Strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah (Studi Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011)

(1)

STRATEGI PEMASARAN POLITIK DALAM PEMENANGA PEMILIHAN KEPALA DAERAH.

( Studi kasus Bonaran Situmeang dan Syukran Tanjung Dalam pemilihan Kepala Daerah Tapanuli Tengan Tahun 2011 )

DI susun oleh: AGUSTINA. MANALU

070906019

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK.

AGUSTINA. MANALU (070906019)

STRATEGI PEMASARAN POLITIK DALAM PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi bonaran situmeang dan syukran tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli tengan tahun 2011).

Rincian isi Skripsi, 105 halaman,19 tabel 20 buku, 2 situs internet,majalah, jurnal, surat kabar,4 wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah,bonaran situmeang dan syukran tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli tengah Tahun 2011. Dimana pemilihan kepala daerah Tapanuli tengah ini di menangkan oleh bonaran situmeang dan syukran tanjung, mereka ini di usung oleh partai PDIP, dan Golkar, serta partai Hanura, dari tiga calon yang menjadi balon bupati adalah pasangan Bonaran situmeang- Syukran tanjung, dan Tasrif Tarihoran – Raja Asih purba, dan Dina riana samosir- hikmal Batu Bara,ketiga pasangan ini sangat bersaing, dimana salah satu calon tersebut adalah Dina Riana samosir, adalah istri dari Tuani Lumban Tobing,yang mana Tuani lumban Tobing ini adalah Bupati Tapanuli Tengah yang masih menjabat, maka dari itu persaingan sangat terasa pada pemilihan kepala daerah.strategi yang digunakan dalam hal ini adalah strategi pemasaran politik,peran pemasaran politik,dan Branding dan positioning politik, dengan melihat fenomena diatas, maka penelitian ini menjawab satu pertanyaan, bagaimana strategi pemasaran politik dalam pemenangan Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan Kepala daerah Tapanuli Tengah,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi pemasaran politik dalam pemenangan Bonaran dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala Daerah kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yang menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah,Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011. Salah satu kunci keberhasilan yang dilakukan oleh tim pemenangan Bonaran dan syukran tanjung adalah membangun hubungan interksi dengan masyarakat dengan baik, dan bantuan sosial kepada masyarakat.


(3)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE.

AGUSTINA. Manalu (070906019)

POLITICAL MARKETING STRATEGY IN REGIONAL CHIEF ELECTION winnings (Studies and syukran Bonaran Situmeang headland in local elections amid Tapanuli in 2011). Details of the contents Thesis, 105 pages, 19 tables of 20 books, two Web sites, magazines, journals, newspapers, four interviews.

ABSTRACT

This study tries to give an idea of political marketing strategy in winning local elections, and syukran Bonaran Situmeang promontory in the middle Tapanuli local elections in 2011. Where local elections are in the middle Tapanuli won by Bonaran Situmeang and syukran headland, they are in the stretcher by a party PDIP and Golkar, and Hanura party, of the three candidates who became regent is a partner Bonaran balloon-Syukran Situmeang headlands, and Tasrif Tarihoran - Asih ancient king, and Dina riana-hikmal Naidoo Coal, the third pair is very competitive, where one candidate was Dina Riana Naidoo, is the wife of Tuani Lumban Tobing, Tuani Lumban Tobing which is regent of Central Tapanuli an incumbent, therefore competition is felt in the elections daerah.strategi used in this case is a political marketing strategy, the role of political marketing, branding and positioning and politics, with a look at the phenomenon of the above, then this study to answer one question, how political marketing strategy in winning Bonaran Situmeang and Syukran Cape in the selection of the Chief of the Central Tapanuli.

The purpose of this study was to determine the award of political marketing strategy and Syukran Bonaran Cape in the election of the Regional District of Central Tapanuli Year 2011.Penelitian uses qualitative research, using interviews and a literature study to explore the political marketing strategy in winning local elections , Bonaran Situmeang and Syukran Cape in Central Tapanuli local elections in 2011. One key to success by winning the team Bonaran and syukran interksi headland is building relationships with the community well, and social assistance to the community.


(4)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh Nama : Agustina. Manalu

NIM : 070906019 Departemen : ilmu politik

Judul : Strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah ( Studi Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011)

Menyetujui:

Ketua

Departemen Ilmu Politik.

Dra. T.Irmayani, M.si. NIP.196806301994032001

Dosen pembimbing Dosen pembaca

(Prof. Subhilhar, MA,PH.D) ( Faisal Andri Mahrawa,S.IP.MsI NIP NIP. 196207181987101001 NIP. 197512222008121002

Mengetahui Dekan FISIP USU,

(Prof.Dr.Badaruddin.M.Si) NIP.196805251992031002


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini guna untuk melengkapi syarat mencapai gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya ini adalah “Strategi pemasaran politik dalam pemilihan kepala daerah( Studi Bonaran dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala Daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011.

Penulis menyadari bahwa kertas karya ini jauh dari sempurna, baik dari pengkajian kalimat, penguraian materi, dan pembahasan masalah. Tetapi berkat dari bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

Dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, kepada :

1 Prof Subhilhar,MA,Ph.D selaku pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan berupa masukan dan kritik yang membangun.dan waktu kepada penulis 2 Bapak Faisal Andri Mahrawa,S,IP,Msi selaku Dosen pembaca masukan-masukan

yang diberikan kepada penulis

3 Kepada ibu irma sebagai ketua jurusan dan staff pengajar fakultas ilmu politik, atas arahan, bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama menjadi mahasiswa ilmu politik,

4 Karya ku ini ku persembahkan Kepada keluarga ku (bapak) R.manalu. dan Ibu tercinta.M panjaitan,yang telah banyak membantu dan memberikan perhatian yang banyak kepada penulis, yang selalu ibu ingatkan agar tetap sehat, dan makan, jika sibuk dengan tugas tugas kuliah kepada penulis, dan yang telah banyak memberikan moril kepada penulis, sehingga penulis menyelesaikan studi ini, semoga Tuhan selalu memberkati keluarga kita.

5 Kupersembahkan juga kepada saudaraku Pak yona,dan mama Yona, pak lisa dan mama lisa,pak noel dan mama noel, kak ku,Rina, n adik adikku, lian, adi, dan rosa


(6)

pudan, Yona, dwi, Lisa, dan ikki, keponakan penulis yang lucu, lucu, yang telah banyak memberikan semangat kepada penulis,

6 Ku persembahkan juga kepada Pak PasTor, Rantinus manalu, dan bang Ueng, dan Bethel ginting yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan karya ini,

7 Karya kecil ku ini kupersembahkan juga untuk orang yang saya cintai Benny sihotang SE, yang selama ini selalu menemani saya, disaat saya susah dan sedih, dia selalu ada untuk menemani saya hingga karya ini selesai,

8 Kepada teman teman saya Rida adik Politik 08 saya dan juga yang mau mendapat gelar sarjana seperti saya, yang selalu memberikan waktunya untuk membantu saya, Vera sihaloho, edi, resti dan nego marbun, yang selalu memberikan semangat kepada saya.

9 Kepada teman-temanku seluruhnya anak Kos paten 10, yang tak dapat penulis sebut namanya satu persatu, chayoo,,semangat trus.


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak……… i

Abstract………. ii

Halaman Persetujuan………. iii

Kata Pengantar……….. iv

Daftar Isi……….. vi

Daftar Tabel dan Gambar………. ix

BAB I PENDAHULLUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Perumusan Masalah... 9

1.3.Tujuan Penelitian... 9

1.4. Manfaat Penelitian... 10

1.5. Tinjauan Pustaka... 10

1.5.1. Pemasaran Politik (Political Marketing)... 10

1.5.2.Peran Marketing dalam Politik... 12

1.5.3. Branding dan Positioning Politik... 15

1.5.4.Segmentasi Politik... 17

1.5.5.Positioning... 20


(8)

1.5.7. Mobiliasasi Politik... 23

1.5.8. Praktek Mobilisasi... 25

1.6. Kerangka Konsep... 32

1.7. Kerangka Operasional... . 33 1.8. Metode Penelitian... 34

1.9. Analisa Data... 35

1.10.Sistematika Penulisan... 36

BAB II DESKRIPSI LOKASI... 35

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah... 35

2.2. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah 2011... 42

2.3. Rekapitulasi Jumlah Daftar Pemilih Tetap... 44

2.4. Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah 2011... 47

2.5.Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pilkada Kabupaten Tapanuli Tengah... 49

BAB III PENYAJIAN DATA... 52

3.1. Permasalahan Pokok Di Kabupaten Tapanuli Tengah... 54


(9)

3.3. Analisis SWOT Program Pembangunan Pasangan Bonaran Situmeang

dan Sukran Tanjung... 64

3.4. Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Tapanuli Tengah... 67

3.5. Program Kerja dan Prioritas Pembangunan Pasangan Bonaran Situmeang dan Sukran Tanjung... 69

3.6. Strategi Pemasaran Politik Bonaran Situmeang dan Sukran Tanjung... 81

3.7. Marketing Politik Bonaran Situmeang dan Syukran Tanjung... 83

3.7.1. Kampanye Dari Pintu Ke Pintu {Door to Door Campaign)... 86

3.7.2. Kampanye massa tidak langsung (Indirect Mass Campaign)... 88

3.7.3. Kampanye Massa Langung (Direct Mass Campaign)... 89

3.8. Langkah-Langkah Pemenangan ... 90

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 94

4.1. Kesimpulan... 94

4.2. Saran-Saran... 95


(10)

DAFTAR TABEL dan Gambar

Tabel 1.1 Klasifikasi segmentasi oleh Firmasyah……….. 19 Tabel 2.1. Rekapitulasi Jumlah Daftar Pemilih Tetap Pemilihan Umum

Bupati dan Wakil Bupati Tapanuli Tengah 2011……… 48 Tabel 2.2 Daerah Pemilihan (DAPIL) Pemilihan Kepala Daerah

Kabupaten Tapanuli Tengah 2011 ……… 50 Tabel 2.3 Jadwal Kampanye Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2011 ……… 51 Tabel 2.4 Tempat Kampanye Terbuka/ Rapat Umum Pemilihan

Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011 ………. 52 Tabel 2.5 Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara Pilkada Kabupaten

Tapanuli Tengah ……… 53 Gambar 1.1 Kampanye Bonaran Situmeang di Barus ……… 97


(11)

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK.

AGUSTINA. MANALU (070906019)

STRATEGI PEMASARAN POLITIK DALAM PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

(Studi bonaran situmeang dan syukran tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli tengan tahun 2011).

Rincian isi Skripsi, 105 halaman,19 tabel 20 buku, 2 situs internet,majalah, jurnal, surat kabar,4 wawancara.

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba memberikan gambaran tentang strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah,bonaran situmeang dan syukran tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli tengah Tahun 2011. Dimana pemilihan kepala daerah Tapanuli tengah ini di menangkan oleh bonaran situmeang dan syukran tanjung, mereka ini di usung oleh partai PDIP, dan Golkar, serta partai Hanura, dari tiga calon yang menjadi balon bupati adalah pasangan Bonaran situmeang- Syukran tanjung, dan Tasrif Tarihoran – Raja Asih purba, dan Dina riana samosir- hikmal Batu Bara,ketiga pasangan ini sangat bersaing, dimana salah satu calon tersebut adalah Dina Riana samosir, adalah istri dari Tuani Lumban Tobing,yang mana Tuani lumban Tobing ini adalah Bupati Tapanuli Tengah yang masih menjabat, maka dari itu persaingan sangat terasa pada pemilihan kepala daerah.strategi yang digunakan dalam hal ini adalah strategi pemasaran politik,peran pemasaran politik,dan Branding dan positioning politik, dengan melihat fenomena diatas, maka penelitian ini menjawab satu pertanyaan, bagaimana strategi pemasaran politik dalam pemenangan Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan Kepala daerah Tapanuli Tengah,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi pemasaran politik dalam pemenangan Bonaran dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala Daerah kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011.Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yang menggunakan metode wawancara dan studi kepustakaan untuk mengeksplorasi tentang strategi pemasaran politik dalam pemenangan pemilihan kepala daerah,Bonaran situmeang dan Syukran Tanjung dalam pemilihan kepala daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011. Salah satu kunci keberhasilan yang dilakukan oleh tim pemenangan Bonaran dan syukran tanjung adalah membangun hubungan interksi dengan masyarakat dengan baik, dan bantuan sosial kepada masyarakat.


(12)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

SCIENCE FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF POLITICAL SCIENCE.

AGUSTINA. Manalu (070906019)

POLITICAL MARKETING STRATEGY IN REGIONAL CHIEF ELECTION winnings (Studies and syukran Bonaran Situmeang headland in local elections amid Tapanuli in 2011). Details of the contents Thesis, 105 pages, 19 tables of 20 books, two Web sites, magazines, journals, newspapers, four interviews.

ABSTRACT

This study tries to give an idea of political marketing strategy in winning local elections, and syukran Bonaran Situmeang promontory in the middle Tapanuli local elections in 2011. Where local elections are in the middle Tapanuli won by Bonaran Situmeang and syukran headland, they are in the stretcher by a party PDIP and Golkar, and Hanura party, of the three candidates who became regent is a partner Bonaran balloon-Syukran Situmeang headlands, and Tasrif Tarihoran - Asih ancient king, and Dina riana-hikmal Naidoo Coal, the third pair is very competitive, where one candidate was Dina Riana Naidoo, is the wife of Tuani Lumban Tobing, Tuani Lumban Tobing which is regent of Central Tapanuli an incumbent, therefore competition is felt in the elections daerah.strategi used in this case is a political marketing strategy, the role of political marketing, branding and positioning and politics, with a look at the phenomenon of the above, then this study to answer one question, how political marketing strategy in winning Bonaran Situmeang and Syukran Cape in the selection of the Chief of the Central Tapanuli.

The purpose of this study was to determine the award of political marketing strategy and Syukran Bonaran Cape in the election of the Regional District of Central Tapanuli Year 2011.Penelitian uses qualitative research, using interviews and a literature study to explore the political marketing strategy in winning local elections , Bonaran Situmeang and Syukran Cape in Central Tapanuli local elections in 2011. One key to success by winning the team Bonaran and syukran interksi headland is building relationships with the community well, and social assistance to the community.


(13)

BAB I

PENDAHULLUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang menggunakan sistem demokrasi dimana rakyat memiliki peranan penting didalam urusan negara, atau demokrasi merupakan kekuasaan rakyat berbentuk pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut mengambil bagian dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para pemimpin dan pejabat formal itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi merupakan titipan rakyat atau merupakan kekuasaan yang dilimpahkan rakyat kepada pemimpin dan pribadi-pribadi penguasa. Rakyat membuat kontrak social lewat perwakilannya untuk mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah yang dipilih. Maka akan ada aturan main yang berupa Undang-Undang Dasar, Undang- Undang, Peraturan Hukum dan sebagainya. Kemudian dibuat dan ditetapkan dengan maksud agar dengan sarana-sarana kekuasaan titipan yang dilaksanakan oleh pejabat atau penguasa itu benar-benar mulus lurus, benar dan jujur, demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Dan tidak dimanipulasikan demi kepentingan pribadi para pemimpin dan pejabat untuk mengeruh keuntungan dan memperkaya diri.

Pembuatan kontrak sosial tersebut dilakukan melalui pemilu (pemilihan umum) yakni sarana demokrasi yang dari padanya dapat ditentukan siapa yang berhak menduduki kursi di


(14)

lembaga politik negara, legislatif dan eksekutif. Melalui pemilu rakyat memilih figur yang dapat dipercaya yang akan mengisi

Jabatan legislatif dan jabatan eksekutif. Dalam pemilu, rakyat yang telah memenuhi persyaratan untuk memilih, secara bebas dan rahasia, menjatuhkan pilihannya pada figur yang dinilai sesuai dengan aspirasinya. 1

Dalam rangka pembagian kekuasaan negara (secara vertikal) dibentuk daerah-daerah yang bersifat otonom dengan bentuk dan susunan pemerintahannya yang diatur dalam undang-undang. Sehingga pemerintah pusat menyelenggarakan pemerintahan nasional dan pemerintah daerah menyelenggarakan pemerintahan daerah, pembagian kekuasaan daerah itu disebut dengan desentralisasi yang dipahami sebagai penyerahan wewenang politik dan perundang-undangan untuk perencanaan, pengambilan keputusan dan manajemen pemerintah (pusat) kepada unit-unit sub nasional (daerah/wilayah) administrasi negara atau kepada kelompok-kelompok fungsional atau organisasi non-pemerintahan swasta.2 Dan Otonomi daerah merupakan bagian sistem politik yang diharapkan memberikan peluang bagi warga Negara untuk lebih mampu menyumbangkan daya kreativitasnya.3

Gagasan otonomi daerah melekat pada pelaksanaan UU No.32 Tahun 2004 mengenai pemerintahan daerah yang sangat berkaitan dengan demokratisasi kehidupan politik dan pemerintahan baik tingkat lokal maupun ditingkat nasional. Agar demokrasi bisa terwujud maka daerah harus memiliki kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri.4

1

Hendarmin Ranadireksa, Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia, 2007, h.173-174

Sehingga muncul konsep pembaruan kabupaten yang dirumuskan sebagai transformasi kabupaten yang hendak menegaskan bahwa pembaruan bermakna sebagai tidak lagi bekerja

2

Bambang Yudhoyono, Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001, h. 20 3

M.Arif Nasution, Nasionalisme dan Isu-Isu Lokal, Medan:USU Press, 2005, h. 63 4


(15)

Dengan skema dan watak yang lama, melainkan telah bekerja dengan skema dan watak yang baru. Proses pembaruan haruslah dapat memberikan kepastian bahwa nasib rakyat akan berubah menjadi lebih baik lagi. Pembaruan kabupaten juga berarti “perombakan” menyeluruh yang dimulai dari paradigma seluruh elemen yang ada atau mengorganisir seluruh sumber daya yang ada agar mengabdi pada kepentingan masa rakyat. 5

Pemilihan Kepala Daerah merupakan rekrutmen politik yaitu penyeleksian rakyat terhadap tokoh-tokoh yang mencalonkan diri sebagai kepala daerah baik Gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati atau walikota/wakil walikota. Actor utama sistem pemilihan kepala daerah adalah rakyat, parpol dan calon kepala daerah. Ketiga aktor tersebut terlibat langsung dalam kegiatan pemilihan kepala daerah. Kegiatan tersebut antara lain: pendaftaran pemilih, pendaftaran calon, penetapan calon, kampanye, pemungutan dan penghitungan suara, dan penetapan calon terpilih.

Dengan adanya pemilihan kepala daerah diharapkan dapat menunjang tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru yang pro demokrasi di daerah. Pemerintah di tingkat lokal akan semakin dekat dengan rakyat yang pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas yang tinggi dari rakyat untuk pemerintah daerah dan juga akan terciptanya respon yang baik dari rakyat. Rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik baik dalam memilih atau dipilih. Setiap warga Negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan politik. Warga Negara berhak melakukan kegiatan secara bebas menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Dengan adanya pemilihan kepala daerah diharapkan dapat menunjang tumbuhnya kekuatan-kekuatan baru yang pro demokrasi di daerah. Pemerintah di tingkat lokal akan semakin dekat dengan rakyat yang pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas yang tinggi

5


(16)

dari rakyat untuk pemerintah daerah dan juga akan terciptanya respon yang baik dari rakyat. Rakyat memiliki hak untuk berpartisipasi dalam politik baik dalam memilih atau dipilih. Setiap warga Negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan politik. Warga Negara berhak melakukan kegiatan secara bebas menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul serta mempublikasikan informasi kepada publik.

Kenyataan ini sejalan dengan pengertian bahwa desentralisasi adalah transfer kekuasaan politik tidak hanya terbatas pada pendelegasian sebagai otoritas pusat kepada daerah secara administratif. Pilkadasung menjadi isu sentral dalam diskursus politik nasional dan dipandang sebagai bagian dari proses perwujudan otonomi daerah. Pelaksanaannya menjadi momentum yang sangat penting bagi proses demokratisasi politik di tingkat lokal. Rakyat dan lembaga daerah akan terlibat langsung dalam mengelola pilkada nantinya. Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah bergeser ke arah yang lebih maju yaitu kewenangan politik. Pemimpin daerah tidak lagi menjadi pemimpin yang bersifat administratif perwakilan pemerintah pusat di daerah tapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat. pemerintah pusat di daerah tapi juga pemimpin politik di daerah karena dipilih dan mendapatkan legitimasi yang kuat dari rakyat. 6

Selain itu partai politik meyakini bahwa ada perbedaan karakteristik antara pemilihan kepala daerah langsung (pilkadasung) dengan pemilihan umum (pemilu) legislatif. Dalam pemilu legislatif, pemilih memilih partai politik, sementara dalam Pilkada pemilih memilih orang (kandidat). Dalam Pilkadasung, kandidat yang mempunyai ketokohan tinggi akan lebih

6

Phenie Chalid (ed), Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta : Partnership Kemitraan, 2006, hal.2


(17)

dipilih, tidak peduli berasal dari partai mana. Hal inilah yang menyebabkan betapa pentingnya tahap rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik 7

Dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan dalam skala internasional yang diantaranya; penelitian yang dilakukan Stephan C. M. Henneberg (2004) adalah bahasan marketing politik yang lebih mengupas tentang teori.

8

Kemudian Avraham Shama (1976) melakukan penelitian marketing politik yang lebih mengacu pada bahasan tentang pemasaran kandidat politik.9 Begitupun dengan penelitian yang dilakukan dalam skala nasional, Asto S. Subroto (2008) melakukan penelitian dengan poin bahasan tentang komunikasi efektif dalam marketing politik, yang dilakukan oleh kandidat caleg pada saat melakukan kampanye dalam pemilu legislatif.10

Semakin banyaknya pilihan media komunikasi juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing dalam berpolitik di Indonesia. Political Marketing sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai suatu disiplin ilmu, karena aplikasinya di lapangan memerlukan metodologi yang kuat untuk dapat memberikan hasil yang efektif. Sekedar ikut-ikutan saja tidak akan memberikan hasil selain membuang biaya percuma. Dalam hal ini institusi kampus harus mampu mengembangkan dan menawarkan ilmu ini sebagai suatu bidang studi. Ahli-ahli pemasaran politik akan semakin dibutuhkan di Indonesia.

Penerapan marketing yang paling nyata di Indonesia adalah positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman masyarakat Indonesia, maka positioning seorang kandidat ataupun parpol harus dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda. Pemahaman profil pemilih atau calon pemilih di suatu wilayah menjadi sebuah keharusan bagi parpol untuk bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di satu wilayah

7

Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007, www.lsi.co.id/2007/07/, diakses tanggal 30 November 2008

8 http://www.bath.ac.uk/management/research/pdf/2004-01.pdf 9 http://www.springerlink.com/content/q68926523ww0888w/fulltext.pdf 10 http://www.astosubroto.com/?p=121


(18)

harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa jadi berbeda dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang dapat mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia, diantaranya adalah popularitas dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai pendongkrak suara.

Tapanuli Tengah adalah sebuah kabupaten di Sumatera Utara. Ibu kotanya adalah Pandan. Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai Daerah Otonom dipertegas oleh Pemerintah dengan Undang-undang Nomor 7 Drt 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah tanggal 24 Agustus 1945. Kabupaten Tapanuli Tengah terletak di pesisir Pantai Barat Pulau Sumatera dengan panjang garis pantai 200 km dan wilayahnya sebagian besar berada di daratan Pulau Sumatera dan sebagian lainnya di pulau-pulau kecil dengan luas wilayah 6.194,98 km². Luas wilayah : 2.194,98 Km2 (219.498 Ha) atau sekitar 3,03% dari luas Provinsi Sumatera Utara (72.516,69 Km2), yang terletak pada koordinat 1°11’00” - 2°22’0” lintang utara, serta 98°07’ - 98°12’ BT Bujur Timur.

Kabupaten Tapanuli Tengah sangat potensial bagi pengembangan sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pariwisata dan pertambangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Tengah dapat diketahui bahwa jenis komoditi unggulan bidang pertanian di kabupaten Tapanuli Tengah adalah padi sawah, dimana pada tahun 2009 jenis komoditi ini menyumbangkan 77,93% terhadap jumlah produksi keseluruhan di bidang pertanian di Kabupaten Tapanuli Tengah disusul dengan komoditi ubi kayu sebesar 11,78%. Sedangkan untuk dibidang Perkebunan komoditi terbesar adalah sawit yang menyumbangkan sebesar 53,81%, disusul dengan komoditi karet sebesar 33,00%. Jumlah produksi yang disumbangkan oleh komoditi perkebunan tiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga perlu dilakukan upaya pengembangan yang tepat dan lebih optimal


(19)

sehingga produksi dan kualitas komoditi unggulan ini bisa tetap meningkat ditahun-tahun yang akan datang.Selain bidang pertanian dan perkebunan, maka sektor potensial di Kabupaten Tapanuli Tengah yang belum dikembangkan secara maksimal adalah peternakan. Populasi ternak yang dominan di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah ayam. Berdasarkan data statistik dapat diketahui bahwa populasi ternak ayam kampung sangat mendominasi, yaitu sebesar 309.081 ekor atau 84,99% terhadap total populasi ternak yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah pada

tahun 2009, hanya saja presentasenya berfluktuasi dari tahun 2005-2009, dengan demikian perlu dilakukan upaya pengembangan yang lebih optimal sehingga sektor peternakan ini meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Perikanan air laut dan tawar juga merupakan sektor potensial yang cukup baik untuk dikembangkan di Kabupaten Tapanuli Tengah terutama di kecamatan sepanjang pesisir Pantai Barat.

Pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Komisi Pemilihan Umum (KPU) Tapanuli Tengah (Tapteng) menetapkan tiga dari enam pasangan bakal calon (balon) sebagai calon bupati dan wakil bupati periode 2011 – 2016 pada Pilkada 2011 mendatang, Senin 13 Desember 2010.

Ketiganya yakni, pasangan calon Bonaran Situmeang – Syukran Tanjung, Tasrif Tarihoran – Raja Asih Purba,dan Dina Riana Br Samosir – Hikmal Batubara. Dalam rapat pleno penetapan dan pencabutan nomor urut yang dilaksanakan di Aula Kantor KPU Tapteng, kemarin, Ketua KPU Tapteng Kabul Lumbantobing menuturkan, penetapan pasangan calon itu sesuai hasil klarifikasi administrasi dan faktual.Hasilnya telah dituangkan dalam berita acara Nomor 730/KPU/TT/002.434687/XII/2010 tentang Penetapan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati pada Pilkada Tapteng tahun 2011.”Semua ini berdasarkan peraturan perundang-undangan Nomor 13 tahun 2010 junto (Jo) KPU Nomor 2/2010 tentang


(20)

Pedoman Teknis dan Peraturan KPU Tapteng Nomor 16/2010,” katanya didampingi anggota KPU Maruli Firman Lubis, Irwanner Muda Ritonga, Syahrial Sinaga,dan Dewi Efriana. Sementara itu,dari hasil pencabutan nomor urut yang dilaksanakan kemarin,pasangan calon Bonaran Situmeang – Syukran Tanjung memperoleh nomor urut 1 di Pilkada mendatang. Sementara itu, nomor urut 2 yakni pasangan Tasrif Tarihoran – Raja Asih Purba dan nomor urut 3 pasangan Dina Riana Br Samosir – Hikmal Batubara.

Dengan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk meneliti STRATEGI PEMASARAN POLITIK DALAM PEMENANGAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Bonaran dan Syukran Tanjung dalam Pemilihan Kepala Daerah Tapanuli Tengah Tahun 2011).

1.2.Perumusan Masalah

Yang menjadi masalah penelitian ini adalah: Bagaimana Strategi Pemasaran Politik dalam pemenangan Bonaran dan Syukran Tanjung dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah

1.3.Tujuan Penelitian

Atas dasar perumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: “Mengetahui Strategi Pemasaran Politik dalam Pemenangan Bonaran dan Syukran Tanjung dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2011”

1.4. Manfaat Penelitian


(21)

1. Secara teoritis, penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu politik dan sangat erat dengan partai politik dan diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran konsep-konsep dalam pengembangan strategi pemasaran politik.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi para individu yang berkeinginan sebagai kontestan atau tim sukses kontestan.

3. Bagi penulis, penelitian ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah dalam penelitian ini, serta melihat penerapan konsep-konsep ilmu politik dalam kehidupan praktis masyarakat.

1.5. Tinjauan pustaka 1.5.1. Pemasaran Politik

Telah banyak literature yang membahas tentang konsep pemasaran politik . Diantaranya, Adman Nursal (2004), mendefinisikan pemasaran politik sebagai serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada para pemilih 11

“…The application of marketing principle and procedure in poltical campaigns by various individuals and organizations. The procedures involved include the analysis, development, execution, ang manegement of strategic campaigns by candidates, political parties, governments, lobbyists and interest group that seek to drive public opinion, advance their own ideologies, win election, and pass legislation ang referenda in response to the need and wants of selected people ang groups in a society.” (Penerapan prinsip dan cara kerja marketing di dalam kampanye politik oleh

. Kemudian Newman dan Perloff (2004) mendefinisikan sebagai:

11

Adman Nursal, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan umum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(22)

berbagai individu dan organisasi. Cara kerja itu sendiri meliputi analisis, perkembangan, pengeksekusian dan perencanaan strategi kampanye yang dilakukan oleh para kandidat, partai-partai politik, pemerintah, para penglobi dan kelompok kepentingan yang mencoba mengendalikan opini public, mengembangkan ideology mereka, memenangkan pemilihan dan melewati

legislatif dan pemungutan suara umum sebagai jawaban untuk keinginan dan keperluan dari kelompok dan orang-orang tertentu dalam masyarakat) 12

Pengertian pemasaran politik dengan essensi yang sama juga diungkapkan oleh Firmansyah yakni, penggunaan metode marketing dalam bidang politik

.

13

. Dari definisi-definisi di atas jelas menerangkan bahwa dalam pemasaran politik, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk membantu politikus atau para aktor politik (individual maupun partai) agar lebih efisien serta efektif dalam membangun hubungan dua arah dengan konstituen atau masyarakat. Konstituen atau masyarakat inilah yang pada akhirnya nanti akan menetukan kemenangan suatu partai politik dalam pemilihan umum. Semakin serunya persaingan antar partai politik yang satu dengan yang lain maka membuat semakin kreatif pula cara para partai politik ini untuk mendapatkan perhatian masyarakat dan penerapan metode-metode marketing dalam politik saat ini adalah salah satu jawabannya.

1.5.2.Peran Pemasaran dalam Politik

12

Bruce I Newman & Richard Perloff, 2004. Handbook Of Political Communication Research, United States Of America: Lawrence Erlbaum Associates, hlm.18

13

Firmanzah, 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.


(23)

Dunia politik kini menjadi lebih terbuka dan transparan. Siapa pun dapat masuk ke dalamnya untuk ikut meramaikan, baik sebagai kandidat yang dicalonkan maupun hanya sebagai pendukung yang bersorak sorai. Keadaan demikian menjadikan dunia politik kental diwarnai persaingan terlebih lagi didukung dengan kembalinya sistem multi-partai. Persaingan yang terjadi adalah persaingan menjadi populer yang berujung pada perebutan hati konstituen agar kandidat personal atau partai politik tersebut dipilih. Persaingan inilah yang menuntut para pelaku politik untuk memikirkan cara dan metode yang efektif bagaimana meyakinkan konstituen/masyarakat bahwa kandidat atau partai politik merekalah yang layak dipilih.

Menilik ke belakang, ternyata pemasaran disangkutkan dengan komunikasi dan persuasi dalam dunia perdagangan, telah dilakukan semenjak dahulu kala. Pada waktu itu, aktivitas pemasaran meliputi penetapan harga, negosiasi, komunikasi, persuasi, kualitas produk, inventaris produk, dan strategi jalur produksi. Kini, aktivitas pemasaranitu sendiri hampir dipastikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Mulai dari iklan yang kita lihat ditelevisi, di majalah, di supermarket, papan reklame yang kita lihat di pinggir jalan, mencoba segelas kecil produk minuman ringan di supermarket, sampai ke hal-hal yang menyangkut komunikasi dan persuasi. Namun terkadang manusia tidak sadar bila sudah menjadi obyek dalam kegiatan tersebut.

Secara tradisional konsep dan teori pemasaran digunakan oleh suatu perusahaan untuk menjual barang dan jasa demi memperoleh keuntungan. Tujuan utamanya adalah agar barang dan jasa lebih unggul dan kompetitif dibandingkan dengan para Pesaingnya 14

14

Ibid, hlm.144

. Sehingga semua peralatan, metode dan teori yang terdapat dalam ilmu marketing diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan ini, jumlah barang yang dihasilkan di pasaran


(24)

belum mampu memenuhi permintaan. Sehingga aktivitas marketingnya diorientasikan ke dalam perusahaan (in-ward looking) yakni pada kualitas fisik barang (produk) dan efisiensi proses produksi. Mekanisme marketing yang terjadi yakni secara transaksional dan paradigma yang berkembang adalah bagaimana suatu perusahaan dapat menjual produk mereka.

Seiring majunya zaman, jumlah perusahaan berkembang pesat. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan produsen pun lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan. Akibatnya perusahaan bersaing untuk memperebutkan konsumen. Orientasi marketing bergeser dari inward looking menjadi outward looking. Dalam orientasi ini, perusahan tak lagi berkutat pada produknya. Namun mereka harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar. Tidak hanya untuk menarik konsumen tetapi juga untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan pesaing (kompetitor). Kemudian mekanisme marketingnya pun ikut bergeser dari tranaksional ke relasional. Perusahaan sadar dalam situasi yang demikian ini biaya yang dibutuhkan untuk menarik konsumen baru lebih besar. Oleh karena itu marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen yang sudah ada (sambil mencari konsumen baru) dengan memberikan kepuasan untuk membentuk loyalitas terhadap produk yang dihasilkan. .

Ketika pemasaran mulai bergerak dalam domain politik, maka marketing lebih dilihat sebagai proses pertukaran. Bila dalam dunia perdagangan proses pertukaran yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli dimana pembeli menukar uang dengan barang/jasa penjual maka dalam dunia politik pertukaran yang terjadi adalah antara kandidat yang menawarkan visi, misi dan kepemimpinan politik yang ditukar dengan suara dari masyarakat pada pemilihan umum 15

15

Bruce I Newman & Richard Perloff, Op.cit, hlm. 19


(25)

dalam arti marketing adalah mekanisme pertukaran antara dua pihak atau lebih15. Kandidat memiliki gagasan. Ide, kreatifitas, dan kemampuan untuk mengatasi persoalan bangsa. Untuk mengkomunikasikan hal itu, maka

diperlukan marketing.

Pemasaran diperlukan untuk membangun loyalitas konstituen/masyarakat. Konstituen perlu dibina, dipertahankan, serta dimengerti dalam hal yang menyangkut permasalahan mereka. Melalui marketing akan didapat feedback dari masyarakat, dari situlah muncul hubungan yang relasional. Jadi Pemasaran dalam dunia politik adalah marketing yang Orientasi marketingnya outward looking. Dimana orientasinya harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar sedangkan mekanisme marketingnya adalah mekanisme yang relasional.

1.5.3. Branding dan Positioning Politik.

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon anggota legislatif ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka melakukan branding diri atau yang lebih lazim dikenal dengan personal branding. Personal branding sebenarnya adalah upaya


(26)

membangun dan menanamkan persepsi positif untuk mendapatkan dukungan16. Personal

branding merupakan proses penanaman citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi

positif tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri menurut Kotler didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran dan kesan yang dipunyai seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah, diorganisasikan dan disimpan individu 17. Seperti dinyatakan Ruslan (2002), pengertian tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur secara matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas18 . Menurut Nimmo citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara 19

Banyaknya kandidat individual peserta pilkada ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen. Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.

.

Mengadopsi definisi positioning produk oleh Morissan dalam pengaplikasiannya di ranah politik adalah sebagai strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana

16

Agus W Soehadi, 2005. Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 62.

17

Jalaludin Rakhmat, 2001, Psikologi Komunikas Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 223

18

Rosady Ruslan, 2002. Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm.74

19


(27)

khalayak menempatkan suatu citra atau image kandidat/partai politik di dalam otaknya atau di alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu 20

Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi dominan dan .

menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi

berarti bahwa partai politik tersebut menjadi acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.

Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Pernyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan atau kelebihan kandidat/partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau

bentuk-bentuk promosi lainnya. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung 21.

1.5.4.Segmentasi Politik

20

Arti positioning produk adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimanan khalayak menempatkan suatu produk, merk atau perusahaan di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Dalam Morissan, 2007, Periklanan dan Komunikasi pemasaran terpadu, Jakarta: Ramdina prakarsa, hlm.55

21


(28)

Segmentasi ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat Karena masyarakat bersifat multidimensi, komposisi penyusunnya pun terdiri dari bermacam-macam struktur dan lapisan yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda satu sama lain, sehingga teknik dan metode pendekatan kepada masing-masing lapisan masyarakat itu pun juga berbeda-beda. Partai politik perlu memahami karaktristik-karakteristik masyarakat yang beragam ini. Terdapat beragam teknik dan metode bagi partai politik untuk mengklasifikasi dan mengelompokkan masyarakat, misalnya klasifikasi segmentasi oleh Firmasyah seperti di bawah ini. 22

Tabel 1.1

Klasifikasi segmentasi oleh Firmasyah Dasar Segmentasi Detil Penjelasan

Geografi Masayarakat dapat disegmentasi berdasarkan geografis dan kerapatan (density) populasi. Misalnya produk dan jasa yang dibutuhkan oleh orang yang tinggal di pedesaan akan berbeda dengan produk poltik yang dibutuhkan oleh orang perkotaan. Begitu juga dengan pegunungan dan pesisr, masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang

22


(29)

lain.

Demografi Konsumen politik dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidkan, pekerjaan dan kelas social. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda Konsumen olitik dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidkan, pekerjaan dan kelas social. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda

Psikografi Masyarakat dapat dikelompokkan dan dibedakan berdasar proses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu politik, loyalitas, dan perhatian terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok memiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk diidentifikasi.

Sosial-budaya Pengelompokkan masyarakat dapat dilakukan melalui karakteristik social dan budaya. Klasifikasi seperti budaya, suku, etnik, dan ritual spesifik


(30)

seringkali membedakan intensitas, kepentingan, dan

perilaku terhadap isu-isu politik.

Sebab-Akibat Selain metode segmentasi yang bersifat statis, metode ini mengelompokkan masyarakat berdasarkan prilaku yang muncul dari isu-isu poltik. Sebab-akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif pemilih (voters). Pemilih dapat dikelompokkan berdasarkan pemilih rasional, tradisisonal, kritis, dan pemilih mendua.

Segmentasi pasar adalah konsep yang sangat penting dalam aktifitas pemasaran. Tidak saja dalam konteks pasar tetapi juga untuk kegiatan kegiatan kemasyarakatan atau kegiatan-kegiatan nirlaba lainnya 23

23

Rhenald kasali; Membidik Passar Indonesia Target Positioning,Segmentasi.PT;Gramedia pustaka tama,cetakan ke-4,2000,hal,26

. Tidak terkecuali dalam dunia politik, terlebih pada situasi dan kondisi di mana aktivitas politik berada dalam suasana demokratis. Dalam kondisi dan ssituasi seperti ini, hal penting yang wajib di penuhi oleh komunikator politik (baca;politicus, profesional politik, dan semacamnya) adalah kemampuan untuk mengemas dan mengkomunikasikan pesan politiknya yang disesuaikan dengan audience Yang tepat. Karena audience sangat Heterogen, maka kemudian mengelompokkan mereka berdasarkan kepada karakteristik tertentu, merupakan langkah yang paling strategis dalam rangka


(31)

efektifitas dan efesiensi kegiatan komunikasi politik baik dalam asfek budged maupun capaian target pengelompokan audience berdasarkan pada karakteristik tertentu tersebut, dalam konsep pemasaran, disebut sebagai segmentasi pemasaran. Umumnya segmentasi dapat didasarkan pada beberapa kategori aspektual yakni: Pertama; Goegrafi. Masyarkat dapat disegmentasi berdasarkan geografi dan kerapatan (dencyty) populasi. Kedua: Demografi. Masyarakat dapat dibedakan berdasarkan umur, agama, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan, pekerjaan dan kelas sosial. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda tentang isu politik atau dengan yang lain. Sehingga perlu untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria demografi. ketiga; Psikografi. Memberikan tambahan metode ini segmentasi berdasarkan geografi. Dalam metode ini, segmentasi dilakukan berdasarkan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang mungkin terkait dalam isu-isu politik. Keempat; perilaku. Masyarakat dapat dibedakan dan dikelompokkan berdasarkan proses pengambilan keputusan, identitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu politik, loyalitas dan perhatian terhadap permasalahan politik. Masing-masing kelompok memiliki perbedaan, Sehingga perlu untuik diidentifikasi. Kelima; sosial budaya. Pengelompokan masyarakat dapat dilakukan melalui karakteristik social dan budaya. Klasifikasiseperti suku, agama, etnis, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas, kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik. Keenam; sebab-akibat. Selain metode yang bersifat statis,metode ini mengelompokkan mesyarakat berdasarkan perilaku yang muncul dari isu-isu politik. Sebab-akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif pemilih(voters). 24

1.5.5.Positioning

Positioning pada dasarnya adalah strategi untuk memasuki jendela otak konsumen

(dalam konjteks politik, konsumen adalah voters). Positioning biasanya tidak menjadi

24


(32)

masalah dan tidak dianggap penting selama partai politik yang bertarung dalam pemilu tidak banyak, dan persaingan belum menjadi sesuatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penting bila mana persaingannya sudah sangat sengit 14. Seperti sejumlah partai politik yang banyak dan memiliki idiologi serta basis pemilih hampir sama. Seperti PPP, PBR, dan PKB. Yang saling mengklaim sebagai partainnya wong cilik. dan ingkarnasi dari PNI.

Positioning adalah sesuatu yang dilakukan terhadap pikiran calon voters, yakni

menempatkan produk (partai politik atau kandidat) pada pikiran para calon voters. Dalam ungkapan konsultan strategi pemasaran, positioning adalah bagaimana anda membedakan diri anda sendiri dalam pikiran calon konsumen anda. Dengan melakukan positioning maka partai politik atau kandidat berusaha untuk menjaga fokus pikiran, orientasi, dan kesadaran voters atau masyarakat untuk tetap mmengingat serta mengarahkan refrensi utama tentang partai politik atau kandidat yang akan mereka pilih. Adolf Hitler menerapkan positioning. Begitu pula procter dan gamble (perusahaan terkemuka dunia-pen)dalam dunia bisnis, dan pelaku politik lainnya 25

Positioning sebetulnya adalah kegiatan yang mengelola sisi psikologis manusia.

Dalam konteks ini, tema sentral yang direkayasa adalah aspek persepsi. Proses terjadinya persepsi adalah dengan adanya tiga aktivitas, yaitu; seleksi, organisasi, dan interpretasi. Kegiatan seleksi mencakup proses mulainya diterimanya suatu sensasi yang dilanjutkan dengan adanya atensi, sedangkan kegiatan organisasi melekat pada proses interpretasi 26. Sensasi adalah penerimaan stimulus lewat alat indra. Persepsi adalah penafsiran stimulus yang telah ada didalam otak atau dengan kata lain merupakan pengertian sekarang berdasarkan pengalaman dimasa lalu. Sensasi atau persepsi dapat kita analogikan seperti sebuah potert pemandangan sebagai sensasi dan lukisan pemandangan sebagai persepsi27

25

Al Ries & jack trout,Positioning:The Bettle for Young Mind,salemba empat,2002,hal.3

.

26

Dedy mulyana.Ilmu Komunikasi ;Suatu Pengaantar,remaja roseda karya,edisi ke-4 2002,hal 169 27


(33)

Persepsi adalah proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indra mereka agar memberi makna pada lingkungan mereka28

Dalam komunikasi politik, persepsi menjadi kajian sentral karena hakikatnya semua pesan politik adalah produk politik yang lebih diarahkan pada menciptakan persepsi (to create of perception) dalam pikiran masyarakat /voters. Bebagaimana yang diungkapkan seorang politikus senior’’dalam berpolitik’’kata john Lindsay,’’persepsi adalah realitas’’.29Salah satu konsultan strategi pemasaran terkenal selalu menekankan sebuah pelajaran yang berbunyi:’’jangan melawan persepsi dengan kenyataan. Persepsi saling menang’’.

1.5.6. Targeting politik

Targeting politik atau merupakan target audiens adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi. Produk dari targeting adalah target audiens (kelayakaan sasaran), yaitu; satu atau beberapa segmen masyarakat yang akan menjadi fokus kegiatan-kegiatan kampanye. Memang sebenarnya targeting adalah persoalan bagimana memilih, menyeleksi, dan menjangkau masyarakat yang akan tetapkan sebagai kalayak sasaran kegiatan pemasaran politik (baca kampanye).

Targeting atau menetapkan sasaran adalah satu atau beberapa segmen yang akan

dibidik untuk mencapai sasaran obyektif (segmentasi dasar) 30

1. Apakah masyarakat (voters) telah berubah dalam beberapa waktu terakhir

. Setidaknya ada tujuh pertanyaan yang harus disikapi dalam hal targeting,yaitu;

2. .Apakah target audience yang sesunggguhnya sudah sesuai dengan yang direncanakan ?mengapa berbeda?

28

Stephen P.Robbins,Perilaku Organisasi jilid I, bahasa Indonesia,PT.prenhallindo,1996,hal:124 29

Al Ries & jack trout,Positioning:The Bettle for Young Mind,salemba empat,2002,hal 13 30


(34)

3. .Apa landasan / alasan memilih target audience /segmen tersebut?mengapa bukan target audience /segmen yang lain?

4. Apa yang membedakan target audience /segmen tersebut dengan target audience / segmen yang lain?proses apa yang digunakan untuk menentukan target audience /segmen ini?

5. Dapatkah membuktikan bahwa target audience / segmen tersebut potensial dan menguntungkan?berapa lama membutuhkan waktu untuk menggerakkan target audience /segmen ini untuk memberi respon?apakah lingkungan politik tidk berubah ketika saatnya memetik hasil?

6. Apakah yang akan dilakukan ketika target audience /segmen tidak merespons?mengapa mereka tidak merespons?

7. Apakah ada target audience /segmen Lain yang lebih menguntungkan?

1.5.7. Mobiliasasi Politik

Mobilisasi didefinisikan sebagai pengembangan sebuah hubungan sosial (merujuk pada istilah yang digunakan Weber) antara dua actor, individu dan Partai. Konsep aktivitas Mobilisasi terdiri dari 3 proses: proses kepentingan ( dimensi kognitif ), proses pembentukan komunitas (dimensi affectif), dan proses pemanfaatan instrumen ( dimensi instrumental). Mobilisasi politik didefinisikan sebagai usaha actor untuk mempengaruhi distribusi kekuasaan. Suatu variabel directional diperkenalkan dalam rangka menggambarkan dengan tepat jenis hubungan yang berkembang antara Partai dan Individu. Ada 2 model dalam mobilisasi. Pertama, mobilisasi vertical, yakni mobilisasi yang bekerja dalam hubungan vertical. Mobilisasi vertical meliputi Downward mobilization model, grass-root or populist mobilization model, dan ideal democratic model. Kedua, mobilisasi horizontal, yakni menyertakan segala kemungkinan dari proses-proses internal dalam mobilisasi yang


(35)

berlangsung diantara Partai dan Individu. Model-model ini membantu untuk menganalisis keadaan politik saat ini sebagaimana ditandai oleh kesinambungan proses mobilisasi horisontal dan vertikal. Hal ini menyisakan sebuah tugas riset mobilisasi untuk menyelidiki pernyataan yang dibuat di sini bahwa hubungan hirarkis yang dilembagakan antara Partai dan individu sedang melemah sebagai sebuah hasil dari terus meningkatnya orientasi aktor ke dalam diri mereka ketika sadar akan artikulasi kepentingan, pengembangan loyalitas, dan pemanfaatan instrument-instrumen mobilisasi.31

Mobilisasi terkadang dianggap sebagai sebuah kondisi awal dari evolusi menuju Partisipasi Politik. Partisipasi Politik dianggap sebagai kondisi ideal sebuah iklim demokrasi yang baik. Namun, pada praktiknya, hal tersebut tidak selamanya berjalan seperti itu. Hasil dari kajian tentang mobilisasi dan partisipasi yang dilakukan oleh Jeffrey A. Karp and Susan A. Banducci di negara- negara yang telah lama menjalankan sistem Demokrasi (Jerman, Denmark, Australia IslandiA, Israel, Spanyol, Swedia, Belgia, Irlandia, New Zealand, Norwegia, Finlandia, Prancis, Amerika, Portugal, Switzerland ) dan di negara-negara yang baru menjalankan sistem Demokrasi (Brazil, Hungaria, Bulgaria, Korea, Czech Republic, Mexico, Polandia) menyatakan bahwa Mobilisasi terjadi bukan hanya pada New democracy, tetapi juga pada Old Democracy.32

Bookchin, dalam tulisan yang dimuat dalam River Valley Voice33

31

Birgitta Nedelmann, 1987, Individuals and Parties - Changes in Processes of Political Mobilization, European Sociological Review, Oxford University Press. Hal 181-202

, memberikan komentar terhadap kampanye yang dilakukan oleh Partai Demokrat di Amerika Serikat yang hanya melakukan aksi yang lebih bersifat sebagai pembalasan terhadap Partai Republik.

32

Jeffrey A. Karp and Susan A. Banducci, 2007, Party Mobilization And Political Participation In New And Old Democracies, SAGE Publications

33

Dikutip dari Benny D Setianto, Dogma Dangkal Politik Mobilisasi.


(36)

Dengan kata lain, kampanye politik dan tujuan politik dari Partai Demokrat hanya untuk merebut kekuasaan dari Partai Republik sebagai ”balasan” akan kekalahan mereka pada pemilu sebelumnya. Dalam melakukan upaya pembalasan tersebut, maka Partai Demokrat mengandalkan pemimpin yang karismatis, gugusan public figure, organisasi yang semi birokratik, diikuti oleh segerombolan massa mengambang yang tergiur dan tertarik oleh pimpinan partai atau jajaran public figure tersebut. Parahnya menurut Bookchin, sering dukungan yang muncul lebih disebabkan oleh tindakan media yang secara terus-menerus, entah disadari atau tidak, memunculkan para public figure tersebut dengan citra yang dibangun oleh mereka.

1.5.8. Praktek Mobilisasi

Dalam menjalankan mobilisasi, sebuah partai politik mampu memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemanfaatan sumber-sumberdaya tersebut dapat dilakukan melalui political marketing. Marketing Politik adalah ilmu baru yang mencoba menggabungkan teori-teori marketing dalam kehidupan politik. Sebagai cabang ilmu, marketing politik memang bisa dikatakan masih bayi, tetapi kehadirannya telah menjadi trend dalam ranah politik di negara maju yang menganut demokrasi.34 Partai politik dan kandidat perseorangan berlomba memanfaatkan ilmu ini untuk strategi kampanye baik untuk memobilisasi pemilih, mendapatkan dukungan politik dalam pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) maupun untuk memelihara citra sepanjang saat dalam jeda Pemilu. Pokok kajian marketing politik, secara konseptual sebagai ”Political marketing in simple terms is a marriage between two social science disciplines – political science and marketing”35

34

Firmansyah, Op.cit, Hal.6;21

Sebagai kajian keilmuan,

35

J. Lees-Marshment, Political Marketing and British Political Parties: The Party’s Just Begun, Manchester University Press, 2001.


(37)

marketing politik terus mengalami perkembangan definisi yang beragam dan berubah. Shama (1975) & Kotler (1982) memberikan penekanan pada proses transaksi yang terjadi antara pemilih dan kandidat. O’Leay & Iradela (1976) menekankan penggunaan marketing-mix untuk mempromosikan partai-partai politik. Lock & Harris (1996) mengusulkan agar political marketing memperhatikan proses positioning. Wring (1997) menggunakan riset opini dan analisis lingkungan. Sedangkan menurut Nursal yang pertama kali menerbitkan buku mengenai marketing politik di Indonesia, mendefinisikan sebagai serangkaian aktivitas terencana, strategis tapi juga taktis, berdimensi jangka panjang dan jangka pendek, untuk menyebarkan makna politik kepada pemilih. Sehingga political marketing bertujuan membentuk dan menanamkan harapan, sikap, keyakinan, orientasi dan perilaku pemilih. Perilaku pemilih yang diharapkan adalah secara umum mendukung dengan berbagai dimenasinya, khususnya menjatuhkan pilihan pada partai atau kandidat tertentu.

Pada dasarnya marketing politik adalah strategi kampanye politik untuk membentuk serangkaian makna politis yang terbentuk dalam pikiran para pemilih menjadi orientasi perilaku yang akan mengarahkan pemilih untuk memilih partai politik atau konstestan tertentu. Makna inilah yang menjadi output penting marketing politik yang menentukan pihak, pihak mana yang akan dicoblos para pemilih.36 Pembentukan makna-makna politis tersebut dapat dilaksanakan melalui metode 9P ( Positioning, policy, person, party, presentation, push marketing, pull marketing, pass marketing dan polling)37

36

Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: Gramedia Pusataka Utama, 2004. Hal. 23-24

.

37

Oman Heryaman, S.IP, M.Si, Political Marketing Dan Kualitas Demokrasi, http://www.scribd.com/doc/5988402/Political-Marketing-dan-Kualitas-Demokrasi


(38)

1. Positioning adalah strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak pemilih agar konstestan mengandung arti tertentu yang mencerminkan keunggulannya terhadap konstestan pesaing dalam bentuk hubungan asosiatif.

2. Policy adalah tawaran program kerja jika terpilih kelak. Policy yang efektif harus memenuhi tiga syarat, yakni meraik perhatian, mudah terserap pemilih, attributable. 3. Person adalah kandidat legislatif atau eksekutif yang akan dipilih melalui Pemilu.

Kualitas person dapat dilihat nelalui tiga dimensi, yakni kualitas instrumental, dimensi simbolis, dan fenotipe optis.

4. Party juga dilihat sebagai substansi produk politik. Partai politik mempunyai identitas utama, asset reputasi, dan identitas estetis. Ketiga hal tersebut akan dioertimbangkan oleh para pemilih dalam menetapkan pilihannya.

5. Presentation adalah bagaimana ketiga substansi produk politik disajikan. Presentasi sangat penting karena dapat mempengaruhi makna pemilih. Presentasi disajikan dengan medium presentasi. Produk politik disampaikan kepada pasar politik ( political market) melalui push marketing pull marketing, pass marketing, polling.

6. Push Marketing adalah penyampaian produk langsung kepada masyarakat

7. Pull marketing adalah penyampaian produk melalui pemanfaatan media massa 8. Pass marketing adalah penyampaian produk kepada influencer group.

9. Agar produk politik disampaikan tepat pada sasaran dilakukan polling dan berbagai aktivitas riset lainnya. Riset ini merupakan kebutuhan penting untuk pemetaan isu, pemetaan segmentasi dan pemetaan program

Metode 9P diatas, biasa disebut dengan Totally political marketing. Totally Political Marketing yakni partai politik memasarkan semua yang bisa dijual, baik potensi, kelebihan dan performa partai politik. Di dalam kajian ini, usaha-usaha tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu metode dalam melakukan mobilisasi. Semua unit dalam sistem kinerja partai


(39)

politik layak dan harus dijual. Antara lain yang sering dilupakan orang misalnya kinerja institusi partai politik rapi tidak konflik negatif, anggota dan perilakunya, kinerja kandidat terpilih dalam Pemilu sebelumnya, dan lainnya yang memiliki citra positif. Jadi praktisi political marketing yang canggih tidak hanya memfokuskan diri pada penggarapan isu dan program kerja saja, meskipun program kerja itu penting dan harus menarik. Pengertian Totally Political Marketing juga diartikan apabila partai politik mampu melaksanakan dua model kampanye sekaligus secara konsisten dan berkesinambungan (continuity), yaitu kampanye Pemilu dan Kampanye Politik. Dalam kampanye pemilu maupun kampanye politik, marketing politik adalah sebuah proses. Proses tersebut harus ditempuh melalui dua hal utama, yaitu marketing program dan voters segmentation. Marketing program adalah menyampaikan produk politik yang disebut dengan 4P (Product, Price, Promotion dan Place). Voters segmentation adalah menentukan para pemilih pada beberapa level kategori, sehingga pengemasan produk politik dapat dilakukan sesuai kategori tersebut

Mengenai kualitas kandidat, Adman Nursal berpendapat bahwa terdapat 4 hal faktor yang merupakan bagian dari faktor simbolis yaitu:38

1. Prinsip - prinsip hidup yang meliputi sejumlah keyakinan atau nilai dasar yang dianut oleh seorang kandidat seperti integritas, keterbukaan, kesetiakawanan, ketulusan, kerelaan berkorban, kebersahajaan, keperdulian sesama, keimanan, ketakwaan, independen, bertanggungjawab, dan sebagainya.

2. Aura emosional adalah perasaan emosional yang terpancar dari kandidat seperti ambisius, berani, patriotis, bersemangat, gembira, optimis, cinta kasih, tegar, keharuan, halus, dan sebagainya.

38

Adman Nursal, Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu Sebuah Pendekatan Baru Kampanye Pemilihan DPR, DPD, Presiden. Jakarta: Gramedia Pusataka Utama, 2004 hal. 207


(40)

3. Aura inspirational adalah aspek- aspek tertentu yang terpancar dari kandidat yang membuat orang terinspirasi, termotivasi, dan tergerak untuk bersikap atau melakukan hal- hal tertentu. Aura ini bisa meliputi dorongan semangat, kemampuan mempengaruhi, keteladanan, daya persuasi, sikap berbagi pengetahuan, pengalaman, dan harapan dan sebagainya. Aura insirational akan tercermin dalam reputasi, sikap, tindakan, termasuk substansi dan cara berbicara kandidat.

4. Aura sosial adalah representasi atau asosiasi terhadap kelompok sosial tertentu. Misalnya seorang kandidat tertentu merupakan representasi dari kaum muda, wong cilik, tokoh agama, akademisi, intelektual, seniman, teknolog, aktivis, bahkan artis Mengenai kualitas kandidat dijelaskan bahwa terdapat faktor penampakan visual seorang kandidat. Dengan kata lain bisa dikatakan kualitas kandidat dipengaruhi juga oleh fenotipe optis. Fenotipe optis terdiri dari tiga faktor:39

1. Pesona Fisik adalah keindahan postur dan bentuk tubuh dan bagian- bagiannya. Tanggapan para pemilih dari fenotipe ini yaitu: ganteng, cantik, berparas menarik, muda, tinggi, ramping, atletis, dan sebagainya.

2. Factor kesehatan dan kebugaran seorang kandidat terpancar dari kekuatan fisik, energic, aktif, sportif, riang, cerah, dan sebagainya.

3. Gaya penampilan meliputi cara dan pilihan pakaian dan bahasa tubuh yang terlihat dari kandidat.

Ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Kualitas instrumental yang berbicara tentang kemampuan manajeral dan kompetisi fungsional yang memadai harus juga didukung dimensi lain seperti dimensi simbolis.

Ada empat hal utama yang melandasi pentingnya penggunaan marketing politik bagi partai-partai politik40

39

Ibid, hal 209


(41)

program kerja. Adanya de-idiologisasi pasca berakhirnya Perang Dingin secara global telah merubah pula cara pandang dan preferensi para pemilih partai politik. Masyarakat cenderung menggantikan ikatan-ikatan ideologis (tradisional) dengan hal-hal yang lebih pragmatis, yaitu program kerja yang ditawarkan oleh konstestan. Masyarakat cenderung melihat apa yang bisa dan apa yang ditawarkan oleh partai politik maupun kontestan dibandingkan dengan alasan- alasan ideologis yang ada dibalik satu partai politik atau kontestan. Hal ini terlihat nyata sekali dengan semakin membesarnya persentase pemilih non-partisan, yaitu para pemilih yang menunggu partai politik mana yang kiranya menwarakan solusi paling baik ketimbang yang lainnya. Partai politik macam inilah yang akan mereka pilih dalam Pemilu.

Kedua, meningkatnya pemilih non-partisan. Terdapat trend yang memperlihatkan semakin meningkatnya proporsi non-partisan dalam Pemilu. Nonpartisan adalah sekelompok masyarakat yang tidak menjadi anggota atau mengikatkan diri secara ideologis dengan partai politik tertentu. Kaum non-partisan melihat pentingnya kemampuan dan kapasitas orang atau program kerja partai politik mana yang dapat memberikan solusi atas permasalahan bangsa dan negara ketika program-program itu dikomunikasikan selama periode menjelang Pemilu.

Ketiga, meningkatnya massa mengambang (floating mass). Dengan meningkatnya jumlah pemilih non partisan maka jumlah massa mengambang semakin besar. Massa mengambang ini seringkali sangat menentukan menang tidaknya suatu partai politik dalam Pemilu. Massa mengambang adalah kelompok masyarakat yang diperebutkan oleh partai-partai dan kandidat yang bersaing dalam Pemilu. Massa mengambang ini semakin besar seiring semakin kritisnya masyarakat.

40

Firmansyah. Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2007. Hal. 57- 58


(42)

Keempat, adanya persaingan politik. Sistem multipartai yang kini banyak dianut oleh negara yang sedang meniti ke arah demokrasi ataupun baru saja melaksanakan transisi dari otoriter menuju demokrasi, ditambah dengan semakin kritisnya masyarakat dalam memilih partai politik telah menempatkan partai politik pada iklim kompetisi yang ketat untuk memperebutkan pemilih

Melalui pertimbangan diatas, marketing politik bertujuan untuk41

1. Menjadikan pemilih sebagai subyek dan bukan sebagai obyek politik. Dalam hal ini pemilih tidak hanya sekedar suara yang diperebutkan partai dengan berbagai tawaran produknya, tetapi pemilih ikut menentukan program dan produk-produk politik apa yang seharus dilakukan partai politik.

:

2. Menjadikan permasalahan yang dihadapi pemilih adalah langkah awal dalam menyusun program kerja yang ditawarkan dalam kerangka masing-masing ideologi partai politik.

1.7.Kerangka Konsep 1.7.1. Branding.

Brand diartikan sebagai nama, terminilogi, simbol atau logo spesifik atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa.

1.7.2. Positioning Politik

41

J. Dermody & R. Scullion, dikutib dari Oman Heryaman, S.IP, M.Si, Political Marketing Dan Kualitas Demokrasi,


(43)

Strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu citra atau image kandidat/partai politik di dalam otaknya atau di dalam khalayaknya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu.

1.7.3. Segmentasi Politik

Segmentasi ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi dan membangun interaki dengan masyarakat karena mayarakat berifat multidimensi, komposisi penyusunnya bermacam-macam struktur dan lapisan yang masing-masing memiliki karakteristik berbeda satu sama lain, sehingga teknik dan metode pendekatan kepada masing-masing lapisan masyarakat itu pun juga berbeda-beda.

1.7. Kerangka Operasional

Kerangka operasional dapat diartikan sebagai suatu informasi yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama, sehingga dari informasi tersebut akan dapat diketahui bagaimana caranya pengukuran atas variabel itu dilakukan42

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

. Kerangka Operasioanal yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Brand dan Positioning Politik

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut ambil bagian pada pemilihan umum ini. Oleh karena itu agar para calon anggota legislative ini dapat menarik simpati masyarakat tak jarang mereka melakukan branding diri atau yang

42


(44)

lebih lazim dikenal dengan personal branding. Personal branding sebenarnya adalah upaya membangun dan menanamkan persepsi positif untuk mendapatkan dukungan . Personal

branding merupakan proses penanaman citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi

positif tentang seseorang tersebut.

1.8. Metode Penelitian 1.8.1. Jenis Penelitian

Metode merupakan unsur pokok yang harus ada dalam penelitian Ilmu pengetahuan untuk mendapatkan data akurat, tepat, lengkap, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Pemilihan metode penelitian yang tepat merupakan unsur yang sangat penting dalam mencapai mencapai tujuan secara optimal. Metode penelitian yang akan digunakan dalam kajian ini adalah metode Deskriptif kualitatif43

1.8.2. Lokasi Penelitian

, yang menyajikan fakta-fakta yang ditemukan, secara komprehensif melalui analisa analisa yang mendalam.

Penelitian bertempat di kantor Tim Pemenangan Bonaran dan Syukran Tanjung di Kabupaten Tapanuli Tengah

1.8.3.Teknik Pengumpulan Data

Terdapat 2 teknik data yang akan digunakan dalam penelitian ini.

1. Data Primer, yaitu sejumlah data atau keterangan yang secara langsung diperoleh melalui penelitian di lapangan, meliputi keterangan dari orang-orang yang diteliti yang berhubungan dengan obyek penelitian.

43


(45)

Data Primer tersebut yakni:

• Hasil wawancara terhadap pengurus Partai

• Hasil wawancara terhadap calon anggota legislatif

• Hasil wawancara terhadap pemilih di Tapanuli Tengah

• Hasil Wawancara Terhadap Tim Pemenangan Bonaran – Syukran Tanjung 2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber data dan informasi dan melalui buku-buku, jurnal, internet, majalah, surat kabar dan lain sebagainya yang relevan dengan topik penelitian.

1.9. Analisa Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, dilakukan pada data yang tidak dapat dihitung bersifat nongrafis atau berwujud kasus-kasus (sehingga tidak dapat disusun kedalam struktur klasifikatoris). Data yang dikumpulkan bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata atau gambar. Artinya pada penelitian ini dibutuhkan pengutamaan penghayatan dan brusaha memahami factor peristiwa dalam situasi tertentu menurut pandangan peneliti. Lalu kemudian setelah data tersusun teratur dan sistematis, akan melakukan analisis data yang selanjutnya menghasilkan suatu kesimpulan terhadap data yang diteliti sesuai dengan apa yang dihasilkan oleh peneliti.

1.10.Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang terperinci, dan untuk mempermudah isi daripada skripsi ini, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam 4 bab yaitu:


(46)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, pokok permasalahan yang akan dibahas, pembatasan masalah yang akan diteliti, tujuan mengapa diadakan penelitian ini, manfaat penelitian dan metode penelitian serta kerangka teori yang akan menjadi landasan pembahasan masalah.

BAB II : DESKRIPSI PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang Deskripsi Penelitian yang meliputi Biogarafi Bonaran dan Syukran Tanjung

BAB IV : PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada Bab ini disajikan strategi dan marketing politik Bonaran dan Syukran Tanjung dalam Pilkada Kabupaten Tapanuli Tengah


(47)

BAB II

DESKRIPSI LOKASI

2.1. Gambaran Umum Kabupaten Tapanuli Tengah

2.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Tengah

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten tertua di Sumatera Utara. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Tapanuli Tengah masuk Keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang residen berkedudukan di Sibolga. Salah satu putera daerah Tapanuli tengah yang pernah duduk sebagai residen di Keresidenan Tapanuli adalah Dr.Ferdinand Lumbantobing. Dipercaya sebagai menteri di zaman Orde Lama dan permulaan Orde Baru, beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional dan dimakamkan di Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah.

Jauh sebelumnya kawasan Tapanuli Tengah sekarang – tepatnya di Barus – sudah dikenal sebagai pelabuhan laut yang masyhur di Pulau Sumatera berabad-abad silam, juga sebagai salah satu pusat perdagangan dan peradaban dunia. Ahli geografi Yunani, Claudios Ptolemaios pada tahun 165 Masehi menguraikan Barus sebagai penghasil kapur barus (camphor), suatu produk alamiah berbentuk kristal yang dihasilkan dari getah pohon keras (Aguilaria malaccansis atau Cinnamomum camphora). Kapur barus merupakan lambang


(48)

kemewahan para raja dan bangsawan Yunani, Romawi, Mesir, Persia, dan lainnya pada saat itu. Kedudukan Barus kurang lebih seperti Paris saat ini, yang terkenal dengan inovasi parfum mewahnya.

Selain Barus, dua daerah lainnya di Tapanuli Tengah, yaitu Sorkam dan Mungkur sejak 3.000 tahun lalu juga dikenal karena ekspor kemenyan dunia yang sangat digemari di Timur Tengah dan Mesir Kuno. Barus menjadi sangat penting dalam sejarah peradaban di Indonesia karena dipercaya sebagai tempat masuknya ajaran Islam pertama dan Katolik di Nusantara. Yang jelas, dalam sejarah Pekabaran Injil di Tanah Batak, IL Nomensen sebelumnya pernah berpos di Barus pada 1862. Pamor Barus sebagai pelabuhan besar lambat laun surut seiring peradaban waktu. Pelabuhan utama di jazirah Tapanuli kemudian berpindah ke Teluk Tapianauli, persisnya Kota Sibolga.

Keresidenan Tapanuli beberapa kali mengalami perubahan teritorial atau pembagian wilayah seiring proses pendudukan kolonia Belanda di kawasan Tapanuli. Kawasan Tapanuli Tengah sebagai Daerah Tingkat II baru tercermin melalui Staadblad No.563 tahun 1937. Berdasarkan staadblad tersebut kawasan Tapanuli Tengah masuk dalam Afdeling Sibolga yang terdiri dari dari Onder Distrik Sibolga, Lumut dan Barus. Adapun afdeling lainnya selain Sibolga di Keresidenan Tapanuli adalah Afdeling Nias, Sidempuan, dan Tanah Batak. Setelah kemerdekaan, Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai daerah otonom dipertegas oleh pemerintah dengan Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-kabupaten dalam lingkungan daerah Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah Nomor 19 Tahun 2007 maka ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah 24 Agustus 1945.


(49)

Secara geografis, Kabupaten Tapanuli Tengah berada di antara 98(0) 07’ 98(0) 12 Bujur Timur dan 1(0) 11’- 2(0)22’ Lintang Utara. Daerah ini terletak di pesisir pantai barat Pulau Sumatera dan sebagian lainnya d pulau-pulau kecil. Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah sekitar 2.194,98 km2. Kolang merupakan kecamatan terluas yaitu 400,65 km2, sedangkan kecamatan paling sempit luas wilayahnya adalah Barus seluas 21,81 km2 (setelah mengalami pemekaran dengan terbentuknya Kecamatan Barus Utara dan Kecamatan Andan Dewi).

Kabupaten Tapanuli Tengah sebagian besar berbukit dengan ketinggian 0-1.266 meter di atas permukaan laut. Dari seluruh wilayah Tapanuli Tengah, 43,90% berbukit dan bergelombang. Klimatologi Kabupaten Tapanuli Tengah, sebagian besar wilayah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan lautan sehingga berpengaruh pada suhu udara yang tergolong tropis.

Kabupaten Tapanuli Tengah berbatasan dengan Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam di sebelah utara, Kabupaten Tapanuli Selatan di sebelah selatan, Kota Sibolga dan Samudra Indonesia di sebelah barat, serta Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasudutan, dan Kabupaten Pakpak Bharat di sebelah timur.

2.1.3. Pemerintahan

Kabupaten Tapauli Tengah pertama kalinya terdiri atas 4 kecamatan, yaitu Sibolga, Lumut, Barus, dan Sorkam. Saat ini jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah mencapai 20 kecamatan, yaitu:

1. Kecamatan Pandan sebagai ibukota 2. Kecamatan Andan Dewi


(50)

3. Kecamatan Badiri 4. Kecamatan Barus 5. Kecamatan Barus Utara 6. Kecamatan Kolang 7. Kecamatan Lumut. 8. Kecamatan Manduamas 9. Kecamatan PasaribuTobing 10.Kecamatan Pinangsori 11.Kecamatan Sarudik 12.Kecamatan Sirandorung 13.Kecamatan Sibabangun 14.Kecamatan Sitahuis 15.Kecamatan Sorkam 16.Kecamatan Sorkam Barat 17.Kecamatan Sosorgadong 18.Kecamatan Suka Bangun 19.Kecamatan Tapianauli 20.Kecamatan Tukka.

Kabupaten Tapanuli Tengah memiliki 30 kelurahan dan 147 desa. Sedangkan di lembaga legislatif 30 anggota DPRD Kabupaten Tapanuli Tengah hasil pemulu legislatif 2009. Tercatat 16 bupati yang memimpin Kabupaten Tapanuli Tengah sejak 1945, dengan Drs.Tuani Lumbantobing sebagai bupati terlama, yakni sejak 2001. Jumlah pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun 2009 sebanyak 5.959 orang, terdiri dari golongan I sebanyak 69 orang (1%), golongan II sebanyak 1.929 orang (33%), golongan III sebanyak 2.989 orang (33%), dan golongan IV sebanyak 972 orang (16%)


(51)

2.1.4. Kondisi Masyarakat

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010 yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Kbupaten Tapanuli Tengah, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah yang tersebar di 20 kecamatan adalah 310.962 jiwa yang terdiri atas 156.175 laki-laki dan 154.787 perempuan. Pandan, Pinangsori, dan Badiri adalah tiga kecamatan dengan urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak,masing-masing berjumlah 46.951 jiwa, 22.653 jiwa, dan 21.980 jiwa. Sedangkan kecamatan yang paling sedikit penduduknya adalah Sukabangun, yaitu 2.871 jiwa.

Dengan luas wilayah 2.194,98km2 yang didiami 310.962 jiwa penduduk maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebesar 142 orang per km2. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah kecamatan Pandan, yakini sebesar 142 orang per km2, sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kolang, yakni 42 orang per km2.

Penduduk Tapanuli Tengah hidup rukun dalam pluralisme yang dianut secara turun temurun. Penduduk terbanayak dari suku Batak, dengan penganut agama Kristen sebagai penduduk dengan jumlah terbesar disusul penganut agama Islam. Penduduk hidup rukun dan damai, harmoni yang terbangun dari kesadaran kearifan lokal sesama komponen bangsa. Batak Kristen dan Batak Islam dalam kesehariannya masih bertahan dengan tatanan adat Dalihan Natolu, sistem sosial budaya yang melekat sebagai penopang jati diri suku Batak di mana saja berada.

2.2. Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah 2011

2.2.1. Profil Pasangan Raja Bonaran Situmeang, SH,MHUM dan H Sukran Jamilan Tanjung, SE


(52)

Raja Bonaran Situmeang dan Sukran Tanjung merupakan putra daerah Tapanuli Tengah dan menghabiskan masa sekolahnya di Sorkam dan Sibolga. Berikut adalah daftar riwayat hidup pasangan tersebut.

Nama : Raja Bonaran Situmeang, SH, MHum Tempat dan tanggal lahir : Gontingmahe, 7 Desember 1962

Alamat rumah : Jl.Bunga Rampai VI/4 No.7 RT/RW 01/08, Kecamatan Duren Sawit, Klender, Jakarta

Timur

Pekerjaan : Advokat

Alamat kantor : Jln Hayam Wuruk No 103 Jakarta Barat

Agama : Kristen Protestan

Kebangsaan : Indonesia

Nama Istri : Norma Simatupang

Nama Anak : Johannes Immanuel Situmeang

Riwayat Pendidikan:

 SD HKI Gontingmahe, Sorkam, 1975  SMP Fatima, 1979

 SMP Katolik Sibolga, 1982

 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, 1987


(53)

Riwayat Pekerjaan

 Pengecara di Kantor Hukum Hukum Dharma Pusaka Sakti  Pengacara di Kantor Hukum Abadi Dewan & Parters

 Pengacara di Kantor Hukum R.Bonaran Situmeang & Partners

Kegiatan Organisasi

 Anggota Partai Hanura, Korda Sumatera Utara (2010)  Ketua Umum Situmeang se-Jabodetabek (2010-2011)

 Wakil Ketua Umum Keluarga Besar Masyarakat Tapanuli Tengah-Sibolga (2010-2015)

Nama : H.Sukran Jamilan Tanjung, SE

Tempat & Tanggal Lahir : Sibolga, 4 Maret 1967

Alamat Rumah : Jln.Bukit Dalam No,14 Medan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia


(54)

Nama Anak :Lyvia Nauli Tanjung danMarcel Syahbudin

Riwayat Pendidikan

• SD Negeri 9 (081232) Sibolga, 1979

• SMP Negeri 1 Sibolga, 1983

• SMA Negeri 31 Jakarta, 1987

• Fakultas Ekonomi/ Akuntansi Universitas Borobudur,1996

Riwayat Pekerjaan

• Anggota DPRD Sumatera Utara, 2004-2009

• Direktur CV Citra Baru, sampai dengan sekarang

Kegiatan Organisasi

• Pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Sibolga, 1980-1983

• Wakil Ketua Departemen Pembinaan UKM BPP HIPMI,1998-2001

• Ketua Bidang Dana Yayasan Jantung, 1998-2003

• Ketua Harian AMPG (Angkatan Muda Partai Golkar) Sumut, 2004-2006

• Ketua IV Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Sumut, 2004-2008

• Pengurus ARDIN Pusat, 2004-2009

• Anggota DPRD Sumatera Utara Dapem VIII Partai Golkar, 2004-2009

• Wakil Sekretaris DPD Partai Golkar Sumatera Utara, 2004-2009

• Wakil Ketua DPD KNPI Sumatera Utara, 2004-2008


(1)

c. Pemahaman Profil Daerah dan Strategi Pemenangan

1. Mengumpulkan dan mempelajari peta geografis, jumlah penduduk, potensi sumber daya alam, adat istiadat, sejarah daerah dan tokoh-tokohnya di masing-masing daerah.

2. Memilih tokoh daerah yang berpengaruh untuk direkrut menjadi pengumpul suara, juru kampanye, demi menarik massa pendukung atau pemilih BOSUR pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah 2011.


(2)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka implikasi praktis dari hasil penelitian ini adalah:

1. Dalam memasarkan produk-produk politiknya, pasangan Bonaran Situmeang dan Syukran Tanjung berhasil mengadopsi konsep-konsep pemasaran, khususnya terkait dengan model-model perilaku konsumen dalam memilih pasangan tersebut.

2. Pasangan Bonaran Situmeang dan Syukran Tanjung berhasil memperhitungkan pentingnya membangun hubungan emosional yang harmonis dengan masyarakat sebagai modal untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari masyrakat pemilih. 3. Pasangan Bonaran Situmeang dan Syukran Tanjung berhasil merumuskan program

yang realistis, relevan dengan permasalahan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah, terukur, terintegrasi, dan komprehensif. Tidak lagi menawarkan program-program utopis dan terlalu idealis yang justru membuat masyrakat tidak percaya bahwa partai dapat melaksanakannya.

4.2. Saran-Saran


(3)

1. Untuk kandidat personal partai alangkah lebih baik jika image atau branding diri yang ingin dibentuk di benak masyarakat dilakukan/dibentuk jauh-jauh hari sebelum waktu pemilihan umum tiba. Karena perlu diketahui bahwa kampanye yang dilakukan untuk memperkenalkan diri itu tidak cukup dilakukan hanya beberapa waktu sebelum hari pemilihan umum tiba. Kampanye-kampanye pembentukan image diri seorang kandidat itu harus mampu membentuk opini dalam masyarakat yang mencitrakan bahwa kandidat tersebut adalah orang-orang misalnya yang bisa dipercaya mengemban amanat rakyat, sopan dan santun, dan lain sebagainya. Hal ini juga mampu mendidik masyarakat untuk memilih calon tidak berdasarkan berapa “pesangon” yang diberikan tetapi berdasar kualitas personal itu sendiri. Bila masyarakat sudah mampu berpikir dan berperilaku demikian maka, tidak ada pula kandidat yang akan “membayar” pemilih konstituen untuk memilih mereka.

2. Antara partai yang menaungi dengan kandidat personal perlu dibangun hubungan yang lebih intens lagi. Dikarenakan dalam hal ini kandidat partailah yang berperan menjadi “corong” partai dalam masyarakat. Dengan demikian diharapkan bisa membangun pengertian yang sama dalam usaha pencapaian tujuan. Sehingga ada kesesuaian antara tujuan yang ingin dicapai partai dengan tujuan kandidat personal. Hubungan ini juga diharapkan mampu meminimalisir persaingan tidak sehat antara kandidat personal dalam satu partai. Perlu diingat persaingan tidak hanya terjadi antara partai satu dengan yang lain, kandidatkandidat dari partai yang berbeda akan tetapi juga kandidat personal dalam satu partai.

3. Tahapan penyusunan strategi kampanye masih menjadi penentu keberhasilan proses kampanye peserta pemilu, karena dalam tahapan itu terdapat mekanisme mulai dari perencanaan hingga pengevaluasiaan kampanye seorang kandidat. Oleh karena itu


(4)

hendaknya tahapan ini menjadi mekanisme yang baku sebelum melaksanakan sebuah kampanye.

4. Hendaknya setiap kebijakan kampanye yang dilakukan oleh peserta pemilu beserta tim sukses selain didasarkan kepada kondisi lapangan maka faktor utama yang harus menjadi pertimbangan yaitu ideologi partai politik. Ideologi partai politik menjadi pembeda antara peserta pemilu yang satu dengan lainnya.

4.2.2. Bagi Masyarakat

Masyarakat harus mampu mengevaluasi apakah yang meniptakan seorang tokoh menjadi populer karena kompetensinya, kredibilitasnya, kontribusinya, keturunan atau faktor-faktor lainnya. Selain itu, masyarakat pemilih hendaknya dalam memilih partai politiknya bukan sekedar ikut-ikutan atau karena paksaan pihak-pihak tertentu.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Chalid (ed), Phenie, Pilkada Langsung, Demokratisasi Daerah dan Mitos Good Governance, Jakarta : Partnership Kemitraan, 2006.

Firmanzah, 2007. Marketing Politik Antara Pemahaman dan Realitas, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Jack trout, Al Ries & Positioning:The Bettle for Young Mind,salemba empat,2002

Juliantara, Dadang , Pembaruan Kabupaten, Yogyakarta: Pembaruan, 2004

Kasali, Rhenald, Membidik Passar Indonesia Target Positioning,Segmentasi.PT;Gramedia pustaka tama,cetakan ke-4,2000

Mahmud, M.Dimyati, Psikologi Suatu Pengantar ,jilid.I,BPFE yogyakarta,1990

Mulyana, Dedy,.Ilmu Komunikasi ;Suatu Pengaantar,remaja roseda karya,edisi ke-4 2002,

Nasution, M.Arif Nasionalisme dan Isu-Isu Lokal, Medan:USU Press, 2005

Nawawi, Hadari. 1987. Metodologi Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(6)

Nursal, Adman 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan umum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Prihatmoko, Joko J, Pemilihan Kepala Daerah Langsung, Semarang: Pustaka Pelajar, 2005

Rakhmat, Jalaludin 2001, Psikologi Komunikas Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya

Ranadireksa, Hendarmin, Arsitektur Konstitusi Demokratik, Bandung: Fokusmedia, 2007,

Richard Perloff, Bruce I Newman, 2004. Handbook Of Political Communication Research, United States Of America: Lawrence Erlbaum Associates,

Robbins, Stephen P, Perilaku Organisasi jilid I, bahasa Indonesia,PT.Prenhallindo,1996

Ruslan, Rosady ,2002. Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada,

Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, 1987,

Soehadi, Agus W 2005. Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka

Yudhoyono, Bambang , Otonomi Daerah, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001

BULETIN

Eriyanto, Pilkada dan Penguasaan Partai Politik, Kajian Bulanan LSI Edisi 03-Juli 2007, www.lsi.co.id/2007/07/, diakses tanggal 30 November 2008