺿﺮﺑﺖ ﺯﻳﺪﺍ ﻭﺃﻛﺮﻣﺖ‬
/ḍarabtu zaidan wa akramtu /’ aku memukul zaid dan memuliakan.
Ma’mul

‫ ﺯﻳﺪﺍ‬/zaidan/ pada kalimat ini berupa isim mufrad yang

berkedudukan sebagai maf’ulun bih (objek) yang berada diantara kedua ‘amil

‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/ dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/akramtu/. Kedua ‘amil ‫ ﺿﺮﺑﺖ‬/ḍarabtu/ dan ‫ﺃﻛﺮﻣﺖ‬
/akramtu/ berupa fi’il madi (verba berkala lampau).

Universitas Sumatera Utara

Ma’mul pada kalimat ini berupa isim mufrad sebagai maf’ulun bih yang
berada diantara kedua amil. Kedua amil berupa fi’il madi atau fi’il yang bertasrif.
Kedua pendapat ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ma’mul tanāzu’
terdapat didepan (dikedepankan), ditengah maupun sesudah (mendahului)
‘amilnya.
Dan tidak pula dinamakan tanāzu’ apabila diantara dua ‘amil tidak
terdapat irthibat (hubungan) yang menghubungkan kedua ‘amil. Contoh :

‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻗﻌﺪ‬
/ zaidun Qāma qa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.
Contoh ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/ qāma / dan ‫ ﻗﻌﺪ‬di atas tidak disebut tanāzu’ karena
belum mencukupi syarat sebagai tanāzu’ sebab tidak ada konjungsi (hubungan)
diantara keduanya. Jika hendak dirubah menjadi tanāzu’ maka susunannya
menjadi :

‫ﺯﻳﺪ ﻗﺎﻡ ﻭﻗﻌﺪ‬
/ zaidun Qāma waqa’ada /’ zaid berdiri lalu duduk.
Contoh ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/ qāma / dan ‫ ﻗﻌﺪ‬di atas terletak setelah ma’mul ‫ﺯﻳﺪ‬

/zaidun/. Kedua ‘amil ‫ ﻗﺎﻡ‬/ qāma / dan ‫ ﻗﻌﺪ‬terdiri dari fi’il madi (verba berkala
lampau) yang dihubungkan dengan konjungsi

‫ﻭ‬

/waw/. Ma’mul ‫ ﺯﻳﺪ‬/zaidun/

adalah isim mufrad yang berkedudukan sebagai fa’il (subjek) yang berada diawal
kalimat (jumlah).

Universitas Sumatera Utara

2.6. Posisi ‘Amil dalam Tanāzu’

‫ ﺃﻭ ﻓﻌﻞ‬،‫ ﺃﻭ ﺍﺳﻤﻴﻦ ﻳﺸﺒﻬﺎﻧﻬﻤﺎ‬،‫ﻭﺇﻋﻠﻢ ﺍﻧﻪ ﻻﻳﻘﻊ ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ ﺇﻻ ﺑﻴﻦ ﻓﻌﻠﻴﻦ ﻣﺘﺼﺮﻓﻴﻦ‬
‫ﻣﺘﺼﺮﻑ ﻭﺃﺳﻢ ﻳﺸﺒﻪ‬
/’ Wai’lam annahu lāyaqa’u al-tanāzu’ illa baina fi’laini mutasarrifaini, aw
ismaini, aw fi’lun nutasarrifu waismu yasybahuhu./ Ketahuilah bahwasanya tidak
terdapat tanāzu’ kecuali diantara dua fi’il yang bertasrif , atau dua isim yang
menyerupai keduanya atau fi’il bertasrif dan isim yang menyerupainya.(AlGhulayaini: 497)
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa posisi tanāzu’ terdapat
tiga tempat yaitu :
a. Diantara Dua Fi’il (verbal) Yang Bertasrif
Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il
dan fi’il, baik itu amil yang pertama maupun yang kedua. Dan terkadang ‘amil
tersebut terdapat lebih dari dua.

‫ ﺟﺎءﻧﻲ ﻭ ﺃﻛﺮﻣﺖ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬: ‫ﻧﺤﻮ‬
/’nahwu : jāˋani wa akramtu khālidan./’ datang kepadaku dan aku memuliakan
khalid.
‘Amil pertama ‫ ﺟﺎءﻧﻲ‬/ jāˋani / dan ‘amil kedua ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/ akramtu / berada
sebelum ma’mul ‫ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬/ khālidan /. Kedua ‘amil ‫ ﺟﺎءﻧﻲ‬/ jāˋani / dan ‫ ﺃﻛﺮﻣﺖ‬/
akramtu /

berupa fi’il madi (verba berkala lampau) yang saling merebutkan

ma’mul ‫ ﺧﺎﻟﺪﺍ‬/ khālidan /.
Contoh :

َ‫ﱢﻚ َﻭﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ َﻭﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ َﻣ َﻊ ﺍﻟﺮﱠﺍ ِﻛ ِﻌﻴﻦ‬
ِ ‫ﻳَﺎ َﻣﺮْ ﻳَ ُﻢ ﺍ ْﻗﻨُﺘِﻲ ﻟِ َﺮﺑ‬

Universitas Sumatera Utara

/’Yaa maryamu uqnutii lirabbiki wausjudii wairka’ii ma’a alrraaki’iina./Hai
Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang yang
ruku'. (Ali-Imran:43)
Contoh di atas terdapat lebih dari dua amil ‫ ﺍ ْﻗﻨُﺘِﻲ‬/uqtunī/

, ‫ ﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ‬/usjudī/

, ‫ﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ‬

/arka’ī/ saling merebutkan ma’mul ‫ﱢﻚ‬
ِ ‫ ِﻟ َﺮﺑ‬/ lirabbiki /dan posisi ‫ﺍ ْﻗﻨُ ِﺘﻲ‬

/uqtunī/

, ‫ ﺍ ْﺳ ُﺠ ِﺪﻱ‬/usjudī/ , ‫ ﺍﺭْ َﻛ ِﻌﻲ‬/arka’ī/ amil adalah diantara dua atau lebih fi’il

yang bertasrif.
b. Diantara Dua Isim (nominal)
Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk fi’il
dan isim. amil yang pertama berbentuk fi’il dan yang kedua berbentuk isim begitu
sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.

‫ ﻣﺤﻤﺪ ﻛﺎﺗﺐ ﻭﻗﺎﺭﺉ ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ‬: ‫ﻧﺤﻮ‬
/’ Nahwu : Muhammadun kātibun waqāriun al-maqalata./’contoh : Muhammad
adalah orang yang menulis dan membaca makalah.
Kedua ‘Amil

‫ﻛﺎﺗﺐ‬

/kātibun/ dan ‫ ﻗﺎﺭﺉ‬/qāriun/ pada berupa isim

(nominal). Ma’mulnya ‫ ﺍﻟﻤﻘﺎﻟﺔ‬/al-maqalata/ terletak setelah ‘amil sebagai
maf’ulun bih (objek).
c. Amil campuran berupa isim (nominal) dan fi’il (verbal)
Adapun dua ‘amil yang menuntut tanāzu’ yaitu ada yang berbentuk isim
dan fi’il. amil yang pertama berbentuk isim dan yang kedua berbentuk fi’il begitu
sebaliknya. Dan terkadang ‘amil tersebut terdapat lebih dari dua.

‫ ﻫﺎﺅﻡ ﺍﻗﺮءﻭﺍ ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ‬: ‫ﻧﺤﻮ‬
/’ haumu-iqra’ū kitabiyah./’ambillah, bacalah kitabku (ini). (Al-haqqah: 19)

Universitas Sumatera Utara

‘Amil yang pertama ‫ ﻫﺎﺅﻡ‬/haumu/ berupa isim dan ‘amil yang kedua berupa
fi’il amar ‫ ﺍﻗﺮءﻭﺍ‬/iqra’ū/. lafaz ‫ ﻫﺎﺅﻡ‬/haumu/ sinonim dengan kata ‫ ﺧﺬ‬/khuż/
1T

1T

(ambillah). Ma’mulnya ‫ ﻛﺘﺎﺑﻴﻪ‬/ kitabiyah / terletak setelah kedua ‘amil sebagai
maf’ulun bih (objek).
Contoh dalam Al-Qur’an :

‫ِﻓﻲ ﻗُﻠُﻮ ِﺑ ِﻬ ْﻢ َﻣ َﺮﺽٌ ﻓَﺰَ ﺍ َﺩﻫُ ُﻢ ﱠ‬
َ‫ﷲُ َﻣ َﺮﺿًﺎ ۖ َﻭﻟَﻬُ ْﻢ َﻋ َﺬﺍﺏٌ ﺃَ ِﻟﻴ ٌﻢ ِﺑ َﻤﺎ َﻛﺎﻧُﻮﺍ َﻳ ْﻜ ِﺬﺑُﻮﻥ‬

T1

/Fī qulūbihim maraḍun fazādahumullaahu maraḍan walahum ‘adzābun alīmun
bimā kānū yakżibūn/. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.(AlBaqarah:10)
1T

Pada ayat di atas terdapat isim ٌ‫ َﻣ َﺮﺽ‬/maraḍun/, kata tersebut berupa isim
1T

sebagai amil pertama dan kata (verbal) ‫ﻓَﺰَ ﺍ َﺩ‬

/fazāda/

Keduanya terhubung karena adanya huruf konjungsi

sebagai ‘amil yang kedua.
1T

َ‫ﻑ‬

.

1T

Ma’mul dari kedua

‫ ﱠ‬/allahu/ Posisi ‘amil dalam kalimat tersebut berada
‘amil itu adalah lafaz ُ‫ﷲ‬
1T

1T

1T

1T

diantara isim dan fi’il.

Universitas Sumatera Utara