Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon Dan Ir. Mangadap Sinaga Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesa pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Agenda reformasi itu sendiri menuntut beberapa hal, diantaranya adalah pencabutan mandat Soeharto sebagai presiden, penghapusan dwifungsi TNI/ABRI, pemberantasan KKN, dan pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya.

Seiring jatuhnya pemerintahan Soeharto, untuk menciptakan suatu tatanan Indonesia yang baru maka ditetapkanlah undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang kemudian menimbulkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perubahaannya tidak hanya mengenai penyelenggaran pemerintahan daerah, tetapi juga hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah. Sebelumnya hubungan antara pemerintah pusat dan daerah bersifat sentralistis. Namun setelah undang-undang ini diberlakukan, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah bersifat desentralis. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah lainnya, dimana DPRD diluar pemerintah yang berfungsi


(2)

sebagai badan legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan.1

Menurut Joseph Riwu Kabo, ada beberapa alasan mengapa pemerintah pusat perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah yaitu : (1) dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya akan menimbulkan tirani, (2) dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi, (3) dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus pemerintah setempat, pegurusnya diserahkan kepada daerah, (4) dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya, (5) dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.2

1

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia: Format Masa Depan Otonomi Menuju Kemandirian Daerah. Averos Press. Malang. hal. 75

2

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pembangunan SDM Aparatur Pemda dan Anggota DPRD. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. hal. 21


(3)

Kenyataan ini sejalan dengan pengertian bahwa desentralisasi adalah transfer kekuasaan politik tidak hanya terbatas pada pendelegasian sebagai otoritas pusat kepada daerah secara administratif. Pilkada langsung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian dari perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Rakyat dan lembaga daerah akan terlibat langsung dalam mengelola pilkada nantinya. Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah bergeser ke arah yang lebih maju yaitu kewenangan politik. Pemimpin daerah tidak lagi menjadi pemimpin yang bersifat administratif perwakilan pemerintah pusat di daerah tetapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat.3

Sejak masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, pemerintah cenderung menerapkan sentralisasi kekuasaan. Dengan alasan demi pembangunan untuk mewujudkan terciptanya stabilitas nasional. Penyelenggaran pemerintah dan pelaksanaan pembangunan pun kemudian dikendalikan secara terpusat, yang mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat sangat besar. Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) adalah langkah dalam proses demokratisasi lokal di Indonesia. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan

3

Phenie Chalid (ed). 2006. Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governence. Jakarta: Partnership Kemitraan. hal. 2


(4)

perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin mereka di daerah, yang secara langsung diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahaan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah.

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun tingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang las dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.4 Sehingga muncul konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa nasib rakyat akan berubah menjadi yang lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar mengabdi pada kepentingan masyarakat.5

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya. Dasar dari pengalihan dan wewenang atas urusan-urusan yang sebelumnya menjadi

4

Dadang Juliantara. 2004. Pembaruan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaruan. hal. ix-x

5


(5)

wewenang pemerintah pusat, yang kemudian diberikan langsung ke pemerintah daerah adalah bahwa pemerintah daerah dianggap lebih dekat dengan rakyatnya sehingga dianggap lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerah dan tahu bagaimana cara yang lebih tepat mengelola daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah ini menggambarkan perubahan sistem dari yang semula sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Pada era Orde Baru, segala urusan pemerintahan begitu terpusat sehingga daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Hal ini mematikan kreatifitas dari pemerintah daerah, padahal pemerintah daerah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh daerahnya.

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah, pembagian kekuasaan di daerah itu disebut dengan desentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok-kelompok fungsional atau ornganisasi non-pemerintahan swasta.6

6

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hal. 20


(6)

peulang bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreatifitasnya.7

Dalam penelitian political marketing dalam pilkada ini, penulis mengambil studi terhadap pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Kabupaten Samosir diresmika pada tanggal 7 Januari 2004, dan Bupati yang menjabat saat itu, Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, ditunjuk langsung oleh Menteri Dalam Negeri untuk menjadi pelaksana tugas, karena belum ada Undang-Undang yang mengatur tentang Kepala Daerah. Namun, karena adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005, tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pada tanggal 27 Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir. Hasil dari pemilihan kepala daerah Kabupaten Samosir tersebut, maka terpilih lah pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih pertama Kabupaten Samosir untuk periode 2005-2010.

7


(7)

Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Pemilihan langsung Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Juni 2010 ini diikuti oleh tujuh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yaitu pasangan Alusdin Sinaga dan Togu Harlen Lumban Raja, pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga, pasangan Bachtiar Sitanggang dan Jeremias Sinaga, pasangan Jabungka Situmorang dan R.E Siboro, pasangan Rimso Sinaga dan Anser Naibaho, pasangan Martua Sitanggang dan Mangiring Tamba, dan pasangan terkahir Ober Sihol Sagala dan Tigor Simbolon. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Samosir ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga dengan perolehan suara 36,81% dari total suara pemilih yang melaksanakan hak pilihnya.

Pada masa jabatan periode tahun 2005-2010, bupati dan wakil bupati terpilih yang menjabat saat itu adalah Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala. Namun, untuk periode masa jabatan tahun 2010-2015, Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala tidak lagi mencalonkan kembali sebagai pasangan bupati dan wakil bupati, namun mencalonkan untuk menjadi bupati Kabupaten Samosir. Dengan kata lain, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Samosir terpilih tahun 2005-2010 akan bersaing menjadi Bupati Samosir pada masa jabatan 2010-2015.

Perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga yang unggul di lima kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir jelas menunjukkan bahwa pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.


(8)

Mangadap Sinaga adalah pemenang. Namun, yang menarik disini adalah perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana suara mereka adalah suara terbanyak kedua, yaitu 32% dan unggul di dua kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Meskipun hanya unggul di dua kecamatan, tapi di lima kecamatan lainnya, perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon tidak terlalu jauh dari pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga.

Kemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga merupakan sesuatu hal yang wajar dilihat dari profil pasangan ini yang memiliki kesamaan baik dari segi etnis, agama maupun kontribusi yang pernah diberikan Ir. Mangindar Simbolon di Kabupaten Samosir, yaitu menjadi bupati pada periode masa jabatan tahun 2005-2010. Namun perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon patut diperhitungkan, karena meraih suara terbanyak kedua yang tidak terlalu jauh dari perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, dimana Ober Sihol Sagala juga memiliki kesamaan etnis, agama dan kontribusi di Kabupaten Samosir, yaitu sebagai wakil bupati pada masa jabatan 2005-2010.

Setelah melakukan pra penelitian penulis menyimpulkan asumsi dasar yang menyebabkan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga menang di pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 adalah disebabkan kesamaan dari segi etnis dan agama serta kontribusi Ir. Mangindar Simbolon yang diberikan kepada Kabupaten Samosir, yaitu bupati terpilih Kabupaten Samosir tahun


(9)

2005-2010. Begitu juga dengan pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon yang memperoleh suara terbanyak kedua, juga tidak terlepas dari pengaruh kesamaan etnis dan agama, serta kontribusinya sebagai wakil bupati Kabupaten Samosir tahun 2005-2010.

Penulis ingin melihat bagaimana pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga membangun strategi untuk mempengaruhi suara pemilih sehingga berhasil memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ini menjadi kajian yang menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga dalam Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

B. PERUMUSAN MASALAH

Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 diikuti oleh tujuh pasangan yang bersaing untuk memenangkan pemilu. Pasangan calon nomor urut satu adalah Alusdin Sinaga – Togu Harlen Lbn.Raja yang meraih 1.418 suara. Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, meraih 23.516 suara. Pasangan calon nomor urut tiga adalah Bachtiar Sitanggang – Jeremias Sinaga, meraih 3.197 suara. Pasangan calon nomor urut empat adalah Jabukka Situmorang – R.E. Siboro, meraih 478 suara. Pasangan calon nomor urut lima adalah Rimso Maruli Sinaga – Anser Naibaho, meraih 6.559 suara. Pasangan calon nomor urut enam adalah Martua Sitanggang – Mangiring Tamba, meraih


(10)

8.628 suara. Pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, meraih 20.443 suara.

Jika ditinjau dari hasil suara yang diperoleh dari masing-masing pasangan calon, pasangan calon nomor urut dua meraih suara terbanyak dengan 23.516 suara, kemudian diikuti oleh pasangan nomor urut tujuh meraih 20.443 suara. Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon adalahh bupati terpilih untuk 2005-2010. Sedangkan pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana Ober Sihol Sagala adalah wakil bupati terpilih untuk periode 2005-2010 mendampingi Ir. Mangindar Simbolon.

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, penulis ingin melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Snaga pada Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

2. Mengeksplorasi bagaimana berhasilnya strategi yang ditawarkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga kepada masyarakat sehingga pasangan tersebut bisa memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.


(11)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikian konsep-konsep dalam pengembangan strategi pemenangan.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses kontestan.

E. KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian atau tulisan. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.8

Dalam kajian ilmu politik, political marketing menurut Firmanzah merupakan penerapan ilmu marketing dalam kehidupan politik. Dalam political

marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode

E.1. Pemasaran Politik (Political Marketing)

8


(12)

marketing dalam menyusun produk politik, dsitribusi politik kepada publik serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing, sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.9

Pandangan political marketing menurut Adam Nursal adalah strategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu di dalam pemikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pemikiran para pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak mana yang akan dicoblos pemilih.10

Sedangkan menurut Hafied Cangara, pemasaran politik (political marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran, sikap dan perubahan perilaku untuk menerima hal-hal baru.11

9

Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal. 140 10

Adman Nursal, 2004, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 156

11

Hafied Cangara, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 276

Dari konteks aktifitas politik, political marketing

yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai dan program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi.


(13)

E.2. Branding dan Positioning Politik

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon anggota legislatif ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding.

Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan

persepsi positif untuk mendapatkan dukungan. Banyaknya kandidat individual peserta pilkada ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk

menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari

masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen. Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.

Mengadopsi definisi positionin produk oleh Morissan dalam


(14)

berhubungan dengan bagaimana.12Personal branding merupakan proses penamanan citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi positif tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran, dan kesan yang dipunyai seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan disimpan individu.13 Seperti dinyatakan Ruslan, pengertian tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas.14 Menurut Nimmo citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara.15

12

Agus W Soehadi.2005.Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka.hal. 62 13

Jalaludin Rakhmat.2001Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal. 223 14

Rosady Ruslan.2002.Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.hal 74

15

Dan Nimmo.2000.Komunikasi Politik Khlamatak dan Efek.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal 185

Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa partai politik tersebut menjadi acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.


(15)

Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning

yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Penyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan atau kelebihan kandidat /partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau bentuk-bentuk promosi lainnya. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung.16

Dalam disiplin marketing, menempatkan seorang kandidat dalam pikirian pemilih disebut positioning. Bagi orang-orang marketing, positioning sangat menentukan keberhasilan pemasaran. Positioning adalah sebuah manta yang penting bagi orang-orang pemasaran di akhir abad ke-20

E.3. Positioning

17

Menurut definisi, untuk political marketing, positioning adalah tindakan untuk menerapkkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful.

Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan

sebuah kontestan dibandingkan kontestan pesaing, bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan

positioning tersebut.

.

16

Dalam Morissan.2007.Periklanan dan Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Ramdina Prakarsa Terpadu.hal 55 17

Dalam Morrisan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Ramdina Prakarsa Terpadu. hal. 55


(16)

Posisi yang khas, jelas dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh sebuah kontestan ini menghasilkan positioning yang efektif. Setidaknya diperlukan enam syarat agar perbedaan itu menjadi berharga.

1. Penting (Important)

Perbedaan itu harus bernilai penting bagi para pemilih oleh pihak lain. Sebagai contoh, sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya dengan partai lain dengan cara memberi warna merah kepada seluruh atribut partai.

2. Istimewa (Distinctive)

Sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki oleh pihak lain. Akan tetapi, satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki oleh pesaing, masih bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing.

3. Superior

Perbedaan yang dimunculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih baik ketimbang cara-cara lain untuk menghasilkan manfaat yang sama. 4. Dapat dikomunikasikan (Communicable)

Positioning itu dapat mudah dipahami pemilih dan dikomunikasikan


(17)

5. Preemptive

Perbedaan tersebut tidak mudah ditiru oleh pihak lain. 6. Jumlah Pemilih Signifikan

Yang terpenting adalah bahwa positioning tersebut pada akhirnya dapat meraih suara sesuai dengan sasaran obyektif kontestan.

Jadi, positioning harus memiliki peran sentral dalam political marketing. Produk-produk seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan mansa yang diluncurkan merupakan hal otentik milik sendiri.

Mengacu pada Butler dan Collins18

1. Partai dapat diposisikan berdasarkan kategori tersebut. Sebuah contoh, sebuah partai dapat memposisikan diri sebagai partai nasionalis-religius. Akan tetapi positioning ini tidak efektif karena gernerik dan tidak

, positioning dimulai dengan

mendefinisikan nilai-nilai inti. Nilai-nilai inti dapat dikembangkan dari identitas kelas, agama, etnis, atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Nilai-nilai inti juga bisa bersumber dari perpecahan fundamental sosia yang menimbulkan diskontinuitas historis seperti perang, formasi negara baru, krisis ekonomi, dan berbagai bentuk krisis lainnya.

Untuk mem-positioning-kan sebuah kontestan politik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu.

18

Butler & Collins. 1996. A Conceptual Framework of Political Marketing dalam I.B. Newman (ed) Handbook of Political Marketing. California: Sage Publication.


(18)

menawarkan perbedaan khas dibanding partai lain yang nasionalis-religius. Positioning itu perlu dipertajam.

2. Positioning berdasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah organisasi

politik bisa saja mempromosikan dirinya sebagai partai terbesar. Dengan

positioning ini terkandung makna tidak langsung bahwa partai tersebut memiliki sumber daya yang besar sehingga mampu mewujudkan programnya dengan efektif dan efisien.

3. Positioning berdasarkan kategori pemilih. Sebuah partai dapat

memposisikan dirinya sebagai partai wong cilik. Partai lainnya dapat memposisikan dirinya dengan kelompok sosial tertentu.

4. Positioning berdasarkan benefit, dimana partai akan memberi manfaat

tertentu kepada pemilih. Misalnya sebuah partai akan memposisikan dirinya sebagai partai yang akan menghapuskan sumbangan biaya pendidikan.

5. Positioning berdasarkan pesaing alias competitor positioning.

Untuk menciptakan positioning yang efektif, politisi dapat

mengkombinasikan berbagai jenis positioning di atas. Tujuannya untuk menarik minat para pemilih dari satu atau beberapa segmen yang dibidik. Hanya saja, kombinasi itu harus dilakukan dengan cermat agar tidak menyulitkan para pemilih untuk menangkap makna positioning tersebut.

Dalam berbagai buku teks pemasaran politik selalu disebutkan empat kesalahan yang harus dihindari dalam menetapkan positioning yakni.


(19)

1. Underpositioning. Greget sebuah kontestan tidak dirasakan para pemilih karena tidak memiliki posisi yang jelas dan khas. Kontestan tersebut dianggap sama saja dengan kerumunan partai-partai lainnya sehingga para pemilih tidak bisa membedakan dengan partai-partai lainnya.

2. Overpositioning. Tim pemenangan terlalu sempit memposisikan

kontestannya sehingga mengurangi minat para pemilih di segmen yang dibidik.

3. Confuse positioning. Para pemilih ragu-ragu karena positioning kontestan terlalu banyak atribut.

4. Doubtful positioning. Para pemilih meragukan kebenaran positioning yang disampaikan karena tidak didukung bukti yang memadai antara lain karena produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan positioning.

Ada empat pilihan strategi yang ditawarkan, yaitu sebagai berikut. 1. Reinforcement strategy (strategi penguatan)

Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan politik tertentu. Komunikasi difokuskan kepada orang-orang yang dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa pilihan Anda duu itu sudah tepat dan tetaplah membuat pilihan yang sama untuk pemilihan saat ini.


(20)

Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengemban citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap para pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

3. Inducement strategy (strategi bujukan)

Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.

4. Confrontation strategy (strategi konfrontasi)

Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak konsumen (dalam konteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang bertarung dalam pemilu tidak banyak dan persaiangan belum menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penitng bila mana persaingannya sudah sangat sengit.19

19

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 193.


(21)

idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR dan PKB yang saling mengklaim sebagai partainya wong cilik dan ingkarnasi dari PNI.

Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters, yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon

voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah

bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik atau kandidat yang akan mereka pilih.

Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa aspek persepsi. Proses terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulai diterimanya suatu sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi melekat pada proses interpretasi.20 Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potret pemandangan sebaga sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi.21

20

Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Roseda Karya, edisi ke-4. hal. 169 21

M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta. hal. 4


(22)

menafsirkan kesan indra mereka agar membero makna pada lingkungan mereka. Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya semua pesan politik adalah produk-produk yang lebih diarahkann pada menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat voters.

Teori-teori yang sudah dipaparkan diatas, akan digunakan untuk menganalisis strategi yang digunakan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir Mangadap Sinaga dalam memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

F .KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel ini dilakukan.22

Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon

voters. Positioning digunakan sebagai cara agar branding yang dilakukan oleh pasangan calon kontestan politik, dalam hal ini adalah calon kepala daerah dan Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah branding dan positioning. Branding merupakan citra atau simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak pemilih. Branding atau yang lebih lazim dikenal personal branding dilakukan oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk menarik simpati masyarakat agar memilih mereka.

22


(23)

wakil kepala daerah berhasil mempengaruhi dan menarik simpati masyarakat untuk memilih kontestan politik tersebut.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan branding

dan positioning pasangan calon untuk mempengaruhi pemilih. Karena, apabila tidak benar-benar diperhatikan, masyarakat bisa berubah pikiran untuk memilih pasangan calon yang lain.

Dengan kata lain, branding dan positioning merupakan cara yang digunakan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mempengaruhi para calon pemilih dan mampu menarik simpati para calon pemilih agar memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dapat memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

G. METODE PENELITIAN

G.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian ilmu pengetahuan untuk mendapatkan dapat akurat, tepat, lengkap dan dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan jenis penelitian yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai tujuan secara optimal. Metode peneletian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif melalui analisa-analisa yang mendalam.


(24)

G.2. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Mangindar Simbolon dan Mangadap Sinaga di Kabupaten Samosir.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.

2. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.

H. ANALISA DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu


(25)

kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di Kabupaten Samosir antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.

BAB III : BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini disajikan bagaimana konse branding dan positioning

pasangan Ir. Mangindra Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.


(26)

BAB IV : KESIMPULAN DAN LOGIKA TEORITAS

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun bagi lembaga-lembaga yang terkait secara umum.


(1)

idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR dan PKB yang saling mengklaim sebagai partainya wong cilik dan ingkarnasi dari PNI.

Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters, yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik atau kandidat yang akan mereka pilih.

Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa aspek persepsi. Proses terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulai diterimanya suatu sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi melekat pada proses interpretasi.20 Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potret pemandangan sebaga sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi.21

20

Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Roseda Karya, edisi ke-4. hal. 169 21

M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta. hal. 4


(2)

menafsirkan kesan indra mereka agar membero makna pada lingkungan mereka. Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya semua pesan politik adalah produk-produk yang lebih diarahkann pada menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat voters.

Teori-teori yang sudah dipaparkan diatas, akan digunakan untuk menganalisis strategi yang digunakan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir Mangadap Sinaga dalam memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

F .KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel ini dilakukan.22

Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters. Positioning digunakan sebagai cara agar branding yang dilakukan oleh pasangan calon kontestan politik, dalam hal ini adalah calon kepala daerah dan Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah branding dan positioning. Branding merupakan citra atau simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak pemilih. Branding atau yang lebih lazim dikenal personal branding dilakukan oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk menarik simpati masyarakat agar memilih mereka.

22


(3)

wakil kepala daerah berhasil mempengaruhi dan menarik simpati masyarakat untuk memilih kontestan politik tersebut.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan branding dan positioning pasangan calon untuk mempengaruhi pemilih. Karena, apabila tidak benar-benar diperhatikan, masyarakat bisa berubah pikiran untuk memilih pasangan calon yang lain.

Dengan kata lain, branding dan positioning merupakan cara yang digunakan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mempengaruhi para calon pemilih dan mampu menarik simpati para calon pemilih agar memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dapat memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

G. METODE PENELITIAN

G.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian ilmu pengetahuan untuk mendapatkan dapat akurat, tepat, lengkap dan dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan jenis penelitian yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai tujuan secara optimal. Metode peneletian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif melalui analisa-analisa yang mendalam.


(4)

G.2. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Mangindar Simbolon dan Mangadap Sinaga di Kabupaten Samosir.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.

2. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.

H. ANALISA DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu


(5)

kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di Kabupaten Samosir antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.

BAB III : BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON

– IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini disajikan bagaimana konse branding dan positioning pasangan Ir. Mangindra Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.


(6)

BAB IV : KESIMPULAN DAN LOGIKA TEORITAS

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun bagi lembaga-lembaga yang terkait secara umum.