Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon Dan Ir. Mangadap Sinaga Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015

(1)

Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap

Sinaga dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir

Tahun 2010-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

DISUSUN OLEH :

ALBERT SAMREY MARULI SINURAT 090906036

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskripsi, yakni dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam dan studi pustaka untuk mengeksplorasi tentang marketing politik yang digunakan tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga serta untuk mengetahui respon masyarakat di Kabupaten Samosir sebagai pemilih terhadap marketing politik yang dijalankan.


(3)

UNIVERSITY SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015

ABSTRACT

This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.

The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.

In this study the authors used a description of the research method, by using in-depth interviews and literature study to explore the use of political marketing campaign team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga and to know the response of the community in Samosir as voters on political marketing run.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan karunianya yang selalu member kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul : Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010-2015. Skripsi ini diajukan guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata Satu (S1) Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilm Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, bimbingan, serta saran selama penulis menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2) Ibu Dra. T. Irmayani, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3) Bapak DR. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi saya, yang begitu banyak member masukan dan gagasan-gagasan kepada saya dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk saran,


(5)

gagasan, komentar, dukungan, nasihat, kesabaran dan waktu yang telah bapak curahkan untuk saya.

4) Seluruh dosen-dosen yang ada di Departemen Ilmu Politik. Terimakasih untuk semua ilmu yang telah Bapak dan Ibu ajarkan kepada kami selama menuntut ilmu di FISIP USU.

5) Teristimewa saya sampaikan terimakasih kepada kedua orangtuaku Bapak S. Sinurat dan Ibu R. Br. Siregar yang sangat berarti bagiku. Terimakasih telah begitu banyak mendukung, mendoakan dan selalu memotivasi hingga saat ini. Doa dan pengharapan kalian senantiasa mengiringi dan menyertai saya dalam menjalani kehidupan ini.

6) Buat saudaraku ( Frizco Sinurat) dan saudariku (Reysa Sinurat) yang selalu mendoakan dan mendukungku, terimakasih buat dukungan dan doanya.

7) Saya juga mengucapkan terimakasih kepada narasumber saya dalam penelitian ini, khususnya Bapak Manusun Sitanggang sebagai Ketua Tim Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga. Terima kasih sudah membantu dalam menyelesaikan skripsi saya.

8) Kepada Bang Marco Simbolon S. Sos. yang sudah banyak membantu saya selama mengumpulkan data-data yang berkaitan kepada penelitian ini. Terimakasi buat waktu dan pengorbanannya.

9) Kepada Bastian Tumpal Sianipar yang sudah banyak membantu baik secara materi maupun moril. Terima kasih banyak, Lae.


(6)

10)Seluruh teman-teman di Departemen Ilmu politik angkatan ’09 yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama perkuliahan yang dapat diartikan sebagai persahabatan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skipsi ini masih banyak

kekurangan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Desember 2014


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penilitian ... 11

E. Kerangka Teori ... 11

E.1. Pemasaran Politik (Marketing Politik) ... 11

E.2. Branding dan Positioning Politik ... 13

E. 3. Positioning ... 15

F. Kerangka Konsep ... 22

G. Metode Penelitian ... 23

G.1. Jenis Penelitian ... 23

G.2. Lokasi Penelitian ... 24

G.3. Teknik Pengumpulan Data ... 24

H. Analisa Data ... 24


(8)

BAB II: PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR.

MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA ... 27

A. Gambaran Umum Kabupaten Samosir ... 27

A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir ... 27

A.2. Kondisi Alam ... 28

A.3 Pemerintahan ... 29

A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir... 31

A.5. Kondisi Masyarakat ... 34

A.5.1. Penduduk ... 34

A.5.2. Pendidikan ... 36

B. Profil Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 36

C. Visi dan Misi Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga.. . 40

D. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 42

E. Rekapitulasi Jumlah Pemilih Terdaftar Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 44

F. Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010 ... 45

BAB III: BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA ... 48

A. Branding Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 48

B. Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga... 57

C. Komunikasi Politik Tim Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 60

D. Respon Masyarakat Kabupaten Samosir Terhadap Branding dan Positioning Pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga ... 63

BAB IV: PENUTUP ... 67


(9)

B. Implikasi Teoritis ... 69


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan ... 35

Tabel 2. Jadwal Kampanye Pemilihan Kepala Daerah ... 43

Tabel 3. Rekapitulasi Jumlah Pemilih dan TPS Pemilihan Kepala Daerah ... 45


(11)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

NAMA : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGI PEMENANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010-2015

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan mengenai peranan marketing politik dalam era demokrasi. marketing politik merupakan metode dan konsep aplikasi marketing dalam konteks politik. Pada intinya marketing politik adalah segala cara yang dipakai dalam dalam kampanye politik dalam rangka mempengaruhi pilihan dari para pemilih. Marketing politik berperan besar dalam sebuah arena pilkada. Melalui marketing politik para kandidat kepala daerah melalui tim pemenangannya berusaha meyakinkan para pemilih dengan menawarkan produk politik yang sesuai dengan keinginan para pemilih tersebut. Produk politik yang ditawarkan antara lain adalah atribut kandidat sebagai latar belakang kandidat, program kerja, ideologi, dan lain sebagainya. Melalui strategi marketing politik tersebut kandidat kepala daerah dapat memasarkan ide dan gagasan politik secara maksimal kepada masyarakat. Dalam penelitian ini nantinya akan menjelaskan mengenai strategi marketing politik yang dijalankan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010, sehingga pada akhirnya pasangan kandidat tersebut meraih suara mayoritas sekaligus keluar sebagai pemenang dalam pilkada tersebut.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori branding dan positioning untuk melihat usaha-usaha pendekatan yang dilakukan oleh tim pemenangan pasangan kandidat untuk mendapatkan tempat di hati para pemilih. Selain itu teori marketing politik yang digunakan untuk melihat penawaran-penawaran yang dilakukan tim pemenangan kandidat dalam memasarkan produk politik kepada masyarakat yang berperan sebagai pemilih.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskripsi, yakni dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam dan studi pustaka untuk mengeksplorasi tentang marketing politik yang digunakan tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga serta untuk mengetahui respon masyarakat di Kabupaten Samosir sebagai pemilih terhadap marketing politik yang dijalankan.


(12)

UNIVERSITY SUMATERA UTARA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE

NAME : ALBERT SAMREY MARULI SINURAT (090906036)

STRATEGY WINNING IR. MANGINDAR SIMBOLON AND IR. MANGADAP SINAGA IN SELECTING THE HEAD OF REGENCY SAMOSIR YEAR 2010-2015

ABSTRACT

This study tried to describe the role of political marketing in the era of democracy. Political marketing is a method and concept of marketing applications in a political context. At the core of political marketing are all means used in the political campaigns in order to influence the choice of the voters. Marketing plays a major role in a political election arena. Through political marketing regional head candidates through pemenangannya team tried to convince voters by offering a political product that fits the wishes of the voters. Political products offered include the attributes of the candidate as a candidate background, work programs, ideology, and so forth. Through the political marketing strategy for regional head candidates can market new ideas and politics optimally to society. In this research will explain about the political marketing strategy which is run by the winning team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga in Samosir local elections in 2010, so in the end the pair candidate won a majority at the same time come out as the winner in the election.

The theory is used to explain the problems is the theory of branding and positioning efforts to see the approach taken by the winning team mate candidate for a place in the hearts of the voters. Besides political marketing theory used to see offers made by the team winning political candidates in marketing products to the public that acts as selector.

In this study the authors used a description of the research method, by using in-depth interviews and literature study to explore the use of political marketing campaign team mate Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga and to know the response of the community in Samosir as voters on political marketing run.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gerakan reformasi yang terjadi di Indonesa pada tahun 1998 merupakan suatu gerakan yang bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaruan, terutama perbaikan tatanan kehidupan dalam bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial. Agenda reformasi itu sendiri menuntut beberapa hal, diantaranya adalah pencabutan mandat Soeharto sebagai presiden, penghapusan dwifungsi TNI/ABRI, pemberantasan KKN, dan pelaksanaan otonomi daerah yang seluas-luasnya.

Seiring jatuhnya pemerintahan Soeharto, untuk menciptakan suatu tatanan Indonesia yang baru maka ditetapkanlah undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah yang kemudian menimbulkan perubahan pada penyelenggaraan pemerintahan daerah. Perubahaannya tidak hanya mengenai penyelenggaran pemerintahan daerah, tetapi juga hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah. Sebelumnya hubungan antara pemerintah pusat dan daerah bersifat sentralistis. Namun setelah undang-undang ini diberlakukan, hubungan antara pemerintah pusat dan daerah bersifat desentralis. Dimana dalam undang-undang tersebut disebutkan pemerintah daerah terdiri dari kepala daerah dan perangkat daerah lainnya, dimana DPRD diluar pemerintah yang berfungsi


(14)

sebagai badan legislatif pemerintah daerah untuk mengawasi jalannya pemerintahan.1

Menurut Joseph Riwu Kabo, ada beberapa alasan mengapa pemerintah pusat perlu melaksanakan desentralisasi kekuasaan kepada pemerintah daerah yaitu : (1) dilihat dari sudut politik sebagai permainan kekuasaan, desentralisasi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan pada satu pihak saja yang pada akhirnya akan menimbulkan tirani, (2) dalam bidang politik, penyelenggaraan desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian, untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatih diri dalam mempergunakan hak-hak demokrasi, (3) dari sudut teknik organisatoris pemerintahan, alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk mencapai suatu pemerintahan yang efisien. Apa yang dianggap lebih utama untuk diurus pemerintah setempat, pegurusnya diserahkan kepada daerah, (4) dari sudut kultural, desentralisasi perlu diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya ditumpukan kepada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya, (5) dari sudut kepentingan pembangunan ekonomi, desentralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan secara langsung membantu pembangunan tersebut.2

1

Koirudin. 2005. Sketsa Kebijakan Desentralisasi di Indonesia: Format Masa Depan Otonomi Menuju

Kemandirian Daerah. Averos Press. Malang. hal. 75 2

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah: Desentralisasi dan Pembangunan SDM Aparatur Pemda


(15)

Kenyataan ini sejalan dengan pengertian bahwa desentralisasi adalah transfer kekuasaan politik tidak hanya terbatas pada pendelegasian sebagai otoritas pusat kepada daerah secara administratif. Pilkada langsung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian dari perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Rakyat dan lembaga daerah akan terlibat langsung dalam mengelola pilkada nantinya. Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah bergeser ke arah yang lebih maju yaitu kewenangan politik. Pemimpin daerah tidak lagi menjadi pemimpin yang bersifat administratif perwakilan pemerintah pusat di daerah tetapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat.3

Sejak masa Demokrasi Terpimpin hingga Orde Baru, pemerintah cenderung menerapkan sentralisasi kekuasaan. Dengan alasan demi pembangunan untuk mewujudkan terciptanya stabilitas nasional. Penyelenggaran pemerintah dan pelaksanaan pembangunan pun kemudian dikendalikan secara terpusat, yang mengakibatkan ketergantungan daerah terhadap pusat sangat besar. Pemilihan Langsung Kepala Daerah (Pilkada) adalah langkah dalam proses demokratisasi lokal di Indonesia. Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah merupakan

3

Phenie Chalid (ed). 2006. Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governence. Jakarta: Partnership Kemitraan. hal. 2


(16)

perwujudan pengembalian hak-hak dasar rakyat dalam memilih pemimpin mereka di daerah, yang secara langsung diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan petunjuk pelaksanaannya tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemilihan, Pengesahaan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah.

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun tingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang las dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.4 Sehingga muncul konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa nasib rakyat akan berubah menjadi yang lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar mengabdi pada kepentingan masyarakat.5

Otonomi daerah memberikan kewenangan yang lebih banyak kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengelola daerahnya. Dasar dari pengalihan dan wewenang atas urusan-urusan yang sebelumnya menjadi

4

Dadang Juliantara. 2004. Pembaruan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaruan. hal. ix-x

5


(17)

wewenang pemerintah pusat, yang kemudian diberikan langsung ke pemerintah daerah adalah bahwa pemerintah daerah dianggap lebih dekat dengan rakyatnya sehingga dianggap lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh masyarakat daerah dan tahu bagaimana cara yang lebih tepat mengelola daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Pelaksanaan otonomi daerah ini menggambarkan perubahan sistem dari yang semula sentralisasi menjadi sistem desentralisasi. Pada era Orde Baru, segala urusan pemerintahan begitu terpusat sehingga daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat. Hal ini mematikan kreatifitas dari pemerintah daerah, padahal pemerintah daerah yang lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh daerahnya.

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah, pembagian kekuasaan di daerah itu disebut dengan desentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok-kelompok fungsional atau ornganisasi non-pemerintahan swasta.6

6

Bambang Yudhoyono. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hal. 20


(18)

peulang bagi warga negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreatifitasnya.7

Dalam penelitian political marketing dalam pilkada ini, penulis mengambil studi terhadap pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Kabupaten Samosir diresmika pada tanggal 7 Januari 2004, dan Bupati yang menjabat saat itu, Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, ditunjuk langsung oleh Menteri Dalam Negeri untuk menjadi pelaksana tugas, karena belum ada Undang-Undang yang mengatur tentang Kepala Daerah. Namun, karena adanya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005, tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka pada tanggal 27 Juni 2005 diselenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir. Hasil dari pemilihan kepala daerah Kabupaten Samosir tersebut, maka terpilih lah pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai pasangan Bupati dan Wakil Bupati terpilih pertama Kabupaten Samosir untuk periode 2005-2010.

7


(19)

Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Pemilihan langsung Bupati dan Wakil Bupati pada 9 Juni 2010 ini diikuti oleh tujuh pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati yaitu pasangan Alusdin Sinaga dan Togu Harlen Lumban Raja, pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga, pasangan Bachtiar Sitanggang dan Jeremias Sinaga, pasangan Jabungka Situmorang dan R.E Siboro, pasangan Rimso Sinaga dan Anser Naibaho, pasangan Martua Sitanggang dan Mangiring Tamba, dan pasangan terkahir Ober Sihol Sagala dan Tigor Simbolon. Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Samosir ini berhasil dimenangkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga dengan perolehan suara 36,81% dari total suara pemilih yang melaksanakan hak pilihnya.

Pada masa jabatan periode tahun 2005-2010, bupati dan wakil bupati terpilih yang menjabat saat itu adalah Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala. Namun, untuk periode masa jabatan tahun 2010-2015, Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala tidak lagi mencalonkan kembali sebagai pasangan bupati dan wakil bupati, namun mencalonkan untuk menjadi bupati Kabupaten Samosir. Dengan kata lain, pasangan Bupati dan Wakil Bupati Samosir terpilih tahun 2005-2010 akan bersaing menjadi Bupati Samosir pada masa jabatan 2010-2015.

Perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga yang unggul di lima kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir jelas menunjukkan bahwa pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.


(20)

Mangadap Sinaga adalah pemenang. Namun, yang menarik disini adalah perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana suara mereka adalah suara terbanyak kedua, yaitu 32% dan unggul di dua kecamatan dari tujuh kecamatan yang ada di Kabupaten Samosir. Meskipun hanya unggul di dua kecamatan, tapi di lima kecamatan lainnya, perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon tidak terlalu jauh dari pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga.

Kemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga merupakan sesuatu hal yang wajar dilihat dari profil pasangan ini yang memiliki kesamaan baik dari segi etnis, agama maupun kontribusi yang pernah diberikan Ir. Mangindar Simbolon di Kabupaten Samosir, yaitu menjadi bupati pada periode masa jabatan tahun 2005-2010. Namun perolehan suara pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon patut diperhitungkan, karena meraih suara terbanyak kedua yang tidak terlalu jauh dari perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, dimana Ober Sihol Sagala juga memiliki kesamaan etnis, agama dan kontribusi di Kabupaten Samosir, yaitu sebagai wakil bupati pada masa jabatan 2005-2010.

Setelah melakukan pra penelitian penulis menyimpulkan asumsi dasar yang menyebabkan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga menang di pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 adalah disebabkan kesamaan dari segi etnis dan agama serta kontribusi Ir. Mangindar Simbolon yang diberikan kepada Kabupaten Samosir, yaitu bupati terpilih Kabupaten Samosir tahun


(21)

2005-2010. Begitu juga dengan pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon yang memperoleh suara terbanyak kedua, juga tidak terlepas dari pengaruh kesamaan etnis dan agama, serta kontribusinya sebagai wakil bupati Kabupaten Samosir tahun 2005-2010.

Penulis ingin melihat bagaimana pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga membangun strategi untuk mempengaruhi suara pemilih sehingga berhasil memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, ini menjadi kajian yang menarik bagi penulis untuk meneliti mengenai Strategi Pemenangan Ir. Mangindar Simbolon - Ir. Mangadap Sinaga dalam Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

B. PERUMUSAN MASALAH

Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 diikuti oleh tujuh pasangan yang bersaing untuk memenangkan pemilu. Pasangan calon nomor urut satu adalah Alusdin Sinaga – Togu Harlen Lbn.Raja yang meraih 1.418 suara. Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, meraih 23.516 suara. Pasangan calon nomor urut tiga adalah Bachtiar Sitanggang – Jeremias Sinaga, meraih 3.197 suara. Pasangan calon nomor urut empat adalah Jabukka Situmorang – R.E. Siboro, meraih 478 suara. Pasangan calon nomor urut lima adalah Rimso Maruli Sinaga – Anser Naibaho, meraih 6.559 suara. Pasangan calon nomor urut enam adalah Martua Sitanggang – Mangiring Tamba, meraih


(22)

8.628 suara. Pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, meraih 20.443 suara.

Jika ditinjau dari hasil suara yang diperoleh dari masing-masing pasangan calon, pasangan calon nomor urut dua meraih suara terbanyak dengan 23.516 suara, kemudian diikuti oleh pasangan nomor urut tujuh meraih 20.443 suara. Pasangan calon nomor urut dua adalah Ir. Mangindar Simbolon adalahh bupati terpilih untuk 2005-2010. Sedangkan pasangan calon nomor urut tujuh adalah Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon, dimana Ober Sihol Sagala adalah wakil bupati terpilih untuk periode 2005-2010 mendampingi Ir. Mangindar Simbolon.

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, penulis ingin melihat bagaimana strategi yang diterapkan oleh Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan strategi pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Snaga pada Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

2. Mengeksplorasi bagaimana berhasilnya strategi yang ditawarkan oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga kepada masyarakat sehingga pasangan tersebut bisa memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.


(23)

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1) Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikian konsep-konsep dalam pengembangan strategi pemenangan.

2) Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses kontestan.

E. KERANGKA TEORI

Untuk memudahkan penelitian, diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu kerangka teori. Mustahil apabila seseorang menulis ataupun meneliti suatu permasalahan tanpa menggunakan kerangka teori, karena penelitian atau tulisan. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, seorang peneliti perlu menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir, untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih.8

Dalam kajian ilmu politik, political marketing menurut Firmanzah merupakan penerapan ilmu marketing dalam kehidupan politik. Dalam political marketing, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode

E.1. Pemasaran Politik (Political Marketing)

8


(24)

marketing dalam menyusun produk politik, dsitribusi politik kepada publik serta meyakinkan bahwa produk politiknya lebih unggul dibandingkan dengan pesaing, sehingga membantu politikus dan partai politik untuk membangun hubungan dua arah dengan konstituen dan masyarakat.9

Pandangan political marketing menurut Adam Nursal adalah strategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis tertentu di dalam pemikiran para pemilih. Serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pemikiran para pemilih untuk memilih kontestan tertentu. Makna politis inilah yang menjadi output penting political marketing yang menentukan, pihak mana yang akan dicoblos pemilih.10

Sedangkan menurut Hafied Cangara, pemasaran politik (political marketing) merupakan konsep yang diintroduksi dari penyebaran ide-ide sosial di bidang pembangunan dengan meniru cara-cara pemasaran komersial, tetapi orientasinya lebih banyak pada tataran penyadaran, sikap dan perubahan perilaku untuk menerima hal-hal baru.11

9

Firmanzah, 2007, Marketing Politik, Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, hal. 140

10

Adman Nursal, 2004, Political Marketing Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru

Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden, Jakarta : PT. Gramedia, hal. 156

11

Hafied Cangara, 2009, Komunikasi Politik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hal. 276

Dari konteks aktifitas politik, political marketing yang dimaksudkan adalah penyebarluasan informasi tentang kandidat, partai dan program yang dilakukan oleh aktor-aktor politik melalui saluran-saluran komunikasi tertentu yang ditujukan kepada segmen (sasaran) tertentu dengan tujuan mengubah wawasan, pengetahuan, sikap dan perilaku para calon pemilih sesuai dengan keinginan pemberi informasi.


(25)

E.2. Branding dan Positioning Politik

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon anggota legislatif ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding. Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan persepsi positif untuk mendapatkan dukungan. Banyaknya kandidat individual peserta pilkada ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen. Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.

Mengadopsi definisi positionin produk oleh Morissan dalam


(26)

berhubungan dengan bagaimana.12Personal branding merupakan proses penamanan citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi positif tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran, dan kesan yang dipunyai seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan disimpan individu.13 Seperti dinyatakan Ruslan, pengertian tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas.14 Menurut Nimmo citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara.15

12

Agus W Soehadi.2005.Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka.hal. 62

13

Jalaludin Rakhmat.2001Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal. 223

14

Rosady Ruslan.2002.Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.hal 74

15

Dan Nimmo.2000.Komunikasi Politik Khlamatak dan Efek.Bandung: Remaja Rosdakarya.hal 185

Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi dominan dan menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa partai politik tersebut menjadi acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.


(27)

Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Penyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan atau kelebihan kandidat /partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau bentuk-bentuk promosi lainnya. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung.16

Dalam disiplin marketing, menempatkan seorang kandidat dalam pikirian pemilih disebut positioning. Bagi orang-orang marketing, positioning sangat menentukan keberhasilan pemasaran. Positioning adalah sebuah manta yang penting bagi orang-orang pemasaran di akhir abad ke-20

E.3. Positioning

17

Menurut definisi, untuk political marketing, positioning adalah tindakan untuk menerapkkan citra tertentu ke dalam benak para pemilih agar tawaran produk politik dari suatu kontestan memiliki posisi khas, jelas dan meaningful. Positioning yang efektif akan menunjukkan perbedaan nyata dan keunggulan sebuah kontestan dibandingkan kontestan pesaing, bahwa pesaing tidak dapat mewujudkan tawaran-tawaran tertentu sebaik pihak yang mencanangkan positioning tersebut.

.

16

Dalam Morissan.2007.Periklanan dan Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Ramdina Prakarsa Terpadu.hal 55

17

Dalam Morrisan. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Ramdina Prakarsa Terpadu. hal. 55


(28)

Posisi yang khas, jelas dan meaningful dari sebuah kontestan bersumber dari faktor-faktor pembeda yang dimiliki oleh kontestan tersebut dibandingkan dengan kontestan lain. Tetapi tidak semua faktor pembeda yang dimiliki oleh sebuah kontestan ini menghasilkan positioning yang efektif. Setidaknya diperlukan enam syarat agar perbedaan itu menjadi berharga.

1. Penting (Important)

Perbedaan itu harus bernilai penting bagi para pemilih oleh pihak lain. Sebagai contoh, sebuah partai politik bisa saja membedakan dirinya dengan partai lain dengan cara memberi warna merah kepada seluruh atribut partai.

2. Istimewa (Distinctive)

Sebagai pembeda, faktor tersebut tidak dimiliki oleh pihak lain. Akan tetapi, satu atau beberapa faktor yang juga dimiliki oleh pesaing, masih bisa dijadikan sumber pembeda asalkan faktor tersebut diwujudkan dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan pihak pesaing.

3. Superior

Perbedaan yang dimunculkan harus memberikan suatu manfaat yang lebih baik ketimbang cara-cara lain untuk menghasilkan manfaat yang sama. 4. Dapat dikomunikasikan (Communicable)

Positioning itu dapat mudah dipahami pemilih dan dikomunikasikan dengan berbagai media komunikasi.


(29)

5. Preemptive

Perbedaan tersebut tidak mudah ditiru oleh pihak lain. 6. Jumlah Pemilih Signifikan

Yang terpenting adalah bahwa positioning tersebut pada akhirnya dapat meraih suara sesuai dengan sasaran obyektif kontestan.

Jadi, positioning harus memiliki peran sentral dalam political marketing. Produk-produk seperti partai, kandidat, platform program dan sebagainya haruslah sebangun dengan positioning. Pengatur strategi harus berusaha melalui strategi branding bahwa kebijakan, ide-ide, isu-isu, gaya, dan mansa yang diluncurkan merupakan hal otentik milik sendiri.

Mengacu pada Butler dan Collins18

1. Partai dapat diposisikan berdasarkan kategori tersebut. Sebuah contoh, sebuah partai dapat memposisikan diri sebagai partai nasionalis-religius. Akan tetapi positioning ini tidak efektif karena gernerik dan tidak

, positioning dimulai dengan mendefinisikan nilai-nilai inti. Nilai-nilai inti dapat dikembangkan dari identitas kelas, agama, etnis, atau kelompok-kelompok sosial lainnya. Nilai-nilai inti juga bisa bersumber dari perpecahan fundamental sosia yang menimbulkan diskontinuitas historis seperti perang, formasi negara baru, krisis ekonomi, dan berbagai bentuk krisis lainnya.

Untuk mem-positioning-kan sebuah kontestan politik perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu.

18

Butler & Collins. 1996. A Conceptual Framework of Political Marketing dalam I.B. Newman (ed)


(30)

menawarkan perbedaan khas dibanding partai lain yang nasionalis-religius. Positioning itu perlu dipertajam.

2. Positioning berdasarkan atribut tertentu. Misalnya sebuah organisasi politik bisa saja mempromosikan dirinya sebagai partai terbesar. Dengan positioning ini terkandung makna tidak langsung bahwa partai tersebut memiliki sumber daya yang besar sehingga mampu mewujudkan programnya dengan efektif dan efisien.

3. Positioning berdasarkan kategori pemilih. Sebuah partai dapat memposisikan dirinya sebagai partai wong cilik. Partai lainnya dapat memposisikan dirinya dengan kelompok sosial tertentu.

4. Positioning berdasarkan benefit, dimana partai akan memberi manfaat tertentu kepada pemilih. Misalnya sebuah partai akan memposisikan dirinya sebagai partai yang akan menghapuskan sumbangan biaya pendidikan.

5. Positioning berdasarkan pesaing alias competitor positioning.

Untuk menciptakan positioning yang efektif, politisi dapat

mengkombinasikan berbagai jenis positioning di atas. Tujuannya untuk menarik minat para pemilih dari satu atau beberapa segmen yang dibidik. Hanya saja, kombinasi itu harus dilakukan dengan cermat agar tidak menyulitkan para pemilih untuk menangkap makna positioning tersebut.

Dalam berbagai buku teks pemasaran politik selalu disebutkan empat kesalahan yang harus dihindari dalam menetapkan positioning yakni.


(31)

1. Underpositioning. Greget sebuah kontestan tidak dirasakan para pemilih karena tidak memiliki posisi yang jelas dan khas. Kontestan tersebut dianggap sama saja dengan kerumunan partai-partai lainnya sehingga para pemilih tidak bisa membedakan dengan partai-partai lainnya.

2. Overpositioning. Tim pemenangan terlalu sempit memposisikan kontestannya sehingga mengurangi minat para pemilih di segmen yang dibidik.

3. Confuse positioning. Para pemilih ragu-ragu karena positioning kontestan terlalu banyak atribut.

4. Doubtful positioning. Para pemilih meragukan kebenaran positioning yang disampaikan karena tidak didukung bukti yang memadai antara lain karena produk yang ditawarkan tidak sesuai dengan positioning.

Ada empat pilihan strategi yang ditawarkan, yaitu sebagai berikut. 1. Reinforcement strategy (strategi penguatan)

Strategi ini dapat digunakan oleh sebuah kontestan yang dipilih karena mempunyai citra tertentu dan citra tersebut dibuktikan oleh kinerja politik selama mengemban jabatan politik tertentu. Komunikasi difokuskan kepada orang-orang yang dulu memilih kontestan ini dengan pesan bahwa pilihan Anda duu itu sudah tepat dan tetaplah membuat pilihan yang sama untuk pemilihan saat ini.


(32)

Strategi ini dilakukan kepada kelompok pemilih yang sebelumnya telah memilih kontestan tertentu karena kontestan tersebut berhasil mengemban citra tertentu yang disukai pemilih akan tetapi kinerjanya kemudian tidak sesuai dengan citra tersebut. Strategi rasionalisasi ini dilakukan untuk mengubah sikap para pemilih dan harus dilakukan dengan hati-hati.

3. Inducement strategy (strategi bujukan)

Strategi ini dapat diterapkan oleh kandidat yang dipersepsikan memiliki citra tertentu tapi juga memiliki kinerja atau atribut-atribut yang cocok dengan citra lainnya.

4. Confrontation strategy (strategi konfrontasi)

Strategi ini diterapkan kepada para pemilih yang telah memiliki kontestan dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok dengan citra tertentu yang dianggap tidak cocok oleh pemilih dan kemudian kontestan tersebut tidak menghasilkan kinerja yang memuaskan pemilih.

Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak konsumen (dalam konteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang bertarung dalam pemilu tidak banyak dan persaiangan belum menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penitng bila mana persaingannya sudah sangat sengit.19

19

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hal. 193.


(33)

idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR dan PKB yang saling mengklaim sebagai partainya wong cilik dan ingkarnasi dari PNI.

Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters, yakni menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik atau kandidat yang akan mereka pilih.

Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis manusia. Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa aspek persepsi. Proses terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu: seleksi, organisasi dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulai diterimanya suatu sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi melekat pada proses interpretasi.20 Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potret pemandangan sebaga sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi.21

20

Dedy Mulyana. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Remaja Roseda Karya, edisi ke-4. hal. 169

21

M. Dimyati Mahmud. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta. hal. 4


(34)

menafsirkan kesan indra mereka agar membero makna pada lingkungan mereka. Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya semua pesan politik adalah produk-produk yang lebih diarahkann pada menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat voters.

Teori-teori yang sudah dipaparkan diatas, akan digunakan untuk menganalisis strategi yang digunakan oleh tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir Mangadap Sinaga dalam memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

F .KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel ini dilakukan.22

Positioning merupakan sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters. Positioning digunakan sebagai cara agar branding yang dilakukan oleh pasangan calon kontestan politik, dalam hal ini adalah calon kepala daerah dan Kerangka konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah branding dan positioning. Branding merupakan citra atau simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak pemilih. Branding atau yang lebih lazim dikenal personal branding dilakukan oleh calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk menarik simpati masyarakat agar memilih mereka.

22


(35)

wakil kepala daerah berhasil mempengaruhi dan menarik simpati masyarakat untuk memilih kontestan politik tersebut.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan branding dan positioning pasangan calon untuk mempengaruhi pemilih. Karena, apabila tidak benar-benar diperhatikan, masyarakat bisa berubah pikiran untuk memilih pasangan calon yang lain.

Dengan kata lain, branding dan positioning merupakan cara yang digunakan oleh pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk mempengaruhi para calon pemilih dan mampu menarik simpati para calon pemilih agar memilih pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah untuk dapat memenangkan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

G. METODE PENELITIAN

G.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian ilmu pengetahuan untuk mendapatkan dapat akurat, tepat, lengkap dan dapat dipertanggunjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan jenis penelitian yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai tujuan secara optimal. Metode peneletian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode kualitatif, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif melalui analisa-analisa yang mendalam.


(36)

G.2. Lokasi Penelitian

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Mangindar Simbolon dan Mangadap Sinaga di Kabupaten Samosir.

G.3. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dua teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini:

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.

2. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.

H. ANALISA DATA

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun ke dalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan berusaha memahami faktor peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu


(37)

kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

I. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran dari lokasi penelitian di Kabupaten Samosir antara lain berupa sejarah singkat kabupaten tersebut, kondisi geografis, demografi penduduk, dan lain sebagainya.

BAB III : BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Pada bab ini disajikan bagaimana konse branding dan positioning pasangan Ir. Mangindra Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.


(38)

BAB IV : KESIMPULAN DAN LOGIKA TEORITAS

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, yang berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Pada bab ini juga akan terjawab pertanyaan tentang apa yang dilihat dalam penelitian yang dilakukan, serta berisi saran-saran, baik yang bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun bagi lembaga-lembaga yang terkait secara umum.


(39)

BAB II

PROFIL KABUPATEN SAMOSIR DAN PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON - IR. MANGADAP SINAGA

A. GAMBARAN UMUM KABUPATEN SAMOSIR A.1. Sejarah Singkat Kabupaten Samosir

Kabupaten Samosir adalah hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 36 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Berdagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri (Mendagri) atas nama Presiden Republik Indonesia. Atas dasar itu, disepakati bahwa tanggal 7 Januari ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Samosir sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 28 Tahun 2005 tentang Hari Jadi Kabupaten Samosir.

Seiring dengan diresmikannya Kabupaten Samosir, melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 131.21.27 tanggal 6 Januari 2004 diangkat dan ditetapkan Penjabat Buppati Samosir atas nama Bapak Drs. Wilmar Elyascher Simanjorang, M.Si yang dilantik pada tanggal 15 Januari 2004 di Medan oleh Gubernur Sumatera Utara.

Sesuai dengan kebijakan dan peraturan yang ditetapkan Pemerintah melalui proses demokrasi-ketatanegaraan, pada bulan Juni 2004 diadakan Pemilihan Legislatif untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD yang


(40)

dilanjutkan dengan Pemilihan Langsung Presiden dan Wakil Presiden. Sejalan dengan tuntutan perkembangan era reformasi, UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang dipandang perlu mendapat perubahan dengan terbitnya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang salah satunya antara lain menetapkan bahwa kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu paket melalui pemilihan langsung. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Samosir secara langsung oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Samosir, yakni terpilihnya Ir. Mangindar Simbolon dan Ober Sihol Sagala sebagai Bupati dan Wakil Bupati Samosir periode 2005-2010 yang selanjutnya ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Mendagri Nomor 131.22-740 tanggal 12 Agustus 2005. Kemudian pada tanggal 13 September 2005, Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Samosir terpilih dilantik oleh Gubernur Sumatera Utara atas nama Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kabupaten Samosir.

A.2. Kondisi Alam

Luas wilayah Kabupaten Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715 Ha, terdiri dari daratan seluas 144.455 Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha. Luas dan batas perairan di kawasan Danau Toba, secara proporsional luas perairan dan Danau Toba yang menjadi bahagian daerah Kabupaten Samosir


(41)

sewajarnyalah merupakan bahagian yang terluas dibandingkan dengan enam kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling perairan Danau Toba.

Komposisi wilayah dan kemiringan posisi geografis Kabupaten Samosir berada pada 2°24’ - 2°45’ Lintang Utara dan 98°21’ - 99°55’ Bujur Timur. Secara administratif wilayah Kabupaten Samosir diapit oleh tujuh kabupaten, yaitu di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbahas dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan, 6 kecamatan berada di Pulau Samosir di tengah Danau Toba dan 3 kecamatan du daerah lingkar luar Danau Toba tepat pada punggung pegunungan Bukit Barisan. Kabupaten Samosir terletak pada wilayah dataran tinggi, dengan ketinggian antara 700 s/d 1995 meter di atas permukaan laut, dengan komposisi :

• 700m s/d 1.000 m dpl ± 10% • 1.000 m s/d 1.500 m dpl ± 25% • > 1.500 m dpl ± 65%

A.3. Pemerintahan

Kabupaten Samosir saat ini terdiri atas 9 kecamatan, yaitu Sianjur Mulamula, Harian, Sitiotio, Onanrunggu, Nainggolan, Palipi, Ronggurnihuta, Panggururan dan Simanindo. Wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten


(42)

Samosir tahun 2005 terdiri dari 9 kecamatan dengan 117 desa,kelurahan, yaitu 111 desa dan 6 kelurahan. Kecamatan Pangururan merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak, yaitu 28 desa/kelurahan. Sedangkan Sitiotio merupakan kecamatan dengan jumlah desa/kelurahan yang paling sedikit, yaitu hanya 6 desa.

Dari 117 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Samosir tahun 2005, sekitar 86,32 persen merupakan desa/kelurahan swakarya, 7,70 persen desa/kelurahan swadaya dan sisanya 5,98 persen merupakan desa/kelurahan swasembada.

Jumlah anggota DPRD Kabupaten Samosir hasil pemilu tahun 2004 berjumlah 24 orang, terdiri dari 11 orang anggota fraksi Golongan Karya, dan 13 orang anggota fraksi Gabungan.

Jumlah keputusan DPRD Kabupaten Samosir yang ditetapkan tahun 2005 sebanyak 115 keputusan yang terdiri dari 26 peraturan daerah (perda), 40 keputusan DPRD, 23 keputusan panitia musyawarah, dan 26 keputusan lainnya.

Berdasarkan kegiatan DPRD, berupa sidang-sidang yang dilakukan, baik sidang istimewa, paripurna, paripurna khusus, rapat komisi, rapat rutin dengan komisi, dan lain-lain, tahun 2005 sebanyak 56 kegiatan sidang. Kegiatan panitia khusus dan rapat paripurna merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh DPRD masing-masing 22 dan 12 kegiatan.

Berdasarkan data yang masuk dari dinas, kantor, badan dan instansi jumlah PNS/CPNS dan pegawai BUMN/BUMD di Kabupaten Samosir tahun


(43)

2005 berjumlah 2.149 orang. Dari jumlah tersebut 43,83 persen merupakan pegawai laki-laki dan 56,17 persen pegawai perempuan.

Berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan, 52,95 persen merupakan PNS/CPNS tamatan SLTA, tamatan sarjana sebanyak 14,38 persen dan tamatan diploma baik diploma I, II dan III sebanyak 27,83 persen.

Presentase PNS/CPNS yang menamatkan S2 masih sangat minim sekali di Kabupaten Samosir, yaitu hanya 0,28 persen. Hal ini perlu mendapat perhatian Pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan sumber daya manusia dalam menjalankan pemerintah daerah. Sementara pegawai yang tamat SD dan SLTP masing-masing 2,28 persen dan 2,56 persen.

A.4. Visi dan Misi Kabupaten Samosir

Menyikapi perubahan dan perkembangan yang terjadi secara global, seperti reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan, baik pada tingkat pusat maupun daerah serta dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, maka pemerintah Kabupaten Samosir harus mampu secara berkualitas, efisien dan efektif serta transparan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk memberikan gambaran serta wajah masa depan yang diidam-idamkan, yang akan menentukan arah masa depan yang realistic dan terukur dan menjadi tujuan utama yang diharapkan oleh seluruh stakeholders pembangunan Kabupaten Samosir, maka dirumuskan visi dan misi Kabupaten Samosir


(44)

1. Visi

Berdasarkan Perda Kabupaten Samosir Nomor 4 Tahun 2011, tentang RPJMD 2011-2015, telah ditetapkan visi Kabupaten Samosir yakni :

“Samosir Menjadi Daerah Tujuan Wisata Lingkungan yang Inovatif 2015” Visi tersebut mengandung makna sebagai berikut :

a) Wisata lingkungan mempunyai makna bahwa pariwisata yang mempertimbangkan dampak social ekonomi dan lingkungan di masa kini dan masa mendatang dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung (wisatawan), industri pariwisata, lingkungan sekitar dan masyarakat tuan rumah (lokal). Arah pengembangan destinasi pariwisata lingkungan adalah pariwisata berkelanjutan yaitu terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup melalui pengaturan, penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya alam dan budaya secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi juga adil secara etika dan social terhadap masyarakat.Potensi wisata alam dan budaya Kabupaten Samosir akan lestari dengan kegiatan konservasi lingkungan, sebagai asal muasal bagi semua etnis Batak di dunia yang merupakan wilayah hasil letusan vulkanik tertua dan terbesar di dunia, kaya akan seni dan budaya, situs/artefak sejarah, panorama yang indah dan iklim yang sejuk merupakan potensi yang sangat besar untuk menjadi tujuan wisata primadona. Hal ini sangat


(45)

memungkinkan karena Kabupaten Samosir memiliki daya tarik pariwisata yang luar biasa seperti potensi dalam kegiatan olahraga tantangan di darat (sepeda gunung, panjat tebing, paralayang, motor cross, rally mobil, cross country, berkuda, berburu, agrowisata dll) maupun di danau/bahari (selancar air, jet ski, dayung, menyelam, berenang, memancing, polo air, voli air dll) seraya menikmati berbagai pagelaran seni dan budaya.

b) Inovatif mengandung makna bahwa Kabupaten Samosir akan

berkreasi, mau dan dapat mengadakan pembaharuan sesuai tantangan, untuk menggali dan memperkenalkan hal-hal yang baru akan seni budaya, situs/artefak sejarah etnis Batak maupun kawasan wisata rekreasi yang berbasis lingkungan.

2. Misi

Dalam rangka mewujudkan visi dimaksud, maka ditetapkan misi pembangunan Kabupaten Samosir 2011-2015 adalah sebagai berikut :

a) Memantapkan Good Governence dengan dukungan SDM yang

berkualitas serta prasarana dan sarana yang memadai dan berstandart.

b) Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan

kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan dan terkendali.


(46)

c) Meningkatkan infrastrukturr dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.

d) Meningkatkan kondusifitas daerah dengan mendorong pelaksanaan demokrasi dan penegakan hukum.

e) Mengembangkan jejaring yang sinergis kepada semua pihak.

Itulah visi dan misi Kabupaten Samosir yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh siapapun yang memenangkan pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Seluruh pasangan calon juga harus menyesuaikan visi dan misi mereka dengan visi dan misi Kabupaten Samosir agar siapapun calon pasangan yang terpilih bisa menjalankan dengan baik roda pemerintahan.

A.5. Kondisi Masyarakat

A.5.1 Penduduk

Kabupaten Samosir dengan luas daratan 1.444,25 km2 didiami oleh penduduk sebanyak 132.023 jiwa, yaitu terdiri dari 65.023 jiwa penduduk laki-laki dan 67.000 jiwa penduduk perempuan dengan angka kepadatan penduduk sebesar 91,41 jiwa/km2 dan rasio jenis kelamin sebesar 97,05, tinggal di dalam rumah tangga sebanyak 31.768 rumah tangga dengan rata-rata penduduk tiap rumah tangga sebesar 4,16 jiwa/rumah tangga. Penduduk tersebut tersebar di 9 kecamatan dan 117 desa/kelurahan (keadaan bulan Juni tahun 2009).


(47)

Berdasarkan penyebaran penduduk, Kecamatan Pangururan sebagai ibukota Kabupaten Samosir mempunyai jumlah penduduk dan rumah tangga terbesar dibandingkan dengan kecamatan lainnya dengan angka kepadatan penduduk mencapai 248,52 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga adalah 4,27 jiwa/rumah tangga, sedangkan jumlah penduduk dan rumah tangga yang paling kecil terdapat di kecamatan Harian dengan angka kepadatan penduduk sebesar 12,24 jiwa/km2 dan rata-rata penduduk tiap rumah tangga adalah 3,44 jiwa/rumah tangga.

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Samosir tahun 2009, yaitu mereka yang mempunyai jumlah pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan penduduk Kabupaten Samosir tahun 2009 adalah sebanyak 22,85 ribu jiwa atau 17,31 persen, mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 24,44 ribu jiwa atau 18,76 persen.

Tabel 1

Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Penduduk (jiwa)

Kepadatan (jiwa/km2)

Sianjur Mulamula 140,24 11.138 79,42

Harian 560,45 6.859 12,24

Sitiotio 50,76 8.780 172,97

Onanrunggu 60,89 12.768 209,69

Nainggolan 87,86 13.350 151,95

Palipi 129,55 18.963 146,38

Ronggurnihuta 94,87 10.003 105,44

Pangururan 121,43 30.178 248,52

Simanindo 198,20 19.984 100,83

JUMLAH 1.444,25 132.023 91,41


(48)

A.5.2. Pendidikan

Dalam upaya meningkatkan Sumber Daya Manusia melalui jalur pendidikan yang lebih difokuskan pada pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengecap pendidikan terutama penduduk pada kelompok usia 7-24 tahun, Pemerintah Kabupaten Samosir setiap tahun berupaya melaksanakan pembangunan sektor pendidikan melalu berbagai program, misalnya penyediaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah, peningkatan jumlah/mutu guru yang dibutuhkan, dan lain-lain, pada semua jenjang sekolah yang ada.

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 penduduk Kabupaten Samosir berusia 7-12 tahun yang masih sekolah adalah sebanyak 99,28 persen, berusia 13-15 tahun yang masih sekolah sebanyak 97,54 persen, berusia 16-18 tahun yang masih sekolah 77,28 persen, dan 19-24 tahun yang masih sekolah 7,59 persen.

Sementara itu penduduk berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf ada sebesar 2,95 persen, menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar 3,24 persen.

B. PROFIL PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA

Untuk pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010, pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga mendapat nomor urut 2 dari 7 pasangan calon


(49)

yang ikut dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Ir. Mangindar Simbolon yang lahir di Rianiate pada tanggal 21 Juni 1957, bertempat tinggal di Jl. Danau Toba, No. 3, Pangururan. Ir. Mangindar Simbolon memiliki istri bernama Roma Arta Sitinjak dan memiliki 4(empat) orang anak. Ir. Mangindar Simbolon pernah menyelesaikan pendidikan SD Negeri I Rianiate, lulus tahun 1970. Lalu melanjutkan ke SMP Negeri I Rianiate, lulus tahun 1973. Kemudian melanjutkan lagi ke SMA Negeri I Pangururuan, lulus tahun 1976 dan memiliki prestasi sebagai pelajar teladan tingkat SLTA se – Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1976. Setelah menyelesaikan pendidikan SLTA, Ir. Mangindar Simbolon melanjutkan pendidikan tingkat Strata 1(satu) nya di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui Proyek Perintis II Depdikbud/tanpa testing tahun 1977 dan kemudian lulus tahun 1981. Ir. Mangindar Simbolon kemudian melanjutkan pendidikan tingkat Strata 2(dua) di Program Magister Manajemen Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2002-2004.

Ir. Mangindar Simblon juga pernah mengikuti beberapa Pendidikan dan Latihan (Diklat) teknis dan penjenjangan struktural, yaitu kursus AMDAL di USU tahun 1982, Training Persemaian Kehutanan di Sumatera Selatan tahun 1982, kursus Orientasi Hukum Acara Pidana/KUHP bagi Pegawai Negeri Sipil di Polda Sumatera Utara tahun 1982, Plantation Management Training Course di Filipina tahun 1985, Penataan Hukum Peradilan Tata Usaha Negara (Peratun) Departemen Hukum Tata Usaha Negara (Dephut) dan Mahkamah Agung tahun 1991, Forest Fire Protection, Control and Mitigation di Pematang Siantar tahun 1991, Diklat


(50)

Perjenjangan Sepala Dephut-LAN tahun 1992, penatara proses penyidikan tindak pidana oleh PPNS Dephut-Polri tahun 1994, Diklat Penyuluhan Perundang-undangan Dephut tahun 1994, Diklat Penyuluhan SPAMA DDN-LAN tahun 1996, dan Diklat Kepemimpinan Tingkat II/SPAMEN LAN RI tahun 2001.

Ir. Mangindar Simbolon juga memiliki riwayat tugas kepanitiaan dan sosial kemasyarakatan, diantaranya menjadi Ketua Panitia Pelaksana Hari Pangan Sedunia Tingkat Provinsi Sumatera Utara di Tarutung tahun 1990, Wakil Ketua Pengurus Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1996, Kepala Sub Unit Korpri Instansi Vertikal/Provinsi di Kabupaten Tapanuli Utara tahun 1991-1993, Wakil Ketua Pengurus Cabang Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) di Kabupaten Tapanuli Utara, tahun 1991-1993, Wakil Ketua Organisasi Radio Amatir (ORARI) Tapanuli Utara-Toba Samosir tahun 1993-sekarang, Ketua Pengurus Cabang Persatuan Olah Raga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Kabupaten Toba Samosir tahun 2001-sekarang, Ketua Panitia Pelaksana Lokal Kabupaten Toba Samosir Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Dayung di Kecamatan Simanindo Tahun 2001, Ketua Panitia Pelaksana Latihan Integrasi Taruna Dewasa (Latsitarda) Nusantara XXIII Satuan Pelaksana Elang Kabupaten Toba Samosir tahun 2002, Penasehat Pengurus Lokal Radio Antara Penduduk Indonesia (RAPI) Toba Samosir tahun 2003-sekarang.

Adapun pengalaman tugas/kunjungan ke luar negeri Ir. Mangindar Simbolon adalah mengikuti Diklat Manajemen Tanaman Hutan, kerja sama


(51)

ASEAN-New Zealand di Filipina tahun 1985, mendampingi rombongan “Solubolon” PODSI Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara ke Malaysia tahun 1995 dan 1996, dan melaksanakan Study Excursion program MM-USU ke Malaysia dan Singapura tahun 2002.

Sementara itu, Ir. Mangadap Sinaga lahir di Simanampang tanggal 15 Februari 1962, tinggal di Komplek Taman Setia Budi Indah blok EE No. 12 Medan. Ir. Mangadap Sinaga memiliki istri Megawati Simbolon dan memiliki 2(dua) orang anak. Ir. Mangadap Sinaga memiliki pekerjaan sebagai Administratur Kebun Kalianta Satu PT. Padasa Enam Utama.

Ir. Mangadap Sinaga menyelesaikan pendidikan SD di SDN 2 Urat di Sinaga Uruk, lulus tahun 1975, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Palipu Mogang lulus tahun 1979, melanjutkan kembali ke SMA Negeri I Pangururan lulus tahun 1982 dan menyelesaikan pendidikan strata 1 di Fakultas Pertanian USU lulus tahun 1988.

Pengalaman organisasi yang dimiliki oleh Ir. Mangadap Sinaga adalah menjadi anggota Perhimpunan Mahasiswa Katolik Seluruh Indonesia tahun 1984.

Ir. Mangadap Sinaga memiliki pengalaman kerja yaitu menjadi kepala kebun di Perkebunan Astra Agro Niaga tahun 1990-1997, kepala proyek di PT. London Sumatera Internasional tahun 1997, estate manager di PT. Triteknik Kalimantan Abadi Tahun 1998, kepala bagian tanaman di PT. First Mujur Plantation and Industry tahun 1999-2006 dan Administratur di PT. Padasa Enam Utama tahun 2006.


(52)

C. VISI DAN MISI PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Untuk memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010, pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga memiliki visi dan misi yang sesuai dengan permasalahan yang ada dan sesuai dengan keinginan masyarakat, visi dari pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga adalah, “Tahun 2020, Kabupaten Samosir menjadi daerah tujuan wisata lingkungan terbaik di Provinsi Sumatera Utara”. Pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga mengangkat visi tersebut karena Kabupaten Samosir memiliki banyak sekali jenis objek wisata yang mampu mendatangkan turis lokal (baik dari daerah Sumatera Utara maupun dari luar daerah Sumatera Utara) dan turis asing. Dengan meningkatkan pembangunan di sektor pariwisata, dapat meningkatkan ekonomi penduduk Kabupaten Samosir.

Agar visi tersebut dapat dicapai, maka pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Snaga harus memiliki misi dan program-program kerja yang mendukung. Adapun misi, strategi pembangunan dan program-program yang akan dijalankan adalah sebagai berikut.

1) Misi yang disusun oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir.Mangadap Sinaga adalah sebagai berikut.

a. Menyelenggarakan Good Governence dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas dan sarana yang memadai dan berstandart.


(53)

b. Mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan dan berbasis lingkungan.

c. Mewujudkan masyarakat yang berbudaya, beriman, menguasai teknologi dengan situasi kondusif dan damai

d. Mewujudkan infrastruktur dan konservasi alam yang handal berdasarkan tata ruang yang mantap untuk mendukung industri pariwisata berbasis lingkungan dan budaya.

e. Mewujudkan demokrasi, penegakkan hukum dan pemberantasan korupsi. 2) Strategi pembangunan yang akan dilaksanakan berdasarkan visi dan misi

adalah sebagai berikut.

a. Strategi pembangunan berdimensi untukk kemakmuran wilayah.

b. Strategi pembangunan pemenuhan pelayanan kebutuhan dasar (kesehatan dan pendidikan).

c. Strategi pembangunnan pemenuhan infrastruktur untuk kebutuhan industri pariwisata dan pengembangan ekonomi lokal yang berbasis lingkungan dengan tata ruang yang mantap.

d. Strategi pembangunan berdimensi pemberdayaan masyarakat dengan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

3) Program-program kerja yang akan dijalankan untuk mendukung visi dan misi adalah sebagai berikut.


(54)

b. Program pengembangan wisata lingkungan.

c. Program pengembangan konservasi situs dan Sumber Daya Alam (SDA) d. Program pengembangan dan pelestarian seni dan budaya.

e. Program pengembangan pendidikan. f. Program pelayanan kesehatan.

g. Program pengembangan usaha perikanan. h. Program pengembangan usaha peternakan. i. Program pengembangan reformasi birokrasi.

j. Program pengembangan sarana dan pembinaan olahraga. k. Program pelestarian kawasan hutan.

D. KAMPANYE PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010

Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir tahun 2010 diikuti oleh tujuh pasangan calon bupati dan wakil bupati. Adapun ketujuh pasangan calon bupati dan wakil bupati Kabupaten Samosir tahun 2010 sesuai nomor urut adalah sebagai berikut:

1. Ir. Alusdin Sinaga dan Dr. Togu Harlen Lbn. Raja, SE, M.Si 2. Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga

3. Bachtiar Sitanggang dan Ir. Jeremias Sinaga,MAP

4. Drs. Jabukka Situmorang, M.Si dan Ir. R. E. Siboro, M.Si 5. Rimso Maruli Sinaga, SH dan Anser Naibaho


(55)

6. Drs. Martua Sitanggang dan Mangiring Tamba, SH 7. Ober Sihol P. Sagala dan Tigor Simbolon, ST

Jadwal kampanye yang disusun oleh Komisi Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir dimulai dari tanggal 23 Mei 2010 hingga 4 Juni 2010. Adapun jadwal kampanye untuk tiap pasangan calon dapat dilihat dari tabel dibawah ini:

Tabel 2

Jadwal Kampanye Pemilihan Kepala Daerah

No Tanggal No. Urut 1 No. Urut 2 No. Urut 3 No. Urut 4 No, Urut 5 No. Urut 6 No. Urut 7

1.

23 Mei 2010

Penyampaian Visi, Misi di Kantor Paripurna DPRD Kabupaten Samosir

2.

24 Mei 2010

Sianjur Mulamula

Harian Sitiotio Simanindo

Ronggurni Huta

Pangururan -

3.

25 Mei 2010

Harian Sitiotio Simanindo

Ronggur Ni Huta

Pangururua n

Palipi Nainggolan

4.

26 Mei 2010

Sitiotio Simanindo

Ronggur Ni Huta

Pangururan Palipi Nainggolan

Onan Runggu 5. 27 Mei 2010 Simanindo Ronggur Ni Huta

Pangururan Palipi Nainggolan

Onan Runggu Sianjr Mulamula 6. 28 Mei 2010 Debat Kandidat 7. 29 Mei 2010 Ronggur Ni Huta

Pangururan Palipi Nainggolan

Onan Runggu

Sianjur Mulamula


(56)

8. 30 Mei 2010 Debat Kandidat 9. 31 Mei 2010

Pangururan Palipi Nainggolan

Onan Runggu

Sianjur Mulamula

Harian Sitiotio

10.

1 Juni 2010

Palipi Nainggolan

Onan Runggu

Sianjur Mulamula

Harian Sitiotio Simanindo

11. 2 Juni 2010 Nainggolan Onan Runggu Sianjur Mulamula

Harian Sitiotio Simanindo

Ronggur Ni Huta 12. 3 Juni 2010 Onan Runggu Sianjur Mulamula

Harian Sitiotio Simanindo

Ronggur Ni Huta Pangururan 13. 4 Juni 2010

Sitiotio Simanindo

Ronggur Ni huta

Pangururan Palipi Nainggolan

Onan Runggu

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Samosir

E. REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010

Berikut akan disajikan tabel yang menunjukkan jumlah pemilih yang terdaftar dalam Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010, mulai dari pemilih laki-laki, perempuan, jumlah TPS, jumlah PPS dan jumlah PPK.


(57)

Tabel 3

Rekapitulasi Jumlah Pemilih dan TPS Pemilihan Kepala Daerah

No. Nama

Kecamatan

Pemilih Terdaftar Jumlah

TPS Jumlah PPS Jumlah PPK Laki-laki

Perempuan Jumlah

1. Harian 2008 2153 4161 22 11 1

2. Pangururan 7726 7936 15662 75 28 1

3. Nainggolan 3156 3383 6539 35 12 1

4. Ronggurnihuta 2199 2273 4472 19 8 1

5. Palipi 4246 4426 8672 46 13 1

6. Onanrunggu 2652 2892 5544 31 12 1

7. Sitiotio 1847 1938 3785 19 6 1

8. Sianjur

Mulamula

2505 2619 5124 26 11 1

9. Simanindo 5169 5601 10770 52 16 1

Jumlah 31508 33221 64729 325 117 9

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Samosir

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa jumlah pemilih terdaftar dalam Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 yaitu 64.729 orang. Selain itu dapat disimpulkan bahwa jumlah pemilih perempuan lebih banyak dibandingkan dengan pemilih laki-laki.

F. HASIL REKAPITULASI PILKADA KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010

Hasil dari pilkada kabupaten Samosir tahun 2010 dimenangkan oleh pasangan nomor urut 2, yaitu Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga dengan total suara 23.516 suara (36, 81 %). Pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor


(58)

Simbolon mendapatkan suara terbanyak kedua dengan total suara 20.443 suara (32%). Berikut adalah rekapitulasi suara dari setiap pasangan calon.

Tabel 4

Hasil Rekapitulasi Pilkada Kabupaten Samosir Tahun 2010

Sumber : Komisi Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Samosir

Dari hasil rekapitulasi suara sah pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Samosir tahun 2010 oleh KPUD Kabupaten Samosir dapat dilihat keunggulan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga hampir di setiap kecamatan, kecuali kecamatan Pangururan dan Simanindo, yang dipegang oleh No

.

Nama Kecamatan

Peroleh Suara Pasangan Calon dalam Pilkada Kab. Samosir tahun 2010 Alusdin Sinaga-Togu Harlen Lbn.Ra ja Mangindar Simbolon-Mangadap Sinaga Bachtiar Sitangga ng-Jeremias Sinaga Jabung ka Situmor ang-R.E.Sib oro Rimso Sinaga-Anser Naibaho Martua Sitanggang -Mangiring Tamba Ober Sihol Sagala-Tigor Simbolon

1. Pangururan 118 5464 1161 103 1392 1717 5493

2. Simanindo 614 3362 988 52 1128 1009 3494

3. Ronggur

Nihuta

34 1749 213 19 277 522 1623

4. Palipi 130 3279 402 67 1443 893 2325

5. Nainggolan 130 2703 154 50 755 978 1683

6. Onan

Runggu

265 2033 63 39 800 819 1465

7. Harian 16 1864 123 1 305 755 1025

8. Sianjur Mulamula

26 1707 48 88 93 493 2602

9. Sitio-tio 85 1355 45 59 366 1082 733

Jumlah Akhir 1418 23516 3197 478 6559 8268 20443


(59)

pasangan Ober Sihol Sagala – Tigor Simbolon. Dan suara paling sedikit diperoleh pasangan Jabungka Situmorang – R.E. Siboro.


(60)

BAB III

BRANDING DAN POSITIONING IR. MANGINDAR SIMBOLON DAN IR. MANGADAP SINAGA

A. BRANDING PASANGAN IR. MANGINDAR SIMBOLON – IR. MANGADAP SINAGA

Keberhasilan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 tidak terlepas dari kualitas penerapan strategi branding dan positioning yang sangat baik. Dimana tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simblon – Ir. Mangadap Sinaga memiliki peranan yang sangat besar dalam memasarkan kandidat kepala daerah ini kepada masyarakat diseluruh kecamatan di Kabupaten Samosir. Kemenangan yang diraih oleh pasangan ini adalah hasil kerja keras dari partai pendukung dan tim pemenangan di daerah-daerah yang benar-benar menjalankan strategi politik yang sudah direncanakan sebelum pemilihan berlangsung.

Branding yang dijalankan tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga adalah mempersiapkan pemimin yang sebenarnya diinginkan oleh masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Manusun Sitanggang (Ketua Tim Pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga) bahwa strategi untuk memenangkan pilkada tidak hanya terpusat pada kampanye saja, tetapi lebih melihat keadaan ditengah-tengah masyarakat, yaitu apa yang sebenarnya rakyat butuhkan saat itu, dan sebagai tim


(1)

sektor pariwisata, serta mengembangkan ekonomi kerakyatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Kedua, kunci pokok kesuksesan tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga terletak pada terstrukturnya strategi political marketing yang disusun dan menjalankan semua program nya dengan baik. Dengan melihat bagaimana situasi dan kondisi yang ada ditengah-tengah masyarakat, kemudian menghadirkan produk politik, seperti pelaksanaan good governence, pembangunan di bidang pertanian, perikanan, peternakan dan pariwisata, dalam hal ini pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga, sebagai pasangan yang mampu memberikan yang terbaik dari apa yang diinginkan oleh masyarakat Kabupaten Samosir.

Ketiga, melambungnya perolehan suara pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir yang lalu juga dipengaruhi oleh sosok Ir. Mangindar Simbolon yang memiliki pengalaman. Ir. Mangindar Simbolon merupakan Bupati terpilih untuk periode tahun 2005-2010, sehingga Ir. Mangindar Simbolon sudah cukup dikenal oleh masyarakat dan dipercaya untuk mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada di Kabupaten Samosir.

Keempat, terpilihnya pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Samosir untuk periode 2010-2015 tidak terlepas dari latar belakang pasangan ini, yaitu dari bidang pertanian, karena Kabupaten Samosir memiliki mayoritas penduduk yang bekerja sebagai


(2)

petani. Masyarakat menilai, pasangan ini mampu memberikan solusi dalam menyelesaikkan masalah-masalah yang dihadapi oleh petani.

Kelima, kunci pokok kesuksesan tim pemenangan pasangan ini dalam melakukan political marketing tersebut terletak pada keterampilannya dalam melakukan interaksi berkomunikasi. Interaksi komunikasi yang dilakukan oleh tim pemenangan ataupun simpatisan dalam memenangkan pasangan-pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dalam pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 dengan mengandalkan keluarga, partai dan simpatisan, dimana masing-masing menjalankan tugas nya dengan baik, dan mampu membaur kedalam kelompok-kelompok yang telah diklasifikasikan oleh tim pemenangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga.

B. IMPLIKASI TEORITIS

Menurut Ruslan, pengertian tentang citra pada dasarnya hal yang abstrak dan tidak bisa diukur secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang berasal dari khalayak secara khususnya dan masyarakat luas. Sedangkan menurut Nimmo, citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara. Dengan demikian, jelas bahwa citra yang dimiliki oleh pasangan yang mencalonkan diri menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah sangat mempengaruhi pemilih dalam menentukan hak pilihnya, baik dari atribut


(3)

politiknya, personal kandidat, maupun dari segi etnis, agama dan kontribusinya terhadap daerah pemilihan.

Menurut Firmanzah, dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha untuk menjaga fokus pikiran, orientasi dan kesadaran voters atau masyarakat untuk tetap mengingat serta mengarahkan referensi utama tentang partai politik atau kandidat yang akan mereka pilih. Dengan kata lain, menciptakan persepsi dalam pikiran masyarakat untuk yakin memilih. Artinya, bila semakin baik persepsi yang diciptakan, maka akan sangat mempengaruhi masyarakat untuk lebih yakin memilih calon kepala daerah dan wakil kepala daerah.

Penelitian ini mencoba membuktika apakah branding dan positioning yang dimiliki oleh pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga dapat mempengaruhi masyarakat Kabupaten Samosir untuk memilih mereka dalam Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Tim pemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga membuat branding terhadap pasangan Ir. Mangindar Simbolon dan Ir. Mangadap Sinaga adalah bahwa pasangan ini lah nanti yang akan memenangkan Pilkada Kabupaten Samosir, bukan hanya sekedar kesamaan agama dan etnis saja. Adapun cara-cara yang dilakukan adalah melaksanakan program kerja yang sudah di survei terlebih dahulu ke tengah-tengah masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa branding dan positioning menjadi faktor yang mempengaruhi masyarakat Kabupaten Samosir untuk memilih pasangan Ir.


(4)

Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010.

Maka penelitian ini membuktikan bahwa pendapat yang diungkapkan Ruslan, Nimmo dan Firmanzah bahwa adanya hubungan positif branding dan positioning yang dimiliki calon mempengaruhi pemilih dan memenangkan pasangan calon terbukti benar pada Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010. Dengan kata lain, salah satu faktor yang mempengaruhi kemenangan pasangan Ir. Mangindar Simbolon – Ir. Mangadap Sinaga pada Pilkada Kabupaten Samosir tahun 2010 adalah branding dan positioning yang dimiliki oleh pasangan tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindoo Persada. Chalid (ed), Phenie. 2006. Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos

Good Governance. Jakarta: Partnership Kemitraan.

Firmanzah. 2007. Marketing Politik. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Juliantara, Dadang. 2004. Pembaruan Kabupaten. Yogyakarta: Pembaruan.

Mahmud, M. Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar jilid I. BPFE: Yogyakarta Prakarsa Terpadu.

Morissan, Dalam. 2007. Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Ramdina Prakarsa Terpadu.

Mulyana, Dedy. 2002. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Edisi ke-4.

Namawi, Hadari. 1987. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nasution, M. Arif. 2005. Nasionalisme dan Isu-Isu Lokal. Medan: USU Press. Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik Khalamatak dan Efek. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nursal, Adnan. 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: PT Gramedia.

Pito, Toni Adrianus, dkk. 2006. Mengenal Teori-Teori Politik Dari Sistem Politik Sampai Korupsi. Bandung: Penerbit Nuansa.

Prihatmoko, Joko J. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Semarang: Pustaka Pelajar.


(6)

Rakhmat, Jalaludin. 2001. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung: Fokusmedia.

Riswandi. 2009. Komunikasi Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ruslan, Rosady. 2002. Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Singarimbun, Masri. 1987. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Soehadi, Agus W. 2005. Effective Branding. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Thubany, Syamsul Hadi. 2005. Pilkada Bima 2005: Era Baru Demokratisasi

Lokal Indonesia. Tuban: Bina Swagiri.

Yudhoyono, Bambang. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Buletin :

Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik. Kajian Bulanan LSI Edisi 03 Juli 2007. www.lsi.co.id/2007/07.