Analisis Tanāzu’ (Frase Koordinatif) Pada Surahالبقرة Al-Baqarah Danال عمران Ali-'Imrān

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Menurut Martinet (1987:19) dalam chaer (1994:1) mengatakan bahwa
linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai
objek kajiannya atau lebih tepat lagi telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.
Ilmu lingusitik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics).
Artinya ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, seperti
bahasa Jawa atau bahasa Arab, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada
umunya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia, yang dalam
peristilahan perancis disebut langage. (Chaer, 1994:3)
Menurut Kridalaksana dalam KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi
yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2005:77).
Kemudian pada peringkat lebih luas Al- Ghulayaini menyebutkan bahasa adalah
ucapan yang digunakan oleh suatu bangsa (sekelompok masayarakat) untuk
menerangkan maksud-maksud mereka. Bahasa itu sangat banyak, dari segi
ucapannya berbeda tapi dari segi maknanya satu. Maksudnya, satu makna yang
mengungkapkan maksud dari individu-individu. Namun, setiap bangsa dalam
menerangkan berbeda dengan bangsa lainnya. (Al-Ghulayaini, 2009:27). Bahasa

adalah objek kajian dalam bidang ilmu linguistik. Dalam perspektif ini, bahasa
didefinisikan sebagai sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh suatu
masyarakat sosial untuk saling berkomunikasi, bekerjasama, dan mengidentifikasi
diri (Suhardi, 2013:5). Bahasa dapat diklasifikasikan dalam karakteristik yang
hakiki yaitu bahasa sebagai sistem yang berarti susunan teratur berpola yang
membentuk suatu keseluruhan yang bermakna dan berfungsi sebagai sebuah
sistem, bahasa bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa itu
tersusun menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak. Sistemis artinya bahasa

Universitas Sumatera Utara

itu bukan merupakan sistem tunggal , tetapi terdiri dari subsubsistem atau sistem
bawahan

antara

lain

:


subsistem

fonologi,

morfologi,

sintaksis,

dan

semantik.(Hidayatullah, 2012:3)
Khusus pada kajian bahasa Arab, maka diperoleh definisi bahasa Arab
adalah ucapan (kalimat-kalimat) yang digunakan oleh bangsa Arab untuk
menerangkan maksud-maksud mereka dan telah sampai kepada kita dengan jalan
periwayatan. Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW membuat bahasa Arab
menjadi terpelihara, dan juga dengan apa yang diriwayatkan dari orang-orang
yang terpercaya dan dari prosa-prosa serta perkataan mereka (Al-Ghulayaini,
2009:27). Menurut Al-Maliki keistimewahan gaya bahasa Al-Qur’an yaitu sangat
serasi susunannya, terpadu kalimat-kalimatnya, fasih dan mengandung balagah
yang (tinggi) di luar kebiasaan (kemampuan) bangsa arab. Semua sifat itu

merupakan kekhususan yang tidak dapat ditiru oleh umat mana saja, karena
diciptakan Allah sebagai dasar dan daya lebih Al-Qur’an ( Al-Maliki, 2001:13).
Allah SWT menyeru manusia untuk menghayati kandungan ayat AlQur’an sebagaimana dituliskan dalam Al-Qur’an pada surah An-Nisa surat :

ْ ‫ﷲ ﻟَ َﻮ َﺟﺪُﻭﺍ ﻓِﻴ ِﻪ‬
‫ﺍﺧﺘِﻼ ﻓًﺎ َﻛﺜِﻴﺮً ﺍ‬
ِ ‫ﺃَﻓَﻼﻳَﺘَ َﺪﺑﱠﺮُﻭﻥَ ْﺍﻟﻘُﺮْ ﺁﻥ َﻭﻟَﻮْ َﻛﺎﻥَ ِﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻨ ِﺪ َﻏﻴ ِْﺮ ﱠ‬
/ˋAfalā yatadabbarūnal qur’āna walau kāna min ˋindi ghairillāhi lawajadū fīh
ikhtilāfān kaṡīrān /. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an? Kalau
kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS:4:82).
Ayat di atas telah menjelaskan bahwa sangat penting untuk mempelajari
dan memperhatikan isi kandungan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah ciptaan
Allah SWT bukan ciptaan manusia. Bahasa Arab dan Al Qur’an merupakan dua
unsur yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat
erat, dimana bahasa Al- Qur’an menggunakan bahasa Arab. Dalam menguasai isi
Al Qur’an, seseorang harus mengetahui bahasa Arab yaitu dengan mempelajari
dan memahami ilmu linguistik, salah satunya adalah sintaksis.

Universitas Sumatera Utara


Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang
menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat atau gramatika. Jadi, sintaksis
ialah ilmu yang mempelajari hubungan antar kata, frase, klausa, kalimat yang
satu dengan kata, frase, klausa, dan kalimat yang lain.(Hidayatullah, 2012:90)
Menurut Verhaar (2010:161) bahwa sintaksis adalah tata bahasa yang
membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Tuturan adalah apa yang
dituturkan orang, salah satu tuturan adalah kalimat. Kalimat adalah satuan yang
merupakan suatu keseluruhan yang memiliki intonasi tertentu sebagai pemarkah
keseluruhan itu. (Dalam ortografi kita melambangkan akhir kalimat dengan tanda
titik, atau dengan tanda akhir lain yang sesuai, misalnya tanda seru atau tanda
tanyak).
Sistaksis dalam bahasa Arab disebut ‫ ﺍﻟﻨﺤﻮ‬/ˋAl-naḥwu/
Menurut al-Ghulayaini (2009:28) bahwa ‫ ﺍﻟﻨﺤﻮ‬/ˋAl-naḥwu/ ialah:

‫ﺍﻟﻨﺤﻮ ﻫﻮ ﻋﻠﻢ ﺃﺏﺻﻮﻝ ﺗﻌﺮﻑ ﺑﻬﺎ ﺃﺣﻮﺍﻝ ﺍﻟﻜﻠﻤﺎﺕ ﺍﻟﻌﺮﺑﻴﺔ ﻣﻦ ﺣﻴﺚ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ‬
‫ﻭﺍﻟﺒﻨﺎء‬
/ˋAl-Nahwu huwa ʻilmun bi’ usūlin tu’rafu bihā ahwālul kalimātil ‘ arabiyyati min
ḥaiṡul ˋi’rābi wal bināi’/.Nahwu adalah dasar ilmu mengetahui keadaan-keadaan

kata dalam bahasa arab dari segi i’rab dan bina’.
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa sintaksis adalah tata bahasa Arab
untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf dan membahas
tentang perubahan harkat akhir dari suatu kata yang disebut dengan I’rab. Untuk
menghasilkan suatu bahasa yang baik, seharusnya memiliki pengetahuan tentang
I’rab.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Muhammad Ibnu Ahmad (2005:12-13)

‫ ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ‬/ ˋAl-I’rābu /:

‫ ﺗﻐﻴﻴﺮ ﺃﻭﺍﺧﺮ ﺍﻟﻜﻠﻢ ﻹﺧﺘﻼﻑ ﺍﻟﻌﻮﺍﻣﻞ ﺍﻟﺪﺍﺧﻠﺔ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻟﻔﻈﺎ ﺃﻭ‬: ‫ﺍﻹﻋﺮﺍﺏ‬
‫ﺗﻘﺪﻳﺮﺍ‬
/Al-ˋi’rābu : tagyīru awākhiril kalimi li’ikhtilāfil ‘awāmilid dākhilati ‘alaihā
lafẓān aw taqdīrān’/. I’rab ialah perubahan akhir kalimat karena berbeda amilamil yang masuk padanya baik secara lafaz (jelas) atau taqdir (tersembunyi).
Jadi, yang dimaksud dengan I’rab adalah harakah akhir pada sebuah
kalimat dalam bahasa Arab. I’rab tersebut dapat ditemui dalam kalimat isim atau
pun juga kalimat fi’il. Adapun kalimati yang suka berubah-ubah akhirnya itu

dinamakan Mu’rab. Sedangkan kalimat yang tidak berubah dinamakan Mabni.
I’rab (tanda baca) dalam bahasa Arab terdapat empat macam yaitu :
1.

‫ ﺍﻟﺮﻓﻊ‬/al-rafa’/
dommatu/

2.

‫ﺍﻟﻨﺼﺐ‬

(nominatif)

ditandai

dengan

baris

‫ﺍﻟﻀﻤﺔ‬/al-


(◌ّ )

/al-nasab/ (akkusatif) ditandai dengan baris

‫ﺍﻟﻔﺘﺤﺔ‬

/al-fatḥatu/

(◌َ )
3.

‫ ﺍﻟﺠﺮ‬/al-’jarr/ (genetif) ditandai dengan baris ‫ﺍﻟﻜﺴﺮﺓ‬/ al-kasratu/ (◌ِ )

4.

‫ ﺍﻟﺠﺰﻡ‬/al-jazam/ (jussif) ditandai dengan baris ‫ﺍﻟﺴﻜﻮﻥ‬/ al-sukun/ (◌ْ )
Perubahan harkah akhir isim kepada rafa’, nasab, jazam, ataupun kasrah

karena amil yang terdapat di dalamnya. Harkah yang berubah disebut dengan

ma’mul tanāzu’. Pembahasan tanāzu’ terdapat pada bab isim-isim mansubat atau
isim yang dinasabkan yaitu pembahasan harkah karena masuknya dua Amil.

Universitas Sumatera Utara

Al-Ghulayaini (2009:495) mengatakan bahwa tanāzu’ adalah :

.‫ ﺇﻟﻰ ﻣﻌﻤﻮﻝ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﺘﺄﺧﺮ ﺍﻭ ﺃﻛﺜﺮ‬،‫ ﺍﻭ ﺃﻛﺜﺮ‬،‫ ﺃﻥ ﻳﺘﻮﺟﻪ ﻋﺎﻣﻼﻥ ﻣﺘﻘﺪﻣﺎﻥ‬: ‫ﺍﻟﺘﻨﺎﺯﻉ‬
/ˋAl- tanāzuʻ: an yatawajjahaʻāmilāni mutaqaddimāni, au akṡarin, ilā maʻmūlin
wāhidin mutaakhirin au akṡarin’/. ‘berhadapan dua amil, atau lebih, kepada satu
ma’mul yang terdapat diakhir atau lebih’.

Berdasarkan pengamatan peneliti, tanāzu’ banyak ditemukan dalam AlQur’an. Contoh : Surah Ali-Imran : 41

ۗ ‫ﺎﺱ ﺛَ َﻼﺛَﺔَ ﺃَﻳ ٍﱠﺎﻡ ﺇِ ﱠﻻ َﺭ ْﻣ ًﺰﺍ‬
َ ‫ﺎﻝ ﺁﻳَﺘُﻚَ ﺃَ ﱠﻻ ﺗُ َﻜﻠﱢ َﻢ ﺍﻟﻨﱠ‬
َ َ‫ﺎﻝ َﺭﺏﱢ ﺍﺟْ َﻌﻞْ ﻟِﻲ ﺁﻳَﺔً ۖ ﻗ‬
َ َ‫ﻗ‬
‫ﺎﺭ‬
ِ ْ ‫َﻛﺜِﻴﺮً ﺍ َﻭ َﺳﺒﱢﺢْ ﺑِ ْﺎﻟ َﻌ ِﺸ ﱢﻲ َﻭ‬

ِ ‫ﺍﻹ ْﺑ َﻜ‬

َ‫َﻭ ْﺍﺫ ُﻛﺮْ َﺭﺑﱠﻚ‬

/Qāla rabbi ij’al-lī āyatun qāla āyatuka allā tukalliman nāsaṡalātsata ayyāmin
illā ramzan ważkur rabbaka kaṡīran wasabbih bil’asyiyyi wal ibkāri/. Berkata
Zakariya : Berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung). ‘Allah
berfirman: Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia
selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyakbanyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari’.
Contoh di dalam surah Ali-'Imrān di atas terdapat dua amil fi’il
0T

/'użkur/

dan fi’il

ْ‫َﻭ َﺳﺒﱢﺢ‬

0T


ْ‫ْﺍﺫ ُﻛﺮ‬

/wasabbiḥ/ tersebut berupa fi’il amri. Dua fi’il tesebut

saling merebutkan satu ma’mul

‫ َﺭﺏﱠ‬/rabba/. Amil yang pertama berada di depan

ma’mul dan amil yang kedua berada setelah ma’mul. Posisi kedua amil berada
diantara fi’il yang bertasrif.
Adapun objek penelitian tentang tanāzu’ dalam Al-Qur’an yaitu pada
surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān. Surah Al-Baqarah adalah surah kedua dalam
Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 286 ayat sedangkan Ali-'Imran adalah surah
0T

0T

ketiga yang terdiri dari 200 ayat serta kedua surah termasuk surah Madaniyah.
0T


0T

0T

0T3

3T

Sebagian besar ayat dalam surah Al-Baqarah diturunkan pada pemulaan hijrah,
kecuali ayat 281 yang diturunkan di Mina saat peristiwa Haji wada’. Surah ini
merupakan surah terpanjang di dalam Al-Qur’an. Surah ini dinamai Al-Baqarah
yang artinya sapi betina karena di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan

Universitas Sumatera Utara

sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74). Surah ini
juga dinamai Fustaqul Qur’an

(puncak Al-Qur’an) karena memuat beberapa

hukum yang tidak disebutkan dalam surah lain. Dinamakan Al-'Imrān karena
memuat kisah keluarga Imran yang di dalam kisah itu disebutkan kelahiran Nabi
Isa, persamaan kejadiannya dengan Nabi Adam, kenabian dan

beberapa

mukjizatnya, serta disebut pula kelahiran Maryam binti Imran. Surah AlBaqarah dan Al-'Imran ini dinamakan Az-Zahrawan (Dua Yang Cemerlang),
karena

kedua

surah

ini

menyingkapkan

hal-hal

yang

menurut Al-

Qur'an disembunyikan oleh para Ahli Kitab, seperti kejadian dan kelahiran Nabi
Isa

kedatangan

Nabi

Muhammad.(Internet:http://www.alquran-

online.com/2015/06/teks-bacaan-surat-ali-imran-arab-latin.html?m=1)
Penelitian ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui jumlah tanāzu’ (frase
koordinatif) dan mengenal posisi amil dalam tanāzu’ yang terdapat pada kedua
surah yaitu Al-Baqarah dan Ali-'Imrān. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu
pada metode penelitian yang dikemukakan oleh Al-Ghulayaini sebagai landasan
teori.
1.2. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini memberikan rumusan sebagai berikut:
1. Berapakah jumlah tanāzu’ (frase koordinatif) yang terdapat pada surah AlBaqarah dan Ali-'Imrān.
2. Bagaimanakah posisi amil dalam tanāzu’ (frase koordinatif) pada surah
Al-Baqarah dan Ali-'Imrān.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah tanāzu’ (Frase koordinatif) yang terdapat pada
surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān.
2. Untuk mendeskripsikan posisi amil dalam tanāzu’ (Frase koordinatif)
pada surah Al-Baqarah dan Ali-'Imrān.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian
2. Dapat memberi pemahaman dan menambah wawasan tentang pengetahuan
tanāzu’ dalam Al-Qur’an bagi Mahasiswa Sasrta Arab.
3. Untuk memperdalam wawasan peneliti tentang tanāzu’ yang terdapat di
dalam Al-Qur’an.
4. Menambah referensi bagi jurusan Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara.
1.5. Metode Penelitian
Metode ilmiah dapat diartikan sebagai suatu metode dalam mendapatkan
kebenaran ilmiah. Kata method sering digunakan secara bergantian dengan kata
metodologi untuk menjelaskan maksud yang sama. (Sinulingga, 2011:48)
Adapun metode yang digunakan oleh penulis dalam pebnelitian ini adalah
metode deskriptif analisis dengan teori yang digunakan oleh Al-Ghulayaini.
1.6. Sumber Data
Adapun yang menjadi data primer penelitian bersumber dari Al-Qur’an
dan terjemahannya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
berbagai literatur yang erat kaitannya dengan permasalahan yang diteliti dan
dijadikan data pendukung untuk keberhasilan penelitian ini.
1.7. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yaitu
penelitian yang mengambil bahan-bahan penelitian dari beberapa referensi yang
ada sehingga dapat membantu penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode analisis deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang
bertujuan untuk mencandra atau mendeskriptifkan secara sistematik, faktual dan
akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu.
Untuk memindahkan tulisan Arab ke dalam tulisan latin, peneliti
menggunakan sistem transliterasi Arab latin berdasarkan SKB menteri Agama dan

Universitas Sumatera Utara

menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158/ 1987 dan No. 0534 B/ 1987
tertanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahapan metode analisis yang dilakukan peneliti dalam penelitian
ini :
1. Mengumpulkan data referensi dan buku-buku yang berkaitan dengan judul
penelitian.
2. Membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan bahasan
penelitian.
3. Mengumpulkan data dari Al-Qur’an.
4. Mendeskripsikan data dari Al-Qur’an.
5. Mengklasifikasikan dan menganalisis data dari Al-Qur’an.
6. Menyusun hasil studi secara sistematis dalam bentuk laporan akhir.

Universitas Sumatera Utara